• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan pasal 1 ayat (3) UUD 1945, bahwa Negara Indonesia adalah. negara hukum. Artinya, setiap penyelenggaran kegiatan negara beserta alat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berdasarkan pasal 1 ayat (3) UUD 1945, bahwa Negara Indonesia adalah. negara hukum. Artinya, setiap penyelenggaran kegiatan negara beserta alat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Secara sederhana, negara hukum ialah negara yang menyepakati kekuasaan negara dengan segala bentuknya di bawah kekuasaan hukum.1 Berdasarkan pasal 1 ayat (3) UUD 1945, bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum.” Artinya, setiap penyelenggaran kegiatan negara beserta alat negara harus berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid van bestuur).

Menurut Immanuel Kant, tujuan negara hukum adalah menjamin kedudukan hukum dalam masyarakat. Lebih lanjut Kant berpendapat, bahwa suatu suatu negara agar dapat dikatakan sebagai suatu negara hukum harus mempunyai 2 (dua) unsur pokok, pertama, yaitu adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia, dan yang kedua adanya pemisahan kekuasaan dalam negara.2 Pemisahan kekuasaan negara meliputi legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Pemisahan kekuasaan tersebut bertujuan agar suatu kekuasaan tidak tersentral hanya pada satu penyelenggara kekuasaan. Jika kekuasaan

1Ridwan Hr. 2016. Hukum Administrasi Negara. Jakarta. Rajawali Press. Hal. 21.

2Andi Mustari Pide. 1999. Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta. Gaya Media Pratama.

Hal. 47.

(2)

2 mutlak dimiliki oleh salah satu kekuasaan, maka akan muncul kekuasaan yang absolut.

Sebaliknya, jika kekuasaan mutlak dibagi dengan dimiliki oleh 3 (tiga) kekuasaan dalam suatu negara yakni eksekutif, yudikatif, legislatif.

Maka tidak akan muncul kekuasaan yang absolut. Kekuasaan absolut mengakibatkan adanya tindakan penguasa yang sewenang-wenangnya kepada rakyat, sehingga hak asasi rakyat dapat dilanggar oleh kekuasaan absolut tersebut.

Pasal 1 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah merumuskan :

“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang- bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah.”

Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berhak mengeluarkan sertifikat hak atas tanah. Sertifikat tersebut merupakan suatu Keputusan Tata Usaha Negara karena memenuhi unsur individual, konkrit, dan final. Jika terdapat sengketa terhadap sertifikat hak atas tanah, pengadilan yang berhak memeriksa, mengadili, dan memutus sengketa mengenai keputusan (beschikking) adalah Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) sebagaimana telah diatur dalam Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi, “Pengadilan

(3)

3 bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di pengadilan.”

Munculnya permasalahan hukum hak atas tanah dapat ditelusuri mulai dari pendaftaran tanah sampai diterbitkannya sertifikat hak atas tanah tersebut. SHM bersifat mutlak dan ia merupakan alat bukti terkuat. Namun, Indonesia menerapkan sistem pendaftaran tanah negatif bertendensi positif.

Sehingga, SHM akan mutlak jika pemiliknya tidak diperkarakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun oleh pihak lain yang merasa mempunyai SHM tersebut.

Jika BPN ketika menerbitkan sertifikat hak atas tanah di dalamnya terdapat subjek lain, objek lain, dan luas tanah yang keliru dalam perhitungannya, sampai terjadi tumpang tindah (overlapping) sertifikat hak atas tanah. Maka, BPN telah melakukan perbuatan penyalah gunakan hukum (abuse de droit). Sehingga terdapat konsekuensi hukum terhadap BPN, yakni salah satu dari sertifikat hak atas tanah dapat dibatalkan oleh hukum pembuktian di PTUN.

Abuse de droit dari BPN tersebut di atas, dapat dilihat berdasarkan Putusan No. 63/G/2020/PTUN.Sby, yang duduk sengketanya adalah bahwa, sengketa pertanahan pada tahun 2020 di Kabupaten Bangkalan dengan dibatalkannya Sertifikat Hak Milik No. 06182/Kelurahan Mlajah atas nama Perija Wirawan, S.H. Penggugat atas nama Siti Masnuri Rozali, S.Pd yang merupakan ahli waris dari Raden Kyai Haji Fuad Amin, menggugat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bangkalan sebagai Tergugat dan Perija Wirawan, S.H sebagai Tergugat II Intervensi, mengajukan gugatan ke

(4)

4 Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya. Sengketa pertanahan bermula saat adanya informasi bahwa tanah milik Raden Kyai Haji Fuad Amin akan dijual oleh Tergugat II Intervensi, dengan dasar Tergugat II Intervensi memiliki sertifikat hak milik di atas tanah milik Raden Kyai Haji Fuad Amin.

Sehingga atas hal itu, Penggugat meyakini tanah milik Raden Kyai Haji Fuad Amin yang terletak di Kelurahan Mlajah, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan berdasarkan Sertifikat Hak Milik No. 3242 atas nama Raden Kyai Haji Fuad Amin terjadi tumpang tindih dengan milik sertifikat Tergugat II Intervensi.

Asas Umum Pemeritahan yang Baik atau biasa disebut AUPB merupakan asas signifikan dalam Hukum Administrasi Negara. Karena menjadi pedoman bagi Pejabat TUN dalam menjalankan kewenangannya. Di sisi lain, urgensi keberadaan AUPB dalam ruang lingkup Hukum Administrasi Negara sebagai panduan bagi Administrasi Negara/Pejabat TUN dalam menjalankan pelayanan publik (public service), juga merupakan alat uji dan pertimbangan yang dapat digunakan oleh Hakim Administrasi/Hakim Pengadilan TUN.3

Jenis-jenis asas yang termasuk dalam AUPB, terjewantahkan pada Lampiran Penjelasan Pasal 53 Ayat (2) Huruf b UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi, yakni :

“...Huruf b Yang dimaksud dengan “asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah meliputi asas :

- kepastian hukum;

- tertib penyelenggaraan negara;

3Cekli Setya Pratiwi, Christina Yulita, Fauzi & Shinta Ayu Purnamawati. 2016. Penjelasan Hukum Asas-Asas Umum Pemerintah yang Baik (AUPB). Leiden-Jakarta. LEIP. Hal. 42.

(5)

5 - keterbukaan;

- proporsionalitas;

- profesionalitas;

- akuntabilitas,...”.

Mengacu pada paragraf ke-58, Tentang Pertimbangan Hukum, Putusan No. 63/G/2020/PTUN.Sby, yang menyatakan

“Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka tindakan hukum Pihak Tergugat dalam menerbitkan KTUN objek sengketa a quo cacat hukum dari segi hukum administrasi negara, karena bertentangan dengan Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, Pasal 2 Jo. Pasal 3 huruf a dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, juga melanggar asas kecermatan, asas ketelitian, dan asas kepastian hukum dalam Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB);”.

Hakim PTUN tersebut di atas, menggunakan asas kecermatan, asas ketelitian, dan asas kepastian hukum AUPB sebagai pertimbangan hukum, hingga dikeluarkannya 4 (empat) amar Putusan No. 63/G/2020/PTUN.Sby, yang secara simultan kepada BPN (Tergugat) menyatakan batal serta mewajibkan untuk mencabut sertifikat objek sengketa a quo.

Menurut Cekli Setya Pratiwi dkk, asas kecermatan AUPB mensyaratkan agar badan pemerintahan sebelum mengambil suatu ketetapan, meneliti semua fakta yang relevan dan memasukkan pula semua kepentingan yang relevan ke dalam pertimbangannya.4 Mengacu pada definisi tersebut, maka jelas, membahas asas kecermatan AUPB, terbahas juga asas ketelitian AUPB. Sehingga, keduanya merupakan satu-kesatuan.

Pengertian dari asas kepastian hukum AUPB ialah, bahwa penyelenggara pemerintahan wajib memprioritaskan suatu peraturan-

4Ibid. Hal. 65.

(6)

6 peraturan hukum. Maka, badan atau Pejabat TUN dalam menerbitkan KTUN, wajib mengutamakan ketentuan hukum agar menjadi suatu hal yang patut, ajeg, sehingga adil.

Ketiga asas dalam AUPB yang digunakan hakim PTUN tersebut di atas, diatur oleh 2 (dua) sumber hukum, yakni pertama, sumber hukum tertulis yang murni berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan yang kedua, sumber hukum tidak tertulis yang mengacu pada hukum kebiasaan, yurisprudensi, serta pendapat para ahli. Hal tersebut, sesuai dengan Pasal 53 Ayat (2) UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi,

“(2) Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.”. Dipertegas, dengan merujuk terhadap pendapat Eny Kusdarani, yakni ketentuan Pasal 53 Ayat (2) tentang perubahan Peradilan Tata Usaha Negara telah tercantum asas-asas umum pemerintahan yang baik secara nyata dasar gugatan.5

Penulis mempermasalahkan 3 (tiga) asas yang digunakan oleh hakim PTUN Putusan No. 63/G/2020/PTUN.Sby sebagai pertimbangan hukumnya.

Aspek yang dipermasalahkan oleh penulis, ialah dari 3 (tiga) asas tersebut, hakim PTUN kurang dalam menerapkan indikator dari asas kecermatan, asas ketelitian, dan asas kepastian hukum AUPB. Sehingga, masih amat dapat

5Eny Kusdarini. 2019. Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta. UNY Press. Hal. 154.

(7)

7 dipermasalahkan, yakni tepat atau tidak hakim PTUN dalam menggunakan asas kecermatan, asas ketelitian, dan asas kepastian hukum AUPB sebagai pertimbangan hukumnya.

Berdasarkan serangkaian penjelasan yang telah diuraikan tersebut di atas oleh penulis, mengenai permasalahan tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik yang diselesaikan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara Putusan No. 63/G/2020/PTUN.Sby, yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht). Maka dari itu, penulis mengangkat skripsi dengan judul, “Analisis Yuridis Normatif Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No.

63/G/2020/PTUN.Sby Tentang Tumpang Tindih (Overlapping) Sertifikat Hak Milik Ditinjau dari Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya Putusan No. 63/G/2020/PTUN.Sby ditinjau dari AUPB?

2. Bagaimana putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No.

63/G/2020/PTUN.Sby tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik ditinjau dari asas kepastian hukum?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian hukum ini adalah :

1. Mengetahui dan mengkaji, tepat atau tidaknya pertimbangan hukum AUPB oleh hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya Putusan No.

(8)

8 63/G/2020/PTUN.Sby tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik.

2. Mengetahui dan mengkaji putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No. 63/G/2020/PTUN.Sby tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik ditinjau dari asas kepastian hukum.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Memberikan pemahaman tentang bagaimana pertimbangan hukum hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya Putusan No.

63/G/2020/PTUN.Sby tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik ditinjau dari AUPB dan bagimana putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No. 63/G/2020/PTUN.Sby tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik ditinjau dari asas kepastian hukum.

2. Bagi BPN

Sebagai bahan evaluasi di internal BPN serta agar dalam menerbitkan sertifikat hak milik, BPN harus lebih memperhatikan data fisik dan data yuridis pada setiap objek SHM, sehingga sewaktu-waktu tidak terjadi sengketa pertanahan di Pengadilan Tata Usaha Negara tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik.

3. Bagi Masyarakat

Agar ketika masyarakat melakukan pendaftaran tanah sampai penerbitan sertifikat hak milik atas tanah ke BPN, masyarakat lebih memperhatikan isi di dalam sertifikat hak milik atas tanahnya, sehingga di kemudian hari

(9)

9 masyarakat tidak harus bersengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara dalam hal sengketa overlapping SHM.

E. Kegunaan Penelitian

Dilakukannya penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana pertimbangan hukum hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya Putusan No. 63/G/2020/PTUN.Sby tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik ditinjau dari AUPB dan bagimana putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No. 63/G/2020/PTUN.Sby tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak milik ditinjau dari asas kepastian hukum.

F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.6 2. Jenis Bahan Hukum

Terdapat 3 (tiga) jenis bahan hukum, penjelasan tiap-tiapnya, adalah sebagai berikut :

6Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta. Rajawali Pers. Hal. 13-14.

(10)

10 1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum terutama. Sebab, ia membahas hal-hal yang berkaitan erat dengan permasalahan yang muncul atas akibat dari kerancuannya peraturan-peraturan hukum dan atau yurisprudensi terhadap masyarakat (das sollen, das sein). Penulis merincikannya, yakni sebagai berikut :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

3) Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

4) Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

5) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

6) Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.

7) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah.

8) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan

(11)

11 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

9) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

10) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan.

11) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Penanganan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

12) Putusan PTUN Surabaya No. 63/G/2020/PTUN.Sby.

2. Bahan hukum sekunder merupakan penjustifikasian dari yang sekunder, seperti jurnal-jurnal ilmiah hukum maupun non-hukum.

3. Bahan hukum tersier mengarah pada pengertian-pengertian yang relevan dengan permasalahan hukum. Ia berdasar pada kamus ilmiah umum dan atau kamus ilmiah hukum.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Maksud dari teknik kepustakaan ialah cukup sederhana, yaitu menelusuri penulisan ilmiah hukum, peraturan-peraturan hukum, dan yurisprudensi.

4. Teknik Analisis Bahan Hukum 1. Content Analysis

(12)

12 Yaitu, menginventarisir materi-materi hukum yang kemudian diuraikan setepat mungkin. Tepat atau tidaknya penguraian tersebut, dapat dilihat dari cara menyimpulkannya.

2. Analisis Preskriptif

Pengertiannya adalah methodos-analyze mengarah pada maksud daripada hukum tersebut, keadilan hukum, serta kerelevensian suatu aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.7 Menganalisis suatu permasalahan hukum dengan menyandarkan pada isi yang terkandung dalam suatu hukum hukum yang dibuat. Analisis preskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau merumuskan masalah sesuai dengan keadaan atau fakta yang ada.8

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hukum, penulis jelaskan per poin dalam bentuk huruf kapital, yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1. Huruf A

Penulis menjewantahkan permasalahan-permasalahan, 2. Huruf B

Penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk me-terminus jawaban atas permasalahan-permasalahan,

3. Huruf C

7Ibid. Hal. 22.

8Halim H.S. dan Erlies Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Hal. 9.

(13)

13 Penulis menerangkan arah yang dituju. Hal tersebut, dalam rangka agar tidak melewati terminus atas huruf A dan B,

4. Huruf D

Penulis menyampaikan faedah ke beberapa elemen masyarakat, termasuk pihak yang bersangkutan dalam objek penelitian hukum ini,

5. Huruf E

Penulis jelaskan terkait bergunanya penelitian hukum ini, dalam rangka melengkapi atas huruf A, B, dan C,

6. Huruf F

Penulis menjewantahkan terkait metode-metode yang digunakan untuk menganalisis penelitian hukum ini,

7. Huruf G

Berisi tentang penjelasan serta urutan-urutan yang di-terminus- kan per bab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penulis menjelaskan terminus pengertian-pengertian serta konsep dan teori yang relevan dengan penelitian hukum ini. Beberapa teori yang penulis gunakan adalah tinjauan umum tentang pendaftaran tanah, tinjauan umum tentang GeoKKP sebagai teknologi yang digunakan BPN dalam menerbitkan sertifikat hak atas tanah, tinjauan umum tentang sistem Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP) sebagai teknologi yang digunakan oleh BPN dalam menerbitkan sertifikat hak atas tanah, tinjauan umum tentang teknologi yang digunakan BPN dalam pengukuran tanah,

(14)

14 tinjauan umum tentang tumpang tindih (overlapping) sertifikat hak atas tanah, konsep umum tentang putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), tinjauan umum tentang Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB).

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi tentang jawaban atas rumusan masalah.

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang konklusi dan rekomendasi.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai

Suprijono (2011: 92) berpendapat bahwa model NHTadalah model pembelajaran yang diawali dengan Numbering yaitu guru membagi kelompok dan tiap orang dalam tiap

Selain itu penggunaan internet secara berlebihan akan menimbulkan permasalahan baru dalam diri seseorang, tidak dapat dipungkiri seseorang tersebut akan menjadi

Siswa mengerjakan semua soal yang ada di media, namun dari semua pengerjaan, belum ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna, hal ini ditunjukkan dari nilai emas

Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thomson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu : (1) Sistem syaraf sangat

Saya/Kami sedar dan akur bahawa saya/kami bertanggungjawab sepenuhnya untuk menunjukkan tapak cadangan yang sah seperti yang dicadangkan oleh pemohon di dalam permohonan

Pada sambutannya ia berharap bahwa dengan terbitnya tafsir al-Huda ini akan berguna bagi masyarakat dalam membina kehidupan beragama dan bermasyarakat serta dapat mendorong

Keluarga merupakan tempat dimana seseorang mulai membentuk dan menemukan karakter dirinya. Dalam sebuah keluarga, seorang anak memerlukan peranan orang tua dalam