ABSTRAK
Kedudukan Para Pihak Dan Pertanggungjawaban Dealer Service Atas Musnahnya Kendaraan Akibat Kebakaran Selama Proses Perbaikan Dan Pemeliharaan Berkala Dikaitkan Dengan Peraturan Perundang- Undangan
Di Indonesia.
Deni Nurdiansyah (1287063)
Transportasi merupakan hal penting dalam hidup manusia. Manusia membutuhkan sarana transportasi untuk menunjang aktivitasnya. Mobil merupakan sarana transportasi yang paling diminati karena membantu dan mempermudah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari manusia. Mobil yang digunakan, pasti mengalami risiko kerusakan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbaikan atau perawatan berkala yang dilakukan oleh dealer service sebagai penyedia jasa. Hubungan antara dealer service dengan konsumen didasari oleh perjanjian service, di mana dalam perjanjian tersebut hanya terdapat perjanjian mengenai jasa layanan service dan tidak mengatur terjadinya peristiwa kehilangan/kebakaran yang merugikan pihak konsumen.
Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Langkah penelitian dilakukan dengan melakukan penelitian secara deduktif, dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur setiap permasalahan yang akan penulis bahas. Jenis data sekunder yang digunakan, yaitu dari bahan hukum primer, seperti perundang-undangan yang terkait di dalam penulisan ini. Bahan hukum sekunder yang digunakan seperti literatur buku, serta bahan hukum tersier yang akan penulis gunakan, yang ada pada artikel ataupun laman-laman elektronik.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kedudukan para pihak antara dealer service dengan konsumen hanya terdapat perjanjian service, yang berbentuk perjanjian baku. Hubungan konsumen dengan pihak asuransi, apabila kendaraan milik konsumen terikat perjanjian asuransi, (dalam hal ini apabila asuransi yang digunakan adalah Total Lost Only), maka kerusakan harus mencapai 75%, sedangkan bila asuransi yang digunakan adalah all risk maka asuransi akan mempertanggungkan kerugian dari terkecil hingga kerugian terbesar. Oleh sebab itu apabila terjadi evenemen yang mengakibatkan musnahnya kendaraan milik konsumen seperti yang terjadi di dalam kasus penulisan ini, maka pihak asuransi akan menanggung kerugian tersebut. Apabila kerugian disebabkan oleh pihak ketiga maka timbul yang dinamakan hak subrogasi sebagai hak permintaan pertanggungjawaban dari pihak asuransi terhadap pihak ketiga (dealer service). Dalam hal kendaraan konsumen tidak diasuransikan maka konsumen dapat mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum, atau dapat juga melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Oleh karena itu diharapkan adanya perluasan dalam UUPK mengenai kewajiaban dan tanggungjawab pelaku usaha, khususnya dalam penyedia jasa. Di dalam perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen seharusnya ada ketentuan yang menetapkan agar mencantumkan secara tertulis dan jelas tentang tanggungjawab para pihak, khususnya pelaku usaha sebagai pembuat perjanjian baku, dengan tidak hanya menjamin dan melindungi konsumen, tetapi juga menjamin objek yang menjadi pokok perjanjian.
ABSTRACT
The Position of Parties and Dealer Service Liability for Destruction of Vehicle from Fire during Periodical Reparation and Maintenance Related To Law Code in
Indonesia
Deni Nurdiansyah (1287063)
Transportation is essential in human living, the human have need for means of transportation to support their activities. Cars are most interested means of transportation as they are serving and facilitating day-to-day human activities. Cars under use certainly have risk of breakage. As service provider, the dealer service needs to make periodical reparation and maintenance. Relationship between dealer service and consumer is based on service contract; in which just service is contracted and the incidence of loss/fire damaging to the consumer is not put in order.
The Method used in the writing of thesis is normative juridical and the research conducted is analytical descriptive. The research is conducted in deductive measures, starting by analysis of Articles in law code regulating any problem to be studies. The type of secondary data used is primary law such as legislation concerned in the writing. Secondary law used is literature, and tertiary law is articles or electronic pages.
Based on the results of the research, we concluded the position of parties between dealer service and consumer is just found in service contract in the form of standardized contract. Relationship of consumer and insurance company exist when consumer vehicle is bound to an insurance contract (in this case, when insurance used is Total Lost Only). So, any damage must be indicated at 75%; rather, when insurance used is all risk the insurance shall assume liability for smallest to largest damages. If the occurrence of evenemen is resulting in the damage of consumer vehicle, as in case of this writing, the insurance company shall assume liability for the loss. When such loss is attributable to third party, so-called subrogation right as right to appeal for liability of insurance company for third party (dealer service) is appearing. In case of consumer vehicle having been not insured the consumer may file claim of illegal act to third party (dealer service), or to Agency for Consumer Lawsuit Settlement. Therefore, any expansion of UUPK concerning duties and responsibilities of businessmen, particularly service providers, is expected. In a contract between businessman and consumer should be any provision deciding that responsibilities of parties are grafted in written and explicit manners, particularly businessman served as framer of standardized contract, not only assure and protect consumer, but also guarantee fundamental object of a contract.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………..……. i
ABSTRACT ……….… ii
KATA PENGANTAR ……….…… iii
DAFTAR ISI ……… vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….……… 1
B. Identifikasi Masalah ………... 8
C. Tujuan Penulisan ……….. 9
D. Kegunaan Penulisan ………. 9
E. Kerangka Pemikiran ………. 10
F. Metode Penelitian ……….… 14
G. Sistematika Penulisan ………. 17
BAB II TINJAUAN PENGATURAN PERJANJIAN DAN ASURANSI DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA A. Tinjauan Umum Pengaturan Perjanjian Sebagai Sumber Lahirnya Hubungan Hukum …………...……...… 20
1. Pengertian Perjanjian ………... 20
2. Sarat Sahnya Perjanjian ………..…. 25
3. Jenis-Jenis Perjanjian ………... 27
5. Lahir Dan Berakhirnya Suatu Perjanjian ………. 35
B. Asuransi Sebagai Sarana Pengalihan Risiko ……… 39
1. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Perjanjian Asuransi ………... 34
2. Hak Dan Kewajiban Pihak Tertanggung Dan Penanggung ………. 47
3. Pengaturan Dan Kegiatan Perusahaan Asuransi Dalam Sistem Hukum Indonesia ………. 49
BAB III ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PERJANJIAN BAKU ANTARA PELAKU USAHA DEALER SERVICE DENGAN KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA A. Perlindungan Konsumen Dalam Sistem Hukum Indonesia ………..……… 52
1. Pengertian Dan Asas Hukum Perlindungan Konsumen ……… 54
2. Tujuan Perlindungan Konsumen ………. 58
3. Hak Dan Kewajiban Konsumen ……….. 59
4. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha ……….. 61
1. Jenis-Jenis Bentuk Klausula Baku ………... 64
2. Ciri-Ciri Klausula Baku ………...… 65
C. Bentuk Klausula Baku Dalam Transaksi Service Yang
Diberikan Oleh Pelaku Usaha Kepada Konsumen ... 66
1. Klausula Penerimaan Kendaraan ………. 67
2. Klausula Perintah Kerja Bengkel ………..…….. 71
3. Klausula Penyerahan Kendaraan ………. 77
D. Klausula Tentang Kejadian-Kejadian Di Luar
Kemampuan Manusia ………...… 80
BAB IV KEDUDUKAN PARA PIHAK DAN
PERTANGGUNGJAWABAN DEALER SERVICE ATAS
MUSNAHNYA KENDARAAN AKIBAT KEBAKARAN
SELAMA PROSES PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN
BERKALA DIKAITKAN DENGAN PERATURAN
PERUNDANG – UNDANGAN DI INDONESIA
A. Analisis Penentuan Pihak Yang Berkewajiban Menanggung
Risiko Kerugian Pemilik Kendaraan Dalam Hal Terjadinya
Peristiwa Kebakaran Dealer Service Pada Masa Pelaksanaan
Perbaikan Kendaraan ……… 85
1. Hubungan Hukum Antara Dealer Service Sebagai
Pelaku Usaha Dengan Pihak Konsumen ………. 85
2. Hubungan Hukum Antara Konsumen Dengan
Milik Konsumen ………..… 96
3. Hubungan Hukum Antara Pihak Dealer Service Dengan
Pihak Asuransi ………. 104
B. Pertanggungjawaban Dealer Service Atas Musnahnya
Kendaraan Akibat Peristiwa Kebakaran Selama Proses
Perbaikan Dan Pemeliharaan Berkala ……….. 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………...…… 129
B. Saran ………. 132
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi merupakan hal penting dalam hidup manusia. Manusia
membutuhkan sarana transportasi untuk menunjang aktivitasnya. Pengertian
transportasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
“ Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan
yang digerakkan oleh manusia atau mesin.”1
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, baik di negara maju maupun negara berkembang
seperti di Indonesia.
Salah satu sarana transportasi yang cukup banyak digunakan adalah
mobil. Mobil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
“ kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar) untuk menghidupkan mesinnya. Mobil kependekan dari otomobil yang berasal dari bahasa Yunani 'autos' (sendiri) dan Latin 'movere' (bergerak).”2
Permintaan masyarakat terhadap mobil semakin tinggi. Hal ini
dibuktikan oleh data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Gramedia Pustaka Utama,
hlm. 1485.
2
Indonesia (Gaikindo) secara kumulatif, total mobil baru yang terjual di
Indonesia selama Januari-Mei 2015 mencapai 443.181 unit.3
Mobil merupakan sarana transportasi yang paling diminati karena
membantu dan mempermudah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
manusia. Sejak ditemukannya alat transportasi tersebut, gerak hidup
manusia berubah menjadi lebih mudah dan dinamis. Kurangnya jaminan
keamanan terhadap alat transportasi umum menjadi alasan mengapa
masyarakat Indonesia lebih memilih mobil pribadi.
Semakin berkembangnya zaman semakin banyak pula pilihan mobil
yang ditawarkan oleh produsen. Dengan banyaknya keluaran mobil terbaru
ditambah dengan semakin gencarnya iklan tentang mobil-mobil terbaru,
membuat sebagian masyarakat tertarik dan terdorong untuk dapat memiliki
kendaraan (mobil). Dengan kemudahan yang diberikan oleh produsen,
masyarakat dapat memperoleh mobil dengan cara pembelian secara tunai
maupun kredit/angsuran.
Dalam hal mobil yang dibeli adalah mobil baru maka fasilitas yang
diberikan oleh produsen terhadap pemilik mobil tersebut berupa garansi
fisik dan mesin sampai perbaikan atau pemeliharaan berkala secara gratis.
Perbaikan atau pemeliharaan berkala ini diberikan secara gratis sampai
dengan kilometer (selanjutnya disingkat menjadi Km) yaitu 15.000 Km atau
setara dengan 3x kunjungan pemilik kendaraan ke dealer service.
3
Pemeliharaan berkala dilakukan dengan tujuan agar kondisi pada
mobil tetap dalam keadaan stabil dan prima, kendaraan selalu dalam kondisi
optimal dan selalu siap dioperasikan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Pemeliharaan berkala ditujukan untuk menjamin keamanan dan
keselamatan, pengontrolan dan ketelitian pada saat service kendaraan dapat
menjadi jaminan terhadap keamanan dan keselamatan berkendara karena
jika tidak dapat mengakibatkan kecelakaan yang serius. Kecelakaan dapat
disebabkan oleh adanya komponen atau suku cadang yang tidak berfungsi
dengan baik.
Service merupakan satu hal yang sangat penting dalam dunia bisnis
karena service merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada pelanggan.
Service juga menjadi salah satu pertimbangan seseorang untuk memutuskan
membeli produk atau menggunakan jasa dari sebuah perusahaan.4 Dalam
hal ini service yang dimaksud adalah layanan jasa yang diberikan oleh
penyedia jasa dealer service dalam keahlian teknisi mesin-mesin pada
kendaraan. Service terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:5
1. Service kecil : dilakukan setelah kendaraan menempuh perjalanan,
setiap 5.000 s.d 10.000 km. service kecil ini dapat dipersamakan
dengan pemeliharaan berkala, yang membutuhkan waktu pengerjaan
kurang dari 1 (satu) hari.
4https://carapedia.com/pengertian_definisi_service_info2099.html. Diunduh 6 September 2015. 5
2. Service besar : dilakukan setelah kendaraan menempuh perjalanan,
setiap 10.000 s.d 20.000 km atau minimal sekali pertahun. Service
besar ini dapat dipersamakan dengan perbaikan, yang membutuhkan
waktu lebih dari 1 (satu) hari dilihat dari tingkat kesulitan dan
efisiensi waktu pengerjaan.
Jadwal service pemeliharaan berkala ditentukan dari jarak tempuh /
kilometer atau selang waktu berapa lama mobil dipakai. Misalnya suatu
komponen usia pakainya ditentukan 40.000 Km atau masa pemakaian 24
bulan, berarti komponen itu akan berkurang kemampuannya bila salah satu
hal di atas dicapai terlebih dulu. Untuk itu, mobil perlu pengecekan, apakah
kondisi mobil tercatat 40.000 km atau setara 24. Service pertama hanya
sejauh 5.000 km atau setara 4 bulan. Untuk jadwal servis bisa dilihat di
buku servis kendaraan yang diperoleh pada saat membeli kendaraan.
Kendaraan yang digunakan, pasti mengalami risiko kerusakan. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan perbaikan atas kendaraan tersebut. Perbaikan
adalah service yang dilakukan apabila terjadi kerusakan fatal atau berat
yang terjadi pada kendaraan secara fisik maupun suku cadang yang sudah
tidak dapat dioperasikan secara normal, untuk itu perlu dilakukan perbaikan
untuk mengembalikan mesin / fisik pada kondisi semula dan sesuai dengan
standar pabrik.
Perbaikan atau pemeliharaan berkala dapat dilakukan baik di dealer
dealer service resmi dan bengkel umum. Dealer service resmi adalah
oleh salah satu Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) langsung, yang
berarti pada dealer service resmi ini hanya mengkhususkan salah satu merek
kendaraan tertentu yang berasal dari dealer asal kendaraan tersebut.
Sedangkan bengkel umum adalah usaha penyedia jasa perbaikan kendaraan
yang dikelola secara perseorangan / non ATPM, dalam hal non ATPM
bengkel umum tidak mengkhususkan pada salah satu merek tertentu
melainkan memberikan layanan jasa perbaikan dan perawatan berkala
kepada setiap merek kendaraan.
Keuntungan melakukan perbaikan atau pemeliharaan berkala pada
dealer service resmi adalah sebagai berikut:
1. Proses pengerjaan sesuai standar baku.
2. Didukung dengan peralatan yang sangat memadai.
3. Bergaransi.
4. Suku cadang asli atau original.
Dalam penulisan ini penulis mengkhususkan pembahasan tentang
pemilik kendaraan yang melakukan perbaikan dan pemeliharaan berkala
pada dealer service resmi. Pihak yang berhubungan dengan pemilik
kendaraan dalam transaksi pemeliharaan dan perbaikan kendaraan adalah
seorang service advisor (selanjutnya disebut SA).
SA sebagai seorang yang mewakili dealer service dalam hal
menerima pelanggan, melayani kepentingan pelanggan pada saat berada di
dealer service hingga kepentingan pelanggan tersebut selesai. SA menerima
tindakan apa yang harus dilakukan kepada keluhan yang dialami oleh
kendaraan pelanggan tersebut.
SA berkewajiban membuat dan memberikan Surat Keterangan
Penerimaan Kendaraan kepada pelanggan. Surat Keterangan Penerimaan
Kendaraan, merupakan perjanjian standar/baku, berisi :
1. Permintaan pelanggan terhadap service yang akan dilakukan kepada
mobil miliknya.
2. Estimasi suku cadang yang akan di pergunakan.
3. Rincian biaya keseluruhan yang harus dibayarkan oleh pelanggan.
4. Estimasi lamanya waktu yang diperlukan dalam pengerjaan.
Di dalam perjanjian tersebut tidak tercantum penjelasan mengenai
risiko-risiko dan pertanggungjawaban ganti rugi oleh dealer service terhadap
kemungkinan-kemungkinan, peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
bagi pemilik kendaraan.
Di dalam proses perbaikan atau pemeliharaan berkala dapat muncul
risiko-risiko yang terjadi, seperti kasus berikut ini;
“ Jumat tanggal 5 September 2014 tepat pada pukul 09:00 WIT, bertempat di Kelapa Dua, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua. Dealer Toyota yang biasa digunakan sebagai tempat service kendaraan pada jumat pagi terbakar, yang mengakibatkan satu unit mobil Toyota avanza milik konsumen musnah. Diduga penyebab kebakaran dealer service Toyota tersebut akibat puntung rokok yang dibuang sembarangan dan mengenai tiner sehingga mengakibatkan terjadinya kebakaran oleh seorang kuli bangunan yang sedang bekerja merenovasi dealer service.”6
Dalam kasus ini, pemilik kendaraan dirugikan. Namun di dalam
dokumen surat keterangan penerimaan kendaraan tersebut yang diberikan
oleh SA kepada pelanggan sebagai perjanjian antara dealer service dan
6 http://papua.antaranews.com/berita/448060/gudang-service-mobil-toyota-di-jayapura-dilalap-api.
pelanggan tidak diatur mekanisme risiko-risiko yang akan timbul seperti
ganti rugi.
Dalam hal ini perlu ditelusuri apakah terdapat asuransi, baik atas
kendaraan milik pelanggan maupun atas bangunan dealer service, di mana
terdapat kendaraan milik pelanggan yang ikut serta dilalap api di dalam
dealer service tersebut.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian menyebutkan :
“ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah
asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai
pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi. Resiko yang
dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai
dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu
peristiwa yang mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertainty of
Occurrence & Uncertainty of Loss), misalnya :7
1. Risiko terbakarnya bangunan dan/atau harta benda di dalamnya
sebagai akibat sambaran petir, kelalaian manusia, arus pendek.
2. Risiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan
karena pencurian.
3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit.
4. Banjir, angin topan, badai, gempa bumi, tsunami.
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, belum ada skripsi
yang membahas topik ini. Dari uraian di atas, perlu dikaji batasan
pertanggungjawaban pihak dealer service terhadap terjadinya kerugian yang
dialami pemilik kendaraan. oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang dalam skripsi yang berjudul :
Kedudukan Para Pihak Dan Pertanggungjawaban Dealer Service Atas
Musnahnya Kendaraan Akibat Kebakaran Selama Proses Perbaikan
Dan Pemeliharaan Berkala Dikaitkan Dengan Peraturan Perundang-
Undangan Di Indonesia.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana hubungan hukum antara para pihak (dalam hal ini para
pihak dealer service, konsumen, pihak asuransi) terkait dengan
pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan berkala kendaraan milik
konsumen ?
2. Bagaimana pertanggung jawaban dealer service atas musnahnya
kendaraan akibat peristiwa kebakaran selama proses perbaikan dan
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan identifikasi permasalahan sebagaimana dikemukakan di
atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji hubungan hukum antara para pihak (dalam hal ini
para pihak dealer service, konsumen, pihak asuransi) terkait dengan
pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan berkala kendaraan milik
konsumen
2. Untuk mengkaji bagaimana pertanggung jawaban dealer service atas
musnahnya kendaraan akibat peristiwa kebakaran selama proses
perbaikan atau pemeliharaan berkala.
D. Kegunaan Penulisan
Dari tujuan-tujuan tersebut di atas, maka diharapkan penulis dan
pembahasan penulisan hukum ini dapat memberikan kegunaan atau manfaat
baik secara teoritis maupun praktis sebagai bagian yang tak terpisahkan,
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Dari segi teoritis akademis, penulisan ini diharapkan berguna
dan memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu hukum,
khususnya dalam hal pertanggung jawaban pelaku usaha kepada
pemilik kendaraan berdasarkan Perundang-undangan di
b. Memberikan sumbangan pemikiran dari sudut pandang
perspektif penulis mengenai perlindungan hukum bagi pemilik
kendaraan dalam menggunakan jasa service mobil yang ditinjau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Kegunaan Praktis
a. Memberikan solusi atas permasalahan yuridis yang terjadi,
berkaitan dengan tanggungjawab pelaku usaha terhadap
konsumen.
b. Memberikan wawasan bagi pelaku bisnis otomotif perihal
kewajiban hukum yang mengikat dirinya dalam menjalankan
kegiatan usaha.
c. Memberikan masukan dan pengetahuan masyarakat perihal
adanya perlindungan hak yang dijamin oleh undang-undang.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan uraian tentang bagaimana peneliti
mengalirkan jalan pikiran secara logis dalam rangka memecahkan masalah
yang akan dirumuskan. Hukum memiliki tiga tujuan di mana
masing-masing tujuan berkedudukan sama, khususnya dalam penelitian ini tujuan
kegunaan harus diimbangi dengan keadilan dan kepastian hukum dalam
mengimplementasikan pengalihan risiko terhadap kerugian yang terjadi.
oleh masyarakat. Penyesuaian dan perubahan dalam kerangka hukum di
Indonesia sangat penting dan diharapkan mampu memberikan kegunaan di
masyarakat. Satjipto Rahardjo yang menyatakan:8
“peranan manusia, maupun masyarakat, ditampilkan kedepan,
sehingga hukum lebih tampil sebagai medan pergulatan dan perjuangan manusia. Hukum dan bekerjanya hukum seyogyanya dilihat dalam konteks hukum itu sendiri. Hukum tidak ada untuk diri dan keperluannya sendiri, melainkan untuk manusia, khususnya
kebahagiaan manusia.”
Dalam hal ini, permasalahan yang akan dibahas adalah berkenaan
dengan tanggungjawab dealer service atas musnahnya kendaraan milik
konsumen akibat terjadinya kebakaran. Hal ini merupakan suatu bentuk
perjanjian di mana para pihak memiliki kedudukan hak dan kewajiban yang
seimbang satu sama lain. R. Subekti menyatakan bahwa perjanjian adalah
“suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu”9
Berikut adalah kerangka pemikiran yang menjadi batasan penulisan
skripsi ini :
Hukum perjanjian di Indonesia diatur dalam Buku III Kitab Undang-
undang Hukum Perdata tentang perikatan. Dalam Pasal 1313 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata memberikan definisi “perjanjian” atau “persetujuan”
sebagai “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih”10
8
Pandangan Pemikiran Hukum Progresif Satjipto Rahardjo (Bahan Diskusi Mata Kuliah Ilmu Negara Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura Pontianak Kalimantan Barat). Oleh Turiman Fachturahman Nur. 2011.
9
Subekti, Pokok- Pokok Hukum Perdata, Jakarta, PT Intermasa, hlm. 122.
10
Buku III KUH Perdata Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat
syarat untuk sahnya suatu perjanjian, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang diperkenankan.
Dalam suatu bentuk perjanjian pada umumnya dikenal asas kebebasan
berkontrak atau yang sering juga disebut sebagai sistem terbuka. Asas
kebebasan berkontrak adalah adanya kebebasan seluas- luasnya yang oleh
undang- undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian
tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kepatutan dan ketertiban umum. Asas kebebasan berkontrak
menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai
berikut :
1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian;
3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian; 4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian;
5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian;
6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opisional.11
Akan tetapi dalam praktiknya ketentuan perjanjian antara pelaku
usaha/ penyedia jasa dengan konsumen dicantumkan secara sepihak oleh
salah satu pihak, maka perjanjian ini termasuk dalam bentuk perjanjian baku.
Perjanjian baku adalah konsep perjanjian tertulis yang disusun tanpa
11Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang bagi
membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan dalam sejumlah perjanjinan
tidak terbatas yang sifatnya tertentu.
Perjanjian baku menurut Sutan Remy Sjahdeini, bahwa perjanjian
yang hampir seluruh klausula-klausulanya sudah dibakukan oleh
pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang
untuk merundingkan atau meminta perubahan.12
Ciri- ciri dari suatu perjanjian baku antara lain :
1. Meniadakan dan membatasi kewajiban salah satu pihak ;
2. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang kedudukannya relatif lebih kuat dari pihak lain ;
3. Salah satu pihak sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian ;
4. Terdorong oleh kebutuhan terpaksa menerima isi perjanjian tersebut ;
5. Bentuknya tertulis dan telah dipersiapkan terlebih dahulu.13
Di dalam pembuatan perjanjian harus memperhatikan asas
keseimbangan. Menurut Ahmadi Miru keseimbangan antara konsumen dan
pelaku usaha dapat dicapai dengan meningkatkan perlindungan terhadap
konsumen karena posisi produsen lebih kuat dibandingkan dengan
konsumen.14
Berdasarkan pernyataan diatas, posisi pemilik usaha lebih kuat jika
dibandingkan dengan konsumen, sehingga seringkali pelaku usaha tidak
bersedia menanggung risiko. risiko merupakan suatu masalah bagi siapa pun
baik setiap pribadi atau organisasi yang selalu berusaha agar risiko yang
12
Sutan Remi Sjahdeni. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, hlm 66.
13 Anus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Bandung, hlm. 25. 14
dialaminya tidak menimbulkan kerugian yang terlampau besar dan risiko
timbul atau ada akibat dari adanya unsur ketidakpastian mengenai apa yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Adapun cara yang ditempuh ada 2
(dua), yaitu menanggung risiko itu sendiri atau dengan cara mengalihkannya
pada pihak lain yang berperan khusus dalam menangani atau menanggung
berbagi macam risiko, risiko tersebut dapat dialihkan melalui sarana yang
disebut “asuransi “.
Definisi asuransi atau pertanggungan menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penganggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan, kebakaran atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.15
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif di
mana prosedur penelitian ilmiah ini untuk menemukan kebenaran
15 Muhammad Syakir Sula, Prospek dan Tantangan Asuransi Syariah, Jakarta: makalah pada
berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.16 Penelitian ini
menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan
pendekatan konsep (conceptual approach) serta pendekatan kasus (case
approach). Analisis data dirumuskan secara kualitatif, menghasilkan data
deskriptif analitis, yaitu menganalisis data tanpa rumusan matematis,
sehingga menghasilkan gambaran dan penjelasan.
1. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif merupakan upaya
memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada
lapangan atau kajian ilmu hukum.17
2. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data tambahan
yang diperoleh dari berbagai bahan hukum yang berhubungan dengan
penelitian ini, Bahan hukum sekunder bersumber dari bahan-bahan
hukum yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa serta
memahami permasalahan seperti peraturan per undang-undangan.
3. Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer yang
berfungsi untuk mendukung data sekunder. Upaya untuk mendapatkan
data primer dilakukan dengan wawancara. Wawancara adalah teknik
komunikasi di mana pengumpulan data dilakukan dengan bertatap
muka secara langsung antara responden dengan penulis untuk
mengadakan tanya jawab secara lisan.
16 Johnny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, Banyuwangi
Publishing, 2011, hlm 56
17
4. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2
bagian, yaitu :
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan
serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip
dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan
permasalahan.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan
wawancara (interview) kepada responden penelitian sebagai
usaha mengumpulkan berbagai data dan informasi yang
dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian.18
5. Teknik analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat
yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian
diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.19 Analisis data
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode deduktif, yaitu
menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan
yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan disusun sebagaimana sistematika berikut ini:
BAB I : PENDAHULUAN,
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang
penulisan sehingga mengangkat permasalahan tersebut,
perumusan masalah, tujuan serta manfaat yang ingin dicapai
melalui penulisan ini, tinjauan kepustakaan, metode
penulisan yang dipakai serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PENGATURAN PERJANJIAN DAN
ASURANSI DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA,
Pada bab ini akan diuraikan mengenai berbagai tinjauan
pustaka terkait identifikasi yang akan dibahas, antara lain
mengenai ketentuan umum perjanjian menurut KUHPerdata
dan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di
BAB III : ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT
PERJANJIAN BAKU ANTARA PELAKU USAHA
DEALER SERVICE DENGAN KONSUMEN DALAM
PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA,
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai
perlindungan hukum bagi pemilik kendaraan terhadap
pemenuhan tanggungjawab oleh dealer service dalam hal
ini pelaku usaha. kemudian akan dijelaskan secara
terperinci terkait dengan peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku di Indonesia.
BAB IV : ANALISIS KEDUDUKAN PARA PIHAK DAN
PERTANGGUNGJAWABAN DEALER SERVICE
ATAS MUSNAHNYA KENDARAAN AKIBAT
KEBAKARAN SELAMA PROSES PERBAIKAN DAN
PEMELIHARAAN BERKALA DIKAITKAN
DENGAN PERATURAN PERUNDANG –
UNDANGAN DI INDONESIA,
Dalam bab ini, analisis dan pemaparannya berdasarkan
identifikasi masalah akan dibahas secara detail. Penulis
akan menganalisa bagaimana perlindungan hukum bagi
pemilik kendaraan atas musnahnya kendaraan akibat
pertanggungjawaban dealer service terhadap adanya risiko
tersebut.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN,
Dalam bab ini, penulis menarik beberapa kesimpulan yang
merupakan jawaban atas identifikasi masalah setelah
melalui proses analisis. Penulis akan memberikan beberapa
rekomendasi atau saran yang bersifat kongkrit, dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah, dapat
dirumuskan beberapa kesimpulan di antaranya :
1. Kedudukan para pihak :
a. Hubungan hukum antara dealer service dengan konsumen
didasarkan pada perjanjian service, yang berbentuk perjanjian
baku yang telah ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Di
mana di dalam perjanjian tersebut tercantum klausula – klausula
berisi hak dan kewajiban para pihak, sebatas pelaksanaan
perbaikan kendaraan.
b. Hubungan konsumen dengan perusahaan asuransi sebagai
penanggung risiko didasarkan pada perjanjian asuransi. Dalam
hal ini perusahaan asuransi berkedudukan sebagai pihak
penanggung dan konsumen sebagai pihak tertanggung.
Hubungan konsumen dengan perusahaan Asuransi terjadi sejak
tercapai kesepakatan dalam bentuk akta yang disebut polis.
Dalam setiap polis tercantum jenis peristiwa yang menjadi
tanggung jawab penanggung. Jika terjadi kerugian yang
disebabkan karena peristiwa-peristiwa yang diperjanjikan maka
kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga maka timbulah hak
subrogasi. Hak subrogasi adalah salah satu prinsip asuransi yang
diatur dalam Pasal 284 kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
c. Hubungan antara dealer service dengan perusahaan asuransi
(dalam hal objek asuransi adalah gedung), merupakan suatu
perikatan di mana Asuransi memberikan jaminan keuangan
(financial security) kepada pihak tertanggung atas kerugian
yang dialami akibat terjadinya risiko. Dalam penulisan ini
asuransi yang dimaksud adalah asuransi kebakaran. Sebagai
mana ditetapkan di dalam Polis asuransi kebakaran mencakup
syarat umum dalam Pasal 256 KUHD, dan juga
syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi kebakaran
seperti di dalam Pasal 287 KUHD. Objek yang diasuransikan
harus dirinci di dalam polis beserta nilai objek
pertanggungannya.
2. Dalam hal terjadi peristiwa kebakaran yang menyebabkan musnahnya
barang milik konsumen, maka batasan tanggungjawab dealer service
adalah sebagai berikut :
a. Jika kendaraan diasuransikan :
1) Comprehensive/All Risk (Kerugian Gabungan),
perusahaan asuransi menanggung seluruh risiko.
kerusakan ringan hingga berat bahkan
kehilangan/kebakaran kendaraan.
2) Total Loss Only (TLO) menjamin kerugian kendaraan
yang diasuransikan baik karena kecelakaan, kebakaran,
maupun pencurian. Penanggung baru akan membayar
kerugian apabila nilai kerugian yang diakibatkan oleh
risiko yang dijamin melebihi 75% dari harga
pertanggungan yang disepakati di awal pada polis.
Kerugian yang disebabkan oleh orang lain atau disebut
sebagai pihak ketiga, akan menimbulkan hak subrogasi. Prinsip
subrogasi merupakan suatu prinsip yang mengatur tentang hak
penanggung yang telah menyelesaikan pembayaran ganti rugi
yang diderita oleh tertanggung, maka secara otomatis hak yang
dimiliki tertanggung untuk menuntut pihak ketiga yang
menimbulkan kerugian atau kerusakan beralih ke penanggung
(perusahaan asuransi). Hak subrogasi ini bertujuan agar
tertanggung tidak mendapatkan pertanggungan lebih.
b. Jika kendaraan tidak diasuransikan :
Dalam hal terjadi peristiwa kebakaran yang disebabkan
oleh pihak dealer service, pihak konsumen tidak dapat menuntut
tanggungjawab pihak dealer service atas dasar perjanjian. Pihak
Melawan Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365, 1366
dan Pasal 1367 KUHPerdata sebagai dasar gugatan. Atau dapat
juga melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
Dalam terjadi peristiwa kebakaran. Maka asuransi hanya
mengeluarkan pertanggungan sebatas gedung milik dealer
service, dan benda bergerak perlengkapan kantor, serta
kendaraan bermotor milik dealer service tersebut.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka sebagai bagian akhir
dari tulisan ini penulis memberikan saran:
1. Dalam perjanjian baku yang dibuat oleh pelaku usaha yaitu dealer
service, agar dicantumkan klausul mengenai batasan
pertanggungjawaban dealer service dalam hal terjadinya
peristiwa-peristiwa yang merugikan pihak konsumen. Sehingga konsumen
diberikan informasi yang cukup mengenai hak dan kewajibannya.
2. Dalam perjanjian antara konsumen dengan pelaku usaha, diharapkan
pelaku usaha menerapkan tujuan dari system hukum Undang –
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Dengan cara melakukan penambahan klausula tentang penjaminan
adanya asuransi di dalam perjanjian baku antara pelaku usaha dengan
konsumen, sehingga apabila terjadi peristiwa – peristiwa yang tidak
pasti seperti terjadinya kebakaran dalam kasus penelitian ini, maka
keselamatan konsumen dan asas kepastian hukum. Sehingga
kepentingan konsumen maupun pelaku usaha apabila terjadi peristiwa
– peristiwa yang tidak pasti, menjadi terlindungi terhadap adanya
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, Rajawali Pers, 2007
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen (Kajian Teoretis
dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media, Bandung, 2008,
Abdul R. Saliman. Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Teori dan Contoh
Kasus, Jakarta, Prenada, 2004,
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 2006,
---Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,
Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992,
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007,
AZ Nasution, Konsumen Dan Hukum, Tinjauan Sosial Ekonomi Dan
Hukum Pada Perlindungan Konsumen, Pustaka Sinar Harapan 1995,
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta.
Rineka Cipta, 1991,
Erna Widjajati, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Wafi Media
Tama, Tangerang Selatan, 2015
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta,
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka
Yustisia, 2009,
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia,
2008,
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan (Perikatan
yang Lahir dari Perjanjian), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003,
M. Isa Arif, Bidang Usaha Perasuransian, Jakarta, Pradnya Paramita, 1987,
M. Suparman Sastrawidjadja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan
Tertanggung Asuransi Deposito, Bandung. Alumni, 1993
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung, Alumni, 1986.
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka hukum Bisnis, cet 1, Bandung : Alumni,
1994,
---KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
Penjelasannya, Bandung, Alumni, 1993,
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Bandung, Citra
Aditya Bakti 1997,
---Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis),
Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001,
Paul Scholten di dalam JJ. H Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, (alih
bahasa oleh Arief Sidharta) Bandung, Cipta Aditya Bhakti, 1996,
R. M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Bandung,
R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bandung, Bina
Cipta, 1987,
---Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta,
R.Subekti dan R.Tjitrosudibio. Kamus Hukum. Jakarta, Pradnya Pramita,
1970,
Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum tentang Keadaan Memaksa,
Jakarta, Gramedia, 2010,
Rooseno Harjowidigji, Presfektif Peraturan Franchise, Jakarta, 1993,
Sadar M, Moh. Taufik Makarao dan Habloel Mawardi, Hukum
perlindungan konsumen, Jakarta: Grasindo, 2004,
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta.
1983.
Sri Sumantri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara. Bandung, Alumni,
1971,
Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta, 2001,
---Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 2001,
---Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005,
Sutan Remy Sjahdeini. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang
Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,
Jakarta, 1993,
Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung, Mandar
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945;
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian;
C. Sumber Lain
Ahmadi Miru. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di
Indonesia. Surabaya: Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, 2004.
Muhammad Syakir Sula, Prospek dan Tantangan Asuransi Syariah,
Jakarta: makalah pada seminar ekonomi syariah di The
Internasional Institute of Islamic Thought Indonesia, 2003,
Satjipto Rahardjo Pandangan Pemikiran Hukum Progresif (Bahan Diskusi
Mata Kuliah Ilmu Negara Fakultas Hukum Universitas
Tanjung Pura Pontianak Kalimantan Barat). Oleh Turiman
Fachturahman Nur. 2011,
Purwahid Patrik, Asas Itikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian,
D. Kamus
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional,
Gramedia Pustaka Utama,
E. Laman
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150617130907-92-60569/gaikindo-ragu-berkah-lebaran-2015-menciprat-industri-otomotif.
Diunduh 6 September 2015.
https://carapedia.com/pengertian_definisi_service_info2099.html. Diunduh
6 September 2015.
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/otomotif
/909-pemeliharaan-berkala-kendaraan. Diunduh 6 September 2015.
http://papua.antaranews.com/berita/448060/gudang-service-mobil-toyota-di-jayapura-dilalap-api. Diunduh 6 September 2015.
Wibowo Tunardi, Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan
Chandra Kurniawan, Antara Syahrini, Karaha Bodas dan Kemacetan Merak,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4dde03e58c21b/antara - syahrini
-- karaha - bodas – dan- kemacetan-merak-broleh—chandrakurniawan.
Diunduh pada 30 Oktober 2015.
Michiko, Seputar Hukum Kontrak Komersial,
http://michiko60.blogspot.com/
2012/02/seputar-hukum-kontrak-komersial.html, diunduh tanggal 30 September 2015.