• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Karakter/Ciri-ciri Anak Sekolah Dasar Dan Alternatif Penanganannya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Karakter/Ciri-ciri Anak Sekolah Dasar Dan Alternatif Penanganannya."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

B-8

IDENTIFIKASI

KARAKTER/CIRI.CIRI

ANAK

SEKOLAH DASAR DAN

ALTERNATIF

PENANGANANNYA

Dr.

Hj. Hendriati Agustiani,

M.Si.

Dipresentasikan pada Seminar dengan tema

"rdentifikasi

Karakter

siswa

da

n

Alternatiipenanganan

siswa

di

Kelas",

pada

Sekolah Darul Hikam

Bandung

(3)

I

Ketua Bagran Psikologi Perkembangan

Dns. Peter

R

NelwanrIVIA

htIP.

130934831

Siregar,

M.Pd

Terdaftar di perpustakaan

Faleltas

Psikologi Universitas Padj adj aran

1l

::.

,\-r -:l't, l' .

I

(4)

TELAH DICATAT/DIDOKUMENTASIKANI PADA PERPUSTAKAANI FAKI'LTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAI{

Kepala Perpustakaan

Nr P.l 963202198803 2003

Telah diperiksa oleh : Guru Besar/Dosen Senior

Prof.

Dr.IIj

!ftrsdwiratri Setyono NIP. 130188424

Fakultas Psikologi

Padjadjaran

(5)

PENDAHULUAN

Pengetahuan guru untuk memahami siswa merupakan pokok permasalahan yang dianggap

penting oleh Sekolah Dasar Darul Hikam. Pimpinan Sekolah Dasar darul Hikam menganggap

centing untuk diadakanya ceramah pada guru mengenai Identiflkasi Siswa dan Alternatif

penanganannya di kelas.

peserta adalah guru-guru Sekolah Dasar yang berjumlah 55 orng yang terdiri dari wali kelas,

ryali asuh dan guru bidang studi kelas

I

s/d kelas VL Sesuai dengan kurikulum nasional yang

menekankan pada pendidikan berkaraKer dan mengacu pada visi Sekolah Dasar menciptakan

peseta didik yang berakhlak dan berprestasi, maka tanggung jawab mendidik siswa tidak hanya

pada pencapian prestasi akademik saja, namun iuga bagaimana membentuk siswa-siswi yang

berakhlak dan berkarakter. Sejalan dengan hal tersebut, guru-guru Sekolah Dasar merasa memiliki tanggung jawab besar dalam nenjalankan peran mendidik tersebut. Namun dalam

perjalanannya, guru{uru seringkali mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa-siswa yang

"berbeda" di kelas. Tugas guru, selain harus menyampaikan materi pelajaran siswa, guru

kadang juga harus menghadapi dan menangani beberapa siswa yang sulit untuk dikondisikan pada situasi belajar segingga seringkali menggEnggu proses pembelajaran.

Agar proses pembelajaran dan pendidikan dapat berjalan dengan efektif, maka guru-guru

merasa perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai karakter peserta didiknya dan bagaimana

altemative penangananya di kelas sehingga tujuan pendidikan dapat terlaksanakan dengan baik.

Tujuan Umum

l.

Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam karakter siswa sekolah

dasar

2.

Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai macam-macam permasalahan belajar
(6)

3'

Memberikan pengetahuan kepada guru

mengenaicara-cara untuk menumbuhkansemangat belajar pada siswa

Tujuan Khusus

1' Memberikan pengetahuan kepada guru

mengenai karakter siswa sesuai dengan tahap perkembangannya

2'

Memberikan pengetahuan kepada guru

mengenai ka:-akter siswa yang bermasarah karena kondisi keruarga (perceraian, kesediaan,

kehirangan orang tua, oan rarn_rain)

3'

Memberikan pengetahuan kepada guru

mengenai permasalahan belajar siswa dan penanganna nnya berkaitan dengan

kesut itan konsentrasi

4'

Memberikan pengetahuan kepada guru

mengenai penanEanan siswa yang surit diarahkan dan diberi masukan

5' Memberikan pengetahuan kepada guru

mengenaicara_cara unfuk menumbuhkan semangat belajar pada siswa

Setefina mengikuti kegiabn

seminar Ini, guru_guru diharapkan

:

1'

Mengetahui macam-macam karakter siswa dan mampu

mengidentifikasikan

karakter-karaker tersebut

2'

Mengetahui macam-ma@m permasatahan siswa

dalam belajar dan mampu memberikan penanganan yang sesuai

3'

Mengetahuicararara memberikan motivasi
(7)

IDENTIFIKASI

KARAKTER

/

CIRI-CIRI

ANAK

SEKOI.AH

DASAR DAN

ALTERNATIF

PENANGANANNYA

.

Hakikat perkembangan anak secara

holistik

Anak sekolah dasar berusia 6-12 tahun merupaka masa perkembangan

yang sangat kritis. Perkembangan meliputi seluruh ranah yang berlangsung

secara

bersama-sama

dan

menyeluruh

(holistik).

Bredekamp (1987) meyatakan premis penting pada perkembangan manusia, bahwa seluruh

ranah perkembangan, fisik, sosial, emosi, dan kognitif hrlangsung secara

terpadu.

Perkembangan

satu

dimensi dipengaruhi

dan

mempengaruhi dimensi lainnya, sehingga perhatian

dan

penanganan perkembangan satu dimensi satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Aspek perkembangan

fisik dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, emosi, dan kognitif dan

sebaliknya, dan perkembangan itu terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungan.

Usia anak

sekolah

dasar

berkisar

6-L2 tahun

berada

pada

fase

perpindahan dari pra operasional konket. Pada usia ini anak mampu berpikir

simbolik

dan dapt

memecahkan masatah dengan menggunakan

symbol-simbol seperti angka dan huruf, walaupun belum setaraf orang dewasa. Anak

(8)

(Bredekamp, 1987:63). Lebih

jauh

piaget (dalam Labinowicz, 1990; cain,

1990) menyatakan adalah sia'sia mengajarkan

ana

hal-hal yang bersifat

abstrak. Anak mengefti operasional simbol-simbol dengan melalui aktivitas

konkret. Anak memertukan interaksi dengan rnateri atau benda-benda yang

dipelajari,

teman

sebaya sebagai

mitra

ke[a,

orang

dewasa sebagai

pembimbing, pendorong, fasititator (Bredekamp, L9g7:z-5). Konsekuensi

logis dari kenyataan tersebut, guru harus mampu mendesain pembelajaran

yang tidak bersifat abstrak dan asing bagi anak. Pada anak usia muda belum

mampu memisahkan segala sesuatu tidak beftolak bertitik tolak dari bidang

studi, tetapi dari suatu hal yang menyeluruh dan bermakna.

.

Karakteristik belajar

anak

Kegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakterlstik perkembangannya.

Hasil

penelitian menunjukkan,

bahwa

anak-anak

belajar

metalui kerja,

aktivitas, dan perbuatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar anak.

Melalui interaksi dengan

lingkungan,

mereka

memperoleh

pengeftian-pengertian tentang dunia sekitar alamiah. Anak belajar dengan mengamati

peristiwa, interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang tua,

dan teman sebaya.

Interaki

dengan materi mendorong anak belajar secara

langsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan

orang

tua

anak

memperoleh bimbingan, pengarahan,

motivasi,

dan

'memperoleh kemudahan

(9)

wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aktivitas secara langsung. Dianne

Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu

balok, menggambar atau bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar pada

anak berlangsung melalui aktivitas kefia dan berinteraksi dengan lingkungan

sekitar.

Karakteristik

Perkembangan anak usia kelas awa! SD

Anak'7ang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan

usia

dini.

Masa usia

dini

ini

merupakan masa perkembangan anak yang

pendek tetapi merupakan masa yang

sngat

penting bagi kehidupannya. oleh

karena itu,pada masa

ini

seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong

sehingga akan berkembang secara optimal

Karakteristik perkembangan anak pada kelas

satu, dua dan

tiga

sD

biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah

mampu

mengontrol

tubuh

dan

keseimbangannya. Mereka

telah

dapat

melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda

dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan

mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. selain itu,

perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada

usia

kelas awal

SD

antara

lain

mereka

telah

dapat menunjukkan keakuannya

tentang

jenis

kelaminnya, terah mulai berkompetisi dengan teman sebaya,
(10)

Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah

dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang laln, telah dapat mengontrol

emosi, sudah mampu berpisah dengan orang

tua

dan

telah

mulai belajar

tentang

konsep

nilai

misalnya

benar

dan

salah,

Untuk

perkembangan

kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya

dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka

dan

tulisan,

meningkatnya perbendaharaan

kata,

senang

berbicara,

memahami sebab akibat

dan

berkembangnya pemahaman terhadap ruang

dan waktu.

Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karaKeristik

cara anak

belajar,

konsep belajar dan belajar bermakna, maka kegiatan

pembelajaran

bagi

anak kelas awal

sD

sebaiknya dilakukan dengan

pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang

menggunakan

tema

untuk mengaitkan

behrapa

mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik. Tema

adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan

(Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan

akan memberikan

banyak

keuntungan,

di

antaranya:

(1)

Peserta didik mudah memusatkan perhatian

pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan

dan mengembangkan beftagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam

tema yang sama;

(3)

Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam

'dan

(11)

mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi pesefta didik; (5)

Pesefta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena

materi disajikan daiam konteks tema yang jelas;

(6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena

dapat

berkomunikasi dalam situasi

nyata, untuk

mengembangkan suatu

kemampuan dalam

satu mata pelajaran

sekaligus mempetajari mata pelajaran

lain; (7) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang

disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua

atau

tiga

pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan

untuk

kegiatan

remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Karakteristik belajar

anak

Kegiatan belajar anak tidak terlepas dari karakteristik perkembangannya. Hasil

penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak belajar melalui kerja, aktivitas, dan

perbuatan

yang

berhubungan dengan lingkungan

sekitar

anak.

Melalui

interaksi dengan Iingkungan, mereka memperoleh pengertian-pengeftian

tentang dunia sekitar alamiah, Anak belajar dengan mengamati peristiwa,

interaksi dengan materi yang dipelajari, interaksi dengan orang

tua,

dan

teman

sebaya. Interaksi dengan

materi

mendorong

anak

belajar secara

langsung, konkeret, nyata, dan keterampilan secara alamiah. Interaksi dengan

orang

tua

anak

memperoleh bimbingan, pengarahan,

motivasi,

dan

memperoleh kemudahan belajar. Interaksi dengan teman sebaya merupakan

'wahana kompetisi yang sehat, kerja sama, aKivitas secara langsung.

(12)

Trister (1988) menyatakan anak secara spontan terlibat dalam membangu

balolc menggambar

atau

bermain drama. Bredekamp (19g7) belajar pada

anak berlangsung melalui aktivitas kerja dan berinteraksi dengan Iingkungan

sekitar.

Anak usia sekolah dasar belajar melalui aktivitas kerja,

hal

ini sejatan

dengan masa anak yang senantiasa membutuhkan kerja

dan

benda-benda

konkret sebagai media belajar. Pada usia ini anak memahami symbol-simbol,

pengertian-pengeftian, konsep-konsep, melalui aktivitas benda-benda konkret.

Anak yang tumbuh dan berkembang secara

holisti( konsekuensinya,

sehingga

pembelejatan pada anak usia SD dirancang secara fleksibel, luwes, dan tidak

tertata

secara kaku melalui bidang-bidang studi yang memisahkan secara

diskrit tiap mata pelajaran yang berkonotasi saling terpisah, padahal secara

nyata dunia memiliki

sifat

silang

ilmu,

silang konteks, silang lingkungan.

Sehingga pembetajaran

harus

dirancang

secara

terpadu

yang

mengintegrasikan bahan-bahan kajian menjadi satu pengeftian yang utuh dan

bermakna. Anak SD mengalamai kesulitan pemaknaan secara artificial, mereka

hanya mengerti dalam kerangka global, utuh,

dan

bermakna. Henkel dan

Argindoza (dalam Bredekamp, t987) menyatakan sesuai topic-topik bahasan

yang diambil dari kejadian-kejadian yang actual

di

masyarakat yang sesuai

untuk anak sekolah dasar.

Semiawan (1997) menyatakan pada fase usia dini (sebelum 10 tahun)

(13)

atau mencatat sesuatu yang beranjak dari bidang studi tertentu. Untuk itu

seyogyanya pembelajaran pada anak sekolah dasar terutama pada kelas-kelas

awal tidak terkotak-kotak dalam bidang studi, melainkan bertolak belakang

dari satu tema atau peristiwa otentik yang mampu menyatukan pembelajaran

menjadi satu keutuhan yang utuh dan bermakna bagi anak. Disamping itu

topic atau peristiwa otentik dapat menggerakkan kurikulum yang disepakati

(Padmono, 1997).

Pandangan tercebut sejalan dengan pendapat Roeseeau (dalam Morrow, 1993) yang rnenyatakan pembelajaran pada anak bersifat alamiah dan tidak

dipaksakan. Tugas orang tua dan guru adalah menciptakan kondisi lingkungan analg agar anak dapat belajar

dan

mengembangkan potensinya seoptimal

rnungkin. Anak mengamati lingkungan dan akhirnya ia menbangun konsepnya

sendiri tentang lingkungan (termasuk lingkungan yang dapat didesain oleh

orang tua dan guru). Pestalozi (dalam Morrow, 1993) belajar hendaknya jauh

dari

system formalisasi, sebab belajar alamiah dilakukan secara informal.

Froubel (dalm Morrow, 19930 lebbih memperkuat bahwa belajar pada anak

dilakukan melalui aktivitas bermain.

peran

guru dan

orang

tua

adalah

menstimulus permainan menjadi wahana belajar alamiah anak. John Dewey

melalui kurikulum Progrresif, menyatakan bahwa belajar pada anak dikatukan

melalui

kefa.

Selanjutnya Bredekamp (1987) menyataka anak belajar melalui

interaksi bermain dengan

obje(

orang tua dan teman, mereka belajar. tanpa
(14)

Kondisi

Objektif

dan Kebutuhan

Kebutuhan

obejeKif

calon

guru

sekolah dasar

di

lapangan nantinya

secara logis mengelola subjek didik yang berusia muda (6-12 tahun) yang

penyelenggaraan

pembelajarannya

memiliki

karakteristik

tersendiri.

Peningkatan mutu pelaksanaan penrbelajarannya harus sesuai dengan kondisi

objektif pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya, untuk

itu

calon

guru

sekolah dasar harus memiliki bekal kemampuan menyelenggarakan

pembelajaran

sesuai dengan

karakteristik

anak

sekolah

dasar. Penyelenggaraan pembelajaran yang efektif sesuai karakteristik subjek didik

merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang berbuat dengan

nuansa ke SD-an sefta mampu melaksanakan tindakan yang relevan dengan

tuntutan pendidikan sekolah dasar.

Kepedulian pendidikan

yang

diselaraskan dengan karakteristik anak

sekolah dasar adalah kepedulian terhadap keterkaitan

inter dan antardan

antar bidang studi.

cirri ini

hendaknya terwujud dalam kemampuan guru

merancang dan melaksanakan pembelajaran.

Realitas Perkembangan

rprEK

dan

situasi serba

Lintas

Kenyataan menunjukkan perkembangan

dalam

satu

bidang

ilmu

pengetahuan cenderung diikuti oleh transformasi temuan ilmu

itu

ke bidang

lain.

Penemuan

sinar

laser

diikuti

transformasi

ke

ilmu

kedokteran dan
(15)

Pada era globalisasi dan informasi nyata kita lihat bahwa segala sesuatu

tidak dapat berdiri sendiri, tetapi menjadikan suatu jaringan (net) yang saling

berhubungan dan mempengaruhi. semiawan (1996) menyatakan dunia masa

kini dan masa mendatang merupakan dunia yang lintas ilmu, konteks, dan

ilmu lingkungan. Pernyataan ini menunjukkan, bahwa satu kejadian atau ilmu

senantiasa berkenaan dan berkaitan dengan ilmu lain, dan lingkungan lain.

sehubungan dengan

itu,

perlu kesiapan

dan

kearifan bahwa menghadapi

segala sesuatu senatiasa dipikirkan

dan

diantisipasi segala sesuatu yang

berkaitan dengannya. Pembelajaran pada anak harus mempersiapkan mereka

aenantiasa menghadapi segala sesuatu yang serba kompleks

dan

lintas,

keterpaduan pembelajaran merupakan wahana memberikan pengalaman yang

disamping membermaknaan belajar,

juga

meratih siswa mengkaitkan atau

menghubungkan apa yang dipelajari dengan berbagai hal yang berkaita.

MASAI.AH ANAK DAI.AM PENGELOI.AAN KELAS

A. Pentingnya Pengenalan Masalah Anak

Berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru di sekolah, sepefti anak

agresif,

tak

bisa

tenang

dan

suka

bertengkar, pemalu

dan

lebih

suka

menyendiri, suka menangis, dan suka rnemukul. Perilaku-perilaku tersebut

merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri

(16)

Guru perlu

mengerti bahwa

perilaku

tersebut

ada

sebab

atau

latar

belakangnya. Oleh karena itu guru perlu mengetahui penyebab dari

masalah-masalah yang dihadapi anak tersebut.

Perilaku anak

di

kelas,

di

depan guru, teman-temannya atau

di

depan

orang Iain disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang

telah

diperoleh

anak,

kondisi yang dihadapinya saat

itu,

dan dapat pula disebabkan oleh

berbagai keinginannya. Hal ini telah berkembang dalam diri anak atau dapat

pula

merupakan

hasil

interaksi

antara dirinya

dengan

semua

aspek

Iingkungan rumah, sekolah,

dan

masyarakat umumnya.

Jone

Dan Jones

(1980) mengatakan bahwa tingkah laku anak

di

dalam kelas Merupakan

pencerminan

dari

keadaan keluarganya. Bagi keluarga kurang stabil dapat

menimbulkan ketegangan pada

diri

anak

dan

membuat mereka kurang

berhasil dengan

baik

untuk

memenuhi akademik

dan tuntutan

sosiai di

sekolah.

Di sekolah berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru, seperti

anak agresif,

tak

bisa tenang dan suka beftengkar, pemalu dan lebih suka

menyendiri, suka menangis, dan suka memukut. Perilaku-perilaku tersebut

merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri

anak, atau dengan kata lain mereka sedang menghadapi masalah.Guru perlu

mengerti bahwa perilaku tercebut tentu ada sebabnya atau latar belakang da6

setiap perilaku tersebut. Oleh karena itu guru perlu mengetahui sebabsebab

'yang sebenarnya dari masalah-masalah yang dihadapi

(17)

Ada suatu anggapan bahwa masalah-masalah anak tidak dapat ditinggalkan di

rumah. Bagaimanapun anak akan membawanya ke sekolah sehingga dapat

mengganggu

proses

pembelajaran

di

kelas.

Bahkan mungkin

proses

pembelajaran menjadi tidak

terjadi

sama sekali, apabila anak mengalami

tekanan bathin karena keamanannya terancam, dan kebutuhan psikologisnya

tidak terpenuhi, merasa terkucilkan, merasa tidak dihargai, dun

,.r*a

tidak

disenangi. Dalam kondisi sepefti itu, kemampuan anak untuk belajar menjacii

terhalangi sehingga usaha

guru

untuk melaksanakan proses pembelajaran

menjadi sia-sia saja.

Pekerjaan guru tidak akan berhasil dengan baik apabila

ia

tidak atau

kurang memahami anak. Apabila

guru

ingin sukses dalam melaksanakan

pembelajaran, maka pengelolaan kelas yang dilakukan hendaknya men-cakup

usaha guru untuk memahami masalah-masalah anak dan dapat rnengambil

langkah penyelesaiannya dengan

tepat dan

benar.B. Jenis Masalah Anak

dalam Pengelolaan Kelas Masalah pengelolaan kelas yang bersumber dari anak

dapat dikelompokkan pula menjadi dua kategori, yaitu masalah individual dan

masalah kelompok.

Untuk

melakukan pengelolaan

kelas yang

efektif

diperlukan kehati-hatian

dalam

mengidentifikasi

suatu

masalah, apakah

masalah ini bersifat individual atau kelompok.Kekurang hati-hatian guru dalam

memahami masalah dapat menyebabkan kekellruan datam menentukan jenis

(18)

1'

Masalah individual Masalah Individual adalah masalah pengelolaan

kelas yang sumber penyebabnya adalah individu anak. sebagaimana

yang

dibahas pada bab terdahulu bahwa ada empat kategori masalah

individual dalam kelas, yaitu tingkah raku yang ingin mendapatkan perhatian

orang rain,

tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan, tingkah laku yang beftujuan

menyakiti orang lain dan peragaan ketidakmampuan. Bentuk-bentuk perilaku

tersebut menimbulkan masalah dalam kelas dan dapat menganggu kelancaran

pembelajaran. Masalah individual yang dapat dilihat

sebagai wujud dari bentuk

perilaku tersebut di antaranya adarah sebagai berikut:

a.

anak sering

menunjukkan

gerak

tubuh atau

periraku

yang

tampak

kebodoh-bodohan atau berbuat aneh yang semata-mata

untuk menarik perhatian kelas,

b.

anak teftawa tebih keras dibandingkan teman-temannya,
(19)

j.

anak menarik

diri

sama sekali

dan

tidak

mau

melaksanakan

kewajiban-kewajibannya

k. anak selalu Lupa pada aturan-aturan penting datam kelas,

I.

anak melakukan tindakan-tindakan fisik yang dapat menyakiti orang lain,

m. anak tidak mau sama sekali menerima tugas Yang diberikan kepadanya dan

selalu mengatakan tidak bisa,

n. anak merasa pesimis Atau putus asa terhadap semua keadaan,

o. anak memiliki rasa permusuhan atau Menentang kepada semua peraturan,

p. anak pasif atau potensi rendah serta datang ke sekolah tidak teratur.

2. Masalah kelompok

Masalah

kelompok

adalah

masalah pengelolaan

kelas

yang

sumber

penyebabnya adalah kelompok. lohnson dan Bany (dalam Hasibuan, 1994)

mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan ketas,

yaitu:

a. kelas kurang kohesif,misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkatan

sosio-ekonomi,

b

kelas Mereaksi negatif terhadap salah satu seorang anggotanya, misalnya

mengejek anggota kelas dalam menyanyi karena suaranya sumbang,

c

membesarkan

hati

anggota kelompok ketas yangjustru melanggar norma
(20)

d

kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah

dikefakan,

e semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena

menganggap tugas yang diberikan kurang adil,

f

k-elas kurang mampu menyesuaikan

diri

dengan keadaan

baru,

misalnya

gangguan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.

Kelas

yang

kurang

kohesif ditandai dengan

Iemahnya hubungan

interpersonal

di

dalam kelas. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkat sosial ekonomi. Sering terlihat adanya permusuhan

sekelompok

anak

perempuan dengan sekelompok

anak

laki-laki. Lemahnya

hubungan

ini

terlihat pula karena perbedaaan suku,kota asal, kampung

abu

tempat tinggal.

Di

dalam

kelas sekelompok

anak

ini

bisa

menampakkan

hubungan yang sangat jarak dan tidak

akab

dan terkadang bisa menimbutkan

peftentangan-pertantangan

di

dalam kelas. Pertentangan

itu

bahkanditambah

pula oleh faKor pemicu lain seperti berbedanya tingkat sosial ekonomi mereka.

Setiap kelompok anak membangun suatu kekuatan

atas

dasar

persamaan-persamaan yangdimiliki. Dalam

hal

ini

masing-masing kelompok bisa saling

menutup diri dalam pergaulannya, sehingga sulit

jika

guru menugaskan suatu

tugas kerjasama.

Kelas mereaksi

negatif

terhadap

satah

seorang

siswa

dapat

pula
(21)

kondusif untuk belajar. Biasanya anak yang diketawakan anak yang pemalu,

cengeng, suaranya sumbang

kalau

bernyanyi

dan

berpenampilan kurang

menarik.Dukungan kepada badut kelas mengakibatkan pula makin berlarutnya

masalah

di

dalam kelas.

Anak

yang

membadut

makin

menunjukkan

kebolehannya melucu danberperilaku yang aneh-aneh. Hal

ini

menirrrbulkan

sorak-sorai dan tertawaan anak Yang bertebihan sehingga dapat mengalihkan

perhatian anak untuk belajar. Mudahnya teralihkan perhatian anak selain karena

anak yang membadut

juga

karena hal-hal lainyang dengan cepat memancing

perhatian anak, seperti melihat peralatan belajar dan mainan kawan yang baru,

tindakan-tindakan iseng dari kawan, dan situasi lingkungan sekolah yang kurang

mendukung kegiatan belajar.

Masalah anak secara kelompok juga terjadi karena semangat kerja rendah

sebagai akibat perlakuan yang tidak adil dari guru, seperti ketidakadilan dalam

menentukan

jenis

tugas

yang

dikerjakan,

dan

peralatan

atau

bahan yang

ditentukan

guru.

Terkadang

anak

meras

rebihtertarik dengan

tugas yang

dikerjakan anak

yang lain

yang sudah ditentukan,

atau

anak lebih teftarik

dengan benda atau alat-alat yang digunakan anak lain yang sudah ditentukan

guru. lika situasi ini tidak ditanggapi guru

maka akan menimbulkan masalah, sepefti anak malas dan tidak bersemangat

untuk meneruskan pekerjaannya. Adanya hal-hal baru menurut analg seperti

peftukaran jadwal dan guru, sering pula menimbulkan masalah bagi anak. Jika

(22)

seperti biasanya, sepefti

jam

masuk atau istirahat atau

pulang

yang sudah

berganti, dan ibu guru lain yang belum sepenuhnya dikenali. Hal ini cenderung

membuat anak-anak resah dan cemas dalam mengikuti kegiatan di dalam kelas,

karena biasanya mereka seharusnya sudah istirahat atau pulang, tapi dengan

pertukaran jadwal mereka belum bisa istirahat atau belum pulang. Atau yang

seharusnya mereka harus belajar dengan guru yang manis dan ramah, sekarang

mereka dihadapkan dengan

guru yang

pemarah. Kenyataan-kenyataan ini

berpengaruh pada anak dalam belajar dan dapat menjadi masalah besar dalam

pengelolaan kelas, karena anak dirundung rasa takut dan cemas untuk belajar.

Dalam penanganan masalah pengelolaan kelas, guru perlu mengetahui sebab-sebab anak berperilaku yang tidak diharapkan Pendekatan berikut perlu

dipahami oleh para guru

di

kelas. Schaefer (1996) mengemukakan ada dua

pendekatan dalam rnemahami masalah anak, yaitu pendekatan dari Iuar (surface

approach) dan

pendekatan

kausal

(ausat

approach). Pendekatan

dari

luar (Surface Approach) lebih memusakan pengaafran dan pengendatian terhadap

tingkah laku anak yang dapat dilihat

dan

diamati. Pendekatan

ini

biasanya

dipakai guru yang bersikap kaku, bergaya otoriter yang selalu mengharapkan seluruh anak-anak didiknya patuh

dan

taat

kepada aturan

dan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkannya sepihak. Tipe guru sepefti ini menilai berat

atau ringannya suatu kesalahan anak sesuai dengan akibat-akibat praktis dari

kesalahan

itu.

Misalnya, suatu kesalahan karena tidak sengaja, seorang anak
(23)

membasahi kawannya yang sedang duduk di samping bangkunya sehingga anak

yang terkena tumpahan air itu menangis. Kemudian kesalahan anak ini dianggap

yang lebih berat dari pada anak yang dengan sengaja menumpahkan

air

ke

lantai.

Pendekatan

Kausal

(causalApproach),

mencoba

mencari

dan mengerti motif-motif yang mendasari tindakan dan maksud-maksud darisuatu

tindakan, sefta berusaha untuk menemukan mengapa seorang anak bertindak

demikian. Pendekatan

ini

berusaha memecahkan

masalah

dengan

jalan

menghilangkan sebab-sebab

atau

akarnya

yang tersembunyi. Dalam

pendekatan

ini

biasanya

guru

memandang

setiap

perilaku

anak

mempunyai alasan-alasan teftentu atau didorong oleh suatu motif. Sehubungan

dengan hal itu Schaefer (1996) mengemukakan pula bahwa di antara motif-motif

yang umum

dari

tingkah

laku salah pada anak

disebabkan oleh;

a . perhatian, anak-anak ingin mendapatkan perhatian, bahkan peringatan

dan kritik,

b.

pembalasan, anak-anak

memberikan

pembalasan karena

merasa

pernah disakiti

dan terhalangi keinginnnya,

c.

salah

pengeftian,

anak

tidak mengefti

tentang

apa

yang diharapkan dari dirinya, atau karena Iupa peraturan-peraturan,

d.

perjuangan haK anak-anak menginginkan

agar

ja

dibiarkan melakukan
(24)

f.

9.

h.

sebab

keadaanjasmani;

anak

merasa

mudah

tersinggung

dan

marah karena

dia

letih,

lapar atau sakit,

persaingan, anak

bersifat

cemburu untuk memperoleh perhatian dan

kelebihan terhadap teman sebayanya,

pemindahan, anak

menderita karena beberapa

harga

diri

-

yang

terluka

yang

dialaminya ,

dan

mencoba memindahkan kepada orang

!ain,

nilai-nilai, anak hanya memikirkan

diri

sendiri (egosentris) dan ha'mpir

tidak memperdulikan orang lain, dan tidak merasa bersalah atas suatu

perbuatannya.

Teknik pengelolaan kelas tersebut dapat dikelompokkan ke dalam teknik

preventif dan teknik kuratif. Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah

timbulnya

tingkah

Iaku

anak

yang

dapat

mengganggu

kegiatan

pembelajaran,

sedangkan

teknik

kuratif

adalah

teknik

untuk

menanggulangi perilaku anak yang menganggu kegiatan belajar. penerapan

teknik

preventif

dilakukan

guru

adalah dengan maksud tersedianya suatu

kondisi

yang nyaman

dan

aman

bagi

anak untuk beraktivltas

di

kelas.

Teknik kuratif merupakan tindakan korektif yang dilakukan

guru

terhadap

perilaku

anak

yang

menyimpang

dan

merusak

kondisi

optimal

bagi

kelangsungan aktivitas anak

di

dalam kelas.

Dalam

teknik

kuratif

ini
(25)

tindakan penyembuhan terhadap perilaku anak

yang

menyimpang yang

terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut

tidak

berulang-ulang. semua

rangkaian

kegiatan

pengelolaan

kelas

ini

dilakukan

guru

dengan maksud

untuk menyediakan

kondisi yang optimal

bagi

proses pembelajaran

anak

di

kelas

atau

tersedianya kcndisi yang

kondusif

bagi

pembetajaran
(26)

KESIMPULAM

Hasibuan

(1994)

mengemukakan

sejumlah

sikap

dan

tindakan

guru

dalam

masing-masing teknik di atas, yaitu;

1.

Teknik

preventif

sikap dan tindakan guru

yang

prcventif

adalah;

a.

sikap

terbuka,

b. sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia c. sikap empati,

d. sikap demokratis,

e. mengarahkan anak pada tujuan kelompok,

f.

menghasilkan

-aturan kelompok yang disepakati bersama, g. memperjelas komunikasi,

h. menunjukkan kehadiran.

sikap

terbuka

dalam

pencegahan

perilaku

siswa yang

tidak

diharapkandalam

kelas

merupakan

sikap

guru

yang

penting

untuk

menunjukkan keakaban hubungannya dengan

anak.

Dengan menciptakan suasan keterbukaan, anak-anak benar-benar merasa bebas dan leluasa untuk

mengemukakan pendapatnya serta penuh keyakinan bahwa guru

akan

selalu
(27)

keterbukaan ini guru menyatakan kebaikannya kalau sekiranya anak-anak juga

baik atau sebaliknya. Beberapa contoh dari aturan dasar yang dapat dibuat

bersama-sama dengan anak

atau

dimintai

persetujuan

anak,

yaitu tentang:

1.

mengacungkan tangan sebelum beftanya,

2.

mendengarkan baik-baik petunjuk guru,

3.

mengikuti pengarahan yang diberikan guru,

4.

menjalin

kefia

sama dengan teman sekelas,

5.

menyeselesaikan tugas-tugas

tepat

pada waktunya,

6.

membantu teman

lain,

sepefti

juga

kamu akan dibantu,

7.

membawa

buku,

pensil,

kertas, penghapus,

dan

alat-alat

lainnya

yang diperlukan untuk belajar,

8. menempati tempat di tempat duduk sebelum bel berbunyi,

9, melakukan persiapan untuk pulang ke rumah secara tertib.

Aturan yang akan diterapkan pada anak hendaknya dibuat dengan jelas,

sederhana dan singkat, sehingga tidak ada kesalahpahaman tentang apa yang

diharapkan

guru

dari

perilaku

anak

dan

sebelum diterapkan mintalah

persetujuan anak terlebih dahulu.

Memperjelas

komunikasi,

guru

diharapkan

dapat

memperjelas

komunikasi

yang

dilakukan

anak,

karena

tidak

semua

anak

dapat

berkomunikasi dengan baik. Dalam hal

ini

guru

dapat

mengulangi

apa
(28)

Menunjukkan kehadiran

perlu

dilakukan

guru

sebagai

teknik

pencegahan

perilaku anakyang tidak diinginkan. Dalam hal

ini

guru perlu menunjukkan

pada anak bahwa ia hadir di kelas, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental.

Berkaitan dengan

hal ini,

guru

hendaknya sadar serta tanggap terhadap perhatian analg keterlibatan anak sehingga dapat diketahui mana anak yang

acuh atau kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sikap grru yung

demikian dapat dirasakan oleh anak bahwa gurunya

hadir

bersama dengan

mereka dan mengetahui apa yang mereka perbuat.

2

Teknik

kuratif

Dengan menggunakan teknik kuratif guru dapat melakukan beberapa hal

sebagai berikut yaitu:

(a)

penguatan negatif,

(b)

penghapusan,

(c)

penghukuman,

(d)

pembicaraan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran,

(e)

pemasabodohan

terhadap

pelanggaran anak,

(f)

pemberian

tugas yang

memerlukan keberanian

(bagi anak

yang

menunjukkan tingkah laku menguasai),

(g)

pemberian

tugas

yang

menuntut kekuatan

fisik (bagi

anak

yang

menunjukkan tingkah laku menguasai),

(29)

(i)

penyalahan anak

secara

tidak

langsung, dan

menunjukkan segi-segi

keberhasilan

(bagi

anak yang

menunjukkan

tingkah

laku

ketidak

mampuan,

fi)

peningkatan partisipasi anak dalam beraktifuitas,

(k)

meratakan partisipasi analg

(1)

pengurangan ketegangan,
(30)

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Bimo walgito, Birnbingan

+

konseling (studi & karier). peneroit

.cv

Andi

ffiset

(Penerbit Andi), Hak Cipta, tahun 2004,2005,2010

clnthia ulrich Tobias."setiap anak bisa berhasil (every child can succeed). Memaksimalkan gaya belajar anak anda, (Hak Cipta Bahasa Indonesia @ Fokus

pada Keluarga, tahun 2009

Dra. Desmita, M.Si . Psikologi Perkembangan Peserta Didik

(31)

SD

Darul

Hikam

Berakhlali& Berprestasi

Bandung, 13 Oktober 2010

Nomor

:

021/SD-DH|B.5N120L0

Larnp.

:

2lbr

Hal

:

Permohonan Menjadi Pembicaru

Kepada Yth.

Ibu Dr. FIj. Hendriati Agustiani, M.Si

di

Tempat

As s alaarnu'alaikum Waraltmatullaahi Wabaraknatuh,'

Teriring do'a kami sampaikan semoga ibu beserta keluarga senantiasa berada dalam curahan rahmat dan naungan hidayah-Nya.

- Selanjutnya kami mengundang ibu untuk berkenan menjadi pembicara dalam acata seminar dengan tema "Identifikasi Karakter Siswa dan Alternatif Penanganan Siswa di Kelas"

yang akan diselenggarakan pada :

hari/tanggal

:

Sabtu, 23 Ohober 2010

tempat

: Aula

SW

Darul Hiknm

Jl. Tubagus Ismail DePan Bandung

Demikian permohonan

ini

kami sampaikan. Atas perkenannya, kami mengucapkan terima

kasih.

Billaahi Fii Sabiili Al-Haq

W a s s al a amu' al a ihtm War ahm at ul I a ahi lY ab ar ako a t uh.

SEKOTAH DASAR DARUT

HIKAM

(32)

UCAPANTTRIMA

No :06/SD-DH/X/2010

Keluar

ga

B

esarsD

DARUT

HIKAM

MENG

UCAPKAN

TERIMA

IfiSIHhEah:

fr,t,

fiE,

ftfuinti

Wtiiln,,ilL,Si

Atas Putisipasinya sebagai :

gemnfu,i

fisdn

W

onftrr

ft-p

"9@i9uqdn,Didifr,dno

W

{\Mhrun

Vffi/g,

Difredfrru

qurul'

Sernoga

Altah

SWT

membalas amal Kebaikan

Ibu

-

dengan pahala yang

berlipat

ganda.

Aamiin.

23 Oktober 2010

Referensi

Dokumen terkait

Ma!asis"a Peserta Magang  Semester I# gang  Semester I# Angk$ %&' Angk$ %&' Tahun Akademik 2015/2016. Tahun

Penelitian ini akan dibatasi untuk men- coba menggunakan metode mengajar yang ino- vatif yakni metode kooperatif tipe STAD dan tipe GI yang di harapkan dapat

Diharapkan data me- ngenai karakteristik dan tingkat kepatuhan peda- gang minuman es di Kota Bogor dapat digunakan sebagai dasar ilmiah bagi pihak yang bertang- gung

Dari data-data hasil proses penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SD Negeri 1 Pandean Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek dapat disimpulkan terjadi peningkatan

Bagian ini merupakan bagian utama artikel hasil penelitian dan biasanya merupakan bagian terpanjang dari suatu artikel. Hasil penelitian yang disajikan dalam bagian

Penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan dengan cara mutilasi, berperan dalam melakukan serangkaian tindakan untuk mencari

Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk melatih keterampilan proses sains dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada

Uji statistik satu arah d engan selang kep ercayaan 95%, menun- jukkan p ad a m enit ketujuh laju disolusi metampiron hasil milling 5,5 jam tidak berbeda secara bermakna d engan