• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti beberapa variabel-variabel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti beberapa variabel-variabel"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti beberapa variabel-variabel yang digunakan didalam penelitian ini seperti:

Mardela (2016), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan pembangunan ekonomi di provinsi lampung. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu, bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah tenaga kerja dan dana alokasi bantuan pembangunan (DABP) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat ketimpangan pembangunan di provinsi lampung.

Baransano et al. (2016), meneliti tentang Analysis of Factors Affecting Regional Development Disparity in the Province of West Papua. Teknik analisis

yang digunakan adalah Indeks Williamson dan regresi data panel. Hasil yang diperoleh dala penelitian ini yaitu PDRB per kapita, populasi, dan dana alokasi bantuan pembangunan memiliki hubungan positif, sedangkan IPM berhubungan negatif dengan disparitas pembangunan.

Linda & Pujiati (2013), meneliti tentang disparitas pembangunan wilayah kabupaten/kota di provinsi jawa tengah. Teknik analisis yang digunakan yaitu tipologi klassen dan regresi data panel. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu, variabel aglomerasi berpengaruh positif signifikan dan dana alokasi, IPM dan klasifikasi daerah cepat dan cepat tumbuh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap disparitas pembangunan provinsi jawa tengah.

(2)

Angelia (2010), meneliti tentang analisis ketimpangan pembangunan wilayah di provinsi DKI Jakarta tahun 1995-2008. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu variabel PDRB per kapita dan aglomerasi berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pembangunan.

Zainuri & Jamal (2017), meneliti tentang disparitas pembangunan ekonomi di Indonesia tahun 2006-2013. Teknik analisis yang digunakan yaitu regresi data panel. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu, variabel PDRB per kapita dan IPM berpengaruh positif signifikan sedangkan variabel kemiskinan, pengangguran dan rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap disparitas pembangunan.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada objek atau lokasi yang diteliti. Pada penelitian ini menggunanakan lokasi kabupaten/kota di provinsi jawa timur, selain perbedaan lokasi periode waktu yang digunakan dalam penelitiaan ini selama 6 tahun dari 2014-2019.

Adapun persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu persamaan variabel dana alokasi bantuan pembangunan (DABP) dan PDRB per kapita dan persamaan analisis regresi yang digunakan.

B. Landasan Teori

1. Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan merupakan proses pemerintah daerah dan masyarakat dapat mengelola setiap sumber daya yang ada dan dapat membentuk suatu pola

(3)

kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan dapat meningkatkan perkembangan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010 dalam Dhyatmika, 2013).

Pembangunan daerah dapat berupa pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan perusahaan-perusahaan baru. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.

Keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan antar daerah. Menurut Malthus bahwa proses pembangunan merupakan suatu proses baik naik turunnya atau lancar tidaknya suatu aktivitas ekonomi (Jhinghan, 2004 dalam Nur Rahmi 2017). Setiap upaya pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah daerah dan masyarakat yang harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

Menurut Arsyad (2010), keadaan sosial ekonomi setiap daerah yang berbeda akan membawa implikasi bahwa cakupan campur tangan pemerintah untuk tiap daerah berbeda pula. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah, akan mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan daerah pula. Saat ini tidak ada suatu teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komperhensif. Namun ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu

(4)

untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah. Secara umum pendapat-pendapat yang mendasari bidang teori pembangunan ekonomi regional yang masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda yaitu sebagai berikut:

a. Teori Pembangunan Model Neo Klasik

Model Neo Klasik mendasarkan analisa pada peralatan fungsi produksi, sama halnya dengan analisis pertumbuhan ekonomi nasional. Kelompok Neo Klasik berpendapat bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja, kemajuan teknologi. Kelompok Neo Klasik mengatakan bahwa pada saat proses pembangunan baru dimulai (negara yang sedang berkembang), tingkat perbedaan kemakmuran antara wilayah cenderung mejadi tinggi (divergence), ketika proses pembangunan telah berjalan dalam waktu lama (negara yang telah berkembang) maka perbedaan tingkat kemakmuran antara wilayah cenderung menurun (convergen). Kebenaran pendapat ini mula- mula diselidiki secara empiris oleh Williamson (1965) dalam Sjafrizal (2013) (Gambar 2.1).

Ketimpangan regional

Kurva ketimpangan Regional

Tingkat pembangunan nasional

Gambar 2.1 Kurva ketimpangan regional

Sesuai dengan kesimpulan dari model Neo-Klasik ini, hipotesa yang dapat ditarik, Pertama, kemajuan teknologi, peningkatan investasi dan peningkatan jumlah tenaga kerja suatu wilayah berhubungan positif dengan pertumbuhan

(5)

ekonomi wilayah. Kedua, pada permulaan proses pembangunan, ketimpangan regional cenderung meningkat, tetapi setelah titik maksimum bila pembangunan terus dilanjutkan, maka ketimpangan antar daerah akan berkurang dengan sendirinya.

2. Teori Disparitas Pembangunan Antar wilayah

Disparitas pembangunan merupakan ketidakmerataan pembangunan antar wilayah yang melahirkan masalah-masaalah sosial politik. Disparitas pembangunan antar wilayah merupakan fenomena universal. Di semua Negara tanpa memandang ukuran dan tingkat pembangunannya. Pembangunan antar wilayah yang tidak merata baik dalam aspek masyarakat maupun menurut aspek antar wilayah harus mendapatkan perhatian khusus agar tidak terjadinya kesenjangan antar daerah.

Ketimpangan antar daerah terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demograsi yang berbeda-beda disetiap daerah.

Menurut Sjafrizal (2012), Faktor-faktor penyebab terjadinya ketimpangan perbangunan ekonomi antara lain:

a. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah

Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah.

b. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah

Rendahnya alokasi di suatu daerah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat perkapita di daerah tersebut renah, karena tidak ada kegiatan – kegiatan ekonomi yang produktif.

(6)

c. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi Yang Rendah Antar Daerah

Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan Kapital antar wilayah merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional.

d. Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA) Antar Daerah

Menurut kaum klasik pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam (SDA) akan lebih maju dan makmur dibandingkan di daerah yang kurang dengan SDA.

e. Perbedaan Kondisi Demografi Antar Dearah

Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena perbedaan kondisi geografi antar daerah. Dalam hal seperti jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat, dan etos kerja.

f. Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Daerah

Kurang lancarnya perdagangan antar daerah (intra-trade) merupakan unsur ketimpangan ekonomi regional. Tidak lancarnya Intra-trade disebabkan karena keterbatasan transportasi dan komunikasi.

Perbedaan tingakat pembangunan antar daerah yang bila mana hal ini dibiarkan maka akan terus menyebabkan kesenjangan yang akan semakin meluas sehingga meneyebabkan tingkat kesejahteraan penduduk karena adanya perbedaan tingkat PDRB per kapita yang dimiliki masing-masing daerah berbeda. Menurut Tarigan (2005), PDRB per kapita merupakan total PDRB suatu daerah yang dibagi dengan jumlah total penduduk daerah tersebut. Pendapatan PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur seberapa

(7)

besar tingkat kesejahteraan masyarakatnya (Tarigan, 2005 dalam Islami & SBM, 2018).

Disparitas pembangunan ekonomi diukur menggunakan Indeks Williamson.

Indeks Williamson merupakan salah satu alat untuk mengukur ketimpangan yang semula digunakan oleh Jeffrey G. Williamson. Perhitungannya menggunakan data PDRB per kapita kabupaten/kota dan rata-rata PDRB per kapita provinsi, menggunakan data jumlah penduduk kabupaten/kota dan jumlah penduduk provinsi. Menurut teori Neo Klasik disparitas pembangunan antar daerah tersebut dapat mencapai keseimbangan kembali dengan sendirinya, karena daerah tertinggal akan dengan sendirinya konvergen dengan daerah yang lebih maju.

3. Teori Dana Alokasi Bantuan Pembangunan (DABP)

Dana alokasi bantuan pembangunan merupakan dana perimbangan yang bersumber dari dana APBN. Untuk melakukan pembangunan daerah pasti diperlukan sumber dana untuk mencapai keberhasilan suatu pembangunan daerah.

Dana alokasi bantuan terdiri dari dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Dana alokasi umum (DAU) merupakan dana yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam kegiatan desentralisasi. DAU merupakan block grantsyang diberikan untuk semua kabupaten/kota dengan tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fisikalnya.

Sedangkan dana alokasi khusus (DAK) merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah tertentu bertujuan untuk menandanai kegiatan khusus sesuai

(8)

dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN. Adapun kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:

a. Kebutuhan tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus dana alokasi umum.

b. Kebutuhan merupakan komitmen atau prioritas nasioanal.

c. Kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi dana penghijauan oleh daerah penghasil.

4. Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per kapita

PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembanguna perekonomian di suatu wilyah. PDRB per kapita di peroleh dari jumlah PDRB dibagi dengan jumlah penduduk suatu daerah tertentu. PDRB merupakan jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari semua kegiatan perekonomian dalam waktu tertentu atau dalam waktu satu tahun.

Tingkat kemakmuran masyarakat dapat dilihat apabila pendapatan perkapita menurut harga konstan terus menerus mengalami peningkatan.

Pada perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga berlaku dan PDRB harga konstan, yang dimana PDRB harga berlaku merupakan nilai suatu barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut, dan PDRB harga konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahun acuan atau tahun dasar. Data PDRB ADHK lebih menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah tersebut.

(9)

C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan antara Dana Alokasi Bantuan Pembangunan (DABP) terhadap Disparitas Pembangunan

Dana Alokasi Bantuan Pembangunan (DABP) merupakan salah satu sumber keuangan untuk melakukan pembangunan daerah, DABP bersumber dari dana perimbangan yang diperoleh dari dana APBN. Pada dasarnya dalam melakukan pembangunan daerah diperlukan pula campur tangan pemerintah seperti memberikan bantuan dana pembangunan. Dikarenakan keberhasilan suatu pembangunan sangat bergantung pada pemanfaatan sumberdaya yang ada. Namun terdapat potensi dan pemanfaatan sumberdaya yang berbeda antar daerah. Maka dari itu alokasi bantuan dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah sangat diperlukan dalam mengelola pembangunan suatu daerah.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dana alokasi bantuan pembangunan dapat mempengaruhi tingkat disparitas antar kabupaten/kota.

Hal ini sependapat dengan penelitian Mardela (2016), menyatakan bahwa dana alokasi bantuan pembangunan (DABP) merupakan salah satu sumber dana untuk melakukan pembangunan daerah. Jika sumber dana ini dibagikan secara merata dan sesuai dengan kondisi wilayah tersebut maka dapat menurunkan disparitas antar wilayah kabupaten/kota sebesar 0.12%.

Linda & Pujiati (2013), yang menyatakan bahwa pentingnya peranan dana alokasi bantuan pembangunan dalam mengurangi disparitas pembangunan antar wilyah kabupaten/kota karena dana ini memiliki kontribusi yang besar.

(10)

2. Hubungan antara PDRB Per kapita terhadap Disparitas Pembangunan Keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari jumlah Produk Domestik Bruto (PDRB) per kapita yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten/kota. Dengan meningkatnya dan meratanya PDRB per kapita dapat pula meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan kemakmuran sehingga dapat menurunkan tingkat disparitas. Akan tetapi yang menjadi masalah dalam pembangunan ekonomi ini adalah jika pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah tidak merata maka akan mengakibatkan meningkatnya disparitas antar wilayah.

Untuk meningkatkan pembangunan maka pemerintah dapat membuat strategi dan perencanaan pembangunan daerah dengan memperthatikan pergeseran sektor ekonomi dari tahun ke tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB dapat memberika pengaruh terhadap disparitas pembangunan.

Angelia (2010), menyatakan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan keberhasilan pembangunan pada wilayah tersebut. Apabila suatu wilayah dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya maka wilayah tersebut dapat dikatakan sudah mampu melaksanakan pembangunan ekonomi dengan baik. Ketika pendapatan per kapita meningkat dan merata maka kesejahteraan masyarakat akan tercipta dan ketimpangan akan berkurang. Namun sebaliknya jika pendapatan per kapita meningkat secara tidak merata maka akan mengakibatkan meluasnya ketimpangan.

Zainuri & Jamal (2017), menyatakan dengan meningkatnya PDRB per kapita yang tidak merata maka akan semakin memburuk terjadinya ketimpangan

(11)

hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik wilayah, sumber daya manusia serta fasilitas yang memadai.

D. Kerangka Teoritis

Gambar 2.2 Kerangka Teoritis DABP dan PDRB per kapita sebagai

faktor yang dapat mempengaruhi disparitas pembangunan.

Rumusan masalah:

1. Seberapa besar tingkat disparitas pembangunan antar wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014- 2019?

2. Bagaimana pengaruh DABP dan PDRB per kapita terhadap disparitas pembangunan antar wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014-2019?

Tujuan:

a. Menganalisis tingkat disparitas pembangunan berdasarkan indeks Williamson dan faktor yang mempengaruhi disparitas pembangunan antar wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014-2019.

b. Menganalisis pengaruh DABP dan PDRB perkapita terhadap disparitas pembangunan antar wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014-2019.

Hasil:

DABP berpengaruh signifikan terhadap disparitas pembangunan PDRB per kapita berpengaruh signifikan terhadap disparitas pembangunan

Analisis Data:

Regresi Data panel Uji F, Uji t, Uji 𝑅2

Penelitian Terdahulu:

Mardela (2016), Linda & Pujiati (2013) DABP berpengaruh negatif dan signifikan.

Zainuri & Jamal, Angelia (2010) PDRB berpengaruh positif dan signifikan.

Kelompok Neo Klasik berpendapat bahwa unsur- unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja, kemajuan teknologi.

Ketimpangan antar daerah terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demograsi yang berbeda-beda disetiap daerah.

(12)

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

Berdasarkan permasalahannya dana alokasi bantuan pembangunan (DABP) dan PDRB per kapita dapat memberikan pengaruh terhadap ketimpangan pembangunan, sehingga penelitian ini mempunyai hipotesis sebagai berikut:

1. Dana Alokasi Bantuan Pembangunan (DABP) berpengaruh signifikan terhadap Disparitas Pembangunan

2. PDRB per kapita berpengaruh signifikan terhadap Disparitas Pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan menjelaskan pengaruh antara investasi, angkatan kerja, alokasi dana bantuan pembangunan daerah terhadap variabel ketimpangan pembangunan

Gambar 3.7 Use Case Diagram Petugas UMKM pada Sistem Informasi Peengolahan Data Dinas Koperasi dan UMKM Nusa Tenggara

Pada komponen afektif, individu yang terlibat dalam perilaku bullying tidak mampu merasakan kondisi emosional individu lain yang menjadi sasaran, pelaku bullying tidak

Set data uji coba terdiri dari atribut campuran numerik dan kategorikal serta memiliki beberapa kelas atau klaster dimana sebagian di antaranya adalah kelas dengan

[r]

Judul skripsi : Tinjauan Ushul Fiqih Terhadap Fatwa Yusuf al-Qardlawi Tentang Kebolehan Seorang Muslim Menerima Warisan Dari Kerabat Non Muslim.. NO TANGGAL

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Alasan tersebut pula yang menjadi dasar pemilihan aktivator ZnCl 2 digunakan dalam penelitian ini sehingga seharusnya karbon aktif yang dihasilkan dengan menggunakan aktivator ZnCl