• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia tidaklah lepas dari peran guru sebagai pendidik. Guru menjadi ujung tombak pendidikan, tidak hanya dalam pendidikan formal tetapi juga di dalam pendidikan non formal. Tidak perlu diragukan lagi, peran guru dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa sangatlah penting, karena perannya sangat vital dalam mengarahkan generasi muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini.

Guru dituntut untuk selalu memberikan performa yang terbaik dalam menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi juga kepada atasannya seorang guru harus dapat mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya dan harus selalu menjaga performanya. Kinerja guru menjadi salah satu bahan studi yang tidak akan habis untuk dibahas, hal ini dikarenakan banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu guru itu sendiri.

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 112 merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di Jakarta Barat. Hal ini terlihat dari peringkat sekolah yang berada di peringkat 27 untuk keseluruhan sekolah di DKI Jakarta pada penerimaan siswa baru tahun ajaran 2014-2015 yang lalu. Meski menjadi salah satu sekolah favorit di daerah Jakarta Barat, kinerja guru di sekolah tersebut dirasakan masih kurang.

(2)

Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab belum maksimalnya kinerja guru di SMAN 112 Jakarta adalah kurangnya motivasi guru dalam bekerja. Salah satu bukti kurangnya motivasi kerja guru di SMAN 112 Jakarta adalah masih adanya guru-guru yang mengajar tidak sesuai dengan jam efektif pelajaran dimana bisa terlihat dari jumlah jam pelajaran yang ditinggalkan saat jam kerja.

Tabel.1.1. Jumlah Jam Efektif Belajar dan Kehadiran Guru Tahun % Jam Efektif belajar % Kehadiran Guru

2012 78,8% 86,6%

2013 79,4% 88,2%

2014 72,2% 81,4%

Sumber. Bagian kurikulum SMA N 112 (2015)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa persentase jumlah jam efektif belajar dan persentase jumlah kehadiran guru dari tahun 2012 sampai tahun 2014 masih di rasakan kurang efektif. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenneg PAN dan RB) No. 16 Tahun 2009, penilaian guru dilakukan dalam skala 0 – 100%.

Penilaian tersebut berguna untuk menghitung persentase angka kredit yang akan berdampak pada besarnya Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang diterima oleh guru. Bila mengacu pada Tabel 1.1 di atas, maka terlihat bahwa dari sisi jam efektif dan kehadiran tepat waktu, motivasi yang dimiliki oleh guru SMAN 112 Jakarta belumlah optimal. Hal-hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa terjadi masalah dalam motivasi kerja yang dimiliki oleh para guru.

(3)

Selain faktor motivasi, faktor kepala sekolah juga menjadi salah satu penyebab kurang maksimalnya kinerja guru di SMAN 112 Jakarta. Hal ini dikarenakan sering terjadi pergantian kepala sekolah yang menyebabkan adanya perubahan cara supervisi terhadap bawahan.

Tabel.1.2. Masa Jabatan Kepala Sekolah SMA N 112

No Nama Periode Masa jabatan

1. Dra. H. luthfi 2010-2012 2 tahun

2. Drs. Trisugiareno 2012-2013 1 tahun

3. Drs. H. Muhaimin Ali, Mpd 2013-2014 1 tahun

4. Dr. Saryono, M.Si 2014-2015 1 tahun

5. Noviolaleni S.pd Sekarang 2 bulan

Rata –rata 1 tahun 3 bulan

Sumber. Bagian kurikulum SMA N 112 (2015)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa masa jabatan kepala sekolah di SMA N 112 rata-rata menjabat selama satu tahun tiga bulan. Sementara masa jabatan normal kepala sekolah empat tahun. Pergantian kepala sekolah ini mengakibatkan terjadinya perubahan kebijakan dalam melakukan supervisi yang membuat guru harus melakukan penyesuaian setiap terjadi pergantian kepala sekolah. Pergantian kepala sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28/2010 minimal adalah selama 4 tahun atau maksimal 8 tahun (2 periode). Bila mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.

28/2010, maka pergantian kepala sekolah di SMAN 112 Jakarta sangatlah tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kondisi ini menyebabkan kepala sekolah kurang optimal dalam membangun ikatan dengan para bawahannya terutama para guru. Kurang

(4)

optimalnya komunikasi menyebabkan kepala sekolah tidak efektif dalam mengelola konflik dan mengelola tim.

Pergantian kepala sekolah yang rata-rata terjadi dalam periode satu tahun tiga bulan menimbulkan kendala salah satu diantaranya adalah masalah supervisi.

Setiap kepala sekolah yang bertugas memiliki metode tersendiri dalam melakukan supervisi, hal ini menyebabkan guru harus selalu menyesuaikan diri atas metode dan kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah yang baru. Tidaklah mudah bagi para guru untuk selalu dapat menyesuaikan diri atas setiap kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah yang baru, keadaan ini akan menimbulkan masalah manakala guru sudah merasa nyaman dan terbiasa dengan cara yang dilakukan oleh kepala sekolah sebelumnya, sehingga mereka enggan untuk beradaptasi kembali.

Kecerdasan emosional guru dapat membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya karena dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat membantu guru dalam memahami individu-individu yang diajarnya. Hal ini dikarenakan output yang dihasilkan oleh guru tidak hanya terletak dari proses kegiatan belajar mengajar yang dijalankannya, akan tetapi juga pada hasil akademis yang berhasil diraih oleh anak didiknya.

Penilaian guru secara individual tidak dapat diperlihatkan kepada pihak luar karena bersifat rahasia, sehingga untuk mengetahui kecerdasan emosional guru diperlukan adanya pernilaian tersendiri. Penilaian menggunakan pra riset menjadi salah satu cara untuk melakukan penilaian terhadap kecerdasan emosi guru, karena tidak adanya data sekunder yang dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian. Berikut ini merupakan hasil pra riset yang dilakukan peneliti untuk

(5)

mengetahui sejauh mana kecerdasan emosi guru mempengaruhi terhadap kinerja guru.

Tabel 1.3. Hasil Pra Riset Kecerdasan Emosi Guru

Pernyataan Pendapat responden

Kurang Cukup Baik

Menyadari kemampuan 10% 50% 40%

Mampu mengatur waktu antara tugas dengan

keperluan pribadi 50% 20% 30%

Selalu mencari cara untuk lebih baik 10% 60% 30%

Memiliki keinginan untuk maju 10% 20% 70%

Mampu memotivasi siswa untuk berprestasi 40% 30% 30%

Bersedia membantu orang lain yang mengalami

masalah 10% 10% 80%

Memiliki cara komunikasi yang baik 30% 40% 30%

Menghargai orang lain 40% 30% 30%

Presentase rata-rata 25% 32,5% 42,5%

Sumber : Pra Riset terhadap 10 guru SMA N 112, Oktober (2015)

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya masalah pada kemampuan mengatur waktu, kemampuan memotivasi dan kemampuan menghargai orang lain. Ketiga indikator tersebut memperoleh jawaban kurang paling banyak diantara pernyataan lainnya dimana kemampuan mengatur waktu mendapat jawaban kurang sebanyak 50%, sedangkan kemampuan memotivasi dan kemampuan menghargai orang lain mendapat jawaban kurang sebanyak 40%.

Ketiga indikator tersebut merupakan bagian dari kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Secara keseluruhan dari tiga pilihan jawaban yang diberikan kepada responden, jawaban kurang mendapatkan persentase 25%, jawaban cukup sebesar 32,5% dan jawaban baik sebanyak 42,5%. Jumlah jawaban kurang dan cukup

(6)

yang lebih dominan dibandingkan dengan jawaban baik menunjukkan adanya masalah didalam kecerdasan emosi yang dimiliki oleh guru SMAN 112 Jakarta.

Kinerja guru di SMA 112 Jakarta Barat dirasakan masih kurang, yang terlihat dari data hasil peringkat ujian nasional se Jakarta Barat dimana dalam beberapa tahun belum mendapat hasil yang memuaskan.

Tabel 1.4. Peringkat SMA Negeri 112 Jakarta Barat Berdasarkan Perolehan Nilai Ujian Nasional Tingkat Kota ADM Jakarta Barat.

Tahun

Peringkat Sekolah Berdasarkan Nilai UN

Jumlah SMA Negeri

IPA IPS

2009 7 4 17

2010 4 4 17

2011 3 4 17

2012 4 4 17

2013

2014 4

2 5

4 17

17 Sumber: Bagian Kurikulum SMAN 112 (2015)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa peringkat ujian nasional SMAN 112 pada tahun 2009 berada di peringkat ketujuh dari 17 sekolah untuk program IPA dan untuk program IPS berada di peringkat keempat dari 17 sekolah yang ada Jakarta Barat. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010 peringkat sekolah meningkat menjadi peringkat 4 untuk program IPA sedangkan untuk program IPS tetap di posisi yang sama. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan peringkat untuk program IPA yaitu menjadi peringkat 3, sedangkan untuk program IPS tidak mengalami perubahan. Tahun 2012 program IPA mengalami penurunan peringkat menjadi peringkat 4, sedangkan program IPS tetap berada pada posisi 4

(7)

selama empat tahun. Pada tahun 2013, peringkat program IPS mengalami penurunan menjadi peringkat 5, sedangkan untuk program IPA tetap berada di peringkat 4.

Selain dilihat dari nilai ujian nasional, kinerja guru juga terlihat dari jumlah siswa yang berhasil diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Hal ini dapat dilihat dari periode tahun ajaran 2009-2014 jumlah siswa kelas XII yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri sebanyak 736 orang, sedangkan jumlah siswa kelas XII pada periode yang sama adalah sebanyak 1.738 orang. Hasil tersebut menunjukkan selama periode tersebut hanya kurang lebih 42% siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Jumlah tersebut belum mencapai 50% dari total jumlah siswa kelas XII pada periode yang sama. Berikut jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri pada periode 2009-2014 dapat dilihat pada tabel 1.5.

Tabel 1.5. Jumlah Siswa yang Diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

Tahun Jurusan Jumlah

IPA IPS

2009 48 21 69

2010 135 29 164

2011 37 23 60

2012 104 41 145

2013 113 37 150

2014 103 45 148

Sumber: Bagian Kurikulum SMAN 112 (2015)

Berdasarkan data ujian nasional dan jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dapat diketahui bahwa terdapat masalah pada kinerja

(8)

guru. Hal ini dikarenakan kinerja guru dapat mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Alviah (2012) menunjukkan bahwa motivasi dan supervisi kepala sekolah memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun secara simultan. Adanya motivasi guru untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya dapat meningkatkan kinerja guru. Supervisi kepala sekolah sangat membantu dalam meningkatkan kinerja guru, dengan kata lain semakin baik kepala sekolah melakukan supervisi semakin baik kinerja guru.

Penelitian yang dilakukan oleh Gongera,et.al (2013) menunjukkan bahwa supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap kinerja akademik. Hasil akademis yang diraih oleh siswa menjadi salah satu penilaian terhadap kinerja seorang guru, apakah berhasil dalam menerapkan pembelajaran atau tidak. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil kerjanya terutama yang berhubungan dengan peningkatan hasil akademis yang diperoleh anak didik.

Selain kedua penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh Tajudina,et.al (2014) meneliti mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektifitas mengajar oleh guru. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara kecerdasan emosional terhadap efektifitas mengajar oleh guru.

Efektifitas pengajaran yang dilakukan oleh guru, pada akhirnya akan membawa seorang guru kearah kinerja yang lebih baik.

(9)

Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan meneliti sejauh mana pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen, dan penulis menentukan judul Pengaruh Motivasi, Supervisi Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 112 Jakarta.

1.2. Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Motivasi kerja guru yang belum optimal.

2) Masa jabatan kepala sekolah yang terlalu singkat.

3) Kurangnya kemampuan mengatur waktu, kemampuan memotivasi dan kemampuan menghargai orang lain yang berkaitan kecerdasan emosional yang harus di miliki oleh seorang guru.

4) Kinerja guru di SMA 112 Jakarta Barat masih kurang maksimal, terlihat dari data peringkat ujian nasional se Jakarta Barat dan penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi negeri.

1.2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

(10)

1) Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta?

2) Apakah supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta?

3) Apakah kecerdasan emosi berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta?

4) Apakah motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta?

1.2.3. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memberikan batasan masalah yang terdiri dari empat variabel, yaitu variabel motivasi, supervisi kepala sekolah serta kecerdasan emosi sebagai variabel independen dan variabel kinerja guru sebagai variabel dependen.

Peneliti membatasi hanya empat variabel namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penelitian masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi kinerja guru.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru dengan menggunakan variabel motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi.

(11)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1) Pengaruh motivasi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

2) Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

3) Pengaruh kecerdasan emosi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

4) Pengaruh motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini baik secara teoritis maupun praktiknya adalah:

1) Bagi sekolah diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau informasi dalam meningkatkan kinerjanya.

2) Sebagai bahan masukkan untuk kepala sekolah untuk mengambil keputusan dan menentukan kebijakan di sekolahnya khususnya yang berhubungan dengan kinerja guru.

3) Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian lanjutan dan menambah wawasan bagi pembaca.

4) Bagi penulis diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi.

Gambar

Tabel 1.3. Hasil Pra Riset Kecerdasan Emosi Guru
Tabel 1.4. Peringkat SMA Negeri 112 Jakarta Barat Berdasarkan Perolehan Nilai  Ujian Nasional Tingkat Kota ADM Jakarta Barat
Tabel 1.5. Jumlah Siswa yang Diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu fenomena sosial pada masyarakat Jawa adalah budaya manut dalam proses pengambilan keputusan yang melibatkan sekelompok orang.. Manut dalam Bahasa Jawa tentu

Untuk mencapai tujuan ini, maka program COREMAP menekankan pada Pengelolaan Berbasis Masyarakat (PBM) sebagai fokus utama kegiatan programnya. Salah satu indikator

Faktor time budget pressure dapat terjadi ketika jumlah waktu yang dianggarkan kurang dari waktu yang tersedia, auditor memiliki kemampuan untuk merespon tekanan dengan

Discovering Computers 2010: Living in a Digital World Chapter 8 47 Page 424 Figure 8-33 Program Utilitas • Screen saver m enyebabkan screen monitor menayangkan gambar bergerak atau

Dari permasalahan umum yang dihadapin guru penjas dalam menyampaikan materi khususnya teknik dasar lempar lembing, maka penelitian tindaka kelas (PTK) pada siswa

Penerapan Konsep Customer Relationship Management Monitoring dan Evaluasi Kinerja Sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Toba Samosir Admin Sekolah Kepala Dinas

Uji ini diperlukan sebagai langkah validasi muka (face validity) agar pada saat instrumen yang dimaksud diterapkan terhadap responden utama, mereka mampu memahami maksud

Masyarakat Suku Baduy (Jabar) sebagai contohnya tidak pernah mengalami kelaparan karena memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan pangan yang dipayungi oleh pengetahuan