• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas pada organisasi non profit : studi kasus di paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas pada organisasi non profit : studi kasus di paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta."

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

xv

ABSTRAK

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

KAS PADA ORGANISASI NONPROFIT

STUDI KASUS PADA PAROKI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS

KIDUL LOJI YOGYAKARTA

Hedwigis Risa Yudaisti NIM: 092114017 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk: mengevaluasi apakah pelaksanaan sistem sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan oleh Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji sudah mengacu dengan ketentuan dalam Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki.

Langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian adalah: (1) melakukan analisis deskriptif tentang sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan Paroki, (2) melakukan teknik komparasi yaitu membandingkan sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang telah diterapkan Paroki dengan ketentuan sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang terdapat dalam Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki, lalu (3) melakukan analisis akibat terhadap dari fakta belum mengacu dengan ketentuan dalam Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki.

(2)

xvi

ABSTRACT

AN EVALUATION ON THE ACCOUNTING SYSTEM OF

CASH REVENUE AND SPENDING

IN NON-PROFIT ORGANIZATION

A Case Study At Franciscus Xavier Parish, Kidul Loji YOGYAKARTA

Hedwigis Risa Yudaisti NIM: 092114017 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to discover whether the implementation of accounting systems of cash revenue and spending applied by Franciscus Xavier Parish, Kidul Loji, has referred to the Technical Guide of Finance and Accounting provided by the Parish.

Steps undertaken to achieve the purpose are: (1) preparing a descriptive analysis on the accounting systems of cash revenue and spending applied in the Parish, (2) comparing the applied accounting system with the technical guide provided by the Parish (3) further impact assessment on items found as not referring to the Technical Guide provided by the Parish.

The result indicates that generally the accounting systems of cash revenue and spending applied at St. Franciscus Xavier Parish, Kidul Loji, has already referred the technical guide. However, there are items which did not refer to the guide. They are: the exchange of responsibility between the cashier and the first treasure in the process of recording transactions to the Cash Income Evidence (CIE) or Bukti Kas Masuk (BKM) and Parish Council Cash Book (PCCB) or Buku

Kas Dewan Paroki (BKDP), the calculation of the church collection result which

(3)

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

KAS PADA ORGANISASI NONPROFIT

Studi Kasus di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Hedwigis Risa Yudaisti NIM: 092114017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

KAS PADA ORGANISASI NONPROFIT

Studi Kasus di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Hedwigis Risa Yudaisti NIM: 092114017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang

memelihara kamu. (1Petrus 5:7)

Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep

moving (Albert Einstein)

Kemalasan adalah musuh terbesar jiwa (St. Benediktus dari Nursia)

Don’t wait until everything is just right; it will never be perfect. There will always be challenges, obstacles and less than perfect conditions. But with each step you take,

you will grow stronger and stronger, more skilled, more confident, and more

successful (I Hate Quotes)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ayahku Antonius B. Mulyana

(8)
(9)
(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Penulis sepenuhnya menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari pihak lain, oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya selama penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt., selaku Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Romo Bernardinus Saryanto Wiryaputra, Pr selaku Pastor Paroki dan

Catarina Bintarti Novi Suryani selaku Bendahara I Paroki Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penelitian ini.

(11)
(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

1. Pengertian Prosedur dan Sistem Akuntansi ... 8

2. Tujuan Umum Pengembangan Sistem Akuntansi ... 9

B. Sistem Pengendalian Intern ... 9

C. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Kas ... 12

1. Kas ... 12

a. Pengertian kas ... 12

b. Kas Kecil ... 14

2. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 14

a. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 15

b. Dokumen dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Menurut Ketentuan PTKAP ... 15

c. Catatan dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Menurut Ketentuan PTKAP ... 18

d. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas ... 20

e. Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 35

3. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas ... 37

a. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas ... 37

(13)

x

c. Catatan dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Menurut Ketentuan PTKAP ... 39

d. Prosedur Pencatatan Pengeluaran Kas ... 42

e. Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas ... 56

D. Organisasi Non Profit ... 57

E. Paroki ... 59

1. Tujuan, Fungsi, Wewenang dan Tanggungjawab dalam Struktur Organisasi ... 60

2. Harta Benda dan Keuangan Paroki ... 62

3. Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki nomor 0100/C/I/a-4/08 ... 63

a. Sumber Keuangan Paroki ... 63

b. Akuntansi Paroki... 64

c. Proses Akuntansi... 66

d. Laporan Keuangan ... 67

F. Review Penelitian Terdahulu ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

A. Sejarah Singkat Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 79

B. Profil Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 80

C. Lokasi Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 82

D. Struktur Organisasi Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 83

E. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat yang Berwenang Atas Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 86

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 93

A. Pengendalian Intern Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta ... 93

1. Struktur Organisasi yang Berkaitan dengan Pembagian Tugas ... 93

2. Prosedur Pencatatan Transakasi Penerimaan Kas ... 95

(14)

xi

c. Catatan dalam Akuntansi Sistem Penerimaan Kas di

Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 114

3. Praktik yang Sehat ... 117

B. Pengendalian Intern Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta ... 120

1. Struktur Organisasi yang Berkaitan dengan Pembagian Tugas ... 120

2. Prosedur Pencatatan Transaksi Keuangan ... 123

a. Prosedur Pencatatan Pengeluaran Kas ... 123

b. Dokumen dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 145

c. Catatan dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 147

3. Praktik yang Sehat ... 150

C. Pembahasan Fakta yang Belum Mengacu pada PTKAP ... 153

1. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 153

a. Teori dan Fakta yang Belum Mengacu ... 153

b. Analisis Akibat ... 155

c. Rekomendasi ... 161

2. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas ... 165

a. Teori dan Fakta yang Belum Mengacu ... 165

b. Analisis Akibat ... 166

c. Rekomendasi ... 167

BAB VI PENUTUP ... 168

D. Kesimpulan ... 168

E. Keterbatasan Penelitian ... 169

F. Saran ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 171

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nama Lingkungan dan Perkembangan Jumlah Umatnya

Tahun 2010-2013 ... 79 Tabel 5.1 Perbandingan Fakta dengan PTKAP Mengenai Fungsi

Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 94 Tabel 5.2 Perbandingan Fakta dengan PTKAP Mengenai Prosedur

Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 97 Tabel 5.3 Perbandingan Dokumen dalam Sistem Akuntansi

Penerimaan Kas di Paroki Santo Fransiskus Xaverius

Kidul Loji dengan PTKAP ... 111 Tabel 5.4 Perbandingan Catatan dalam Sistem Akuntansi

Penerimaan Kas di Paroki Santo Fransiskus Xaverius

Kidul Loji dengan PTKAP ... 114 Tabel 5.5 Perbandingan Fakta dengan PTKAP Mengenai Praktik

yang Sehat dalam Sistem Penerimaan Kas ... 118 Tabel 5.6 Perbandingan Fakta dengan PTKAP Mengenai Fungsi

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 121 Table 5.7 Perbandingan Fakta dengan PTKAP Mengenai Prosedur

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji ... 126 Tabel 5.8 Perbandingan Dokumen dalam Sistem Akuntansi

Penerimaan Kas di Paroki Santo Fransiskus Xaverius

Kidul Loji dengan PTKAP ... 145 Tabel 5.9 Perbandingan Catatan dalam Sistem Akuntansi

Penerimaan Kas di Paroki Santo Fransiskus Xaverius

Kidul Loji dengan PTKAP ... 147 Tabel 5.10 Perbandingan Fakta dengan PTKAP Mengenai Praktik

yang Sehat dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas ... 150 Tabel 5.11 Perbandingan Teori dengan Fakta yang Belum Mengacu

mengenai Struktur Organisasi dan Pemisahan Tanggung Jawab dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 153 Tabel 5.12 Perbandingan Teori dengan Fakta yang Belum Mengacu

Mengenai Prosedur Pencatatan dan Transaksi Keuangan

dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 154 Tabel 5.13 Perbandingan Teori dengan Fakta yang Belum Mengacu

Mengenai Praktik yang Sehat dalam Sistem Akuntansi

Penerimaan Kas ... 155 Tabel 5.14 Perbandingan Teori dengan Fakta yang Belum Mengacu

Mengenai Praktik yang Sehat dalam Sistem Akuntansi

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prosedur Pencatatan Penerimaan Hasil Kolekte ... 24 Gambar 2.2 Prosedur Pencatatan Penerimaan Hasil Kolekte (Lanjutan) ... 25 Gambar 2.3 Prosedur Pencatatan Penerimaan APBU dari

Ketua Lingkungan ... 26 Gambar 2.4 Prosedur Pencatatan Penerimaan APBU dari

Ketua Lingkungan (Lanjutan) ... 27 Gambar 2.5 Prosedur Pencatatan Penerimaan APBU dari

Ketua Lingkungan (Lanjutan) ... 28 Gambar 2.6 Prosedur Pencatatan Penerimaan APBU dari

Kotak Persembahan Gereja ... 32 Gambar 2.7 Prosedur Pencatatan Penerimaan APBU dari

Kotak Persembahan Gereja (Lanjutan) ... 33 Gambar 2.8 Prosedur Pencatatan Penerimaan APBU dari

Kotak Persembahan Gereja (Lanjutan) ... 34 Gambar 2.9 Prosedur Pencatatan Pengeluaran untuk Biaya Tim Kerja ... 46 Gambar 2.10 Prosedur Pencatatan Pengeluaran untuk

Biaya Tim Kerja (Lanjutan) ... 47 Gambar 2.11 Prosedur Pencatatan Pengeluaran untuk

Biaya Tim Kerja (Lanjutan) ... 48 Gambar 2.12 Prosedur Pencatatan Pengeluaran untuk Biaya Kepanitiaan ... 53 Gambar 2.13 Prosedur Pencatatan Pengeluaran untuk

Biaya Kepanitiaan (Lanjutan) ... 54 Gambar 2.14 Prosedur Pencatatan Pengeluaran untuk

Biaya Kepanitiaan (Lanjutan) ... 55 Gambar 4.1 Peta Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji

Yogyakarta ... 83 Gambar 4.2 Skema Dewan Paroki ... 86 Gambar 5.1 Flowchart Prosedur Penerimaan APBU dari

Ketua Lingkungan ... 101 Gambar 5.2 Flowchart Prosedur Penerimaan APBU dari

Ketua Lingkungan (Lanjutan) ... 102 Gambar 5.3 Flowchart Prosedur Penerimaan APBU dari

Kotak Persembahan Gereja ... 105 Gambar 5.4 Flowchart Prosedur Penerimaan APBU dari

Kotak Persembahan Gereja (Lanjutan) ... 106 Gambar 5.5 Flowchart Prosedur Penerimaan Hasil Kolekte... 109 Gambar 5.6 Flowchart Prosedur Penerimaan Hasil Kolekte (Lanjutan) ... 110 Gambar 5.7 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Biaya Tim Kerja ... 130 Gambar 5.8 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Biaya Tim Kerja (Lanjutan) ... 131 Gambar 5.9 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

(17)

xiv

Gambar 5.10 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Biaya Tim Kerja (Lanjutan) ... 133 Gambar 5.11 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Biaya Kepanitiaan ... 137 Gambar 5.12 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Biaya Kepanitiaan (Lanjutan) ... 138 Gambar 5.13 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Biaya Kepanitiaan (Lanjutan) ... 139 Gambar 5.14 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Biaya Kepanitiaan (Lanjutan) ... 140 Gambar 5.15 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Penyetoran Dana ke Keuskupan Agung Semarang ... 143 Gambar 5.16 Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas

untuk Penyetoran Dana ke Keuskupan Agung Semarang

(18)

xv

ABSTRAK

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

KAS PADA ORGANISASI NONPROFIT

STUDI KASUS PADA PAROKI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS

KIDUL LOJI YOGYAKARTA

Hedwigis Risa Yudaisti NIM: 092114017 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk: mengevaluasi apakah pelaksanaan sistem sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan oleh Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji sudah mengacu dengan ketentuan dalam Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki.

Langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian adalah: (1) melakukan analisis deskriptif tentang sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan Paroki, (2) melakukan teknik komparasi yaitu membandingkan sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang telah diterapkan Paroki dengan ketentuan sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang terdapat dalam Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki, lalu (3) melakukan analisis akibat terhadap dari fakta belum mengacu dengan ketentuan dalam Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki.

(19)

xvi

ABSTRACT

AN EVALUATION ON THE ACCOUNTING SYSTEM OF

CASH REVENUE AND SPENDING

IN NON-PROFIT ORGANIZATION

A Case Study At Franciscus Xavier Parish, Kidul Loji YOGYAKARTA

Hedwigis Risa Yudaisti NIM: 092114017 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to discover whether the implementation of accounting systems of cash revenue and spending applied by Franciscus Xavier Parish, Kidul Loji, has referred to the Technical Guide of Finance and Accounting provided by the Parish.

Steps undertaken to achieve the purpose are: (1) preparing a descriptive analysis on the accounting systems of cash revenue and spending applied in the Parish, (2) comparing the applied accounting system with the technical guide provided by the Parish (3) further impact assessment on items found as not referring to the Technical Guide provided by the Parish.

The result indicates that generally the accounting systems of cash revenue and spending applied at St. Franciscus Xavier Parish, Kidul Loji, has already referred the technical guide. However, there are items which did not refer to the guide. They are: the exchange of responsibility between the cashier and the first treasure in the process of recording transactions to the Cash Income Evidence (CIE) or Bukti Kas Masuk (BKM) and Parish Council Cash Book (PCCB) or Buku

Kas Dewan Paroki (BKDP), the calculation of the church collection result which

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini organisasi nonprofit atau nirlaba tidak lagi menjadi sesuatu yang langka. Sudah banyak ditemui organisasi-organisasi yang tidak berorientasi laba di sekitar kita. Perbedaan yang mendasar pada organisasi nonprofit dengan organisasi yang berorientasi pada profit atau laba adalah cara organisasi d a l a m memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan operasional dan pada tujuan organisasinya. Dalam menjalankan kegiatannya organisasi nonprofit tidak mencari keuntungan ekonomis.

Dalam melakukan kegiatannya organisasi nonprofit memperoleh dana melalui para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak-pihak lain. Sehingga timbul transaksi-transaksi yang berbeda dengan yang terdapat dalam organisasi profit. Pada organisasi nonprofit timbul transaksi yang tentu jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi yang berorientasi pada laba.

(21)

organisasi nonprofit maupun organisasi profit membutuhkan pengendalian intern. Pengendalian intern dibutuhkan untuk memastikan bahwa tidak ada penyelewengan yang terjadi dalam sistem pengelolaan keuangan organisasi.

Salah satu akun yang paling rawan untuk disalahgunakan adalah kas. Saldo kas terdiri dari penerimaan kas yang ada ditangan (belum disetor ke bank), kas di bank, tabungan yang dapat diambil setiap saat, dan kas kecil. Kas merupakan kekayaan organisasi yang sangat menarik dan mudah untuk disalahgunakan. Salah satu alasannya adalah karena kas mudah untuk dipindahtangankan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan maka diperlukan sistem pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas yang baik. Kebutuhan sistem pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas pada suatu organisasi dapat berbeda dengan organisasi lainnya tergantung pada organisasi tersebut.

Sistem pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas pada suatu organisasi tidak hanya dibutuhkan pada organisasi yang berorientasi pada laba saja namun juga pada organisasi nonprofit seperti Paroki. Paroki tetap mempunyai penerimaan dan pengeluaran kas walaupun tidak berorientasi pada laba. Suatu sistem pengendalian intern kas yang baik diperlukan Paroki untuk mengatur setiap penerimaan dan pengeluaran kas.

(22)

Akuntansi Paroki-Keuskupan Agung Semarang”. Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang harus menerapkan aturan yang terdapat di dalam buku “Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki-Keuskupan Agung Semarang” (PTKAP). Penerapan aturan dalam PTKAP dapat disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing Paroki. Tidak semua aturan dalam PTKAP harus diterapkan asalkan aturan yang ditetapkan Paroki dalam sistem penerimaan dan pengeluaran kas tidak menimbulkan terjadinya penyalahgunaan kas.

Penerimaan dan pengeluaran kas adalah transaksi yang sangat sering terjadi dalam Paroki. Sistem akuntansi dan sistem pencatatan yang baik sangat dibutuhkan untuk mengatur transaksi kas yang rutin terjadi. Siklus penerimaan dan pengeluaran kas yang rutin ini menyebabkan Paroki harus menerapkan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas yang baik, agar tidak terjadi penyalahgunaan kas. Pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas tersebut harus sesuai dengan petunjuk atau aturan yang terdapat di dalam “Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian yaitu apakah sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji sudah mengacu dengan PTKAP?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada penilaian sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas dalam Paroki berdasarkan anjuran yang terdapat dalam buku Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki yaitu penilaian prosedur penerimaan dan pengeluaran kas. Prosedur penerimaan kas tersebut adalah prosedur penerimaan kas yang berasal dari APBU yang dikoordinir Ketua Lingkungan, APBU yang berasal dari kotak persembahan dan kolekte. Sedangkan prosedur pengeluaran kas terdiri dari prosedur pengeluaran kas untuk biaya tim kerja, biaya kepanitiaan dan penyetoran dana ke Keuskupan Agung Semarang.

Penulis beranggapan bahwa pada prosedur penerimaan kas dari Amplop Persembahan Bulanan Umat (dikoordinir Ketua Lingkungan), jumlah uang yang diterima Kasir dari Ketua Lingkungan telah sesuai dengan yang dicatat di CPAP. Jumlah uang yang diterima oleh Bendahara I dari Kasir telah sesuai dengan yang dicatat pada CPLL, BKH serta Tanda Terima.

(24)

sesuai dengan BAKG dan BAKG. Begitu juga dengan jumlah uang yang diterima Bendahara I telah sesuai dengan jumlah yang dicatat kasir di BKH.

Penulis beranggapan bahwa dalam prosedur penerimaan kolekte, jumlah uang yang diterima Kasir dari Tim Penghitung telah sesuai dengan yang dicatat di BAPK dan dan jumlah uang yang diterima oleh Bendahara I dari Kasir telah sesuai dengan yang dicatat pada BAPK dan BKH

Penulis beranggapan bahwa pada prosedur pengeluaran kas untuk biaya tim kerja dan kepanitiaan, tidak ada kelebihan atau kekurangan bayar dalam Buku Laporan Kegiatan (BLK) setelah Tim Kerja melaksanakan kegiatan dan dalam LPJ setelah panitia melaksanakan kegiatan.

Penulis juga beranggapan bahwa jumlah uang yang diambil kasir untuk biaya penyetoran dana ke Keuskupan Agung Semarang telah sesuai dengan jumlah yang ditentukan dan yang dicatat di Tanda Bayar dan BKH.

D. Tujuan Penelitian

(25)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta mengenai penerapan sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang memanfaatkan dan dapat menambah referensi pustaka bagi universitas.

3. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini sebagai sarana berlatih penulis untuk mengimplementasikan pengetahuan selama mengikuti kegiatan perkuliahan ke dalam praktek yang sesungguhnya di lapangan.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematikan penulisan.

Bab II : Landasan Teori

(26)

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV : Gambaran Umum Organisasi

Bab ini menguraikan sejarah singkat gereja, program atau pelayanan kegiatan paroki, serta struktur Dewan Paroki.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini akan dilakukan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian serta pembahasannya.

Bab VI : Penutup

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem Akuntansi

1. Pengertian Prosedur dan Sistem Akuntansi

Prosedur adalah suatu urutan kegiatan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan secara berulang-ulang. Sistem merupakan suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi, 2001: 5). Sedangkan pengertian sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001: 3) sebagai berikut:

Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

(28)

2. Tujuan Umum Pengembangan Sistem Akuntansi

Menurut Arens (dalam Yusuf, 1991: 310), kegunaan dari sistem akuntansi satu satuan usaha adalah untuk mengidentifikasikan, menggabungkan, mengklasifikasikan, mencatat, dan melaporkan transaksi satu satuan usaha, dan untuk mengelola akuntabilitas (tanggung gugat) atas aktiva terkait. Sistem akuntansi yang efektif harus memenuhi semua dari tujuh tujuan rincian pengendalian intern.

Menurut Mulyadi (2001: 19-20) suatu sistem akuntansi dikembangkan dengan tujuan untuk penyediaan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru, memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban perlindungan kekayaan perusahaan dan untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

B. Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2006: 163).

(29)

dipatuhinya kebijakan manajemen. Unsur pengendalian intern terdiri dari struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pemisahan tanggung jawab didasarkan pada prinsip bahwa fungsi operasi dan penyimpanan harus dipisahkan dari fungsi akuntansi kemudian suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melakukan semua tahap suatu transaksi.

Unsur pengendalian intern selanjutnya yaitu sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam sebuah organisasi, setiap transaksi yang terjadi harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. Pembagian sistem otorisasi wewenang harus terdapat dalam sebuah organisasi atas setiap transaksi yang terjadi. Pencatatan yang baik dapat juga menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya yang tinggi.

(30)

Setiap transaksi yang terjadi tidak boleh dilakukan oleh satu orang atau satu unit organisasi dari awal sampai akhir tanpa campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. Adanya campur tangan dari pihak lain secara tidak langsung akan menimbulkan internal check terhadap pelaksanaan tugas setiap unit organisasi yang terkait.

Perputaran atau rotasi jabatan juga harus dilaksanakan untuk menjaga independensi jabatan dalam melaksanakan tugasnya,sehingga persekongkolan di antara mereka dapat dihindari. Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya. Selama cuti tersebut jabatan karyawan yang bersangkutan akan digantikan sementara oleh pejabat lain sehingga seandainya terjadi kecurangan atau penyalahgunaan dalam departemen yang bersangkutan diharapkan dapat diungkap oleh pejabat sementara tersebut.

Pemeriksaan mendadak dilaksanakan dengan jadwal yang tidak diatur. Jika pemeriksaan mendadak ini dilakukan diharapkan akan mendorong karyawan untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah diterapkan. Perusahaan juga harus mengadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya secara periodik dan pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur pengendalian intern yang lain (Mulyadi, 2001: 164-172).

(31)

organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan, serta cara-cara yang lain yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya bergantung pada manusia yang melaksanakannya. Merekrut karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya dilakukan dengan menyeleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaanya kemudian pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaanya (Mulyadi, 2001: 168-173).

C. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Kas

1. Kas

a. Pengertian Kas

Baridwan (1990: 4) memberikan pengertian kas sebagai berikut: Kas merupakan elemen aktiva yang paling likuid dan hampir semua transaksi pada akhirnya akan berhubungan dengan kas. Kas di dalam pengertian akuntansi didefinisikan sebagai alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan hutang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas adalah uang tunai dan yang setara dengan uang tunai serta saldo rekening giro yang tidak dibatasi penggunaannya untuk membiayai kegiatan entitas.

(32)

Sedangkan menurut Ferdinan (2012: 104) setara kas diartikan sebagai berikut:

Setara kas merupakan investasi jangka pendek yang sangat likuid yang selalu siap dikonversi menjadi sejumlah kas dan yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat, sehingga tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat bunga.

Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, dan simpanan di bank dalam bentuk rekening giro (demand deposit atau checking

account). Instrumen-instrumen seperti money order, bank draft, cek

terjamin, cek kasir, dan cek pribadi.

(33)

b. Kas Kecil

Menurut Hery (2011: 2), pada umumnya sebuah perusahaan atau organisasi membagi kas menjadi dua kelompok, yaitu uang yang tersedia di kasir perusahaan (cash on hand) dan uang yang tersimpan di bank (cash in bank). Sisa uang di perusahaan yang tidak tersimpan di bank umumnya tersedia kasir perusahaan untuk memenuhi pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relative kecil (sebagai dana kas kecil/petty cash fund) dan juga untuk memenuhi keperluan pembayaran khusus.

Baridwan (1990: 197) menjelaskan bahwa kas kecil digunakan untuk melakukan pembayaran pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak praktis dibayar dengan cek harus dibayar dengan uang tunai. Sedangkan menurut Ferdinan (2012) pengertian kas kecil atau dana kas kecil adalah sebagai berikut:

Kas kecil atau dana kas kecil adalah dana yang dibentuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin perusahaan yang jumlahnya relatif kecil.

2. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

(34)

pertanggungjawaban penerimaan kas yang berasal dari penerimaan sumbangan dan untuk transfer dana cukup memadai.

a. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Fungsi-fungsi yang terkait dengan sistem akuntansi penerimaan kas (Mulyadi, 2001: 455) terdiri dari fungsi kas, fungsi penerimaan kas dan fungsi akuntansi. Fungsi penerima kas bertanggung jawab atas penerimaan kas. Fungsi ini berasa di tangan Kasir. Fungsi kas bertanggung jawab atas penyimpanan kas yang diterima. Sedangkan, fungsi akuntansi bertanggung jawab atas pembukuan ke dalam catatan dan dokumen akuntansi.

b. Dokumen dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Menurut Ketentuan PTKAP

Pelaksanaan proses akuntansi yang baik diperlukan dokumen dan catatan akuntansi yang memudahkan proses pencatatan dan pemeriksaan atas transaksi penerimaan kas yang terjadi. Formulir yang digunakan harus dibuat sedemikian rupa sehingga mencerminkan sistem pengendalian intern yang baik dan memadai sehingga dapat berfungsi sebagai alat bantu yang memudahkan pelaksanaan proses akuntansi.

(35)

yang dimasukkan ke dalam kotak persembahan gereja. Dokumen dalam bentuk Tanda Terima berfungsi sebagai bukti penerimaan sumbangan dan penerimaan lain-lain secara tunai/wesel/cek/BG. Tanda terima ditandatangani oleh penyetor, kasir dan Bendahara Dewan Paroki. Tanda Terima ini dibuat rangkap tiga, asli untuk Paroki dan rangkap kedua yang sudah distempel/cap Paroki diberikan kepada penyetor/penyumbang, serta rangkap terakhir disimpan sebaga arsip cadangan.

(36)
(37)

c. Catatan dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Menurut Ketentuan PTKAP

1) BTST (Buku Bank Terikat Sementara-Tabungan). Catatan ini digunakan untuk mencatat semua transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan masuk secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan masuk yang terjadi dan saldo bank tidak terikat sementara-tabungan masuk yang dimiliki. Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Tabungan, memudahkan pemeriksaan transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan masuk dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Tabungan) dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki. 2) BTSG (Buku Bank Terikat Sementara-Giro) digunakan untuk

(38)

3) BKDP (Buku Kas Dewan Paroki) digunakan untuk mencatat semua transaksi kas masuk secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi yang terjadi dan saldo kas yang dimiliki. Buku Kas Dewan Paroki memudahkan pemeriksaan transaksi penerimaan kas yang terjadi dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Kas Dewan Paroki dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

4) BBTT (Buku Bank Tidak Terikat) yang digunakan untuk mencatat semua transaksi bank tidak terikat masuk secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi bank tidak terikat yang terjadi dan saldo bank tidak terikat yang dimiliki. Buku Bank Tidak Terikat memudahkan pemeriksaan transaksi bank tidak terikat masuk dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Bank Tidak Terikat dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

(39)

segera diketahui jumlah penerimaan-penerimaan tersebut untuk suatu bulan tertentu.

6) CPLL (Catatan Penerimaan Lain-Lain). Penerimaan uang oleh kasir yang tidak bisa dicatat ke dalam CKPTL, oleh kasir dicatat ke dalam CPLL. CPLL diantaranya digunakan untuk mencatata Persembahan Bulanan Umat, Sumbangan Beban dan penerimaan lain-lain. CPLL dibuat sesuai urutan tanggal kejadian untuk setiap bulan, dengan melihat catatan ini dapat segera diketahui jumlah penerimaan-penerimaan tersebut untuk suatu bulan tertentu.

7) BAKG (Berita Acara Perhitungan dan Penyerahan Dana Kotak Persembahan Gereja). Penerimaan hasil dari kotak persembahan yang disediakan di paroki harus dilakukan secara transparan, oleh sebab itu penghitung kolekte wajib membuat Berita Acara Perhitungan dan Penyerahan Kotak Persembahan Gereja. Berita Acara Perhitungan dan Penyerahan Dana Kotak Persembahan Gereja wajib dilampiri Rincian Berita Berita Acara Perhitungan dan Penyerahan Dana Kotak Persembahan Gereja (RBAKG). d. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas

(40)

mencerminkan adanya sistem pengendalian intern yang memadai. Bastian (2006: 119) menyebutkan bahwa tujuan dari prosedur kas pada organisasi nonprofit adalah untuk memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi mengenai kas dari pengakuan sampai proses penerimaannya, untuk mendapatkan data atau catatan yang akurat tentang kas sesuai dengan input dari masin-masing unit kerja, dan untuk mendukung pembuatan keputusan personel yang mengendalikan fungsi kas. Kas diakui sebesar nilai nominal dari uang tunai atau yang dapat dipersamakan dengan uang tunai, serta rekening giro di bank yang tidak dibatasi penggunaanya. Perubahan pada saldo kas dipengaruhi oleh dua aktivitas, yaitu penerimaan dan pengeluaran kas.

(41)

Berikut ini adalah prosedur penerimaan kas menurut PTKAP: 1) Prosedur Pencatatan Hasil Kolekte

Prosedur Pencatatan Hasil Kolekte menurut Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang (2008), sebuah paroki harus melakukan bebarapa hal yaitu :

a)Petugas atau Tim penghitung Kolekte setelah selesai misa, melakukan penghitungan kolekte ditempat yang ditentukan dan setelah selesai wajib mengisi dan menandatangani Berita Acara Penghitungan dan Penyerahan Kolekte (BAPK).

b)BAPK dibuat masing-masing untuk Kolekte pertama dan Kolekte kedua.

c)Petugas atau Tim kolekte selanjutnya meneyerahkan BAPK beserta uang hasil kolekte kapada Kasir.

d)Kasir mencocokan jumlah uang dengan yang tertulis pada BAPK, kemudian menandatanganani BAPK.

e)Kasir selanjutnya mencatat penerimaan uang hasil kolekte tersebut pada Catatan Penerimaan Hasil Kolekte, Parkir, Teks Miasa dan Kotak lilin (CKPTL) pada kolom yang disediakan. f) Beradasarkan BAPK, Kasir membuat Bukti Kas Masuk (BKM)

dan menyerahkan uang kolekte, BAPK, BKM dan CKPTL, kepada Bendahara Dewan Paroki.

(42)

h)Kemudian Bendahara Dewan Paroki menandatanganai CKPTL dan menyerahkan CKPTL kepada Kasir.

i) Bendahara Deawan Paroki menandatangani BKM dan mencatat penerimaan kas pada Buku Dewan Paroki (BKD).

j) Bendahara Dewan Paroki selanjutnya membuat dan menandatangani Bukti Kas keluar (BKK) menyetorkan uang kolekte ke bank dan mencatat pengeluaran kas pada BKDP. k)Berdasarkan bukti setoran bank, Bendahara Dewan paroki

membuat dan menandatangani Bukit Bank Masuk (BBM) dan mencatat pada Buku Bank Tidak Terikat (BBTT).

l) Berdasarkan BKM, BKK, dan BBM yang telah ditandatangani Pastor Paroki dan bukti-bukti pendukungnya, Operator Akuntansi Paroki memesukkan atau entry data ke komputer dengan menggunakan program akuntansi yang telah disediakan.

(43)

Gambar 2.1

(44)

Gambar 2.2

(45)

2) Prosedur Pencatatan Penerimaan Persembahan Bulanan Umat yang Dikoordinir Ketua Lingkungan

Gambar 2.3

(46)

Gambar 2.4

(47)

Gambar 2.5

(48)

3) Prosedur Pencatatan Penerimaan Persembahan Bulanan Umat yang Dikumpulkan dari Kotak Persembahan

Prosedur Pencatatan Penerimaan Uang Kotak Persembahan Paroki menurut Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang (2008) sebuah paroki harus melakukan bebarapa hal yaitu :

a) Kotak Persembahan yang di sediakan, wajib dibuka minimal 2 (dua) kali dalam sebualan, kecuali untuk Paskah dan Natal dibuka pada akhir misa atau ibadat.

b) Pembukaan kotak persembahan minimal dilakukan oleh 2 (dua) orang.

c) Petugas yang membuka kotak persembahan bertugas sebagai penghitung uang.

d) Kotak persembahan yang ada di paroki secara umum berisi, Amplop Persembahan Bualanan Umat (APBU), Amplop persembahan Paskah dan atau Amplop Persembahan Natal, Sumbangan Untuk Maksud Tertentu dan Sumbangan Bebas. e) Isi Kotak Persembahan tersebut diatas harus dipilah-pilah

untuk dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing. f) Petugas penghitung membuka setiap APBU, mencocokkan

(49)

g) Petugas Penghitung selanjutnya menghitung uang atau bliyet giro atau cequee dari Amplop Persembahan paskah dan atau Amplop Persembahan Natal, Sumbangan Untuk Maksud tertentu dan Sumbangan Bebas.

h) Setelah proses nomor f dan g dialaksanakan, Petugas Penghitung membuat dan mengisi secara lengkap Berita Acara penghitungan dan Penyerahan Dana Kotak Persembahan Paroki (BAKG) dan Rincian Berita Acara Perhitungan dan Penyerahan Dana Kotak Persembahan Paroki (RBAKG) serta menandatanganainya.

i) Kemudian Petugas Penghitung menyerahkan uang kepada Kasir beaserta BAKG, RBAKG, dan kartu atau pethuk APBU.

j) Kasir mencocokkan jumalah uang dengan yang tertulis pada BAKG, RBAKG dan kartu atau pethuk APBU.

k) Kasir memilah-milah APBU per lingkungan untuk kemudian membagiakan ke masing-masing Ketua Lingkungan (biasanya melalui kotak lingkungan di paroki).

l) Kasir selanjutnya mencatat penerimaan uang tersebut pada CPLL pada kolom yang disediakan.

(50)

n) Bendahara Dewan Paroki mencocokkan jumlah uang dengan yang tertulis pada BAKG, CPLL dan BKM.

o) Kemudian Bendahara Dewan Paroki menandatangani CPLL dan menyerahkan CPLL kepada Kasir.

p) Bendahara Dewan Paroki menandatangani BKM dan mencatat penerimanaan kas pada BKDP.

q) Selanjutnya Bendahara Dewan Paroki membuat dan menandatangani BKK, menyetorkan uang kotak persembahan ke Bank dan mencatat pengeluaran kas pada BKDP.

r) Berdasarkan bukti setoran Bank, Bendahara Dewan Paroki membuat dan menandatangani BBM dan mencatat pada BBDP.

s) Berdasarkan BKM, BKK, dan BBM yang telah ditandatangani Pastor Paroki dan bukti-bukti pendukungnya, Opearator Akuntansi Paroki memasukkan atau entry data ke komputer dengan menggunakan program akuntansi yang telah disediakan.

(51)

Gambar 2.6

(52)

Gambar 2.7

(53)

Gambar 2.8

(54)

e. Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Kas 1) Struktur Organisasi

a ) Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi kas. Fungsi penerimaan berfungsi untuk menerima kas sedangkan fungsi kas berfungsi untuk menyimpan kas yang diterima oleh Paroki dari sumbangan.

b ) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. Fungsi akuntansi disini bertanggung jawab untuk membuat laporan keuangan dan mencatat laporan-laporan yang berhubungan dengan kas

c ) Transaksi penerimaan kas harus dilaksanakan oleh fungsi kas, fungsi penerimaan, dan fungsi akuntansi.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan.

a ) Penerimaan hasil kolekte, hasil kotak persembahan gereja, hasil parkir, hasil teks misa dan hasil kotak lilin harus disertai bukti penerimaan kas.

b ) Pencatatan ke dalam BKDP diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara menandatangani BKDP.

c ) Tanda terima ditandatangani oleh penyetor, kasir, dan Bendahara Dewan Paroki.

(55)

e ) BBM dibuat oleh Bendahara Dewan Paroki dan ditandatangani oleh Pastor Paroki, Bendahara Dewan Paroki, Kasir dan Operator.

f ) Kasir memberikan tanda tangan pada BAPK, BAHP, BAHM, BAHL,BAKG dan RBAKG.

g ) Petugas penghitung kotak persembahan gereja wajib membubuhkan tanda tangan pada BAKG dan RBAKG di tempat yang disediakan.

3) Praktik yang Sehat

a ) Pencatatan transaksi dalam BKDP, BBTT, BTST dan BTSG dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki sesuai dengan urut tanggal.

b ) Nomor urut bukti tanda terima dibuat tercetak dan dicetak rangkap tiga dan bila rusak (sobek, salah tulis, dan lain-lain) harus diarsipkan.

c ) Warna blanko tanda terima, BKM, BKK, BBM dan BBK dibuat dan dicetak dengan warna yang berbeda.

d ) Dewan paroki memberikan ucapan terimakasih secara tertulis kepada donatur atau mengumumkan melalui media Paroki sebagai mekanisme check dan recheck.

(56)

f ) Petugas penghitung kolekte, penghitung hasil kotak parkir, penghitung hasil panduan misa, penghitung hasil kotak lilin dan penghitung kotak persembahan gereja masing-masing dilakukan minimal oleh dua orang dan masing-masing petugas tersebut membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk pertanggungjawaban.

g ) Setiap penerimaan kas yang telah dicatat pada CKPTL harus segera diserahkan kepada Bendahara Dewan Paroki dengan dilampiri BKM.

3. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

(57)

b. Dokumen dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Menurut Ketentuan PTKAP

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas terdiri dari bukti kas keluar, cek dan permintaan cek. Teori pendukung tentang dokumen terkait yang disarankan Keuskupan (PTKAP, 2008: 176) antara lain: Dokumen Tanda Bayar harus terdapat dalam sistem pengeluaran kas. Tanda bayar secara tunai/wesel/Cek/BG, berfungsi sebagai media otorisasi Pastor Paroki serta Bendahara Dewan Paroki atas pengeluaran uang yang dilakukan dan sebagai bukti eksternal.

Selain itu ada Bon Sementara yang berfungsi sebagai bukti pengeluaran uang yang bersifat masih sementara, sehingga belum dicatat/dibebankan sebagai beban/biaya/pengeluaran lainnya dalam Buku Kas Dewan Paroki. Pertanggungjawaban Bon Sementara harus diatur secara tegas dalam Pedoman Pelaksanaan Keuangan dan Akuntansi Paroki (PPKAP).

(58)

Kasir, dan Operator. Bukti Kas Keluar dibuat oleh Kasir, sedangkan Bukti Bank Keluar dibuat oleh Bendahara Dewan Paroki.

c. Catatan dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Menurut Ketentuan PTKAP

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas adalah jurnal pengeluaran kas dan register cek. Teori pendukung tentang catatan akuntansi terkait yang disarankan Keuskupan (PTKAP, 2008: 154, 158, 162) adalah BKDP (Bukti Kas Dewan Paroki) yang digunakan untuk mencatat semua transaksi kas keluar secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi yang terjadi dan saldo kas yang dimiliki. Buku Kas Dewan Paroki memudahkan pemeriksaan transaksi pengeluaran kas yang terjadi dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Kas Dewan Paroki dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

(59)

Terdapat juga BTST (Buku Bank Terikat Sementara-Tabungan). BBST digunakan untuk mencatat semua transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan keluar secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan keluar yang terjadi dan saldo bank tidak terikat sementara-tabungan keluar yang dimiliki. Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Tabungan, memudahkan pemeriksaan transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan keluar dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Tabungan dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

BTSG (Buku Bank Terikat Sementara-Giro) adalah catatan yang digunakan untuk mencatat semua transaksi bank tidak terikat sementara-giro keluar secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi bank tidak terikat sementara-giro keluar yang terjadi dan saldo bank tidak terikat sementara-sementara-giro keluar yang dimiliki. Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Giro, memudahkan pemeriksaan transaksi bank tidak terikat sementara-giro keluar dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Giro dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

(60)

pengeluaran kas sehari-hari dengan jumlah yang relatif kecil atau sejumlah pembatasan yang ditetapkan oleh Dewan Paroki. LKKD (Laporan Kas Kecil Devosionalia) yang digunakan oleh Kasir Devosionalia untuk mencatat semua transaksi pengeluaran kas devosionalia sehari-hari dengan jumlah yang relatif kecil atau sejumlah pembatasan yang ditetapkan oleh Dewan Paroki. LKKW (Laporan Kas Kecil Wisma Paroki) digunakan oleh Kasir Wisma Paroki untuk mencatat semua transaksi pengeluaran kas Wisma Paroki sehari-hari dengan jumlah yang relatif kecil atau sejumlah pembatasan yang ditetapkan oleh Dewan Paroki. LKKP, LKKD dan LKKW dicatat dengan metode Saldo Dana Tetap (Imprest Fund

System) dan dipertanggungjawabkan setiap akhir periode tertentu

(mingguan, dua minggu sekali, setiap dana yang ada kurang dari setengah saldo dana yang ditetapkan).

(61)

d. Prosedur Pencatatan Pengeluaran Kas

Sama halnya dengan prosedur sistem akuntansi penerimaan kas, prosedur sistem akuntansi pengeluaran kas dilakukan untuk mencatat transaksi pengeluaran kas dapat mencerminkan adanya sistem pengendalian intern yang memadai. Prosedur sistem pengeluaran kas yang terdapat dalam organisasi nonprofit khususnya Paroki terdiri dari:

1) prosedur pencatatan pengeluaran biaya tim kerja

Prosedur Pencatatan Pengeluaran Biaya Tim Kerja menurut Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang (2008) sebuah paroki harus melakukan bebarapa hal yaitu :

a. Tim Kerja wajib membuat proposal kegiatan sebelum meminta uang dari Bendahara Dewan Paroki.

(62)

c. Proposal dibuat rangkap 2 (dua) dan diserahkan kepada Bendahara Dewan Paroki paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kegiatan dilaksanakan serta disimpan sebagai arsip. d. Proposal kegiatan harus mendapat persetujuan tertulis dari

Ketua dan Bendahara Dewan Paroki.

e. Bendahara Dewan Paroki memerikasa apakah kegiatan yang akan dilaksanakan terdapat dalam program kegiatan yang telah disahkan dalam rapat Bendahara Dewan Paroki Pleno. f. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat langsung

memberikan persetujuan proposal kegiatan, apabila proposal kegiatan tersebut tercantum dalam program kerja yang telah disahkan dan anggaran baiaya dalam proposal kegiatan sama atau lebih kecil daripada RAPB Paroki.

g. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat memberikan persetujuan proposal kegiatan setelah melalui rapat Dewan Paroki Harian, apabila proposal kegiatan tersebut tidak tercantum dalam program kerja yang telah disahkan atau anggaran biaya dalam proposal kegiatan lebih besar daripada RAPB Paroki.

(63)

i. Untuk menerima uang, pelaksana kegiatan mengajukan permintaan dengan mengisi bon sementara rangkap 2 (dua). j. Bendahara Dewan Paroki menyerahkan uang dan tindasan

bon sementara ke kepada pelaksana kegiatan.

k. Berdasarkan bon sementara asli, Bendahara Dewan Paroki mencatat pada catatan bon sementara.

l. Bon sementara harus dipertanggungjawabkan oleh pelaksana kegiatan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kegiatan tersebut selesai dilakukan.

m. Setelah selesai dilakukan, pelaksana kegiatan wajib membuat laporan pertanggungjawaban yang mencakup laporan pelaksanaan kegiatan dan laporan anggaran penerimaan dan biaya kegiatan yang disertai dengan bukti-bukti.

n. Bardasarkan laporan pertanggungjawaban tersebut, Bendahara Dewan Paroki membuat dan menandatangani BKK untuk semua kegiatan yang dikeluarkan, membuat dan menandatangani BKK untuk semua penerimaan yang diperoleh dari kegiatan tersebut, membukukan atau mencatat transaksi tersebut dalam BKD, mengembalikan bon sementara asli kepada pelaksana kegiatan dan mencatat realiasasi pada cartatan bon sementara asli.

(64)

Akuntansi Paroki memasukkan atau entry data ke dalam komputer dengan menggunakan program akuntansi yang telah disediakan

(65)

Gambar 2.9

(66)

Gambar 2.10

(67)

Gambar 2.11

(68)

2) Prosedur Pencatatan Pengeluaran Biaya Kepanitiaan

Prosedur Pencatatan Pengeluaran Biaya Kepanitiaan menurut Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang (2008) sebuah paroki harus melakukan bebarapa hal yaitu :

a. Panitia, yang dibentuk oleh Bendahara Dewan Paroki wajib membuat proposal kegiatan kepanitiaan sebelum meminta uang dari Bendahara Dewan Paroki.

b. Proposal kegiatan kepanitian minimal mencakup, tujuan kegiatan, target atau sasaran peserta yang mencakup kelompok peserta yang dituju dan jumlah peserta yang di harapkan, susunan panitia, waktu atau lama penyelenggaraan, tempat kegiatan, teknis pelaksanaan (misalnya dengan mengundang pembicara dari luar paroki), rancangan anggaran penerimaan dan biaya kegiatan, ditandatangani oleh ketua dan bendahara panitia.

c. Proposal kegiatan kepanitiaan dibuat rangkap 2 (dua) dan diserahkan kepada Bendahara Dewan Paroki paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kegiatan dilaksanakan serta disimpan sebagai arsip.

(69)

e. Bendahara Dewan Paroki memeriksa apakah kegiatan kepaniatian yang akan dilaksanakan terdapat dalam program kegiatan yang telah disahkan dalam rapar Dewan Paroki Pleno. f. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat langsung memberikan persetujuan proposal kegiatan kepanitiaan, apabila proposal kegiatan kepanitiaan tersebut tercantum dalam program kerja yang telah disahkan dan anggaran baiaya dalam proposal kegiatan kepanitiaan sama atau lebih kecil daripada RAPB Paroki.

g. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat memberikan persetujuan proposal kegiatan kepanitiaan setelah melalui rapat Dewan Paroki Harian, apabila proposal kegiatan kepanitiaan tersebut tidak tercantum dalam program kerja yang telah disahkan atau anggaran biaya dalam proposal kegiatan kepanitiaan lebih besar daripada RAPB Paroki.

h. Setelah proposal kegiatan kepanitiaan disetujui, pelaksana kegiatan dapat menerima uang yang diperlukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

i. Untuk menerima uang, bendahara panitia mengajukan permintaan dengan mengisi bon sementara rangkap 2 (dua). j. Bendahara Dewan Paroki menyerahkan uang dan tindasan bon

(70)

k. Berdasarkan bon sementara asli, Bendahara Dewan Paroki mencatat pada catatan bon sementara.

l. Bon sementara harus dipertanggungjawabkan oleh panitia kegiatan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kegiatan tersebut selesai dilakukan.

m.Setelah selesai dilakukan, ketua panitia wajib membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan yang mencakup laporan pelaksanaan kegiatan dan laporan realisasi anggaran dan biaya kegiatan yang disertai dengan bukti-bukti pendukung dengan batas waktu sesuai yang ditetapkan dan diserahkan kepada Dewan Paroki

n. Laporan Pertanggungjawaban panitia dibahas secara khusus dalam rapat yang dihadiri Dewan Paroki Harian dan Panitia untuk memutuskan penerimaan atau penolakan atas laporan pertanggungjawanban panitia.

o. Kepanitiaan dibubarkan setelah laporan pertanggungjawaban kegiatan diterima oleh Dewan Paroki.

(71)

kepada bendahara panitia dan mencatat realiasasi pada catatan bon sementara .

q. Berdasarkan BKK dab BKM yang telah ditandatangani oleh Pastor paroki dan bukti-bukti pendukungnya, Operator Akuntansi Paroki memasukkan atau entry data ke dalam komputer dengan menggunakan program akuntansi yang telah disediakan.

(72)

Gambar 2.12

(73)

Gambar 2.13

(74)

Gambar 2.14

(75)

e. Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas 1) Struktur Organisasi

a ) Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi lain.

b ) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

c ) Transaksi pengeluaran kas harus dilaksanakan oleh fungsi pengeluaran kas, fungsi kas, dan fungsi akuntansi.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

a ) Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam BBTT, BTST, CBTS dan BTSG dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki. b ) Pencatatan transaksi LKKP, LKKD dan LKKW dilakukan

oleh kasir dari masing-masing bagian.

c ) Pembatasan jumlah kas kecil dilakukan atas persetujuan Dewan Paroki.

d ) Tanda bayar harus ditandatangani oleh Pastor Paroki, Bendahara Dewan Paroki, Kasir dan Penerima.

3) Praktik yang Sehat

(76)

b ) Tanda bayar dan bon sementara dibuat rangkap dua dan bernomor urut bukti tercetak. Jika tanda bayar rusak (sobek, salah tulis, dan lain-lain) harus tetap diarsipkan.

c ) BKK dan BBK dibuat oleh Bendahara Dewan Paroki, bernomor urut tercetak dan tanda tangan harus lengkap.

D. Organisasi Non Profit

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana dan prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Sumber pendapatan pada organisasi yang berorientasi pada laba berasal dari penjualan barang atau jasa kepada konsumen. Sedangkan, pada organisasi nonprofit sumber pendapatannya tergantung pada sumbangan dari para donator. Organisasi nirlaba mendapatkan sumber daya dari berbagai sumber, dan bukan hanya dari pihak yang diberi pelayanan. Untuk mempertahankan kondisi keuangannya maka organisasi nirlaba akan mencari sponsor.

Mahsun (2006: 185) menjelaskan pengertian dari organisasi nonprofit adalah sebagai berikut:

(77)
(78)

E. Paroki

Paroki adalah komunitas kaum beriman yang dibentuk secara tetap dengan batas-batas kewilayahan tertentu dalam Keuskupan (Gereja Partikular). Sebagaimana Gereja terutama adalah himpunan umat beriman, bukan gedung, maka pengertian Paroki pun pertama-tama adalah himpunan orang, bukan sekedar wilayah, walaupun sifat kewilayahan sebagai aspek yang tetap juga inheren padanya (Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik, kanon 515 art. 1). Menurut Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang 2004, Paroki adalah persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian dari keuskupan dalam batas-batas wilayah tertentu yang sudah memiliki Pastor Kepala, yang berdomisili di parokinya sendiri. Paroki yang didirikan secara legitim dengan sendirinya memiliki status badan hukum (bdk. Kan. 515: Staatsblad tahun 1927, nomor 155, 156 dan 532, Keputusan Menteri Agama RI, nomor 162, tahun 1970, juncto Keputusan Dirjen Agraria dan Transmigrasi, tanggal 13 Pebruari 1967, nomor SK. 1/Dd.At/Agr/67).

Sedangkan Mahsun (2006: 212-213) memberikan pengertian Paroki sebagai berikut:

(79)

Paroki di Yogyakarta dapat dikategorikan sebagai organisasi nonprofit atau nirlaba karena memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari sumbangan para anggota atau umat dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari Paroki (Mahsun, 2006: 213).

Dewan Paroki adalah persekutuan umat Allah yang terdiri dari imam sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan-biarawati (bila ada) sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalampewartaan dan penggembalaan (Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang 2004). Dewan inti adalah ketua koordinasi kategorial masuk dalam dewan ini, sejauh ada koordinasi kelompok kategorial. Dewan Pleno adalah himpunan umum Katholik yang memiliki AD/ART. Tokoh-tokoh adalah pribadi yang mempunyai pengaruh dalam hidup gereja dan masyarakat tetapi tidak masuk dalam kategori kepengurusan Paroki.

1. Tujuan, Fungsi, Wewenang, dan Tanggungjawab dalam Struktur Organisasi

(80)

panggilan tugas perutusan Gereja seperti fungsi pelayanan, fungsi kepemimpinan, fungsi representasi, dan fungsi penggerak. Dewan Paroki berwenang dalam pengambilan keputusan reksa pastoral dalam kesatuan dengan arah Pastoral Keuskupan dan bertanggungjawab atas pelaksanaan keputusan kepada umat paroki serta Uskup.

Dewan harian bertugas menangani masalah sehari-hari yang muncul dalam kehidupan umat beriman, mempersiapkan rapat-rapat untuk membentuk panitia, mengundang rapat Dewan Inti setiap dua bulan sekali dan atau Dewan Pleno setiap enam bulan sekali serta menyampaikan laporan keuangan dan nonkeuangan tahunan kepada Uskup.

Dewan inti bertugas menjabarkan prioritas reksa pastoral Paroki dalam program kerja dalam bentuk program kerja, menyusun rencana program kerja panjang tiga tahun dan jangka pendek tahunan serta menyampaikannya kepada Dewan Pleno, melaksanakan program kerja yang telah disahkan Dewab Pleno, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kerja kepada Dewan Pleno setiap bulan Desember.

(81)

2. Harta Benda dan Keuangan Paroki

Pengelolaan harta benda Paroki ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji yang telah disahkan oleh Uskup. Keuangan Paroki diatur dalam pasal 21 terdiri dari :

a. Dewan Paroki menyerahkan RAPB Paroki kepada Keuskupan setiap awal tahun paling lambat minggu pertama dalam bulan Febuari. b. Pastor Kepala bertanggungjawab atas laporan keuangan kepada Uskup

dan Dewan Pleno.

c. Pastor Kepala tidak menjabat sebagai Bendahara.

d. Penerimaan kas dari mana pun asalnya yang diterima oleh Bendahara tanpa dikurangi untuk apapun disetorkan ke bank yang telah ditentukan secara utuh.

e. Setiap penerimaan dana oleh ketua bidang/tim kerja/panitia yang dibentuk oleh Dewan Paroki dipertanggungjawabkan kepada Dewan Paroki melalui rapat Dewan Harian tiap bulan.

f. Uang kas di paroki tidak boleh lebih dari Rp5000.000,00.

(82)

3. Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki nomor 0100/C/I/a-4/08 a. Sumber Keuangan Paroki

Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki nomor 0100/C/I/a-4/08 Bab III pasal 10 menetapkan bahwa sumber keuangan Paroki terdiri dari Kolekte Umum dan Persembahan setelah dipotong kewajiban setor Dana Solidaritas Paroki, 25% dari APP, Kolekte Khusus yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu berdasarkan keputusan Dewan Paroki, Persembahan Khusus yang diselenggarakan berdasarkan keputusan Dewan Paroki, sumbangan bebas, sumbangan dengan maksud tertentu, subsidi dari Keuskupan, Lembaga Gerejawi dan Lembaga Donor lain, dan usaha pengumpulan uang yang diselenggarakan berdasarkan keputusan Dewan Paroki. Setiap usaha penggalangan dana pada tingkat Paroki harus disetujui oleh Dewan Paroki.

Pada Bab III pasal 8 dalam Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki nomor 0100/C/I/a-4/08 tentang penyimpanan uang ditetapkan sebagai berikut:

1) Kas hanya boleh disimpan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan Paroki.

(83)

jenis investasi lain yang diputuskan dalam rapat Dewan Paroki/Stasi Harian dan disetujui oleh Uskup.

3) Untuk Paroki, Paroki Administratif dan Stasi yang sah sebagai badan hukum publik, rekening tabungan/giro atau deposito harus dibuka atas nama PGPM yang bersangkutan dengan kuasa pengambilan yang melibatkan minimal dua pengurus.

b. Akuntansi Paroki

Berdasarkan Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki nomor 0100/C/I/a-4/08 Bab IV pasal 11 ayat 2 dalam tentang pencatatan transaksi keuangan ditetapkan sebagai berikut:

1) Transaksi keuangan, kecuali Dana Solidaritas Paroki yang terjadi dalam periode akuntansi, dicatat pada saat penerimaan atau pengeluaran uang.

2) Pada saat akhir bulan, Dana Solidaritas Paroki yang dikirimkan kepada Keuskupan dicatat sebagai biaya Dana Solidaritas dengan rekening lawan kewajiban Dana Solidaritas Paroki.

3) Pada akhir tahun buku, penyesuaian dilakukan untuk mencatat biaya yang timbul dan atau yang memberikan manfaat pada periode akuntansi saat itu dan yang belum dibayar atau dibebankan.

(84)

diperoleh atau dinikmati pada periode akuntansi yang akan datang.

Sedangkan untuk pengendalian kas dalam ayat 3 dilakukan dengan menyelenggarakan Kas Dewan Paroki dan Kas Kecil Dewan Paroki, dengan ketetapan sebagai berikut:

1) Kas Kecil Dewan Paroki adalah uang tunai yang disediakan untuk membiayai kegiatan Paroki yang jumlah relatif kecil. Pengelolaan kas kecil Dewan Paroki yang dilakukan oleh kasir menggunakan sistem dana tetap dengan jumlah yang diputuskan Dewan Paroki. 2) Kas Dewan Paroki adalah uang tunai yang disediakan untuk

membiayai kegiatan dan kewajiban Paroki yang jumlahnya relatif besar dan batas maksimal pengeluaran atau penggunaan Kas Dewan Paroki diputuskan oleh Dewan Paroki.

3) Untuk Paroki yang memiliki satu kas saja, maka kas tersebut diperlakukan sebagai Kas Kecil Dewan Paroki.

Sedangkan untuk Kolekte Umum dan Persembahan dalam pasal 11 ayat 9 dalam Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki nomor 0100/C/I/a-4/08 ditetapkan sebagai berikut:

1) Sepuluh persen (10%) dari akumulasi jumlah Kolekte Umum dan Persembahan selama satu bulan digunakan untuk Dana Papa Miskin.

Gambar

Gambar 2.1 Prosedur pencatatan penerimaan hasil kolekte
Gambar 2.2 Prosedur Pencatatan Penerimaan Hasil Kolekte (Lanjutan)
Gambar 2.3 Prosedur pencatatan penerimaan APBU dari Ketua Lingkungan
Gambar 2.4 Prosedur pencatatan penerimaan APBU dari Ketua Lingkungan (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anxiety Dengan Tingkat Pendidikan Guru Sekolah Menengah Pertama Di..

Meskipun bukan prajurit atau yang dipersamakan dengan prajurit melakukan tindak pidana, dan tindak pidana tersebut merugikan kepentingan militer serta dilakukan semata-mata dengan

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik yang dalam pelaksanaan pemerintahannya dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi dibagi atas kabupaten dan

(Tiga ratus delapan puluh tujuh juta dua ratus enam puluh ribu

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ROOMBOY DALAM MAKING BED PADA HOUSEKEEPING DEPARTMENT DI HOTEL SOECHI INTERNATIONAL MEDAN.. KERTAS KARYA

Nilai rata- rata untuk tingkat konformitas berdasar pengaruh normative adalah sebesar 9.013 dimana hasil rata- rata berbanding sama dengan tingkat konformitas berdasar

bahwa berdasarkan Pasal 26 Ayat (2) Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan

Misalkan (A + B) x C – D/E +F akan kita gambar dalam bentuk Lexicographic maka pertama-tama harus kita tentukan dulu letak akar dengan cara mengikuti aturan urut-urutan hitung