• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi (Harty dan Ogston, 1995).

Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung pada kavitas gigi dalam satu kunjungan (American Dental Assosiation, 2003). Restorasi indirek adalah restorasi struktur gigi yang dilakukan diluar mulut pasien. Material untuk restorasi dibuat di laboratorium dental kemudian dipasangkan pada gigi yang sudah dipreparasi (Roberson dkk., 2006).

Restorasi indirek sering digunakan untuk gigi yang kehilangan banyak strukturnya karena dapat mengembalikan kontur, fungsi, dan penampilan dari gigi.

Indikasi penggunaan restorasi indirek adalah pada kasus karies primer atau karies akibat restorasi yang sudah ada, fraktur jaringan gigi, dan dampak dari trauma.

Restorasi indirek dapat berupa restorasi intrakoronal (inlei), ekstrakoronal (mahkota jaket), dan kombinasi intra dan ekstrakoronal (onlei) (Bartlett dan Ricketts, 2007; Walmsley dkk., 2007).

Restorasi indirek harus disemenkan pada gigi menggunakan material semen perekat untuk menyediakan retensi dan penutupan celah tepi kavitas.

Prosedur ini disebut sementasi (Walmsley dkk., 2007; Annusavice dkk., 2013).

Objek dalam sementasi adalah untuk menahan restorasi pada tempatnya dan mempertahankan integritas struktur gigi. Kekuatan semen perekat dalam

(2)

2 mencegah lepasnya restorasi dari gigi yang dipreparasi ini merupakan salah satu variabel penting dalam kesuksesan restorasi indirek (Walmsley dkk., 2007;

Sakaguchi dan Powers, 2012).

Banyak variasi semen perekat kedokteran gigi yang telah dikembangkan selama bertahun-bertahun. Semen perekat yang digunakan dikedokteran gigi antara lain: semen seng fosfat, semen seng oksida eugenol, semen seng polikarboksilat, semen ionomer kaca, semen ionomer kaca modifikasi resin, dan semen berbasis resin (Craig dan Powers, 2002; Annusavice dkk., 2013).

Salah satu jenis semen perekat yang banyak digunakan saat ini adalah semen perekat berbasis resin. Semen ini dapat digunakan untuk melekatkan restorasi keramik maupun komposit indirek yang kekuatan mekanisnya rendah, maupun restorasi logam yang membutuhkan retensi lebih besar. Contoh penggunaan dalam bidang konservasi adalah untuk sementasi inlei dan pasak.

Komposisi semen perekat berbasis resin ini mirip dengan komposisi resin komposit untuk restorasi tetapi memiliki viskositas lebih rendah. Kebanyakan semen resin menunjukkan kekuatan pelekatan yang tinggi pada gigi dan restorasi dibandingkan semen perekat jenis lainnya. Kekuatan pelekatan antara semen resin dengan dentin berkisar 11-24 MPa dengan pemberian conditioner dan kekuatan tariknya berkisar 37-41 MPa (Craig dan Powers, 2002; Sakaguchi dan Powers, 2012; Annusavice, dkk., 2013).

Semen kedokteran gigi idealnya harus memenuhi aspek sifat mekanis yang baik, seperti kekuatan tarik, geser, dan kompresif dari material, juga kekuatan pelekatan terhadap stuktur gigi maupun restorasi (Yu dkk., 2014). Kekuatan

(3)

3 pelekatan semen terhadap dentin memiliki korelasi klinis dengan retensi karena sebagian besar jaringan gigi yang akan terpapar adalah dentin. Kekuatan pelekatan dapat dihitung dari kekuatan tarik dan geser. Uji kekuatan tarik lebih dapat diandalkan korelasinya terhadap retensi dibandingkan uji kekuatan geser (Heintze, 2012).

Ketahanan terhadap degradasi dalam kondisi lingkungan mulut juga merupakan sifat ideal dari semen perekat karena ikut menentukan lamanya ketahanan restorasi (Rantakit dkk., 2009; Bagheri dkk., 2010). Degradasi semen perekat akan menyebabkan lepasnya pelekatan restorasi pada gigi. Degradasi dapat berupa degradasi secara mekanis maupun kimiawi (Bagheri dkk., 2010;

Ghanim, 2010).

Semen perekat dapat mengalami degradasi kimiawi karena terpapar dengan lingkungan rongga mulut yang basah, seperti dengan adanya air; saliva;

dan berbagai macam asam dari makanan maupun bakteri, melalui celah tepi antara restorasi dan gigi. Degradasi kimiawi semen perekat terjadi karena kemampuan material dalam menyerap cairan dan kelarutannya dalam cairan. Molekul-molekul pada media cair dapat berpenetrasi melalui celah tepi restorasi dan gigi ke dalam matriks polimer material, membuka ikatan rantai polimer, dan monomer yang tidak bereaksi atau mudah lepas dapat berdifusi keluar material (Macorra dan Pradies, 2002; Bagheri dkk., 2010; Ghanim, 2010; Da Silva dkk., 2013; Anisah, 2014).

Secara klinis, proses degradasi berlangsung dalam waktu yang lama dikarenakan suatu cairan membutuhkan waktu untuk berpenetrasi pada daerah

(4)

4 interface dan memecah struktur kimia material. Salah satu akibat dari proses

tersebut adalah berkurangnya kekuatan semen perekat (Staninec dkk., 2007;

Ghanim, 2010). Garbui dkk. (2012) menyebutkan bahwa berkurangnya kekuatan pelekatan restorasi pada dentin akibat degradasi kimiawi terjadi setelah 6 bulan atau lebih. Metode penelitian in vitro penuaan material yang dipercepat dapat dilakukan untuk mensimulasi kemampuan lingkungan rongga mulut dalam mendegradasi material dan memprediksi ketahanan material ketika berada pada kondisi rongga mulut (De Melo dkk., 2011).

Salah satu metode simulasi penuaan material adalah dengan perendaman dalam larutan asam sitrat pH 3 (Ozcan dkk., 2006). Menurut Ozcan dkk. (2006), perendaman dalam asam sitrat ditujukan untuk simulasi degradasi material oleh asam pada rongga mulut, meskipun di dalam rongga mulut sendiri tidak akan terjadi kondisi dimana material terpapar asam dalam waktu lama. Simulasi ini merupakan skenario keadaan material mengalami hidrolisis dan pelarutan partikel bahan pengisi karena lingkungan rongga mulut yang asam. Menurut Nahidh (2014), kondisi asam dapat mempercepat laju penyerapan cairan dan menurunkan kekuatan mekanis material.

Asam sitrat secara alami ditemukan diberbagai buah dan sayur, namun konsentrasi asam sitrat yang tinggi dapat ditemukan pada jeruk lemon dan jeruk limau. Asam sitrat pada konsumsi sehari-hari dapat ditemukan pada minuman berkarbonasi, minuman jus buah, minuman berenergi, jeli, selai, permen, dan makanan beku (Sarulli dan Damayanti, 2009; Oltjen, 2014). Penggunaan asam sitrat di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data statistik tahun 1998-2005

(5)

5 konsumsi asam sitrat mengalami kenaikan dengan perkembangan rata-rata 21,635% (Rinenggautami dan Qomary, 2010). Beberapa minuman ringan yang diproduksi di Indonesia dengan kandungan asam sitrat yang memiliki rentang pH 2,5-3,6 (Jufannisa, 2012; Imran dkk., 2012; Latif, 2012).

Lama waktu perendaman memiliki peran penting dalam perubahan kekuatan semen perekat (Bagheri dkk., 2010). Lama perendaman pada uji in vitro diharapkan memproyeksikan keadaan lama paparan cairan dalam rongga mulut (Franhoufer dan Rogers, 2004). Penelitian mengenai pengaruh lama perendaman dalam larutan asam terhadap kekuatan tarik pelekatan semen perekat pada dentin masih sedikit. Penulis ingin melakukan studi mengenai pengaruh lama perendaman dalam larutan asam sitrat pH 3 terhadap kekuatan tarik pelekatan semen resin pada dentin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka diajukan permasalahan, bagaimana pengaruh lama perendaman asam sitrat pH 3 terhadap kekuatan tarik pelekatan semen resin pada dentin.

C. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan kekuatan pelekatan dari semen resin dengan perendaman pada larutan asam. Rantakit dkk. (2009) telah meneliti tentang kekuatan tarik pelekatan semen resin pada material keramik setelah perendaman pada asam sitrat pH 3,2 selama 1 hari, 7 hari, 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan. Hewlett dkk. (2010) meneliti tentang kekuatan geser pelekatan semen resin pada material restorasi setelah perendaman pada asam laktat selama 1

(6)

6 hari. Bandeca dkk. (2010) meneliti kekuatan tarik pelekatan semen resin pada dentin saluran akar setelah perendaman dalam air selama 1 hari, 2 hari, dan 7 hari.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penulis meneliti tentang perbedaan kekuatan tarik pelekatan semen resin pada dentin mahkota gigi setelah perendaman dalam larutan asam sitrat pH 3 dalam periode waktu yang singkat, yaitu selama 1 hari, 2 hari, dan 3 hari. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh lama perendaman pada asam sitrat pH 3 terhadap kekuatan tarik pelekatan semen resin pada dentin mahkota gigi selama 1 hari, 2 hari, dan 3 hari belum pernah dilakukan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman asam sitrat pH 3 terhadap kekuatan tarik pelekatan semen resin pada dentin.

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian yang dilakukan ini bermanfaat untuk:

1. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh lama perendaman asam sitrat pH 3 terhadap kekuatan tarik pelekatan semen resin pada dentin.

2. Sebagai informasi yang ditujukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang kedokteran gigi, khususnya bidang ilmu konservasi gigi.

3. Membantu memberikan pertimbangan pemilihan semen perekat yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi konservatif.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, variabel independen yang akan digunakan adalah profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas, operating leverage dan

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi di tingkat pusat pada penanganan darurat bencana dan peralatan

Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa pemberian susu suplemen tinggi protein whey (L-men Platinum) dapat meningkatkan kadar estrogen dan testosteron

Faktor Ukuran, Pertumbuhan, Risiko Keuangan, Struktur Aktiva dan Non Debt Taxes Shield Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Bursa Efek Enam Negara Asean. 1.2

[r]

JuduiTesis : Peran Aspek Kelembagaan dalam Kaitannya dengan Aksesibilitas Ekonomi dan Tiogkat Pendapatan Nelayan di Kabupaten Bengkalis, Riao.. Nama Mahas;swa :

[r]

Daun jati dipilih menjadi bahan dasar zat warna alam karena jumlah yang melimpah di Indonesia, regenerasi yang cukup cepat dibandingkan bahan pewarna alam dari kayu, dan termasuk