• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Semen Burung Puyuh ( Coturnix-coturnix Japonica ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Semen Burung Puyuh ( Coturnix-coturnix Japonica )."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

v

KARAKTERISTIK SEMEN BURUNG PUYUH

(Coturnix-Coturnix Japonica)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Diajukan Oleh :

Drystiana Yessi Ayu Lesmono

NIM.1109005019

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

v

KARAKTERISTIK SEMEN BURUNG PUYUH

(Coturnix-Coturnix Japonica)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh :

Drystiana Yessi Ayu Lesmono NIM.1109005019 Menyetujui / Mengesahkan Pembimbing I

Dr.Drh. IGNB. Trilaksana,M.Kes NIP. 19621210198903 1 002

Pembimbing II

Drh. I Wayan Bebas,M.Kes NIP. 19621231 198903 1021

Mengetahui :

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP. NIP 19600305 198703 1 001

(3)

v

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh – sungguh kami berpendapat bahwa tulisan ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai

skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Ditetapkan di Denpasar tanggal...

Panitia Penguji :

Dr. drh. IGNB. Trilaksana, M.Kes Ketua

Drh. I Wayan Bebas, M.Kes Dr. drh. Tjok Gde Oka Pemayun, M.Si

Sekretaris Anggota

Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes drh. Made Kota Budiasa, M.P

(4)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi, pada tanggal 10 Februari 1993. Penulis merupakan anak Pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Anang Lesmono dan Ibu Partimah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Taman Indria pada tahun 1999, pendidikan Sekolah Dasar SDN 6 Kebondalem, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Cluring pada tahun 2008 dan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Genteng pada tahun 2011. Penulis kemudian diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2011. Selanjutnya penulis

(5)

v ABSTRAK

Burung puyuh dapat dijadikan salah satu usaha ternak yang mudah untuk dibudidayakan dan dapat meningkatkan pendapatan. Pengembangan usaha peternakan burung puyuh yang maju dan dapat bersaing dengan negara lain membutuhkan bibit yang memadai ditinjau dari kualitas maupun kuantitas. Burung puyuh jantan yang memiliki sperma dengan karakteristik baik di harap menghasilkan bibit yang berkualitas. Karakteristik meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, sehingga kualitas bibit burung puyuh dapat diseleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik semen burung puyuh secara makroskopik dan mikroskopik.

Metode penelitian menggunakan hewan coba 30 ekor burung puyuh dengan umur ± 6 minggu sebagai sumber semen. Penampungan semen burung puyuh dilakukan dengan menggunakan teknik masase atau pemijatan dengan modifikasi untuk mencegah kontaminasi busa yang dihasilkan oleh glandula kloaka dan adanya feses. Pemeriksaan dilakukan secara makroskopik meliputi volume, warna, pH dan konsistensi (tingkat kekentalan) dan pemeriksaan mikroskopik meliputi konsentrasi spermatozoa, morfologi, abnormalitas, jumlah spermatozoa hidup dan motilitas spermatozoa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa karakteristik semen burung puyuh (Coturnix - Coturnix Japonica) secara makroskopis yaitu mempunyai volume ± 0,02 ml, warna krem, pH ± 7,06, konsistensi kental dan bau yang khas. Hasil pemeriksaan mikroskopik burung puyuh mempunyai gelombang massa spermatozoa terlihat baik (++), motilitas progresif ± 86 %, konsentrasi spermatozoa ± 57,2 x 107 , abnormalitas spermatozoa ± 7,4 %, dan kematian spermatozoa ± 5 %.

(6)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Karakteristik Semen Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica)” disusun berdasarkan hasil penelitian dan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih sedalam-dalamya kepada:

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

2. Bapak Drh. Pudji Rahardjo, MS. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan dukungan moril.

3. Bapak Dr. drh. I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana M.Kes selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan dukungan, nasehat, dan motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Drh. Wayan Bebas, M.Kes selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan bimbingan dengan penuh kesabaran serta dukungan kepada penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. drh I Ketut Puja, M.Kes., Drh. Made Kota Budiasa, M.P., Dr. drh. I Ketut Suatha, M.Si dan Dr. drh. Tjok Gde Oka Pemayun, M.S., selaku penguji usulan penelitian dan skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan kritik, saran, serta nasehat yang sangat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

(7)

v

7. Kedua orang tua tercinta Bapak Anang Lesmono dan Ibu Partimah serta adikku Lucyana Yenny Ayu Lesmono. Terima kasih banyak atas dukungan semangat, doa dan dorongan moral serta material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

8. Almarhum kakek Surip Prawirorejo, almarhumah nenek Mariatun, kakek Syamsuri dan almarhumah nenek Sriyatun serta keluarga besar semua, terima kasih banyak atas doa dan semangat yang sudah diberikan kepada penulis. 9. Elyas Herybertus Tani Bina, I Gusti Made Anantawijaya, Arista Novi Sandra,

Priscilla M.S Putri, Gita Permana, dan Hermadi Putra terimakasih telah menjadi

team work yang baik dan kompak dalam melaksanakan penelitian sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Teman-teman seperjuangan Rama Glantiga, Clara Lucetriani, Jesiaman Silaban, Elsa Hidayati, Alviana Rizqiyah Utami dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas segala bentuk dukungan dan bantuannya. Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang selalu kompak dan semangat. Semoga kelak bisa menjadi kolega menjalin hubungan yang baik.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengharapkan adanya kritik, dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Maret 2015

(8)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRAK ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 KerangkaKonsep ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh ... 5

2.2 Reproduksi Organ Jantan ... 6

2.3 Penampungan semen ... 7

2.4 Evaluasi Semen ... 7

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Hewan Coba ... 10

3.2 Bahan dan Alat ... 10

3.2.1 Bahan ... 10

3.2.2 Alat ... 10

3.3 Prosedur Penelitian... 10

3.3.1 Teknik Penampungan Semen ... 10

(9)

v

3.3.2.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 11

3.3.2.1 Pemeriksaan Mikroskopik ... 11

3.4 Analisi Data ... 12

3.5 Lokasi Penelitian ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 14

4.2 Pembahasan ... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, dan juga memiliki kaki yang pendek. Burung puyuh pertama kali diternakan di Amerika Serikat pada tahun 1870, sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakan sekitar tahun 1979 (Menegristek, 2008).

Burung puyuh dapat dijadikan salah satu usaha ternak yang mudah untuk dibudidayakan dan dapat meningkatkan pendapatan. Keunggulan yang dimiliki oleh burung puyuh yaitu produksi telur yang tinggi, kandang pemeliharaan tidak memerlukan tempat yang luas, kotoran tidak terlalu bau, dan masa pemeliharaan yang singkat (Listiyowati dan Roospitasari, 2007). Keunggulan lain yang didapat dari berternak burung puyuh adalah tidak memerlukan areal yang luas dan modal yang cukup besar, sehingga peternak pemula tidak membutuhkan modal yang besar untuk memulai usaha. Usaha perternakan burung puyuh memiliki prospek yang baik dilihat dari permintaan pasar terhadap hasil produk seperti telur dan daging. Kemampuan adaptasi yang bagus menjadikan burung puyuh dapat di temukan diseluruh bagian dunia, sebagian besar hidup secara liar, sebagian kecil di lakukan usaha budidaya (Nugroho & Mayun, 1981).

(13)

Berbagai metode penelitian dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas burung puyuh dalam usaha peternakan, sampai saat ini penelitian yang menyangkut semen burung puyuh masih jarang ditemui. Burung puyuh jantan yang memiliki sperma dengan karakteristik baik di harap menghasilkan bibit yang berkualitas. Karakteristik meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, sehingga kualitas bibit burung puyuh dapat diseleksi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik semen burung puyuh secara makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik meliputi volume, warna, pH dan konsistensi (tingkat kekentalan) dan pemeriksaan mikroskopik meliputi konsentrasi spermatozoa, morfologi, abnormalitas, jumlah spermatozoa hidup dan motilitas spermatozoa, sehingga dapat diseleksi untuk mendapatkan bibit burung puyuh yang berkualitas.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik semen burung puyuh secara makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik meliputi volume, warna, pH dan konsistensi dan pemeriksaan mikroskopik meliputi konsentrasi spermatozoa, morfologi, abnormalitas, jumlah spermatozoa hidup dan motilitas spermatozoa sehingga dapat diseleksi semen yang baik untuk mendapatkan bibit burung puyuh yang berkualitas.

1.4 Manfaat Penelitian

(14)

1.5 Kerangka Konsep

Masalah utama yang dihadapi oleh peternak dalam pengembangan usaha ternak burung puyuh yaitu tidak tersedianya bibit burung puyuh secara komersial seperti ternak ayam ras. Pada umumnya peternak melakukan pembibitan sendiri melalui penetasan telur burung puyuh yang dihasilkan atau membeli kepada peternak lain. Pembibitan yang dilakukan biasanya dengan metode seadanya tanpa suatu program peningkatan mutu puyuh sehingga didapatkan burung puyuh yang tidak terjamin kualitasnya. Pembibitan semacam ini berjalan terus-menerus tanpa adanya pemakaian bibit dari luar daerah untuk mengimbangi mutu genetiknya dari bibit burung puyuh yang dihasilkan. (Desia, 2008).

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Burung Puyuh

Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki panjang badan ± 19 cm, badannya bulat, ekor pendek, dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu coklat kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada memiliki garis (Nugroho dan Mayun,1986).

Klasifikasi burung puyuh menurut Agromedia (2002) sebagai berikut : Kelas : Aves

Ordo : Galiformes Sub Ordo : Phasianoidae Family : Phasianinae Genus : Coturnix

Species : Coturnix – Coturnix Japonica

Produktivitas telur burung puyuh mencapai 250 – 300 butir per tahun dengan berat telur rata-rata 10 gram perbutir. Betina mulai bertelur pada umur 40 hari. Burung puyuh sangat baik untuk diternakan karena dapat menghasilkan lebih dari 4 generasi per tahun. Telur burung puyuh berwarna coklat tua, biru dan putih dengan bintik-bintik hitam, coklat dan biru (Hartono, 2004).

(16)

unggas lainnya. Kandungan protein tinggi tetapi kadar lemak yang rendah, sehingga baik untuk kesehatan (Murtidjo, 1996).

2.2 Reproduksi Organ Jantan

Organ reproduksi hewan jantan dibagi menjadi tiga bagian yaitu, organ kelamin primer dinamakan testes, sekelompok kelenjar kelamin pelengkap berupa kelenjar vesikularis, prostate, cowper dan saluran epididymis dan vas deferens, serta organ kopulatoris yaitu penis. Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa dan mensekresikan hormone testosteron (Toelihere, 1985).

Sistem reproduksi unggas jantan terdiri atas sepasang testes dengan epididymis, sepasang ductus deferens atau saluran sperma dan alat kopulatoris yang tidak sama dengan penis mamalia. Testes unggas berbentuk seperti kacang dan bergantung pada kedua sisi columna vertebralis di bawah ujung anterior ginjal. Testes kalkun hampir sama ukurannya dengan testes ayam bangsa berat. Ductus deferens menghubungkan epididymis dengan kloaka. Alat kopulatoris unggas terdiri dari papillae yang mempunyai lumen dimana semen dikeluarkan, pada ayam dan kalkun terdiri dari dua papillae dan organ kopulatoris rudimenter (Toelihere, 1993).

(17)

2.3 Penampungan Semen

Penampungan semen burung puyuh dilakukan dengan menggunakan teknik masase atau pemijatan dengan modifikasi untuk mencegah kontaminasi busa yang dihasilkan oleh glandula kloaka dan adanya feses (Burrows dan Quinn, 1937).

Penampungan semen pada unggas sebaiknya dilakukan oleh dua orang, yaitu seorang memegang pejantan dan seorang melakukan masase dan menampung semen yang keluar. Unggas pejantan distimulir secara ritmik dengan memijat ujung caudal tubuh pejantan tepat dibawah tulang-tulang pubis dengan tujuan menimbulkan reflex ejakulatoris. Pemijatan dilakukan dengan cara cepat dan kontinyu sampai pejantan mengeluarkan papillae dari cloaca. Setelah papillae keluar semen diperah sampai reflex ejakulatoris menghilang (Toelihere, 1993).

2.4 Evaluasi Semen

Evaluasi terhadap semen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan semen dengan cara makroskopis meliputi volume, warna, bau, konsistensi dan pH, sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi, motilitas dan presentasi hidup atau mati (Hafez and Hafez, 2000).

Semen adalah hasil sekresi alat kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran betina ketika betina dan jantan berkopulasi. Penampungan semen dapat dilakukan untuk keperluan inseminasi buatan (Toelihere,1993).

(18)

biokimia mengandung persenyawaan organic seperti fruktusa, asam citrate, sorbitol, inositol, glycerylphosphoryl-choline (GPC), ergothioneine dan prostaglandin. Plasma semen memiliki pH sekitar 7 dan memiliki tekanan osmotik sama dengan darah. Fungsi utama plasma semen yaitu sebagai media pembawa sperma dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam saluran reproduksi hewan betina (Toelihere, 1985).

Spermatozoa unggas memiliki bentuk yang berbeda dari ternak yang lain, kepala spermatozoa silindris panjang dan akrosomnya runcing (Toelihere, 1985). Spermatozoa unggas memiliki bentuk seperti pedang dan konsentrasinya lebih tinggi dari sperma ruminansia ( Suprijatna et al., 2005). Menurut Hafez and Hafez (2000) spermatozoa pada unggas berbentuk

filiformis dan terdiri dari kepala, leher dan ekor dan bagian ujung dengan panjang keseluruhan

spermatozoa sekitar 100 µm. Menurut Lake (1996) kepala spermatozoa berbentuk silindris dengan panjang 12 – 13 µm dan diameter sekitar 0,5 µm. Pada kepala spermatozoa terdapat akrosom yang terdiri atas tudung akrosom dan perforatorium. Akrosom tersebut berbentuk kerucut mengandung lipida dan glikoprotein dan juga memiliki enzim yang berfungsi dalam penetrasi kedalam spermatozoa kedalam ovum.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) terdapat variasi fenotip pada kerbau endemik lokal Kudus pada

Membaca merupakan suatu kegiatan yang bersifat kompleks, karena kegiatan ini melibatkan kemampuan dalam mengingat simbol-simbol grafis yang berbentuk huruf,

Sedangkan menurut penelitian dari [6] yang berjudul Sistem Informasi Penjualan Sepatu Berbasis Web Pada Toko Stephen Sports, permasalahan yang terjadi adalah ada beberapa

pers, fungsi kontrol, koreksi dan kritik.”(wawancara dengan Otok Indro Musliwanto selaku Kepala Bidang Penyiaran Radio Republik Indonesia, 13 Maret 2019). Berdasarkan

Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan sangat kuat dengan arah negatif antara stres kerja dengan hasil kerja operator jahit, dimana tenaga

Pemanfaatan Fly Ash Batubara Menjadi Membran Silika untuk Penurunan Kadar Logam Mn dalam Larutan Artifisial (dengan Variasi

Tingkat defoliasi memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar meliputi parameter jumlah daun, panjang daun, intersepsi cahaya, berat umbi dan

Tim telah memilih dan menetapkan sebanyak 17 (tujuh belas) orang peserta program Short Course Bidang Spiritual Pedagogy Tahun 2017 yang lolos seleksi