DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Tunanetra ... 9
1. Definisi ... 9
2. Braille ... 12
B. Hakekat Pembelajaran ... 13
1. Pengertian belajar ... 13
2. Pengertian pembelajaran ... 14
C. Sejarah Perkembangan Tulisan Bagi Tunanetra ... 14
1. Valentin Hauy ... 15
2. Moon ... 16
3. Barbier ... 17
4. Louis Braille ... 18
D. Sejarah Perkembangan Tulisan Braille Pada Zaman Modern ... 22
E. Alat Penghasil Tulisan Braille ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Pendekatan Penelitian ... 25
B. Tempat Penelitian ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 28
F. Validitas Data ... 31
G. Analisis Data ... 31
H. Prosedur Penelitian ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 48
BAB V PENUTUP ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 56
Daftar Pustaka ... 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menulis merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan pada anak sedini mungkin. Dengan memiliki kemampuan menulis, anak akan dapat menuangkan segala hal yang ada dalam pikiran dan dikemukakan dengan bahasa tulis. Selain itu, dengan memiliki kemampuan menulis anak diharapkan mampu berkomunikasi dengan orang lain serta dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan melalui tulisan. Untuk itu perlu diajarkan cara menulis yang baik kepada anak sejak dini, agar mereka memiliki motivasi untuk membaca dan menulis, sehingga mereka mampu mengenal huruf-huruf yang akan mereka tulis sebelum mereka dapat membaca tulisan tersebut dengan benar.
penggunaan huruf awas bagi siswa yang dapat melihat. Dengan demikian, keterampilan siswa tunanetra dalam menggunakan huruf braille dapat dikatakan sebagai kemampuan dasar dan juga kemampuan utama yang harus dimiliki.
Menulis Braille merupakan salah satu keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa tunanetra sejak dini, karena tulisan Braille merupakan media penting dalam menerima dan mendapatkan pengetahuan bagi para tunanetra. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, keterampilan siswa tunanetra dalam membaca dan menulis huruf braille, akan sangat mendukung terhadap kelancaran proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. Hal tersebut dapat dipahami, mengingat semua materi mata pelajaran yang disampaikan, dapat diakses oleh siswa tunanetra melalui aktivitas membaca dan menulis huruf Braille
Selain sebagai sarana yang memungkinkan para tunanetra memiliki akses terhadap ilmu pengetahuan, tulisan Braille juga dapat menjadi sarana membaca, maka mereka akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.
dikenalkan huruf sedikit demi sedikit agar dapat menulis dengan benar. Alat yang dapat digunakan untuk menulis Braille bisa dengan reglet atau mesin ketik Braille. Dalam menulis Braille pada anak tunanetra kelas I SD, sebaiknya dilatih menulis dengan menggunakan reglet dan pen, karena reglet dan pen merupakan alat utama dan pertama yang dikenalkan untuk menulis Braille bagi tunanetra.
Walaupun kecanggihan teknologi sudah semakin maju untuk peralatan tulis bagi anak tunanetra, reglet tetap tidak dapat dipisahkan dari tunanetra karena itulah alat yang paling fleksibel untuk menulis kapanpun, dimanapun dan dengan kertas ukuran apapun. Sebagai alat tulis yang tidak dapat ditinggalkan, maka anak tunanetra hendaknya mendapatkan pembelajaran menulis Braille dengan menggunakan reglet yang tepat sedini mungkin, agar dapat menulis huruf Braille dengan baik dan benar.
Prinsip latihan pengenalan simbol Braille permulaan adalah mengenalkan anak pada 6 (enam) titik sebagai formasi yang akan menyatakan simbol Braille yang dimaksudkan sebelum anak memanfaatkan media baca tulis yang sebenarnya. Dalam menulis huruf Braille, sering kali membuat anak bingung karena cara menulis dari sebelah kanan, tetapi dapat dibaca dari sebelah kiri ke kanan. Oleh karena itu sering terjadi kesalahan dalam menghafal letak titik, juga
penulisan huruf yang salah. Misalnya : “d” menjadi “f”, “e” menjadi “i”, “h”
menjadi “j”, “r” menjadi “w” dan sebaliknya. Hal lain yang sering dialami oleh
kesalahan penulisan yang biasa terjadi adalah salah dalam menusukkan titik huruf yang diinginkan karena kurang pekanya perabaan saat memegang pena, meraba
diantara 6 titik. Misalnya : Huruf “j” menjadi “w” karena tertusuk ke titik 6.
Kesulitan dalam menulis huruf-huruf di atas, dapat dialami oleh siswa-siswa tunanetra karena berorientasikan pada 6 (enam) titik dengan posisi dan bentuk yang hampir mirip, sehingga ada kalanya siswa tersebut sulit untuk mempersepsikan. Hal itu sering kali menyebabkan anak mengalami hambatan setelah diminta guru untuk menulis. siswa tidak dapat menguraikan urutan titik-titik yang sebenarnya. Dengan demikian, ketidakmampuan atau kekeliruan menulis huruf Braille perlu diatasi sejak awal dalam proses pembelajaran, karena dikhawatirkan akan menghambat siswa tunanetra belajar dalam kelas berikutnya. Agar proses belajar mengajar menulis Braille ini dapat terjadi dengan baik, sebaiknya guru memiliki pengetahuan yang dalam tentang Braille dan cara penggunaan reglet, sehingga dapat memberikan penanaman konsep menulis Braille kepada anak. Konfigurasi huruf-huruf Braille yang harus ditulis dari kanan ke kiri kemudian menghasilkan huruf-huruf yang dapat dibaca dari kiri ke kanan,
perlu diajarkan kepada anak dengan cara menghafalkan penempatan titik “1, 2, 3”
ketika menulis berada di sebelah kanan. Tetapi ketika dibaca, posisi titik “1, 2, 3”
menjadi titik “4, 5, 6”. Untuk titik “4, 5, 6” ketika ditulis berada di sebelah kiri
dan ketika dibaca menjadi posisi sebelah kanan.
karakter per baris dan maksimal 28 baris (dengan margin 0). Memperkecil atau memperbesar karakter tersebut akan sangat mengganggu keterbacaannya oleh ujung-ujung jari tunanetra. Karakter Braille terdiri dari titik-titik yang dibentuk dengan menusuk kertas dengan kedalaman tertentu. Agar titik-titik tersebut dapat bertahan lama, ketebalan kertas memegang peranan penting. Reglet dan pen (slate
and stylus) adalah alat tertua yang digunakan untuk menulis Braille. Prototipe alat
ini diciptakan oleh Charles Barbier (Shodorsmall, 2000). Keuntungan utama alat yang sederhana ini adalah portabilitasnya dan harganya yang terjangkau.
Reglet ini terdiri dari dua plat logam atau plastik yang dihubungkan dengan engsel. Satu plat logam (plat bawah) mempunyai lubang-lubang tak tembus yang berfungsi sebagai cetakan sedangkan satu plat lainnya (plat atas) mempunyai lubang-lubang tembus yang berfungsi untuk mengarahkan penggunanya dalam membentuk titik-titik itu. Lubang-lubang pada plat atas itu disebut petak. Dalam keadaan plat bawah dan plat atas ditutupkan, setiap petak merupakan pedoman untuk mengarah pada enam lubang titik yang membentuk kerangka tulisan Braille. Untuk menulis, kertas dijepit di antara kedua plat logam
tersebut. Sebuah pen (paku dengan pegangan kayu/plastik) ditusuk-tusukkan di atas kertas itu melalui lubang-lubang pada plat atas untuk membentuk titik-titik
dengan cetakan plat bawah.
menulis dengan reglet harus dari kanan ke kiri. Terdapat bermacam-macam reglet berdasarkan jenis bahannya, jumlah barisnya, dan jumlah petak perbaris. Pada awalnya reglet dibuat dari logam, tetapi kemudian diproduksi juga reglet dengan bahan plastik. Jumlah barisnya berkisar dari dua hingga 36 baris, sedangkan jumlah petaknya berkisar dari 18 hingga 40 petak perbaris. Akan tetapi, yang paling umum digunakan adalah reglet dengan empat baris dan 28 petak perbaris.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pembelajaran Menulis Braille dengan Reglet pada anak Tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung”
C. Pertanyaan Penelitian
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini tentang “Pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung”. Untuk lebih rinci, peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pandangan guru tentang pentingnya pembelajaran menulis
Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung? 2. Bagaimanakah pengamatan guru tentang penerimaan siswa terhadap
pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung?
4. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung? 5. Bagaimanakah cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pembelajaran
menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung?
Dengan pertanyaan penelitian di atas, diharapkan dapat mengungkapkan jawaban yang nyata atas permasalahan yang ada, sehingga dapat ditemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
“Pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di
SLBN A Bandung”. Untuk lebih rinci, peneliti membuat tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pandangan guru terhadap pentingnya pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung.
2. Untuk mengetahui pengamatan guru tentang penerimaan siswa terhadap pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak Tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung. 5. Untuk mengetahui cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam
pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi anak
Dapat memperoleh informasi dan belajar cara menulis Braille dengan menggunakan reglet secara baik dan benar serta tidak mengalami pemahaman yang salah.
2. Bagi Guru dan sekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang tepat untuk penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata, baik lisan maupun tertulis, yang diambil dari tempat penelitian. Pilihan pendekatan tersebut didasarkan pula atas alasan bahwa penelitian bermaksud mendeskripsikan pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLBN A Bandung. Penetapan pemilihan sekolah ini adalah :
1. Sekolah ini menerima anak-anak tunanetra.
2. Terdapat anak tunanetra yang duduk di kelas I SD.
3. Kepala sekolah dan guru-guru merespon penelitian ini dengan baik. 4. Letak sekolah ini sangat strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti.
C. Sumber Data
data harus dirumuskan secara rinci yang berkaitan dengan jenisnya, apa, siapa yang secara langsung berkaitan dengan jenis informasi atau data yang akan digali.
Berdasarkan uraian diatas sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Informan
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan diteliti dan mengetahui mendalam tentang data-data yang diperlukan.
Adapun Informan dalam penelitian ini adalah dua Guru kelas I SD di SLBN A Bandung.
2. Peristiwa atau Aktivitas
Tempat dan peristiwa dapat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteksnya, dan setiap situasi sosial selalu melibatkan pelaku, tempat, dan aktivitas.
Peristiwa atau aktivitas merupakan pengamatan terhadap proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Dalam penelitian ini aktivitas yang penulis amati yaitu praktek atau realisasi pendidikan proses pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD.
D. Teknik Pengumpulan Data
digunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Lexy J. Moleong (2007: 186) mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara (interviewwer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu.
Kegiatan wawancara ini yang utama dalam membuat daftar pertanyaan agar sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji, kemudian di dalam pelaksanaannya mencatat hal-hal yang penting dalam wawancara. Dalam wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan yang telah dipilihnya dan dianggap mengetahui secara jelas terhadap permasalahan yang akan diteliti. Wawancara ini dilakukan antara peneliti dengan informan. Adapun yang diwawancara dalam penelitian ini adalah dua guru kelas I SD di SLBN A Bandung.
2. Observasi
Menurut Heribertus Sutopo (2002: 64) berpendapat bahwa teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar.
Dalam penelitian ini penulis mengadakan observasi untuk mengumpulkan
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengobservasi dengan ikut dalam kegiatan menulis Braille dengan reglet dan ikut mengamati proses pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak kelas I SD di SLBN A Bandung.
3. Analisis Dokumentasi
Dokumen tertulis dan arsip merupakan hal yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif.
Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana sampai yang lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau. Demikian pula arsip yang pada umumnya berupa catatan-catatan yang lebih formal bila dibandingkan dengan dokumen. Sebagai catatan formal arsip sering memiliki peran sebagai sumber informasi yang sangat berharga. Sumber data berupa arsip dan dokumen biasanya merupakan sumber data pokok dalam penelitian kesejarahan, terutama untuk mendukung proses interpretasi dari setiap peristiwa yang diteliti (Heribertus Sutopo, 2002: 69).
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku literatur dan laporan serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan.
E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
penelitian ini akan digunakan beberapa definisi konseptual guna menjelaskan variabel-variabel di dalamnya, yaitu:
a. Pengajaran menulis Braille dengan reglet adalah pada dasarnya sama dengan strategi pembelajaran bagi orang awas, hanya dalam pelaksanaannya memerlukan modifikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima/ditangkap oleh tunanetra melalui indera-indera yang masih berfungsi. Media Pembelajaran yang diterapkan pada anak-anak tunanetra di beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) meliputi : alat bantu menulis huruf Braille (reglet, pen dan mesin ketik Braille).
b. Penghambat dalam pembelajaran menulis Braille dengan reglet adalah faktor yang ada dalam diri anak dan faktor yang berasal dari luar anak. c. Pendukung dalam pembelajaran menulis Braille dengan reglet adalah penanganan yang melibatkan pihak sekolah dan orangtua dalam pembelajaran menulis Braille dengan reglet.
2. Definisi Operasional
a. Pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung dapat dioperasionalkan dengan indikator sebagai berikut:
1) Alat yang digunakan untuk memberikan pembelajaran menulis Braille.
2) Reglet dengan ukuran dan bahan apa yang sering digunakan.
3) Respon anak saat diberikan pembelajaran menulis Braille dengan reglet.
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung dapat dioperasionalkan dengan indikator sebagai berikut : 1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri anak itu sendiri. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak. c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam pembelajaran
menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung dapat dioperasionalkan dengan indikator sebagai berikut : 1) Pelaksanaan bantuan yaitu dapat di sekolah ataupun di rumah. 2) Terlibat memberikan bantuan yaitu terutama guru yang mengampu
dan orangtua.
F. Validitas Data
Validitas data sebagai proses pembuktian bahwa data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan/fakta. Untuk itu, peneliti menggunakan cara triangulasi data. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh. Pada penelitian ini, triangulasi data dilaksanakan dengan membandingkan data yang sama atau pada informan yang berbeda, artinya apa yang diperoleh dari sumber satu, bisa lebih teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda sehingga keakuratan data dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian suatu data akan dapat dikontrol oleh data yang sama namun dari sumber yang berbeda.
G. Analisis Data
Model analisis data yang dipakai oleh Model Analisis Interaktif, yang digambarkan dalam skema sebagai
[image:19.595.119.541.207.646.2]berikut :
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif (HB Sutopo,2002: 96)
Untuk lebih jelasnya penulis paparkan sebagai berikut: 1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari proses analisa yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yan tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga penelitian dapat dilakukan.
2. Sajian Data
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan memahami apa yang terjadi dam memungkinkan untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.
PENGUMPULAN DATA
SAJIAN DATA
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa gejala kasus yang terdapat di lapangan. Penyusunan catatan, pola dan arahan sebab akibat dilakukan secara teratur. Hal ini berarti bahwa kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pertanyaan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisa terhadap fenomena yang ada. Disamping itu, didalam penarikan kesimpulan peneliti juga mendiskusikan permasalahan dengan pihak yang relevan yang akhirnya terjadi sebuah kesepakatan kesimpulan yang kokoh dan bisa dipercaya.
Proses analisis penelitian ini dilakukan dengan data cara mereduksi data yang terkumpul. Setelah data direduksikan kemudian melakukan penyajian data yang dirakit dalam suatu organisasi data. Selanjutnya data tersaji itu dianalisis untuk memperoleh jawaban atau kesimpulan penelitian.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan kejelasan langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari awal sampai akhir. Adapun prosedur penelitian dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
2. Tahap Pelaksanaan Lapangan
Tahap ini dimulai dengan kegiatan mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data, melakukan verifikasi dan pengayaan untuk selanjutnya merumuskan kesimpulan sebagai temuan penelitian.
4. Tahap Penyusunan laporan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab V ini akan disajikan kesimpulan dan saran yang menjadi inti dari keseluruhan proses penelitian ini.
A. Kesimpulan
Secara umum penelitian ini telah menemukan kesimpulan bahwa pada pembelajaran menulis Braille pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung ditemukan sejumlah kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa-siswa tunanetra. Sementara itu, guru telah melakukan berbagai cara yang terkait dengan kesulitan yang dihadapi oleh siswa tunanetra dalam menulis Braille dengan reglet. Adapun kesulitan yang dihadapi oleh siswa tunanetra dalam mengikuti pembelajaran menulis Braille dengan reglet adalah kesulitan dalam mengidentifikasi huruf-huruf Braille yang hampir mirip diantaranya : “d” menjadi
“f”, “e” menjadi “I”, “h” menjadi “j” dan “r” menjadi “w”. Selain itu siswa juga
mengalami kesulitan saat memasang reglet sehingga tulisannya tidak dapat dibaca karena menumpuk, serta kesalahan penulisan karena sering salah tusuk.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
awal, maka akan dapat menghambat pada proses belajar mengajar di kelas selanjutnya. Yang harus diperhatikan dalam pembelajaran menulis Braille ini adalah melatih kemampuan anak dalam keterampilan menulis. Sayangnya, keterampilan anak dalam menulis tidak sama karena masing-masing anak memiliki kemampuan yang berbeda. Cara yang dapat ditempuh adalah melatih motorik anak agar dapat menulis dengan cepat.
2. Penerimaan siswa terhadap pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung, selama ini sangat baik. Terbukti dengan seringnya siswa bertanya pada guru bila mengalami kesulitan, bertanya apabila lupa menulis sebuah huruf, tidak takut meminta bantuan guru dalam hal-hal yang dirasa sulit oleh mereka. Mereka tampak antusias saat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Hanya beberapa siswa saja yang masih malas dan hal tersebut dapat menghambat kemampuannya dalam belajar menulis Braille dengan reglet.
4. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung, adalah: Respon anak yang baik dalam pembelajaran menulis Braille, fasilitas belajar yang sudah tersedia yang memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, motivasi yang dimiliki anak untuk terus belajar menulis dan adanya komunikasi yang baik antara guru dengan orangtua, sehingga akan memudahkan guru dan orangtua mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak.
5. Cara guru dalam mengatasi kesulitan menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung, adalah : Guru memberikan penanaman menghafalkan huruf-huruf yang dirasa sulit dikenali oleh anak, anak juga diajarkan untuk menghafalkan letak titik-titik tersebut dalam posisi membaca maupun menulis, motorik anak yang lambat dalam menulis diatasi dengan sering mendikte agar anak dapat menulis dengan cepat, guru menyediakan waktu diantara proses belajar mengajar untuk anak yang mengalami kesulitan, guru menganjurkan agar orangtua juga ikut mempelajari tulisan Braille, memberikan reward pujian pada anak yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik.
B. Saran
pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan pandangan guru tentang pentingnya pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I Bandung, maka disarankan : guru sebaiknya melatih kemampuan siswa dalam menulis Braille dengan cara mendikte lebih cepat agar motorik siswa terlatih cepat dalam menulis menggunakan reglet dan pen.
2. Berdasarkan penerimaan siswa terhadap pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung, maka disarankan: guru selalu menyediakan waktu untuk anak dapat bertanya ketika mereka mengalami kesulitan. Dalam hal ini, guru menerima pertanyaan-pertanyaan dari anak pada saat pelajaran berlangsung, serta telah menyediakan waktu ketika mengajar, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak. Apabila masih terdapat anak yang malas dan tidak mau aktif dalam kegiatan belajar mengajar, maka disarankan : guru sebaiknya selalu memberikan motivasi pada anak.
orangtua juga dapat ikut memantau perkembangan anak dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
4. Berdasarkan faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam pembelajaran menulis Braille dengan reglet pada anak tunanetra kelas I SD di SLBN A Bandung, Terkait dengan fasilitas belajar, maka disarankan : Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, sebaiknya menyediakan buku materi pelajaran yang lebih banyak lagi agar siswa dapat mempelajarinya di rumah, sebagai cara berlatih membaca dan menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. M dan Yusuf K.I. 1990. Pendidikan Luar Biasa .Jakarta: YK3S.
Bogdan C. dan Bliken F.K. 1982. Qualitative Research For Education An
Introduction To Theory And Method. Boston: Allin and Bacon inc.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Pedoman Menulis Braille
Menurut Ejaan Baru yang Disempurnakan Di sekolah Luar Biasa. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992. Buku Petunjuk Pembelajaran
di Sekolah Luar Biasa bagian Tunanetra. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman Penulisan Braille Indonesia
Bidang Bahasa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Hallahan, Kaufman. 2005. Special Education. Pierson: Education, inc.
Lexy J. Moleong. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.
Sujana. 2007. Sistem dan Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Falah.
Sutopo B, Heribertus. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tarsidi, Didi. 2007. Braille, Buku Materi Pokok Mata Kuliah Braille. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.