STUDI KASUS
VENEREAL SARCOMA PADA ANJING GOLDEN RETRIVER BETINA
Oleh :
Anak Agung Gde Jayawardhita
Ni Luh Sundari Rahayu
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul“Studi Kasus Venereal Sarcoma Pada
Anjing Golden Retriver Betina“.
Penulis menyadari laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. drh. I Ketut Anom Dada, M.S. selaku direktur Rumah Sakit
Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana
2. Bapak drh. I Wayan Gorda, M.Kes selaku pembimbing Koasistensi
Laboratorium Bedah Veteriner;
3. Bapak drh. I Gusti Agung Gde Putra Pemayun, MP. selaku kordinator
Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner;
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
laporan ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih. Penulis menyadari
bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran kearah
perbaikan sangat penulis harapkan.
Denpasar, Januari 2016
DAFTAR ISI
2.3.1 Teori perubahan genetik ... 8
2.3.2 Teori feedback deletion ... 8
2.3.3 Teori multifaktor ... 8
2.3.4 Teori stadium ganda ... 8
2.3.5 Multicelular origin of cancer field theory ... 9
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anjing adalah hewan mamalia yang termasuk ke dalam family Canidae,
ordo Carnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000
tahun yang lalu. Anjing merupakan hewan yang sering dijadikan hewan
peliharaan oleh manusia. Sifat anjing yang bersahabat dengan manusia
menjadikan anjing dapat dilatih, diajak bermain, dan tinggal bersama. Anjing
banyak memberi manfaat pada manusia salah satunya dapat menjadi teman,
penjaga rumah, ternak, pemburu, penyelamat, dan sebagai pelacak di kepolisian.
Namun anjing juga sering mengalami gangguan kesehatan. Secara umum
penyebab penyakit pada anjing dapat berupa agen infeksius dan non infeksius.
Agen infeksius antara lain bakteri, virus, parasit, sedangkan agen non infeksiusnya
antara lain faktor lingkungan, cuaca, suhu, dan faktor dalam tubuh hewan itu
sendiri, misalnya umur, kelamin, dan genetik.
Dalam keadaan tertentu, suatu sel dapat mengalami perubahan sifat yang
mengakibatkan pertumbuhan sel-sel yang abnormal (neoplasma/tumor). Tumor
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anjing. Tumor adalah
suatu massa jaringan yang abnormal dimana pertumbuhannya berlebihan dan
tidak terkoordinasi dengan jaringan normal disekitarnya (Dharma dan Putra,
1997) atau pertumbuhan jaringan baru yang abnormal yang berbeda dengan
jaringan normal yang sudah ada (Sudisma et al., 2006). Sel tumor berasal dari
sel-sel yang sebelumnya adalah sel normal. Tumor atau neoplasma dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu benigna (tumor tenang) dan malignant (tumor ganas).
Ciri-ciri tumor ganas (malignant) antara lain pertumbuhan tumor cepat dan
menyusup dalam jaringan, terfiksir dan merusak jaringan sekitar, jaringan baru
yang tumbuh berlainan dengan jaringan sekitar, batas-batas tidak jelas (tidak
berkapsul), dapat menyebar (metastasis) ke jaringan tubuh yang lain, setelah
operasi pengangkatan tumor mungkin bisa kambuh lagi, pertumbuhan tumor dapat
2
dan fungsi organ lainnya. Sedangkan ciri-ciri tumor jinak (benigna) adalah
mempunyai kapsul dan dapat digerak-gerakkan, tidak terfiksir pada jaringan,
pertumbuhan lambat, umumnya tidak membahayakan, kematian dapat terjadi
apabila lokasi dan ukurannya sedemikian rupa sehingga menekan dan
mengganggu jaringan dan organ sekitar, umumnya setelah operasi tidak tumbuh
lagi (Sudisma et al., 2006).
Anjing yang terserang tumor umumnya memiliki nafsu makan yang baik,
tetapi akan terjadi penurunan berat badan secara bertahap (tergantung jenis
tumor). Nutrisi yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan
maupun perkembangan fungsional tubuh, tetapi sel tumor memanfaatkan nutrisi
yang ada untuk tumbuh (Sudiono et al., 2003). Umumnya penderita tumor mati
dalam kondisi kaheksia. Untuk itu diperlukan penanganan untuk menghilangkan
tumor dari jaringan tubuh atau meminimalkan pertumbuhan sel tumor untuk
memaksimalkan kondisi fisiologis tubuh. Salah satu tumor yang cukup ganas dan
sering menyerang anjing adalah Venereal sarcoma.
Venereal sarcoma merupakan tumor yang menyerang organ genetalia dan
sangat menular pada anjing. Tumor ini diklasifiksikan menjadi 2 kelompok
berdasarkan lokasi massa tumor yaitu genital Venereal sarcoma dan Ekstragenital
Venereal sarcoma. Genital Venereal sarcoma ditularkan melalui perkawinan
alam (koitus), sedangkan Ekstragenital Venereal sarcoma karena kontak seperti
mengendus atau pun menjilat saat koitus (Das, 2000). Secara makroskopis
Venereal sarcoma berupa massa berbentuk seperti bunga kol (cauliflower-like
mass) pada daerah genital atau permukaan kulit dengan disertai leleran berdarah
dan juga deformitas pada daerah mata atau hidung akibat invasi dari tumor.
Penanganan yang dapat digunakan untuk mengobati Venereal sarcoma
antara lain yaitu dengan pembedahan, radiasi maupun kemoterapi. Penanganan
Venereal sarcoma dapat dilakukan dengan eksisi/pengangkatan secara total
(operasi) (Sudisma et al., 2006). Penanganan Venereal sarcoma dengan
pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor
bermetastasis (pertumbuhan sekunder) ke tempat lain. Namun, pengangkatan
3
memuaskan tetapi tumor juga dapat tumbuh kembali. Tindakan tersebut dapat
dibarengi dengan radioterapi sehingga tumor dapat secara tuntas dihilangkan akan
tetapi cara ini membutuhkan tenaga terlatih, peralatan yang canggih, dan biaya
yang mahal (Boscos and Ververidis, 2004).
Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara kemoterapi.
Kemoterapi dapat memberikan hasil yang cukup baik terhadap regresi dari tumor.
vincristine sulfat merupakan bahan yang digunakan sebagai kemoterapi agen
untuk menanganai kasus Venereal sarcoma (Martins et al,. 2005). Venereal
sarcoma mempunyai prognosa dubius (Mayer et al., 1959; Spector, 1993; Martins
et al,. 2005).
Studi tentang Venereal sarcoma memiliki dampak besar dalam dunia
kedokteran hewan. Dalam hal ini berbagai upaya diarahkan untuk mendapatkan
standarisasi diagnosis, memahami perilaku evolusi tumor, mengevaluasi faktor
prognosis seperti morfologi. Pengetahuan terhadap parameter ini sangat penting
sebagai pilihan dan keberhasilan terapi, sehingga memperkecil kambuhnya tumor
dan peningkatan kelangsungan hidup.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini yaitu :
1. Mengetahui cara mendiagnosa, prosedur operasi dan rencana terapi kasus
Venereal sarcoma pada anjing Golden Retriever betina; serta
2. Mengetahui dampak terapi pembedahan terhadap anjing Golden Retriver
betina penderita Venereal sarcoma.
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan laporan ini yaitu:
Memberikan informasi serta menambah wawasan bagi praktisi dan
mahasiswa Kedokteran Hewan dalam melakukan diagnosa dan prosedur
operasi pengangkatan tumor serta perawatan pascaoperasi Venereal
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Venereal Sarcoma
Venereal sarcoma atau sering disebut Venereal granuloma, Transmissible
Venereal Tumor, Transmissible lymphosarcoma atau Stiker tumor merupakan
tumor pada anjing yang secara umum menyerang alat kelamin luar tetapi
terkadang juga dapat menyerang alat kelamin bagian dalam. Venereal sarcoma
merupakan jenis tumor ganas yang khas pada hewan, terutama anjing. Venereal
sarcoma dapat terjadi pada hewan betina maupun jantan, dimana penularannya
melalui koitus (Tella et al., 2004). Selain itu Venereal sarcoma dapat ditularkan
melalui transfer fisik sel tumor yang layak melalui kontak langsung dengan kulit
yang terluka atau jaringan mukosa (Stockmann et al., 2011). Hal ini umum terjadi
karena kebiasaan seksual anjing yang tidak terkontrol. Pada saat koitus sering
terjadi perdarahan akibat kontak mukosa dari penis dengan vagina sehingga
transplantasi dari tumor akan menjadi mudah. Venereal sarcoma umumnya
menginfeksi alat genital jantan maupun betina (Rasul, 2009). Namun, anjing
betina lebih peka terhadap tumor ini (Berata et al., 2011).
Pada studi sebelumnya, bahwa jika dilakukan transplantasi sel tumor
secara subkutan maka dalam 2-3 minggu akan terjadi tumor berukuran 3-6 mm.
Bentuk tumor akan mencapai maksimum pada minggu ke-5 hingga minggu ke-7.
Tumor dapat tumbuh 15-60 hari setelah implantasi, dan tidak terdeteksi selama
beberapa tahun (Lombart and Cabanie, 1968; Moulton, 1978). Pengelupasan dan
transplantasi sel tumor selama kontak fisik merupakan penyebab utama penularan
ke mukosa genital, dan juga ke hidung atau mukosa mulut, saat kawin atau
menjilat alat kelamin anjing yang terkena Venereal sarcoma. Pertumbuhan tumor
umumnya dapat terlihat dalam waktu 2-6 bulan setelah kawin pertama. Venereal
sarcoma dapat tumbuh lambat selama bertahun-tahun atau lebih kemudian
menjadi invasif dan akhirnya menjadi ganas dan bermetastasis. Metastasis
dilaporkan kurang dari 5-17% dari total kasus (Berata et al., 2011;Utpal dan Arup
5 2.2 Etiologi
Venereal sarcoma pada anjing pertama kali ditemukan oleh Novinsky
tahun 1876 yang menjelaskan bahwa tumor dapat di transplantasikan di host yang
memungkinkan ke yang lain dengan inokulasi dari sel-sel tumor. Beberapa ahli
menggangap tumor ini disebabkan oleh agen virus, akan tetapi tumor tidak secara
konsisten bisa ditrasmisikan oleh sel bebas. Pada anjing Venereal sarcoma dapat
terjadi karena tumor terimplantasi pada mukosa kelamin saat koitus (Purohit,
2008). Transmisi tumor kelamin terjadi hanya dengan transplantasi sel tumor
yang layak dan bukan oleh virus yang mengubah sel-sel yang rentan (Rust, 1949).
Partikel virus onkogenik belum pernah terlihat dalam sel-sel tumor dengan
mikroskop elektron (Murray et al., 1969; Moulton, 1990).
Venereal sarcoma sering menjadi persoalan yang serius di seluruh dunia
yang terjadi pada frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Kejadian
Venereal sarcoma ini paling banyak terjadi di lingkungan tropis dengan
temperatur hangat (Rogers, 1997). Menurut Thakur and Bradley (1983), kejadian
Venereal sarcoma terjadi pada hewan muda yang aktif secara seksual, banyak
menyerang anjing dengan kisaran umur 2-5 tahun. Venereal sarcoma tidak hanya
dapat ditularkan oleh sesama spesies anjing tetapi juga kepada hewan lainnya
yang masih termasuk family Canidae, seperti rubah (Higgins, 1966).
Venereal sarcoma merupakan masalah yang cukup serius karena banyak
populasi anjing liar. Di India di laporkan kejadian kasus ini berkisar 23-43% dari
total kasus tumor pada populasi anjing. Perilaku seksual yang tidak terkontrol
dari populasi anjing liar tersebut yang menyebabkan tingginya tingkat kejadian
Venereal sarcoma di suatu wilayah. Selain melalui perkawinan, tumor juga dapat
menular melalui jilatan. Pada anjing betina, kejadian ini ditemukan pada bagian
belakang vagina atau perbatasan antara vestibulum dan vagina. Sedangkan pada
anjing jantan dapat ditemukan pada gland penis, bagian lain dari penis, lapisan
6 2.3 Patogenesis
Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang
menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis
akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak
terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi
disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan
abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor
tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel
berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi,
fungsi, dan siklus pertumbuhan. Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih
dari satu mutasi untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker.
Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi
karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah
risiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya
memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari
tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel tumor jinak itu akan menjadi
tumor ganas (Tjarta, 1973).
Pertumbuhan neoplasma atau kanker pada dasarnya dibagi menjadi
beberapa fase antara lain 1). fase inisiasi adalah fase dimana berubahnya sel
normal tubuh menjadi sel yang peka/terinisiasi; 2). fase induksi adalah fase sel
tubuh yang sudah peka oleh karsinogen akan merubah menjadi sel kanker. Fase
inisiasi dan fase induksi tidak bisa diketahui, diperkirakan dapat berlangsung
puluhan tahun; 3). fase insitu yaitu fase dimana sel kanker itu bertumbuh terus
tetapi masih pada tempatnya, belum menembus membrana basalis intra epitelial,
intra lobuler. Fase ini lamanya sangat bervariasi bisa selamanya tetap dalam fase
ini, biasanya berlangsung sampai lima tahun; 4). fase invasif yaitu dimana sel
kanker telah keluar dari membrana basalis dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya.
Fase ini lebih cepat berlangsung kira-kira kurang dari lima tahun; 5). fase
disseminasi yaitu fase dimana sel kanker itu sudah tumbuh jauh diluar organnya.
Bila telah mencapai fase ini dikatakan kanker sudah tidak dapat diobati dan
7
Menurut Sudiono (2008) terdapat beberapa teori patogenesis terbentuknya
tumor diantaranya :
2.3.1 Teori perubahan genetik
Menurut teori ini, terjadinya perubahan genetik yang menetap pada sel
sehingga sintesis protein yang lebih aktif dan ini digunakan lebih banyak untuk
reproduksi daripada bekerja. Ketika sel sudah mulai aktif, kemudian terjadi
mutasi sel lebih lanjut. Jadi mula-mula terjadi perubahan epigenetik yaitu
perubahan metabolime sel yang menyebabkan gen pengendali pembelahan sel
menjadi tidak aktif (perubahan kariotip). Pada permulaan kanker, kerusakan ini
tidak terlihat. Kemudian perubahan yang tidak terlihat ini secara langsung atau
melalui bahan karsinogen lain akan menjadi perubahan yang terlihat yang secara
klinis tampak sebagai tumor.
2.3.2 Teori feedback deletion
Semua sel mempunyai potensi genetik untuk berubah menjadi kanker
tetapi dalam keadaan normal potensi ini terhambat. Karsinogen akan merusak sel
pengatur (efek genetik) atau merusak enzim (efek epigenetik) sehingga merusak
mekanisme yang stabil. Pada sel tumor, gen pengatur pertumbuhan menghilang
sehingga kemampuan enzim feedback menyebabkan sel mendekati perubahan
menjadi kanker. Konsep kehilangan kontrol ini disebut feedback deletion.
2.3.3 Teori multifakor
Satu tumor dapat disebabkan oleh beberapa penyebab yang bekerja
sinergistik atau aditif. Seperti halnya, faktor genetik, hormon, virus, dan
penyinaran. Faktor hormon mempengaruhi jaringan sedemikian rupa sehingga
jaringan mudah dipengaruhi oleh karsinogen lain.
2.3.4 Teori stadium ganda
Tumor ganas tidak hanya timbul akibat faktor-faktor penyebab yang
banyak (multifaktor) tetapi juga melalui stadium yang progresif (multistage).
8
terdapat 2 stadium yaitu inisiasi dan promosi. Jadi, pada awalnya inisiator yang
bekerja, selanjutnya promotor. Promotor disebut juga ko-karsinogen. Inisiator
menimbulkan mutasi genetik, tetapi juga usaha regenerasi sel akan dirusak oleh
promotor. Jadi, awalnya akan terjadi hyperplasia baru kemudian terjadi mutasi
spontan dengan bentuk kanker.
2.3.5 Multicelular origin of cancer field theory
Neoplasma terbentuk oleh sel yang berdekatan dan secara serentak
bukan berasal dari satu sel. Neoplasma mulai ditempat yang dipengaruhi oleh
karsinogen secara maksimal, respon neoplastik kemudian terjadi pada jaringan
sekitarnya yang juga terkena pengaruh karsinogen yang sama.
2.4 Tanda Klinis
Tanda klinis dari Venereal sarcoma ialah adanya bentukan seperti
cauliflower berwarna kemerahan yang biasanya terlihat pada daerah genital.
Secara makroskopis, bentuknya beragam, ada yang kecil maupun besar (5µ
m-10cm), lunak maupun keras, abu-abu hingga kemerahan, bentuk nodular maupun
papilari.
Penampakan tumor pada anjing betina biasanya terdapat pada vestibula
atau caudal vagina, melintang sampai ke vulva. Harus diwaspadai adanya cairan
hemoragi pada daerah vulva yang bisa menyebabkan anemia permanen. Cairan
ini bisa memancing pejantan dan keadaan seperti ini pada anjing betina sering di
kelirukan dengan estrus (Martins et al., 2005; Mahmud, 2012). Tanda klinis yang
tampak merupakan benjolan dan tetesan darah pada vestibula, jika dilakukan
palpasi maka akan terasa pertumbuhan yang tidak teratur (lobuler) seperti buah
anggur atau bunga kol (Mayer et al., 1959).
Tumor ini juga dapat ditemukan pada seluruh bagian mukosa vagina,
sering pula menyebar ke vestibula hingga labia. Ukuranya bervariasi dari nodular
kecil hingga menyebar ke lumen vulvovagina atau menjulur hingga diantara labia.
Kelamin sering mengalami perubahan yang regresif hingga mudah berdarah serta
9
Metastasis ditemukan pada jaringan subkutan, limponodus, mata, tonsil,
hati, limfa, dan mukosa mulut. Secara patologi anatomi Venereal sarcoma
hampir selalu tampak seperti bunga kol, atau peduncle, noduler, papiler atau
multilobuler, berukuran ± 5 mm, superfisial biasanya bernanah dan mengalami
peradangan. Secara histopatologi Venereal sarcoma terletak pada lapisan dalam
stroma. Serat-serat retikuler mengandung kelompok sel tumor. Venereal
sarcoma terdiri atas limfoblast yang besar dengan sel tumor berbentuk bulat,
polihedral, dan bersifat uniform. Inti besar dan bundar dengan inti yang
hiperkromatis dan banyak gambaran mitosis. Ada 6-8 bentuk mitosis dalam satu
daerah pandang dengan perbesaran besar. Sitoplasma sel berwarna merah jambu
pucat dengan sedikit granula. Venereal sarcoma cukup mengandung vaskularisasi
dan mengandung sedikit limfosit, makrofag, eosinofil, dan sel mast (Berata et al.,
2011).
2.5 Diagnosis
Secara sitologi, sel Venereal sarcoma dapat beraneka ragam. Sel dapat
berbentuk bulat sampai oval dan terkadang terdapat gambaran mitosis dengan satu
atau dua nukleulus (Singh et al., 1996). Pemeriksaan histologi dari Venereal
sarcoma umumnya menunjukkan pertumbuhan massa sel. Akibat massa tumor
yang terus bertambah, maka bentuk sel akan terlihat irregular dan juga disertai
munculnya fibroblast. Kemunculan fibroblast tersebut kemungkinan merupakan
indikasi sel tumor yang mengalami transformasi. Selain itu, sering juga
ditemukan adanya infiltrasi dari limfosit, plasma sel, dan makrofag yang
merupakan tanda adanya sistem kekebalan tubuh (Tella et al., 2004).
Menurut Sudisma et al., (2006), untuk menentukan diferensial diagnosis
suatu tumor dapat dilakukan dengan anamnesa yang baik, inspeksi, palpasi,
biopsi, yang diikuti dengan pemeriksaan mikroskopis. Anamnesa dari pemilik
diperlukan untuk mengetahui sejarah menyeluruh kesehatan anjing, awal
timbulnya gejala, dan kemungkinan insiden yang mungkin telah mendahului
10
dilakukan palpasi untuk mengetahui batas, ukuran, konsistensi, dan terasa nyeri
atau tidak (Sriwibowo, 2005).
Pada kasus Venereal sarcoma, tanda klinis bervariasi tergantung lokasi
tumor. Secara makroskopis, tumor pada anjing betina terlihat sama seperti pada
anjing jantan dan kejadiannya dapat terlokalisir pada daerah vestibulum, atau
kaudal vagina, menyebar sampai vulva sehingga sering menyebabkan deformitas
pada daerah region perineal. Anjing dengan lokasi tumor pada daerah genitalnya
akan terlihat keluarnya cairan bercampur darah dari alat kelaminnya. Cairan
tersebut akan sering dikelirukan dengan kejadian erethritis, cystitis, atau prostitis
(Rogers, 1997).
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosa
Venereal sarcoma adalah dengan cara biopsi. Biopsi yang dilakukan untuk
pemeriksaan histologi adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk
diagnosis. Jika ada keraguan tentang diagnosis histologis, dapat dilakukan
diagnosis definitif dengan analisis kromosom, studi imunohistokimia, dan
elektron-mikroskopis juga akan membantu untuk mendeteksi Venereal sarcoma
(Utpal dan Arup Kumar, 2000).
Beberapa kasus Venereal sarcoma dengan lokasi ekstragenital (tidak pada
alat kelamin), diagnosa secara klinis lebih sulit dilakukan karena Venereal
sarcoma menyebabkan gejala klinis yang bervariasi tergantung dari lokasi
terjadinya tumor secara anatomi seperti apistaksis, epiphora, deformitas wajah
atau mulut dan pembesaran limfonodus regional (Rogers, 1997). Diagnosa
definitif didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan gambaran mikroskopis
dari pemeriksaan laboratorium terhadap sel tumor yang didapatkan secara biopsi
(Richardson, 1981).
2.6 Prognosis
Kasus tumor yang masih berada pada tahap awal atau terutama kasus yang
kurang dari 1 tahun dan kasus independent atau tanpa metastasis, keberhasilan
penyembuhan dengan tindakan pembedahan yang dilanjutkan kemoterapi dengan
11
telah terjadi metastasis, terapi yang dibutuhkan akan lebih lama dan rata-rata
angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping kemoterapi juga harus
diperhitungkan (Boscos, 2004; Meutuah, 2012).
Pada prinsipnya penanganan tumor adalah mengangkat atau
menghilangkan tumor secara komplit, seperti halnya dalam kasus Veneral
sarcoma. Pengangkatan harus dilakukan sebaik mungkin tanpa menyisakan
massa tumor sekecil apapun. Pada beberapa kasus biasanya selalu diikuti dengan
tindakan kemoterapi. Pada anjing dewasa sel tumor regresi secara spontan setelah
mengalami perkembangan imunitas tumor mencegah pertumbuhan tumor secara
baik. Sebaliknya, sel tumor tumbuh menjadi ulserasi dan metastasis pada induk
semang yang tidak kompeten secara imunologis sehingga prognosa dari penyakit
Venereal sarcoma ini dari fausta hingga infausta. Hal yang paling baik dilakukan
untuk mendapatkan prognosa yang baik jika pada kasus ini diimbangi dengan
radiasi tambahan atau kemoterapi yang digunakan (Kutzler, 2013).
Beberapa penelitian imunologi menjelaskan bahwa Venereal sarcoma
merupakan antigenik pada anjing sehingga respon imun dari host terhadap tumor
memainkan peranan yang paling penting terhadap status kesembuhan dari
penyakit (Mizuno et al., 1994). Pada anjing yang pertumbuhan tumor mulai
menurun secara spontan dan perkembangan imunitas terhadap tumor untuk
mencegah tumor kembali tumbuh terjadi secara baik prognosa kesembuhan akan
menjadi baik/fausta (Powers, 1968). Akan tetapi pada beberapa kasus dimana
sistem imun anjing tertekan atau tidak mampu memberikan kekebalan, tumor akan
terus berkembang serta mengalami metastasis dan prognosa kesembuhannya akan
menjadi dubius atau bahkan infausta (Cohen, 1985).
2.7 Terapi
Penanganan beberapa kasus tumor ganas seperti Venereal sarcoma dapat
dilakukan dengan pengangkatan secara total (Sudisma et al., 2006). Penanganan
dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor
bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan
12
Pengobatan Venereal sarcoma yang paling efektif ialah dengan kemoterapi
setelah dilakukan pengangkatan massa tumor pada jaringan. Pada studi
sebelumnya, menunjukan pengobatan dengan vincristine hasilnya sangat baik.
Vincristine diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5-0,7 mg/m2 dari area tubuh
atau 0,025 mg/kg secara intra vena. Lama pengobatan juga bervariasi 2-7 kali
(Marcos et al., 2006; Nak et al., 2005; Papazoglou et al., 2001). Vincristine
merupakan kelompok vinca alkaloid yg merupakan obat kemoterapi. Vincristine
ialah ekstrak dari tanaman Vinca Rosea yang merupakan racun microtubule
(Brooks, 2008).
Perawatan Venereal sarcoma tidak terlalu mudah pada beberapa
pengobatan termasuk pembedahan. Pembedahan ekstensif dilakukan untuk
Venereal sarcoma kecil, dengan angka keberhasilan 56-68% tumor akan
menyebar secara invasi. Kontaminasi melalui jalur bedah dengan sel-sel Venereal
sarcoma merupakan salah satu bentuk penularan.
Pemulihan lesi berlangsung secara perlahan walaupun kadang-kadang
tidak disadari dan signifikan pada permulaan pengobatan. Pengobatan komplit
biasanya 2-7 kali injeksi dan terjadi lebih dari 90% kasus yang di obati.
Penyembuhan mencapai 100% pada kasus pengobatan pada tahap regresi terutama
untuk kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus independent atau tanpa
metastasis.
Jika kasusnya sudah lebih lama, terapi yang dibutuhkan juga lebih lama
dan rata-rata angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping juga harus
diperhitungkan. Komplikasi yang sering terjadi dari pengobatan menggunakan
vincristine yaitu munculnya lesi pada jaringan lokal yang dapat berkembang
menjadi nekrosis dengan crust. Selain itu juga vincristine juga berdampak
terhadap spermatogenesis. Spermatogenesis dapat terganggu secara sementara
maupun permanen akibat penggunaan agen yang bersifat sitotoksik. Penelitian
menunjukan bahwa vincristine merusak DNA dari sel germinal dan mengurangi
perkembangan sel tersebut (Mc Envoy, 1987).
Gen cystostatis seperti vincristine bisa menyebabkan myelosupresi dan
13
kemoterapi lain yang diindikasikan untuk pengobatan Venereal sarcoma termasuk
cyclophosphamide (5mg/kg, peroral untuk 10 hari sebagai obat tunggal atau
diberikan bersamaan dengan prednisolon 3mg/kg selama 5 hari) selain itu obat
mingguan vinblastine (0,1 mg/kg IV selama 4-6 minggu) methotrexate (0,1 mg/kg
per oral tiap hari lainnya) atau kombinasi ke-3 obat di atas. Untuk kasus resistensi
bisa diobati dengan doxorobian, 30 mg/m2 dengan 3 kali pemberian setiap 21
hari. Pada kasus yang gagal dengan kemoterapi, radioterapi dilaporkan memiliki
efek yang bagus. Imunitas tumor memainkan peranan dalam regresi tumor setelah
14
nafsu makan yang bagus. Hewan kasus sudah pernah kawin 2 kali dan partus satu
kali tapi anaknya mati. Serta hewan kasus juga sudah pernah di operasi satu kali,
namun kambuh lagi. Tanda klinis yang ditemukan adalah adanya pembengkakan
dan peradangan yang kronis pada daerah di sekitar vulva vagina. Sulit untuk
dipalpasi karena hewan merasa kesakitan. Selain itu keluar leleran darah dari
vagina, bau, serta adanya lubang akibat tumor yang telah pecah.
3.1.2 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah scalpel, mata pisau
(blade), allice forcep, artery clamp, drape clamp, gunting operasi lurus dan
bengkok, pinset bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum ujung segitiga,
forcep tampon, dan tempat tampon, drape cloth, intravenous catheter, infus set,
jarum suntik 3 ml dan 1 ml.
3.1.3 Bahan dan Obat
Bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, plester, alkohol 70%,
ringer lactate, gloves, NaCl 0.9%, antiseptik (betadine), benang non-absorable
(silk), gloves, dan masker. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu
atropine sulphate, serta anesthesi umum yaitu dengan kombinasi ketamine dan
xylazine. vitamin K, antibiotik penisilinstreptomisin, antibiotik amoxan, asam
15 1.2 Metode
1.2.1Preoperasi
a. Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan
dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.
b. Preparasi alat
Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan
seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang
steril atau pembuluh darah pada anjing yang akan dibedah tidak
terkontaminasi.
c. Persiapan hewan kasus :
1. Pemeriksaan hewan
Persiapan hewan, hewan yang akan dioperasi dilakukan
pemeriksaan meliputi signalemen, anamnesa, dan status present.
16 Tabel 1. Catatan Pemeriksaan Hewan
Nama Pemilik : Anak Agung Putri
Alamat : Jln. Muding Indah No.7X Denpasar Telp : 081999156455
Signalements Anamnesa
Nama Hewan : Kemsi Adanya pembengkakan pada vulva, keluar
leleran berupa darah dan bau, mulai sakit semenjak 6 bulan lalu, sudah pernah di operasi satu kali, namun kambuh lagi setelah 3 bulan
Status Present Anggota gerak : Normal
Jantung (x/menit) : 85 Kulit : Normal
Hewan yang akan dioperasi dilakukan pencatatan signalemen,
anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan operasi, hewan
dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu
teranaesthesia;
Pertama-tama di injeksikan vitamin K untuk mencegah pendarahan
saat operasi (dosis terlampir);
Kemudian diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropine sulphate
sebanyak 2 ml secara subkutan (dosis terlampir);
Setelah 10 menit, kemudian di anestesi menggunakan kombinasi
xylazine dan ketamine dengan jumlah pemberian masing-masing 2,5 ml
xylazine dan 2,5 ml ketamine secara intra muscular (dosis terlampir);
Setelah teranestesi, hewan kasus ditempatkan pada posisi dorsal
17
Hewan disiapkan secara aseptik, kemudian dilakukan pemasangan
endotraceal tube (ETT) dan dilakukan pemasangan intravena kateter untuk
infus lactat ringer;
Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik.
2. Persiapan perlengkapan operator dan asisten
Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten adalah
masker, penutup kepala, dan sarung tangan serta menggunakan
pakaian khusus operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut
sebelumnya telah disterilisasi.
3.2.2 Operasi
Setelah tahapan pre-operasi selesai dilakukan dan hewan telah
teranestesi. Hewan diletakkan pada posisi dorsal recumbency. Kasus Venereal
sarcoma pada anjing betina dapat dilakukan pembedahan dengan metode
episiotomy, namun dalam pembedahan ini tidak menggunakan metode tersebut
karena massa tumor Venereal sarcoma pada anjing kasus sudah mencapai bibir
vulva sehingga langsung dilakukan pengangkatan massa tumor.
Pengangkatan tumor dilakukan secara hati-hati sehingga tidak
menimbulkan trauma pada urethra dan dapat mengangkat massa tumor
semaksimal mungkin. Diamati dan dihentikan jika terjadinya perdarahan dengan
diberikan vitamin K dengan cara di intra vena (IV). Setelah prosedurnya selesai,
dilakukan penutupan pada daerah tumor yang telah pecah dengan membuat insisi
baru dengan menggunakan satu lapis jahitan. Jahitan pada kulit menggunakan
benang non-absorrable dengan pola interrupted suture. Daerah operasi
dibersihkan, lalu bekas luka insisi diolesi antiseptik (betadine) dan diberi enbatic
18 3.2.3 Pasca Operasi
Setelah tindakan operasi pengangkatan massa tumor selesai dilakukan,
pasien diberikan antibiotik penisilinstreptomisin secara intramuskular sebanyak 2
ml untuk mencegah adanya infeksi sekunder. Kemudian dilakukan kemoterapi
dengan menyuntikkan vincristine 0,5 ml secara intravena dengan interval satu
minggu dan diberikan 2 kali. Hal ini dilakukan mengingat Venereal sarcoma pada
anjing kasus sudah pernah kambuh, dan setelah kemoterapi yang kedua massa
tumor sudah tidak muncul kembali. Pemberian antibiotik amoxan 500 mg dengan
pemberian 2 kali sehari 1 capsul selama lima hari. Antibiotik diberikan untuk
mencegah infeksi bakteri. Analgesik asam mefenamat 500 mg dengan pemberian
2 kali sehari 1/2 tablet secara per-oral selama lima hari (perhitungan dosis
terlampir). Asam mefenamat diberikan sebagai analgesik yang juga memiliki efek
anti-inflamasi. Selain dilakukan treatment dengan pemberian obat, dilakukan juga
treatment lainya. Adapun treatmen yang dilakukan adalah dengan mengurangi
gerak, menjaga kebersihan daerah tempat tidurnya, pemasangan Elizabeth collar,
19 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil perkembangan kesembuhan post-operasi anjing kasus dari hari ke
hari mengalami peningkatan. Perkembangan kesembuhan luka disajikan dalam
(Tabel 2).
Tabel 2. Pengamatan Kesembuhan Luka Post-operasi
No. Pengamatan Post-operasi Kondisi Hewan Post-operasi
1. Hari ke-1 Hewan kasus masih tampak lemas, pasif, nafsu
makan menurun, adanya kebengkakan serta masih terdapat leleran darah namun sedikit. Sedangkan luka jahitan dalam keadaan bagus. Gambar (terlampir).
2. Hari ke-2 sampai ke-6 Hewan kasus sudah mulai bergerak aktif dan
agresif, nafsu makan dan minum normal, kebengkakan pada bagian vulva sudah hilang. Tidak teramati munculnya massa tumor pada bagian yang telah di bedah, serta tidak ada leleran dari vagina. Luka jahitan sudah menempel dengan baik. Gambar (terlampir).
3. Hari ke-7 Luka sudah menyatu dan terlihat kering, tidak
teramati munculnya massa tumor pada bagian yang telah di bedah. Pelepasan jahitan silk pada hari ke tujuh. Serta dilakukan kemoterapi yang kedua. Gambar (terlampir).
4. Hari ke-8 sampai 10 Nafsu makan dan minum menurun, dan muntah.
Hewan kasus terlihat lemas. Massa tumor tidak teramati muncul kembali dan keadaan daerah post-operasi terlihat seperti normalnya. Gambar (terlampir).
5. Hari ke-11sampai ke-14 Nafsu makan dan minum hewan kasus mulai
normal dan hewan kasus sudah kembali agresif dan lincah bermain. Massa tumor tidak teramati muncul kembali dan keadaan daerah post-operasi terlihat seperti normalnya. Gambar (terlampir).
20
Selain dilakukan pemeriksaan hewan secara umum termasuk signalement,
anamnesa, dan status present juga dilakukan pemeriksaan laboratorium. Adapun
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan hematologi dan
biopsi untuk pemeriksaan histopatologi jaringan massa tumor. Berdasarkan hasil
laboratorium penunjang, jenis tumor yang ditemukan pada hewan kasus adalah
Venereal sarcoma, sehingga diperlukan penanganan yang lebih lanjut yaitu
kemoterapi dengan vincristine.
Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan hasil neutrofilia atau
meningkatnya neutrofil, sedangkan untuk pemeriksaan darah yang lain semua
menunjukkan normal (hasil pemeriksaan darah terlampir). Sedangkan untuk
pemeriksaan histopatologi menunjukkan bahwa hewan menderita tumor ganas
yaitu Venereal sarcoma. Adanya sel-sel tumor berupa sel-sel limfoblas,
ukurannya homogen, tumor bersifat infiltratif, banyak ditemukan sel-sel yang
mengalami mitosis, dan ditemukan banyak stroma (hasil pemeriksaan
histopatologi terlampir).
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar
Sampel Gambaran Histopatologi
Jaringan tumor yang
diambil melalui
prosedur operasi
Sel-sel tumor berupa sel-sel limfoblas, ukurannya homogen, tumor bersifat infiltratif, banyak ditemukan sel-sel yang mengalami mitosis, dan ditemukan banyak stroma.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, sejarah lingkungan, pemeriksan klinis,
hasil laboratorium, dan pengamatan pasca operasi, hewan kasus telah didiagnosa
menderita tumor ganas yaitu Venereal sarcoma. Prognosa dari penyakit Venereal
sarcoma ini termasuk fausta. Hal yang paling baik dilakukan untuk mendapatkan
prognosa fausta pada kasus ini dapat dilakukan tindakan pengangkatan massa
tumor dan juga diimbangi dengan kemoterapi. Pada hewan kasus juga sudah
dilakukan prosedur tersebut dan selama pengamatan pasca operasi hewan kasus
menunjukkan keadaan baik dan sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan terdiri dari faktor lokal,
21
vaskularisasi jaringan, jenis, jumlah, dan virulensi bakteri serta lamanya serangan
oleh bakteri tersebut, ada tidaknya benda asing di tempat tersebut. Faktor umum
adalah pemakaian obat-obatan tertentu yang menghambat koagulasi protein, atau
hewannya yang selalu gelisah. Usia hewan, gizi buruk, dan faktor kekebalan yang
tidak memadai akan memperlambat resolusi radang (Ibrahim, 2000). Mengingat
anjing ini memiliki nafsu makan yang bagus serta agresif (lincah) sehingga proses
kesembuhan tumor akan lebih mudah dan cepat maka prognosa untuk kasus ini
adalah fausta/baik.
4.2 Pembahasan
Pemeriksaan darah dilakukan sebelum tindakan operasi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah hewan kasus tersebut mengalami neutrofilia. Hal ini terlihat
dari tingginya neutrofil. Jumlah neutrofil pada hewan kasus ini adalah 78%,
sedangkan batas normal neutrofil pada anjing adalah 60-77%. Kondisi ini
biasanya terjadi pada kasus yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Kemungkinan
pada kasus ini, hewan kasus juga mengalami infeksi sekunder yang disebabkan
oleh bakteri, sehingga hasil dari pemeriksaan neutrofil tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena massa tumor pada hewan kasus sudah mencapai bibir vulva sehingga
vagina menjadi terbuka dan infeksi bakteri akan dapat terjadi. Namun, untuk hasil
pemeriksaan darah yang lain semuanya menunjukkan kondisi normal. Dimana
seharusnya limfosit akan teraktivasi dan meningkat jumlahnya pada suatu
individu yang terinfeksi agen yang disebabkan oleh virus. Begitu pula pada
kondisi dimana suatu individu terinfeksi kronis oleh suatu penyakit maka limfosit
akan meningkat jumlahnya (limfositosis)(Berata at al,. 2011).
Peneguhan diagnosa dilakukan dengan pemereksaan biopsi dari jaringan
tumor yang dikirim ke Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar
untuk dilakukan pengujian laboratorium. Hasil dari pengujian laboratorium
menyatakan bahwa anjing yang bernama Kemsi menderita Venereal sarcoma
(hasil pemeriksaan terlampir). Hasil perkembangan kesembuhan post-operasi
anjing kasus dari hari ke hari mengalami peningkatan. Veneral sarcoma
22
dengan inokulasi sel-sel tumor melalui perkawinan (Utpal dan Arup Kumar,
2000). Tindakan yang terbaik pada kasus anjing yang mengalami Venereal
sarcoma adalah dengan pembedahan untuk mengangkat massa tumor sebelum
bermetastasis pada jaringan yang lainya.
Anjing dengan kasus Venereal sarcoma awalnya menunjukan keluarnya
leleran berdarah dari vulva. Kejadian ini kurang mendapatkan perhatian
khususnya dari pemilik, mengingat bahwa pemilik baru lima bulan memelihara
dan sering ditinggal oleh pemiliknya. Menurut keterangan pemilik, tanda tumor
baru teramati ketika keluar leleran darah dan massa tumor semakin membesar.
Namun, saat itu pemilik sudah melakukan pengangkatan massa tumor hanya saja
tidak dilakukan kemoterapi. Sehingga setelah 3 bulan pasca operasi tumor
tersebut tumbuh kembali.
Pada kasus ini jalan terbaik yang dapat dilakukan yaitu pembedahan
dengan pengangkatan massa tumor yang dilakukan pada hari Rabu, 30 Desember
2015. Tujuan dari tindakan pengangkatan massa tumor adalah agar tumor tidak
bermetastasis pada jaringan normal yang dapat terinfeksi. Mengingat kasus ini
sudah pernah terjadi.
Pada saat dilakukan pembedahan ditemukan massa tumor berbentuk tidak
beraturan yang kurang lebih memiliki diameter 2 cm. Mengingat setelah
pemberian yang kedua massa tumor sudah tidak tumbuh lagi. Massa tumor tidak
berkapsul dan rapuh yang mengarah pada tumor ganas. Pemantauan kondisi
umum hewan (terlampir) saat dilakukan operasi. Penanganan Venereal sarcoma
dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor
bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan
pengobatan disertai dengan kemoterapi. Kemoterapi dengan menggunakan
vincristine diberikan dalam selang waktu seminggu dengan dosis 0,5 ml secara
intra vena. Lama pengobatan diberikan 2 kali. Kemoterapi dengan vincristine
pada anjing dilaporkan dapat sembuh 35 hari pasca operasi (Tella et al., 2004).
Tumor akan muncul kembali pasca operasi pembedahan jika tidak dilakukan
23
Kesembuhan pada hewan kasus pasca operasi dan kemoterapi secara total
terjadi pada hari ke-11 dengan kesembuhan yang sangat bagus. Perubahan
kondisi hewan kasus pasca operasi sangat baik, tidak terlihat tanda-tanda terjadi
24 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun simpulan yang dapat ditarik adalah :
1. Berdasarkan hasil anamnesa, tanda klinis, dan ditunjang oleh
pemeriksaan laboratorium hematologi dan histopatologi, hewan kasus
menunjukkan diagnosa definitif Venereal sarcoma;
2. Tindakan pembedahan dilakukan untuk mengangkat serta menghilangkan
massa tumor dengan tujuan supaya tumor tidak bermetastasis pada
jaringan lainya. Serta tindakan kemoterapi diberikan dengan
menggunakan vincristine guna melengkapi proses penyingkiran massa
tumor.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. Hewan yang mengalami Venereal sarcoma harus segera dilakukan
tindakan operasi agar sel tumor tidak menyebar ke jaringan atau organ
lain.
2. Setelah dilakukan operasi pengangkatan massa tumor sebaiknya
dilanjutkan dengan kemoterapi menggunakan vincristine injeksi. Karena
Venereal sarcoma merupakan jenis tumor ganas yang sangat mudah
DAFTAR PUSTAKA
Aiello SE, et al. 2000. The Merck Veterinary Manual Manual Eight ed. Merck and Co. Inc whitehouse N.J. USA.
Berata IK, Winaya IB, Mirah AA, Windia IB. 2011. Patologi Veteriner Umum. Sawasta Nulus. Denpasar.
Boscos, CM and Ververidis, HN. 2004. Canine TVT : Clinical findings, diagnosis and treatment. Sci. Proc WSVA-FECAVA-HVMS World Congress, Rhodes, Greece. 2: 758-761.
Brooks, W.C. 2008. Vincristine (Oncovin, Vincasar). veterinarypartner.com.
Cohen D. 1985. The Cenine transmissible venereal tumor : A unique result of tumor progression. Adv Cancer Res. 43:75-112.
Choi SJ, Lee DB, Kim NS. 2014. Cryosurgery and electrocautery in treatment of transmissible venereal tumours in large breed dogs: a case report. Veterinarni
Medicina, 59(9): 461–465.
Das, U., Das, A.K. 2000. Review of Canine Transmissible Sarcoma. Vet. Res. Commun, 24: 545-56.
Dharma, D.M.N. dan A.A.G. Putra. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. C.V. Bali Media Adhikarsa. Denpasar.
Kutzler M. 2013. Overview of Canine Transmissible Venereal Tumor.
http://www.merckvetmanual.com/mvm/reproductive_system/canine_transmissible _venereal_tumor/overview_of_canine_transmissible_venereal_tumor.html#top.Ta nggal Akses 7 januari 2016.
Lombard CH, and Cabanine P. 1968. Le sarcoma de sticker. Rev. Med Vet. 119(6):565-586.
Mc Envoy GK. 1987. American Hospital Formulary Hospital Service Drug Information. In: Bethesda, MD. American Society of Hospital and Pharmacist.
Mahmud M. 2012. Transmissible Venereal Tumor (TVT).
http://kuliah-bhn.blogspot.com/ 2012/ 12/ transmissible-venereal-tumor-tvt.html. Akses 7 Januari 2016.
Mayer K, Lacroix JV, Hoskins WB. 1959. Canine Surgery 4th ed. American Veterinary Publication, Inc.
Martins, Mello MI, Ferreira de Souza F, Gobello C. 2005. The Canine Transmissible Venereal Tumor: Etiology, Pathology, Diagnosis and Treatment. Faculty of Veterinary Science, National University of La Plata, La Plata, Buenos Aires. Argentina.
Meutuah M. 2012. Transmissible Venereal Tumor (TVT).
http://kuliah-bhn.blogspot.com/2012/12/transmissible-venereal-tumor-tvt.html.
Moulton JE. 1990 Tumors of domestic animals.3rd Edn.University of California Press Berkley and Los Angeles.10:498-502.
Moulton, JE. 1978. Tumor of Genital System. In: Moulton JE, ed. Tumors in domestik animals. 2. California: University of California. 326-330.
Mizuno, S., Fujinaga, T. and Hagion, M. 1994. Role of lymphocytes in spontaneous regression of axperimentally transplanted canine transmissible venereal sarcoma. J. Vet. Med. Sci. 56:15-20.
Nak, D., Nak, Y., Cangul, I.T., and Tuna, B. 2005. A Clinico-pathological Study on the Effect of Vincristine on Transmissible Venereal Tumour in Dogs. Journal of
Veterinary Medicine Series A 52 (7) , 366–370.
Papazoglou, L. G.,. Koutinas, A. F., Plevraki, A. G., Tontis, D. 2001. Journal of Veterinary Medicine. Primary Intranasal Transmissible Venereal Tumour in the
Dog: A Retrospective Study of Six Spontaneous Cases. Series A 48 (7) , 391–400.
Powers, RD. 1968. Immunologic properties of canine transmissible venereal sarcoma. Am. J. Vet. Res. 29: 1637-1645.
Purohit G. 2008. Canine Transmissible Venereal Tumor: A Review. The Internet Journal of Veterinary Medicine. Volume 6 Number 1.
Richardson, RC. 1981. Canine Transmissible Venereal Tumor. Comp Contin Edue Pract. Vet. 3: 951-956.
Rogers KS. 1997. Transmissible venereal tumor. Comp Contin Educ Pract Vet. 19(9):1036-1045.
Spector WD, and Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum (An Introduction to General Pathology) Edisi Ketiga. Penerjemah Soetjipto, Harsono, Amelia Hana, dan Pudji Astuti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sriwibowo, Kun. 2005. Akurasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus sebagai Sarana dalam Menegakkan diagnosa Neoplasma Ganas Jaringan Lunak. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. pp : 5-10 Available from.
Stockmann D, Ferrari HF, Andrade AL, Lopes R, Cardoso, Tereza C, Luvizotto MCR. 2011. Canine Transmissible Venereal Tumors: Aspects Related to Programmed Cell Death. Braz J Vet Pathol, 2011, 4(1), 67-75.
Sudiono, J., B. Kurniadhi, A. Hendrawan, B. Djimantoro. 2003. IlmuPatologi. Jakarta :PenerbitBukuKedokteran ECG.
Sudisma, I.G.N., I.G.A.G. Putra Pemayun, A.A.G. Jaya Warditha, I.W. Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. Denpasar.
Tella M, and Taiwo VO. 2004. Complete Regression of Transmissible Venereal Tumour (TVT) in Nigerian Mongrel Dogs with Vincristine Sulphate
Cemotherapy. African Journal of Biomedical Research, Vol. 7 ;133 – 138.
Tjarta, A.1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Lampiran 1.Gambar Hewan Kasus Sebelum dan Setelah Dioperasi
Gambar 1.Venereal sarcoma sebelum dilakukan operasi
Gambar 3.Operasi pengangkatan massa Venereal sarcoma
Gambar 4.Hilangnya massa tumor Venereal sarcoma setelah pengangkatan pada
Gambar 5.Potongan massa Venereal sarcoma saat operasi
Gambar7.Hasil jahitan pada bagian tumor yang pecah
Lampiran 2.PengamatanHewanKasusPascaOperasi
Gambar 1.Kondisi hewan kasus hari ke-1 pascaoperasi
Gambar 3.Kondisi hewan kasus hari ke-7 pascaoperasi
Gambar 4.Kemoterapi yang kedua dilakukan pada hari ke-7pascaoperasi
Gambar 6. Kondisi hewan kasus hari ke-8 sampai ke-10 pasca operasi
Gambar 7.Kondisi hewan kasus hari ke-11 sampai ke-14 pascaoperasi
Lampiran3. Hasil pemeriksaan laboratorium histopatologi Balai Besar
Veteriner Denpasar
Gambar 1.Gambaran histopatologi kasus Venereal sarcoma
Keterangan : A. adanya stroma, B. Adanya sel limfoblas, C. Sel mengalami
mitosis (pembelahan)