• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Venereal Sarcoma Pada Anjing Golden Retrivier Betina.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus Venereal Sarcoma Pada Anjing Golden Retrivier Betina."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

STUDI KASUS

VENEREAL SARCOMA PADA ANJING GOLDEN RETRIVER BETINA

Oleh :

Anak Agung Gde Jayawardhita

Ni Luh Sundari Rahayu

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan yang berjudulStudi Kasus Venereal Sarcoma Pada

Anjing Golden Retriver Betina“.

Penulis menyadari laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. drh. I Ketut Anom Dada, M.S. selaku direktur Rumah Sakit

Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana

2. Bapak drh. I Wayan Gorda, M.Kes selaku pembimbing Koasistensi

Laboratorium Bedah Veteriner;

3. Bapak drh. I Gusti Agung Gde Putra Pemayun, MP. selaku kordinator

Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner;

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan

laporan ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih. Penulis menyadari

bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran kearah

perbaikan sangat penulis harapkan.

Denpasar, Januari 2016

(5)

DAFTAR ISI

2.3.1 Teori perubahan genetik ... 8

2.3.2 Teori feedback deletion ... 8

2.3.3 Teori multifaktor ... 8

2.3.4 Teori stadium ganda ... 8

2.3.5 Multicelular origin of cancer field theory ... 9

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing adalah hewan mamalia yang termasuk ke dalam family Canidae,

ordo Carnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000

tahun yang lalu. Anjing merupakan hewan yang sering dijadikan hewan

peliharaan oleh manusia. Sifat anjing yang bersahabat dengan manusia

menjadikan anjing dapat dilatih, diajak bermain, dan tinggal bersama. Anjing

banyak memberi manfaat pada manusia salah satunya dapat menjadi teman,

penjaga rumah, ternak, pemburu, penyelamat, dan sebagai pelacak di kepolisian.

Namun anjing juga sering mengalami gangguan kesehatan. Secara umum

penyebab penyakit pada anjing dapat berupa agen infeksius dan non infeksius.

Agen infeksius antara lain bakteri, virus, parasit, sedangkan agen non infeksiusnya

antara lain faktor lingkungan, cuaca, suhu, dan faktor dalam tubuh hewan itu

sendiri, misalnya umur, kelamin, dan genetik.

Dalam keadaan tertentu, suatu sel dapat mengalami perubahan sifat yang

mengakibatkan pertumbuhan sel-sel yang abnormal (neoplasma/tumor). Tumor

merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anjing. Tumor adalah

suatu massa jaringan yang abnormal dimana pertumbuhannya berlebihan dan

tidak terkoordinasi dengan jaringan normal disekitarnya (Dharma dan Putra,

1997) atau pertumbuhan jaringan baru yang abnormal yang berbeda dengan

jaringan normal yang sudah ada (Sudisma et al., 2006). Sel tumor berasal dari

sel-sel yang sebelumnya adalah sel normal. Tumor atau neoplasma dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu benigna (tumor tenang) dan malignant (tumor ganas).

Ciri-ciri tumor ganas (malignant) antara lain pertumbuhan tumor cepat dan

menyusup dalam jaringan, terfiksir dan merusak jaringan sekitar, jaringan baru

yang tumbuh berlainan dengan jaringan sekitar, batas-batas tidak jelas (tidak

berkapsul), dapat menyebar (metastasis) ke jaringan tubuh yang lain, setelah

operasi pengangkatan tumor mungkin bisa kambuh lagi, pertumbuhan tumor dapat

(8)

2

dan fungsi organ lainnya. Sedangkan ciri-ciri tumor jinak (benigna) adalah

mempunyai kapsul dan dapat digerak-gerakkan, tidak terfiksir pada jaringan,

pertumbuhan lambat, umumnya tidak membahayakan, kematian dapat terjadi

apabila lokasi dan ukurannya sedemikian rupa sehingga menekan dan

mengganggu jaringan dan organ sekitar, umumnya setelah operasi tidak tumbuh

lagi (Sudisma et al., 2006).

Anjing yang terserang tumor umumnya memiliki nafsu makan yang baik,

tetapi akan terjadi penurunan berat badan secara bertahap (tergantung jenis

tumor). Nutrisi yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan

maupun perkembangan fungsional tubuh, tetapi sel tumor memanfaatkan nutrisi

yang ada untuk tumbuh (Sudiono et al., 2003). Umumnya penderita tumor mati

dalam kondisi kaheksia. Untuk itu diperlukan penanganan untuk menghilangkan

tumor dari jaringan tubuh atau meminimalkan pertumbuhan sel tumor untuk

memaksimalkan kondisi fisiologis tubuh. Salah satu tumor yang cukup ganas dan

sering menyerang anjing adalah Venereal sarcoma.

Venereal sarcoma merupakan tumor yang menyerang organ genetalia dan

sangat menular pada anjing. Tumor ini diklasifiksikan menjadi 2 kelompok

berdasarkan lokasi massa tumor yaitu genital Venereal sarcoma dan Ekstragenital

Venereal sarcoma. Genital Venereal sarcoma ditularkan melalui perkawinan

alam (koitus), sedangkan Ekstragenital Venereal sarcoma karena kontak seperti

mengendus atau pun menjilat saat koitus (Das, 2000). Secara makroskopis

Venereal sarcoma berupa massa berbentuk seperti bunga kol (cauliflower-like

mass) pada daerah genital atau permukaan kulit dengan disertai leleran berdarah

dan juga deformitas pada daerah mata atau hidung akibat invasi dari tumor.

Penanganan yang dapat digunakan untuk mengobati Venereal sarcoma

antara lain yaitu dengan pembedahan, radiasi maupun kemoterapi. Penanganan

Venereal sarcoma dapat dilakukan dengan eksisi/pengangkatan secara total

(operasi) (Sudisma et al., 2006). Penanganan Venereal sarcoma dengan

pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor

bermetastasis (pertumbuhan sekunder) ke tempat lain. Namun, pengangkatan

(9)

3

memuaskan tetapi tumor juga dapat tumbuh kembali. Tindakan tersebut dapat

dibarengi dengan radioterapi sehingga tumor dapat secara tuntas dihilangkan akan

tetapi cara ini membutuhkan tenaga terlatih, peralatan yang canggih, dan biaya

yang mahal (Boscos and Ververidis, 2004).

Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara kemoterapi.

Kemoterapi dapat memberikan hasil yang cukup baik terhadap regresi dari tumor.

vincristine sulfat merupakan bahan yang digunakan sebagai kemoterapi agen

untuk menanganai kasus Venereal sarcoma (Martins et al,. 2005). Venereal

sarcoma mempunyai prognosa dubius (Mayer et al., 1959; Spector, 1993; Martins

et al,. 2005).

Studi tentang Venereal sarcoma memiliki dampak besar dalam dunia

kedokteran hewan. Dalam hal ini berbagai upaya diarahkan untuk mendapatkan

standarisasi diagnosis, memahami perilaku evolusi tumor, mengevaluasi faktor

prognosis seperti morfologi. Pengetahuan terhadap parameter ini sangat penting

sebagai pilihan dan keberhasilan terapi, sehingga memperkecil kambuhnya tumor

dan peningkatan kelangsungan hidup.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini yaitu :

1. Mengetahui cara mendiagnosa, prosedur operasi dan rencana terapi kasus

Venereal sarcoma pada anjing Golden Retriever betina; serta

2. Mengetahui dampak terapi pembedahan terhadap anjing Golden Retriver

betina penderita Venereal sarcoma.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan laporan ini yaitu:

Memberikan informasi serta menambah wawasan bagi praktisi dan

mahasiswa Kedokteran Hewan dalam melakukan diagnosa dan prosedur

operasi pengangkatan tumor serta perawatan pascaoperasi Venereal

(10)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Venereal Sarcoma

Venereal sarcoma atau sering disebut Venereal granuloma, Transmissible

Venereal Tumor, Transmissible lymphosarcoma atau Stiker tumor merupakan

tumor pada anjing yang secara umum menyerang alat kelamin luar tetapi

terkadang juga dapat menyerang alat kelamin bagian dalam. Venereal sarcoma

merupakan jenis tumor ganas yang khas pada hewan, terutama anjing. Venereal

sarcoma dapat terjadi pada hewan betina maupun jantan, dimana penularannya

melalui koitus (Tella et al., 2004). Selain itu Venereal sarcoma dapat ditularkan

melalui transfer fisik sel tumor yang layak melalui kontak langsung dengan kulit

yang terluka atau jaringan mukosa (Stockmann et al., 2011). Hal ini umum terjadi

karena kebiasaan seksual anjing yang tidak terkontrol. Pada saat koitus sering

terjadi perdarahan akibat kontak mukosa dari penis dengan vagina sehingga

transplantasi dari tumor akan menjadi mudah. Venereal sarcoma umumnya

menginfeksi alat genital jantan maupun betina (Rasul, 2009). Namun, anjing

betina lebih peka terhadap tumor ini (Berata et al., 2011).

Pada studi sebelumnya, bahwa jika dilakukan transplantasi sel tumor

secara subkutan maka dalam 2-3 minggu akan terjadi tumor berukuran 3-6 mm.

Bentuk tumor akan mencapai maksimum pada minggu ke-5 hingga minggu ke-7.

Tumor dapat tumbuh 15-60 hari setelah implantasi, dan tidak terdeteksi selama

beberapa tahun (Lombart and Cabanie, 1968; Moulton, 1978). Pengelupasan dan

transplantasi sel tumor selama kontak fisik merupakan penyebab utama penularan

ke mukosa genital, dan juga ke hidung atau mukosa mulut, saat kawin atau

menjilat alat kelamin anjing yang terkena Venereal sarcoma. Pertumbuhan tumor

umumnya dapat terlihat dalam waktu 2-6 bulan setelah kawin pertama. Venereal

sarcoma dapat tumbuh lambat selama bertahun-tahun atau lebih kemudian

menjadi invasif dan akhirnya menjadi ganas dan bermetastasis. Metastasis

dilaporkan kurang dari 5-17% dari total kasus (Berata et al., 2011;Utpal dan Arup

(11)

5 2.2 Etiologi

Venereal sarcoma pada anjing pertama kali ditemukan oleh Novinsky

tahun 1876 yang menjelaskan bahwa tumor dapat di transplantasikan di host yang

memungkinkan ke yang lain dengan inokulasi dari sel-sel tumor. Beberapa ahli

menggangap tumor ini disebabkan oleh agen virus, akan tetapi tumor tidak secara

konsisten bisa ditrasmisikan oleh sel bebas. Pada anjing Venereal sarcoma dapat

terjadi karena tumor terimplantasi pada mukosa kelamin saat koitus (Purohit,

2008). Transmisi tumor kelamin terjadi hanya dengan transplantasi sel tumor

yang layak dan bukan oleh virus yang mengubah sel-sel yang rentan (Rust, 1949).

Partikel virus onkogenik belum pernah terlihat dalam sel-sel tumor dengan

mikroskop elektron (Murray et al., 1969; Moulton, 1990).

Venereal sarcoma sering menjadi persoalan yang serius di seluruh dunia

yang terjadi pada frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Kejadian

Venereal sarcoma ini paling banyak terjadi di lingkungan tropis dengan

temperatur hangat (Rogers, 1997). Menurut Thakur and Bradley (1983), kejadian

Venereal sarcoma terjadi pada hewan muda yang aktif secara seksual, banyak

menyerang anjing dengan kisaran umur 2-5 tahun. Venereal sarcoma tidak hanya

dapat ditularkan oleh sesama spesies anjing tetapi juga kepada hewan lainnya

yang masih termasuk family Canidae, seperti rubah (Higgins, 1966).

Venereal sarcoma merupakan masalah yang cukup serius karena banyak

populasi anjing liar. Di India di laporkan kejadian kasus ini berkisar 23-43% dari

total kasus tumor pada populasi anjing. Perilaku seksual yang tidak terkontrol

dari populasi anjing liar tersebut yang menyebabkan tingginya tingkat kejadian

Venereal sarcoma di suatu wilayah. Selain melalui perkawinan, tumor juga dapat

menular melalui jilatan. Pada anjing betina, kejadian ini ditemukan pada bagian

belakang vagina atau perbatasan antara vestibulum dan vagina. Sedangkan pada

anjing jantan dapat ditemukan pada gland penis, bagian lain dari penis, lapisan

(12)

6 2.3 Patogenesis

Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang

menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis

akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak

terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi

disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan

abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor

tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel

berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi,

fungsi, dan siklus pertumbuhan. Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih

dari satu mutasi untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker.

Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi

karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah

risiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya

memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari

tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel tumor jinak itu akan menjadi

tumor ganas (Tjarta, 1973).

Pertumbuhan neoplasma atau kanker pada dasarnya dibagi menjadi

beberapa fase antara lain 1). fase inisiasi adalah fase dimana berubahnya sel

normal tubuh menjadi sel yang peka/terinisiasi; 2). fase induksi adalah fase sel

tubuh yang sudah peka oleh karsinogen akan merubah menjadi sel kanker. Fase

inisiasi dan fase induksi tidak bisa diketahui, diperkirakan dapat berlangsung

puluhan tahun; 3). fase insitu yaitu fase dimana sel kanker itu bertumbuh terus

tetapi masih pada tempatnya, belum menembus membrana basalis intra epitelial,

intra lobuler. Fase ini lamanya sangat bervariasi bisa selamanya tetap dalam fase

ini, biasanya berlangsung sampai lima tahun; 4). fase invasif yaitu dimana sel

kanker telah keluar dari membrana basalis dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya.

Fase ini lebih cepat berlangsung kira-kira kurang dari lima tahun; 5). fase

disseminasi yaitu fase dimana sel kanker itu sudah tumbuh jauh diluar organnya.

Bila telah mencapai fase ini dikatakan kanker sudah tidak dapat diobati dan

(13)

7

Menurut Sudiono (2008) terdapat beberapa teori patogenesis terbentuknya

tumor diantaranya :

2.3.1 Teori perubahan genetik

Menurut teori ini, terjadinya perubahan genetik yang menetap pada sel

sehingga sintesis protein yang lebih aktif dan ini digunakan lebih banyak untuk

reproduksi daripada bekerja. Ketika sel sudah mulai aktif, kemudian terjadi

mutasi sel lebih lanjut. Jadi mula-mula terjadi perubahan epigenetik yaitu

perubahan metabolime sel yang menyebabkan gen pengendali pembelahan sel

menjadi tidak aktif (perubahan kariotip). Pada permulaan kanker, kerusakan ini

tidak terlihat. Kemudian perubahan yang tidak terlihat ini secara langsung atau

melalui bahan karsinogen lain akan menjadi perubahan yang terlihat yang secara

klinis tampak sebagai tumor.

2.3.2 Teori feedback deletion

Semua sel mempunyai potensi genetik untuk berubah menjadi kanker

tetapi dalam keadaan normal potensi ini terhambat. Karsinogen akan merusak sel

pengatur (efek genetik) atau merusak enzim (efek epigenetik) sehingga merusak

mekanisme yang stabil. Pada sel tumor, gen pengatur pertumbuhan menghilang

sehingga kemampuan enzim feedback menyebabkan sel mendekati perubahan

menjadi kanker. Konsep kehilangan kontrol ini disebut feedback deletion.

2.3.3 Teori multifakor

Satu tumor dapat disebabkan oleh beberapa penyebab yang bekerja

sinergistik atau aditif. Seperti halnya, faktor genetik, hormon, virus, dan

penyinaran. Faktor hormon mempengaruhi jaringan sedemikian rupa sehingga

jaringan mudah dipengaruhi oleh karsinogen lain.

2.3.4 Teori stadium ganda

Tumor ganas tidak hanya timbul akibat faktor-faktor penyebab yang

banyak (multifaktor) tetapi juga melalui stadium yang progresif (multistage).

(14)

8

terdapat 2 stadium yaitu inisiasi dan promosi. Jadi, pada awalnya inisiator yang

bekerja, selanjutnya promotor. Promotor disebut juga ko-karsinogen. Inisiator

menimbulkan mutasi genetik, tetapi juga usaha regenerasi sel akan dirusak oleh

promotor. Jadi, awalnya akan terjadi hyperplasia baru kemudian terjadi mutasi

spontan dengan bentuk kanker.

2.3.5 Multicelular origin of cancer field theory

Neoplasma terbentuk oleh sel yang berdekatan dan secara serentak

bukan berasal dari satu sel. Neoplasma mulai ditempat yang dipengaruhi oleh

karsinogen secara maksimal, respon neoplastik kemudian terjadi pada jaringan

sekitarnya yang juga terkena pengaruh karsinogen yang sama.

2.4 Tanda Klinis

Tanda klinis dari Venereal sarcoma ialah adanya bentukan seperti

cauliflower berwarna kemerahan yang biasanya terlihat pada daerah genital.

Secara makroskopis, bentuknya beragam, ada yang kecil maupun besar (5µ

m-10cm), lunak maupun keras, abu-abu hingga kemerahan, bentuk nodular maupun

papilari.

Penampakan tumor pada anjing betina biasanya terdapat pada vestibula

atau caudal vagina, melintang sampai ke vulva. Harus diwaspadai adanya cairan

hemoragi pada daerah vulva yang bisa menyebabkan anemia permanen. Cairan

ini bisa memancing pejantan dan keadaan seperti ini pada anjing betina sering di

kelirukan dengan estrus (Martins et al., 2005; Mahmud, 2012). Tanda klinis yang

tampak merupakan benjolan dan tetesan darah pada vestibula, jika dilakukan

palpasi maka akan terasa pertumbuhan yang tidak teratur (lobuler) seperti buah

anggur atau bunga kol (Mayer et al., 1959).

Tumor ini juga dapat ditemukan pada seluruh bagian mukosa vagina,

sering pula menyebar ke vestibula hingga labia. Ukuranya bervariasi dari nodular

kecil hingga menyebar ke lumen vulvovagina atau menjulur hingga diantara labia.

Kelamin sering mengalami perubahan yang regresif hingga mudah berdarah serta

(15)

9

Metastasis ditemukan pada jaringan subkutan, limponodus, mata, tonsil,

hati, limfa, dan mukosa mulut. Secara patologi anatomi Venereal sarcoma

hampir selalu tampak seperti bunga kol, atau peduncle, noduler, papiler atau

multilobuler, berukuran ± 5 mm, superfisial biasanya bernanah dan mengalami

peradangan. Secara histopatologi Venereal sarcoma terletak pada lapisan dalam

stroma. Serat-serat retikuler mengandung kelompok sel tumor. Venereal

sarcoma terdiri atas limfoblast yang besar dengan sel tumor berbentuk bulat,

polihedral, dan bersifat uniform. Inti besar dan bundar dengan inti yang

hiperkromatis dan banyak gambaran mitosis. Ada 6-8 bentuk mitosis dalam satu

daerah pandang dengan perbesaran besar. Sitoplasma sel berwarna merah jambu

pucat dengan sedikit granula. Venereal sarcoma cukup mengandung vaskularisasi

dan mengandung sedikit limfosit, makrofag, eosinofil, dan sel mast (Berata et al.,

2011).

2.5 Diagnosis

Secara sitologi, sel Venereal sarcoma dapat beraneka ragam. Sel dapat

berbentuk bulat sampai oval dan terkadang terdapat gambaran mitosis dengan satu

atau dua nukleulus (Singh et al., 1996). Pemeriksaan histologi dari Venereal

sarcoma umumnya menunjukkan pertumbuhan massa sel. Akibat massa tumor

yang terus bertambah, maka bentuk sel akan terlihat irregular dan juga disertai

munculnya fibroblast. Kemunculan fibroblast tersebut kemungkinan merupakan

indikasi sel tumor yang mengalami transformasi. Selain itu, sering juga

ditemukan adanya infiltrasi dari limfosit, plasma sel, dan makrofag yang

merupakan tanda adanya sistem kekebalan tubuh (Tella et al., 2004).

Menurut Sudisma et al., (2006), untuk menentukan diferensial diagnosis

suatu tumor dapat dilakukan dengan anamnesa yang baik, inspeksi, palpasi,

biopsi, yang diikuti dengan pemeriksaan mikroskopis. Anamnesa dari pemilik

diperlukan untuk mengetahui sejarah menyeluruh kesehatan anjing, awal

timbulnya gejala, dan kemungkinan insiden yang mungkin telah mendahului

(16)

10

dilakukan palpasi untuk mengetahui batas, ukuran, konsistensi, dan terasa nyeri

atau tidak (Sriwibowo, 2005).

Pada kasus Venereal sarcoma, tanda klinis bervariasi tergantung lokasi

tumor. Secara makroskopis, tumor pada anjing betina terlihat sama seperti pada

anjing jantan dan kejadiannya dapat terlokalisir pada daerah vestibulum, atau

kaudal vagina, menyebar sampai vulva sehingga sering menyebabkan deformitas

pada daerah region perineal. Anjing dengan lokasi tumor pada daerah genitalnya

akan terlihat keluarnya cairan bercampur darah dari alat kelaminnya. Cairan

tersebut akan sering dikelirukan dengan kejadian erethritis, cystitis, atau prostitis

(Rogers, 1997).

Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosa

Venereal sarcoma adalah dengan cara biopsi. Biopsi yang dilakukan untuk

pemeriksaan histologi adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk

diagnosis. Jika ada keraguan tentang diagnosis histologis, dapat dilakukan

diagnosis definitif dengan analisis kromosom, studi imunohistokimia, dan

elektron-mikroskopis juga akan membantu untuk mendeteksi Venereal sarcoma

(Utpal dan Arup Kumar, 2000).

Beberapa kasus Venereal sarcoma dengan lokasi ekstragenital (tidak pada

alat kelamin), diagnosa secara klinis lebih sulit dilakukan karena Venereal

sarcoma menyebabkan gejala klinis yang bervariasi tergantung dari lokasi

terjadinya tumor secara anatomi seperti apistaksis, epiphora, deformitas wajah

atau mulut dan pembesaran limfonodus regional (Rogers, 1997). Diagnosa

definitif didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan gambaran mikroskopis

dari pemeriksaan laboratorium terhadap sel tumor yang didapatkan secara biopsi

(Richardson, 1981).

2.6 Prognosis

Kasus tumor yang masih berada pada tahap awal atau terutama kasus yang

kurang dari 1 tahun dan kasus independent atau tanpa metastasis, keberhasilan

penyembuhan dengan tindakan pembedahan yang dilanjutkan kemoterapi dengan

(17)

11

telah terjadi metastasis, terapi yang dibutuhkan akan lebih lama dan rata-rata

angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping kemoterapi juga harus

diperhitungkan (Boscos, 2004; Meutuah, 2012).

Pada prinsipnya penanganan tumor adalah mengangkat atau

menghilangkan tumor secara komplit, seperti halnya dalam kasus Veneral

sarcoma. Pengangkatan harus dilakukan sebaik mungkin tanpa menyisakan

massa tumor sekecil apapun. Pada beberapa kasus biasanya selalu diikuti dengan

tindakan kemoterapi. Pada anjing dewasa sel tumor regresi secara spontan setelah

mengalami perkembangan imunitas tumor mencegah pertumbuhan tumor secara

baik. Sebaliknya, sel tumor tumbuh menjadi ulserasi dan metastasis pada induk

semang yang tidak kompeten secara imunologis sehingga prognosa dari penyakit

Venereal sarcoma ini dari fausta hingga infausta. Hal yang paling baik dilakukan

untuk mendapatkan prognosa yang baik jika pada kasus ini diimbangi dengan

radiasi tambahan atau kemoterapi yang digunakan (Kutzler, 2013).

Beberapa penelitian imunologi menjelaskan bahwa Venereal sarcoma

merupakan antigenik pada anjing sehingga respon imun dari host terhadap tumor

memainkan peranan yang paling penting terhadap status kesembuhan dari

penyakit (Mizuno et al., 1994). Pada anjing yang pertumbuhan tumor mulai

menurun secara spontan dan perkembangan imunitas terhadap tumor untuk

mencegah tumor kembali tumbuh terjadi secara baik prognosa kesembuhan akan

menjadi baik/fausta (Powers, 1968). Akan tetapi pada beberapa kasus dimana

sistem imun anjing tertekan atau tidak mampu memberikan kekebalan, tumor akan

terus berkembang serta mengalami metastasis dan prognosa kesembuhannya akan

menjadi dubius atau bahkan infausta (Cohen, 1985).

2.7 Terapi

Penanganan beberapa kasus tumor ganas seperti Venereal sarcoma dapat

dilakukan dengan pengangkatan secara total (Sudisma et al., 2006). Penanganan

dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor

bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan

(18)

12

Pengobatan Venereal sarcoma yang paling efektif ialah dengan kemoterapi

setelah dilakukan pengangkatan massa tumor pada jaringan. Pada studi

sebelumnya, menunjukan pengobatan dengan vincristine hasilnya sangat baik.

Vincristine diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5-0,7 mg/m2 dari area tubuh

atau 0,025 mg/kg secara intra vena. Lama pengobatan juga bervariasi 2-7 kali

(Marcos et al., 2006; Nak et al., 2005; Papazoglou et al., 2001). Vincristine

merupakan kelompok vinca alkaloid yg merupakan obat kemoterapi. Vincristine

ialah ekstrak dari tanaman Vinca Rosea yang merupakan racun microtubule

(Brooks, 2008).

Perawatan Venereal sarcoma tidak terlalu mudah pada beberapa

pengobatan termasuk pembedahan. Pembedahan ekstensif dilakukan untuk

Venereal sarcoma kecil, dengan angka keberhasilan 56-68% tumor akan

menyebar secara invasi. Kontaminasi melalui jalur bedah dengan sel-sel Venereal

sarcoma merupakan salah satu bentuk penularan.

Pemulihan lesi berlangsung secara perlahan walaupun kadang-kadang

tidak disadari dan signifikan pada permulaan pengobatan. Pengobatan komplit

biasanya 2-7 kali injeksi dan terjadi lebih dari 90% kasus yang di obati.

Penyembuhan mencapai 100% pada kasus pengobatan pada tahap regresi terutama

untuk kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus independent atau tanpa

metastasis.

Jika kasusnya sudah lebih lama, terapi yang dibutuhkan juga lebih lama

dan rata-rata angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping juga harus

diperhitungkan. Komplikasi yang sering terjadi dari pengobatan menggunakan

vincristine yaitu munculnya lesi pada jaringan lokal yang dapat berkembang

menjadi nekrosis dengan crust. Selain itu juga vincristine juga berdampak

terhadap spermatogenesis. Spermatogenesis dapat terganggu secara sementara

maupun permanen akibat penggunaan agen yang bersifat sitotoksik. Penelitian

menunjukan bahwa vincristine merusak DNA dari sel germinal dan mengurangi

perkembangan sel tersebut (Mc Envoy, 1987).

Gen cystostatis seperti vincristine bisa menyebabkan myelosupresi dan

(19)

13

kemoterapi lain yang diindikasikan untuk pengobatan Venereal sarcoma termasuk

cyclophosphamide (5mg/kg, peroral untuk 10 hari sebagai obat tunggal atau

diberikan bersamaan dengan prednisolon 3mg/kg selama 5 hari) selain itu obat

mingguan vinblastine (0,1 mg/kg IV selama 4-6 minggu) methotrexate (0,1 mg/kg

per oral tiap hari lainnya) atau kombinasi ke-3 obat di atas. Untuk kasus resistensi

bisa diobati dengan doxorobian, 30 mg/m2 dengan 3 kali pemberian setiap 21

hari. Pada kasus yang gagal dengan kemoterapi, radioterapi dilaporkan memiliki

efek yang bagus. Imunitas tumor memainkan peranan dalam regresi tumor setelah

(20)

14

nafsu makan yang bagus. Hewan kasus sudah pernah kawin 2 kali dan partus satu

kali tapi anaknya mati. Serta hewan kasus juga sudah pernah di operasi satu kali,

namun kambuh lagi. Tanda klinis yang ditemukan adalah adanya pembengkakan

dan peradangan yang kronis pada daerah di sekitar vulva vagina. Sulit untuk

dipalpasi karena hewan merasa kesakitan. Selain itu keluar leleran darah dari

vagina, bau, serta adanya lubang akibat tumor yang telah pecah.

3.1.2 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah scalpel, mata pisau

(blade), allice forcep, artery clamp, drape clamp, gunting operasi lurus dan

bengkok, pinset bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum ujung segitiga,

forcep tampon, dan tempat tampon, drape cloth, intravenous catheter, infus set,

jarum suntik 3 ml dan 1 ml.

3.1.3 Bahan dan Obat

Bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, plester, alkohol 70%,

ringer lactate, gloves, NaCl 0.9%, antiseptik (betadine), benang non-absorable

(silk), gloves, dan masker. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu

atropine sulphate, serta anesthesi umum yaitu dengan kombinasi ketamine dan

xylazine. vitamin K, antibiotik penisilinstreptomisin, antibiotik amoxan, asam

(21)

15 1.2 Metode

1.2.1Preoperasi

a. Persiapan ruang operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan

dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.

b. Preparasi alat

 Sterilisasi alat-alat bedah

Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan

seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang

steril atau pembuluh darah pada anjing yang akan dibedah tidak

terkontaminasi.

c. Persiapan hewan kasus :

1. Pemeriksaan hewan

Persiapan hewan, hewan yang akan dioperasi dilakukan

pemeriksaan meliputi signalemen, anamnesa, dan status present.

(22)

16 Tabel 1. Catatan Pemeriksaan Hewan

Nama Pemilik : Anak Agung Putri

Alamat : Jln. Muding Indah No.7X Denpasar Telp : 081999156455

Signalements Anamnesa

Nama Hewan : Kemsi Adanya pembengkakan pada vulva, keluar

leleran berupa darah dan bau, mulai sakit semenjak 6 bulan lalu, sudah pernah di operasi satu kali, namun kambuh lagi setelah 3 bulan

Status Present Anggota gerak : Normal

Jantung (x/menit) : 85 Kulit : Normal

 Hewan yang akan dioperasi dilakukan pencatatan signalemen,

anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan operasi, hewan

dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu

teranaesthesia;

 Pertama-tama di injeksikan vitamin K untuk mencegah pendarahan

saat operasi (dosis terlampir);

 Kemudian diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropine sulphate

sebanyak 2 ml secara subkutan (dosis terlampir);

 Setelah 10 menit, kemudian di anestesi menggunakan kombinasi

xylazine dan ketamine dengan jumlah pemberian masing-masing 2,5 ml

xylazine dan 2,5 ml ketamine secara intra muscular (dosis terlampir);

 Setelah teranestesi, hewan kasus ditempatkan pada posisi dorsal

(23)

17

 Hewan disiapkan secara aseptik, kemudian dilakukan pemasangan

endotraceal tube (ETT) dan dilakukan pemasangan intravena kateter untuk

infus lactat ringer;

 Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik.

2. Persiapan perlengkapan operator dan asisten

Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten adalah

masker, penutup kepala, dan sarung tangan serta menggunakan

pakaian khusus operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut

sebelumnya telah disterilisasi.

3.2.2 Operasi

Setelah tahapan pre-operasi selesai dilakukan dan hewan telah

teranestesi. Hewan diletakkan pada posisi dorsal recumbency. Kasus Venereal

sarcoma pada anjing betina dapat dilakukan pembedahan dengan metode

episiotomy, namun dalam pembedahan ini tidak menggunakan metode tersebut

karena massa tumor Venereal sarcoma pada anjing kasus sudah mencapai bibir

vulva sehingga langsung dilakukan pengangkatan massa tumor.

Pengangkatan tumor dilakukan secara hati-hati sehingga tidak

menimbulkan trauma pada urethra dan dapat mengangkat massa tumor

semaksimal mungkin. Diamati dan dihentikan jika terjadinya perdarahan dengan

diberikan vitamin K dengan cara di intra vena (IV). Setelah prosedurnya selesai,

dilakukan penutupan pada daerah tumor yang telah pecah dengan membuat insisi

baru dengan menggunakan satu lapis jahitan. Jahitan pada kulit menggunakan

benang non-absorrable dengan pola interrupted suture. Daerah operasi

dibersihkan, lalu bekas luka insisi diolesi antiseptik (betadine) dan diberi enbatic

(24)

18 3.2.3 Pasca Operasi

Setelah tindakan operasi pengangkatan massa tumor selesai dilakukan,

pasien diberikan antibiotik penisilinstreptomisin secara intramuskular sebanyak 2

ml untuk mencegah adanya infeksi sekunder. Kemudian dilakukan kemoterapi

dengan menyuntikkan vincristine 0,5 ml secara intravena dengan interval satu

minggu dan diberikan 2 kali. Hal ini dilakukan mengingat Venereal sarcoma pada

anjing kasus sudah pernah kambuh, dan setelah kemoterapi yang kedua massa

tumor sudah tidak muncul kembali. Pemberian antibiotik amoxan 500 mg dengan

pemberian 2 kali sehari 1 capsul selama lima hari. Antibiotik diberikan untuk

mencegah infeksi bakteri. Analgesik asam mefenamat 500 mg dengan pemberian

2 kali sehari 1/2 tablet secara per-oral selama lima hari (perhitungan dosis

terlampir). Asam mefenamat diberikan sebagai analgesik yang juga memiliki efek

anti-inflamasi. Selain dilakukan treatment dengan pemberian obat, dilakukan juga

treatment lainya. Adapun treatmen yang dilakukan adalah dengan mengurangi

gerak, menjaga kebersihan daerah tempat tidurnya, pemasangan Elizabeth collar,

(25)

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil perkembangan kesembuhan post-operasi anjing kasus dari hari ke

hari mengalami peningkatan. Perkembangan kesembuhan luka disajikan dalam

(Tabel 2).

Tabel 2. Pengamatan Kesembuhan Luka Post-operasi

No. Pengamatan Post-operasi Kondisi Hewan Post-operasi

1. Hari ke-1 Hewan kasus masih tampak lemas, pasif, nafsu

makan menurun, adanya kebengkakan serta masih terdapat leleran darah namun sedikit. Sedangkan luka jahitan dalam keadaan bagus. Gambar (terlampir).

2. Hari ke-2 sampai ke-6 Hewan kasus sudah mulai bergerak aktif dan

agresif, nafsu makan dan minum normal, kebengkakan pada bagian vulva sudah hilang. Tidak teramati munculnya massa tumor pada bagian yang telah di bedah, serta tidak ada leleran dari vagina. Luka jahitan sudah menempel dengan baik. Gambar (terlampir).

3. Hari ke-7 Luka sudah menyatu dan terlihat kering, tidak

teramati munculnya massa tumor pada bagian yang telah di bedah. Pelepasan jahitan silk pada hari ke tujuh. Serta dilakukan kemoterapi yang kedua. Gambar (terlampir).

4. Hari ke-8 sampai 10 Nafsu makan dan minum menurun, dan muntah.

Hewan kasus terlihat lemas. Massa tumor tidak teramati muncul kembali dan keadaan daerah post-operasi terlihat seperti normalnya. Gambar (terlampir).

5. Hari ke-11sampai ke-14 Nafsu makan dan minum hewan kasus mulai

normal dan hewan kasus sudah kembali agresif dan lincah bermain. Massa tumor tidak teramati muncul kembali dan keadaan daerah post-operasi terlihat seperti normalnya. Gambar (terlampir).

(26)

20

Selain dilakukan pemeriksaan hewan secara umum termasuk signalement,

anamnesa, dan status present juga dilakukan pemeriksaan laboratorium. Adapun

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan hematologi dan

biopsi untuk pemeriksaan histopatologi jaringan massa tumor. Berdasarkan hasil

laboratorium penunjang, jenis tumor yang ditemukan pada hewan kasus adalah

Venereal sarcoma, sehingga diperlukan penanganan yang lebih lanjut yaitu

kemoterapi dengan vincristine.

Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan hasil neutrofilia atau

meningkatnya neutrofil, sedangkan untuk pemeriksaan darah yang lain semua

menunjukkan normal (hasil pemeriksaan darah terlampir). Sedangkan untuk

pemeriksaan histopatologi menunjukkan bahwa hewan menderita tumor ganas

yaitu Venereal sarcoma. Adanya sel-sel tumor berupa sel-sel limfoblas,

ukurannya homogen, tumor bersifat infiltratif, banyak ditemukan sel-sel yang

mengalami mitosis, dan ditemukan banyak stroma (hasil pemeriksaan

histopatologi terlampir).

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar

Sampel Gambaran Histopatologi

Jaringan tumor yang

diambil melalui

prosedur operasi

Sel-sel tumor berupa sel-sel limfoblas, ukurannya homogen, tumor bersifat infiltratif, banyak ditemukan sel-sel yang mengalami mitosis, dan ditemukan banyak stroma.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, sejarah lingkungan, pemeriksan klinis,

hasil laboratorium, dan pengamatan pasca operasi, hewan kasus telah didiagnosa

menderita tumor ganas yaitu Venereal sarcoma. Prognosa dari penyakit Venereal

sarcoma ini termasuk fausta. Hal yang paling baik dilakukan untuk mendapatkan

prognosa fausta pada kasus ini dapat dilakukan tindakan pengangkatan massa

tumor dan juga diimbangi dengan kemoterapi. Pada hewan kasus juga sudah

dilakukan prosedur tersebut dan selama pengamatan pasca operasi hewan kasus

menunjukkan keadaan baik dan sehat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan terdiri dari faktor lokal,

(27)

21

vaskularisasi jaringan, jenis, jumlah, dan virulensi bakteri serta lamanya serangan

oleh bakteri tersebut, ada tidaknya benda asing di tempat tersebut. Faktor umum

adalah pemakaian obat-obatan tertentu yang menghambat koagulasi protein, atau

hewannya yang selalu gelisah. Usia hewan, gizi buruk, dan faktor kekebalan yang

tidak memadai akan memperlambat resolusi radang (Ibrahim, 2000). Mengingat

anjing ini memiliki nafsu makan yang bagus serta agresif (lincah) sehingga proses

kesembuhan tumor akan lebih mudah dan cepat maka prognosa untuk kasus ini

adalah fausta/baik.

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan darah dilakukan sebelum tindakan operasi. Berdasarkan hasil

pemeriksaan darah hewan kasus tersebut mengalami neutrofilia. Hal ini terlihat

dari tingginya neutrofil. Jumlah neutrofil pada hewan kasus ini adalah 78%,

sedangkan batas normal neutrofil pada anjing adalah 60-77%. Kondisi ini

biasanya terjadi pada kasus yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Kemungkinan

pada kasus ini, hewan kasus juga mengalami infeksi sekunder yang disebabkan

oleh bakteri, sehingga hasil dari pemeriksaan neutrofil tinggi. Hal ini dapat terjadi

karena massa tumor pada hewan kasus sudah mencapai bibir vulva sehingga

vagina menjadi terbuka dan infeksi bakteri akan dapat terjadi. Namun, untuk hasil

pemeriksaan darah yang lain semuanya menunjukkan kondisi normal. Dimana

seharusnya limfosit akan teraktivasi dan meningkat jumlahnya pada suatu

individu yang terinfeksi agen yang disebabkan oleh virus. Begitu pula pada

kondisi dimana suatu individu terinfeksi kronis oleh suatu penyakit maka limfosit

akan meningkat jumlahnya (limfositosis)(Berata at al,. 2011).

Peneguhan diagnosa dilakukan dengan pemereksaan biopsi dari jaringan

tumor yang dikirim ke Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar

untuk dilakukan pengujian laboratorium. Hasil dari pengujian laboratorium

menyatakan bahwa anjing yang bernama Kemsi menderita Venereal sarcoma

(hasil pemeriksaan terlampir). Hasil perkembangan kesembuhan post-operasi

anjing kasus dari hari ke hari mengalami peningkatan. Veneral sarcoma

(28)

22

dengan inokulasi sel-sel tumor melalui perkawinan (Utpal dan Arup Kumar,

2000). Tindakan yang terbaik pada kasus anjing yang mengalami Venereal

sarcoma adalah dengan pembedahan untuk mengangkat massa tumor sebelum

bermetastasis pada jaringan yang lainya.

Anjing dengan kasus Venereal sarcoma awalnya menunjukan keluarnya

leleran berdarah dari vulva. Kejadian ini kurang mendapatkan perhatian

khususnya dari pemilik, mengingat bahwa pemilik baru lima bulan memelihara

dan sering ditinggal oleh pemiliknya. Menurut keterangan pemilik, tanda tumor

baru teramati ketika keluar leleran darah dan massa tumor semakin membesar.

Namun, saat itu pemilik sudah melakukan pengangkatan massa tumor hanya saja

tidak dilakukan kemoterapi. Sehingga setelah 3 bulan pasca operasi tumor

tersebut tumbuh kembali.

Pada kasus ini jalan terbaik yang dapat dilakukan yaitu pembedahan

dengan pengangkatan massa tumor yang dilakukan pada hari Rabu, 30 Desember

2015. Tujuan dari tindakan pengangkatan massa tumor adalah agar tumor tidak

bermetastasis pada jaringan normal yang dapat terinfeksi. Mengingat kasus ini

sudah pernah terjadi.

Pada saat dilakukan pembedahan ditemukan massa tumor berbentuk tidak

beraturan yang kurang lebih memiliki diameter 2 cm. Mengingat setelah

pemberian yang kedua massa tumor sudah tidak tumbuh lagi. Massa tumor tidak

berkapsul dan rapuh yang mengarah pada tumor ganas. Pemantauan kondisi

umum hewan (terlampir) saat dilakukan operasi. Penanganan Venereal sarcoma

dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor

bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan

pengobatan disertai dengan kemoterapi. Kemoterapi dengan menggunakan

vincristine diberikan dalam selang waktu seminggu dengan dosis 0,5 ml secara

intra vena. Lama pengobatan diberikan 2 kali. Kemoterapi dengan vincristine

pada anjing dilaporkan dapat sembuh 35 hari pasca operasi (Tella et al., 2004).

Tumor akan muncul kembali pasca operasi pembedahan jika tidak dilakukan

(29)

23

Kesembuhan pada hewan kasus pasca operasi dan kemoterapi secara total

terjadi pada hari ke-11 dengan kesembuhan yang sangat bagus. Perubahan

kondisi hewan kasus pasca operasi sangat baik, tidak terlihat tanda-tanda terjadi

(30)

24 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Berdasarkan hasil anamnesa, tanda klinis, dan ditunjang oleh

pemeriksaan laboratorium hematologi dan histopatologi, hewan kasus

menunjukkan diagnosa definitif Venereal sarcoma;

2. Tindakan pembedahan dilakukan untuk mengangkat serta menghilangkan

massa tumor dengan tujuan supaya tumor tidak bermetastasis pada

jaringan lainya. Serta tindakan kemoterapi diberikan dengan

menggunakan vincristine guna melengkapi proses penyingkiran massa

tumor.

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :

1. Hewan yang mengalami Venereal sarcoma harus segera dilakukan

tindakan operasi agar sel tumor tidak menyebar ke jaringan atau organ

lain.

2. Setelah dilakukan operasi pengangkatan massa tumor sebaiknya

dilanjutkan dengan kemoterapi menggunakan vincristine injeksi. Karena

Venereal sarcoma merupakan jenis tumor ganas yang sangat mudah

(31)
(32)

DAFTAR PUSTAKA

Aiello SE, et al. 2000. The Merck Veterinary Manual Manual Eight ed. Merck and Co. Inc whitehouse N.J. USA.

Berata IK, Winaya IB, Mirah AA, Windia IB. 2011. Patologi Veteriner Umum. Sawasta Nulus. Denpasar.

Boscos, CM and Ververidis, HN. 2004. Canine TVT : Clinical findings, diagnosis and treatment. Sci. Proc WSVA-FECAVA-HVMS World Congress, Rhodes, Greece. 2: 758-761.

Brooks, W.C. 2008. Vincristine (Oncovin, Vincasar). veterinarypartner.com.

Cohen D. 1985. The Cenine transmissible venereal tumor : A unique result of tumor progression. Adv Cancer Res. 43:75-112.

Choi SJ, Lee DB, Kim NS. 2014. Cryosurgery and electrocautery in treatment of transmissible venereal tumours in large breed dogs: a case report. Veterinarni

Medicina, 59(9): 461465.

Das, U., Das, A.K. 2000. Review of Canine Transmissible Sarcoma. Vet. Res. Commun, 24: 545-56.

Dharma, D.M.N. dan A.A.G. Putra. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. C.V. Bali Media Adhikarsa. Denpasar.

Kutzler M. 2013. Overview of Canine Transmissible Venereal Tumor.

http://www.merckvetmanual.com/mvm/reproductive_system/canine_transmissible _venereal_tumor/overview_of_canine_transmissible_venereal_tumor.html#top.Ta nggal Akses 7 januari 2016.

Lombard CH, and Cabanine P. 1968. Le sarcoma de sticker. Rev. Med Vet. 119(6):565-586.

Mc Envoy GK. 1987. American Hospital Formulary Hospital Service Drug Information. In: Bethesda, MD. American Society of Hospital and Pharmacist.

Mahmud M. 2012. Transmissible Venereal Tumor (TVT).

http://kuliah-bhn.blogspot.com/ 2012/ 12/ transmissible-venereal-tumor-tvt.html. Akses 7 Januari 2016.

(33)

Mayer K, Lacroix JV, Hoskins WB. 1959. Canine Surgery 4th ed. American Veterinary Publication, Inc.

Martins, Mello MI, Ferreira de Souza F, Gobello C. 2005. The Canine Transmissible Venereal Tumor: Etiology, Pathology, Diagnosis and Treatment. Faculty of Veterinary Science, National University of La Plata, La Plata, Buenos Aires. Argentina.

Meutuah M. 2012. Transmissible Venereal Tumor (TVT).

http://kuliah-bhn.blogspot.com/2012/12/transmissible-venereal-tumor-tvt.html.

Moulton JE. 1990 Tumors of domestic animals.3rd Edn.University of California Press Berkley and Los Angeles.10:498-502.

Moulton, JE. 1978. Tumor of Genital System. In: Moulton JE, ed. Tumors in domestik animals. 2. California: University of California. 326-330.

Mizuno, S., Fujinaga, T. and Hagion, M. 1994. Role of lymphocytes in spontaneous regression of axperimentally transplanted canine transmissible venereal sarcoma. J. Vet. Med. Sci. 56:15-20.

Nak, D., Nak, Y., Cangul, I.T., and Tuna, B. 2005. A Clinico-pathological Study on the Effect of Vincristine on Transmissible Venereal Tumour in Dogs. Journal of

Veterinary Medicine Series A 52 (7) , 366–370.

Papazoglou, L. G.,. Koutinas, A. F., Plevraki, A. G., Tontis, D. 2001. Journal of Veterinary Medicine. Primary Intranasal Transmissible Venereal Tumour in the

Dog: A Retrospective Study of Six Spontaneous Cases. Series A 48 (7) , 391–400.

Powers, RD. 1968. Immunologic properties of canine transmissible venereal sarcoma. Am. J. Vet. Res. 29: 1637-1645.

Purohit G. 2008. Canine Transmissible Venereal Tumor: A Review. The Internet Journal of Veterinary Medicine. Volume 6 Number 1.

Richardson, RC. 1981. Canine Transmissible Venereal Tumor. Comp Contin Edue Pract. Vet. 3: 951-956.

Rogers KS. 1997. Transmissible venereal tumor. Comp Contin Educ Pract Vet. 19(9):1036-1045.

(34)

Spector WD, and Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum (An Introduction to General Pathology) Edisi Ketiga. Penerjemah Soetjipto, Harsono, Amelia Hana, dan Pudji Astuti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sriwibowo, Kun. 2005. Akurasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus sebagai Sarana dalam Menegakkan diagnosa Neoplasma Ganas Jaringan Lunak. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. pp : 5-10 Available from.

Stockmann D, Ferrari HF, Andrade AL, Lopes R, Cardoso, Tereza C, Luvizotto MCR. 2011. Canine Transmissible Venereal Tumors: Aspects Related to Programmed Cell Death. Braz J Vet Pathol, 2011, 4(1), 67-75.

Sudiono, J., B. Kurniadhi, A. Hendrawan, B. Djimantoro. 2003. IlmuPatologi. Jakarta :PenerbitBukuKedokteran ECG.

Sudisma, I.G.N., I.G.A.G. Putra Pemayun, A.A.G. Jaya Warditha, I.W. Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. Denpasar.

Tella M, and Taiwo VO. 2004. Complete Regression of Transmissible Venereal Tumour (TVT) in Nigerian Mongrel Dogs with Vincristine Sulphate

Cemotherapy. African Journal of Biomedical Research, Vol. 7 ;133 138.

Tjarta, A.1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FKUI.

(35)

Lampiran 1.Gambar Hewan Kasus Sebelum dan Setelah Dioperasi

Gambar 1.Venereal sarcoma sebelum dilakukan operasi

(36)

Gambar 3.Operasi pengangkatan massa Venereal sarcoma

Gambar 4.Hilangnya massa tumor Venereal sarcoma setelah pengangkatan pada

(37)

Gambar 5.Potongan massa Venereal sarcoma saat operasi

(38)

Gambar7.Hasil jahitan pada bagian tumor yang pecah

Lampiran 2.PengamatanHewanKasusPascaOperasi

Gambar 1.Kondisi hewan kasus hari ke-1 pascaoperasi

(39)

Gambar 3.Kondisi hewan kasus hari ke-7 pascaoperasi

Gambar 4.Kemoterapi yang kedua dilakukan pada hari ke-7pascaoperasi

(40)

Gambar 6. Kondisi hewan kasus hari ke-8 sampai ke-10 pasca operasi

Gambar 7.Kondisi hewan kasus hari ke-11 sampai ke-14 pascaoperasi

(41)

Lampiran3. Hasil pemeriksaan laboratorium histopatologi Balai Besar

Veteriner Denpasar

Gambar 1.Gambaran histopatologi kasus Venereal sarcoma

Keterangan : A. adanya stroma, B. Adanya sel limfoblas, C. Sel mengalami

mitosis (pembelahan)

A

C

Gambar

Tabel 1. Catatan Pemeriksaan Hewan
Tabel 2. Pengamatan Kesembuhan Luka Post-operasi Pengamatan Post-operasi Hari ke-1
Gambar 1.Venereal sarcoma sebelum dilakukan operasi
Gambar 3.Operasi pengangkatan massa Venereal sarcoma
+6

Referensi

Dokumen terkait

Potensial metastatik adalah kemungkinan suatu tumor berkembang menjadi tumor yang ganas serta menyebar ke berbagai organ dan dapat ditentukan dengan menghitung indeks mitotik pada

Melalui vena pulmonalis, darah yang berasal dari paru-paru dialirkan menuju jantung karena itu secara mikroskopik pada organ jantung pun ditemukan sel-sel tumor yang

Faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka yaitu: 1) Usia, semakin tua hewan maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan; 2) Infeksi, infeksi tidak hanya

Faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka yaitu: 1) Usia, semakin tua hewan maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan; 2) Infeksi, infeksi tidak hanya

7 Perusahaan tidak memberikan prosedur untuk pemeriksaan hasil penjahitan 5 Memeriksa hasil jahitan secara visual 6 210 7 Pencahayaan di bagian jahit kurang terang 7

Sel-sel tumor lebih kuat tumbuhnya dari pada sel-sel jaringan dimana dia berada, tekanan yang terjadi pada jaringan akan mengganggu pertukaran cairan, metabolisme dan menekan

Melalui vena pulmonalis, darah yang berasal dari paru-paru dialirkan menuju jantung karena itu secara mikroskopik pada organ jantung pun ditemukan sel-sel tumor yang

Efektif membunuh dermatofita dan varietes fungi sistemik seperti Histoplasma, Blastomyces dan Coccidioides (Wientarsih et al., 2012). Ketoconazole 2% dapat dioleskan ke