B-8
IDENTIFIKASI
KARAKTER/CIRI.CIRI
ANAK
SEKOLAH DASAR DAN
ALTERNATIF
PENANGANANNYA
Dr.
Hj. Hendriati Agustiani,
M.Si.
Dipresentasikan pada Seminar dengan tema
"rdentifikasi
Karakter
siswa
dan
Alternatiipenanganan
siswa
di
Kelas",
pada
Sekolah Darul Hikam
Bandung
I
Ketua Bagran Psikologi Perkembangan
Dns. Peter
R
NelwanrIVIAhtIP.
130934831Siregar,
M.Pd
Terdaftar di perpustakaan
Faleltas
Psikologi Universitas Padj adj aran1l
::.
,\-r -:l't, l' .
I
TELAH DICATAT/DIDOKUMENTASIKANI PADA PERPUSTAKAANI FAKI'LTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAI{
Kepala Perpustakaan
Nr P.l 963202198803 2003
Telah diperiksa oleh : Guru Besar/Dosen Senior
Prof.
Dr.IIj
!ftrsdwiratri Setyono NIP. 130188424Fakultas Psikologi
Padjadjaran
PENDAHULUAN
Pengetahuan guru untuk memahami siswa merupakan pokok permasalahan yang dianggap
penting oleh Sekolah Dasar Darul Hikam. Pimpinan Sekolah Dasar darul Hikam menganggap
centing untuk diadakanya ceramah pada guru mengenai Identiflkasi Siswa dan Alternatif
penanganannya di kelas.
peserta adalah guru-guru Sekolah Dasar yang berjumlah 55 orng yang terdiri dari wali kelas,
ryali asuh dan guru bidang studi kelas
I
s/d kelas VL Sesuai dengan kurikulum nasional yangmenekankan pada pendidikan berkaraKer dan mengacu pada visi Sekolah Dasar menciptakan
peseta didik yang berakhlak dan berprestasi, maka tanggung jawab mendidik siswa tidak hanya
pada pencapian prestasi akademik saja, namun iuga bagaimana membentuk siswa-siswi yang
berakhlak dan berkarakter. Sejalan dengan hal tersebut, guru-guru Sekolah Dasar merasa memiliki tanggung jawab besar dalam nenjalankan peran mendidik tersebut. Namun dalam
perjalanannya, guru{uru seringkali mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa-siswa yang
"berbeda" di kelas. Tugas guru, selain harus menyampaikan materi pelajaran siswa, guru
kadang juga harus menghadapi dan menangani beberapa siswa yang sulit untuk dikondisikan pada situasi belajar segingga seringkali menggEnggu proses pembelajaran.
Agar proses pembelajaran dan pendidikan dapat berjalan dengan efektif, maka guru-guru
merasa perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai karakter peserta didiknya dan bagaimana
altemative penangananya di kelas sehingga tujuan pendidikan dapat terlaksanakan dengan baik.
Tujuan Umum
l.
Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam karakter siswa sekolahdasar
2.
Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam permasalahan belajar3'
Memberikan pengetahuan kepada gurumengenaicara-cara untuk menumbuhkansemangat belajar pada siswa
Tujuan Khusus
1' Memberikan pengetahuan kepada guru
mengenai karakter siswa sesuai dengan tahap perkembangannya
2'
Memberikan pengetahuan kepada gurumengenai ka:-akter siswa yang bermasarah karena kondisi keruarga (perceraian, kesediaan,
kehirangan orang tua, oan rarn_rain)
3'
Memberikan pengetahuan kepada gurumengenai permasalahan belajar siswa dan penanganna nnya berkaitan dengan
kesut itan konsentrasi
4'
Memberikan pengetahuan kepada gurumengenai penanEanan siswa yang surit diarahkan dan diberi masukan
5' Memberikan pengetahuan kepada guru
mengenaicara_cara unfuk menumbuhkan semangat belajar pada siswa
Setefina mengikuti kegiabn
seminar Ini, guru_guru diharapkan
:
1'
Mengetahui macam-macam karakter siswa dan mampumengidentifikasikan
karakter-karaker tersebut
2'
Mengetahui macam-ma@m permasatahan siswadalam belajar dan mampu memberikan penanganan yang sesuai
3'
Mengetahuicararara memberikan motivasiIDENTIFIKASI
KARAKTER
/
CIRI-CIRI
ANAK
SEKOI.AH
DASAR DAN
ALTERNATIF
PENANGANANNYA
.
Hakikat perkembangan anak secaraholistik
Anak sekolah dasar berusia 6-12 tahun merupaka masa perkembangan
yang sangat kritis. Perkembangan meliputi seluruh ranah yang berlangsung
secara
bersama-samadan
menyeluruh(holistik).
Bredekamp (1987) meyatakan premis penting pada perkembangan manusia, bahwa seluruhranah perkembangan, fisik, sosial, emosi, dan kognitif hrlangsung secara
terpadu.
Perkembangansatu
dimensi dipengaruhidan
mempengaruhi dimensi lainnya, sehingga perhatiandan
penanganan perkembangan satu dimensi satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Aspek perkembanganfisik dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, emosi, dan kognitif dan
sebaliknya, dan perkembangan itu terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungan.
Usia anak
sekolahdasar
berkisar
6-L2 tahun
berada
pada
faseperpindahan dari pra operasional konket. Pada usia ini anak mampu berpikir
simbolik
dan dapt
memecahkan masatah dengan menggunakansymbol-simbol seperti angka dan huruf, walaupun belum setaraf orang dewasa. Anak
(Bredekamp, 1987:63). Lebih
jauh
piaget (dalam Labinowicz, 1990; cain,1990) menyatakan adalah sia'sia mengajarkan
ana
hal-hal yang bersifatabstrak. Anak mengefti operasional simbol-simbol dengan melalui aktivitas
konkret. Anak memertukan interaksi dengan rnateri atau benda-benda yang
dipelajari,
teman
sebaya sebagaimitra
ke[a,
orang
dewasa sebagaipembimbing, pendorong, fasititator (Bredekamp, L9g7:z-5). Konsekuensi
logis dari kenyataan tersebut, guru harus mampu mendesain pembelajaran
yang tidak bersifat abstrak dan asing bagi anak. Pada anak usia muda belum
mampu memisahkan segala sesuatu tidak beftolak bertitik tolak dari bidang
studi, tetapi dari suatu hal yang menyeluruh dan bermakna.
.
Karakteristik belajar
anakKegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakterlstik perkembangannya.
Hasil
penelitian menunjukkan,bahwa
anak-anakbelajar
metalui kerja,aktivitas, dan perbuatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar anak.
Melalui interaksi dengan
lingkungan,mereka
memperolehpengeftian-pengertian tentang dunia sekitar alamiah. Anak belajar dengan mengamati
peristiwa, interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang tua,
dan teman sebaya.
Interaki
dengan materi mendorong anak belajar secaralangsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan
orang
tua
anak
memperoleh bimbingan, pengarahan,motivasi,
dan'memperoleh kemudahan
wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aktivitas secara langsung. Dianne
Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu
balok, menggambar atau bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar pada
anak berlangsung melalui aktivitas kefia dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar.
Karakteristik
Perkembangan anak usia kelas awa! SDAnak'7ang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia
dini.
Masa usiadini
ini
merupakan masa perkembangan anak yangpendek tetapi merupakan masa yang
sngat
penting bagi kehidupannya. olehkarena itu,pada masa
ini
seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorongsehingga akan berkembang secara optimal
Karakteristik perkembangan anak pada kelas
satu, dua dan
tiga
sDbiasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah
mampu
mengontroltubuh
dan
keseimbangannya. Merekatelah
dapatmelompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda
dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan
mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. selain itu,
perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada
usia
kelas awal
SD
antaralain
merekatelah
dapat menunjukkan keakuannyatentang
jenis
kelaminnya, terah mulai berkompetisi dengan teman sebaya,Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah
dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang laln, telah dapat mengontrol
emosi, sudah mampu berpisah dengan orang
tua
dantelah
mulai belajartentang
konsepnilai
misalnyabenar
dan
salah,
Untuk
perkembangankecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya
dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka
dan
tulisan,
meningkatnya perbendaharaankata,
senang
berbicara,memahami sebab akibat
dan
berkembangnya pemahaman terhadap ruangdan waktu.
Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karaKeristik
cara anak
belajar,
konsep belajar dan belajar bermakna, maka kegiatanpembelajaran
bagi
anak kelas awal
sD
sebaiknya dilakukan denganpembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang
menggunakan
tema
untuk mengaitkanbehrapa
mata pelajaran sehinggadapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan
akan memberikan
banyak
keuntungan,
di
antaranya:(1)
Peserta didik mudah memusatkan perhatianpada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan
dan mengembangkan beftagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam
tema yang sama;
(3)
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam'dan
mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi pesefta didik; (5)
Pesefta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan daiam konteks tema yang jelas;
(6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena
dapat
berkomunikasi dalam situasinyata, untuk
mengembangkan suatukemampuan dalam
satu mata pelajaran
sekaligus mempetajari mata pelajaranlain; (7) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang
disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau
tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakanuntuk
kegiatanremedial, pemantapan, atau pengayaan.
Karakteristik belajar
anakKegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakteristik perkembangannya. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak belajar melalui kerja, aktivitas, dan
perbuatan
yang
berhubungan dengan lingkungansekitar
anak.
Melaluiinteraksi dengan Iingkungan, mereka memperoleh pengertian-pengeftian
tentang dunia sekitar alamiah, Anak belajar dengan mengamati peristiwa,
interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang
tua,
danteman
sebaya. Interaksi denganmateri
mendoronganak
belajar secaralangsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan
orang
tua
anak
memperoleh bimbingan, pengarahan,motivasi,
danmemperoleh kemudahan belajar. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
'wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aKivitas secara langsung.
Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu
balolc menggambar
atau
bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar padaanak berlangsung melalui aktivitas kerja dan berinteraksi dengan Iingkungan
sekitar.
Anak usia sekolah dasar belajar melalui aktivitas kerja,
hal
ini sejatandengan masa anak yang senantiasa membutuhkan kerja
dan
benda-bendakonkret sebagai media belajar. Pada usia ini anak memahami symbol-simbol,
pengertian-pengeftian, konsep-konsep, melalui aktivitas benda-benda konkret.
Anak yang tumbuh dan berkembang secara
holisti( konsekuensinya,
sehinggapembelejatan pada anak usia SD dirancang secara fleksibel, luwes, dan tidak
tertata
secara kaku melalui bidang-bidang studi yang memisahkan secaradiskrit tiap mata pelajaran yang berkonotasi saling terpisah, padahal secara
nyata dunia memiliki
sifat
silangilmu,
silang konteks, silang lingkungan.Sehingga pembetajaran
harus
dirancang
secara
terpadu
yangmengintegrasikan bahan-bahan kajian menjadi satu pengeftian yang utuh dan
bermakna. Anak SD mengalamai kesulitan pemaknaan secara artificial, mereka
hanya mengerti dalam kerangka global, utuh,
dan
bermakna. Henkel danArgindoza (dalam Bredekamp, t987) menyatakan sesuai topic-topik bahasan
yang diambil dari kejadian-kejadian yang actual
di
masyarakat yang sesuaiuntuk anak sekolah dasar.
Semiawan (1997) menyatakan pada fase usia dini (sebelum 10 tahun)
atau mencatat sesuatu yang beranjak dari bidang studi tertentu. Untuk itu
seyogyanya pembelajaran pada anak sekolah dasar terutama pada kelas-kelas
awal tidak terkotak-kotak dalam bidang studi, melainkan bertolak belakang
dari satu tema atau peristiwa otentik yang mampu menyatukan pembelajaran
menjadi satu keutuhan yang utuh dan bermakna bagi anak. Disamping itu
topic atau peristiwa otentik dapat menggerakkan kurikulum yang disepakati
(Padmono, 1997).
Pandangan tercebut sejalan dengan pendapat Roeseeau (dalam Morrow, 1993) yang rnenyatakan pembelajaran pada anak bersifat alamiah dan tidak
dipaksakan. Tugas orang tua dan guru adalah menciptakan kondisi lingkungan analg agar anak dapat belajar
dan
mengembangkan potensinya seoptimalrnungkin. Anak mengamati lingkungan dan akhirnya ia menbangun konsepnya
sendiri tentang lingkungan (termasuk lingkungan yang dapat didesain oleh
orang tua dan guru). Pestalozi (dalam Morrow, 1993) belajar hendaknya jauh
dari
system formalisasi, sebab belajar alamiah dilakukan secara informal.Froubel (dalm Morrow, 19930 lebbih memperkuat bahwa belajar pada anak
dilakukan melalui aktivitas bermain.
peran
guru dan
orang
tua
adalahmenstimulus permainan menjadi wahana belajar alamiah anak. John Dewey
melalui kurikulum Progrresif, menyatakan bahwa belajar pada anak dikatukan
melalui
kefa.
Selanjutnya Bredekamp (1987) menyataka anak belajar melaluiinteraksi bermain dengan
obje(
orang tua dan teman, mereka belajar. tanpaKondisi
Objektif
dan KebutuhanKebutuhan
obejeKif
calonguru
sekolah dasardi
lapangan nantinyasecara logis mengelola subjek didik yang berusia muda (6-12 tahun) yang
penyelenggaraan
pembelajarannya
memiliki
karakteristik
tersendiri.Peningkatan mutu pelaksanaan penrbelajarannya harus sesuai dengan kondisi
objektif pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya, untuk
itu
calonguru
sekolah dasar harus memiliki bekal kemampuan menyelenggarakanpembelajaran
sesuai dengan
karakteristik
anak
sekolah
dasar. Penyelenggaraan pembelajaran yang efektif sesuai karakteristik subjek didikmerupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang berbuat dengan
nuansa ke SD-an sefta mampu melaksanakan tindakan yang relevan dengan
tuntutan pendidikan sekolah dasar.
Kepedulian pendidikan
yang
diselaraskan dengan karakteristik anaksekolah dasar adalah kepedulian terhadap keterkaitan
inter dan antardan
antar bidang studi.
cirri ini
hendaknya terwujud dalam kemampuan gurumerancang dan melaksanakan pembelajaran.
Realitas Perkembangan
rprEK
dansituasi serba
LintasKenyataan menunjukkan perkembangan
dalam
satu
bidang
ilmupengetahuan cenderung diikuti oleh transformasi temuan ilmu
itu
ke bidanglain.
Penemuansinar
laserdiikuti
transformasike
ilmu
kedokteran danPada era globalisasi dan informasi nyata kita lihat bahwa segala sesuatu
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi menjadikan suatu jaringan (net) yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. semiawan (1996) menyatakan dunia masa
kini dan masa mendatang merupakan dunia yang lintas ilmu, konteks, dan
ilmu lingkungan. Pernyataan ini menunjukkan, bahwa satu kejadian atau ilmu
senantiasa berkenaan dan berkaitan dengan ilmu lain, dan lingkungan lain.
sehubungan dengan
itu,
perlu kesiapandan
kearifan bahwa menghadapisegala sesuatu senatiasa dipikirkan
dan
diantisipasi segala sesuatu yangberkaitan dengannya. Pembelajaran pada anak harus mempersiapkan mereka
aenantiasa menghadapi segala sesuatu yang serba kompleks
dan
lintas,keterpaduan pembelajaran merupakan wahana memberikan pengalaman yang
disamping membermaknaan belajar,
juga
meratih siswa mengkaitkan ataumenghubungkan apa yang dipelajari dengan berbagai hal yang berkaita.
MASAI.AH ANAK DAI.AM PENGELOI.AAN KELAS
A. Pentingnya Pengenalan Masalah Anak
Berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru di sekolah, sepefti anak
agresif,
tak
bisa
tenangdan
suka
bertengkar, pemaludan
lebih
sukamenyendiri, suka menangis, dan suka rnemukul. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri
Guru perlu
mengerti bahwa
perilakutersebut
ada
sebab
atau
latarbelakangnya. Oleh karena itu guru perlu mengetahui penyebab dari
masalah-masalah yang dihadapi anak tersebut.
Perilaku anak
di
kelas,di
depan guru, teman-temannya ataudi
depanorang Iain disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang
telah
diperolehanak,
kondisi yang dihadapinya saatitu,
dan dapat pula disebabkan olehberbagai keinginannya. Hal ini telah berkembang dalam diri anak atau dapat
pula
merupakanhasil
interaksiantara dirinya
dengansemua
aspekIingkungan rumah, sekolah,
dan
masyarakat umumnya.Jone
Dan Jones(1980) mengatakan bahwa tingkah laku anak
di
dalam kelas Merupakanpencerminan
dari
keadaan keluarganya. Bagi keluarga kurang stabil dapatmenimbulkan ketegangan pada
diri
anak
dan
membuat mereka kurangberhasil dengan
baik
untuk
memenuhi akademikdan tuntutan
sosiai disekolah.
Di sekolah berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru, seperti
anak agresif,
tak
bisa tenang dan suka beftengkar, pemalu dan lebih sukamenyendiri, suka menangis, dan suka memukut. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri
anak, atau dengan kata lain mereka sedang menghadapi masalah.Guru perlu
mengerti bahwa perilaku tercebut tentu ada sebabnya atau latar belakang da6
setiap perilaku tersebut. Oleh karena itu guru perlu mengetahui sebabsebab
'yang sebenarnya dari masalah-masalah yang dihadapi
Ada suatu anggapan bahwa masalah-masalah anak tidak dapat ditinggalkan di
rumah. Bagaimanapun anak akan membawanya ke sekolah sehingga dapat
mengganggu
proses
pembelajarandi
kelas.
Bahkan mungkin
prosespembelajaran menjadi tidak
terjadi
sama sekali, apabila anak mengalamitekanan bathin karena keamanannya terancam, dan kebutuhan psikologisnya
tidak terpenuhi, merasa terkucilkan, merasa tidak dihargai, dun
,.r*a
tidakdisenangi. Dalam kondisi sepefti itu, kemampuan anak untuk belajar menjacii
terhalangi sehingga usaha
guru
untuk melaksanakan proses pembelajaranmenjadi sia-sia saja.
Pekerjaan guru tidak akan berhasil dengan baik apabila
ia
tidak ataukurang memahami anak. Apabila
guru
ingin sukses dalam melaksanakanpembelajaran, maka pengelolaan kelas yang dilakukan hendaknya men-cakup
usaha guru untuk memahami masalah-masalah anak dan dapat rnengambil
langkah penyelesaiannya dengan
tepat dan
benar.B. Jenis Masalah Anakdalam Pengelolaan Kelas Masalah pengelolaan kelas yang bersumber dari anak
dapat dikelompokkan pula menjadi dua kategori, yaitu masalah individual dan
masalah kelompok.
Untuk
melakukan pengelolaankelas yang
efektifdiperlukan kehati-hatian
dalam
mengidentifikasisuatu
masalah, apakahmasalah ini bersifat individual atau kelompok.Kekurang hati-hatian guru dalam
memahami masalah dapat menyebabkan kekellruan datam menentukan jenis
1'
Masalah individual Masalah Individual adalah masalah pengelolaankelas yang sumber penyebabnya adalah individu anak. sebagaimana
yang
dibahas pada bab terdahulu bahwa ada empat kategori masalah
individual dalam kelas, yaitu tingkah raku yang ingin mendapatkan perhatian
orang rain,
tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan, tingkah laku yang beftujuan
menyakiti orang lain dan peragaan ketidakmampuan. Bentuk-bentuk perilaku
tersebut menimbulkan masalah dalam kelas dan dapat menganggu kelancaran
pembelajaran. Masalah individual yang dapat dilihat
sebagai wujud dari bentuk
perilaku tersebut di antaranya adarah sebagai berikut:
a.
anak sering
menunjukkangerak
tubuh atau
perirakuyang
tampakkebodoh-bodohan atau berbuat aneh yang semata-mata
untuk menarik perhatian kelas,
b.
anak teftawa tebih keras dibandingkan teman-temannya,j.
anak menarikdiri
sama sekalidan
tidak
mau
melaksanakankewajiban-kewajibannya
k. anak selalu Lupa pada aturan-aturan penting datam kelas,
I.
anak melakukan tindakan-tindakan fisik yang dapat menyakiti orang lain,m. anak tidak mau sama sekali menerima tugas Yang diberikan kepadanya dan
selalu mengatakan tidak bisa,
n. anak merasa pesimis Atau putus asa terhadap semua keadaan,
o. anak memiliki rasa permusuhan atau Menentang kepada semua peraturan,
p. anak pasif atau potensi rendah serta datang ke sekolah tidak teratur.
2. Masalah kelompok
Masalah
kelompok
adalah
masalah pengelolaankelas
yang
sumberpenyebabnya adalah kelompok. lohnson dan Bany (dalam Hasibuan, 1994)
mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan ketas,
yaitu:
a. kelas kurang kohesif,misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkatan
sosio-ekonomi,
b
kelas Mereaksi negatif terhadap salah satu seorang anggotanya, misalnyamengejek anggota kelas dalam menyanyi karena suaranya sumbang,
c
membesarkanhati
anggota kelompok ketas yangjustru melanggar normad
kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengahdikefakan,
e semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena
menganggap tugas yang diberikan kurang adil,
f
k-elas kurang mampu menyesuaikandiri
dengan keadaanbaru,
misalnyagangguan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Kelas
yang
kurang
kohesif ditandai dengan
Iemahnya hubunganinterpersonal
di
dalam kelas. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkat sosial ekonomi. Sering terlihat adanya permusuhansekelompok
anak
perempuan dengan sekelompokanak
laki-laki. Lemahnyahubungan
ini
terlihat pula karena perbedaaan suku,kota asal, kampungabu
tempat tinggal.
Di
dalam
kelas sekelompokanak
ini
bisa
menampakkanhubungan yang sangat jarak dan tidak
akab
dan terkadang bisa menimbutkanpeftentangan-pertantangan
di
dalam kelas. Pertentanganitu
bahkanditambahpula oleh faKor pemicu lain seperti berbedanya tingkat sosial ekonomi mereka.
Setiap kelompok anak membangun suatu kekuatan
atas
dasarpersamaan-persamaan yangdimiliki. Dalam
hal
ini
masing-masing kelompok bisa salingmenutup diri dalam pergaulannya, sehingga sulit
jika
guru menugaskan suatutugas kerjasama.
Kelas mereaksi
negatif
terhadapsatah
seorangsiswa
dapat
pulakondusif untuk belajar. Biasanya anak yang diketawakan anak yang pemalu,
cengeng, suaranya sumbang
kalau
bernyanyidan
berpenampilan kurangmenarik.Dukungan kepada badut kelas mengakibatkan pula makin berlarutnya
masalah
di
dalam kelas.
Anak
yang
membadut
makin
menunjukkankebolehannya melucu danberperilaku yang aneh-aneh. Hal
ini
menirrrbulkansorak-sorai dan tertawaan anak Yang bertebihan sehingga dapat mengalihkan
perhatian anak untuk belajar. Mudahnya teralihkan perhatian anak selain karena
anak yang membadut
juga
karena hal-hal lainyang dengan cepat memancingperhatian anak, seperti melihat peralatan belajar dan mainan kawan yang baru,
tindakan-tindakan iseng dari kawan, dan situasi lingkungan sekolah yang kurang
mendukung kegiatan belajar.
Masalah anak secara kelompok juga terjadi karena semangat kerja rendah
sebagai akibat perlakuan yang tidak adil dari guru, seperti ketidakadilan dalam
menentukan
jenis
tugasyang
dikerjakan,dan
peralatanatau
bahan yangditentukan
guru.
Terkadanganak
meras
rebihtertarik dengantugas yang
dikerjakan anak
yang lain
yang sudah ditentukan,atau
anak lebih teftarikdengan benda atau alat-alat yang digunakan anak lain yang sudah ditentukan
guru. lika situasi ini tidak ditanggapi guru
maka akan menimbulkan masalah, sepefti anak malas dan tidak bersemangat
untuk meneruskan pekerjaannya. Adanya hal-hal baru menurut analg seperti
peftukaran jadwal dan guru, sering pula menimbulkan masalah bagi anak. Jika
seperti biasanya, sepefti
jam
masuk atau istirahat ataupulang
yang sudahberganti, dan ibu guru lain yang belum sepenuhnya dikenali. Hal ini cenderung
membuat anak-anak resah dan cemas dalam mengikuti kegiatan di dalam kelas,
karena biasanya mereka seharusnya sudah istirahat atau pulang, tapi dengan
pertukaran jadwal mereka belum bisa istirahat atau belum pulang. Atau yang
seharusnya mereka harus belajar dengan guru yang manis dan ramah, sekarang
mereka dihadapkan dengan
guru yang
pemarah. Kenyataan-kenyataan iniberpengaruh pada anak dalam belajar dan dapat menjadi masalah besar dalam
pengelolaan kelas, karena anak dirundung rasa takut dan cemas untuk belajar.
Dalam penanganan masalah pengelolaan kelas, guru perlu mengetahui sebab-sebab anak berperilaku yang tidak diharapkan Pendekatan berikut perlu
dipahami oleh para guru
di
kelas. Schaefer (1996) mengemukakan ada duapendekatan dalam rnemahami masalah anak, yaitu pendekatan dari Iuar (surface
approach) dan
pendekatan
kausal(ausat
approach). Pendekatandari
luar (Surface Approach) lebih memusakan pengaafran dan pengendatian terhadaptingkah laku anak yang dapat dilihat
dan
diamati. Pendekatanini
biasanyadipakai guru yang bersikap kaku, bergaya otoriter yang selalu mengharapkan seluruh anak-anak didiknya patuh
dan
taat
kepada aturandan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkannya sepihak. Tipe guru sepefti ini menilai beratatau ringannya suatu kesalahan anak sesuai dengan akibat-akibat praktis dari
kesalahan
itu.
Misalnya, suatu kesalahan karena tidak sengaja, seorang anakmembasahi kawannya yang sedang duduk di samping bangkunya sehingga anak
yang terkena tumpahan air itu menangis. Kemudian kesalahan anak ini dianggap
yang lebih berat dari pada anak yang dengan sengaja menumpahkan
air
kelantai.
Pendekatan
Kausal
(causalApproach),mencoba
mencari
dan mengerti motif-motif yang mendasari tindakan dan maksud-maksud darisuatutindakan, sefta berusaha untuk menemukan mengapa seorang anak bertindak
demikian. Pendekatan
ini
berusaha memecahkanmasalah
dengan
jalanmenghilangkan sebab-sebab
atau
akarnya
yang tersembunyi. Dalampendekatan
ini
biasanya
guru
memandang
setiap
perilaku
anakmempunyai alasan-alasan teftentu atau didorong oleh suatu motif. Sehubungan
dengan hal itu Schaefer (1996) mengemukakan pula bahwa di antara motif-motif
yang umum
dari
tingkah
laku salah pada anak
disebabkan oleh;a . perhatian, anak-anak ingin mendapatkan perhatian, bahkan peringatan
dan kritik,
b.
pembalasan, anak-anakmemberikan
pembalasan karena
merasapernah disakiti
dan terhalangi keinginnnya,c.
salah
pengeftian,
anak
tidak mengefti
tentang
apa
yang diharapkan dari dirinya, atau karena Iupa peraturan-peraturan,d.
perjuangan haK anak-anak menginginkanagar
ja
dibiarkan melakukanf.
9.
h.
sebab
keadaanjasmani;anak
merasa
mudah
tersinggung
danmarah karena
dia
letih,
lapar atau sakit,persaingan, anak
bersifat
cemburu untuk memperoleh perhatian dankelebihan terhadap teman sebayanya,
pemindahan, anak
menderita karena beberapa
harga
diri-
yangterluka
yang
dialaminya ,dan
mencoba memindahkan kepada orang!ain,
nilai-nilai, anak hanya memikirkan
diri
sendiri (egosentris) dan ha'mpirtidak memperdulikan orang lain, dan tidak merasa bersalah atas suatu
perbuatannya.
Teknik pengelolaan kelas tersebut dapat dikelompokkan ke dalam teknik
preventif dan teknik kuratif. Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah
timbulnya
tingkahIaku
anak
yang
dapat
mengganggu
kegiatanpembelajaran,
sedangkan
teknikkuratif
adalahteknik
untukmenanggulangi perilaku anak yang menganggu kegiatan belajar. penerapan
teknik
preventif
dilakukanguru
adalah dengan maksud tersedianya suatukondisi
yang nyamandan
amanbagi
anak untuk beraktivltasdi
kelas.Teknik kuratif merupakan tindakan korektif yang dilakukan
guru
terhadapperilaku
anak
yang
menyimpangdan
merusakkondisi
optimal
bagikelangsungan aktivitas anak
di
dalam kelas.Dalam
teknikkuratif
initindakan penyembuhan terhadap perilaku anak
yang
menyimpang yangterlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut
tidak
berulang-ulang. semuarangkaian
kegiatan
pengelolaan
kelas
ini
dilakukan
guru
dengan maksuduntuk menyediakan
kondisi yang optimalbagi
proses pembelajarananak
di
kelasatau
tersedianya kcndisi yangkondusif
bagi
pembetajaranKESIMPULAM
Hasibuan
(1994)
mengemukakansejumlah
sikap
dan
tindakanguru
dalammasing-masing teknik di atas, yaitu;
1.
Teknik
preventif
sikap dan tindakan guru
yang
prcventif
adalah;
a.
sikap
terbuka,b. sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia c. sikap empati,
d. sikap demokratis,
e. mengarahkan anak pada tujuan kelompok,
f.
menghasilkan-aturan kelompok yang disepakati bersama, g. memperjelas komunikasi,
h. menunjukkan kehadiran.
sikap
terbuka
dalam
pencegahanperilaku
siswa yang
tidakdiharapkandalam
kelas
merupakansikap
guru
yang
penting
untukmenunjukkan keakaban hubungannya dengan
anak.
Dengan menciptakan suasan keterbukaan, anak-anak benar-benar merasa bebas dan leluasa untukmengemukakan pendapatnya serta penuh keyakinan bahwa guru
akan
selaluketerbukaan ini guru menyatakan kebaikannya kalau sekiranya anak-anak juga
baik atau sebaliknya. Beberapa contoh dari aturan dasar yang dapat dibuat
bersama-sama dengan anak
atau
dimintai
persetujuan
anak,
yaitu tentang:1.
mengacungkan tangan sebelum beftanya,2.
mendengarkan baik-baik petunjuk guru,3.
mengikuti pengarahan yang diberikan guru,4.
menjalinkefia
sama dengan teman sekelas,5.
menyeselesaikan tugas-tugastepat
pada waktunya,6.
membantu temanlain,
sepefti
juga
kamu akan dibantu,7.
membawa
buku,
pensil,
kertas, penghapus,dan
alat-alat
lainnyayang diperlukan untuk belajar,
8. menempati tempat di tempat duduk sebelum bel berbunyi,
9, melakukan persiapan untuk pulang ke rumah secara tertib.
Aturan yang akan diterapkan pada anak hendaknya dibuat dengan jelas,
sederhana dan singkat, sehingga tidak ada kesalahpahaman tentang apa yang
diharapkan
guru
dari
perilakuanak
dan
sebelum diterapkan mintalahpersetujuan anak terlebih dahulu.
Memperjelas
komunikasi,
guru
diharapkandapat
memperjelaskomunikasi
yang
dilakukananak,
karena
tidak
semua
anak
dapatberkomunikasi dengan baik. Dalam hal
ini
guru
dapat
mengulangi
apaMenunjukkan kehadiran
perlu
dilakukanguru
sebagaiteknik
pencegahanperilaku anakyang tidak diinginkan. Dalam hal
ini
guru perlu menunjukkanpada anak bahwa ia hadir di kelas, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental.
Berkaitan dengan
hal ini,
guru
hendaknya sadar serta tanggap terhadap perhatian analg keterlibatan anak sehingga dapat diketahui mana anak yangacuh atau kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sikap grru yung
demikian dapat dirasakan oleh anak bahwa gurunya
hadir
bersama denganmereka dan mengetahui apa yang mereka perbuat.
2
Teknikkuratif
Dengan menggunakan teknik kuratif guru dapat melakukan beberapa hal
sebagai berikut yaitu:
(a)
penguatan negatif,(b)
penghapusan,(c)
penghukuman,(d)
pembicaraan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran,(e)
pemasabodohanterhadap
pelanggaran anak,(f)
pemberiantugas yang
memerlukan keberanian(bagi anak
yangmenunjukkan tingkah laku menguasai),
(g)
pemberiantugas
yang
menuntut kekuatanfisik (bagi
anak
yangmenunjukkan tingkah laku menguasai),
(i)
penyalahan anaksecara
tidak
langsung, dan
menunjukkan segi-segikeberhasilan
(bagi
anak yang
menunjukkantingkah
laku
ketidakmampuan,
fi)
peningkatan partisipasi anak dalam beraktifuitas,(k)
meratakan partisipasi analg(1)
pengurangan ketegangan,DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Bimo walgito, Birnbingan
+
konseling (studi & karier). peneroit.cv
Andi
ffiset
(Penerbit Andi), Hak Cipta, tahun 2004,2005,2010clnthia ulrich Tobias."setiap anak bisa berhasil (every child can succeed). Memaksimalkan gaya belajar anak anda, (Hak Cipta Bahasa Indonesia @ Fokus
pada Keluarga, tahun 2009
Dra. Desmita, M.Si . Psikologi Perkembangan Peserta Didik
SD
Darul
Hikam
Berakhlali& Berprestasi
Bandung, 13 Oktober 2010
Nomor
:
021/SD-DH|B.5N120L0Larnp.
:
2lbr
Hal
:
Permohonan Menjadi PembicaruKepada Yth.
Ibu Dr. FIj. Hendriati Agustiani, M.Si
di
Tempat
As s alaarnu'alaikum Waraltmatullaahi Wabaraknatuh,'
Teriring do'a kami sampaikan semoga ibu beserta keluarga senantiasa berada dalam curahan rahmat dan naungan hidayah-Nya.
- Selanjutnya kami mengundang ibu untuk berkenan menjadi pembicara dalam acata seminar dengan tema "Identifikasi Karakter Siswa dan Alternatif Penanganan Siswa di Kelas"
yang akan diselenggarakan pada :
hari/tanggal
:
Sabtu, 23 Ohober 2010tempat
: AulaSW
Darul HiknmJl. Tubagus Ismail DePan Bandung
Demikian permohonan
ini
kami sampaikan. Atas perkenannya, kami mengucapkan terimakasih.
Billaahi Fii Sabiili Al-Haq
W a s s al a amu' al a ihtm War ahm at ul I a ahi lY ab ar ako a t uh.
SEKOTAH DASAR DARUT
HIKAM
UCAPANTTRIMA
No :06/SD-DH/X/2010
Keluar
ga
B
esarsD
DARUT
HIKAM
MENG
UCAPKAN
TERIMA
IfiSIHhEah:
fr,t,
fiE,
ftfuinti
Wtiiln,,ilL,Si
Atas Putisipasinya sebagai :
gemnfu,i
fisdn
W
onftrr
ft-p
"9@i9uqdn,Didifr,dno
W
{\Mhrun
Vffi/g,
Difredfrru
qurul'
Sernoga
Altah
SWT
membalas amal Kebaikan
Ibu
-
dengan pahala yang
berlipat
ganda.
Aamiin.
23 Oktober 2010