• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai demokrasi kelas V SD Negeri Sarikarya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai demokrasi kelas V SD Negeri Sarikarya."

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN

DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI

KELAS V SD NEGERI SARIKARYA Friscilia Verra Purnama Sakti

Universitas Sanata Dharma 2014

Penelitian ini didorong oleh pengalaman lapangan akan keterbatasan guru dalam mengajarkan kesadaran akan nilai, padahal kesadaran akan nilai merupakan suatu hal yang penting selain kecerdasan intelektual. Hal tersebut diduga mengakibatkan kurangnya kesadaran siswa akan nilai demokrasi dalam mata pelajaran PKn.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi dalam bidang studi PKn pada menghargai keputusan bersama dengan model PPR.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan berulang pada siklus berikutnya. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD N Sarikarya. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2, 16, 23, dan 30 April 2014. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui kesadaran siswa akan nilai demokrasi yang berisi 46 pernyataan terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorabel. Kesadaran akan nilai demokrasi memiliki lima indikator. Kriteria keberhasilan setiap indikator adalah indikator I 69, 69%, indikator II 78, 78%, indikator III 90, 90%, indikator IV 75, 75%, dan untuk indikator V 63, 63.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model PPR dapat meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi. Capaian perkembangan kesadaran akan nilai demokrasi ditunjukkan oleh persentase jumlah siswa yang memiliki kesadaran akan nilai demokrasi pada indikator I 81, 81%, indikator II 87, 87%, indikator III 93, 93%, indikator IV 81, 81%, dan indikator V 69, 69%.

(2)

ix ABSTRACT

THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM IN CIVICS EDUCATION FOR IMPROVE STUDENT AWARENESS TOWARD THE DEMOCRACY VALUE THE 5ND STUDENT OF

SARIKARYA ELEMENTARY SCHOOL

Friscilia Verra Purnama Sakti Sanata Dharma University

2014

The research was conducted since there was a restrictiveness teacher in awareness teach, actually awareness it is a important other than intellectual intelligence. It cause the students lack of awareness of democracy value in civics-education.

This research aims to know the level of awareness of democracy value in civics- education students of five grade Sarikarya elementary school.

This research is a classroom action research, consist of two cycles. Each ot that’s included four steps, there’s planning, action, observation, dan reflection, which repeated in every subsequent cycles. The subject were the five grade of Sarikarya elementary school student on the addiction of fraction number topics. The datas gathering has been done 2, 16, 23, and 30 April 2014. The datas were collection by questionnaires to knowing the level of awareness of democracy value that have 46 question comprise of favorable statement and unfavorable statement. Swareness of democracy value have five indicators. Student was the successful in the criteria of each indicators were: for first indicator 69, 69%, for second indicator 78, 78%, for the third indicator 90, 90%, for the fourth indicator 75, 75, for the five indicator 63, 63%.

The result of research observably that civics- education which used by reflective pedagogy paradigm could increase percentage the awareness of democracy value. The student’s achievement of awareness of democracy value for the first indicators 81, 81%, for the second indicators 87, 87%, for the third indicator 93, 93%, for the fourth indicator 81, 81%, for the five indicator 69, 69%.

(3)

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

PADA MATA PELAJARAN PKn

DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA

AKAN NILAI DEMOKRASI

KELAS V SD NEGERI SARIKARYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Friscilia Verra Purnama Sakti NIM : 101134143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

PADA MATA PELAJARAN PKn

DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA

AKAN NILAI DEMOKRASI

KELAS V SD NEGERI SARIKARYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Friscilia Verra Purnama Sakti NIM : 101134143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada: 1. Tuhan Yesus Juru Selamatku.

2. Bunda Maria, Bunda Penolong Abadi.

3. Orangtuaku Mugiyanto & Suprapti yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada saya hingga saat ini.

4. Kakakku, adikku, kakak Iparku, serta keponakanku yang tak henti-hentinya memberikan semangat serta dukungan.

5. Teman Spesial yang telah mendukung dan memberikan semangat

(8)

v

MOTTO

(9)
(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Friscilia Verra Purnama Sakti

Nomor Mahasiswa : 101134143

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKn

DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI

KELAS V SD NEGERI SARIKARYA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Yogyakarta, 24 Juli 2014 Yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN

DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI

KELAS V SD NEGERI SARIKARYA Friscilia Verra Purnama Sakti

Universitas Sanata Dharma 2014

Penelitian ini didorong oleh pengalaman lapangan akan keterbatasan guru dalam mengajarkan kesadaran akan nilai, padahal kesadaran akan nilai merupakan suatu hal yang penting selain kecerdasan intelektual. Hal tersebut diduga mengakibatkan kurangnya kesadaran siswa akan nilai demokrasi dalam mata pelajaran PKn.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi dalam bidang studi PKn pada menghargai keputusan bersama dengan model PPR.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan berulang pada siklus berikutnya. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD N Sarikarya. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2, 16, 23, dan 30 April 2014. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui kesadaran siswa akan nilai demokrasi yang berisi 46 pernyataan terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorabel. Kesadaran akan nilai demokrasi memiliki lima indikator. Kriteria keberhasilan setiap indikator adalah indikator I 69, 69%, indikator II 78, 78%, indikator III 90, 90%, indikator IV 75, 75%, dan untuk indikator V 63, 63.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model PPR dapat meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi. Capaian perkembangan kesadaran akan nilai demokrasi ditunjukkan oleh persentase jumlah siswa yang memiliki kesadaran akan nilai demokrasi pada indikator I 81, 81%, indikator II 87, 87%, indikator III 93, 93%, indikator IV 81, 81%, dan indikator V 69, 69%.

(12)

ix ABSTRACT

THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM IN CIVICS EDUCATION FOR IMPROVE STUDENT AWARENESS TOWARD THE DEMOCRACY VALUE THE 5ND STUDENT OF

SARIKARYA ELEMENTARY SCHOOL

Friscilia Verra Purnama Sakti Sanata Dharma University

2014

The research was conducted since there was a restrictiveness teacher in awareness teach, actually awareness it is a important other than intellectual intelligence. It cause the students lack of awareness of democracy value in civics-education.

This research aims to know the level of awareness of democracy value in civics- education students of five grade Sarikarya elementary school.

This research is a classroom action research, consist of two cycles. Each ot that’s included four steps, there’s planning, action, observation, dan reflection, which repeated in every subsequent cycles. The subject were the five grade of Sarikarya elementary school student on the addiction of fraction number topics. The datas gathering has been done 2, 16, 23, and 30 April 2014. The datas were collection by questionnaires to knowing the level of awareness of democracy value that have 46 question comprise of favorable statement and unfavorable statement. Swareness of democracy value have five indicators. Student was the successful in the criteria of each indicators were: for first indicator 69, 69%, for second indicator 78, 78%, for the third indicator 90, 90%, for the fourth indicator 75, 75, for the five indicator 63, 63%.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan pada Allah bapa di surga atas segala berkat dan rahmat yang telah dicurahkan-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKn DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI KELAS V SD NEGERI SARIKARYA” dapat berjalan dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Tugas ini dibuat sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa kemampuan penguasaan bidang studi, pemahaman terhadap siswa, pembelajaran dan pengembangan kepribadian siswa.

Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Rohand Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Ketua

Program Studi Pendidikan guru Sekolah Dasar.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M., Ed.D selaku Wakaprodi PGSD.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku pembimbing I yang telah membimbing penelitian dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. 5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A, selaku pembimbing II yang

telah membimbing penelitian dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

6. Bapak Jaka Triyana, S.Pd kepala sekolah SDN Sarikarya yang telah membimbing penelitian dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. 7. Bapak Sudarsono, A. Ma.Pd, selaku guru mitra SD penelitian yang

(14)

xi

8. Siswa kelas V SDN Sarikarya yang telah bekerjasama dalam penelitian ini sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

9. Segenap dosen PGSD S-1, terima kasih atas segala bantuannya selama ini.

10.Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian dehingga skripsi ini selesai.

11.Kedua orangtua, Bapak Mugiyanto dan Ibu Suprapti yang telah mendukung dalam segala bentuk motivasi dalam pengerjaan karya ilmiah ini

12.Kakak-kakakku, David Joko Purnama Sakti, Franssico Adi Purnama Sakti, & Daniel Frenki Purnama Sakti. Adikku, Fernando Anjas Purnama Sakti yang telah memberikan semangat dan dukungan.

13.Kakak Iparku serta keponakanku

14.Teman Spesialku, Antonius Kurniawan Dwi Prihatmaka. Terima kasih atas segala kesabaran, dukungan, dan bantuan yang diberikan.

Penulis meyadari bahwa skripsi ini belum sempurna sepenuhnya. Namun, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juli 2014 Penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Paradigma Pedagogi Reflektif ... 8

2.1.1.1Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 8

2.1.1.2Tujuan Peradigma Pedagogi refektif ... 8

2.1.1.3Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif . 9

2.1.2 Pendidikan kewarganegaraan ... 11

2.1.2.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

(16)

xiii

2.1.2.3Objek kajian Pendidikan Kewarganegaraan ... 13

2.1.3 Kesadaran ... 13

2.1.3.1Pengertian Kesadaran ... 13

2.1.3.2Tujuan Kesadaran ... 14

2.1.3.3Klasifikasi Kesadaran... 14

2.1.3.4Indikator Kesadaran akan nilai... 16

2.1.3.5Menumbuhkan Kesadaran Kritis ... 16

2.1.4 Nilai ... 18

2.1.4.1Pengertian Nilai ... 18

2.1.4.2Macam-macam Nilai ... 18

2.1.5 Demokrasi ... 20

2.1.5.1Pengertian Demokrasi ... 20

2.1.5.2Perkembangan Demokrasi ... 20

2.1.5.3Macam-macam Demokrasi ... 21

2.1.5.4Nilai-nilai Demokrasi ... 23

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

2.2.1 Penelitian Tentang Paradigma Pedagogi Reflektif ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 29

2.4 Hipotesis ... 3

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Setting Penelitian (tempat, subjek, dan objek peneltian) ... 33

3.2.1 Tempat Penelitian ... 33

3.4 Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 43

(17)

xiv

3.6 Instrumen Penelitian ... 45

3.6.1 Peubah, Data, Pengumpulan data, dan Instrumen ... 46

3.6.2 Instrumen Penelitian Non Tes ... 46

3.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 55

3.7.1 Validitas ... 55

3.7.2 Reliabilitas ... 56

3.7.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 57

3.7.3.1 Uji Validitas kuesioner kesadaran akan nilai demokrasi 57 3.7.3.2 Uji Reliabilitas ... 60

3.8 Tehnik Analisis Data Kesadaran akan Nilai ... 60

3.9 Jadwal Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 70

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 103

5.3 Saran ... 104

(18)

xv

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Indikator Keberhasilan ... 43

Tabel 2. Peubah, Data, Pengumpulan data, dan Instrumen ... 46

Tabel 3. Lembar Skala Sikap Kesadaran Akan Nilai Demokrasi Sebelum Validasi ... 46

Tabel 4. Penyebaran Item Kuesioner Sebelum Validasi ... 51

Tabel 5. Lembar kuesioner Kesadaran Akan nilai demokrasi Setelah Validasi ... 51

Tabel 6. Penyebaran dari Item Kuesioner Setelah Validasi ... 54

Table 7. Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 57

Tabel 8. Hasil uji validitas kuesioner kesadaran akan nilai demokrasi... 57

Tabel 9. Kisi-Kisi Kuesioner Hasil Validitas Empiris ... 59

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas ... 60

Tabel 11. Kriteria Perhitungan Kuesioner pernyataan favorable ... 60

Tabel 12. Kriteria Perhitungan Kuesioner pernyataan unfavorable... 61

Tabel 13. Acuan PAP tipe I ... 61

Tabel 14. Perhitungan pernyataan favorable dan unfavorable Indikator 1 62 Tabel 15. Batas Nilai Indikator 1 ... 62

Tabel 16. Perhitungan pernyataan favorable dan unfavorable Indikator 2 63 Tabel 17. Batas Nilai Indikator 2 ... 64

Tabel 18. Perhitungan pernyataan favorable dan unfavorable Indikator 3 65 Tabel 19. Batas Nilai Indikator 3 ... 65

Tabel 20. Perhitungan pernyataan favorable dan unfavorable Indikator 4 66 Tabel 21. Batas Nilai Indikator 4 ... 67

Tabel 22. Perhitungan pernyataan favorable dan unfavorable Indikator 5 68 Tabel 23. Batas Nilai Indikator 5 ... 68

Tabel 24. Jadwal Penelitian ... 69

Tabel 25. Hasil Kuesioner Siklus I Indikator 1 ... 76

Tabel 26. Hasil Kuesioner Siklus I Indikator 2 ... 77

(20)

xvii

Tabel 28. Hasil Kuesioner Siklus I Indikator 4 ... 79

Tabel 29. Hasil Kuesioner Siklus I Indikator 5 ... 80

Tabel 30. Rangkuman Perhitungan Siklus I Kesadaran ... 81

Tabel 31. Hasil Kuesioner Siklus II Indikator 1 ... 88

Tabel 32. Hasil Kuesioner Siklus II Indikator 2 ... 89

Tabel 33. Hasil Kuesioner Siklus II Indikator 3 ... 90

Tabel 34. Hasil Kuesioner Siklus II Indikator 4 ... 91

Tabel 35. Hasil Kuesioner Siklus II Indikator 5 ... 92

Tabel 36. Rangkuman Perhitungan Siklus II Kesadaran ... 93

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 108 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 125 Lampiran 3. Kuesioner Sebelum diuji Validitas dan Setelah diuji

Validitas ... 154 Lampiran 4.Hasil Validitas Kuesioner ... 167 Lampiran 5. Contoh-contoh Hasil Pengisian Kuesioner ... 172 Lampiran 6. Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 182 Lampiran 7. Hasil Instrumen Validasi ... 189 Lampiran 8. Hasil Kuesioner Kesadaran Akan Nilai Demokrasi Pada

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat enam hal yang akan dibahas oleh peneliti. Enam hal yang dibahas dalam bagian pendahuluan adalah latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesadaran merupakan unsur penting dalam manusia untuk memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Suhatman, 2009: 27). Kesadaran amat penting bagi kehidupan manusia karena kesadaran dapat menentukan bagaimana cara seseorang bertindak dan menyikapi suatu realita dalam mencapai suatu tujuan. Kesadaran dapat dibangun melalui pendidikan di sekolah.

(24)

Hajar Dewantara (dalam Elmubarok, 2009: 2) yang mana merupakan tokoh pendidikan di Indonesia mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai moral, pikiran, dan tubuh anak yang antara satu dengan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni keselarasan antara kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik. Ki hajar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan selain mengembangkan pikiran dan tubuh anak ialah menumbuhkan nilai Dari situ terlihat bahwa ketiga tokoh pendidikan tersebut berpendapat bahwa dalam pendidikan selain aspek pikiran (pengetahuan) dan perkembangan tubuh, aspek lain yang tak kalah pentingnya adalah kesadaran nilai.

Namun pada kenyataannya di Indonesia, pendidikan yang mengarah pada kesadaan akan nilai masih belum terlaksana dengan baik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang ada di Indonesia hanya menekankan akan ketercapaian aspek pengetahuan sedangkan aspek lain seperti aspek penanaman kesadaran akan nilai masih belum dirasa penting oleh kalangan pendidik. Siswa dalam proses pembelajarannya dicekoki oleh berbagai pengetahuan, mereka hanya ditumbuhkan dengan pengetahuan saja. Para pendidik atau guru cenderung beranggapan bahwa apabila siswa mampu mengingat dan memahami materi dengan baik maka proses pendidikan telah dianggap berhasil. Padahal pada kenyataannya proses pendidikan seharusnya tidak melulu hanya bertumpu pada aspek pengetahuan tetapi juga membangun kesadaran akan nilai.

(25)

Nilai yang ada dalam demokrasi sangat penting bagi siswa karena berkaitan dengan situai nyata yang dialami siswa. Siswa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara tak lepas dari demokrasi seperti yang telah diketahui bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi. Oleh karena itu kesadaran akan nilai demokrasi sangat penting ditanamkan pada diri siswa sehingga siswa mampu melaksanakan kehidupan berdemokrasi dengan adil dan bertanggungjawab.

Pendidikan akan nilai dapat diajarkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). PPR dalam tahapannya mampu mengungkap arti dan nilai hakiki dari apa yang sedang dipelajarinya. Tujuan utama dari proses pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), adalah mengintegrasikan pengetahuan pendidikan kewarganegaraan dengan sikap batin siswa agar siswa mampu melihat korelasi antara pendidikan kewarganegaraan yang didapat dan dialaminya selama proses pembelajaran dengan realita konkret di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan. Selain itu PPR juga bertujuan agar siswa memiliki kesadaran untuk bertindak atas dasar pengetahuan pendidikan kewarganegaraannya yang telah dimilikinya dan dialaminya dan mampu mewujudnyatakannya dalam bentuk aksi nyata yang bermanfaat bagi perkembangan kepribadian para siswa.

(26)

kesadaran akan nilai-nilai demokrasi dan pembentukan karakter siswa yang demokratis melalui proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan ini.

Penumbuhan kesadaran akan nilai-nilai demokrasi di mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan belum dapat terealisasikan dengan baik di SD. Siswa SD Negeri Sarikarya kelas V pada standar kompetensi

(27)

Untuk mengatasi permasalahan tersbut, maka guru perlu memikirkan solusi yang tepat dan menarik. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis Paradigma Pedagogi reflektif maka peneliti memilih model PPR untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi pada implementasinya di kelas, peneliti akan sangat menekankan tahapan-tahapan yang ada dalam PPR.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan Penelitian

Tindakan Kelas dengan judul “PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKn DALAM

MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI

DEMOKRASI KELAS V SD NEGERI SARIKARYA”.

1.2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti hanya membatasi penelitiannya pada penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai demokrasi kelas V SD Negeri Sarikarya.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1.3.1. Bagaimana penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam upaya meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi siswa kelas V SD Negeri Sarikarya untuk standar kompetensi menghargai keputusan bersama pada semester genap tahun ajaran 2013/ 2014?

(28)

1.4. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1.4.1. Mengetahui bagaimana penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif

dalam upaya meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi siswa kelas V SD Negeri Sarikarya untuk standar kompetensi menghargai keputusan bersama pada semester genap tahun ajaran 2013/ 2014. 1.4.2. Mengetahui pengaruh penerapan paradigma pedagogi reflektif pada

mata pelajaran PKn dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai demokrasi kelas V SD Negeri Sarikarya Standar kompetensi menghargai keputusan bersama pada semester genap tahun ajaran 2013/ 2014.

1.5. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1.5.1. Bagi peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini dapat meningkatkan wawasan tentang penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai demokrasi kelas V SD Negeri Sari Karya.

1.5.2. Bagi Siswa

Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman yang bermakna mempelajari PKn dengan menggunakan model paradigma pedagogi reflektif yang berguna untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi

1.5.3. Bagi guru :

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan inspirasi dan landasan penggunaan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

1.5.4. Bagi Sekolah

(29)

pedagogi reflektif serta dapat menambah satu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk guru sebagai contoh penelitian tindakan kelas.

1.6. Definisi Operasional 1.6.1. Kesadaran akan nilai

Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi suatu nilai. 1.6.2. Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma pedagogi reflektif merupakan salah satu model yang dipercaya mampu menumbuhkan kesadaran akan nilai.

1.6.3. Pendidikan kewarganegaraan

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bagian landasan teori terdapat empat hal yang diuraikan. Empat hal tersebut adalah kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1.Kajian Pustaka

2.1.1. Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.1.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir

(paradigma ≈ pola pikir) dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani /kemanusiaan (pedagogi reflektif ≈ pendidikan kristiani/ kemanusiaan) (Subagya, 2010: 39).

Pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa, sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuh kembangkan melalui dinamaika pengalaman, refleksi, dan aksi. Pembelajaran ini dikawal dengan evalusi (Subagya, 2010: 51).

2.1.1.2 Tujuan Peradigma Pedagogi refektif

Tujuan pembelajaran PPR adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara ktiris dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga kelak akan menghasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya (Subagya, 2010: 22- 25).

Tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketika unsur tersebut adalah

competence, Conscience, dan compassion. Competence merupakan

(31)

kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah memampuan afektif dalam menentukkan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24).

2.1.1.3 Langkah-langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Penerapan paradigm pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur-unsur pokok. Unsur-unsur pokok tersebut yaitu: konteks (centext), pengalaman (experience), refleksi (reflection), tindakan (action), dan evaluasi (evalution) (P3MP, 2008: 8). Berikut ini merupakan penjabaran tentang unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.

1. Konteks

Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Dalam proses ini siswa diajak untuk mencermati konteks-konteks kehidupan yang terjadi dan ada pada diri siswa. Guru berperan sebagai penggali kontes kehidupan yang ada dalam diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana pencapaian siswa akan perkembanagn pribadi yang utuh pada materi yang akan dipelajarinya atau diajarkan (Subagya, 2010: 43).

2. Pengalaman

(32)

(Subagya, 2010: 52). Pengalaman tidak langsung ialah pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan berasal dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat, dan membaca (Subagya, 2010: 52).

3. Refleksi

Refleksi merupakan proses memperimbangkan dengan seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman, dan ide-ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi merupakan unsur pokok yang paling penting dan harus ada dalam pembelajaran PPR (Subagya, 2010: 55). Refleksi menjadi sarana dalam menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. Dengan berefleksi siswa diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai positif yang ada dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan mengalami perubahan pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.

4. Tindakan

Sumber dari tindakan yang dilakukan siswa berasal dari hasil refleksi yang telah dilakukan siswa. Tindakan merupakan pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari refleksi pengalaman) dan kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata. Pilihan batin merupakan momentum bagi sswa untuk memilik nilai-nilai kbenaran sebagai miliknya (Subagya, 2010: 61). Sedangkan pilihan perwujudan tindakan nyata merupakan tindakan yang konsisten berdasar atas permaknaan akan hidup, sikap, dan nilai-nilai yang telah dipiih siswa menjadi bagian dari dirinya (Subagya, 2010: 62).

5. Evaluasi

(33)

memiliki keribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, besedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious, penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan tuluas pada sesama umat Allah. Pencapaan tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap, dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa yang sesuai dengan prinsip

“menjadi orang demi orang lain” “ man for others” (Subagya,

2010: 63-64).

2.1.2. Pendidikan kewarganegaraan

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan menurut Azra adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demontrasi, rule of law, Ham, hak dan kewajiban warga Negara serta proses demokrasi (Susanto, 2013: 226).

Tim ICCE UIN Jakarta menyebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap, dan perilaku poltik sehingga yang bersangkutan memilki political knowled, awareness, attitude, political efficacy, dan political participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional (Susanto, 2013: 226).

Pendidikan kewarganegaraan sejatinya merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga negara dalam berpikir kritis tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demontrasi,

rule of law , HAM, hak dan kewajiban warga Negara serta proses demokrasi.

2.1.2.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

(34)

dan kreatif dalam menghadapi persoalan yang ada dalam hidup maupun isu-isu kewarganegaraan di negaranya, mampu ikut berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggungjawab sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi serta mampu memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi dengan baik Mulyasa (dalam Susanto, 2013: 231-232).

Tujuan pendidikan tersebut serupa dengan lampiran Permendiknas nomor 22/2006 dimana tujuan Pkn untuk jenjang SD, SMP, dan SMA tidak berbeda yaitu berorientasi pada pengembangan kemampuan siswa yang disesuaikan dengan tingkat perkembangaan kejiwaan dan intelektual, emosi dan sosial (dalam Wahab dan Sapriya, 2011: 315). Secara rinci, mata pelajaran PKn bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan kemasyarakatan, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter- karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, serta mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi.

(35)

2.1.2.3 Objek kajian Pendidikan Kewarganegaraan

Soemantri menyatakan bahwa objek kajian studi civics dan

civic education adalah warga Negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial ekonomi, agama, kebudayaan, dan Negara. Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Soemantri, Sapriya juga mengemukakan bahwa objek kajian PKN adalah perilaku warga Negara (dalam Wahab dan Sapriya, 2011:316).

Berdasarkan dua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa objek kajian dari mata pelajaran PKn di Indonesia adalah warga kesadaran berasal dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti insyaf; yakin; merasa; tahu; dan mengerti. Kesadaran berarti 1) keadaan mengerti; akan harga dirinya timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil; 2) hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang.

Suhatman (2009: 27) mendefinisikan kesadaran sebagai keadaan sadar akan perbuatan. Sadar berarti merasakan atau ingat (pada keadaan yang sebenarnya), tahu dan mengerti. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi suatu realitas. Refleksi merupakan bentuk dari pengungkapan kesadaran yang mana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan.

(36)

2.1.3.2 Tujuan Kesadaran

Given (2012:213-214) menjelaskan bahwa tujuan dari kesadaran adalah agar dapat mengambil tindakan atau suatu keputusan yang dipilih melalui cara yang selektif dan berani menentukan arah tujuan dengan mempertimbangkan sisi positif dan negatif. Kesadaran memiliki tujuan untuk mempertimbangkan suatu tindakan atau keputusan yang akan diambil dari sisi positif maupun negatifnya sehingga dari pertimbangan tersebut seseorang dapat mengarah pada tujuan yang telah ditentukan.

2.1.3.3 Klasifikasi Kesadaran

Fakih mengungkapakan bahwa Freire (dalam Yunus, 2004: 49-50) selalu berusaha mengarahkan pendidikan sebagai usaha untuk menghumanisasi diri dan sesama, yaitu melalui tindakan sadar untuk mengubah dunia. Dalam rangka pemanusiaan dan pembebasan itulah, Freire melihat penyadaran (conscientizacao) sebagai inti pendidikan. Freire sendiri menganalogikan kesadaran manusia menjadi kesadaran magis, naïf, dan kritis. Berikut merupakan penjabaran dari ketiga analogi yang diungkapkan Freire (dalam Yunus, 2004: 50-51).

1. Kesadaran Magis (magical consciousness)

Kesadaran magis adalah kesadaran masyarakat yang tidak mampu melihat kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Kesadaran magis lebih melihat faktor dari luar manusia (natural maupun supranatural) sebagai penyebab dari ketidaberdayaannya. Proses pendidikan yang menggunakan logika ini tidak memberikan kemampuan analisis yang berkaitan antara sistem dan struktur terhadap suatu permasalahan masyarakat. Siswa dalam hal

ini menerima “keberanian” dari guru, tanpa ada mekanisme untuk memahami “makna” ideologi dari setiap konsepsi ataas kehidupan

(37)

2. Kesadaran naif (naival consciousness)

Kesadaran naïf adalah kesadaran yang menitik beratkan pada aspek manusia menjadi akar permasalahan dalam masyarakat. Kesadaran ini menganggap bahwa masalah etika, kreatifitas, need for achievement sebagai penentu perubahan sosial. Pendidikan dalam konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan struktur, bahkan sistem dan struktur yang ada dianggap sdah baik dan benar yang merupakan faktor given, oleh sebab itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Tugas pendidikan adalah bagaimana membuat dan mengarahkan agar siswa dapat masuk dan beradaptasi dengan sistem yang sudah benar tersebut.

3. Kesadaran kritis (critical consciousness)

Kesadaran kritis yang merupakan kesadaran terpenting bagi Freire, kesadaran ini lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan stuktural menghindari

blaming the victims dan lebih menganalisis secara kritis struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi, budaya, dan implikasi pada masyarakat. Paradigm kritis dalam pendidikan, yaitu agar siswa mampu mengidentifikasi ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu menganalisis bagaimana sistem struktur itu bekerja, serta bagaimana mentransformasikannya. Tugas pendidikan dalam paradigma kritis adalah menciptakan ruang dan kesempatan agar sisa terlibat dalam proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik.

(38)

mudah direduksi menjadi irasional. Jika pemahaman mereka atas kenyataan adalah pemahaman kritis maka tanggapan mereka dapat menjadi transitif, yaitu kombinasi dari refleksi dan tindakan dalam praksis yang autentik.

2.1.3.4 Menumbuhkan Kesadaran Kritis

Kesadaran kritis amat penting bagi manusia, oleh sebab itu sejak dini seseorang harus ditumbuhkan. Menumbuhkan kesadaran kritis dapat dilakukan dalam pendidikan. Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menumbuhkan kesadaran krtitis (Suhatman, 2009: 67).

1. Proses pembelajaran yang dilakukan guru harus berpusat pada siswa.

2. Guru berperan sebagai pembimbing bagi siswa. Guru memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami dan menyukai materi yang sedang diajarkan. 3. Guru harus mampu mengembangkan metode dialogis dalam

diskusi, memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat berpikir secara kritis dan mengendapkan pengetahuan, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, berdebat, bereksplorasi untuk menumbuhkan pemahaman yang baru.

4. Dalam proses pembelajarannya guru harus mampu membuat suasana pembelajaran menjadi semenarik mungkin. Hal ini berguna agar siswa menjadi senang dan termotivasi untuk belajar semakin giat, sehingga otak terangsang untuk dapat menerima pengetahuan/ pemahaman baru lebih cepat.

5. Perencanaan yang baik dan media yang mampu membantu siswa mengalami proses pembelajaran akan dapat membuat siswa menemukan dan merumuskan sendiri pengetahunnya.

(39)

cara mengajarnya dari yang tidak selektif menjadi lebih selektif dan terbuka akan perubahan.

7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam berpikir, berpendapat, dan mengekspresikan diri dalam suasama belajar yang terbuka, tidak banyak aturan-aturan yang membelenggu, multi nilai, multi kebenaran,dan diperbolehkan untuk salah, serta menerapkan metode ilmiah.

8. Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman tentang suatu konsep yang kuat tidak hanya sekedar menghafal, mampu untuk mencerna pengetahuan secara mendalam, dan memiliki cara berpikir yang kritis dalam menghadapi permasalahan di lingkungan sekitar.

Berdasarkan delapan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menumbuhkan kesadaran kritis guru harus membuat suasana pembelajaran menjadi semenarik mungkin, menggunakan media-media pengajaran yang memadai, dan metode yang sesuai serta membebaskan siswa untuk mengeksplorasi lebih mendalam tentang materi yang sedang diajarkan.

2.1.4. Nilai

2.1.4.1 Pengertian Nilai

Scheler berpendapat bahwa nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu). Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring perubahan barang (dalam Wahana, 2004: 51).

(40)

Berdasar atas dua pengertian tersebut kita dapat menarik kesimpulan bawasannya nilai adalah kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori yang didalamnya terdapat tingkah yang diorganisasi.

2.1.4.2 Macam-macam Nilai

Nilai dibedakan atas 3 macam yaitu nilai positif dan nilai negatif, nilai baik dan nilai jahat, serta nilai pribadi dan nilai barang. Berikut ini merupakan penjabaran tentang macam-macam nilai (Wahana, 2004: 55-59).

1. Nilai positif dan nilai negatif

Semua nilai seperti etika dan estetika berada dalam dua kelompok yaitu yang positif dan yang negatif. Nilai positif merupakan suatu yang harus ada dan terwujud dalam realitas kehidupan, suatu ada sebagai yang secara positif harus ada dan harus terwujud realitas kehidupan adalah benar. Segala ketiadaan dari yang harus tidak ada dan tidak terwujud dalam realitas kehidupan adalah benar.

Nilai negatif adalah suatu yang harusnya tidak ada dan tidak terwujud dalam realitas kehidupan, suatu ada sebagai yang harus tidak ada dan harus tidak terwujud dalam realitas kehidupan adalah salah. Segala ketiadaan dari yang harus ada dan harus terwujud dalam realitas kehidupan adalah salah.

2. Nilai baik dan Nilai Jahat

Nilai kebaikan adalah nilai yang tampak pada tindakan mewujudkan nilai yang tertinggi. Nilai baik adalah nilai yang melekatpada tindakan mewujudkan nilai positif.

(41)

3. Nilai Pribadi dan nilai Barang

Hanya pribadi yang dapat dinilai secara moral baik atau jahat, sedangkan barang lain thaya dapat menjadi baik atau jahat sejauh mengacu pada pribadi. Seluruh milik pribadi yang sesuai dengan aturan serta dapat mempengaruhi kebaikan pribadi disebut keutamaan, sedangkan yang dapat mempengaruhi kejahatan pribadi disebut sifat jahat.seorang pribadi tidak pernah hanya dapat dinilai dan diperlakukan sebagai yang menyenagkan atau berguna; nilai-nilai ini (kesenangan dan kegunaan) secara hakiki merupakan nilai barang dan nilai kejadian. Sebaliknya, tidak ada barang dan kejadian ang dinilai sebagai baik atau jahat secara moral.

Nilai etis adalah nilai yang pembawanya tidak pernah sebagai objek, sebab secara hakiki berada dalam dunia pribadi. Nilai pribadi berkaitan dengan pribadi sendiri tanpa perantara apapun. Terdapat dua jenis nilai yang dimiliki dan melekat pada pribadi manusia, yaitu nilai pribadi itu sendiri dan nilai keutamaan.

Nilai estetik pada dasarnya adalah nilai objek (nilai barang) yang merupakan nilai yang melekat pada realias bersangkutan, realitas estetik semacam itu ada sebagai suatu yang tampak (schein). Nilai barang adalah nilai yang menyangkut kehadiran nilai dalam hal bernilai., nilai-nilai barang-barang tersebut melekat pada barang bernilai.

2.1.5. Demokrasi

2.1.5.1 Pengertian Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos” yang berarti rakyat, dan kratos “ kratos/kratein” yang berarti kekuasaan. Sehingga

konsep dasar demokrasi adalah ”rakyat berkuasa” (government of the

(42)

kekuasaan tertinggi berada tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemerintahan bebas (Nurtjajhjo, 2006: 125 )”

Dalam perspektif teoritis, demokrasi sering dipahami sebaga mayoritarianisme, yaitu kekuasaan oleh mayoritas rakyat lewat wakil-wakilnya yang dipilih melalui proses pemilihan demokrasi (Nurtjajhjo, 2006: 125)

Dari gambaran pemahaman tersebut dapat ditarik pengertian umum dari demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat yang mana kekuasaan tertinggi berada tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih melalui proses pemilihan demokrasi di bawah sistem pemerintahan bebas.

2.1.5.2 Perkembangan Demokrasi

Rauf mengungkapkan bahwa demokrasi dipercayai sebagai gagagsan universal yang dapat diterima dalam ragam perspektif. Demokrasi telah menjadi obsesi sejumlah masyarakat non-Barat semenjak awal abad ke-20. Banyak wilayah jajahan Barat di Asia dan Afrika mulai bergerak untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi di dalam masyarakat. Melalui demokrasi yang diperoleh melalui pendidikan Barat, para pemuka masyarakat wilayah jajahan ingin mengembangkan nilai-nilai demokrasi yang akan digunakan untuk membebasakan diri dari belenggu penjajahan. Pada zaman Hindia-Belanda, gejala ini dinamakan Kebangkitan Nasional (Nurtjajhjo, 2006: 2).

(43)

mendapatkan haknya untuk dapat terlibat langsung dalam perwakilan, dan hanya mereka yang memiliki pengaruh dan menguasai suara politik terpilih sebagai wakil. Sementara sebagian besar rakyat hanya dapat puas jika kepentingannya terwakili, tetapi tidak memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mengefektifkan hak-haknya sebagai warganegara (dalam Taniredja, Muis, Sutrisno, Ridha, Suswanto, 2010: 126).

2.1.5.3 Macam-macam Demokrasi

Demokrasi memiliki 3 macam jenis yang dibedakan atas dasar dari bagaimana demokrasi tersebut diterapkan, yaitu demokrasi atas dasar fungsinya atau cara menyalurkan kehendak rakyat, demokrasi berdasar titik berat yang menjadi perhatiannya, dan demokrasi yang berdasarkan tugas-tugas serta hubungan antar alat-alat perlengkapan Negara(Wiharyanto, 2006: 62). Berikut ini merupakan penjabaran dari macam-macam demokrasi.

1. Demokrasi atas dasar fungsinya atau cara menyalurkan kehendak rakyat

Berdasarkan fungsinya atau cara menyalurkan kehendak rakyat, demokrasi dibedakan atas tiga macam yaitu demokrasi langsung, demokrasi perwakilan, dan demokrasi gabungan. Demokrasi langsung dilakukan pada Athena kuno yang mana memiliki warga yang sedikit sehingga demokrasi ini dapat dilakukan (Wiharyanto, 2006: 62-63).

(44)

Demokrasi gabungan adalah demokrasi yang berasal dari gabungan demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan yang mana rakyat memilih wakilnya di DPR kemudian dewan itu dikontrol rakyat dengan sistem referendum.

2. Demokrasi berdasar titik berat yang menjadi perhatiannya

Demokrasi berdasar titik berat yang menjadi perhatiannya ada tiga macam demokrasi yaitu demokrasi formal, demokrasi material, dan demokrasi gabungan (Wiharyanto, 2006: 63- 64),.

Demokrasi formal (liberal) adalah suatu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Demokrasi material (komunis) adalah demokrasi yang dititik beratkan pada upaya menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan persamaan dibidang politik kurang diperhatikan, bahkan kadang-kadang dihilangkan. Demokrasi gabungan (Negara-negara gerakan non-Blok) adalah demokrasi yang mengambil kebaikan derta membuang keburukan dari demokrasi formal dan demokrasi material.

3. Demokrasi yang berdasarkan tugas-tugas serta hubungan antar alat-alat perlengkapan Negara

Berdasarkan tugas-tugas serta hubungan antar alat-alat perlengkapan Negara (Wiharyanto, 2006: 64), demokrasi dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu demokrasi dengan sistem parlementer, demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, dan demokrasi dengan sistem referendum.

(45)

dan yudikatif. Demokrasi sistem referendum adalah sistem dimana rakyat diminta pendapatnya tentang persoalan-persoalan terutama mengenai pemerintah. Pada Negara demokrasi sistem referendum tugas badan legislatif selalu dibawah pengawasan rakyat. Demokrasi sistem referendum dibagi menjadi dua yaitu referendum obligator dan referendum fakultatif.

2.1.5.4 Nilai-Nilai Demokrasi

Cipto menjelaskan bahwa terdapat 6 nilai yang ada dalam demokrasi yaitu kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan antarwarga, rasa percaya, dan kerjasama. Berikut ini merupakan penjabaran nilai-nilai yang ada dalam demokrasi (dalam Taniredja, dkk., 2010:126-130). a. Kebebasan menyatakan pendapat

Dahl mengungkapkan bahwa kebebasan menyatakan pendapat adalah sebuah hak dari warga Negara biasa yang wajib dijamin dengan undang-undang dalam sebuah sistem politik demokrasi. Dalam era pemerintahan terbuka kebebasan dalam mengungkapkan pendapat sangat penting hal ini dikarenakan adanya kebutuhan dari warga anegara yang ingin selalu menyatakan pendapatnya. Dalam masa transisi menuju demokrasi perubahan-perubahan lingkungan politik sosial, ekonomi, budaya, agama, dan tehnologi seringkali menimbulkan banyak persoalan bagi warganegara ataupun masyarakat pada umumnya. Apabila persoalan-persoalan tersebut merugikan hak-hak dari warganegara ataupun kepentingan yang diharapkan dipenuhi oleh Negara, dengan sendirinya warganegara berhak untuk menyampaikan keluan tersebut secara langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah.

(46)

Nilai dasar dari demokrasi yang diperlukan bagi setiap warganegara adalah berkelompok dalam suatu organisasi. Kebutuhan berkelompok yang dilaksanakan secara bebas diperlukan untuk membentuk organisasi mahasiswa, partai politik, organisasi massa, perusahaan, dan kelompok-kelompok lain. Kebutuhan berkelompok merupakan kebutuhan yang secara naluriah ada dalam diri warganegara.

Berbagai persoalan yang ada pada masyarakat era ini terkadang membutuhkan jalan keluar yang dapat ditemukan dalam organisasi. Demokrasi sangat menjamin kebebasan warganegara dalam kebebasan berkelompok. Demokrasi memberikan alternatif yang lebih banyak dan lebih sehat bagi warganegara karena demokrasi menjamin adanya kebebasan dalam berkelompok. c. Kebebasan berpartisipasi

Kebebasan dalam berpartisipasi sesungguhnya merupakan gabungan dari kebebasan berkelompok dan berpendapat. Kebebasan berpartisipasi sendiri dibedakan atas 4 jenis. Pertama, adalah pemberian suara dalam pemilihan umum. Dinegara-negara demokrasi yang tengah berkembang seperti Indonesia pemberian suara sering dipersepsikan sebagai wujud kebebasan berpartisipasi politik yang paling utama.

Kedua, adalah bentuk partisipasi yang melakukan kontak atau hubungan dengan pejabat. Bentuk dari partisipasi ini masih belum berkembang luas di Negara demokrasi baru.

(47)

pemerintah atau swasta dan tidak menciptakan gangguan bagi kehidupan politik

Keempat, adalah bentuk partisipasi dengan cara mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik.

d. Kesetaraan antar warga

Kesetaraan atau egalitarianism merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlukan bagi perkembanagn demokrasi di Indonesia. Kesetaraan disini diartikan sebagai adanya kesempatan yang sama bagi setiap warganegara. Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang merupakan masyarakat multietnis, multibahasa, multidaerah, dan multiagama, kesetaraan ini sangat penting karena kesetaraan memberikan ruang bagi setiap warganegara tanpa membedakan etnis, bahasa agama, ras untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat dan diperlakukan sama didepan hukum tanpa kecuali kedaulatan rakyat.

e. Rasa percaya

Rasa percaya antara politisi merupakan nilai dasar lain yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Sebuah pemerintahan demokrasi akan sulit berkembang bila rasa percaya satu sama lain tidak tumbuh. Bila yang ada hanyalah ketakutan, kecurigaan, kekkhawatiran, dan permusuhan maka hubungan antara politisi akan terganggu secara permanen. Agar pemerintah dipercaya maka iapun harus mampu menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat luas terhadap pemerintah.

f. Kerjasama

(48)

2.1.6 Kesadaran Akan Nilai Demokrasi

2.1.6.1 Pengertian Kesadaran Akan Nilai Demokrasi

Pengertian dari kesadaran akan nilai demokrasi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian para ahli mengenai apa itu kesadaran, nilai, dan demokrasi itu sendiri.

Suhatman (2009: 27) mendefinisikan kesadaran sebagai keadaan sadar akan perbuatan. Sadar berarti merasakan atau ingat (pada keadaan yang sebenarnya), tahu dan mengerti. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi suatu realitas. Refleksi merupakan bentuk dari pengungkapan kesadaran yang mana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Kesadaran manusia sendiri dibagi menjadi tiga yaitu kesadaran magis, naïf, dan kritis Freire (dalam Yunus, 2004: 49-50). Dari ketiga kesadaran tersebut kesadaran kritislah yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan (Suhatman, 2009: 67).

Scheler berpendapat bahwa nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu). Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring perubahan barang (dalam Wahana, 2004: 51).

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos” yang berarti rakyat, dan kratos “ kratos/kratein” yang berarti kekuasaan. Sehingga

konsep dasar demokrasi adalah ”rakyat berkuasa” (government of the

rule by the people). Demokrasi adalah “pemerintahan dari rakyat, kekuasaan tertinggi berada tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem

(49)

antarwarga, rasa percaya, dan kerjasama (dalam Taniredja, dkk., 2010:126-130).

Berdasarkan pengetian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran akan nilai demokrasi adalah unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi suatu nilai, dalam hal ini nilai demokrasi adalah nilai kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan antarwarga, rasa percaya, dan kerjasama. 2.1.6.2 Indikator Kesadaran Akan Nilai Demokrasi

Kesadaran memiliki lima indikator yang dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk melihat kesadaran seseorang akan suatu nilai. Lima indikator tersebut ialah menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan, menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya, menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan, menyadari sikap yang diperlukan demi terwjudnya nilai yang diharapkan, dan menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan (Wahana, 2013).

2.2 Hasil penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian-penelitian Tentang Paradigma Pedagogi Reflektif

(50)

Adheyanto (2012) meneliti peningkatan sikap belajar siswa, minat belajar siswa, dan prestasi belajar mata pelajaran IPS menggunakan Paradigma pedagogi reflektif. Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas V SD Kanisius Gayam, yang berjumlah 24 siswa. Analisis data dilakukan dengan membandingan nilai rata-rata kondisi awal, akhir siklus 1 dan akhir siklus 2, serta membandingkan rata-rata kenaikan dengan T-test. Data penelitian menunjukkan, hasil kondisi awal : siklus I : siklus II, pada indikator nilai rata-rata sikap belajar = 61,38 : 68,33 : 80,93, nilai rata-rata minat belajar siswa = 58,25 : 71,25 : 81,47, dan nilai rata-rata prestasi belajar = 67,50 : 69,31 : 78,75. Berdasar hasil tersebut menunjukkan bahwa, nilai rata-rata sikap belajar siswa kondisi awal : siklus I : siklus II mengalami peningkatan secara signifikan, demikian juga pada nilai rata-rata minat belajar siswa, dan pada nilai rata-rata prestasi belajar siswa.

Indrayati (2011) meneliti efektifitas perkembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang studi matematika berbasis Paradigma pedagogi reflektif. Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan, yang berjumlah 36 siswa. Hasiil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran PPR dapat meningkatkan efektifitas perkembangan nilai kemanusiaan peserta didik. Capaian perkembangan nilai kemanusiaan pada indikator I (aktif terlibat) pada siklus I: 80%, siklus II: 71,4%, dan siklus III: 94,4%; pada indikator II (bertukar pikiran dalam kelompok) siklus I: 68,5%, siklus II: 65,7%, dan siklus III: 94,4%; pada indikator III (membantu teman secara sukarela) pada siklus I: 71,4%, siklus II: 65,7%, dan siklus III: 94,4%;

(51)

yang ditumbuhkan melalui pembelajaran berbasis PPR pada SK

“menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah” dengan KD “menjumlahkan pecahan” telah Nampak dalam diri siswa sejak

pertemuan pertama mulai dari awal pembelajaran ketika siswa mendemontrasikan pembagian roti, diskusi kelompok, dan presentasi hasil diskusi telah terjadi kerja sama yang baik diantara siswa sebagai suatu nilai kemanusiaan yang diperjuangkan. Dari ketiga indikator yang diharapkan, penelitian menunjukkan hasil yang telah melampaui target tersebut yaitu: nilai kemanusiaan pada indikator satu sebesar 71,4%, indikator dua dan indikator ketiga sebesar 65%. Pertemuan kedua hasil penelitian nilai kemanusiaan di indikator satu sebesar 80%, indikator dua sebesar 68,57%, dan indikator ketiga sebesar 71,43%. Pada pertemuan ketiga hasil penelitian nilai kemanusiaan di indikator satu sampai tiga sebesar 94%. Hasil belajar siswa dalam aspek kompetensi matematika yang ditumbuhkan melalui pembelajaran berbasis PPR tampak pada pertemuan pertama sangat tinggi hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 94,17. Pada pertemuan kedua nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 28,61, dan pada pertemuan ketiga nilai rata-rata siswa adalah 76,67.

(52)

Gambar 1. Skema Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Kesadaran amatlah penting bagi kehidupan manusia karena kesadaran menentukan bagaimana seseorang bertindak dan menyikapi suatu realita. Kesadaran dibedakan atas tiga yaitu, kesadaran magis, naïf, dan kritis. Dari ketiga kesadaran tersebut, kesadaran kritis merupakan hal

Adheynto (2012)

Penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif.Terhadap

Peningkatan Sikap Belajar Siswa, Minat Belajar Siswa,

dan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran IPS Kelas V

Di SD Kanisius Gayam

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif pada Mata Pelajaran Pkn dalam

Meningkatkan Kesadaran Siswa akan Nilai Demokrasi Kelas V SD

Negeri Sari Karya Reflektif. pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan

Lolopayung (2011)

Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi

Reflektif di Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Tahun

(53)

yang terpenting karena lewat kesadaran kritis seseorang dapat mengembangkan pribadi dan intelektual serta menciptakan struktur baru. Kesadaran dapat dikembangkan melalui pendidikan. Kesadaran sendiri dapat diimplementasikan dalam berbagai hal seperti kesadaran akan nilai demokrasi.

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat yang mana kekuasaan tertinggi berada tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih melalui proses pemilihan demokrasi di bawah sistem pemerintahan bebas. Dalam demokrasi termuat nilai-nilai dasar yaitu kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan antarwarga, rasa percaya, dan kerjasama. Nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi tersebut sangatlah penting diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Demokrasi dapat digunakan untuk menentukan pilihan ataupun menjamin suatu kebebasan berpendapat.

Nilai-nilai demokrasi diterapkan sejak masa kanak-kanak. Nilai demokrasi tidak bias diajarkan sekali waktu. Nilai demokrasi akan menjadi sebuah pedoman bagi anak-anak apabila dilakukan secara terus menerus dan menjadi sebuah kebiasaan. Penerapan nilai demokras dapat dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Di lingkungaan keluarga, nilai demokrasi dapat diterapkan bersama orangtua dan saudara. Dilingkungan masyarakat anak dapat menerapkannya bersama dengan tetangga dan teman-teman. Di Sekolah penerapan yang dapat dilakukan adalah bersama guu dan teman sejawatnya.

(54)

integritas pribadi yang Competence, conscience, dan compassion. Paradigma pedagogi reflektif dalam penerapannya memiliki lima tahapan yaitu konteks, pengalaman, refleksi, tindakan dan evaluasi yang mana antar tahapan tersebut memiliki kesatuan yang begerak secara timbal balik. Keunggulan PPR adalah menjadikan para siswa dan guru untuk belajar mengembangkan aspek kompetensi secara utuh(Competence), saling mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani(conscience), dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama (compassion). Agar mampu mengembangakan pribadi yang Competence, conscience, dan compassion

diperlukan pelatihan yang berulang-ulang dan secara terus menerus yang dintegrasikan dalam setiap pelajaran di sekolah. Dengan kata lain, jika pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ditrapkan dalam Pembelajaan PKn kelas V SD maka akan mempengaruhi perkembangan nilai-nilai demokrasi pada siswa sehingga kesadaran akan penerapan nilai-nilai demokrasi akan meningkat.

2.4 Hipotesis

2.4.1 Penggunaan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam upaya meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi siswa kelas V SD Negeri Sarikarya untuk standar kompetensi menghargai keputusan bersama pada semester genap tahun ajaran 2013/ 2014 berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam Paradigma Pedagogi Reflektif sehingga mampu meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bagian metode penelitian berisi tentang pembahasan jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, pengumpulan data, dan isntrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, tehnik analisis data, dan indikator keberhasilan. Pokok-pokok bahasan diatas merupakan bagian dari tehnik penelitian yang digunakan dalam penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan dengan kerjasama antara peneliti dengan guru kelas. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat yaitu mengamati selama pembelajaran berlangsung serta mengumpulkan data. Selain itu peneliti juga akan mengolah hasil pengamatan dan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi siklus selanjutnya. Peneliti memilih model penelitiann dari kemmis dan Taggart seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar 2. Alur Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart (Wiraatmadja 2005: 66)

Refleksi Pelaksanaan

Pengolahan Data Pengamatan

SIKLUSII Perencanaan Refleksi

Pengamatan

SIKLUS I Pelaksanaan

Perencanaan

(56)

Menurut Kemmis dan Taggart satu siklus PTK terdiri dari empat tahap. Yaitu: 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) pengamatan, 4) Refleksi.

3.2 Setting Penelitian (tempat, subjek, dan objek peneltian) 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan SD Negeri Sarikarya 3.2.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sarikarya yang berjumlah 33 orang siswa, terdiri dari siswa putra dan siswa putri 3.2.3 Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah kesadaran akan nilai demokrasi dalam mata pelajaran PKn pada Standar kompetensi 4. Menghargai keputusan bersama.

3.2.4 Waktu Penelitian

Waktu pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran kelas V semester genap tahun ajaran 2013/2014

1. Siklus I :

Pertemuan 1 : 02 April 2014 Pertemuan 2 : 16 April 2014 2. Siklus II

Pertemuan 1 : 23 April 2014 Pertemuan 2 : 30 April 2014

Pengambilan data pada bulan april tahun 2014 yaitu tepat pada waktu materi ini harus diajarkan pada siswa kelas V.

3.3 Rencana Tindakan

(57)

3.3.1 Persiapan

Persiapan merupakan tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti. Pada tahapan ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu:

1. Permintaan ijin

Permintaan ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas V SD Negeri Sari karya. Permintaan ijin ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan dengan lancar atas persetujuan pihak sekolah.

2. Wawancara

Wawancara pada guru yang bertujuan agar peneliti dapat mengetahui kondisi awal kesadaran akan nilai demokrasi siswa beserta kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

3. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yaitu kegiatan mengidentifikasi masalah tentang kesadaran akan nilai demokrasi. Tahap pertama yang dilaksanakan peneliti adalah mengidentifikasi pembelajaran PKn siswa kelas V SD N Sarikarya pada semester genap tahun pelajaran 2013/ 2014. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa kesadaran akan nilai demokrasi tersebut masih sangat kurang. Untuk memecahkan masalah tersebut, peneliti merencakan pembelajaran dengan model paadigma pedagogi reflektif pada siswa kelas V SD Negeri Sari Karya semester genap tahun ajaran 2013/2014.

4. Pengkajian Standar Kompetensi

(58)

disesuaikan dengan model paradigma pedagogi reflektif, dan yang terakhir adalah menyusun Intrumen Penelitian.

3.3.2 Rencana Setiap Siklus

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Taggart. Pada setiap siklusnya Kegiatan yang dilakukan terfokus pada peningkatan kesadaran akan nilai demokrasi pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif. Penjelasan rencana tindakan setiap siklus adalah sebagai berikut:

Siklus I

1. Rencana Tindakan

Pembelajaran siklus I terdiri atas dua pertemuan atau 4 jam pelajaran dimana hasil dari observasi terhadap siswa pada siklus I dijadikan sebagai dasar dalam menetukan tindakan berikutnya. rencana dari tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan materi pokok pembelajaran yang ada dalam silabus

b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

c. Menyiapakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran d. Menyiapakan sumber dan media pembelajaran e. Menyusun instrumen penelitian

f. Membuat lembar kerja siswa g. Membuat soal evaluasi

Gambar

Gambar 1. Skema Penelitian yang Relevan
Gambar 2. Alur Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart (Wiraatmadja
gambar tersebut guru menjelaskan bahwa dalam kehidupan
Tabel 1. Indikator keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktik mengajar yang dilakukan oleh praktikan ini adalah praktik mengajar terbimbing. Praktik mengajar terbimbing yaitu praktikan melakukan proses belajar mengajar di

[r]

Arsenal, Everton dan Tottenham Hotspurs terdapat hubungan yang signifikan.. Artinya semakin baik peringkat yang diperoleh mendorong

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

a. Penyusun kebijakan Pemerintah Daerah. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

Hasil analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dengan lahan olah tanah maksimal (OTM) di Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota didapatkan

Penelitian ini diharapakan dapat membantu pengelola wisata yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membuat pedoman dan

Sistem infomasi akuntansi yang terkait dengan siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus penggajian merupakan aktivitas bisnis utama perusahaan untuk dapat