• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan para Pihak dan Pertanggujawaban Dealer Service atas Musnahnya Kendaraan Akibat Kebakaran Selama Proses Perbaikan dan Pemeliharaan Berkala Dikaitkan dengan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan para Pihak dan Pertanggujawaban Dealer Service atas Musnahnya Kendaraan Akibat Kebakaran Selama Proses Perbaikan dan Pemeliharaan Berkala Dikaitkan dengan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Kedudukan Para Pihak Dan Pertanggungjawaban Dealer Service Atas Musnahnya Kendaraan Akibat Kebakaran Selama Proses Perbaikan Dan Pemeliharaan Berkala Dikaitkan Dengan Peraturan Perundang- Undangan

Di Indonesia.

Deni Nurdiansyah (1287063)

Transportasi merupakan hal penting dalam hidup manusia. Manusia membutuhkan sarana transportasi untuk menunjang aktivitasnya. Mobil merupakan sarana transportasi yang paling diminati karena membantu dan mempermudah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari manusia. Mobil yang digunakan, pasti mengalami risiko kerusakan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbaikan atau perawatan berkala yang dilakukan oleh dealer service sebagai penyedia jasa. Hubungan antara dealer service dengan konsumen didasari oleh perjanjian service, di mana dalam perjanjian tersebut hanya terdapat perjanjian mengenai jasa layanan service dan tidak mengatur terjadinya peristiwa kehilangan/kebakaran yang merugikan pihak konsumen.

Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Langkah penelitian dilakukan dengan melakukan penelitian secara deduktif, dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur setiap permasalahan yang akan penulis bahas. Jenis data sekunder yang digunakan, yaitu dari bahan hukum primer, seperti perundang-undangan yang terkait di dalam penulisan ini. Bahan hukum sekunder yang digunakan seperti literatur buku, serta bahan hukum tersier yang akan penulis gunakan, yang ada pada artikel ataupun laman-laman elektronik.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kedudukan para pihak antara dealer service dengan konsumen hanya terdapat perjanjian service, yang berbentuk perjanjian baku. Hubungan konsumen dengan pihak asuransi, apabila kendaraan milik konsumen terikat perjanjian asuransi, (dalam hal ini apabila asuransi yang digunakan adalah Total Lost Only), maka kerusakan harus mencapai 75%, sedangkan bila asuransi yang digunakan adalah all risk maka asuransi akan mempertanggungkan kerugian dari terkecil hingga kerugian terbesar. Oleh sebab itu apabila terjadi evenemen yang mengakibatkan musnahnya kendaraan milik konsumen seperti yang terjadi di dalam kasus penulisan ini, maka pihak asuransi akan menanggung kerugian tersebut. Apabila kerugian disebabkan oleh pihak ketiga maka timbul yang dinamakan hak subrogasi sebagai hak permintaan pertanggungjawaban dari pihak asuransi terhadap pihak ketiga (dealer service). Dalam hal kendaraan konsumen tidak diasuransikan maka konsumen dapat mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum, atau dapat juga melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Oleh karena itu diharapkan adanya perluasan dalam UUPK mengenai kewajiaban dan tanggungjawab pelaku usaha, khususnya dalam penyedia jasa. Di dalam perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen seharusnya ada ketentuan yang menetapkan agar mencantumkan secara tertulis dan jelas tentang tanggungjawab para pihak, khususnya pelaku usaha sebagai pembuat perjanjian baku, dengan tidak hanya menjamin dan melindungi konsumen, tetapi juga menjamin objek yang menjadi pokok perjanjian.

(2)

ABSTRACT

The Position of Parties and Dealer Service Liability for Destruction of Vehicle from Fire during Periodical Reparation and Maintenance Related To Law Code in

Indonesia

Deni Nurdiansyah (1287063)

Transportation is essential in human living, the human have need for means of transportation to support their activities. Cars are most interested means of transportation as they are serving and facilitating day-to-day human activities. Cars under use certainly have risk of breakage. As service provider, the dealer service needs to make periodical reparation and maintenance. Relationship between dealer service and consumer is based on service contract; in which just service is contracted and the incidence of loss/fire damaging to the consumer is not put in order.

The Method used in the writing of thesis is normative juridical and the research conducted is analytical descriptive. The research is conducted in deductive measures, starting by analysis of Articles in law code regulating any problem to be studies. The type of secondary data used is primary law such as legislation concerned in the writing. Secondary law used is literature, and tertiary law is articles or electronic pages.

Based on the results of the research, we concluded the position of parties between dealer service and consumer is just found in service contract in the form of standardized contract. Relationship of consumer and insurance company exist when consumer vehicle is bound to an insurance contract (in this case, when insurance used is Total Lost Only). So, any damage must be indicated at 75%; rather, when insurance used is all risk the insurance shall assume liability for smallest to largest damages. If the occurrence of evenemen is resulting in the damage of consumer vehicle, as in case of this writing, the insurance company shall assume liability for the loss. When such loss is attributable to third party, so-called subrogation right as right to appeal for liability of insurance company for third party (dealer service) is appearing. In case of consumer vehicle having been not insured the consumer may file claim of illegal act to third party (dealer service), or to Agency for Consumer Lawsuit Settlement. Therefore, any expansion of UUPK concerning duties and responsibilities of businessmen, particularly service providers, is expected. In a contract between businessman and consumer should be any provision deciding that responsibilities of parties are grafted in written and explicit manners, particularly businessman served as framer of standardized contract, not only assure and protect consumer, but also guarantee fundamental object of a contract.

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..……. i

ABSTRACT ……….… ii

KATA PENGANTAR ……….…… iii

DAFTAR ISI ……… vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….……… 1

B. Identifikasi Masalah ………... 8

C. Tujuan Penulisan ……….. 9

D. Kegunaan Penulisan ………. 9

E. Kerangka Pemikiran ………. 10

F. Metode Penelitian ……….… 14

G. Sistematika Penulisan ………. 17

BAB II TINJAUAN PENGATURAN PERJANJIAN DAN ASURANSI DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA A. Tinjauan Umum Pengaturan Perjanjian Sebagai Sumber Lahirnya Hubungan Hukum …………...……...… 20

1. Pengertian Perjanjian ………... 20

2. Sarat Sahnya Perjanjian ………..…. 25

3. Jenis-Jenis Perjanjian ………... 27

(4)

5. Lahir Dan Berakhirnya Suatu Perjanjian ………. 35

B. Asuransi Sebagai Sarana Pengalihan Risiko ……… 39

1. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Perjanjian Asuransi ………... 34

2. Hak Dan Kewajiban Pihak Tertanggung Dan Penanggung ………. 47

3. Pengaturan Dan Kegiatan Perusahaan Asuransi Dalam Sistem Hukum Indonesia ………. 49

BAB III ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PERJANJIAN BAKU ANTARA PELAKU USAHA DEALER SERVICE DENGAN KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA A. Perlindungan Konsumen Dalam Sistem Hukum Indonesia ………..……… 52

1. Pengertian Dan Asas Hukum Perlindungan Konsumen ……… 54

2. Tujuan Perlindungan Konsumen ………. 58

3. Hak Dan Kewajiban Konsumen ……….. 59

4. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha ……….. 61

(5)

1. Jenis-Jenis Bentuk Klausula Baku ………... 64

2. Ciri-Ciri Klausula Baku ………...… 65

C. Bentuk Klausula Baku Dalam Transaksi Service Yang

Diberikan Oleh Pelaku Usaha Kepada Konsumen ... 66

1. Klausula Penerimaan Kendaraan ………. 67

2. Klausula Perintah Kerja Bengkel ………..…….. 71

3. Klausula Penyerahan Kendaraan ………. 77

D. Klausula Tentang Kejadian-Kejadian Di Luar

Kemampuan Manusia ………...… 80

BAB IV KEDUDUKAN PARA PIHAK DAN

PERTANGGUNGJAWABAN DEALER SERVICE ATAS

MUSNAHNYA KENDARAAN AKIBAT KEBAKARAN

SELAMA PROSES PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN

BERKALA DIKAITKAN DENGAN PERATURAN

PERUNDANG – UNDANGAN DI INDONESIA

A. Analisis Penentuan Pihak Yang Berkewajiban Menanggung

Risiko Kerugian Pemilik Kendaraan Dalam Hal Terjadinya

Peristiwa Kebakaran Dealer Service Pada Masa Pelaksanaan

Perbaikan Kendaraan ……… 85

1. Hubungan Hukum Antara Dealer Service Sebagai

Pelaku Usaha Dengan Pihak Konsumen ………. 85

2. Hubungan Hukum Antara Konsumen Dengan

(6)

Milik Konsumen ………..… 96

3. Hubungan Hukum Antara Pihak Dealer Service Dengan

Pihak Asuransi ………. 104

B. Pertanggungjawaban Dealer Service Atas Musnahnya

Kendaraan Akibat Peristiwa Kebakaran Selama Proses

Perbaikan Dan Pemeliharaan Berkala ……….. 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...…… 129

B. Saran ………. 132

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi merupakan hal penting dalam hidup manusia. Manusia

membutuhkan sarana transportasi untuk menunjang aktivitasnya. Pengertian

transportasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

“ Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan

yang digerakkan oleh manusia atau mesin.”1

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, baik di negara maju maupun negara berkembang

seperti di Indonesia.

Salah satu sarana transportasi yang cukup banyak digunakan adalah

mobil. Mobil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

“ kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar) untuk menghidupkan mesinnya. Mobil kependekan dari otomobil yang berasal dari bahasa Yunani 'autos' (sendiri) dan Latin 'movere' (bergerak).”2

Permintaan masyarakat terhadap mobil semakin tinggi. Hal ini

dibuktikan oleh data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Gramedia Pustaka Utama,

hlm. 1485.

2

(8)

Indonesia (Gaikindo) secara kumulatif, total mobil baru yang terjual di

Indonesia selama Januari-Mei 2015 mencapai 443.181 unit.3

Mobil merupakan sarana transportasi yang paling diminati karena

membantu dan mempermudah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

manusia. Sejak ditemukannya alat transportasi tersebut, gerak hidup

manusia berubah menjadi lebih mudah dan dinamis. Kurangnya jaminan

keamanan terhadap alat transportasi umum menjadi alasan mengapa

masyarakat Indonesia lebih memilih mobil pribadi.

Semakin berkembangnya zaman semakin banyak pula pilihan mobil

yang ditawarkan oleh produsen. Dengan banyaknya keluaran mobil terbaru

ditambah dengan semakin gencarnya iklan tentang mobil-mobil terbaru,

membuat sebagian masyarakat tertarik dan terdorong untuk dapat memiliki

kendaraan (mobil). Dengan kemudahan yang diberikan oleh produsen,

masyarakat dapat memperoleh mobil dengan cara pembelian secara tunai

maupun kredit/angsuran.

Dalam hal mobil yang dibeli adalah mobil baru maka fasilitas yang

diberikan oleh produsen terhadap pemilik mobil tersebut berupa garansi

fisik dan mesin sampai perbaikan atau pemeliharaan berkala secara gratis.

Perbaikan atau pemeliharaan berkala ini diberikan secara gratis sampai

dengan kilometer (selanjutnya disingkat menjadi Km) yaitu 15.000 Km atau

setara dengan 3x kunjungan pemilik kendaraan ke dealer service.

3

(9)

Pemeliharaan berkala dilakukan dengan tujuan agar kondisi pada

mobil tetap dalam keadaan stabil dan prima, kendaraan selalu dalam kondisi

optimal dan selalu siap dioperasikan dalam menjalankan aktivitas

sehari-hari. Pemeliharaan berkala ditujukan untuk menjamin keamanan dan

keselamatan, pengontrolan dan ketelitian pada saat service kendaraan dapat

menjadi jaminan terhadap keamanan dan keselamatan berkendara karena

jika tidak dapat mengakibatkan kecelakaan yang serius. Kecelakaan dapat

disebabkan oleh adanya komponen atau suku cadang yang tidak berfungsi

dengan baik.

Service merupakan satu hal yang sangat penting dalam dunia bisnis

karena service merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada pelanggan.

Service juga menjadi salah satu pertimbangan seseorang untuk memutuskan

membeli produk atau menggunakan jasa dari sebuah perusahaan.4 Dalam

hal ini service yang dimaksud adalah layanan jasa yang diberikan oleh

penyedia jasa dealer service dalam keahlian teknisi mesin-mesin pada

kendaraan. Service terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:5

1. Service kecil : dilakukan setelah kendaraan menempuh perjalanan,

setiap 5.000 s.d 10.000 km. service kecil ini dapat dipersamakan

dengan pemeliharaan berkala, yang membutuhkan waktu pengerjaan

kurang dari 1 (satu) hari.

4https://carapedia.com/pengertian_definisi_service_info2099.html. Diunduh 6 September 2015. 5

(10)

2. Service besar : dilakukan setelah kendaraan menempuh perjalanan,

setiap 10.000 s.d 20.000 km atau minimal sekali pertahun. Service

besar ini dapat dipersamakan dengan perbaikan, yang membutuhkan

waktu lebih dari 1 (satu) hari dilihat dari tingkat kesulitan dan

efisiensi waktu pengerjaan.

Jadwal service pemeliharaan berkala ditentukan dari jarak tempuh /

kilometer atau selang waktu berapa lama mobil dipakai. Misalnya suatu

komponen usia pakainya ditentukan 40.000 Km atau masa pemakaian 24

bulan, berarti komponen itu akan berkurang kemampuannya bila salah satu

hal di atas dicapai terlebih dulu. Untuk itu, mobil perlu pengecekan, apakah

kondisi mobil tercatat 40.000 km atau setara 24. Service pertama hanya

sejauh 5.000 km atau setara 4 bulan. Untuk jadwal servis bisa dilihat di

buku servis kendaraan yang diperoleh pada saat membeli kendaraan.

Kendaraan yang digunakan, pasti mengalami risiko kerusakan. Oleh

sebab itu, perlu dilakukan perbaikan atas kendaraan tersebut. Perbaikan

adalah service yang dilakukan apabila terjadi kerusakan fatal atau berat

yang terjadi pada kendaraan secara fisik maupun suku cadang yang sudah

tidak dapat dioperasikan secara normal, untuk itu perlu dilakukan perbaikan

untuk mengembalikan mesin / fisik pada kondisi semula dan sesuai dengan

standar pabrik.

Perbaikan atau pemeliharaan berkala dapat dilakukan baik di dealer

dealer service resmi dan bengkel umum. Dealer service resmi adalah

(11)

oleh salah satu Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) langsung, yang

berarti pada dealer service resmi ini hanya mengkhususkan salah satu merek

kendaraan tertentu yang berasal dari dealer asal kendaraan tersebut.

Sedangkan bengkel umum adalah usaha penyedia jasa perbaikan kendaraan

yang dikelola secara perseorangan / non ATPM, dalam hal non ATPM

bengkel umum tidak mengkhususkan pada salah satu merek tertentu

melainkan memberikan layanan jasa perbaikan dan perawatan berkala

kepada setiap merek kendaraan.

Keuntungan melakukan perbaikan atau pemeliharaan berkala pada

dealer service resmi adalah sebagai berikut:

1. Proses pengerjaan sesuai standar baku.

2. Didukung dengan peralatan yang sangat memadai.

3. Bergaransi.

4. Suku cadang asli atau original.

Dalam penulisan ini penulis mengkhususkan pembahasan tentang

pemilik kendaraan yang melakukan perbaikan dan pemeliharaan berkala

pada dealer service resmi. Pihak yang berhubungan dengan pemilik

kendaraan dalam transaksi pemeliharaan dan perbaikan kendaraan adalah

seorang service advisor (selanjutnya disebut SA).

SA sebagai seorang yang mewakili dealer service dalam hal

menerima pelanggan, melayani kepentingan pelanggan pada saat berada di

dealer service hingga kepentingan pelanggan tersebut selesai. SA menerima

(12)

tindakan apa yang harus dilakukan kepada keluhan yang dialami oleh

kendaraan pelanggan tersebut.

SA berkewajiban membuat dan memberikan Surat Keterangan

Penerimaan Kendaraan kepada pelanggan. Surat Keterangan Penerimaan

Kendaraan, merupakan perjanjian standar/baku, berisi :

1. Permintaan pelanggan terhadap service yang akan dilakukan kepada

mobil miliknya.

2. Estimasi suku cadang yang akan di pergunakan.

3. Rincian biaya keseluruhan yang harus dibayarkan oleh pelanggan.

4. Estimasi lamanya waktu yang diperlukan dalam pengerjaan.

Di dalam perjanjian tersebut tidak tercantum penjelasan mengenai

risiko-risiko dan pertanggungjawaban ganti rugi oleh dealer service terhadap

kemungkinan-kemungkinan, peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian

bagi pemilik kendaraan.

Di dalam proses perbaikan atau pemeliharaan berkala dapat muncul

risiko-risiko yang terjadi, seperti kasus berikut ini;

“ Jumat tanggal 5 September 2014 tepat pada pukul 09:00 WIT, bertempat di Kelapa Dua, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua. Dealer Toyota yang biasa digunakan sebagai tempat service kendaraan pada jumat pagi terbakar, yang mengakibatkan satu unit mobil Toyota avanza milik konsumen musnah. Diduga penyebab kebakaran dealer service Toyota tersebut akibat puntung rokok yang dibuang sembarangan dan mengenai tiner sehingga mengakibatkan terjadinya kebakaran oleh seorang kuli bangunan yang sedang bekerja merenovasi dealer service.”6

Dalam kasus ini, pemilik kendaraan dirugikan. Namun di dalam

dokumen surat keterangan penerimaan kendaraan tersebut yang diberikan

oleh SA kepada pelanggan sebagai perjanjian antara dealer service dan

6 http://papua.antaranews.com/berita/448060/gudang-service-mobil-toyota-di-jayapura-dilalap-api.

(13)

pelanggan tidak diatur mekanisme risiko-risiko yang akan timbul seperti

ganti rugi.

Dalam hal ini perlu ditelusuri apakah terdapat asuransi, baik atas

kendaraan milik pelanggan maupun atas bangunan dealer service, di mana

terdapat kendaraan milik pelanggan yang ikut serta dilalap api di dalam

dealer service tersebut.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian menyebutkan :

“ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau

hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah

asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai

pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi. Resiko yang

dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai

dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu

peristiwa yang mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertainty of

Occurrence & Uncertainty of Loss), misalnya :7

1. Risiko terbakarnya bangunan dan/atau harta benda di dalamnya

sebagai akibat sambaran petir, kelalaian manusia, arus pendek.

(14)

2. Risiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan

karena pencurian.

3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit.

4. Banjir, angin topan, badai, gempa bumi, tsunami.

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, belum ada skripsi

yang membahas topik ini. Dari uraian di atas, perlu dikaji batasan

pertanggungjawaban pihak dealer service terhadap terjadinya kerugian yang

dialami pemilik kendaraan. oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang dalam skripsi yang berjudul :

Kedudukan Para Pihak Dan Pertanggungjawaban Dealer Service Atas

Musnahnya Kendaraan Akibat Kebakaran Selama Proses Perbaikan

Dan Pemeliharaan Berkala Dikaitkan Dengan Peraturan Perundang-

Undangan Di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana hubungan hukum antara para pihak (dalam hal ini para

pihak dealer service, konsumen, pihak asuransi) terkait dengan

pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan berkala kendaraan milik

konsumen ?

2. Bagaimana pertanggung jawaban dealer service atas musnahnya

kendaraan akibat peristiwa kebakaran selama proses perbaikan dan

(15)

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan identifikasi permasalahan sebagaimana dikemukakan di

atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji hubungan hukum antara para pihak (dalam hal ini

para pihak dealer service, konsumen, pihak asuransi) terkait dengan

pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan berkala kendaraan milik

konsumen

2. Untuk mengkaji bagaimana pertanggung jawaban dealer service atas

musnahnya kendaraan akibat peristiwa kebakaran selama proses

perbaikan atau pemeliharaan berkala.

D. Kegunaan Penulisan

Dari tujuan-tujuan tersebut di atas, maka diharapkan penulis dan

pembahasan penulisan hukum ini dapat memberikan kegunaan atau manfaat

baik secara teoritis maupun praktis sebagai bagian yang tak terpisahkan,

yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Dari segi teoritis akademis, penulisan ini diharapkan berguna

dan memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu hukum,

khususnya dalam hal pertanggung jawaban pelaku usaha kepada

pemilik kendaraan berdasarkan Perundang-undangan di

(16)

b. Memberikan sumbangan pemikiran dari sudut pandang

perspektif penulis mengenai perlindungan hukum bagi pemilik

kendaraan dalam menggunakan jasa service mobil yang ditinjau

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan solusi atas permasalahan yuridis yang terjadi,

berkaitan dengan tanggungjawab pelaku usaha terhadap

konsumen.

b. Memberikan wawasan bagi pelaku bisnis otomotif perihal

kewajiban hukum yang mengikat dirinya dalam menjalankan

kegiatan usaha.

c. Memberikan masukan dan pengetahuan masyarakat perihal

adanya perlindungan hak yang dijamin oleh undang-undang.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan uraian tentang bagaimana peneliti

mengalirkan jalan pikiran secara logis dalam rangka memecahkan masalah

yang akan dirumuskan. Hukum memiliki tiga tujuan di mana

masing-masing tujuan berkedudukan sama, khususnya dalam penelitian ini tujuan

kegunaan harus diimbangi dengan keadilan dan kepastian hukum dalam

mengimplementasikan pengalihan risiko terhadap kerugian yang terjadi.

(17)

oleh masyarakat. Penyesuaian dan perubahan dalam kerangka hukum di

Indonesia sangat penting dan diharapkan mampu memberikan kegunaan di

masyarakat. Satjipto Rahardjo yang menyatakan:8

“peranan manusia, maupun masyarakat, ditampilkan kedepan,

sehingga hukum lebih tampil sebagai medan pergulatan dan perjuangan manusia. Hukum dan bekerjanya hukum seyogyanya dilihat dalam konteks hukum itu sendiri. Hukum tidak ada untuk diri dan keperluannya sendiri, melainkan untuk manusia, khususnya

kebahagiaan manusia.”

Dalam hal ini, permasalahan yang akan dibahas adalah berkenaan

dengan tanggungjawab dealer service atas musnahnya kendaraan milik

konsumen akibat terjadinya kebakaran. Hal ini merupakan suatu bentuk

perjanjian di mana para pihak memiliki kedudukan hak dan kewajiban yang

seimbang satu sama lain. R. Subekti menyatakan bahwa perjanjian adalah

“suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang

saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu”9

Berikut adalah kerangka pemikiran yang menjadi batasan penulisan

skripsi ini :

Hukum perjanjian di Indonesia diatur dalam Buku III Kitab Undang-

undang Hukum Perdata tentang perikatan. Dalam Pasal 1313 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata memberikan definisi “perjanjian” atau “persetujuan”

sebagai “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih”10

8

Pandangan Pemikiran Hukum Progresif Satjipto Rahardjo (Bahan Diskusi Mata Kuliah Ilmu Negara Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura Pontianak Kalimantan Barat). Oleh Turiman Fachturahman Nur. 2011.

9

Subekti, Pokok- Pokok Hukum Perdata, Jakarta, PT Intermasa, hlm. 122.

10

(18)

Buku III KUH Perdata Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat

syarat untuk sahnya suatu perjanjian, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang diperkenankan.

Dalam suatu bentuk perjanjian pada umumnya dikenal asas kebebasan

berkontrak atau yang sering juga disebut sebagai sistem terbuka. Asas

kebebasan berkontrak adalah adanya kebebasan seluas- luasnya yang oleh

undang- undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian

tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, kepatutan dan ketertiban umum. Asas kebebasan berkontrak

menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai

berikut :

1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian;

2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian;

3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian; 4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian;

5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian;

6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opisional.11

Akan tetapi dalam praktiknya ketentuan perjanjian antara pelaku

usaha/ penyedia jasa dengan konsumen dicantumkan secara sepihak oleh

salah satu pihak, maka perjanjian ini termasuk dalam bentuk perjanjian baku.

Perjanjian baku adalah konsep perjanjian tertulis yang disusun tanpa

11Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang bagi

(19)

membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan dalam sejumlah perjanjinan

tidak terbatas yang sifatnya tertentu.

Perjanjian baku menurut Sutan Remy Sjahdeini, bahwa perjanjian

yang hampir seluruh klausula-klausulanya sudah dibakukan oleh

pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang

untuk merundingkan atau meminta perubahan.12

Ciri- ciri dari suatu perjanjian baku antara lain :

1. Meniadakan dan membatasi kewajiban salah satu pihak ;

2. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang kedudukannya relatif lebih kuat dari pihak lain ;

3. Salah satu pihak sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian ;

4. Terdorong oleh kebutuhan terpaksa menerima isi perjanjian tersebut ;

5. Bentuknya tertulis dan telah dipersiapkan terlebih dahulu.13

Di dalam pembuatan perjanjian harus memperhatikan asas

keseimbangan. Menurut Ahmadi Miru keseimbangan antara konsumen dan

pelaku usaha dapat dicapai dengan meningkatkan perlindungan terhadap

konsumen karena posisi produsen lebih kuat dibandingkan dengan

konsumen.14

Berdasarkan pernyataan diatas, posisi pemilik usaha lebih kuat jika

dibandingkan dengan konsumen, sehingga seringkali pelaku usaha tidak

bersedia menanggung risiko. risiko merupakan suatu masalah bagi siapa pun

baik setiap pribadi atau organisasi yang selalu berusaha agar risiko yang

12

Sutan Remi Sjahdeni. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, hlm 66.

13 Anus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Bandung, hlm. 25. 14

(20)

dialaminya tidak menimbulkan kerugian yang terlampau besar dan risiko

timbul atau ada akibat dari adanya unsur ketidakpastian mengenai apa yang

akan terjadi di masa yang akan datang. Adapun cara yang ditempuh ada 2

(dua), yaitu menanggung risiko itu sendiri atau dengan cara mengalihkannya

pada pihak lain yang berperan khusus dalam menangani atau menanggung

berbagi macam risiko, risiko tersebut dapat dialihkan melalui sarana yang

disebut “asuransi “.

Definisi asuransi atau pertanggungan menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak

penganggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima

premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena

kerugian, kerusakan, kebakaran atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin

akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti

atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal

atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.15

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif di

mana prosedur penelitian ilmiah ini untuk menemukan kebenaran

15 Muhammad Syakir Sula, Prospek dan Tantangan Asuransi Syariah, Jakarta: makalah pada

(21)

berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.16 Penelitian ini

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan

pendekatan konsep (conceptual approach) serta pendekatan kasus (case

approach). Analisis data dirumuskan secara kualitatif, menghasilkan data

deskriptif analitis, yaitu menganalisis data tanpa rumusan matematis,

sehingga menghasilkan gambaran dan penjelasan.

1. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif merupakan upaya

memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada

lapangan atau kajian ilmu hukum.17

2. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data tambahan

yang diperoleh dari berbagai bahan hukum yang berhubungan dengan

penelitian ini, Bahan hukum sekunder bersumber dari bahan-bahan

hukum yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa serta

memahami permasalahan seperti peraturan per undang-undangan.

3. Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer yang

berfungsi untuk mendukung data sekunder. Upaya untuk mendapatkan

data primer dilakukan dengan wawancara. Wawancara adalah teknik

komunikasi di mana pengumpulan data dilakukan dengan bertatap

muka secara langsung antara responden dengan penulis untuk

mengadakan tanya jawab secara lisan.

16 Johnny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, Banyuwangi

Publishing, 2011, hlm 56

17

(22)

4. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2

bagian, yaitu :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan

serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip

dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan

permasalahan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan

wawancara (interview) kepada responden penelitian sebagai

usaha mengumpulkan berbagai data dan informasi yang

dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian.18

5. Teknik analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat

yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian

diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.19 Analisis data

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan

penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode deduktif, yaitu

menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan

yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian.

(23)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan disusun sebagaimana sistematika berikut ini:

BAB I : PENDAHULUAN,

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang

penulisan sehingga mengangkat permasalahan tersebut,

perumusan masalah, tujuan serta manfaat yang ingin dicapai

melalui penulisan ini, tinjauan kepustakaan, metode

penulisan yang dipakai serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PENGATURAN PERJANJIAN DAN

ASURANSI DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA,

Pada bab ini akan diuraikan mengenai berbagai tinjauan

pustaka terkait identifikasi yang akan dibahas, antara lain

mengenai ketentuan umum perjanjian menurut KUHPerdata

dan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di

(24)

BAB III : ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT

PERJANJIAN BAKU ANTARA PELAKU USAHA

DEALER SERVICE DENGAN KONSUMEN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA,

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai

perlindungan hukum bagi pemilik kendaraan terhadap

pemenuhan tanggungjawab oleh dealer service dalam hal

ini pelaku usaha. kemudian akan dijelaskan secara

terperinci terkait dengan peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku di Indonesia.

BAB IV : ANALISIS KEDUDUKAN PARA PIHAK DAN

PERTANGGUNGJAWABAN DEALER SERVICE

ATAS MUSNAHNYA KENDARAAN AKIBAT

KEBAKARAN SELAMA PROSES PERBAIKAN DAN

PEMELIHARAAN BERKALA DIKAITKAN

DENGAN PERATURAN PERUNDANG –

UNDANGAN DI INDONESIA,

Dalam bab ini, analisis dan pemaparannya berdasarkan

identifikasi masalah akan dibahas secara detail. Penulis

akan menganalisa bagaimana perlindungan hukum bagi

pemilik kendaraan atas musnahnya kendaraan akibat

(25)

pertanggungjawaban dealer service terhadap adanya risiko

tersebut.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN,

Dalam bab ini, penulis menarik beberapa kesimpulan yang

merupakan jawaban atas identifikasi masalah setelah

melalui proses analisis. Penulis akan memberikan beberapa

rekomendasi atau saran yang bersifat kongkrit, dapat

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah, dapat

dirumuskan beberapa kesimpulan di antaranya :

1. Kedudukan para pihak :

a. Hubungan hukum antara dealer service dengan konsumen

didasarkan pada perjanjian service, yang berbentuk perjanjian

baku yang telah ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Di

mana di dalam perjanjian tersebut tercantum klausula – klausula

berisi hak dan kewajiban para pihak, sebatas pelaksanaan

perbaikan kendaraan.

b. Hubungan konsumen dengan perusahaan asuransi sebagai

penanggung risiko didasarkan pada perjanjian asuransi. Dalam

hal ini perusahaan asuransi berkedudukan sebagai pihak

penanggung dan konsumen sebagai pihak tertanggung.

Hubungan konsumen dengan perusahaan Asuransi terjadi sejak

tercapai kesepakatan dalam bentuk akta yang disebut polis.

Dalam setiap polis tercantum jenis peristiwa yang menjadi

tanggung jawab penanggung. Jika terjadi kerugian yang

disebabkan karena peristiwa-peristiwa yang diperjanjikan maka

(27)

kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga maka timbulah hak

subrogasi. Hak subrogasi adalah salah satu prinsip asuransi yang

diatur dalam Pasal 284 kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

c. Hubungan antara dealer service dengan perusahaan asuransi

(dalam hal objek asuransi adalah gedung), merupakan suatu

perikatan di mana Asuransi memberikan jaminan keuangan

(financial security) kepada pihak tertanggung atas kerugian

yang dialami akibat terjadinya risiko. Dalam penulisan ini

asuransi yang dimaksud adalah asuransi kebakaran. Sebagai

mana ditetapkan di dalam Polis asuransi kebakaran mencakup

syarat umum dalam Pasal 256 KUHD, dan juga

syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi kebakaran

seperti di dalam Pasal 287 KUHD. Objek yang diasuransikan

harus dirinci di dalam polis beserta nilai objek

pertanggungannya.

2. Dalam hal terjadi peristiwa kebakaran yang menyebabkan musnahnya

barang milik konsumen, maka batasan tanggungjawab dealer service

adalah sebagai berikut :

a. Jika kendaraan diasuransikan :

1) Comprehensive/All Risk (Kerugian Gabungan),

perusahaan asuransi menanggung seluruh risiko.

(28)

kerusakan ringan hingga berat bahkan

kehilangan/kebakaran kendaraan.

2) Total Loss Only (TLO) menjamin kerugian kendaraan

yang diasuransikan baik karena kecelakaan, kebakaran,

maupun pencurian. Penanggung baru akan membayar

kerugian apabila nilai kerugian yang diakibatkan oleh

risiko yang dijamin melebihi 75% dari harga

pertanggungan yang disepakati di awal pada polis.

Kerugian yang disebabkan oleh orang lain atau disebut

sebagai pihak ketiga, akan menimbulkan hak subrogasi. Prinsip

subrogasi merupakan suatu prinsip yang mengatur tentang hak

penanggung yang telah menyelesaikan pembayaran ganti rugi

yang diderita oleh tertanggung, maka secara otomatis hak yang

dimiliki tertanggung untuk menuntut pihak ketiga yang

menimbulkan kerugian atau kerusakan beralih ke penanggung

(perusahaan asuransi). Hak subrogasi ini bertujuan agar

tertanggung tidak mendapatkan pertanggungan lebih.

b. Jika kendaraan tidak diasuransikan :

Dalam hal terjadi peristiwa kebakaran yang disebabkan

oleh pihak dealer service, pihak konsumen tidak dapat menuntut

tanggungjawab pihak dealer service atas dasar perjanjian. Pihak

(29)

Melawan Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365, 1366

dan Pasal 1367 KUHPerdata sebagai dasar gugatan. Atau dapat

juga melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Dalam terjadi peristiwa kebakaran. Maka asuransi hanya

mengeluarkan pertanggungan sebatas gedung milik dealer

service, dan benda bergerak perlengkapan kantor, serta

kendaraan bermotor milik dealer service tersebut.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka sebagai bagian akhir

dari tulisan ini penulis memberikan saran:

1. Dalam perjanjian baku yang dibuat oleh pelaku usaha yaitu dealer

service, agar dicantumkan klausul mengenai batasan

pertanggungjawaban dealer service dalam hal terjadinya

peristiwa-peristiwa yang merugikan pihak konsumen. Sehingga konsumen

diberikan informasi yang cukup mengenai hak dan kewajibannya.

2. Dalam perjanjian antara konsumen dengan pelaku usaha, diharapkan

pelaku usaha menerapkan tujuan dari system hukum Undang –

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Dengan cara melakukan penambahan klausula tentang penjaminan

adanya asuransi di dalam perjanjian baku antara pelaku usaha dengan

konsumen, sehingga apabila terjadi peristiwa – peristiwa yang tidak

pasti seperti terjadinya kebakaran dalam kasus penelitian ini, maka

(30)

keselamatan konsumen dan asas kepastian hukum. Sehingga

kepentingan konsumen maupun pelaku usaha apabila terjadi peristiwa

– peristiwa yang tidak pasti, menjadi terlindungi terhadap adanya

(31)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Referensi

Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, Rajawali Pers, 2007

Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen (Kajian Teoretis

dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media, Bandung, 2008,

Abdul R. Saliman. Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Teori dan Contoh

Kasus, Jakarta, Prenada, 2004,

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, Citra Aditya

Bakti, 2006,

---Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,

Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992,

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2007,

AZ Nasution, Konsumen Dan Hukum, Tinjauan Sosial Ekonomi Dan

Hukum Pada Perlindungan Konsumen, Pustaka Sinar Harapan 1995,

Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta.

Rineka Cipta, 1991,

Erna Widjajati, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Wafi Media

Tama, Tangerang Selatan, 2015

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta,

(32)

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka

Yustisia, 2009,

Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia,

2008,

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan (Perikatan

yang Lahir dari Perjanjian), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003,

M. Isa Arif, Bidang Usaha Perasuransian, Jakarta, Pradnya Paramita, 1987,

M. Suparman Sastrawidjadja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan

Tertanggung Asuransi Deposito, Bandung. Alumni, 1993

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung, Alumni, 1986.

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka hukum Bisnis, cet 1, Bandung : Alumni,

1994,

---KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan

Penjelasannya, Bandung, Alumni, 1993,

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Bandung, Citra

Aditya Bakti 1997,

---Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis),

Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001,

Paul Scholten di dalam JJ. H Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, (alih

bahasa oleh Arief Sidharta) Bandung, Cipta Aditya Bhakti, 1996,

R. M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Bandung,

(33)

R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bandung, Bina

Cipta, 1987,

---Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta,

R.Subekti dan R.Tjitrosudibio. Kamus Hukum. Jakarta, Pradnya Pramita,

1970,

Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum tentang Keadaan Memaksa,

Jakarta, Gramedia, 2010,

Rooseno Harjowidigji, Presfektif Peraturan Franchise, Jakarta, 1993,

Sadar M, Moh. Taufik Makarao dan Habloel Mawardi, Hukum

perlindungan konsumen, Jakarta: Grasindo, 2004,

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta.

1983.

Sri Sumantri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara. Bandung, Alumni,

1971,

Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta, 2001,

---Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 2001,

---Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005,

Sutan Remy Sjahdeini. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang

Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,

Jakarta, 1993,

Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung, Mandar

(34)

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945;

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian;

C. Sumber Lain

Ahmadi Miru. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di

Indonesia. Surabaya: Disertasi, Program Pascasarjana

Universitas Airlangga, 2004.

Muhammad Syakir Sula, Prospek dan Tantangan Asuransi Syariah,

Jakarta: makalah pada seminar ekonomi syariah di The

Internasional Institute of Islamic Thought Indonesia, 2003,

Satjipto Rahardjo Pandangan Pemikiran Hukum Progresif (Bahan Diskusi

Mata Kuliah Ilmu Negara Fakultas Hukum Universitas

Tanjung Pura Pontianak Kalimantan Barat). Oleh Turiman

Fachturahman Nur. 2011,

Purwahid Patrik, Asas Itikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian,

(35)

D. Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional,

Gramedia Pustaka Utama,

E. Laman

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150617130907-92-60569/gaikindo-ragu-berkah-lebaran-2015-menciprat-industri-otomotif.

Diunduh 6 September 2015.

https://carapedia.com/pengertian_definisi_service_info2099.html. Diunduh

6 September 2015.

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/otomotif

/909-pemeliharaan-berkala-kendaraan. Diunduh 6 September 2015.

http://papua.antaranews.com/berita/448060/gudang-service-mobil-toyota-di-jayapura-dilalap-api. Diunduh 6 September 2015.

Wibowo Tunardi, Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan

(36)

Chandra Kurniawan, Antara Syahrini, Karaha Bodas dan Kemacetan Merak,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4dde03e58c21b/antara - syahrini

-- karaha - bodas – dan- kemacetan-merak-broleh—chandrakurniawan.

Diunduh pada 30 Oktober 2015.

Michiko, Seputar Hukum Kontrak Komersial,

http://michiko60.blogspot.com/

2012/02/seputar-hukum-kontrak-komersial.html, diunduh tanggal 30 September 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar akuntansi yang diajar

Sebelum melakukan pemesanan pernikahan organizer user dapat terlebih dahulu melihat paket yang disediakan di layar komputer tersebut dengan membuka halaman Paket

Hal ini disebabkan makin banyak perekat, semakin baik ikatan antar partikel yang terjadi pada papan partikel ampas tebu yang dihasilkan dan sebagaimana diuraikan dalam penyerapan

Mengingat usaha pertanian menuntut dipenuhinya berbagai persyaratan operasional teknis, agar diperoleh efisiensi produksi yang tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan

Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti adalah yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia yang disita oleh Negara akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan debitur

Nilai Book Value yang tinggi akan menjamin keamanan investasi pada perusahaan, jika harga pasar saham lebih tinggi dari pada nilai Book Value , maka hal ini

Pada tugas akhir ini akan dirancang suatu software untuk mendeteksi penyakit kelainan jantung PACs mengunakan RR interval dan algoritma QRS Detection Pan and

Di sisi lain, hasil penelitian yang mengindikasikan dominansi pengaruh power eksternal dibandingkan power profesional terhadap penerapan sistem pengendalian administratif