• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:

DIAH RATNA SHABARWATI 0804199

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

Oleh

DIAH RATNA SHABARWATI 0804199

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed.

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyithoh, M. Si NIP. 196201021986082001

Diketahui Oleh:

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(3)

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

Oleh

DIAH RATNA SHABARWATI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

© DIAH RATNA SHABARWATI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

Diah Ratna Shabarwati (0804199). Penelitian ini berjudul “Kajian terhadap Upacara Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat.”

Penelitian ini dilatarbelakangi keingintahuan penulis tentang ketaatan pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu untuk melaksanakan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum terhadap perilaku yang mengikuti upacara adat ini sangat positif. Karena di dalamnya sarat akan nilai-nilai atau pesan-pesan moral. Nilai tersebut diantaranya membangun rasa kebersamaan, persatuan, menerima apa adanya, membaur dengan alam, serta melatih kesabaran. Pentingnya mengkaji nilai-nilai budaya tersebut, untuk menjadikan warga negara yang baik, memiliki kesadaran yang tinggi, serta untuk membangun kemajuan masyarakat Indonesia yang modern tanpa harus meninggalkan nilai-nilai budaya lokal itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat? 2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat? 3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat? 4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat adat? 5. Bagaimana upaya masyarakat adat untuk mewarisi upacara adat? 6. Bagaiman kontribusi upacara adat dalam membangun warga negara yang baik? 7. Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait pelestarian upacara adat?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif dengan data-data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ...i

PERNYATAAN ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMAKASIH...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Penjelasan Istilah ...7

F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...9

G. Lokasi dan Sampel Penelitian ...15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan ...16

2. Unsur dan Wujud Kebudayaan ...18

3. Sifat Kebudayaan ...20

4. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat ...21

5. Ideologi Agama Sebagai Sistem suatu budaya ...21

B. Kajian tentang Nilai Budaya 1. Pengertian Nilai ...23

2. Sumber Nilai ...24

3. Kategorisasi Nilai ...24

(6)

C. Kajian tentang Upacara Tradisional pada Masyarakat

1. Makna Upacara Tradisional ...27

2. Fungsi Upacara Tradisional ...29

3. Maksud dan Tujuan Upacara Tradisional ...31

4. Unsur-unsur Ritual Upacara Tradisional ...32

D. Kajian tentang Kesadaran Masyarakat terhadap Adat 1. Pengertian Kesadaran Hukum ...32

a. Pengertian Kesadaran ...32

b. Pengertian Hukum ...36

c. Pengertian Kesadaran Hukum ...39

E. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan 1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ...41

2. Maksud dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ...44

F. Kajian tentang Masyarakat adat 1. Pengertian Masyarakat ...49

2. Pengertian Masyarakat Adat ...51

3. Susunan Masyarakat Hukum Adat ...52

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ...55

B. Teknik Pengumpulan Data ...57

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ...60

D. Tahap-tahap Penelitian ...65

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...68

F. Analisis Data ...70

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ...72

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...77

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...86

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...97

B. Saran ...99

DAFTAR PUSTAKA ...101

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Desa Krimun sebagai wilayah administratif Masyarakat Adat

Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ...72

Gambar 4.2 Contoh Dayak Preman ...75

Gambar 4.3 Contoh Dayak Seragam ...76

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu

dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan

pikiran, naluri, perasaan, keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan

interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh

hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat

berasal dari sejumlah individu yang berdiam di suatu tempat tertentu dengan

sistem nilai (value system) tertentu pula, mengatur pola-pola interaksi antar

anggota masyarakat. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (2009: 118) yang menyatakan bahwa “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.”

Istilah masyarakat sering kali dikaitkan dengan konsep budaya,

meskipun sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Berkenaan

dengan keterkaitan antara konsep masyarakat dengan konsep budaya

Dayakisni Tri (2008: 9) menyatakan bahwa:

Masyarakat adalah sebuah institusi sosial yang memiliki karakteristik

struktur sosial yang jelas, tersusun atas anggota-anggota, diorganisir

oleh administrator (pemerintah), dan diatur oleh sekelompok peraturan

atau sistem tertentu. Dalam suatu masyarakat, mereka menampilkan

suatu gaya hidup tertentu yang kemudian dipahami sebagai budaya.

Oleh karena itu, term masyarakat dianggap sangat dekat dengan term

budaya.

Konsep masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan konsep budaya,

terlebih pada masyarakat multikultural yang memiliki keanekaragaman

budaya dan adat istiadat dengan masyarakat yang multikultural. Masyarakat

(10)

dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Kekayaan multikultural ini merupakan modal

sosial yang sangat berharga untuk membangun bangsa.

Bangsa Indonesia sampai pada saat ini masih mempertahankan adat

istiadat dan tradisi asli leluhurnya. Masyarakat adat itu sendiri adalah

masyarakat yang masih menjaga dan melestarikan adat dan kebudayaan asli

daerahnya serta mengembangkan ciri-ciri khas hukum adat. Namun secara definitive “Masyarakat itu adalah sekelompk mausia yang menjalani kehidupan terintegrasi dengan kebudayaan sebagai alat.” (E. Hiller dalam

Ranidar Darwis, 2008 : 100)

Ter Haar dalam Ranidar Darwis (2008 : 102) mendefinisikan

masyarakat hukum adat sebagai berikut:

Masyarakat hukum adat adalah kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selama-lamanya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan

masyarakat adat adalah masyarakat yang hidup teratur, menetap di suatu

daerah tertentu, memiliki ketua adat atau pemimpin serta mempunyai

kekayaan baik kekayaan yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Kekayaan masyarakat adat yang berwujud tersebut dapat berupa prasasti,

benda-benda pusaka, mesin-mesin, perabot, gedung-gedung, dan lain

sebagainya, sedangkan kekayaan masyarakat adat yang tidak berwujud salah

satunya adalah adanya tradisi adat yang ada dan dilestarikan dalam suatu

kelompok masyarakat. Dalam masyarakat adat ini, mempunyai pandangan

bahwasanya tradisi dari cara-cara mereka jaga dan lestarikan merupakan

sesuatu yang sangat baik dan benar sehingga tradisi tersebut selalu dipelihara

(11)

Dalam setiap tradisi yang dilestarikan masyarakat adat mempunyai

tujuan dan fungsi tertentu, dimana masing-masing tradisi yang dilestarikan di

suatu masyarakat adat yang satu dengan yang lainnya pasti mempunyai

perbedaan. Salah satu tujuan dari tradisi adat yang dilestarikan ialah adanya

harmonisasi antara kehidupan yang nyata dengan kehidupan yang ada di alam

ghaib, melestarikan adat kebiasaan turun temurun, serta sebagai bentuk ucapan

syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Upacara adat merupakan kekayaan tidak berwujud yang dimiliki oleh

masyarakat adat. Upacara merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup

bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh ketentraman

batin untuk mencari keselamatan. Bentuk upacara yang bertalian dengan adat

atau kehidupan beragama, mencerminkan sistem kepercayaan alam pikiran

serta pandangan hidup masyarakatnya.

Di Pesisir Pantai Utara, Kabupaten Indramayu, di sepanjang lajur

sebelah kanan jalan by pass dari arah Jakarta ke Cirebon, terdapat sebuah jalan

kecil yang bila ditelusuri menuju ke lokasi pemukiman sebuah masyarakat

adat yang menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Orang luar sering juga menyebutnya dengan istilah “Dayak Losarang”, atau “Dayak Indramayu”. Masyarakat adat ini bermukim di Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten

Indramayu.

Tradisi yang terus dijaga dan dipelihara oleh masyarakat adat Suku

Dayak Hindu Budha Bumi Segandu diantaranya adalah upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang diadakan setiap malam Jum’at Kliwon setiap bulannya. Laku Kungkum adalah ritual yang dilakukan dengan cara berendam

di sungai sebatas leher sejak pukul 24:00 WIB sampai dengan pagi hari,

kemudian dilanjutkan dengan ritual Laku Pepe, yaitu berjemur di bawah terik

matahari hingga siang hari. Seluruh ritual ini dilakukan atas dasar keinginan

dan kemampuan tanpa adanya paksaan. Selain untuk melesterikan adat

kebiasaan turun temurun, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum juga

(12)

pada keluarga, membiasakan hidup jujur, serta untuk melatih kesabaran pada

masyarakat adat tersebut.

Oleh karena itu, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini terus

dijaga dan dilestarikan secara turun temurun oleh setiap generasi yang ada di

masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu sebagai

bentuk untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian pada keluarga, hidup

jujur, serta melatih kesabaran. Selain itu juga, untuk terus melestarikan

kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu

Budha Bumi Segandu Indramayu, Kampung Segandu, Desa Krimun,

Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

Berangkat dari pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian mengenai tradisi adat yang ada dan dilestarikan

pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.

Hal tersebut dilatarbelakangi pula oleh suatu keyakinan bahwa tradisi yang

ada dan dilestarikan dalam masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu merupakan kebiasaan atau cara-cara yang sesuai dengan

keyakinan adat istiadat leluhur Pulau Jawa, khsuusnya Jawa Indramayu.

Oleh karena itu, penulis mengambil judul Kajian Terhadap Upacara

Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis dapat

mengidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

ini, yaitu asal mula pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum

yang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat adat Suku Dayak

Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu hingga saat ini. Proses pelaksanaan

upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dianggap memiliki

nilai-nilai penting bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

(13)

Dengan demikian, yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Mengapa upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku

Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dianggap sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban adat?”

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka

pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi rumusan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha

Bumi Segandu Indramayu?

2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku

Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Indramayu?

3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat Laku Pepe dan

Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu?

4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat

adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam upacara

adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak

Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam mewarisi dan memelihara

upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

6. Bagaimana kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam

membangun warga negara yang baik?

7. Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan

kebudayaan daerah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait

pelestarian upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan

tindakan. Dengan tujuan, maka tindakan akan terarahkan secara fokus,

(14)

1. Tujuan Secara Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan

menggambarkan mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum

sebagai pelaksanaan kewajiban adat masyarakat adat Suku Dayak Hindu

Budha Bumi Segandu Indramayu Desa Krimun, Kecamatan Losarang,

Kabupaten Indramayu.

2. Tujuan Secara Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus

untuk mengungkapkan dan menggambarkan hal-hal berikut:

a. Posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu.

b. Proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum

masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.

c. Nilai yang terkandung dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku

Kungkum masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Indramayu.

d. Bentuk dan proses ketaatan masyarakat adat terhadap upacara adat

Laku Pepe dan Laku Kungkum.

e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha

Bumi Segandu Indramayu dalam memelihara upacara adat Laku Pepe

dan Laku Kungkum.

f. Kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam

membangun warga negara yang baik.

g. Upaya yang dilakukan pemerintah setempat dalam memajukan

kebudayaan daerah terkait peelstarian upacara adat Laku Pepe dan

Laku Kungkum.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(15)

a. Memberikan wawasan keilmuan bagi penulis khusunya melatih diri

dalam menyusun karya ilmiah yang benar dan mampu memberikan

sumbangan konsep-konsep baru, baik secara langsung maupun tidak

langsung yang dapat menunjang terhadap pewarisan nila-nilai budaya.

b. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan terhadap ilmu pendidikan,

khususnya dala, membangun nilai-nilai positif eksistensi adat istiadat

bagi pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan kemasyarakatan

(civic community) serta dapat hidup sesuai dengan kebudayaan dan

mengembangkan kebudayaan untuk kehidupan yang lebih baik.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan berupa saran

kepada masyarakat adat untuk memberdayakan dirinya sesuai dengan

perkembangan zaman.

b. Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya pelestarian

dan pembinaan nilai- nilai budaya masyarakat adat. Selain itu juga,

untuk menjadi bahan masukan bagi pemerintahan atau pemegang

keputusan sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari

banyaknya pengunjung luar daerah yang dating untuk menyaksikan

jalannya upacara adat tersebut.

c. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain.

E. Penjelasan Istilah

Menurut Surakhmad (Arikunto, Suharsimi, 1998: 60) menyatakan

bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak yang

kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pendapat tersebut,

asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat

(16)

2. Adat berarti kebiasaan, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi

berulang kali (Ranidar Darwis, 2008: 3).

3. Masyarakat adat merupakan kesatuan manusia yang teratur, menetap di

suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa- penguasa dan mempunyai

kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud, dimana para anggota

kesatuan masing- masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai

hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun diantara para

anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan

ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkannya dalam arti melepaskan

diri dari ikatan itu untuk selama- lamanya (Teer Haar, dalam Muhammad,

2002:21).

4. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman pedoman

serta prinsip- prinsip umum dalam bertindak dan bertingkahlaku

(Theodorson, dalam Felly, 1994:101).

5. Budaya merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus

dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhannya dari hasil budi dan

karyanya itu (Koentraningrat, 1994: 9).

6. Nilai budaya merupakan konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam

pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal- hal yang harus

mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentraningrat, 1994: 25).

7. Kebudayaan berarti segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran

(logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka

perkembangan kepribadian manusia, hubungan manusia dengan alam, dan

hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Daoed Joesoef, dalam

Burhanuddin Salam, 1996: 116).

8. Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan

dalam masyarakat atau suatu penilaian atau anggapan bahwa cara-cara

yang telah ada merupakan cara yang paling baik (Depdiknas, 2001 : 1208).

9. Laku Pepe adalah melakukan ritual dengan cara menjemur diri dibawah

(17)

10.Laku kungkum pelaksanaan ritual dengan cara berendam di dalam air

(sampai sebatas leher).

F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010: 9)

mendefinisikan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna daripada generalisasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

Secara umum, penelitian deskriptif mempunyai cirri-ciri yaitu memusatkan

penelitian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu

masalah aktual dan data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun,

dijelaskan kemudian dianalisis.

Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk memperoleh

gambaran yang nyata mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan), yaitu suatu pengamatan yang meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh

alat indera (Arikunto, 2002 : 133). Dengan melakukan observasi peneliti

dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang

sedang diteliti dan dapat memberikan deskripsi mengenai gambaran

umum tentang objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini yang

menjadi pengamatan peneliti adalah tradisi masyarakat adat yaitu

pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai

pelaksanaan kewajiban adat.

2. Wawancara (Interview), merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

(18)

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan informan atau yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam

penelitian ini wawancara dilakukan kepada tokoh adat, tokoh masyarakat,

aparat desa, dan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu. Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten

Indramayu.

3. Studi dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis. Studi dokumentasi dilakuakn dengan mengumpulkan,

menganalisis dokumen- dokumen, catatan- catatan penting dengan

tujuan untuk membantu memecahkan permasalahan dalam penelitian.

Studi dokumenter dengan mengumpulkan dokumentasi dokumentasi

atau arsip-arsip.

4. Studi literatur, yaitu penelitian dilakukan melalui kepustakaan,

mengmpulkan data- data dan keterangan melalui buku buku dan bahan

lainnya yang ada hubungannya dengan masalah- masalah yang diteliti.

Studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui

(19)

MATRIKS HASIL PENELITIAN

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI

PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

No Rumusan Masalah Metode

Penelitian Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan Saran

1

Budha Bumi Segandu Indramayu,

berada dalam kawasan pemerintahan

desa Krimun, Kecamatan Losarang,

Kabupaten Indramayu. Akan tetapi,

meskipun secara demografi berada

dalam kawasan pemerintahan Desa

Krimun, Kecamatan Losarang,

Kabupaten Indramayu, namun secara

administrated masyarakat adat ini

tidak tercatat. Kondisi ini terjadi

karena masyarakat adat ini tidak

memiliki KTP. Alasan masyarakat

adat tidak memiliki KTP diantaranya

karena masyarakat adat ini tidak ikut

Kesimpulan:

a. Masyarakat adat Suku

Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu tidak

memiliki KTP, hal ini

disebabkan karena agar

mereka tidak terdaftar

sebagai warga negara,

sehingga mereka terbebas

dari pemerintahan, dalam

artian mereka bebas untuk

tidak mendukung

pemerintahan, contohnya

dalam hal pemilihan

umum, karena mereka

beranggapan hidup ini

Saran

a. Bagi pemerintah setempat,

perlu melakukan pendekatan

yang intensif, untuk bisa

membuka wawasan dan

pikiran masyarakat adat

tersebut akan pentingnya

memiliki identitas diri yang

berupa KTP, sebagai bukti

identitas diri yang resmi

sehingga bisa bergabung dan

terlibat dalam pemerintahan.

b. Bagi masyarakat adat Suku

Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu, agar

(20)

3

serta dalam pemerintahan, dalam

artian masyarakat adat ini selalu

golput pada setiap kali diadakannya

pemilihan umum atau pemilihan

kepala daerah. Selain itu juga karena

dalam pembuatan KTP, harus diisi

format agama, dan mengenakan foto,

sedangkan masyarakat adat ini tidak

mempunyai agama, hanya menganut

kepercayaan, dan hanya mengenakan

celana tanpa baju.

2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu

Budha Bumi Segandu Indramayu ini

memiliki upacara adat yang

dinamakan Laku Pepe dan Laku

Kungkum yang dilaksanaan pada

Jum’at Kliwon pada setiap bulannya.

Laku Pepe dilaksanakan pada siang

hari sambil berjemur dibawah terik

matahari, sedangkan Laku Kungkum

dilaksanakan pada dini hari sambil

beremdam di parit berisi air. tujuan

dan penguasa alam dengan

dua cara, yaitu Laku Pepe

dan Laku Kungkum.

c. Upacara dat Laku Pepe

dan Laku Kungkum, nilai

yang terkandung di

dalamnya yaitu untuk

membangun rasa

kebersamaan, persatuan,

melatih kesabaran,

menerima apa adanya atau

ikhlas, dapat membaur

dengan alam, serta

Salah satunya dengan adanya

kepemilikan KTP, karena hal

ini akan memberikan

keuntungan bagi mereka

sendiri. Contohnya dalam hal

mendapatkan pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh

pemerintah setempat.

c. Dalam melaksanakan upacara

dat Laku Kungkum,

sebaiknya menggunakan air

yang bersih, agar terhindar

dari penyakit yang terrdapat

dalam air kotor. Selain itu

juga, masyarakat adat ini

hendaknya dalam

membersihkan badan, akan

lebih baik jika batinnya pun

turut dibersihkan dengan cara

shalat.

(21)

5

diadakannya upacara adat ini adalah

untuk melatih kesabaran, meminta

keselamatan, serta membersihkan

diri dari kotoran-kotoran yang

menempel pada tubuh.

3. Nilai yang tekandung dalam upacara

adat ini adalah membangun rasa

kebersamaan, persatuan, melatih

kesabaran, menerima apa adanya

atau ikhlas, dapat membaur dengan

alam.

4. Pelaksanaan upacara adat ini, hanya

dilakukan oleh masyarakat adat

berjenis kelamin laki-laki. dalam

melaksanakan upacara adat ini,

masyarakat sangat taat, tidak ada

paksaan dari pihak manapun,

semuanya karena kesadaran dari

masing-masing individu.

5. Keberadaan upacara adat ini sangat

dijaga kelestariannya, sehingga

dalam setiap pelaksanaan upacara

d. Upacara dat Laku Pepe

dan Laku Kungkum hanya

diikuti oleh masyarakat

adat yang bersedia untuk

melaksanakan upacara

tersebut, tidak ada paksaan

dari pihak manapun.

e. Setiap pelaksanaan

upacara adat, selalu

melibatkan anak-anak

dengan tujuan agar

anak-anak dapat mewarisi dan

terus melestarikan upacara

adat iini.

f. Pelaksanaan upacara adat

Laku Pepe dan Laku

Kungkum mengandung

nilai-nilai luhur, yaitu

diantaranya untuk

membangun rasa

kebersamaan, persatuan,

melatih kesabaran,

lebih taat lagi dalam setiap

pelaksanaan upacara adat

Laku Pepe dan Laku

Kungkum, agar tercipta

suasana kehidupan yang lebih

baik lagi.

e. Hendaknya masyarakat adat

dapat menjaga dan

melestarikan nilai-nilai luhur

yang terkandung dalam

budaya masyarakat tersebut.

f. Bagi pemerintah setempat,

hendaknya lebih

dapat dikembangkan sebagai

fungsi ekonomi yang

memanfaatkan kesempatan ini

(22)

terkait pelestarian

upacara dat Laku

Pepe dan Laku

Kungkum?

adat, selalu melibatkan anak-anak

walau hanya melihat pada saat

upacara adat berlangsung.

6. efek positif dalam pelaksanaan

upacara adat tersebut dapat menjaga

kelestarian alam, hidup rukun

dengan sesame, dan terbangunnya

gotong royong, serta terbangunnya

rasa persaudaraan yang semakin erat.

7. Sejauh ini tidak ada upaya yang

dilakukan oleh pemerintah setempat

untuk menjaga budaya yang ada

dalam masyarakat adat ini. Namun,

meskipun tidak adanya upaya untuk

melestarikan kebudayaan dari

pemerintah, masyarakat adat tersebut

tetap berusaha keras untuk

memajukan dan melestarikan

kebudayaan yang telah ada.

menerima apa adanya atau

ikhlas, serta dapat

membaur dengan alam.

Dengan adanya nilai luhur

tersebt, maka dapat

memberikan efek positif

bagi kehidupan

bermasyarakat di wilayah

masyarakat adat yang

kemudian akan

menghasilkan warga

negara yang baik.

g. Belum da upaya dari

pemerintah setempat

dalam melestarikan serta

memajukan kebudayaan

yang ada pada masyarakat

adat.

pelaksanaan upacara adat,

dengan menjual

souvenir-souvenir khas masyarakat

adat tersebut.

g. Diharapkan ada peneliti lain

yang dapat mengkaji lebih

dalam berkenaan dengan

pelaksanaan Upacara adat

Laku Pepe dan Laku

Kungkum di masyarakat adat

Suku Dayak Hindu Budha

(23)

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Sukardi (2003: 53), bahwa yang dimaksud dengan lokasi

penelitian atau tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses

studi yang dilakukan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian

berlangsung.

Adapun lokasi penelitian ini terletak di RT 13 RW 03, Desa

Krimun, Kecamatan Losarang, atau 300 m dari jalur utama Pantura

Indramayu. Sedangkan sampel penelitiannya adalah masyarakat adat Suku

Dayak Hindu- Budha Bumi Segandu Indarmayu.

2. Sampel Penelitian

Nasution (1992: 32), mengemukakan bahwa sampel penelitian

adalah sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara

purposive dan bertalian dengan tujuan tertentu. Yang menjadi sampel

dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti

dalam melaksanakan penelitian. Adapun fokus kajian yang dibahas dalam bab ini,

yaitu, pertama mengenai metode penelitian dan pendekatan penelitian. Kedua,

prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ketiga, mengenai lokasi dan

subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data hasil penelitian.

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Best (Sukardi, 2003:

157) mengemukakan metode deskriptif yaitu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, atau sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang, dengan tujuan untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta,

sifat, serta hubungan yang diselidiki. Penelitian deskriptif merupaka metode

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek

sesuai dengan apa adanya. Hal itu sejalan dengan pandangan Endang Danial

dan Nanan Wasriah (2009: 62) yang mengatakan metode deskriptif adalah

metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik suatu situasi,

kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat. Tujuan metode

ini adalah untuk memperlihatkan keberadaan suatu fenomena yang ada.

Arikunto. S (2009: 234) menjelaskan penelitian deskriptif sebagai

penelitian yang dimaksudkan untuk megumpulkan informasi mengenai status

gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan. Dengan demikian, penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa

adanya tentang suatu gejala atau keadaan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang bertujuan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Endang Danial dan Nanan Wasriah (2009: 60)

(25)

pendekatan yang holistik, artinya menyeluruh, mendudukan suatu kajian

dalam suatu konstruksi yang ganda. Melihat suatu objek dalam suatu konteks

secara natural apa adanya. Penelitian ini menghubungkan antara teori dan

data. Data dianggap sebagai sumber teori. Teori yaitu penjelasan dari

fenomena sebenarnya dikembangkan oleh peneliti selama ia mengadakan

penelitian dari data yang dikumpulkan.

Perhatian dalam penelitian kualitatif lebih banyak ditujukan pada

pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul

dari data empiris. Margono (2004: 35) mengungkapkan di dalam penelitian

kualitatif, peneliti merasa tidak tahu mengenai apa yang tidak diketahuinya,

sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan

kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang dilakukan dan

lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya. Data yang

diperoleh (berupaka kata atau tindakan) pada penelitian kualitatif sering

digunakan untuk menghasilkan teori yang timbul dari hipotesis-hipotesis

seperti dalam penelitian kuantitatif. Atas dasar itu, penelitian kualitatif bersifat

generating theory bukan hypothesis theory, sehingga teori yang dihasilkan

berupa teori substantif.

Denzin dan Lincoln (Herdiansyah, 2010: 7) mengatakan penelitian

kualitatif lebih ditujukan untk mencapai pemahaman mendalam mengenai

organisasi atau peristiwa khusus daripada mendeskripsikan bagian permukaan

dari sampel besar dari sebuah populasi. Penelitian ini bertujuan untuk

menyediakan penjelasan tersirat, terstruktur, tatanan, dan pola yang luas yang

terdapat dalam suatu kelompok partisipan.

Jihn W. Creswell (Herdiansyah, 2008: 8) mengemukakan penelitian

kualitatif sebagai berikut:

(26)

Creswell mengatakan penelitian kualitatif adalah suatu proses

penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah

manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan

kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber

informasi, serta dilakukan dalam seting yang alamiah tanpa adanya intervensi

apa pun dari peneliti.

Sedangkan Banister et al (Herdiansyah, 2010: 8) mengungkapkan

tentang penelitian kualitatif adalah:

Qualitative research is : a). an attempt to capture the sense that lies within, and that structures what we say about whay we do; b). an exploration, elaboration and systematization of the significance of an identified phenomenon; c). the illuminative representations of the meaning of a delimited issued or problem.

Berdasarkan definisi Baster, inti dari penelitian kualitatif yaitu sebagai

suatu metode yang menangkap dan memberikan gambaran terhadap suatu

fenomena, sebagai metode untuk mengekplorasi fenomena, dan sebagai

metode untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti.

B. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan dengan menggunakan

teknik pengumpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dalam penelitian dimaksudkan agar peneliti sebagai instrumen

yang utama mendapatkan gambaran yang diperoleh dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap apa yang sedang diteliti. Tujuan ini sejalan

dengan pendapat Nasution (2003: 60) yang menyebutkan dengan berada

secara pribadi di lapangan, peneliti mempunyai kesempatan untuk

memperoleh data yang kaya, yang dapat dijadikan dasar untuk

memperoleh data lebih banyak, lebih rinci, dan lebih cermat.

Observasi digunakan untuk menyimpulkan data tentang tinjauan langsung

Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum dengan ketaatan masyarakat adat

(27)

observasi dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi pertisipasi

langsung yang ditandai dengan intensitas peran peneliti sepanjang

terjadinya aktivitas masyarakat dalam pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan

Laku Kungkum dilakukan dengan tujuan untuk menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dengan

pengamatan langsung, diharapkan dapat menjawab rumusan masalah

melalui data yang diperoleh sesuai dengan kondisi lapangan. Adapun yang

menjadi alat dalam observasi ini adalah pedoman observasi. Selain itu,

penelitian yang memanfaatkan metode pengamatan perlu alat bantu karena

pengamatan manusia pada hekekatnya sangat terbatas (Burhan Bungin:

2001: 96). Harsya W. Bachtiar menuliskan alat bantu yang diperlukan

diantaranya alat pemotret, teropong lensa jauh, kamera, dan alat perekam

suara. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat kamera dan perekam

suara sebagai alat bantu dalam mencari data di lapangan.

2. Wawancara (interview)

Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara untuk memperoleh dan

mengumpulkan data mengenai bagaimana pelaksanaan Upacara Laku Pepe

dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha

Bumi Segandu Indramayu serta mengetahui ketaatan masyarakat dalam

melaksanakan upacara tersebut. Koentjaraningrat (1994: 129),

menjelaskan metode wawancara mencakup cara yang dipergunakan oleh

seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan

keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Agar wawancara

efektif, maka harus dipelihara komunikasi dua arah. Selain itu, agar

wawancara lebih terarah maka digunakan pedoman wawancara.

Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi

terstrukutr. Haris Herdiansyah (2009: 123), mengemukakan didalam

wawancara semi terstruktur pertanyaan ynag diajukan oleh peneliti lebih

terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Hal ini

(28)

tidak keluar dari konteks pembicaraan. Namun tetap dibatasi oleh tema

dan alur pembicaraan agar pembicaraan tidak melebar ke arah yang tidak

diperlukan. Oleh karena itu, peneliti terlebih dahulu membuat rancangan

pedoman wawancara sehingga dapat mempermudah dalam penelitian.

Namun, peneliti memberi keleluasaan pada pihak yang diwawancarai

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara panjang lebar mengenai

pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum serta kewajiban

masyarakat dalam upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Dengan

wawancara semi terstruktur ini, maka data yang diperoleh akan lebih

banyak dan bervariasi.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan (literature) adalah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku atau pun sumber lain

yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian. Hamid Patilima

(2005: 22) mengemukakan penggunaaan pustaka pada penelitian kualitatif

merupakan bagian yang penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja,

karena melalui pustaka ini dapat mengetahui berbagai publikasi resmi

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti atau direncanakan

modelnya.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang

diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.

Dokumentasi terdiri dokumen pribadi dan dokumen resmi. Terdapat tiga

dokumen pribadi yang dapat digunakan peneliti untuk dianalisis, yaitu

catatan harian, surat pribadi, dan autobiografi. Sementara dokumen resmi

ada dua macam, yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen

internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, dan

hasil notulensi rapat keputusan pimpinan. Dokumen eksternal berupa

majalah, Koran, bulletin, surat pernyataan yang dapat dijadikan bahan

(29)

Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambaran mengenai

aktivitas, keterlibatan individu pada komunitas tertentu. Dokumen ini

sangat penting untuk membantu melengkapi data yang dikumpulkan

diantaranya lokasi, kondisi geografis, serta persiapan dan pelaksanaan

Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Dengan demikian, studi

dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan gambaran dari sudur pandang subjek melalui media tertulis

dan dokumen lain yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indramayu, tidak jauh

dari Pantai Eretan Wetan, di sepanjang lajur sebelah kanan jalan by pass dari

arah Jakarta menuju Kota Cirebon (Jalur Pantura), terdapat sebuah jalan kecil

yang bila ditelusuri menuju pemukiaman sebuah masyarakat adat yang

menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.orang luar sering menyebutnya dengan istilah “Dayak Losarang”, atau “Dayak Indramayu”. Masyarakat adat ini tepatnya bermukim di RT 13 RW 03 Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten

Indramayu, atau 300 meter dari jalur Pantura Indramayu. Alasan pemilihan

lokasi ini sebagai tempat penelitian didasarkan pada permasalahan yang

ditemukan yaitu adanya tradisi upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.

Subjek dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut:

1. Ketua adat, yang merupakan kepala adat yang mengetahui tentang

seluk beluk pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum. Juru

kunci merupakan informan yang paling tepat karena beliau adalah

orang yang mengetahui seluk beluk tentang Upacara Laku Pepe dan

Laku Kungkum.

2. Tokoh masyarakat sebagai orang yang mengetahui dan memahami

segala sesuatu yang terdapat di masyarakat adat Suku Dayak Hindu

(30)

3. Masyarakat adat di sekitar, yang melaksanakan upacara. Dengan

mewawancarai masyarakat maka akan diperoleh informasi mengenai

proses pelaksanaan Upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.

4. Aparat desa, yang merupakan pemegang otoritas dalam kebijakan

terhadap perkembangan budaya daerah.

5. Pemerintah Kabupaten, yang merupakan pemegang otoritas dalam

(31)

KISI KISI PENELITIAN

KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT

No Rumusan Masalah Komponen Sub Komponen Indikator

Teknik Pengumpulan

1 Bagaimana posisi eksistensi

(32)

suku dayak hindu budha bumi segandu Indramayu

segandu indramayu

indramayu  *Sejak kapan

B. Proses

4 bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan

ketaatan masyarakat dalam upacara adat laku pepe dan laku kungkum

(33)

masyarakat adat untuk mewarisi dan memelihara upacara laku pepe dan laku kungkum? adat laku pepe dan laku kungkum

(34)

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Pada awal sebelum penelitian, peneliti telah mengamati aktivitas pada

masyarakat yang dijadikan tempat penelitian. Berdasarkan pengamatan,

peneliti mencoba mengkaji lebih dalam tentang kebudayaan yang terdapat

pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Indramayu khususnya tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat yaitu

upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Selanjutnya peneliti

membuat rancangan sebagai langkah awal dalam mengadakan penelitian.

b. Menetapkan Sumber dan Lokasi Penelitian

Sumber dan lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah

masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.

Sumber penelitian ini adalah berupa sumber yang dapat memberikan

informasi baik berupa benda, peristiwa, maupun manusia atau orang.

Sumber peristiwa tentang keadaan dan kondisi yang sedang berlangsung

yang dapat dibaca dan dipahami. Peristiwa yang diamati adalah aktivitas

sebelum pelaksanaan upacara dan saat pelaksanaan upacara Laku Pepe dan

Laku Kungkum yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Hindu

Budha Bumi Segandu Indramayu. Sumber lain yang menunjang adalah

berupa foto-foto pada saat pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku

(35)

sumber data yang adapat memberikan informasi secara langsung mengenai

aktivitas upacara Laku Pepe dan Laku Kungkum.

c. Mengurus Izin Penelitian

Izin penelitian dieprlukan untuk mempermudah dalam mencari dan

mengumpulkan data di lapangan serta mempermudah mengkaji lebih

dalam sesuai permasalahan penelitian. Adapun prosedur permohonan izin

untuk mengadakan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian

kepada ketua jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya

diserahkan kepada dekan FPIPS UPI melalui pembantu dekan I

dilengkapi persyaratan lain yaitu seberkas proposal yang telah disetujui

dan disahkan oleh dosen pembimbing, fotokopi Kartu Tanda

Mahasiswa (KTM), dan fotokopi transkrip pembayaran SPP terakhir

dari bank. Tujuannya untuk mendapatkan surat rekomendasi dari

kepala bagian administrasi di fakultas FPIPS.

2) Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat

permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Badan

Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol

dan Linmas) Kabupaten Indramayu.

3) Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbangpol dan Linmas) Kabupaten Indramayu menegluarkan surat

izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata

(36)

d. Membuat Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti. Peneliti menjadi

instrument utama dengan masuk ke lapangan secara langsung untuk

memperoleh berbagai data yang diperlukan dengan dibantu oleh pedoman

observasi dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara bertujuan untuk

mengetahui gabaran mengenai kegiatan upacara Laku Peped an Laku

Kungkum di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Indramayu.

e. Mengidentifikasi Informan

Penelitian ini berjalan dengan baik dan data-data terkumpul secara lengkap

jika adanya informan yang berkompeten. Oleh Karena itu, diperlukan

informan yang berkompeten dan mengalami langsung kegiatan upacara

adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Informan tersebut terdiri dari juru

kunci (kuncen) di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi

Segandu Indramayu yang merupakan peminpin dalam upacara Laku Pepe

dan Laku Kungkum, masyarakat yang melaksanakan upacara, dan aparat

desa sebagai informan pendukung.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah pra penelitian selesai, penelitian dimulai dengan masuk ke

lapangan untuk mengumpulkan data-data dari responden sebagai sumber

penelitian. Sumber penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data hasil

observasi dan studi dokumentasi di lapangan serta data melalui wawancara

(37)

E. Teknik Pengolahan

Pengolahan data dalam suatu penelitian penting untuk dilakukan.

Pengolahan data ini dimaksudkan supaya data hasil penelitian dapat

mengungkapkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Setelah data diperoleh

dari berbagai sumber antara lain melalui observasi, wawancara, studi pustaka,

dan dokumentasi, selanjutnya menganalisis data itu.

Mengenai analisis data, Lexy J Moleong (2006: 248) menjekaskan

analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja.

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

2. Menyusun data sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

3. Mendeskripsikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan umum, sekaligus

menyusun temuan-temuan penelitian baik yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian ataupun tidak.

4. Menyusun temuan yang dimunculkan.

5. Menganalisis hubungan data yang satu dengan yang lain.

6. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum.

7. Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara

(38)

Analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian dan dimulai

sesudah meninggalkan lapangan. Hal ini dilakukan karena jika

pelaksanaan analisis baru dimulai ketika penelitian selesai maka akan

sangat merepotkan peneliti apabila data yang diperlukan masih dianggap

kurang. Hal ini sesuai dengan pandangan Nasution 1986 (2003: 129)

menjelaskan dalam penelitian kualitatif, analisis data harus dimulai sejak

awal, meskipun demikian secara intensif analisis data dilakukan pada saat

setelah data yang diperlukan sudah terkumpul.

Adapun teknik analisis data menurut Miles Huberman 1994 (Haris

Herdiansyah, 2010: 164) terdiri atas empat tahap, diantaranya sebagai

berikut:

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, saat penelitian, dan bahkan diakhir penelitian. Intinya adalah proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan.

2. Reduksi Data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Hasil dari wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi dan/atau dari FGD diubah menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan format masing-masing.

3. Display Data

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai dengan tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan dan diakhiri dengan memberikan kode (coding).

(39)

aspek-aspek yang telah direduksi. Aspek-aspek tersebut harus disajikan secara singkat dan jelas. Penyajian sebagai dasar untuk menafsirkan dan mengambil kesimpulan hasil penelitian.

4. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan merupakan upaya untuk emncari arti dan makna yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis. Sedangkan verifikasi merupakan kekgiatan mempelajari data yang telah direduksi dan disajikan pada langkah-langkah sebelumnya dan dengan pertimbangan yang terus menerus sesuai dengan perkembangan data yang ada di lapangan. Pada akhirnya verifikasi akan menghasilkan kesimpulan atau mengambil suatu keputusan.

Dengan demikian, proses pengolahan dan analisis data harus dilakukan

dengan menggunakan tahapan-tahapan pengolahan data harus dilakukan

dengan menggunakan tahapan-tahapan pengolahan data yang sesuai.

Melalui tahapan tersebut diharapkan akan diperoleh data-data yang sesuai

dengan rumusan dan tujuan penelitian.

F. Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan

sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji

hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Sedangkan dalam penelitian

kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik

pengumpulan data tang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan etrus

menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus

tersebut, mengakibatkan variasi data tinggi sekali (Sugiyono, 2010: 243).

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu data

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi

hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

(40)

disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau tidak berdasarkan

data yang terkumpul. Bila berdasrkan data yang dikumpulkan secara

berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis

tersebut berkembang menjadi teori.

Dipihak lain, analisis data kualitatif menurut Seiddel dalam Moleong

(2011: 248) prosesnya berjalan sebagai berikut:

“(1) mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir, dengan jalan memebuat agar data kategori itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.”

Berdasarkan pendapat di atas dikemukakan bahwa, analisis data adalah

proses mencari dan menusun secara sistematis dari data yang terkumpul dan dari

berbagai sumber, dengan mengkategorikannya agar mduah dipahami sehingga

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu,

berada dalam kawasan pemerintahan Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Akan tetapi, meskipun secara demografi berada dalam kawasan pemerintahan Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, namun secara administratif masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini tidak tercatat. Kondisi ini terjadi karena masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini tidak memiliki. Kartu Tanda Penduduk (KTP). Keengganan masyarakat adat untuk memiliki KTP adalah agar mereka tidak terdaftar sebagai warga negara, sehingga mereka terbebas dari pemerintahan, dalam artian mereka bebas untuk tidak mendukung pemerintahan contohnya dalam hal pemilihan umum (pemilu), karena mereka beranggapan hidup ini harus didasari oleh rasa keadilan.

2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini

(42)

3. Pada upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum, nilai yang terkandung didalamnya yaitu untuk membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, dapat membaur dengan alam, serta bermakna pula guna meminta keselamatan kepada sang pencipta dan penguasa alam.

4. Upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini diikuti hanya oleh masyarakat adat yang bersedia untuk melaksanakan upacara tersebut. Dalam artian tidak ada paksaan terhadap seluruh anggota masyarakat yang ada. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya hampir seluruh masyarakat adat mengikuti upacara adat tersebut. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini sangat mengabdi pada perempuan dan anak-anak. Bagi masyarakat adat ini, sosok perempuan dan anak-anak adalah segalanya.

5. Dalam setiap pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini

mereka selalu mengajak serta melibatkan anak-anak dengan tujuan agar anak-anak mereka dapat mewarisi dan terus melestarikan upacara adat tersebut. Pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini pada hakekatnya adalah untuk membangun kebersamaan, persatuan, menerima apa adanya atau ikhlas, serta melatih kesabaran. Dengan melihat hakekat yang ada dalam pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum itu, maka pelaksanaan upacara adatnya pun selalu dipertahankan, karena mengandung nilai-nilai yang sangat baik dalam kehidupan sehari-hari.

6. Pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum terkandung nilai

(43)

sesama, dan terbangunnya gotong royong, serta terbangunnya rasa persaudaraan yang semakin erat.

7. Belum ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat dalam

melestarikan serta memajukan kebudayaan yang ada pada Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, dikarenakan masyarakat adat tidak mengikuti sistem pemerintahan untuk menjadi warga negara.

B. SARAN

1. Bagi pemerintah setempat, perlu melakukan pendekatan yang intensif, untuk bisa membuka wawasan dan pikiran masyarakat adat tersebut akan pentingnya memiliki identitas diri yang resmi berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai bukti identitas diri yang resmi sehingga bisa bergabung dan terlibat dalam pemerintahan.

2. Bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, agar turut

berpartisipasi dalam program-program pemerintah. Salah satunya dengan adanya kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), karena hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka sendiri. Contohnya dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah setempat.

3. Diharapkan untuk masyarakat adat agar segera menganut keyakinan yang

sesuai dengan ajaran selama ini, tentunya menganut ajaran agama yang diakui oleh negraa Republik Indonesia.

4. Kepada masyarakat adat, pelaksanaan upacara adat Laku Kungkum,

hendaknya menggunakan air yang bersih sehingga tidak menimbulkan gangguan atau iritasi pada kulit.

5. Hendaknya masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

(44)

budaya masyarakat adat tersebut, sehingga nilai-nilai yang telah ada tidak mudah terkikis oleh adanya modernisasi.

6. Hendaknya masyarakat adat lebih meningkatkan kembali dalam

membangun rasa kebersamaan, persatuan, melatih kesabaran, menerima apa adanya atau ikhlas, serta dapat membaur dengan alam. Hal ini karena dapat memberikan efek positif bagi kehidupan bermasyarakat di wilayah masyarakat adat yang kemudian akan menghasilkan warga negara yang baik.

7. Pemerintah setempat diharapkan memberikan masukan-masukan terhadap

upacara adat laku Pepe dan Laku Kungkum sehingga upacara adat tersebut memiliki fungsi nilai budaya dan fungsi ekonomi untuk mengangkat tingkat ekonomi masyarakat yang ada di sekitar berupa penjualan souvenir. Selain itu juga agar menjadi fungsi sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung dari luar daerah yang

sengaja datang untuk menyaksikan jalannya upacara.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Wahyu. 1981. Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung: Alumni

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

AW, Widjaja. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta

Budimansyah, Dasim dan Karim, S. 2008. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Busrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Busar, Muhammad. 2002. Azas-Azas Hukum Adat (Suatu Pengantar). Jakarta: PT. Pradnya Paramitha. Ss

Bronson, M.S. dkk. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 2000. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Daniel, Endang dan Wasriah Nanan. 2009. Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: Alfabeta

Darmodiharjo, Darji. 1986. Nilai, Norma, Moral, dalam Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila. Universitas Machigan: Aries Lima

Darwis Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung: Laboratorium PKn-FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Dayakisni, Tri. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang. UMM. Press

Djahiri, Achmad Kosasih. 1984. Strategi Pengajaran Afektif, Nilai, Moral VCT

dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN IKIP Bandung

Garna, K Judistira. 1998. Pemikiran Modern dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Primaco Akademika

(46)

Fox, J James, 2002. Indonesia, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Ihromi. 1996. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Kansil. C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Maftuh, B. dan Sapriya. 2005. “Pembelajaran PKn melalui Pemetaan Konsep” Jurnal Civicus: Implementasi KBK dalam PKn berbagai konteks

Margono. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Marzali, Amri. 2005. Antropologi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana

Mertokusumo, Sudikno. 1984. Meningkatkan Kesadaran Hukum. Jakarta: Liberty

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Mutakin, Awan, dkk. 2000. Mayarakat Indonesia dalam Dinamika. Bandung: Tarsito

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Roatiyati, Ani. 1995. Fungsi Upacara Tradisional: Bagi Masyarakat

Pendukungnya Masa Kini, Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan

Nilai-Nilai Budaya Daerah Yogyakarta

Salam, Burhanudin. 1996. Filsafat Pancasilanisme. Jakarta: Rineka Cipta

(47)

Soegiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Soekanto, Soerjono. 1983. Mengenal Sosiologi Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 1985. Beberapa Aspek Sosial Yuridis Masyarakat. Bandung: Alumni

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 2007. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Somantri, M.N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sunardi H S dan Asy Mas’udi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas

VII SMP dan MTs. Solo: Tiga Serangkai

Sunjata, Pantja Wahjudi. 2008. Kupatan Jalasutra: Tradisi, Makna, dan

Simboliknya

Suseno. Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: CV. Karya

Widjaja, A.W. 1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta

Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. 2007. Civics Education Konteks,

Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi

Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Wirawan. 1993. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang

(48)

Gambar

Gambar 4.4 Contoh Dayak ..................................................................................76

Referensi

Dokumen terkait

HTML atau yang merupakan singkatan dari Hypertext Mark Up Language adalah bahasa standar pemrograman untuk membuat suatu website yang bisa diakses dengan internet.. Dengan

kontraktor di kota Padang adalah varaibel faktor tenaga kerja sub variabel faktor kurang teliti dalam penggunaan material, sehingga ada material konstruksi yang

Kesimpulan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan

asam asam karbonat karbonat , , larut larut dlm dlm plasma ( plasma ( sedikit sedikit ) ) 3. ikatan ikatan karbamino karbamino dg protein dg protein darah darah termasuk

Penurunan produksi dan ekspor yang cukup tajam ini sangat merugikan negara karena harga minyak mentah dunia mulai naik dengan sangat cepat dan impor Indonesia yang

yang satu lagi sebagai pengatur nada 7 BENGKULU DOLL MEMBRANOFON dipukul dengan menggunakan alat pemukul 8 LAMPUNG BENDE IDEOFON dipukul dengan menggunakan alat pemukul khusus

Subjek (penderita malaria falciparum) datang dengan status sedang menderita penyakit malaria di wawancarai untuk mengetahui gejala klinis yang dialami oleh subjek,

berdasarkan data citra landsat kota yang diambil dari BIOTROP, Lab Dept ARL IPB beberapa tahun sebelumnya tetapi tidak ditunjukkan tingkat akurasi dalam melakukan