• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA ESIA CENTER DARMO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA ESIA CENTER DARMO SURABAYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SURABAYA

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

0512010374 / FE / EM KHOIRUL ANAM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(2)

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN

PELANGGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS

PELANGGAN PADA ESIA CENTER DARMO

SURABAYA

S K R I P S I

Oleh :

0512010374 / FE / EM KHOIRUL ANAM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(3)

PELANGGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS

PELANGGAN

PADA

ESIA

CENTER

DARMO

SURABAYA

Yang Diajukan

0512010374 / FE / EM KHOIRUL ANAM

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 21 Mei 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Ketua

Dr. H. Prasetyohadi, MM

Sekretaris

Drs. Ec. H. Soewardjo, MM

Dr. H. Prasetyohadi, MM

Anggota

Sugeng Purwanto, SE, MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

NIP. 030 202 389

(4)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan

Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan Esia Center Darmo Surabaya”

dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MT, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Prasetyohadi, MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

(5)

ii

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.

6. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Mei 2010

(6)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 12

2.2.1.1. Arti dan Pentingnya Pemasaran ... 14

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 14

2.2.1.1. Pengertian Konsep Pemasaran ... 15

2.2.2. Kualitas Layanan ... 17

(7)

iv

2.2.3.1. Pengertian Kepuasan Konsumen ... 20

2.2.3.2. Dimensi Kepuasan Konsumen ... 21

2.2.4. Loyalitas Pelanggan ... 23

2.2.4.1. Pengertian Loyalitas Pelanggan ... 23

2.2.4.2. Dimensi Loyalitas Konsumen ... 25

2.2.5. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen ... 26

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen ... 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 28

2.4. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 30

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 33

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.1. Jenis Data ... 35

3.3.2. Sumber Data ... 35

3.3.3. Pengumpulan Data ... 35

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 36

(8)

v

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 36

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 37

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 37

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 38

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) ... 38

3.4.5. Uji Hipotesis ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 43

4.1.2. Deskripsi Kualitas Layanan (X) ... 44

4.1.3. Deskripsi Kepuasan Konsumen (Y) ... 46

4.1.4. Deskripsi Loyalitas Konsumen(Z)... 47

4.2. Analisis Data ... 48

4.2.1. Evaluasi Outlier ... 48

4.2.2. Uji Reliabilitas ... 50

4.2.3. Uji Validitas ... 51

4.2.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 53

4.2.5. Uji Normalitas ... 54

4.2.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM ... 56

4.2.7. Uji Kausalitas ... 59

4.3. Pembahasan ... 60

(9)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laporan Penjualan Pulsa Isi Ulang ESIA Di Surabaya Mulai

Tahun 2006 - 2009 ... 5

Tabel 1.2 Laporan Penjualan Perdana ESIA Di Surabaya Mulai Tahun 2006 - 2009 ... 6

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 44

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kualitas

Layanan (X) ... 45

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan

Konsumen (Y) ... 46

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Loyalitas

Konsumen (Z) ... 47

Tabel 4.6. Uji Outliers Multivariate ... 49

Tabel 4.7. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 50

Tabel 4.8 Standardize Faktor Loading dan Construct dengan

Confirmatory Factor Analysis ... 52

Tabel 4.9. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 53

Tabel 4.10. Assessment Of Normality ... 55

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Base Model ... 57

Tabel 4.12. Variabel yang Dimodifikasi Dalam Model ... 58

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Modifikasi ... 58

(11)

viii

Gambar 2.1 Kerangka Model Penelitian ... 28

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Kualitas Layanan, Kepuasan

Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan, Model: One Step

Approach – Base Model ... 56

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Kualitas Layanan, Kepuasan

Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan, Model: One Step

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Layanan (X), Kepuasan Pelanggan (Y) dan Loyalitas Pelanggan (Z)

(13)

x

Oleh :

Khoirul Anam

Abstraksi

Penelitian dilakukan di Esia Center Surabaya, Jl. Darmo No. 112

Surabaya. Fenomena yang sedang terjadi adalah penurunan penjualan perdana Esia di Surabaya tahun 2007 - 2009 dari 495.549.500 rupiah menjadi 307.121.350 rupiah, serta semakin menurunnya penjualan perdana ESIA di Surabaya tahun 2007 - 2009 dari 126.050 Box menjadi 78.025 Box. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan dan

dampaknya terhadap loyalitas pelanggan Esia Center Darmo Surabaya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu semua

konsumen pengguna esia dan sedang berkunjung ke Esia Center Surabaya, di Jl.

Darmo No. 112 Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

teknik non probability sampling tepatnya tepatnya accidental sampling yaitu

pemilihan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data. Penentuan jumlah sampel minimal menggunakan rumus dan hasilnya 105 responden. Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 112 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM diagram yang akan mempermudah untuk melihat pengaruh kualitas layanan dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan yang akan diuji.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas layanan tidak berpengaruh

terhadap kepuasan konsumen yang menggunakan Esia Center Darmo Surabaya,

dan kepuasan konsumen tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen yang

menggunakan Esia Center Darmo Surabaya.

(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, perkonomian, industri,

sosial dan budaya, dan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat indonesia,

menjadikan pola hidup masyarakat berubah. Pola hidup masyarakat tidak lagi

sepenuhnya mengarah pada pemenuhan kebutuhan dasar, salah satunya adalah

kebutuhan dalam hal “Komunikasi”.

Bagi negara yang sedang berkembang, pembangunan di bidang

Telekomunikasi menjadi sangat penting dan perlu dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan informasi yang sifatnya cepat berubah. Seiring dengan kemajuan

tesebut semua hal yang dikerjakan manusia selalu memerlukan Informasi dan

Komunikasi yang cepat dan akurat, seolah-olah tidak terbatasi oleh dimensi jarak

dan waktu. Karena itu perluasan dan modernisasi Telekomonikasi juga

memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional baik secara khusus

maupun umum.

Kemajuan teknologi dibidang jasa khususnya jasa telekomunikasi di

Indonesia semakin pesat. Hal ini dilihat dari semakin banyaknya jumlah operator

telepon selular yang ada saat ini. Saat ini terdapat beberapa operator seluler swasta

seperti Telkomsel, Satelindo, Indosat, Excelcomindo, serta operator-operator

(15)

Salah satu merek baru layanan operator adalah Esia, yang dikeluarkan oleh

teknologi CDMA 2000 1x dengan layanan limited mobility, yaitu layanan

mobilitas jaringan tanpa kabel yang dibatasi dalam satu kode area. Esia dapat

digunakan untuk melakukan semua panggilan, mulai panggilan lokal, interlokal

maupun internasional. Dengan teknologi CDMA 2000 1x menawarkan fasilitas

mengakses internet sampai dengan 153 kbps, sehingga dapat dilakukan kebebasan

akses internet dimanapun dengan mobilitas tinggi selama masih terdapat dalam

area layanan esia. (http/www.myesia.com).

Pada awal tahun 2009, sebagai operator CDMA (Esia) mengeluarkan

program baru yang dikenal dengan Esia “Bispak” yaitu suatu program yang mana

pelanggan Esia dapat menelepon semua jaringan operator (Telkom, indosat, dll)

dengan menggunakan tarif seperti pelanggan tersebut menggunakan operator yang

sama, sehingga pulsa yang dibayarkan lebih murah, seperti tarif waktu menelepon

sesama operator. (http/www.myesia.com).

Dalam waktu yang tidak lama ini

meluncurkan layanan baru. Setelah mengeluarkan Esia “Bispak”, Kini Esia

sebagai operator CDMA tersebut meluncurkan Esia “Suka-Suka”. Wakil Direktur

Esia “Erick Meijer” menegaskan bahwa dengan mengunakan kartu perdana Esia

“Suka-Suka”, pelanggan bisa memilih sendiri nomor telepon yang diinginkannya,

sebab kartu tersebut dijual tanpa nomor yang dtentukan operator sebelumnya.

Sudah tidak zamannya pengguna telepon, keliling toko untuk mencari nomor

(16)

3

Erick Meijer, di ajang peluncurannya belum lama ini. Untuk mendapatkan nomor

yang dikehendaki sekaligus mengaktifkannya, pelanggan harus melakukannya

melalui tiga cara. Ketiga cara tersebut adalah menghubungi *228, atau

menggunakan internet dengan membuka

dengan mendaftarkan ke gerai Esia tersebut. (Tabloid Buyers Guide “BG”, Edisi

36 Th II / 2009 / 28 Oktober – 10 November)

Berkembangnya bisnis operator seluler tersebut mengakibatkan timbulnya

persaingan diantara pengusaha-pengusaha yang bergerak dibidang yang sama.

Mereka saling berlomba untuk memberikan kualitas layanan terbaik bagi

pelanggannya agar yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat

terpenuhi secara maksimal sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai. Untuk

memenangkan persaingan yang terjadi agar dapat bertahan dalam waktu jangka

panjang, semakin dituntut adanya kualitas produk dan kualitas layanan yang

mempunyai keunggulan yang kompetitif.

Kualitas layanan adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan suatu

layanan. Pada dasarnya hanya pelanggan yang menilai kualitas layanan suatu

organisasi berkualitas atau tidak. (Parasuraman, et.al, 2000:44), sedangkan

kepuasan menurut Kotler (1997:36) merupakan tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil suatu produk yang ia rasakan dibandingkan

harapannya.

Dalam bidang Telekomunikasi hal ini menjadi menarik karena

pelanggannya banyak sekali, dan pelanggan tersebut selalu mencari operator

(17)

pelanggan mempunyai kecenderungan untuk tidak berpindah ke operator baru

dengan berbagai pertimbangan, salah satunya adalah harga yang dikenakan di

operator baru tersebut. Maka dari itu setiap operator seluler harus lebih jeli dalam

usahanya memperbanyak jumlah pelanggan dan menaikkan omzet penjualannya,

yang pada akhirnya mampu meningkatkan laba perusahaan.

Pendapat tentang kepuasan pelanggan juga dikemukakan oleh Band

(1991:30), yang menyatakan bahwa "customer satisfaction is state in which

customer needs, wants and expectetion trough the transaction cycle are not or

exceeded resulting in repurchasing and continuity loyality " yang berarti bahwa

kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan

harapan dari pelanggan akan dapat terpenuhi atau terlampaui melalui suatu

transaksi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau loyalitas

pelanggan.

Loyalitas pelanggan adalah minat pembelian ulang oleh pelanggan atas

suatu produk di masa yang akan datang. Loyalitas berkembang mengikuti tiga

tahapan, yaitu kognitif, afektif dan konotif. Ketiga aspek tersebut harus selaras,

walaupun dalam disonansi menunjukkan tidak semua kasus mengalami hal yang

sama (Dharmmesta, 1999). Menurut Dick dan Basu (1994), loyalitas memerlukan

konsistensi dari ketiga struktur psikologi tersebut. pelanggan yang hanya

mengaktifkan tahap kognitifnya adalah pelanggan yang paling rentan terhadap

perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran. Seorang pelanggan

(18)

5

kemungkinan akan merubah perilaku keputusan belinya dengan mencari alternatif

merek lain pada konsumsi berikutnya untuk meningkatkan kepuasannya.

Obyek yang digunakan dalam penelitian adalah adalah produk esia,

dengan meneliti segi kualitas layanan, kepuasan pelanggan dan loyalitas

pelanggan. Salah satu indikasi dari penilaian kualitas layanan dan ketidakpuasan

pelanggan terhadap suatu merek adalah banyaknya komplain pelanggan terhadap

merek tersebut. Pengambilan data komplain dan data penjualan pulsa ESIA

dilakukan di Esia Center Surabaya, Jl. Darmo No. 112 Surabaya.

Terjadinya penjualan perdana Esia di Surabaya yang tidak mencapai

tingkat maksimal atau target yang telah ditentukan oleh perusahaan, menambah

bukti bahwa pelanggan di Surabaya kurang loyal terhadap produk Esia. Berikut

ini akan disajikan data laporan penjualan pulsa isi ulang Esia di Surabaya, mulai

tahun 2007 - 2009, seperti pada tabel beikut:

Tabel 1.1

Laporan Penjualan Pulsa Isi Ulang ESIA Di Surabaya Mulai Tahun 2007 - 2009

Periode Laporan Penjualan Pulsa Isi Ulang

(Rupiah)

Tahun 2007 495.549.500

Tahun 2008 357.794.500

Tahun 2009 307.121.350

Total 1.373.551.650

(19)

Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa penjualan pulsa isi ulang ESIA di

Surabaya mulai tahun 2007 - 2009 cenderung mengalami penurunan dari

495.549.500 rupiah menjadi 307.121.350 rupiah.

Berikut ini akan disajikan hasil laporan penjualan Perdana ESIA di

Surabaya mulai tahun 2007 - 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Laporan Penjualan Perdana ESIA Di Surabaya Mulai Tahun 2007 - 2009

Periode Laporan Penjualan Perdana

(Box)

Tahun 2007 126050

Tahun 2008 90950

Tahun 2009 78025

Total 349425

Sumber : Esia Center Surabaya, Jl. Darmo No. 112 Surabaya, Tahun 2009

Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa penjualan perdana ESIA di

Surabaya tahun 2007 – 2009 mengalami penurunan dari 126.050 Box menjadi

78.025 Box.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dan

kajian yang lebih mendalam tentang hubungan kualitas layanan, kepuasan

pelanggan dan loyalitas pelanggan, untuk kemudian dijadikan sebagai penelitian

dengan judul “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan

Dan Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Esia Center Darmo

(20)

7

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diajukan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada

Esia Center Darmo Surabaya ?

2. Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada

Esia Center Darmo Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan

pada Esia Center Darmo Surabaya.

2. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas

pelanggan pada Esia Center Darmo Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

(21)

Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan

informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada kaitannya dengan

(22)

11

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh:

1. Wenny Herawati dan Rizal Edy Halim (2008) dengan judul: “Analisis

Hubungan Service Quality, Customer Satisfaction, Dan Switching Cost

Terhadap Customer Loyalty; Studi Kasus Perpindahan GSM Ke CDMA

Mahasiswa Depok”. Metode penarikan sampel dilakukan dengan

menggunakan single cross-sectional design, dimana dalam penelitian ini

hanya satu sampel responden saja yang dipilih dari target populasi, dan

informasi dari sampel tersebut hanya diambil satu kali saja. Hasil penelitian

adalah bahwa: (1). Service quality berpengaruh signifikan positif terhadap

customer satisfaction. (2). Customer satisfaction berpengaruh signifikan

positif terhadap customer loyalty. (3). Switching cost mampu memoderasi

hubungan antara customer satisfaction dengan customer loyalty.

(4). Customer satisfaction tidak mampu memoderasi secara penuh hubungan

antara Service quality dengan customer loyalty.

2. Edwin Japarianto (2007: 34) dalam Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol 3, No.

1, Maret 2007, dengan judul Analisa Kualitas Layanan Sebagai Pengukur

Loyalitas Pelanggan Hotel Majapahit Surabaya Dengan Pemasaran Relasional

(23)

tersebut adalah pengaruh kualitas layanan melalui program pemasaran

relasional sebagai variabel intervening terhadap loyalitas pelanggan di hotel

Majapahit Surabaya. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa kualitas layanan

berpengaruh secara tidak langsung melalui program pemasaran relasional

sebagai variabel intervening terhadap loyalitas pelanggan di hotel Majapahit

Surabaya.

Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan

penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis Structural

Equation Models (SEM) sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil

pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran timbul karena adanya kebutuan manusia yang tidak terbatas

dan merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang ada dalam perusahaan, yang

bisa dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan

kelangsungan hidup bagi perusahaannya, untuk berkembang, dan mendapatkan

laba. Berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada

keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain.

Jika perusahaan menginginkan agar perusahaannya dapat berjalan dengan lancar

dan dapat memberikan pandangan yang baik bagi konsumen, maka perusahaan

(24)

13

juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi

tersebut.

Menurut Kotler (1994: 8) menyatakan “Pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manajerial dengan mana induividu dan kelompok memperoleh apa

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta

mempertukarkan produk dan nilai harapan dengan pihak lain”. Dari definisi

tersebut terlihat bahwa pemasaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Menyelidiki dan mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen.

2. Merencanakan dan mengembangkan sebuah produk atau jasa yang dapat

memenuhi dan memuaskan keinginan tersebut.

Lamb, et.al, (2001: 6) Pemasaran memiliki dua hal. Pertama, pemasaran

merupakan filosofi, sikap, perspektif atau orientasi manajemen yang menekankan

pada kepuasan konsumen. Kedua, pemasaran adalah sekumpulan aktivitas yang

digunakan untuk mengimplementasikan filosofi ini. Definisi dari American

Marketing Association (AMA) mencakup kedua perpektif itu : “Marketing is the

process of planning and executing the conception, pricing, promotion and

distribution of ideas, goods, and services create exchange that satisfy individual

and organizational goals “. Artinya bahwa pemasaran merupakan suatu proses

perencanaan dan menjelaskan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide,

barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan

individu dan organisasi. Dari definisi di atas dapatlah diterangkan bahwa arti

pemasaran adalah jauh lebih luas dari arti penjualan. Pemasaran mencakup segala

(25)

kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, produk sesuai, menentukan cara-cara

promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut.

2.2.1.1. Arti dan Pentingnya Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang

dilakukan perusahaan dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya,

untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Kegiatan pemasaran sendiri dimulai

jauh sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan.

Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada

konsumennya, sehingga konsumen mempunyai pandangan yang positif terhadap

perusahaan, dimana hal ini adalah kunci sukses keberhasilan perusahaan. Semakin

berkembangnya perekonomian, maka pemuasan sangat penting, oleh karena itu

setiap perusahaan harus mampu mengembangkan produk untuk dapat memuaskan

konsumen. Tanpa tercapainya kepuasan, maka kegiatan pemasaran dapat

dikatakan belum berhasil.

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Kotler (1997: 13) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai proses

perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta

penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Hal diatas sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi

(26)

kepuasan-15

kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Titik berat manajemen pemasaran adalah

memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,

mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif untuk memberitahu,

mendorong serta melayani pasar.

Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang

melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; yang mencakup

barang, jasa, dan gagasan; yang tergantung pada pertukaran; dan dengan tujuan

menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak yang terlibat.

Jadi, manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses manajemen,

yang meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan

pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan ini bertujuan menimbulkan

pertukaran yang diinginkan, baik yang menyangkut barang dan jasa, atau

benda-benda yang lain yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis, sosial, dan

kebudayaan. Proses pertukaran dapat ditimbulkan baik oleh penjual, maupun

pembeli yang menguntungkan kedua belah pihak.

2.2.1.3. Pengertian Konsep Pemasaran

Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan

faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan

falsafah baru yaitu konsep pemasaran (marketing concept) yang bertujuan dengan

diawali pasar yang didefinisikan secara jelas, berfokus terhadap keinginan dan

kebutuhan pelanggan, mengkoordinasi yang berkaitan dengan pelanggan dan

(27)

Konsep pemasaran merupakan sebuah orientasi pemasaran yang

menyatakan kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif

daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan

dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (Kotler, 1997: 17).

Menurut Swastha dan Handoko (2000: 6) konsep pemasaran adalah filsafat

bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan merupakan syarat ekonomi

dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan melihat definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran tersebut ada tiga unsur pokok,

adalah:

1. Orientasi pada konsumen, Perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan

konsumen harus :

a. Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang akan

dilayani dan dipenuhi.

b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai, dan

menafsirkan keinginan, sikap, serta perilaku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model

yang menarik.

2. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral

Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap

(28)

17

terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan

perusahaan dapat direalisir. Selain itu harus terdapat juga penyesuaian dan

koordinasi antara produk, harga, saluran distribusi, dan promosi untuk

menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan konsumen. Artinya,

harga jual harus sesuai dengan kualitas produk, promosi harus disesuaikan

dengan saluran distribusi, harga dan kualitas produk, dan sebagainya.

Usaha-usaha ini perlu juga dikoordinasikan dengan waktu dan tempat.

3. Kepuasan konsumen

Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan

mendapatkan laba, ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat

dipenuhi. Ini tidaklah berarti bahwa perusahaan harus berusaha

memaksimisasikan kepuasan konsumen, tetapi perusahaan harus mendapatkan

laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen.

2.2.2. Kualitas Layanan

2.2.2.1. Pengertian Kualitas Layanan

Parasuraman et.al (2000:44): “Service quality is the customer perception’s

of the superiority of the service”. Maksudnya kualitas layanan adalah persepsi

konsumen terhadap keunggulan suatu layanan. Pada dasarnya hanya konsumen

yang menilai kualitas layanan suatu badan usaha berkualitas atau tidak.

Kotler (1997:476) bahwa salah satu cara untuk membedakan dengan badan

usaha jasa yang lainnya adalah dengan memberikan kualitas layanan yang lebih

(29)

(1995:671) mengemukakan layanan sebagai berikut: “Service as an intangible

activity that provides the user some degree of performance satisfaction but does

not involve ownership and that, in most cases, cannot be stored or transported”.

Layanan merupakan suatu aktivitas yang tidak berwujud dan yang memberikan

suatu tingkat kepuasan bagi pemakai jasa tersebut tetapi tidak termasuk

kepemilikan, dan tidak dapat disimpan atau dipindahkan.

Dalam bersaing, badan usaha yang sejenis pada dasarnya seringkali

terlihat sama dalam hal fasilitas ataupun jenis-jenis layanan yang diberikan

kepada konsumen, tetapi hal tersebut dipersepsikan berbeda oleh konsumennya.

2.2.2.2. Dimensi Kualitas Layanan

Mutu merupakan istilah yang mempunyai makna yang berbeda bagi setiap

orang. Memahami dimensi mutu produk perusahaan merupakan langkah awal

dalam mengembangkan dan memelihara keunggulan produk dalam persaingan

bisnis. Ada beberapa pakar pemasaran telah mengimbangkan dimensi kualitas jasa

atau sering disebut sebagai faktor utama yang mempengaruhi atau menentukan

kualitas jasa berdasarkan pengalaman dan penelitiannya terhadap baberapa

perusahaan baik manufaktur maupun jasa. Pakar tersebut antara lain :

Menurut Tjiptono (1998:27) mengemukakan bahwa ada 8 dimensi kualitas

jasa yang dikembangkan dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan

strategis dan analisis yang meliputi :

1. Kinerja (perfomance) yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri atau keistimewaan tambahan (features) yaitu karakateristik sekunder atau

(30)

19

3. Keandalan (reliability) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan

atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification) yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang

ditentukan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability) yang berkaitan dengan berapa lama suatu produk

dapat terus digunakan.

6. Serviceability yang meliputi kecepatan kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi serta penanganankeluhan yang memuaskan.

7. Estetika yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu citra dan reputasi produk

serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Kasper (1999) dalam Wenny dan Rizal (2008: 44) mengemukakan lima

dimensi kualitas layanan yang terdiri dari :

1. Tangible, bentuk atau fasilitas fisik peralatan, personnel, dan peralatan

komunikasi.

2. Reliability, kemampuan memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat.

3. Responsiveness, keinginan untuk membantu konsumen dan menyediakan

layanan seketika.

4. Assurance, pengetahuan dan courtesy dari karyawan dan kemampuan mereka

untuk memberikan kepercayaan dan percaya diri.

5. Emphaty, kepedulian, perhatian terhadap individu yang diberikan oleh

(31)

2.2.3. Kepuasan Konsumen

2.2.3.1. Pengertian Kepuasan Konsumen

Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan konsumen semakin besar,

sehingga banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap hal tersebut. Permatuan

dan pengukuran terhadap kepuasan konsumen telah menjadi hal yang sangat

penting bagi setiap badan usaha. Hal ini dikarenakan langkah tersebut dapat

memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan

implementasi strategi peningkatan kepuasan. Kepuasan konsumen disebut sebagai

salah satu strategi untuk memenangkan persaingan. Secara tradisional falsafah

marketing merupakan pencapaian kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen

adalah kemenangan jangka panjang.

Setiap individu memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi

untuk mempertahankan hidupnya. Produk atau jasa dibuat untuk memenuhi apa

yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Kalau hal itu sudah tercapai, berarti

kepuasan konsumen sudah terjadi dan diharapkan perusahaan akan mampu untuk

menghasilkan jasa, sesuai yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen.

Kotler (1997: 40) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan perasaan

seseorang yang timbul dari perbedaan antara kinerja (hasil) yang diterima

konsumen dengan harapannya. Jika kinerjanya lebih rendah dari harapannya,

maka konsumen kecewa. Jika kinerja sama dengan harapannya, maka konsumen

puas. Jika kinerjanya melebihi harapannya, maka konsumen akan sangat puas.

Mowen (1995: 89) menyatakan bahwa kepuasan konsumen sebagai

(32)

21

mereka memperoleh dan menggunakannya. Ini merupakan penilaian evaluatif

pasca pemilihan yang disebabkan oleh seleksi pembelian khusus dan pengalaman

menggunakan atau mengkonsumsikan barang atau jasa tersebut.

Konsumen membandingkan persepsi mereka atas kualitas produk setelah

menggunakan produk tersebut sesuai dengan ekspektasi kinerja produk sebelum

mereka membelinya. Tergantung pada bagaimana kinerja actual dibandingkan

dengan kinerja yang diharapkan. Mereka akan mengalami emosi yang positif,

negatif atau netral. Tanggapan emosional ini bertindak sebagai masukan atau

input dalam persepsi kepuasan atau ketidakpuasan mereka.

Berdasarkan uraian diatas bahwa kepuasan merupakan respon pemenuhan

dari konsumen. Kepuasan adalah hasil dari penilaian konsumen bahwa produk

atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan

ini bisa lebih atau kurang. Oleh karenanya, perusahaan harus dapat memberikan

produk atau layanan yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan dari

konsumen sehingga mencapai kepuasan dari konsumen dan lebih jauh lagi dapat

menciptakan kesetiaan konsumen.

2.2.3.2. Dimensi Kepuasan Konsumen

Menurut Dutka (1994:41) bahwa atribut-atribut yang membentuk

kepuasan konsumen adalah :

Atribut-atribut yang berhubungan dengan produk (related to product)

meliputi: (1) value-price relationship, yang merupakan kesesuaian antara tarif

(33)

penilaian mutu dari suatu produk. (3) products benefit merupakan manfaat yang

diperoleh konsumen dari menggunakan suatu produk yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan lainnya. (4) products features merupakan ciri-ciri tertentu yang

dimiliki oleh suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang ditawarkan

pesaing.

Atribut-atribut yang berhubungan dengan jasa (related to service)

meliputi: (1) guarantee, jaminan yang diberikan terhadap layanan perusahaan

(2) delivery, kemampuan perusahaan layanan; (3) complaint handling,

penanganan terhadap keluhan pelanggan yaitu keseringan menanggapi keluhan

pelanggan, (4) resolution of problems, kemampuan mengatasi permasalahan yang

dihadapi oleh pelanggan.

Atribut-atribut yang berhubungan dengan pembelian (related to purchase)

meliputi (1) courtesy, kesopanan karyawan; (2) ease or convenience of

acquisition, kemudahan mendapatkan informasi; (3) company reputation, reputasi

dari perusahaan; (4) company competence, kemampuan perusahaan dalam

menanggapi persoalan.

Menurut Wenny dan Rizal (2008: 48) bahwa kepuasan konsumen (X2

1. Kepuasan terhadap pelayanan

)

diukur oleh 3 indikator, antara lain:

2. Jasa yang dipakai melebihi ekspektasi

(34)

23

2.2.4. Loyalitas Konsumen

2.2.4.1. Pengertian Loyalitas Konsumen

Loyalitas pelanggan (customer loyalty) merupakan dorongan (drive) yang

sangat penting untuk menciptakan penjualan. Pelanggan akan menjadi loyal kalau

pelanggan memandang perusahaan itu sebagai perusahaan yang baik. Di mata

pelanggan, suatu perusahaan itu baik bila pelanggan melakukan pembelian

pertama dari perusahaan, dan setelah pembelian pertama, pelanggan punya

keinginan untuk melakukan pembelian berikutnya.

Pelanggan adalah orang yang biasa membeli pada suatu badan usaha

secara tetap. Kebiasaan ini dibangun melalui pembelian dan interaksi pada tiap

frekuensi kesempatan selama suatu periode waktu tertentu. Tanpa adanya jalanan

hubungan yang kuat dan pembelian secara berulang-ulang, orang tersebut tidak

bisa dikatakan sebagai pelanggan, tetapi hanya merupakan seorang pembeli.

Kesetiaan adalah kesediaan dari pelanggan untuk melakukan pembelian

produk atau layanan hanya pada satu badan usaha. Seorang pelanggan dapat

dikatakan setia terhadap suatu badan usaha jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut,

yaitu melakukan pembelian secara berulang pada badan usaha yang sama.

Membeli melalui line produk dan jasa yang ditawarkan oleh badan usaha yang

sama memberitahukan kepada orang lain kepuasan-kepuasan yang didapat dari

suatu badan usaha dan menunjukkan kekebalan terhadap tawaran usaha pesaing.

Hal terpenting yang harus dilakukan untuk memenangkan persaingan

adalah memuaskan konsumen. Perusahaan yang berhasil menjaga agar

(35)

mengembangkan usahanya karena konsumennya lebih setia, sehingga konsumen

tersebut kerapkali melakukan pembelian ulang dan rela membayar lebih.

Kesetiaan pelanggan mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek

tertentu. Kesetiaan sebagai suatu komitmen untuk membeli kembali secara

konsisten barang atau jasa di masa yang akan datang.

Kesetiaan konsumen pada suatu merek tidak terbentuk dengan sendirinya

dalam waktu yang singkat tetapi perlu proses belajar dan pengalaman dari

konsumen itu sendiri. bila dari pengalamannya konsumen tidak mendapatkan

merek produk yang memuaskan maka konsumen akan terus membeli dan

mencoba bermacam-macam merek sampai mendapatkan produk yang sesuai

dengan keinginannya.

Menurut Mowen (1995: 108) Kesetiaan merek didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana konsumen memiliki sikap yang positif terhadap suatu merek,

memiliki komitmen pada merek tersebut dan berniat untuk melakukan pembelian

ulang terhadap produk dengan merek tertentu tersebut di masa yang akan datang.

Pendapat ini didukung oleh Keegan, Moriarty dan Duncan (1995: 6) Konsumen

yang setia akan bersikap positif terhadap produk dan cenderung melakukan

pembelian yang berulang-ulang terhadap produk tersebut.

Kesetiaan merek di pengaruhi secara langsung oleh kepuasan atau

ketidakpuasan dengan merek yang telah diakumulasi dalam jangka waktu tertentu

sebagaimana persepsi kualitas produk. Karena empat sampai enam kali lebih

(36)

25

maka para manajer harus memberi prioritas tertinggi pada penciptaan strategi

yang membangun dan mempertahankan kesetiaan merek.

Produsen selalu berusaha memuaskan keinginan konsumen agar konsumen

setia pada suatu merek, karena dengan semakin banyaknya konsumen yang setia

penjualan akan semakin meningkat, biaya pemasaran dapat berkurang dan

timbulnya kemungkinan untuk menarik konsumen baru. Setia tidaknya konsumen

pada suatu merek dapat dilihat dari sikapnya, seperti yang dinyatakan Assael

(1995: 131) yaitu kesetiaan merek merupakan sikap terhadap suatu merek yang

ditunjukkan dengan pembelian yang konsisten dan terus menerus terhadap merek

tersebut. Jika konsumen sudah membeli suatu produk dengan merek tertentu

secara berulang-ulang maka konsumen tersebut memiliki loyalitas terhadap

merek.

2.2.4.2. Dimensi Loyalitas Konsumen

Oliver (1999) dalam Wenny dan Rizal (2008: 48) mengemukakan empat

dimensi loyalitas konsumen yang terdiri dari :

1. Cognitive loyalty, meliputi keinginan untuk selalu memakai jasa provider, dan

anggapan pelanggan terhadap priority provider

2. Affective loyalty, meliputi kesenangan untuk bekerja sama dengan provider,

dan anggapan pelanggan terhadap kualitas provider

3. Conative loyalty, meliputi keyakinan untuk menggunakan terus menerus, dan

merekomendasikan provider

4. Action loyalty, meliputi sikap untuk membeli hanya dari satu provider saja,

(37)

2.2.5. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen

Parasuraman, et.al (2000: 44) bahwa kualitas layanan adalah persepsi

pelanggan terhadap keunggulan suatu layanan. Pada dasarnya hanya pelanggan

yang menilai kualitas layanan suatu organisasi berkualitas atau tidak. sedangkan

kepuasan menurut Kotler (1997:36) merupakan tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil suatu produk yang ia rasakan dibandingkan

harapannya.

Hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan konsumen seperti

yang diungkapkan oleh Boone dan Kurtz (1995:439) bahwa kualitas layanan

adalah permulaan dari kepuasan konsumen, kualitas layanan menentukan

kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan merasa puas, apabila

mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen

Anderson dan Sulivan (2003) menyatakan bahwa konsumen yang merasa

puas adalah konsumen yang akan bertahan. Hal ini didukung oleh Hirshman

(1970) dan Oliver, et,al (1997) yang menyatakan bahwa konsumen yang merasa

tidak puas akan mengeluh dan pindah, dan tingkat kepuasan yang tinggi menjadi

kunci dari kesetiaan. (Wenny dan Rizal, 2008: 47)

Oliver (1999) dalam Wenny dan Rizal (2008: 47) menyatakan bahwa

hubungan antara kepuasan dan loyalitas belum ditetapkan dengan baik.

Menurutnya, ada enam dari sekian banyak kemungkinan yang berbeda yang

(38)

27

kepuasan dan loyalitas adalah penjelmaan yang terpisah dari konssep yang sama

dan dalam cara yang sama pula. 2) Kepuasan merupakan konsep inti loyalitas,

tanpanya loyalitas tidak aka nada, dan bahwa kepuasan merupakan jangkar dari

loyalitas. 3) Kepuasan sebagai nuklir dan merupakan ramuan dari loyalitas namun

hanya satu komponennya saja. 4) Keberadaan yang lebih tinggi dari loyalitas

akhir dimana kepuasan dan simple loyalty merupakan komponennya. 5) beberapa

pecahan dari kepuasan ditemukan dalam loyalitas dan bahwa pecahan tersebut

adalah bagian tapi bukan merupakan kunci untuk loyalitas. 6) kepuasan

merupakan awal dari urutan transisi yang memuncak menjadi pernyataan loyalitas

(39)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Kerangka Model Penelitian

(40)

29

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen yang

menggunakan Esia di Esia Center Darmo Surabaya

2. Kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen yang

(41)

30

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kualitas Layanan (X)

Kualitas layanan merupakan Persepsi konsumen terhadap keunggulan suatu

layanan. Kualitas layanan (X) dibentuk oleh 5 dimensi (Wenny dan Rizal

(2008: 48) antara lain :

a. Tangible / bukti fisik (X1

X

) yaitu bentuk atau fasilitas fisik peralatan,

personnel, dan peralatan komunikasi. Tangible dibentuk oleh 2 indikator

yaitu:

1.1

X

Penampilan fisik gedung

1.2

b. Reliability / keandalan (X

Ketersediaan fasilitas penyedia layanan

2

X

) yaitu kemampuan untuk memberikan jasa

yang dijanjikan dengan akurat. Reliability dibentuk oleh 2 indikator yaitu:

2.1

X

Kemampuan memberikan jasa pelayanan dengan baik

2.2

c. Responsiveness / ketanggapan (X

Kesesuaian pelayanan dengan janji yang diberikan

3) yaitu keinginan untuk membantu

konsumen dan menyediakan layanan seketika. Responsiveness dibentuk

(42)

31

X3.1 Kemauan karyawan untuk membantu pelanggan yang

membutuhkan

X3.2

d. Assurance / jaminan (X

Kecepatan dan ketanggapan dalam memberikan pelayanan

4

X

) yaitu pengetahuan dan kemampuan karyawan

untuk memberikan kepercayaan kepada konsumen. Assurance dibentuk

oleh 2 indikator yaitu:

4.1 Kemampuan karyawan untuk menyakinkan pelanggan

X4.2

e. Emphaty / empati (X

Pengetahuan dan kecakapan petugas dalam memberikan pelayanan

5

X

) yaitu kepedulian, perhatian terhadap individu yang

diberikan oleh perusahaan terhadap konsumen mereka. Emphaty dibentuk

oleh 2 indikator yaitu:

5.1 Kepedulian karyawan terhadap kebutuhan konsumen yang

berkaitan dengan produk

X5.2 Perhatian akan keluhan konsumen yang disampaikan

2. Kepuasan Konsumen (Y)

Kepuasan konsumen merupakan keseluruhan sikap yang ditunjukkan

konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan

menggunakannya. Kepuasan konsumen (Y) dibentuk oleh 3 Indikator (Wenny

dan Rizal, 2008: 48) antara lain :

Y1 Kepuasan terhadap pelayanan

Y2 Jasa yang dipakai melebihi ekspektasi

(43)

3. Loyalitas Konsumen(Z)

Loyalitas konsumen merupakan suatu keadaan dimana konsumen memiliki

sikap yang positif terhadap suatu produk/jasa, memiliki komitmen pada

produk/jasa tersebut dan berniat untuk melakukan pembelian ulang di masa

datang. Menurut Wenny dan Rizal (2008: 48) bahwa loyalitas konsumen (Y)

diukur oleh 4 indikator, antara lain:

a. Cognitive loyalty (Z1

Z

) meliputi keinginan untuk selalu memakai Esia.

Cognitive loyalty dibentuk oleh 2 indikator yaitu:

1.1 Keinginan untuk selalu memakai Esia

Z1.2

b. Affective loyalty (Z

Anggapan pelanggan terhadap prioritas Esia

2

Z

) meliputi kesenangan memakai Esia. Affective loyalty

dibentuk oleh 2 indikator yaitu:

2.1 Kesenangan memakai Esia

Z2.2

c. Conative loyalty (Z

Anggapan pelanggan terhadap kualitas Esia

3

Z

) meliputi keyakinan untuk menggunakan terus

menerus dan merekomendasikan Esia. Conative loyalty dibentuk oleh 2

indikator yaitu:

3.1 Keyakinan untuk terus-menerus menggunakan Esia

Z3.2

d. Action loyalty (Z

Merekomendasikan Esia kepada orang lain

4

Z

) meliputi sikap untuk hanya menggunakan Esia. Action

loyalty dibentuk oleh 2 indikator yaitu:

4.1 Sikap untuk membeli hanya dari satu telekomunikasi saja

(44)

33

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan semantic differential scale. Analisis ini dilakukan

dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian

pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang

berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 5 dalam penelitian ini

mengikuti pola sebagai berikut :

3.2. Teknik Penentuan Sampel

1 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor

yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada kotak yang tersedia di

sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 5 nilai tertinggi.

Jawaban dengan nilai antara 1-3 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 4-5 berarti

cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen pengguna Esia Center

(45)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2008: 80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability

sampling tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:85).

Adapun kriteria- kriteria tersebut antar lain: responden berusia minimal

17 tahun dan responden berdomisili di Surabaya.

Penentuan jumlah sampel minimal yang bisa mewakili populasinya adalah

berdasarkan rumus sebagai berikut :

( )

( )

2

= distribusi normal Z yang diperoleh dari tabel (1,96)

(46)

35

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu

jenis yang diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner secara langsung pada

konsumen yang menggunakan Esia Center Darmo Surabaya.untuk mengetahui

pendapat mereka secara langsung.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

jawaban responden yang menggunakan Esia Center Darmo Surabaya..

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Kuesioner

yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang dibagikan kepada para responden.

b. Interview

yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan wawancara secara

langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat mereka secara

(47)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar

pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan

sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang

merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.

Uji validitas diukur ditafsirkan dengan menggunakan Item to Total Correlation,

jika nilai r > 0,5 maka indikator valid, dan jika nilai r < 0,5 maka indikator

tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai

alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,

dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002: 193).

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

(48)

37

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data

yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah

item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

(49)

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

Kriteria Pengujian :

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

1. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi

adalah tidak normal.

2. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi

adalah normal.

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau Model

Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor

berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model

mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara

faktor. (Augusty, 2002 : 34)

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini

(50)

39

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.

Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama

akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan

peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.

Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram

alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.

d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data

yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM hanya

menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data

input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.

e. Menilai Problem Identifikasi.

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

(51)

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya

disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat

(misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi Model.

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai

kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan

perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.

2. Normalitas dan Linieritas.

3. Outliers.

4. Multicolinierity and Singularity.

3.4.5. Uji Hipotesis

Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan

untuk mengukur derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data

yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk

digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.

a. χ2

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood

ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau

memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ

(Chi Square Statistic).

(52)

41

semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off

value sebesar ρ > 0,05 atau ρ > 0,10.

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi

chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

berdasarkan degree of freedom.

c. GFI (Goodness of Fit Index).

Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari

varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi

yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang

mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit).

Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.

d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index).

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien

yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan

yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau

lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks

(53)

e. CMIN/DF.

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of

freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan

oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya

sebuah model. Nilai χ2

f. TLI (Tucker Lewis Indeks)

relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari

3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very

good fit.

g. CFI (Comparative Fit Index).

Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana

semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a

(54)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Tanggapan responden tentang pengaruh kualitas layanan (X) terhadap

kepuasan konsumen (Y) dan dampaknya pada loyalitas konsumen (Z) pada yang

menggunakan Esia Center Darmo Surabaya, dimana kuisioner disebarkan pada

112 orang. Untuk jawaban kuisioner dinyatakan dengan memberi skor yang

berada dalam rentang nilai 1 sampai 5 pada masing-masing skala, dimana nilai 1

menunjukkan nilai terendah dan nilai 5 menunjukkan nilai tertinggi.

Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari

jenis kelamin dan usia responden. Berikut karakteristik responden yang disajikan

dalam tabel frekuensi berikut :

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 112 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

(%)

1 Pria 59 52,68

2 Wanita 53 47,32

Total 112 100,00

(55)

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden pria sebanyak 59 orang

(52,68 %) dan responden wanita sebanyak 53 orang (47,32 %).

2. Berdasarkan Usia

Dari 112 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1 17-30 tahun 54 48,21

2 31-45 tahun 37 33,04

3 ≥ 45 tahun 21 18,75

Total 112 100,00

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.2 diketahui responden berusia 17-30 tahun sebanyak 54 orang

(48,21 %), usia 31-45 tahun sebanyak 37 orang (33,04 %), usia dan usia 45 tahun

lebih sebanyak 21 orang (18,75 %).

4.1.2. Deskripsi Kualitas Layanan (X)

Kualitas Layanan (X)merupakanpersepsi konsumen terhadap keunggulan

suatu layanan. Kualitas layanan dibentuk oleh lima dimensi antara lain: tangible /

bukti fisik (X1), reliability / keandalan (X2), responsiveness / ketanggapan (X3),

assurance / jaminan (X4) dan emphaty / empati (X5). Hasil tanggapan responden

(56)

45

Tabel 4.3.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kualitas Layanan (X)

No Pertanyaan Skor Jawaban Mean

Skor

1 2 3 4 5

1

Penampilan fisik gedung kantor ESIA di Surabaya cukup bagus dan kokoh (X1.1

0 )

0 71 28 13 3,48

2 Ketersediaan fasilitas yang memadai di

kantor ESIA Surabaya (X1.2) 0 0 55 41 16 3,65

3

Kemampuan karyawan ESIA di Surabaya memberikan jasa pelayanan (X2.1

0 )

0 64 31 17 3,58

4

Kesesuaian pelayanan dengan janji yang diberikan oleh karyawan ESIA di

Surabaya (X2.2

0 )

0 37 39 36 3,99

5

Kemauan karyawan ESIA di Surabaya untuk membantu pelanggan cukup

tinggi (X3.1

0 )

0 50 41 21 3,74

6

Karyawan ESIA di Surabaya cukup cepat dan tanggap dalam memberikan

pelayanan kepada konsumen (X3.2

0 )

0 38 45 29 3,92

7

Kemampuan karyawan ESIA di Surabaya untuk menyakinkan

pelanggan cukup memadai (X4.1

0 )

0 72 29 11 3,46

8

Pengetahuan dan kecakapan karyawan ESIA di Surabaya dalam memberikan

pelayanan cukup baik (X4.2

0 )

0 39 43 30 3,92

9

Karyawan ESIA di Surabaya cukup peduli dengan kebutuhan konsumen

yang berkunjung (X5.1

0 )

0 49 41 22 3,76

10

Karyawan ESIA di Surabaya selalu memberi perhatian terhadap keluhan

yang disampaikan konsumen (X5.2

0 )

0 46 40 26 3,82

Mean Skor Keseluruhan 3,73

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa pernyataan “Kesesuaian pelayanan

dengan janji yang diberikan oleh karyawan ESIA di Surabaya” memiliki nilai

rata-rata tertinggi sebesar 3,99, yang berarti responden setuju bahwa terdapat

(57)

Surabaya. Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap

kualitas layanan (X) sebesar 3,73 yang berarti responden setuju bahwa kualitas

layanan yang merupakan persepsi konsumen terhadap keunggulan layanan di Esia

Center Darmo Surabaya selama ini cukup baik.

4.1.3. Deskripsi Kepuasan Konsumen (Y)

Kepuasan Konsumen (Y) merupakan keseluruhan sikap yang ditunjukkan

konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan

menggunakannya. Hasil tanggapan responden terhadap kepuasan konsumen (Y)

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Konsumen (Y)

No Pertanyaan Skor Jawaban Mean

Skor

1 2 3 4 5

1

Pendapat anda terhadap kepuasan pelayanan yang diberikan oleh Pihak ESIA di Surabaya

0 0 36 40 36 4,00

2

Pendapat anda bahwa Esia mampu memenuhi kebutuhan konsumen melebihi harapannya

0 0 44 34 34 3,91

3

Pendapat anda dengan kepuasan secara keseluruhan baik dari pelayanan yang diberikan maupun kepuasan dalam menggunakan Esia

0 0 44 42 26 3,84

Mean Skor Keseluruhan 3,92

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa pernyataan “Pendapat anda

terhadap kepuasan pelayanan yang diberikan oleh Pihak ESIA di Surabaya”

memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,00, yang berarti responden setuju

Gambar

Tabel 1.1 Laporan Penjualan Pulsa Isi Ulang ESIA Di Surabaya
Tabel 1.2
Gambar 2.1 Kerangka Model Penelitian
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan bakteri fermentatif ini berdasarkan pada beberapa keunggulan yang dimiliki antara lain mampu tumbuh dan mengkonsumsi gula dengan cepat menggunakan jalur

Pembangunan Infrast rukt ur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Sist em 3R

Uniknya gangguan jiwa yang terjadi di desa Dameka bukan saja disebabkan karena faktor keturunan atau bawaan sejak lahir, banyak beban pikiran, dan frustasi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:Peranan pengadilan dalam penanganan tindak pidana penelantaran keluarga diwujudkan dengan adanya perlindungan terhadap hak-hak dari pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Motif Penonton Surabaya Dalam Menonton Program Pojok Kampung Di Jawa Timur Televisi (JTV). I.4

3 Peta Tanda Roland Barthes &#34;Eksploitasi Alam yang Identik dengan Laki-Laki 1&#34; (Sumber: Olahan Peneliti) ... 4 Peta Tanda Roland Barthes &#34;Eksploitasi Alam yang Identik

11 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penanganan Tersangka Dan/ Atau Terdakwa Pecandu Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi.Sekalipun

terhadap kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. ditinjau dari segi