• Tidak ada hasil yang ditemukan

IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dua individu yang merasakan nyeri dalam pola yang identik. Nyeri dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dua individu yang merasakan nyeri dalam pola yang identik. Nyeri dapat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nyeri merupakan fenomena multidimensional sehingga sulit untuk didefinisikan. Nyeri merupakaan pengalaman personal dan subjektif, dan tidak ada dua individu yang merasakan nyeri dalam pola yang identik. Nyeri dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Nyeri biasanya dikaitkan dengan beberapa jenis kerusakan jaringan, yang merupakan tanda peringatan, namun pengalaman nyeri lebih dari itu. International Assosiation for the Studi of Pain (IASP) memberikan definisi medis nyeri yang sudah diterima sebagai “pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan, aktual ataupun potensial, atau digambarkan sebagai kerusakan yang sama” (Black, Joyee M & Hawks, 2014).

Nyeri Akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan, sedangkan nyeri kronis berlangsung lebih dari 3 bulan, menurut menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Nyeri biasanya parah dan tidak responsive terhadap pengobatan rumahan yang biasa, bahkan menyentuh sendi bisa sangat menyakitkan.

Serangan asam urat sering memicu peradangan local yang muncul sebagai sendi yang eritematosa, bengkak, dan hangat (Neogi T, Gout Ann Intern Med, 2016).

Nyeri yang dirasakan pada klien asam urat karena adanya endapan kristal

(2)

monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari

tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia) (Junaidi, 2013).

Berdasarkan data World Health Organization, prevalensi Gout Arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout Arthritis sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi Gout Arthritis di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian Gout Arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di Negara Indonesia (WHO, 2017). Hasil Riskesdas tahun 2018 tercatat bahwa prevalensi penyakit sendi di Indonesia, lebih tinggi perempuan (8,46%) dibanding laki-laki (6,13%). Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi pada umur >75 tahun sebesar (18,95%) (Riskesdas, 2018). Prevalensi Gout di Jawa Timur sebesar 17%.

Di Kabupaten Lamongan, Gout Arthritis masuk ke dalam 10 penyakit utama pada tahun 2016. Masyarakat melakukan pemeriksaan asam urat hanya jika sudah merasa gejala nyeri persendian sehingga data diagnose hiperurisemia belum dapat dilaporkan dengan spesifik (Pangestu, Bakar, & Nikmah, 2019).

Gout Arthritis merupakan suatu peradangan sendi sebagai manifestasi dari

akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi

sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (Hiperurisemia),

menurut Zairin Noor (2016). Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit yang

banyak diderita masyarakat. Walaupun pada umumnya masyarakat berpikir

penyakit Gout Arthritis hanya diderita pada usia lanjut, akan tetapi apabila tidak

diperhatikan pola makan yang sehat tidak menutup kemungkinan, saat remaja atau

muda pun akan menderita penyakit ini (Sakinah, 2015). Penyakit asam urat

(3)

merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada laki-laki usia 30-40 tahun dan pada wanita umum 55-70 tahun, lebih berisiko pada laki-laki dari pada wanita, sebab wanita lebih banyak memproduksi hormone estrogen yang mampu mencegah pembentukan asam urat (Sukarmin, 2015). Kadar asam urat dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan darah dalam urine. Nilai rujukan kadar asam urat normal pada laki-laki yaitu 3,6-8,2 mg/dL, sedangkan pada perempuan yaitu 2,3 -6,1 mg/dL (M. Atik & Dermawan, 2016).

Gout Arthritis juga berhubungan dengan tekanan darah, secara teori menjelaskan hubungan hiperurisemia dengan hipertensi, hipertensi akan berakhir dalam penyakit mikrovaskuler dengan hasil akhirnya berupa iskemi jaringan yang akan meningkatkan sintesis asam urat melalui degradasi adenosin trifosfat (ATP) menjadi adenin dan xantin (Febrianti, Asrori & Nurhayati, 2019). Factor tersebut dapat meningkatkan kadar asam urat, jika terjadi peningkatan asam urat serta ditandai linu pada sendi, terasa sakit, nyeri, merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout. Gout termasuk penyakit yang dapat dikendalikan walaupun tidak dapat disembuhkan, namun kalau dibiarkan saja kondisi ini dapat berkembang menjadi Arthritis yang melumpuhkan (Gustomi & Wahyuningsih, 2016).

Rasa sakit yang disebabkan oleh nyeri seringkali membangunkan klien

secara tiba-tiba dari tidur atau mungkin telah berkembang secara bertahap selama

beberapa jam sebelum presentasi, dengan intensitas nyeri maksimum mencapai 24

jam (Choi Hk, Niu J, dkk. 2015). Rasa nyeri hebat pada persendian yang dirasakan

berulang-ulang sangat mengganggu penderitanya. Jika tidak segera diatasi,

penyakit ini juga bisa menyebabkan kelainan bentuk tulang serta komplikasi

(4)

gangguan ginjal, jantung, diabetes militus, stroke dan osteoporosis (Nasir, 2017).

Penurunan kemampuan musculoskeletal karena nyeri sendi dapat berdampak pada penurunan aktivitas antara lain makan, minum, berjalan, mandi, buang air besar dan buang air kecil (Chintyawati, 2014).

Penanganan Gout Arthritis difokuskan pada cara mengontrol nyeri, hal tersebut merupakan hal yang sering dialami oleh penderita Gout Arthritis, mengurangi keruskan sendi, dan meningkatkan atau mempertahankan fungsi kualitas hidup (Mulfianda, & Nidia, 2019). Faktor demografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dengan gout arthritis, yang terdiri dari jenis kelamin, usia, body mass index (BMI), waist-hip ratio (WHR), tempat tinggal, status pernikahan, Pendidikan, status pekerjaan, pendapatan dan asuransi Kesehatan (Fu et al, 2017). Penanganan meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis, penatalaksanaan nyeri terdiri atas intervensi yang bersifat independent atau non farmakologis dan intervensi yang bersifat independent atau non farmakologis dan intervensi kolaboratif atau pendekatan secara individu salah satu tindakan non farmakologis untuk penderita Gout Arthritis diantaranya adalah kompres air hangat (Mulfianda & Nidia, 2019). Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah Gout Arthritis, pencegahan dapat dilakukan dengan menjauhi makanan dan minuman yang dapat memicu penyakit asam urat, menurunkan berat badan, dan cukup air putih (Songgigilan, Rumengan & Kundre, 2019).

Peran keluarga pada klien yang mengalami gout arthritis, dapat dilakukan

dengan memberikan perawatan, dan motivasi kepada klien untuk minum air

mineral, diet rendah purin, makan buah-buahan, vitamin, dan mengkonsumsi

(5)

karbohidrat kompleks dan sederhana (Lucia Retnowati, Nurul Hidayah, Alfiasari, 2019). Sedangkan peran perawat dalam menangani penderita Gout Arthritis yaitu dengan memberikan Pendidikan Kesehatan kepada penderita seperti cara menangani asam urat yang kambuh, perawat memberikan informasi atau pengetahuan kepada penderita tentang penyebab dan penanganan penurunan skala nyeri Gout Arthritis (Mulfianda & Nidia, 2019).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas Laporan Tugas Akhir yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Gout Arthritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mempelajari dan diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami Gout Arthritis

dengan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan.

(6)

2) Mampu menyusun diagnosa keperawatan pada Klien yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan.

3) Mampu menyusun rencana keperawatan pada Klien yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan.

4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Klien yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan.

5) Mampu melakukan evaluasi tindakan pada Klien yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Akut di Dusun Kepoh Desa Sidogembul Sukodadi Lamongan.

1.4 Manfaat 1.4.1 Teoritis

Manfaat dalam penulisan studi kasus ini adalah sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan ilmu Keperawatan Keluarga pada kasus Gout Arthritis.

1.4.2 Praktis

1) Bagi Klien dan Keluarga

Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga tentang penyakit Gout

Arthritis agar mampu merawat penyakit tersebut. Sehingga tercipta

peningkatan status dan derajat Kesehatan klien dan keluarga yang optimal.

(7)

2) Bagi Institusi

Diharapkan menjadi masukan sebagai acuan bacaan dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien Gout Arthritis dengan nyeri akut.

3) Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan mata kuliah Keperawatan Keluarga

berkaitan dengan Asuhan Keperawatan dengan Gout Arthritis.

Referensi

Dokumen terkait

Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan memberikan rasa hangat dengan suhu 43o – 46o C pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan

Sementara itu media lain yang digunakan adalah media internet (search engine web browser seperti: google.com, yahoo.com dll) sebanyak 17%, langsung menuju website

Banyaknya kandungan growth factor yang terkandung di dalam PRP, berperan mempercepat regenerasi endotel, epitel dan epidermal, menstimuli angiogenesis, merangsang sintesa

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diajukan untuk sebuah judul penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan judul “Pengaruh Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap

Menentukan filter (moving average) untuk menghilangkan noise. Melakukan proses FFT. Plot data output. Setelah data grafik didapatkan maka tahap selanjutnya maelakukan analisa

Penelitian ini terbatas pada bahasan secara deskriptif mengenai persepsi pegawai humas dan protokol SETDA Surakata terhadap media sosial saja, tanpa melihat adanya

Menjadi kiai kampung tidaklah mudah, selain harus memiliki keahlian di bidang ilmu agama layaknya kiai pesantren, juga mesti mempunyai keterampilan dalam hal

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang diberikan adalah (1) Pembelajaran fisika hendaknya menggunakan model yang dapat membawa siswa ikut