KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh:
DIAH RATNA SHABARWATI 0804199
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
LEMBAR PENGESAHAN
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)
Oleh
DIAH RATNA SHABARWATI 0804199
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed.
Pembimbing II
Dra. Iim Siti Masyithoh, M. Si NIP. 196201021986082001
Diketahui Oleh:
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
Oleh
DIAH RATNA SHABARWATI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
© DIAH RATNA SHABARWATI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Diah Ratna Shabarwati (0804199). Penelitian ini berjudul “Kajian terhadap Upacara Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat.”
Penelitian ini dilatarbelakangi keingintahuan penulis tentang ketaatan pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu untuk melaksanakan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum terhadap perilaku yang mengikuti upacara adat ini sangat positif. Karena di dalamnya sarat akan nilai-nilai atau pesan-pesan moral. Nilai tersebut diantaranya membangun rasa kebersamaan, persatuan, menerima apa adanya, membaur dengan alam, serta melatih kesabaran. Pentingnya mengkaji nilai-nilai budaya tersebut, untuk menjadikan warga negara yang baik, memiliki kesadaran yang tinggi, serta untuk membangun kemajuan masyarakat Indonesia yang modern tanpa harus meninggalkan nilai-nilai budaya lokal itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat? 2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat? 3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat? 4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat adat? 5. Bagaimana upaya masyarakat adat untuk mewarisi upacara adat? 6. Bagaiman kontribusi upacara adat dalam membangun warga negara yang baik? 7. Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait pelestarian upacara adat?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif dengan data-data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ...i
PERNYATAAN ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
UCAPAN TERIMAKASIH...iv
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR GAMBAR ...ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian ...6
E. Penjelasan Istilah ...7
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...9
G. Lokasi dan Sampel Penelitian ...15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan ...16
2. Unsur dan Wujud Kebudayaan ...18
3. Sifat Kebudayaan ...20
4. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat ...21
5. Ideologi Agama Sebagai Sistem suatu budaya ...21
B. Kajian tentang Nilai Budaya 1. Pengertian Nilai ...23
2. Sumber Nilai ...24
3. Kategorisasi Nilai ...24
C. Kajian tentang Upacara Tradisional pada Masyarakat
1. Makna Upacara Tradisional ...27
2. Fungsi Upacara Tradisional ...29
3. Maksud dan Tujuan Upacara Tradisional ...31
4. Unsur-unsur Ritual Upacara Tradisional ...32
D. Kajian tentang Kesadaran Masyarakat terhadap Adat 1. Pengertian Kesadaran Hukum ...32
a. Pengertian Kesadaran ...32
b. Pengertian Hukum ...36
c. Pengertian Kesadaran Hukum ...39
E. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan 1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ...41
2. Maksud dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ...44
F. Kajian tentang Masyarakat adat 1. Pengertian Masyarakat ...49
2. Pengertian Masyarakat Adat ...51
3. Susunan Masyarakat Hukum Adat ...52
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ...55
B. Teknik Pengumpulan Data ...57
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ...60
D. Tahap-tahap Penelitian ...65
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...68
F. Analisis Data ...70
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ...72
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...77
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...97
B. Saran ...99
DAFTAR PUSTAKA ...101
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Desa Krimun sebagai wilayah administratif Masyarakat Adat
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ...72
Gambar 4.2 Contoh Dayak Preman ...75
Gambar 4.3 Contoh Dayak Seragam ...76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan
interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh
hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat
berasal dari sejumlah individu yang berdiam di suatu tempat tertentu dengan
sistem nilai (value system) tertentu pula, mengatur pola-pola interaksi antar
anggota masyarakat. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (2009: 118) yang menyatakan bahwa “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.”
Istilah masyarakat sering kali dikaitkan dengan konsep budaya,
meskipun sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Berkenaan
dengan keterkaitan antara konsep masyarakat dengan konsep budaya
Dayakisni Tri (2008: 9) menyatakan bahwa:
Masyarakat adalah sebuah institusi sosial yang memiliki karakteristik
struktur sosial yang jelas, tersusun atas anggota-anggota, diorganisir
oleh administrator (pemerintah), dan diatur oleh sekelompok peraturan
atau sistem tertentu. Dalam suatu masyarakat, mereka menampilkan
suatu gaya hidup tertentu yang kemudian dipahami sebagai budaya.
Oleh karena itu, term masyarakat dianggap sangat dekat dengan term
budaya.
Konsep masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan konsep budaya,
terlebih pada masyarakat multikultural yang memiliki keanekaragaman
budaya dan adat istiadat dengan masyarakat yang multikultural. Masyarakat
dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Kekayaan multikultural ini merupakan modal
sosial yang sangat berharga untuk membangun bangsa.
Bangsa Indonesia sampai pada saat ini masih mempertahankan adat
istiadat dan tradisi asli leluhurnya. Masyarakat adat itu sendiri adalah
masyarakat yang masih menjaga dan melestarikan adat dan kebudayaan asli
daerahnya serta mengembangkan ciri-ciri khas hukum adat. Namun secara definitive “Masyarakat itu adalah sekelompk mausia yang menjalani kehidupan terintegrasi dengan kebudayaan sebagai alat.” (E. Hiller dalam
Ranidar Darwis, 2008 : 100)
Ter Haar dalam Ranidar Darwis (2008 : 102) mendefinisikan
masyarakat hukum adat sebagai berikut:
Masyarakat hukum adat adalah kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selama-lamanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan
masyarakat adat adalah masyarakat yang hidup teratur, menetap di suatu
daerah tertentu, memiliki ketua adat atau pemimpin serta mempunyai
kekayaan baik kekayaan yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Kekayaan masyarakat adat yang berwujud tersebut dapat berupa prasasti,
benda-benda pusaka, mesin-mesin, perabot, gedung-gedung, dan lain
sebagainya, sedangkan kekayaan masyarakat adat yang tidak berwujud salah
satunya adalah adanya tradisi adat yang ada dan dilestarikan dalam suatu
kelompok masyarakat. Dalam masyarakat adat ini, mempunyai pandangan
bahwasanya tradisi dari cara-cara mereka jaga dan lestarikan merupakan
sesuatu yang sangat baik dan benar sehingga tradisi tersebut selalu dipelihara
Dalam setiap tradisi yang dilestarikan masyarakat adat mempunyai
tujuan dan fungsi tertentu, dimana masing-masing tradisi yang dilestarikan di
suatu masyarakat adat yang satu dengan yang lainnya pasti mempunyai
perbedaan. Salah satu tujuan dari tradisi adat yang dilestarikan ialah adanya
harmonisasi antara kehidupan yang nyata dengan kehidupan yang ada di alam
ghaib, melestarikan adat kebiasaan turun temurun, serta sebagai bentuk ucapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Upacara adat merupakan kekayaan tidak berwujud yang dimiliki oleh
masyarakat adat. Upacara merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup
bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh ketentraman
batin untuk mencari keselamatan. Bentuk upacara yang bertalian dengan adat
atau kehidupan beragama, mencerminkan sistem kepercayaan alam pikiran
serta pandangan hidup masyarakatnya.
Di Pesisir Pantai Utara, Kabupaten Indramayu, di sepanjang lajur
sebelah kanan jalan by pass dari arah Jakarta ke Cirebon, terdapat sebuah jalan
kecil yang bila ditelusuri menuju ke lokasi pemukiman sebuah masyarakat
adat yang menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Orang luar sering juga menyebutnya dengan istilah “Dayak Losarang”, atau “Dayak Indramayu”. Masyarakat adat ini bermukim di Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten
Indramayu.
Tradisi yang terus dijaga dan dipelihara oleh masyarakat adat Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu diantaranya adalah upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang diadakan setiap malam Jum’at Kliwon setiap bulannya. Laku Kungkum adalah ritual yang dilakukan dengan cara berendam
di sungai sebatas leher sejak pukul 24:00 WIB sampai dengan pagi hari,
kemudian dilanjutkan dengan ritual Laku Pepe, yaitu berjemur di bawah terik
matahari hingga siang hari. Seluruh ritual ini dilakukan atas dasar keinginan
dan kemampuan tanpa adanya paksaan. Selain untuk melesterikan adat
kebiasaan turun temurun, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum juga
pada keluarga, membiasakan hidup jujur, serta untuk melatih kesabaran pada
masyarakat adat tersebut.
Oleh karena itu, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini terus
dijaga dan dilestarikan secara turun temurun oleh setiap generasi yang ada di
masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu sebagai
bentuk untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian pada keluarga, hidup
jujur, serta melatih kesabaran. Selain itu juga, untuk terus melestarikan
kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu Indramayu, Kampung Segandu, Desa Krimun,
Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
Berangkat dari pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian mengenai tradisi adat yang ada dan dilestarikan
pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
Hal tersebut dilatarbelakangi pula oleh suatu keyakinan bahwa tradisi yang
ada dan dilestarikan dalam masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu merupakan kebiasaan atau cara-cara yang sesuai dengan
keyakinan adat istiadat leluhur Pulau Jawa, khsuusnya Jawa Indramayu.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul Kajian Terhadap Upacara
Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat
(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini, yaitu asal mula pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum
yang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat adat Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu hingga saat ini. Proses pelaksanaan
upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dianggap memiliki
nilai-nilai penting bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Dengan demikian, yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Mengapa upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dianggap sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban adat?”
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka
pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi rumusan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu?
2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku
Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu?
3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat Laku Pepe dan
Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu?
4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat
adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam upacara
adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam mewarisi dan memelihara
upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?
6. Bagaimana kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam
membangun warga negara yang baik?
7. Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan
kebudayaan daerah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait
pelestarian upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakan. Dengan tujuan, maka tindakan akan terarahkan secara fokus,
1. Tujuan Secara Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan
menggambarkan mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum
sebagai pelaksanaan kewajiban adat masyarakat adat Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu Indramayu Desa Krimun, Kecamatan Losarang,
Kabupaten Indramayu.
2. Tujuan Secara Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus
untuk mengungkapkan dan menggambarkan hal-hal berikut:
a. Posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu.
b. Proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum
masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
c. Nilai yang terkandung dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku
Kungkum masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu.
d. Bentuk dan proses ketaatan masyarakat adat terhadap upacara adat
Laku Pepe dan Laku Kungkum.
e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu dalam memelihara upacara adat Laku Pepe
dan Laku Kungkum.
f. Kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam
membangun warga negara yang baik.
g. Upaya yang dilakukan pemerintah setempat dalam memajukan
kebudayaan daerah terkait peelstarian upacara adat Laku Pepe dan
Laku Kungkum.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wawasan keilmuan bagi penulis khusunya melatih diri
dalam menyusun karya ilmiah yang benar dan mampu memberikan
sumbangan konsep-konsep baru, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat menunjang terhadap pewarisan nila-nilai budaya.
b. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan terhadap ilmu pendidikan,
khususnya dala, membangun nilai-nilai positif eksistensi adat istiadat
bagi pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan kemasyarakatan
(civic community) serta dapat hidup sesuai dengan kebudayaan dan
mengembangkan kebudayaan untuk kehidupan yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan berupa saran
kepada masyarakat adat untuk memberdayakan dirinya sesuai dengan
perkembangan zaman.
b. Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya pelestarian
dan pembinaan nilai- nilai budaya masyarakat adat. Selain itu juga,
untuk menjadi bahan masukan bagi pemerintahan atau pemegang
keputusan sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari
banyaknya pengunjung luar daerah yang dating untuk menyaksikan
jalannya upacara adat tersebut.
c. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain.
E. Penjelasan Istilah
Menurut Surakhmad (Arikunto, Suharsimi, 1998: 60) menyatakan
bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pendapat tersebut,
asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat
2. Adat berarti kebiasaan, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi
berulang kali (Ranidar Darwis, 2008: 3).
3. Masyarakat adat merupakan kesatuan manusia yang teratur, menetap di
suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa- penguasa dan mempunyai
kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud, dimana para anggota
kesatuan masing- masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai
hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun diantara para
anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan
ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkannya dalam arti melepaskan
diri dari ikatan itu untuk selama- lamanya (Teer Haar, dalam Muhammad,
2002:21).
4. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman pedoman
serta prinsip- prinsip umum dalam bertindak dan bertingkahlaku
(Theodorson, dalam Felly, 1994:101).
5. Budaya merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhannya dari hasil budi dan
karyanya itu (Koentraningrat, 1994: 9).
6. Nilai budaya merupakan konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal- hal yang harus
mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentraningrat, 1994: 25).
7. Kebudayaan berarti segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran
(logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka
perkembangan kepribadian manusia, hubungan manusia dengan alam, dan
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Daoed Joesoef, dalam
Burhanuddin Salam, 1996: 116).
8. Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan
dalam masyarakat atau suatu penilaian atau anggapan bahwa cara-cara
yang telah ada merupakan cara yang paling baik (Depdiknas, 2001 : 1208).
9. Laku Pepe adalah melakukan ritual dengan cara menjemur diri dibawah
10.Laku kungkum pelaksanaan ritual dengan cara berendam di dalam air
(sampai sebatas leher).
F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010: 9)
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Secara umum, penelitian deskriptif mempunyai cirri-ciri yaitu memusatkan
penelitian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu
masalah aktual dan data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan kemudian dianalisis.
Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk memperoleh
gambaran yang nyata mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan), yaitu suatu pengamatan yang meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera (Arikunto, 2002 : 133). Dengan melakukan observasi peneliti
dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang
sedang diteliti dan dapat memberikan deskripsi mengenai gambaran
umum tentang objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini yang
menjadi pengamatan peneliti adalah tradisi masyarakat adat yaitu
pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai
pelaksanaan kewajiban adat.
2. Wawancara (Interview), merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan informan atau yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan kepada tokoh adat, tokoh masyarakat,
aparat desa, dan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu. Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu.
3. Studi dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis. Studi dokumentasi dilakuakn dengan mengumpulkan,
menganalisis dokumen- dokumen, catatan- catatan penting dengan
tujuan untuk membantu memecahkan permasalahan dalam penelitian.
Studi dokumenter dengan mengumpulkan dokumentasi dokumentasi
atau arsip-arsip.
4. Studi literatur, yaitu penelitian dilakukan melalui kepustakaan,
mengmpulkan data- data dan keterangan melalui buku buku dan bahan
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah- masalah yang diteliti.
Studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
MATRIKS HASIL PENELITIAN
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI
PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)
No Rumusan Masalah Metode
Penelitian Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan Saran
1
Budha Bumi Segandu Indramayu,
berada dalam kawasan pemerintahan
desa Krimun, Kecamatan Losarang,
Kabupaten Indramayu. Akan tetapi,
meskipun secara demografi berada
dalam kawasan pemerintahan Desa
Krimun, Kecamatan Losarang,
Kabupaten Indramayu, namun secara
administrated masyarakat adat ini
tidak tercatat. Kondisi ini terjadi
karena masyarakat adat ini tidak
memiliki KTP. Alasan masyarakat
adat tidak memiliki KTP diantaranya
karena masyarakat adat ini tidak ikut
Kesimpulan:
a. Masyarakat adat Suku
Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu tidak
memiliki KTP, hal ini
disebabkan karena agar
mereka tidak terdaftar
sebagai warga negara,
sehingga mereka terbebas
dari pemerintahan, dalam
artian mereka bebas untuk
tidak mendukung
pemerintahan, contohnya
dalam hal pemilihan
umum, karena mereka
beranggapan hidup ini
Saran
a. Bagi pemerintah setempat,
perlu melakukan pendekatan
yang intensif, untuk bisa
membuka wawasan dan
pikiran masyarakat adat
tersebut akan pentingnya
memiliki identitas diri yang
berupa KTP, sebagai bukti
identitas diri yang resmi
sehingga bisa bergabung dan
terlibat dalam pemerintahan.
b. Bagi masyarakat adat Suku
Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu, agar
3
serta dalam pemerintahan, dalam
artian masyarakat adat ini selalu
golput pada setiap kali diadakannya
pemilihan umum atau pemilihan
kepala daerah. Selain itu juga karena
dalam pembuatan KTP, harus diisi
format agama, dan mengenakan foto,
sedangkan masyarakat adat ini tidak
mempunyai agama, hanya menganut
kepercayaan, dan hanya mengenakan
celana tanpa baju.
2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu Indramayu ini
memiliki upacara adat yang
dinamakan Laku Pepe dan Laku
Kungkum yang dilaksanaan pada
Jum’at Kliwon pada setiap bulannya.
Laku Pepe dilaksanakan pada siang
hari sambil berjemur dibawah terik
matahari, sedangkan Laku Kungkum
dilaksanakan pada dini hari sambil
beremdam di parit berisi air. tujuan
dan penguasa alam dengan
dua cara, yaitu Laku Pepe
dan Laku Kungkum.
c. Upacara dat Laku Pepe
dan Laku Kungkum, nilai
yang terkandung di
dalamnya yaitu untuk
membangun rasa
kebersamaan, persatuan,
melatih kesabaran,
menerima apa adanya atau
ikhlas, dapat membaur
dengan alam, serta
Salah satunya dengan adanya
kepemilikan KTP, karena hal
ini akan memberikan
keuntungan bagi mereka
sendiri. Contohnya dalam hal
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah setempat.
c. Dalam melaksanakan upacara
dat Laku Kungkum,
sebaiknya menggunakan air
yang bersih, agar terhindar
dari penyakit yang terrdapat
dalam air kotor. Selain itu
juga, masyarakat adat ini
hendaknya dalam
membersihkan badan, akan
lebih baik jika batinnya pun
turut dibersihkan dengan cara
shalat.
5
diadakannya upacara adat ini adalah
untuk melatih kesabaran, meminta
keselamatan, serta membersihkan
diri dari kotoran-kotoran yang
menempel pada tubuh.
3. Nilai yang tekandung dalam upacara
adat ini adalah membangun rasa
kebersamaan, persatuan, melatih
kesabaran, menerima apa adanya
atau ikhlas, dapat membaur dengan
alam.
4. Pelaksanaan upacara adat ini, hanya
dilakukan oleh masyarakat adat
berjenis kelamin laki-laki. dalam
melaksanakan upacara adat ini,
masyarakat sangat taat, tidak ada
paksaan dari pihak manapun,
semuanya karena kesadaran dari
masing-masing individu.
5. Keberadaan upacara adat ini sangat
dijaga kelestariannya, sehingga
dalam setiap pelaksanaan upacara
d. Upacara dat Laku Pepe
dan Laku Kungkum hanya
diikuti oleh masyarakat
adat yang bersedia untuk
melaksanakan upacara
tersebut, tidak ada paksaan
dari pihak manapun.
e. Setiap pelaksanaan
upacara adat, selalu
melibatkan anak-anak
dengan tujuan agar
anak-anak dapat mewarisi dan
terus melestarikan upacara
adat iini.
f. Pelaksanaan upacara adat
Laku Pepe dan Laku
Kungkum mengandung
nilai-nilai luhur, yaitu
diantaranya untuk
membangun rasa
kebersamaan, persatuan,
melatih kesabaran,
lebih taat lagi dalam setiap
pelaksanaan upacara adat
Laku Pepe dan Laku
Kungkum, agar tercipta
suasana kehidupan yang lebih
baik lagi.
e. Hendaknya masyarakat adat
dapat menjaga dan
melestarikan nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam
budaya masyarakat tersebut.
f. Bagi pemerintah setempat,
hendaknya lebih
dapat dikembangkan sebagai
fungsi ekonomi yang
memanfaatkan kesempatan ini
terkait pelestarian
upacara dat Laku
Pepe dan Laku
Kungkum?
adat, selalu melibatkan anak-anak
walau hanya melihat pada saat
upacara adat berlangsung.
6. efek positif dalam pelaksanaan
upacara adat tersebut dapat menjaga
kelestarian alam, hidup rukun
dengan sesame, dan terbangunnya
gotong royong, serta terbangunnya
rasa persaudaraan yang semakin erat.
7. Sejauh ini tidak ada upaya yang
dilakukan oleh pemerintah setempat
untuk menjaga budaya yang ada
dalam masyarakat adat ini. Namun,
meskipun tidak adanya upaya untuk
melestarikan kebudayaan dari
pemerintah, masyarakat adat tersebut
tetap berusaha keras untuk
memajukan dan melestarikan
kebudayaan yang telah ada.
menerima apa adanya atau
ikhlas, serta dapat
membaur dengan alam.
Dengan adanya nilai luhur
tersebt, maka dapat
memberikan efek positif
bagi kehidupan
bermasyarakat di wilayah
masyarakat adat yang
kemudian akan
menghasilkan warga
negara yang baik.
g. Belum da upaya dari
pemerintah setempat
dalam melestarikan serta
memajukan kebudayaan
yang ada pada masyarakat
adat.
pelaksanaan upacara adat,
dengan menjual
souvenir-souvenir khas masyarakat
adat tersebut.
g. Diharapkan ada peneliti lain
yang dapat mengkaji lebih
dalam berkenaan dengan
pelaksanaan Upacara adat
Laku Pepe dan Laku
Kungkum di masyarakat adat
Suku Dayak Hindu Budha
G. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Menurut Sukardi (2003: 53), bahwa yang dimaksud dengan lokasi
penelitian atau tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses
studi yang dilakukan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian
berlangsung.
Adapun lokasi penelitian ini terletak di RT 13 RW 03, Desa
Krimun, Kecamatan Losarang, atau 300 m dari jalur utama Pantura
Indramayu. Sedangkan sampel penelitiannya adalah masyarakat adat Suku
Dayak Hindu- Budha Bumi Segandu Indarmayu.
2. Sampel Penelitian
Nasution (1992: 32), mengemukakan bahwa sampel penelitian
adalah sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara
purposive dan bertalian dengan tujuan tertentu. Yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti
dalam melaksanakan penelitian. Adapun fokus kajian yang dibahas dalam bab ini,
yaitu, pertama mengenai metode penelitian dan pendekatan penelitian. Kedua,
prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ketiga, mengenai lokasi dan
subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data hasil penelitian.
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Best (Sukardi, 2003:
157) mengemukakan metode deskriptif yaitu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, atau sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang, dengan tujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta,
sifat, serta hubungan yang diselidiki. Penelitian deskriptif merupaka metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek
sesuai dengan apa adanya. Hal itu sejalan dengan pandangan Endang Danial
dan Nanan Wasriah (2009: 62) yang mengatakan metode deskriptif adalah
metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik suatu situasi,
kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat. Tujuan metode
ini adalah untuk memperlihatkan keberadaan suatu fenomena yang ada.
Arikunto. S (2009: 234) menjelaskan penelitian deskriptif sebagai
penelitian yang dimaksudkan untuk megumpulkan informasi mengenai status
gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan. Dengan demikian, penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa
adanya tentang suatu gejala atau keadaan.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang bertujuan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Endang Danial dan Nanan Wasriah (2009: 60)
pendekatan yang holistik, artinya menyeluruh, mendudukan suatu kajian
dalam suatu konstruksi yang ganda. Melihat suatu objek dalam suatu konteks
secara natural apa adanya. Penelitian ini menghubungkan antara teori dan
data. Data dianggap sebagai sumber teori. Teori yaitu penjelasan dari
fenomena sebenarnya dikembangkan oleh peneliti selama ia mengadakan
penelitian dari data yang dikumpulkan.
Perhatian dalam penelitian kualitatif lebih banyak ditujukan pada
pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul
dari data empiris. Margono (2004: 35) mengungkapkan di dalam penelitian
kualitatif, peneliti merasa tidak tahu mengenai apa yang tidak diketahuinya,
sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan
kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang dilakukan dan
lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya. Data yang
diperoleh (berupaka kata atau tindakan) pada penelitian kualitatif sering
digunakan untuk menghasilkan teori yang timbul dari hipotesis-hipotesis
seperti dalam penelitian kuantitatif. Atas dasar itu, penelitian kualitatif bersifat
generating theory bukan hypothesis theory, sehingga teori yang dihasilkan
berupa teori substantif.
Denzin dan Lincoln (Herdiansyah, 2010: 7) mengatakan penelitian
kualitatif lebih ditujukan untk mencapai pemahaman mendalam mengenai
organisasi atau peristiwa khusus daripada mendeskripsikan bagian permukaan
dari sampel besar dari sebuah populasi. Penelitian ini bertujuan untuk
menyediakan penjelasan tersirat, terstruktur, tatanan, dan pola yang luas yang
terdapat dalam suatu kelompok partisipan.
Jihn W. Creswell (Herdiansyah, 2008: 8) mengemukakan penelitian
kualitatif sebagai berikut:
Creswell mengatakan penelitian kualitatif adalah suatu proses
penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah
manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan
kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber
informasi, serta dilakukan dalam seting yang alamiah tanpa adanya intervensi
apa pun dari peneliti.
Sedangkan Banister et al (Herdiansyah, 2010: 8) mengungkapkan
tentang penelitian kualitatif adalah:
Qualitative research is : a). an attempt to capture the sense that lies within, and that structures what we say about whay we do; b). an exploration, elaboration and systematization of the significance of an identified phenomenon; c). the illuminative representations of the meaning of a delimited issued or problem.
Berdasarkan definisi Baster, inti dari penelitian kualitatif yaitu sebagai
suatu metode yang menangkap dan memberikan gambaran terhadap suatu
fenomena, sebagai metode untuk mengekplorasi fenomena, dan sebagai
metode untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti.
B. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan dengan menggunakan
teknik pengumpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dalam penelitian dimaksudkan agar peneliti sebagai instrumen
yang utama mendapatkan gambaran yang diperoleh dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap apa yang sedang diteliti. Tujuan ini sejalan
dengan pendapat Nasution (2003: 60) yang menyebutkan dengan berada
secara pribadi di lapangan, peneliti mempunyai kesempatan untuk
memperoleh data yang kaya, yang dapat dijadikan dasar untuk
memperoleh data lebih banyak, lebih rinci, dan lebih cermat.
Observasi digunakan untuk menyimpulkan data tentang tinjauan langsung
Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum dengan ketaatan masyarakat adat
observasi dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi pertisipasi
langsung yang ditandai dengan intensitas peran peneliti sepanjang
terjadinya aktivitas masyarakat dalam pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan
Laku Kungkum dilakukan dengan tujuan untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dengan
pengamatan langsung, diharapkan dapat menjawab rumusan masalah
melalui data yang diperoleh sesuai dengan kondisi lapangan. Adapun yang
menjadi alat dalam observasi ini adalah pedoman observasi. Selain itu,
penelitian yang memanfaatkan metode pengamatan perlu alat bantu karena
pengamatan manusia pada hekekatnya sangat terbatas (Burhan Bungin:
2001: 96). Harsya W. Bachtiar menuliskan alat bantu yang diperlukan
diantaranya alat pemotret, teropong lensa jauh, kamera, dan alat perekam
suara. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat kamera dan perekam
suara sebagai alat bantu dalam mencari data di lapangan.
2. Wawancara (interview)
Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara untuk memperoleh dan
mengumpulkan data mengenai bagaimana pelaksanaan Upacara Laku Pepe
dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu serta mengetahui ketaatan masyarakat dalam
melaksanakan upacara tersebut. Koentjaraningrat (1994: 129),
menjelaskan metode wawancara mencakup cara yang dipergunakan oleh
seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Agar wawancara
efektif, maka harus dipelihara komunikasi dua arah. Selain itu, agar
wawancara lebih terarah maka digunakan pedoman wawancara.
Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi
terstrukutr. Haris Herdiansyah (2009: 123), mengemukakan didalam
wawancara semi terstruktur pertanyaan ynag diajukan oleh peneliti lebih
terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Hal ini
tidak keluar dari konteks pembicaraan. Namun tetap dibatasi oleh tema
dan alur pembicaraan agar pembicaraan tidak melebar ke arah yang tidak
diperlukan. Oleh karena itu, peneliti terlebih dahulu membuat rancangan
pedoman wawancara sehingga dapat mempermudah dalam penelitian.
Namun, peneliti memberi keleluasaan pada pihak yang diwawancarai
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara panjang lebar mengenai
pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum serta kewajiban
masyarakat dalam upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Dengan
wawancara semi terstruktur ini, maka data yang diperoleh akan lebih
banyak dan bervariasi.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan (literature) adalah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku atau pun sumber lain
yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian. Hamid Patilima
(2005: 22) mengemukakan penggunaaan pustaka pada penelitian kualitatif
merupakan bagian yang penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja,
karena melalui pustaka ini dapat mengetahui berbagai publikasi resmi
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti atau direncanakan
modelnya.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang
diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.
Dokumentasi terdiri dokumen pribadi dan dokumen resmi. Terdapat tiga
dokumen pribadi yang dapat digunakan peneliti untuk dianalisis, yaitu
catatan harian, surat pribadi, dan autobiografi. Sementara dokumen resmi
ada dua macam, yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen
internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, dan
hasil notulensi rapat keputusan pimpinan. Dokumen eksternal berupa
majalah, Koran, bulletin, surat pernyataan yang dapat dijadikan bahan
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambaran mengenai
aktivitas, keterlibatan individu pada komunitas tertentu. Dokumen ini
sangat penting untuk membantu melengkapi data yang dikumpulkan
diantaranya lokasi, kondisi geografis, serta persiapan dan pelaksanaan
Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Dengan demikian, studi
dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan gambaran dari sudur pandang subjek melalui media tertulis
dan dokumen lain yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indramayu, tidak jauh
dari Pantai Eretan Wetan, di sepanjang lajur sebelah kanan jalan by pass dari
arah Jakarta menuju Kota Cirebon (Jalur Pantura), terdapat sebuah jalan kecil
yang bila ditelusuri menuju pemukiaman sebuah masyarakat adat yang
menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.orang luar sering menyebutnya dengan istilah “Dayak Losarang”, atau “Dayak Indramayu”. Masyarakat adat ini tepatnya bermukim di RT 13 RW 03 Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten
Indramayu, atau 300 meter dari jalur Pantura Indramayu. Alasan pemilihan
lokasi ini sebagai tempat penelitian didasarkan pada permasalahan yang
ditemukan yaitu adanya tradisi upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.
Subjek dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut:
1. Ketua adat, yang merupakan kepala adat yang mengetahui tentang
seluk beluk pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Juru
kunci merupakan informan yang paling tepat karena beliau adalah
orang yang mengetahui seluk beluk tentang Upacara Laku Pepe dan
Laku Kungkum.
2. Tokoh masyarakat sebagai orang yang mengetahui dan memahami
segala sesuatu yang terdapat di masyarakat adat Suku Dayak Hindu
3. Masyarakat adat di sekitar, yang melaksanakan upacara. Dengan
mewawancarai masyarakat maka akan diperoleh informasi mengenai
proses pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.
4. Aparat desa, yang merupakan pemegang otoritas dalam kebijakan
terhadap perkembangan budaya daerah.
5. Pemerintah Kabupaten, yang merupakan pemegang otoritas dalam
KISI KISI PENELITIAN
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
No Rumusan Masalah Komponen Sub Komponen Indikator
Teknik Pengumpulan
1 Bagaimana posisi eksistensi
suku dayak hindu budha bumi segandu Indramayu
segandu indramayu
indramayu *Sejak kapan
B. Proses
4 bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan
ketaatan masyarakat dalam upacara adat laku pepe dan laku kungkum
masyarakat adat untuk mewarisi dan memelihara upacara laku pepe dan laku kungkum? adat laku pepe dan laku kungkum
D. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra Penelitian
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Pada awal sebelum penelitian, peneliti telah mengamati aktivitas pada
masyarakat yang dijadikan tempat penelitian. Berdasarkan pengamatan,
peneliti mencoba mengkaji lebih dalam tentang kebudayaan yang terdapat
pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu khususnya tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat yaitu
upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Selanjutnya peneliti
membuat rancangan sebagai langkah awal dalam mengadakan penelitian.
b. Menetapkan Sumber dan Lokasi Penelitian
Sumber dan lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah
masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
Sumber penelitian ini adalah berupa sumber yang dapat memberikan
informasi baik berupa benda, peristiwa, maupun manusia atau orang.
Sumber peristiwa tentang keadaan dan kondisi yang sedang berlangsung
yang dapat dibaca dan dipahami. Peristiwa yang diamati adalah aktivitas
sebelum pelaksanaan upacara dan saat pelaksanaan upacara Laku Pepe dan
Laku Kungkum yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu Indramayu. Sumber lain yang menunjang adalah
berupa foto-foto pada saat pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku
sumber data yang adapat memberikan informasi secara langsung mengenai
aktivitas upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.
c. Mengurus Izin Penelitian
Izin penelitian dieprlukan untuk mempermudah dalam mencari dan
mengumpulkan data di lapangan serta mempermudah mengkaji lebih
dalam sesuai permasalahan penelitian. Adapun prosedur permohonan izin
untuk mengadakan penelitian adalah sebagai berikut:
1) Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
kepada ketua jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya
diserahkan kepada dekan FPIPS UPI melalui pembantu dekan I
dilengkapi persyaratan lain yaitu seberkas proposal yang telah disetujui
dan disahkan oleh dosen pembimbing, fotokopi Kartu Tanda
Mahasiswa (KTM), dan fotokopi transkrip pembayaran SPP terakhir
dari bank. Tujuannya untuk mendapatkan surat rekomendasi dari
kepala bagian administrasi di fakultas FPIPS.
2) Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat
permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Badan
Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol
dan Linmas) Kabupaten Indramayu.
3) Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
(Kesbangpol dan Linmas) Kabupaten Indramayu menegluarkan surat
izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata
d. Membuat Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti. Peneliti menjadi
instrument utama dengan masuk ke lapangan secara langsung untuk
memperoleh berbagai data yang diperlukan dengan dibantu oleh pedoman
observasi dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara bertujuan untuk
mengetahui gabaran mengenai kegiatan upacara Laku Peped an Laku
Kungkum di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu.
e. Mengidentifikasi Informan
Penelitian ini berjalan dengan baik dan data-data terkumpul secara lengkap
jika adanya informan yang berkompeten. Oleh Karena itu, diperlukan
informan yang berkompeten dan mengalami langsung kegiatan upacara
adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Informan tersebut terdiri dari juru
kunci (kuncen) di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu yang merupakan peminpin dalam upacara Laku Pepe
dan Laku Kungkum, masyarakat yang melaksanakan upacara, dan aparat
desa sebagai informan pendukung.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah pra penelitian selesai, penelitian dimulai dengan masuk ke
lapangan untuk mengumpulkan data-data dari responden sebagai sumber
penelitian. Sumber penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data hasil
observasi dan studi dokumentasi di lapangan serta data melalui wawancara
E. Teknik Pengolahan
Pengolahan data dalam suatu penelitian penting untuk dilakukan.
Pengolahan data ini dimaksudkan supaya data hasil penelitian dapat
mengungkapkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Setelah data diperoleh
dari berbagai sumber antara lain melalui observasi, wawancara, studi pustaka,
dan dokumentasi, selanjutnya menganalisis data itu.
Mengenai analisis data, Lexy J Moleong (2006: 248) menjekaskan
analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
2. Menyusun data sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
3. Mendeskripsikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan umum, sekaligus
menyusun temuan-temuan penelitian baik yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian ataupun tidak.
4. Menyusun temuan yang dimunculkan.
5. Menganalisis hubungan data yang satu dengan yang lain.
6. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum.
7. Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara
Analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian dan dimulai
sesudah meninggalkan lapangan. Hal ini dilakukan karena jika
pelaksanaan analisis baru dimulai ketika penelitian selesai maka akan
sangat merepotkan peneliti apabila data yang diperlukan masih dianggap
kurang. Hal ini sesuai dengan pandangan Nasution 1986 (2003: 129)
menjelaskan dalam penelitian kualitatif, analisis data harus dimulai sejak
awal, meskipun demikian secara intensif analisis data dilakukan pada saat
setelah data yang diperlukan sudah terkumpul.
Adapun teknik analisis data menurut Miles Huberman 1994 (Haris
Herdiansyah, 2010: 164) terdiri atas empat tahap, diantaranya sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, saat penelitian, dan bahkan diakhir penelitian. Intinya adalah proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan.
2. Reduksi Data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Hasil dari wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi dan/atau dari FGD diubah menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan format masing-masing.
3. Display Data
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai dengan tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan dan diakhiri dengan memberikan kode (coding).
aspek-aspek yang telah direduksi. Aspek-aspek tersebut harus disajikan secara singkat dan jelas. Penyajian sebagai dasar untuk menafsirkan dan mengambil kesimpulan hasil penelitian.
4. Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan merupakan upaya untuk emncari arti dan makna yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis. Sedangkan verifikasi merupakan kekgiatan mempelajari data yang telah direduksi dan disajikan pada langkah-langkah sebelumnya dan dengan pertimbangan yang terus menerus sesuai dengan perkembangan data yang ada di lapangan. Pada akhirnya verifikasi akan menghasilkan kesimpulan atau mengambil suatu keputusan.
Dengan demikian, proses pengolahan dan analisis data harus dilakukan
dengan menggunakan tahapan-tahapan pengolahan data harus dilakukan
dengan menggunakan tahapan-tahapan pengolahan data yang sesuai.
Melalui tahapan tersebut diharapkan akan diperoleh data-data yang sesuai
dengan rumusan dan tujuan penelitian.
F. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan
sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji
hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Sedangkan dalam penelitian
kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik
pengumpulan data tang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan etrus
menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus
tersebut, mengakibatkan variasi data tinggi sekali (Sugiyono, 2010: 243).
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu data
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau tidak berdasarkan
data yang terkumpul. Bila berdasrkan data yang dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis
tersebut berkembang menjadi teori.
Dipihak lain, analisis data kualitatif menurut Seiddel dalam Moleong
(2011: 248) prosesnya berjalan sebagai berikut:
“(1) mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir, dengan jalan memebuat agar data kategori itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.”
Berdasarkan pendapat di atas dikemukakan bahwa, analisis data adalah
proses mencari dan menusun secara sistematis dari data yang terkumpul dan dari
berbagai sumber, dengan mengkategorikannya agar mduah dipahami sehingga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu,
berada dalam kawasan pemerintahan Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Akan tetapi, meskipun secara demografi berada dalam kawasan pemerintahan Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, namun secara administratif masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini tidak tercatat. Kondisi ini terjadi karena masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini tidak memiliki. Kartu Tanda Penduduk (KTP). Keengganan masyarakat adat untuk memiliki KTP adalah agar mereka tidak terdaftar sebagai warga negara, sehingga mereka terbebas dari pemerintahan, dalam artian mereka bebas untuk tidak mendukung pemerintahan contohnya dalam hal pemilihan umum (pemilu), karena mereka beranggapan hidup ini harus didasari oleh rasa keadilan.
2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini
3. Pada upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum, nilai yang terkandung didalamnya yaitu untuk membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, dapat membaur dengan alam, serta bermakna pula guna meminta keselamatan kepada sang pencipta dan penguasa alam.
4. Upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini diikuti hanya oleh masyarakat adat yang bersedia untuk melaksanakan upacara tersebut. Dalam artian tidak ada paksaan terhadap seluruh anggota masyarakat yang ada. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya hampir seluruh masyarakat adat mengikuti upacara adat tersebut. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini sangat mengabdi pada perempuan dan anak-anak. Bagi masyarakat adat ini, sosok perempuan dan anak-anak adalah segalanya.
5. Dalam setiap pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini
mereka selalu mengajak serta melibatkan anak-anak dengan tujuan agar anak-anak mereka dapat mewarisi dan terus melestarikan upacara adat tersebut. Pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini pada hakekatnya adalah untuk membangun kebersamaan, persatuan, menerima apa adanya atau ikhlas, serta melatih kesabaran. Dengan melihat hakekat yang ada dalam pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum itu, maka pelaksanaan upacara adatnya pun selalu dipertahankan, karena mengandung nilai-nilai yang sangat baik dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum terkandung nilai
sesama, dan terbangunnya gotong royong, serta terbangunnya rasa persaudaraan yang semakin erat.
7. Belum ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat dalam
melestarikan serta memajukan kebudayaan yang ada pada Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, dikarenakan masyarakat adat tidak mengikuti sistem pemerintahan untuk menjadi warga negara.
B. SARAN
1. Bagi pemerintah setempat, perlu melakukan pendekatan yang intensif, untuk bisa membuka wawasan dan pikiran masyarakat adat tersebut akan pentingnya memiliki identitas diri yang resmi berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai bukti identitas diri yang resmi sehingga bisa bergabung dan terlibat dalam pemerintahan.
2. Bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, agar turut
berpartisipasi dalam program-program pemerintah. Salah satunya dengan adanya kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), karena hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka sendiri. Contohnya dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah setempat.
3. Diharapkan untuk masyarakat adat agar segera menganut keyakinan yang
sesuai dengan ajaran selama ini, tentunya menganut ajaran agama yang diakui oleh negraa Republik Indonesia.
4. Kepada masyarakat adat, pelaksanaan upacara adat Laku Kungkum,
hendaknya menggunakan air yang bersih sehingga tidak menimbulkan gangguan atau iritasi pada kulit.
5. Hendaknya masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
budaya masyarakat adat tersebut, sehingga nilai-nilai yang telah ada tidak mudah terkikis oleh adanya modernisasi.
6. Hendaknya masyarakat adat lebih meningkatkan kembali dalam
membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, serta dapat membaur dengan alam. Hal ini karena dapat memberikan efek positif bagi kehidupan bermasyarakat di wilayah masyarakat adat yang kemudian akan menghasilkan warga negara yang baik.
7. Pemerintah setempat diharapkan memberikan masukan-masukan terhadap
upacara adat laku Pepe dan Laku Kungkum sehingga upacara adat tersebut memiliki fungsi nilai budaya dan fungsi ekonomi untuk mengangkat tingkat ekonomi masyarakat yang ada di sekitar berupa penjualan souvenir. Selain itu juga agar menjadi fungsi sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung dari luar daerah yang
sengaja datang untuk menyaksikan jalannya upacara.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Wahyu. 1981. Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung: Alumni
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
AW, Widjaja. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta
Budimansyah, Dasim dan Karim, S. 2008. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan
Busrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Busar, Muhammad. 2002. Azas-Azas Hukum Adat (Suatu Pengantar). Jakarta: PT. Pradnya Paramitha. Ss
Bronson, M.S. dkk. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS
Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 2000. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Daniel, Endang dan Wasriah Nanan. 2009. Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: Alfabeta
Darmodiharjo, Darji. 1986. Nilai, Norma, Moral, dalam Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. Universitas Machigan: Aries Lima
Darwis Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung: Laboratorium PKn-FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Dayakisni, Tri. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang. UMM. Press
Djahiri, Achmad Kosasih. 1984. Strategi Pengajaran Afektif, Nilai, Moral VCT
dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN IKIP Bandung
Garna, K Judistira. 1998. Pemikiran Modern dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Primaco Akademika
Fox, J James, 2002. Indonesia, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Ihromi. 1996. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Kansil. C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Maftuh, B. dan Sapriya. 2005. “Pembelajaran PKn melalui Pemetaan Konsep” Jurnal Civicus: Implementasi KBK dalam PKn berbagai konteks
Margono. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Marzali, Amri. 2005. Antropologi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana
Mertokusumo, Sudikno. 1984. Meningkatkan Kesadaran Hukum. Jakarta: Liberty
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Mutakin, Awan, dkk. 2000. Mayarakat Indonesia dalam Dinamika. Bandung: Tarsito
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Roatiyati, Ani. 1995. Fungsi Upacara Tradisional: Bagi Masyarakat
Pendukungnya Masa Kini, Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan
Nilai-Nilai Budaya Daerah Yogyakarta
Salam, Burhanudin. 1996. Filsafat Pancasilanisme. Jakarta: Rineka Cipta
Soegiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Soekanto, Soerjono. 1983. Mengenal Sosiologi Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. 1985. Beberapa Aspek Sosial Yuridis Masyarakat. Bandung: Alumni
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. 2007. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Somantri, M.N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sunardi H S dan Asy Mas’udi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas
VII SMP dan MTs. Solo: Tiga Serangkai
Sunjata, Pantja Wahjudi. 2008. Kupatan Jalasutra: Tradisi, Makna, dan
Simboliknya
Suseno. Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: CV. Karya
Widjaja, A.W. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta
Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. 2007. Civics Education Konteks,
Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Wirawan. 1993. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang