• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Hakikat Belajar Gerak dan Latihan dalam Olahraga. Perubahan yang di alami oleh manusia umumnya diperoleh melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Hakikat Belajar Gerak dan Latihan dalam Olahraga. Perubahan yang di alami oleh manusia umumnya diperoleh melalui"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Belajar Gerak dan Latihan dalam Olahraga 1. Definisi Belajar

Perubahan yang di alami oleh manusia umumnya diperoleh melalui belajar. Belajar merupakan sebuah proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Belajar bisa dimaknai beragam, berikut ini belajar, menurut Lutan (1988:101) menjelaskan bahwa :

1) Belajar dapat diartikan semacam seperangkat peristiwa, kejadian atau perubahan yang terjadi apabila seseorang berlatih yang memungkinkan mereka semakin menjadi terampil, (2) Belajar adalah hasil langsung dari praktek dan pengalaman, (3) Belajar tak dapat diukur secara langsung, (4) Belajar dipandang sebagai proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen dalam keterampilan.

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) Belajar mengandung perubahan yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku seseorang. (2) Belajar merupakan hasil dari latihan atau pengalaman. (3) Belajar itu merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sengaja. Dengan kata lain apabila dikaitkan dengan belajar passing dalam permainan futsal, siswa akan lebih terampil apabila dilakukan dengan cara latihan yang berulang-ulang, sistematis dan terencana, maka terjadi perubahan diri siswa yang tidak bisa passing menjadi bisa passing dengan baik dan benar.

2. Definisi Belajar Gerak

Manusia adalah tergolong makhluk yang lamban dalam hal menguasai aktivitas fisik atau gerak, oleh karena itu manusia harus memahami segala proses

(2)

tentang belajar gerak agar dalam melakukan gerak bisa dilakukan dengan efesien.

Secara spesifik Schmidt yang dikutip Mahendra (1998:122), mengemukakan tentang belajar pembelajaran gerak sebagai adalah : “serangkain proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seorang untuk menampilkan gerakan – gerakan yang terampil”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa dalam belajar gerak tujuan yang hendak dicapai berkaitan dengan tingkah laku dan keterampilan tertentu. Dalam belajar motorik aspek penguasaan keterampilan merupakan hal yang penting, bukan berarti aspek lain, seperti peranan domain kognitif, afektif diabaikan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Meinel (1976) yang dikutip Lutan (1988 :102), menggambarkan:

”Analisis spesifik dari belajar dalam kontek olahraga terdiri dari tahapan penguasaan, penghalusan dan pengstabilan gerak atau ketermpilan teknik olahraga, dia menekankan integrasi keterampilan didalam perkembangan total dari kepribadian seseorang karena itu penguasaan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikan pengetahuan perkembangan koordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang”.

Bertitik tolak dari beberapa konsep dasar belajar gerak yang telah dikemukakan oleh para ahli tesebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya belajar gerak adalah kunci dalam kehidupan manusia dan selalu dimanifestasikan dalam semua lapangan kehidupannya. Bila manusia melakukan gerakan-gerakan dengan penuh arti maka telah mengkoordinasikan domain kognitif, afektif, motorik dan emosionalnya. Manusia adalah mahluk berpikir, berperasaan dan tidak terlepas dari gerakan. Oleh karena itu pendidikan ataupun latihan hendaknya diarahkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan aspek-aspek tersebut.

(3)

3. Tahap-Tahap Belajar Gerak Motorik

Proses belajar keterampilan motorik berlangsung melalui beberapa tahap : menurut Fits dan Posner yang dikutip Mahendra (1998:148) dijelaskan tahap- tahap belajar gerak yakni : “(1) tahap verbal-cognitif, (2) tahap motorik, dan (3) tahap otonomi”.

1. Tahap verbal-cognitif

Mengenai verbal cognitif menurut Fits dan Fosner yang dikutif Mahendra (1998:148), bahwa :”Dalam tahap ini,tugas yang harus dipelajari benar – benar merupakan tugas baru untuk pemula ”.

2. Tahap Motorik

Tahap selanjutnya setelah anak melaksanakan tahap verbal kognitif, dilanjutkan pada tahap motorik. Mengenai keterampilan motorik dikatakan oleh Mahendra (1998:149), mengatakan : “Dalam tahap ini,kebanyakan masalah-masalah kognitif sudah terpecahkan,sehingga sekarang fokusnya berpindah pada pengorganisasian pola – pola gerakan yang lebih efektif untuk menghasilkan aksi”. Pada tahap ini anak sudah mampu melakukan tugas gerak sehingga dalam melaksanakanya menjadi relativ lebih baik.

3. Tahap Otonomi

Tahap otomatisasi menurut Mahendra (1998:150) adalah : tahap yang melibatkan perkembangan aksi otomatis yang tidak memerlukan adanya perhatian. Seperti yang digambarkan Schmidt dikutip Mahendra (1998:150), bahwa :“kejadian ini dengan melihatnya sebagai terkembangnya program motorik yang dapat mengontrol aksi untuk waktu yang relatif lama”.

(4)

4. Perkembangan Motorik

Faktor yang dominan di dalam belajar gerak adalah berkaitan dengan kemampuan gerak dasar anak (motor ability) dan juga dipengaruh oleh kemampuan anak dalam mempelajari gerak baru atau bisa disebut motor educability.

Mengenai motor ability menurut Singer dikutip Mahendra (1998:147), adalah : “keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai vareasi keterampilan gerak,khususnya dalam kegiatan olahraga”.

Sedangkan Motor educabilty menurut Lutan (1988:115), bahwa : “Motor educability adalah kemampuan umum untuk mempelajari tugas secara cepat dan

cermat”. Tingkat motor educability merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi tingkat penguasaan suatu keterampilan, jika seseorang memperlihatkan penampilan sedemikian cepat dalam menguasai suatu gerakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik, maka orang itu dapat dikatakan memiliki tingkat motor educability yang baik.

Dalam hal ini Lutan (1988:115), bahwa : “Motor educability erat hubungannya dengan koordinasi gerak, semakin tinggi tingkat motor educability nya maka semakin tinggi tingkat koordinasi geraknya.” Selanjutnya dikatakan oleh Harsono (1988:220), bahwa : “Koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat melakukan gerakan yang baru”.

Dengan demikian orang yang mempunyai kemampuan motor educability yang baik akan lebih mudah mempelajari gerakan yang baru. Faktor ini menjadi

(5)

perhatian para ahli dalam mempertimbangkan tingkat keterampilan, untuk membedakan atau mengelompokkan satu individu dengan individu lainnya, baik dalam olahraga maupun dalam kehidupan sehari-hari.

B. Hakikat Latihan Dalam Olahraga

Setiap pelatih akan senantiasa berusaha untuk meningkatkan prestasi atlet- atletnya seoptimal mungkin. Untuk itu, pelatih dengan sendirinya harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya di dalam berbagai ilmu yang menjadi penunjang dalam ilmu kepelatihan di antaranya metodelogi. Tentang ilmu penunjang termaksud digambarkan oleh Satriya (2007:14) :

Gambar 2.1 Ilmu- ilmu Penunjang Kepelatihan Sumber : Satriya, metodologoi kepelatihan olahraga (2007:14)

Teori dan Metodologi Latihan

Anatomi Fisiologi Biomekanik Statistik Sport Medicine Ilmu-ilmu Penunjang Kepelatihan

Ilmu Gizi Sosiologi

Pedagogi

Motor Learning Psykologi

Olahraga

(6)

Sedangkan definisi latihan menurut Harsono (1988:101), mengatakan :

“Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian bertambah beban latihan atau pekerjaannya”. Adapun yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah ke sukar, latihan yang teratur, dari sederhana yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya ialah agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan akan menjadi semakin mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaannya. Kian hari maksudnya adalah setiap kali secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk ditambah bebannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.

Selanjutnya Harsono (1988:102), menjelaskan tujuan dari latihan secara sistematis, bahwa :

”Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan yang konstan, maka organisasi-organisasi mekanisme neurophpysiologis kita akan bertambah baik, gerakan-gerakan yang tadinya sukar dilakukan akan menjadi gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan tersebut”.

Dengan menyimak paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari beban latihannya selalu bertambah.

Adapun tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah untuk membantu atlet dalam meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.

Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek yang harus diperhatikan dan dilatih

(7)

secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental.

a) Latihan Fisik

Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena kondisi fisik yang kurang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan- latihan dengan sempurna. Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan. Kemampuan gerak lainnya yang merupakan gabungan dari kemampuan dasar tadi seperti kekuatan kecepatan (gabungan antara kekuatan dan kecepatan). Stamina (gabungan antara daya tahan dan kecepatan) dan daya tahan kekuatan (gabungan antara kekuatan dan daya tahan). 4 (empat) kemampuan dasar gerak dan gabungan kemampuan dasar dapat dilihat di gambar 2.2

Gambar 2.2 Komponen fisik

Sumber : Sidik, Materi Latihan Fisik (2006:6)

KECEPATAN

KEKUATAN YANG CEPAT

KEKUATAN

STAMINA

DAYA TAHAN

DAYA TAHAN KEKUATAN KELENTUKAN

(8)

b) Latihan teknik.

Mengenai latihan teknik dikatakan oleh Harsono (1988:100), bahwa:

“Latihan teknik adalah latihan yang dimaksudkan guna membentuk dan memperkembangkan kebisaan-kebiasaan motorik atau perkembangan neorumascular”. Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan menentukan gerak keseluruhan. Karena itu, gerak-gerak dari setiap cabang olahraga haruslah dilatih dan dikuasai dengan sempurna.

c) Latihan taktik

Mengenai latihan taktik menurut Harsono (1988:100), menjelaskan bahwa:

”Teknik-teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, kini haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan, serta strategi-strategi dan taktik-taktik penyerangan dan pertahanan, sehingga berkembang menjadi kesatuan gerak yang sempurna. Adapun tujuan dari latihan taktik tersebut adalah untuk mengembangkan daya tafsir atlet dalam permainan”.

Seperti yang diungkapkan Harsono (1988:100), dikatakan : “Tujuan latihan taktik adalah untuk menumbuhkan perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet.”

d) Latihan mental

Perkembangan mental atlet tidak kalah pentingnya dari ketiga faktor tersebut di atas, sebab, betapa pun sempurna perkembangan fisik, teknik, taktik atlet apabila mentalnya tidak turut berkembang, prestasi tinggi tidak akan dapat

(9)

dicapai. Mengenai batasan latihan mental Harsono (1988:101), dikatakan:

“Latihan-latihan mental adalah latihan-latihan yang lebih mengedepankan pada perkembangan kedewasaan atlet serta perkembangan emosional dan implusif misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, sportivitas dan sebagainya.”

Keempat aspek latihan tersebut di atas harus seiring dalam proses latihannya dan harus diajarkan secara serempak. Harsono (1988:101),” dikatakan kesalahan umum para pelatih kita adalah bahwa aspek psikologis yang sangat penting artinya itu, sering diabaikan atau kurang diperhatikan pada waktu melatih, oleh karena mereka selalu hanya menekankan pada latihan guna penguasaan teknik, taktik, serta pembentukan keterampilan yang sempurna”.

.Dengan memperhatikan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan suatu konsep yang lebih kompleks. Oleh karena itu Pengorganisasiannya dan perencanaan harus dilakukan oleh pelatih yang peranannya sangat luas, tidak hanya sebagai pendidik semata, melainkan tugasnya sangat kompleks, karena pelatih harus selalu mempertimbangkan banyak variable seperti fisiologis dan psikologis dan aspek sosial. Latihan di atas merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan berkaitan erat dengan kesempurnaan fisik. Kesempurnaan fisik diartikan sebagai suatu perkembangan yang menyeluruh dan harmonis, penguasaan keterampilan yang halus dan

(10)

bervariasi, menanamkan kualitas kemauan yang tinggi, dan secara nyata menyempurnakan kesehatannya. Selanjutnya kesempurnaan fisik harus berkembang dari suatu program latihan yang diorganisir dan direncanakan dengan baik, dan didasarkan atas isi kegiatan yang bernilai.

C. Metode Latihan

Dalam konteks pendidikan dan pengajaran metode diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam menyampaikan suatu materi bahan ajar agar dapat diterima dan dimengerti oleh anak didiknya dengan mudah. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (2010:262) yaitu : “Suatu cara yang dipakai dalam mengumpulkan data”. Penjelasan tersebut tersirat memberikan informasi bahwa latihan dalam olahraga prestasi tidak dapat dipisahkan secara utuh dari proses pendidikan dan pengajaran. Artinya dalam melaksanakan kegiatan latihan ada beberapa hal penting dari kegiatan belajar mengajar yang diadob untuk diterapkan dalam kegiatan latihan, diantaranya adalah metode mengajar. Dengan demikian makna dasar dari metode mengajar dan melatih adalah sama.

Beranjak dari pengertian di atas dapat digambarkan dalam konteks penelitian ini yang dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan oleh pelatih dalam kegiatan melatih.

Dalam konteks penelitian ini terdapat dua metode yang akan dibahas yaitu metode latihan padat dan metode latihan distribusi.

(11)

1. Metode Latihan Padat

Metode latihan padat ini memiliki ciri utama berupa tidak adanya waktu istirahat selama latihan berlangsung, artinya siswa melakukan latihan secara terus menerus. Pengertian metode latihan padat menurut Mahendra (1998:203), dikatakan : “latihan padat menunjukan sedikitnya waktu istirahat diantara ulangan.Misalnya,jika tugas latihan mempunyai waktu pelaksanaanya 30 detik, latihan padat akan menjadwalkan istirahat pada setiap ulanganya hanya sedikit sekali (misalnya 5 detik) atau tidak istirahat sama sekali”.

Suatu kegiatan yang sama jika dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat yang memadai sudah jelas akan menimbulkan kelelahan.

Kelelahan tersebut diakibatkan dari bertambahnya kadar asam laktat dalam tubuh.

Keadaan tersebut. Gambaran keadaan tersebut di atas oleh Harsono (1988:129) dijelaskan, bahwa: “Lelah fisik, yaitu lelah dalam pusat-pusat motorik dalam mempengaruhi pusat-pusat sensorik kita; dan pengaruhnya adalah pekerjaan otot berat akan mempengaruhi pusat syaraf kita, sedangkan sebaliknya pekerjaan yang cukup (moderat) akan dapat meningkatkan tugas dari syaraf pusat”.

Sudah menjadi keharusan bagi atlet dalam olahraga kompetitif, setiap kali berlatih, berlomba, atau bertanding harus mengeluarkan energi yang maksimal.

Dampaknya tentu lelah fisik. Keadaan tersebut barang tentu tidak boleh dibiarkan, karena akan menimbulkan berbagai dampak negatif, diantaranya menurunnya performance yang diakibatkan oleh kelelahan.

(12)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian metode latihan padat adalah latihan-latihan yang tidak ada pemberian istirahat saat latihannya.

2. Pengertian Metode Distribusi

Adapun metode latihan distribusi adalah cara menyampaikan materi latihan yang diselingi waktu istirahat. Seperti yang dijelaskan Mahendra (1998 : 203), bahwa : “penggunaan metode latihan distribusi akan memerlukan istirahat di antara ulangannya minimal selama waktu pelaksanaanya,misalnya 30 detik atau lebih lama”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian metode latihan distribusi adalah latihan-latihan yang ada pemberian istirahat di antara ulangannya pada saat latihannya.

D. Hakikat Permainan Futsal 1. Definisi Futsal

futsal adalah kata yang digunakan secara internasional untuk sepakbola dalam ruangan. Kata itu berasal dari kata futbol atau futebol dari bahasa spanyol atau portugal yang berarti permainan sepak bola dan salon atau sala dari bahasa prancis atau spanyol yang berarti dalam ruangan (Murhananto dalam bukunya dasar – dasar permainan futsal 2006:6) .

Asal muasal futsal muncul pada tahun 1930 di Montevideo, Uruguay, dan diperkenalkan oleh seorang pelatih sepak bola bernama Juan Carlos Ceriani.

Awalnya, Ceriani hanya ingin memindahkan latihan ke dalam ruangan karena kecewa dengan kondisi lapangan yang licin setelah di guyur hujan. Ternyata

(13)

latihan di dalam ruangan sangat efektif. Dia lantas mencetuskan permainan sepak bola dalam ruangan dengan lima lawan lima pemain. Hal ini ternyata mendapat sambutan positif bahkan digandrungi di hampir seluruh negeri di Amerika Selatan (Murhananto dalam bukunya dasar – dasar permainan futsal 2006:6).

Pada 1965, kompetisi internasional futsal digelar untuk kali pertama.

Kejutan pun terjadi dengan sukses Paraguay menjadi juara Piala Amerika Selatan.

Pada tahun berikutnya sampai 1979, Brasil mendominasi dan merengkuh enam trofi berturut-turut. Negara raksasa sepak bola dunia itu juga memenangi Piala Amerika untuk pertama kali pada tahun 1980 dan 1984.

Kejuaraan dunia futsal pertama diprakarsai Federasi Futsal AS (FIFUSA) pada 1982 di Sao Paolo, Brasil. Tuan rumah Brasil tampil sebagai juara. Even yang digelar tiga tahunan itu kemudian digelar untuk partama kalinya di Eropa, yakni di Spanyol pada 1985. Brasil kembali menjadi juara, tetapi dikandaskan Paraguay pada event berikutnya di Australia pada 1988.

Selain kompetisi resmi, banyak sekali kompetisi tidak resmi yang berlangsung. Penyelenggara kompetisi semakin memasyarakatkan futsal di berbagai Negara. Demikian pula dengan di Indonesia. Banyak sekali kejuaraan yang juga amat menumbuhkan gairah bermain futsal di tanah air.

2. Karakteristik permainan futsal

Permainan futsal menurut Murhananto (2006:4) adalah :”permainan bola dengan menggunakan kecepatan. Permainan futsal memerlukan ball feeling yang

(14)

baik, artinya bagaimana menggunakan perasaan saat menyentuh bola dengan kaki.

Penggunaan kaki memang mesti terampil, dengan begitu bola dapat dimainkan dengan leluasa”. Dan menurut Lhaksana (2005:4) futsal, adalah : olahraga beregu.

Kolektivitas tinggi akan mengangkat prestasi, siapa yang membikin goal sama sekali tidak penting, yang penting goal”.

Dalam futsal setiap pemain memiliki peranan ganda, seorang pemain futsal harus memenuhi syarat baik sebagai individu maupun sebagai anggota tim, artinya sebagai individu pemain harus menguasai teknik dasar bermain futsal yang baik. Misalnya, teknik menggiring bola (dribbling), teknik mengumpan bola (passing), teknik menahan bola (ball control), teknik menendang, teknik menghentikan bola, teknik menyundul, mengumpan lambung (Chipping), teknik menembak (shooting), teknik menangkap bola (untuk penjaga gawang), dan lain sebagainya. Sedangkan sebagai anggota tim, dengan kemampuan dan kemahirannya itu, pemain harus dapat bermain bersama-sama dalam satu kesatuan dengan pemain lainnya. Dengan demikian, penguasaan teknik dasar itu perlu oleh setiap pemain yang nantinya akan menunjang terhadap kerjasama tim yang baik, sehingga kemenangan pun mudah didapat.

Dengan memperhatikan penjelasan tesebut, maka dapat disimpulkan bahwa, karakteristik permainan futsal anatara lain adalah:

1. Cepat 2. Lincah 3. Terampil

(15)

Untuk dapat bermain dengan cepat, lincah, dan terampil tentu harus didukung oleh kondisi fisik yang prima, antara lain, kecepatan, kekuatan, power, dan fleksibilitas.

3 Teknik Dasar Permainan Futsal

Teknik dasar merupakan suatu keterampilan individu tiap-tiap pemain untuk melakukan pergerakan baik dengan bola maupun tanpa bola. Penguasaan teknik dasar mempunyai peranan yang sangat penting, karena merupakan penunjang agar pemain dapat bermain secara maksimal dalam suatu pertandingan permainan futsal. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Harsono (1988:100), bahwa :“Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena itu akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga haruslah dilatih dan dikuasai secara sempurna”.

Dari penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap pemain harus memiliki dan menguasai teknik dasar permainan futsal dengan baik.

Dengan memiliki teknik dasar yang baik, seorang pemain akan dengan mudah menguasai dan mengontrol bola dengan mudah. Dengan menguasai teknik dasar yang baik seorang pemain akan bisa membantu timnya untuk menguasai jalannya permainan dan menjadikan timnya sebagai pemenang dalam suatu pertandingan.

Pada dasarnya ciri khas dari setiap cabang olahraga adalah aspek tekniknya.

Begitu pula dalam cabang olahraga futsal, seorang pemain dituntut untuk dapat menguasai teknik dasar yang baik, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efektivitas dan efisiensi dalam bermain futsal serta mampu bekerjasama dengan

(16)

anggota tim lainnya. Pada dasarnya teknik dasar futsal merupakan teknik atau gerakan yang sederhana artinya teknik ini mudah dilakukan serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan permainan futsal ke arah yang lebih baik.

a. Teknik Menendang Bola (Passing) dan Menghentikan Bola (Stopping) Teknik menendang bola (passing) adalah salah satu keterampilan teknik dasar sepak bola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sebagai penghubung saat melakukan teknik wall pass ataupun back pass antara pemain yang satu dengan pemain lainnya dalam melakukan penyerangan (offensive) ke daerah lawan atau pada saat bertahan (deffensive) dari serangan lawan. Oleh karena itu, setiap pemain dituntut untuk memiliki teknik menendang bola yang baik karena dalam sepak bola modern memiliki tingkat pressure yang sangat ketat. Dilihat dari perkenaan bagian kaki ke bola menurut Sucipto dkk (1999:17) teknik menendang dibagi beberapa macam yaitu: “Menendang dengan kaki bagian dalam (inside), kaki bagian luar (outside), punggung kaki (instep) dan punggung kaki bagian dalam (inside of the instep).”

Sedangkan teknik menghentikan bola (stopping) merupakan kebalikan dari alur gerak teknik menendang bola dan perbedaan dari kedua teknik tersebut terletak pada menendang dan mendorong bola kedepan, sedangkan pada saat menghentikan bola gerakan kaki mengikuti bola ke belakang. Teknik dasar menendang dan menghentikan bola perlu dikembangkan untuk bermain sepak bola, dikarenakan kedua teknik ini bagian dari pola gerak dominan yang sering dilakukan dalam permainan sepak bola. Mengenai teknik menendang bola dapat dijelaskan sebagai berikut:

(17)

1. Teknik Menendang Dengan Kaki Bagian Dalam

• Badan menghadap sasaran di belakang bola.

• Kaki tumpu berada disamping bola sasaran, lutut sedikit ditekuk

• Kaki tendang ditarik kebelakang dan ayunkan kedepan sehingga mengenai bola.

• Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah bola.

• Pergelangan kaki ditegangkan pada saat menge

• Gerak lanjut kaki tandang diangkat menghadap sasaran.

• Pandangan ditujukan pada bola dan mengiluti arahnya jalannya terhadap sasaran. Dan kedua lengan terbuka disamping badan.

Untuk lebih jelasnya mengenai teknik menendang dengan kaki bagian dalam dapat dilihat pada Gambar 2.3

Teknik Menendang Dengan Kaki Bagian Dalam Teknik Menendang Dengan Kaki Bagian Dalam

Badan menghadap sasaran di belakang bola.

Kaki tumpu berada disamping bola ±15 cm, ujung kaki menghadap sasaran, lutut sedikit ditekuk

Kaki tendang ditarik kebelakang dan ayunkan kedepan sehingga mengenai

Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah

Pergelangan kaki ditegangkan pada saat mengenai bola.

Gerak lanjut kaki tandang diangkat menghadap sasaran.

Pandangan ditujukan pada bola dan mengiluti arahnya jalannya terhadap Dan kedua lengan terbuka disamping badan.

Untuk lebih jelasnya mengenai teknik menendang dengan kaki bagian dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3

Teknik Menendang Dengan Kaki Bagian Dalam (Sucipto dkk, 1999:18)

cm, ujung kaki menghadap

Kaki tendang ditarik kebelakang dan ayunkan kedepan sehingga mengenai

Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah-tengah

Pandangan ditujukan pada bola dan mengiluti arahnya jalannya terhadap

Untuk lebih jelasnya mengenai teknik menendang dengan kaki bagian

Teknik Menendang Dengan Kaki Bagian Dalam

(18)

2. Teknik Menendang Dengan Kaki Bagian Luar

• Posisi badan di belakang bola, kaki tumpu disamping belakang bola 25 cm ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk

• Kaki tendang berada dibelakang bola, dengan ujung kaki menghadap kedalam.

• Kaki tendang ditarik kebelakang dan ayunkan kedepan sehingga menggenai bola.

• Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki bagian luar dan tepat pada tengah-tengah bola, pada saat perkenaan dengan bola pergelanggan kaki ditegangkan.

• Gerak lanjut kaki tendang diangkat serong ± 45 menghadap sasaran.

• Pandangan kebola dan menggikuti jalannya bola kesasaran.

• Kedua lenggan terbuka menjaga keseimbangan disamping badan.

Untuk lebih jelasnya mengenai teknik menendang dengan kaki bagian luar dapat dilihat Gambar 2.4.

Gambar 2.4

Teknik Menendang Dengan Kaki Bagian Luar (Sucipto dkk, 1999:19)

(19)

3. Teknik Menendang Dengan Punggung Kaki

a. Badan dibelakang bola sedikit condong kedepan, kaki tumpu diletakan disamping bola dengan ujung kaki menghadap kesasaran, dan lutut sedikit ditekuk.

b. Kaki tendang berada dibelakang bola dengan punggung kaki menghadap kedepan/sasaran.

c. Kaki tendang tarik kebelakang dan ayunkan kedepan sehingga mengenai bola.

d. Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki penuh dan tepat pada tengah-tengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki di regangkan.

e. Gerak lanjut kaki tendang diarahkan dan diangkat kearah sasara.

f. Pandanggan menggikuti jalannya bola dan kesasaran.

Untuk lebih jelasnya mengenai teknik menendang dengan punggung kaki dapat dilihat Gambar 2.5.

Gambar 2.5

Teknik Menendang Dengan Punggung Kaki (Sucipto dkk, 1999:20)

(20)

4. Teknik Menendang Dengan Punggung Kaki Bagian Dalam

• Posisi badan berada dibelakang bola, sedikit serong ± 40° dari garis lurus bola, kaki tumpu diletakan disamping blakang bola ± 30 cm dengan ujung kaki membuat sudut 40° dengan garis lurus bola.

• Kaki tendang berada dibelakang bola dengan ujung kaki serong ± 40°

kearah luar. Kaki tendang tarik kebelakang dan ayunkan kedepan sehingga mengenai bola. Perkenaan kaki pada bola tepat dipunggung kaki bagian dalam dan tepat pada tengah bawah bola dan pada saat kaki mengenai bola, pergelangan kaki di tegangkan.

• Gerak lanjutan kaki tendang dianggkat dan diarahkan kedepan.

• Pandanggan mengikuti jalannya bola kesasaran.

• Lengan dibuka berada disamping badan sebagai keseimbangan.

Untuk lebih jelasnya mengenai teknik menendang dengan punggung kaki bagian dalam dapat dilihat Gambar 2.6.

Gambar 2.6

Menendang Dengan Punggung Kaki Bagian Dalam (Sucipto dkk, 1999:21)

(21)

dalam mengoper bola kepada teman, diusahakan dengan kaki bagian dalam diusahakan bola cukup kencang. Karena lapangan futsal relatif kecil, apabila passing terlalu lambat akan sangat mudah dipotong oleh lawan. Bola futsal lebih kecil (pantulan tidak terlalu besar dibanding bola lapangan besar), sehingga sekencang apapun passing dari teman, masih memungkinkan untuk dikontrol.

A. Kegunaan teknik dasar passing

Mengoper bola atau passing menurut Danny Mielke (2007:19) adalah:

”seni memindahkan momentum bola dari satu pemain kepemain yang lain”.

Passing yang baik dimulai ketika tim yang sedang menguasai bola menciptakan diantara lawan dengan bergerak dan membuka ruang di sekeliling pemain”. Dan kegunaan passing yang lainnya menurut Danny Mielke (2007:21) adalah

“passing yang tepat akan membantu penerima mengontrol bola dan menentukan gerak permainan berikutnya”.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan suatu pendapat yang diyakini kebenarannya dan telah dijadikan titik tolak penelitian dalam memecahkan masalah. Seperti yang diungkapkan Surakhmad (1998:38), menjelaskan bahwa : “Anggapan dasar merupakan asumsi atau postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan terhadap masalah yang dihadapi yang mana tidak lagi menjadi keraguan penyidik”.

(22)

Dalam penelitian ini ada beberapa anggapan dasar yang penulis ajukan sebagai titik tolak kerangka berpikir dalam melakukan penelitian, antara lain sebagai berikut :

Permainan futsal adalah permainan beregu yang terdiri dari lima orang pemain yang distribusi di lapangan dan satu diantaranya bertindak sebagai penjaga gawang. Permainan ini memiliki tujuan yaitu memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya dari kemasukan bola oleh lawan, dengan demikian tim yang memasukan bola lebih banyak dinyatakan sebagai pemenangnya. Dalam permainan futsal yang terdiri dari lima pemain yang berada di lapangan mempunyai tugas dan posisinya masing-masing, sesuai dengan formasi dan strategi yang dimainkan.

Dalam permainan futsal tidak beda dengan sepak bola, terdapat beberapa teknik dasar yang salah satunya adalah mengoper bola (passing). mengoper bola menjadi salah satu teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap pemain. Karena passing merupakan pola gerak dominan dalam permainan sepak bola. Seperti

yang diungkapkan oleh Sucipto, dkk (1999:17), dikatakan : “Menendang bola merupakan karakteristik permainan sepak bola yang paling dominan”. Dengan demikian pemain harus benar-benar menguasai teknik passing dengan benar.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan seorang pemain sepak bola dalam menguasai keterampilan teknik dasar futsal khususnya mengoper bola (passing), diantaranya faktor bawaaan. Faktor lingkungan juga menentukan tingkat keberhasilan. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka setiap pelatih harus menguasai teknik penyajian bahan atau materi yang baik dalam

(23)

proses latihan gerak adalah dalam menentukan metode. Hal ini mempengaruhi proses latihan teknik dan penampilan para pemain futsal.

1. Pengaruh metode latihan padat terhadap kemampuan passing pada permainan futsal.

Dalam metode latihan padat ini, merupakan latihan yang dilakukan tanpa adanya istirahat, sebagaimana yang diungkapkan Mahendra (1998:203), dikataka:“latihan padat menunjukan sedikitnya waktu istirahat diantara ulangan.Misalnya, jika tugas latihan mempunyai waktu pelaksanaanya 30 detik, latihan padat akan menjadwalkan istirahat pada setiap ulanganya hanya sedikit sekali (misalnya 5 detik) atau tidak istirahat sama sekali”. Selanjutnya Harsono (1988:129), dijelaskan :

”Lelah fisik yaitu lelah dalam pusat-pusat motorik dalam mempengaruhi pusat-pusat sensorik kita; dan pengaruhnya adalah pekerjaan otot berat akan mempengaruhi pusat syaraf kita, sedangkan sebaliknya pekerjaan yang cukup (moderat) akan meningkatkan tugas dari syaraf kita”.

Namun untuk mencapai suatu tingkat keterampilan gerak yang tinggi dari suatu gerakan yang komplek tidaklah mungkin tanpa melakukan pengulangan, hanya dengan melakukan pengulangan suatu keterampilan khususnya dalam mempelajari teknik passing akan efektif dipergunakan. Sehingga dalam proses latihan keterampilan ini si anak melakukan tugas dengan baik, namun dalam metode latihan ini dimungkinkan si anak merasa jenuh dan bosan dalam melakukan tugas geraknya karena membutuhkan waktu yang lama.

(24)

2. Pengaruh metode latihan distribusi terhadap kemampuan passing pada permainan futsal.

Metode latihan distribusi merupakan suatu upaya penyajian materi latihan tepat guna. Penulis katakan demikian karena metode latihan distribusi memberikan kesempatan untuk atlet mengikuti suatu program latihan dengan waktu istirahat, sesuai dengan pemaparan Mahedra (1998:204), bahwa:

“penggunaan metode latihan distribusi akan memerlukan istirahat di antara ulangannya minimal selama waktu pelaksanaanya, misalnya 30 detik atau lebih lama”

Dengan memperhatikan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan metode latihan distribusi dalam operasionalnya sangat memperhatikan pemanfaatan waktu pembelajaran yang tersedia, intensitas latihan dan kesempatan istirahat.

Dengan memperhatikan pemaparan tersebut di atas maka dapat diduga bahwa hasil latihan futsal khususnya mengoper bola (passing) dengan menggunakan metode latiahan distribusi, akan lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan metode latihan padat.

G. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:110) adalah : ”dapat diartikan sebagai suatu

(25)

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Metode distribusi lebih berpengaruh secara signifikan dibandingkan dengan metode latihan padat terhadap peningkatan kemampuan passing dalam cabang olahraga futsal.

Gambar

Gambar 2.1 Ilmu- ilmu Penunjang Kepelatihan  Sumber : Satriya, metodologoi kepelatihan olahraga (2007:14)
Gambar 2.2 Komponen fisik

Referensi

Dokumen terkait

pragmatik yang disampaikan oleh Deborah Schiffrin dan Elizabeth Black, banyak definisi-definisi lain yang dikumpulkan oleh Levinson, antara lain: (1) pragmatik merupakan suatu

Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.. Tanggung jawab terhadap penggunaan anggaran

Penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan desain studi cohort prospective melalui penelusuran data rekam medik pasien yang menjalani tindakan operasi seksio

Sehubungan dengan telah selesainya koreksi aritmatik yang dilakukan oleh Pokja V Unit Layanan.. Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Musi Banyuasin

Selected wheat genotypes with wide adap- tation or specific adaptation to environments can be used as materials for genetic recombination of wheat adapt the medium and low

Kalimat imperatif merupakan kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta, agar mitra tutur melakukan suatu sebagaimana yang diinginkan si penutur. Dalam

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

• Pada tahap awal, Rumah sakit akan dilengkapi dengan terminal KPE yang dapat membaca kartu KPE dan melakukan otentikasi dengan sidik jari. • Form ASKES dapat langsung diisi