• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKSELERASI PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMU UNTUK MENANGANI PERBEDAAN INDIVIDUAL SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKSELERASI PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMU UNTUK MENANGANI PERBEDAAN INDIVIDUAL SISWA."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

AKSELERASI PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA SMU UNTUK MENANGANI

PERBEDAAN INDIVIDUAL SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

j*PASC4

*P. .H'V

/ ^

m\

Oleh

Atiyah Suharti

NIM. 019649

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DiSETUJUl OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing

Prof. Dr. H. Mohammad AH. M.Pd.^MA. NIP. 1308049424

Pembimbing II

IA^ *

Prof. Dr. Utari Sumarmo

(3)

MENGETAHUI

Ketua program studi

Pengembangan Kurikulum

(4)

ABSTRAK

Akseler^plTXlZ ??** Pe^mbangan Model Pembelajaran

AKseierasi Pada Mata Pelajaran Matematika SMU Untuk Menanaani

Perbedaan Individual Siswa .

Penelitian ini di.atar belakangi oleh suatJ

pom.k,ran tentang pembaharuan model pembelajaran yanq daoat

mengoptimalisasikan kemampuan siswa yang beragam dan berbeda

b^dW

dari segi kemamgpuandminaterbgeayaa

oeiajar dll. Perbedaan individual siswa dalam setiap kelas Dasti ada

untuk meminimalkan perbedaan tersebut dan mengoptfmafkan

kemampuan siswa tentunya dibutuhkan model pembelajaan yaVd^a"

"s'bTdaoa3 ST ^ SatU

™*

"^^mengtaii per^aK

akseitrL? S d,lakukan den9an P^gembangan model pembelajaran

.embar?„L 9a" m!n89unakan "••««« prosesnya modul sebaga"

im^SL"

Ja

VSW*'

Peno,ltian in«' bertujuan untuk menemukan mode

maTema"!kaadilM^Ti

*?*«*<>*

dit°raPka"

™™

pembe.^n

™a'k d' S.MU> beserta dampak terhadap perbedaan indiv dual

JEWELS'

«"*

SlSWa ^

™*ku« mode,

Penelitian ini bersifat pengembangan dengan menaaunakan

pendekatan

research and development

(penelitian dan pengembangan)

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen

anaket

t^ZZ^ST**

<""

**C ^"^

pen°°,ahan da" -allsis data

k

iL«f«H9

"•nggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan

5S^m«??a mt^da eksperimen de"9a" clesain counter balanced

pada uii^oba ,^^e,ajara:akSe,eraSi diband'"9kan dengan modeNafn

van«

?J£ a

.

,uas« fehmgga ditemukan model pembelajaran mana

^e^^J™™*™

matematika' *»• dapa<

~0«-beriaiana!i POn!,ltian menumukkan P^a uji coba terbatas 1 belum

terb3^

V

SpUaLde"gan y!"9 dlharaPka". ya"9 diperbaiki pada uji cob™

SS tah!' Porba,kannya da,ah Pada P~ses di setiap tahapan, te utama

labih

T,*

TntaS- da" Perbaikan modul. Selanjutnya pada uji co™

diba„dinat awU UJ' C°ba Utama' model Pembelajaran akselerasi

enam kan uii SffS m°de' pembe,a*an °ksP°sit™- Sete.ah dilakukan

model vinn J?.°J«*

^

^ m°de' t0rSebUt' t0,ah namPak bahwa

model yang dapat menangan, perbedaan indidividual siswa adalah

model pembelajaran akselerasi. Hal tersebut dapat dilihat dari

sTw^eT^" ^l9- :erjad'" dari PrOS9S P^belajaran'aksererasi yakn

hLTIS

9' menjadl *9a' vaitu kelompok akselerasi, kelompok normal

dmhat d°a7Hk rfmediaL Adapu" jika dilihat dari hasi' belajar, dapat

nlmhlif

pembelajaran akselerasi lebih baik dari model pembelajaran ekspositori

V1

f°S *°S bahwa rata"rata ni,ai hasjl Pos tes mode

«uru PmodP:,rbedaaK t,idak ter'ampaU jauh' Dan dari Pendapat sisTa dan'

%%*SX2^^

,8bih —"-""l-n untuk

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ..

i

ABSTRAK

ii

KATA PENGANTAR

in

UCAPAN TERIMAKASIH

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL .

VI

DAFTAR BAGAN..

VII

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

2

B. Perumusan Masalah

10

C. Tujuan Penelitian

12

D. Manfaat Penelitian

13

BAB II LANDASAN TEORITIS

15

A. Pembelajaran Akselerasi

15

B. Pembelajaran pada Mata Pelajaran Matematika

26

C. Model Pembelajaran Akselerasi Pada Matematika di SMU

30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

35

A. Metodologi Penelitian

35

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

39

C. Tehnik Pengumpulan Data

39

D. Penyusunan Instrumen Penelitian

40

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN

42

A. Studi Pendahuluan ..

42

B. Pengembangan Model Pembalajaran Akseelerasi

53

C. Analisis Data Hasil Uji Coba

85

D. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V Kesimpulan Dan Rekomendasi

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

....97 ..113 .113

.119

.121

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel-1 Desain Penelitian Counter Balanced

38

2.

Tabel -2 Angket Rencana Pembelajaran

45

3. Tabel-3 Latar Belakang Pendidikan

4?

4.

Tabel - 4 Angket Aktualisasi Guru

48

5. Tabel-5 Minat Siswa Terhadap Matematika

50

6.

Tabel-6 Kemampuan Matematika Siswa

o u

7.

Tabel-7 Sarana dan Prasarana

52

8.

Tabel-8 Hasil Penilaian Modul

54

9. Tabel - 9 Hasil Perbandingan Dua Model Uji Coba utama -1

73

10. Tabel-10 Hasil Perbandingan Dua Model Uji Coba utama-2

79

11 • Tabel - 11 Hasil Perbandingan Dua Model Uji Coba utama -3

85

12. Tabel-12 Efektifitas Model

88

12. Tabel-13 Perbandungan Score Dua Model

89

13. Tabel - 13 Nilai Pos Tes Uji Coba Utama

92

14. Tabel-14 Desain Counter Balanced Penelitian

92

15. Tabel-15 Desain Dan Hasil Pengolahan Data

94

(8)

DAFTAR BAGAN

Halaman

1.

Bagan 1.1. Konsep Dasar Pembelajaran

7

2.

Bagan 1.2. Kegiatan Pembelajaran

8

3.

Bagan 1.3. Sistematika Rumusan Permasalahan

14

4.

Bagan 2.1. Mekanisme Pembelajaran Akselerasi

32

5.

Bagan 3.1. Langkah-langkah Penelitian

35

6.

Bagan 3.2. Kerangka Pelaksanaan Penelitian

37

7.

Bagan 4.1. Draf Awal Model Pembelajaran Akselerasi

55

8.

Bagan 4.2. Format Uji Coba terbatas 1

57

9.

Bagan 4.3. Proses dan Hasil Uji Coba Terbatas 1

60

10. Bagan 4.4. Format Uji Coba Terbatas 2

62

11. Bagan 4.5. Proses dan Hasil Uji Coba Terbatas 2

65

12. Bagan 4.6. Format Uji Coba 1Model Pembelajaran Akselerasi

67

13. Bagan 4.7. Format Uji Coba 1Model Pembelajaran ekspositori

69

14. Bagan 4.8. Proses dan Hasil Uji Coba utama 1

72

15. Bagan 4.9. Format Uji Coba 2Model Pembelajaran ekspositori

74

16. Bagan 4.10. Format Uji Coba 2Model Pembelajaran Akselerasi

75

17. Bagan 4.11. Proses dan Hasil Uji Coba Utama 2

78

18. Bagan 4.12. Format Uji Coba 3Model Pembelajaran Akselerasi

80

19. Bagan 4.13. Format Uji Coba 3Model Pembelajaran ekspositori

81

20. Bagan 4.14. Proses dan Hasil Uji Coba 3

84

21. Bagan 4.15. Angket Perbandingan Dua Model Dari Siswa

89

(9)

22. Bagan 4.16. Bentuk Akhir Model Pembelajaran Akselerasi

90

23. Bagan 4-15 Model Pembelajaran Akselerasi

107

24. Bagan 4.16. Bentuk Akhir Model Pembelajaran Akselerasi

108

25. Gambar - 2 Perbandingan Minat Matematika siswa

99

26. Gambar - 3Nilai Matematika UAN SLTP

99

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranan di masa

yang akan datang (UUSPN No.20/2003, Ps.1). Dalam RUU SISDIKNAS

dinyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar agar peserta didik aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak dan budi pekerti, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mendukung

hal tersebut maka kurikulum dan pembelajarannya akan menempati posisi

yang strategis sebagai bagian dalam sistem pendidikan. Di Indonesia sistem

pendidikan terdiri dari pendidikan dasar (SD dan SLTP), pendidikan

menengah (SLTA) dan pendidikan tinggi.

Sekolah menengah adalah pendidikan lanjutan yang diselenggarakan

bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah berfungsi menyiapkan

siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi atau

hidup di masyarakat. Dalam RPP pendidikan menengah 2002 dijelaskan

bahwa Pendidikan menengah bertujuan:

1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk melanjutkan

pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

2. Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk bekerja di

(11)

3. Menghasilkan lulusan sebagai anggota masyarakat yang mampu

berintegrasi dengan sosial budaya dan alam sekitamya.

Melihat tujuan sekolah menengah sebagaimana diuraikan di atas, maka

kurikulum yang digunakan haruslah dapat mencapai tujuan tersebut. Dan

kurikulum apapun yang digunakan,

pada implementasinya model

pembelajaran apa yang digunakan cukup berpengaruh pada pencapaian

tujuan pendidikan. Karena itu menurut penulis pengembangan suatu model

pembelajaran sangatlah dibutuhkan.

Proses pembelajaran yang lebih mengutamakan kegiatan individual,

di Indonesia masih begitu langka. Salah satu penyebabnya adalah karena

pengembangan kurikulum yang dilakukan bersifat sentralistik, sehingga

model pembelajaran yang dikembangkanpun terbatas dan tidak dapat

melayani keragaman individual. Disamping itu penyebab lainnya adalah

perbandingan antara jumlah siswa dengan fasilitas belajar terutama

ruangan, bangku sekolah, dan jumlah guru yang belum memadai, serta

faktor pembiayaan yang cukup tinggi, Hal ini menyebabkan kebanyakan

sekolah di Indonesia lebih cenderung dilaksanakan secara klasikal, dimana

rata-rata satu kelas terdiri dari 40 - 50 orang siswa. Kondisi seperti ini

menjadi tantangan bagi pengembangan suatu model pembelajaran.

Proses pembelajaran yang mengutamakan kegiatan individual

adalah proses pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual

siswa . Secara umum perbedaan individual siswa digambarkan dalam tugas

perkembangan sesuai dengan usianya, tetapi secara khusus masing-masing

individu sebenarnya mempunyai kekhasannya sendiri-sendiri. Hal tersebut

(12)

yang persis sama, hal tersebut karena adanya keragaman dimensi yang

ada dalam diri anak. Perbedaan tersebut menurut Frandsen, dalam bentuk

kematangan mental, kemapuan yang dimiliki, prestasi yang dicapai, minat,

penyesuaian sosial dan emosional, dan kebutuhan yang diinginkan anak.

Jadi perbedaan individual siswa secara khusus diantaranya kemampuan,

minat dan motivasi berprestasi. Berkenaan dengan perbedaan individual

tersebut lebih spesifiknya penulis akan memfokuskannya pada karakteristik

perbedaan individual pada siswa SMU.

Karakteristik siswa SMU identik dengan karakteristik remaja pada

umum yang

mempunyai tugas

perkembangan tertentu.

Tugas

perkembangan remaja antara lain seperti dikemukakan dalam Psikologi

Network

(http://psikologi.net/main/modules)

yang memberikan salah satu

landasan bagi pendidikan yang berorientasi pada perkembangan siswa.

Beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui para remaja antara lain

a Mampu menerima keadaan fisiknya

• Mencapai kemandirian secara emosi

• Memperluas hubungan dengan tingkah laku sosial yang lebih dewasa

dlmilfci

S6rta menerima kelebihan maupun kekurangan yang

• Membentuk nilai moral sebagai dasar untuk berprilaku sesuai dengan

tugas perkembangan masa remaja

Masa remaja dikenal dengan masa

storm and stress

di mana terjadi

pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan

pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Menurut Monks 1985 (Mu'tadin,

2002) mengemukakan bahwa

Pada masa remaja usia 12 sampai dengan 21 tahun terdapat

beberapa fase: a) fase remaja awal yaitu usia 12 tahun sampai dengan

15 tahun, b) remaja pertengahan usia 15 tahun sampai dengan 18

tahun dan c) masa remaja akhir usia 18 sampai dengan 21 tahun dan

(13)

sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja

dalam menghadapinya.

Apa yang dikemukakan Mu'tadin tersebut di atas menunjukkan

bahwa fase-fase pada masa remaja menunjukkan karakteristik yang

memiliki kekhususan masing-masing. Tetapi yang paling terdapat muncul

masalah adalah pada masa pubertas. Dan pada masa inilah pada umumnya

duduk di bangku SMU. Pada masa ini perubahan secara fisik dan emosi

sangat drastis, dan sering keseimbangannya terganggu sehingga kurang

stabil. Baik dari pengendalian secara fisik maupun secara emosional. Hal

tersebut ditegaskan oleh Hurlock 1992 (Mu'tadin, 2002):

fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan

16 tahun dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas

sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada

bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.

Dari karakteristik perkembangan siswa SMU tersebut di atas dapat

dilihat bahwa siswa SMU adalah siswa remaja yang sedang mengalami

perubahan yang besar baik secara fisik maupun psikis. Sehingga dari segi

kemampuan, minat dan motivasi berprestasipun akan bervariasi dari

masing-masing siswa. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan proses

pembelajaran yang dapat menanganinya.

Proses pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual

siswa harus beracuan pada program yang disusun untuk penanganan

perbedaan individual tersebut Progran tersebut harus dapat mengakomodir

perbedaan kemampuan, minat dan motivasi berprestasi dari siswa.

(14)

normal mendapatkan program normal, dan siswa yang kurang mendapatkan

progran remedial. Proses dan program tersebut harus terangkum dalam

suatu model pembelajaran secara utuh.

Berkaitan dengan program percepatan/program akselerasi di

Indonesia secara De jure telah disadari sejak tahun 1983. Hal tersebut

ditunjukkan dalam ketetapan GBHN bahwa diantara seluruh peserta didik

terdapat sekitar 2-3 %adalah siswa berbakat yang harus dilayani secara

khusus. Adapun secara de facto ditunjukkan dalam Undang-undang

pemerintah no. 2tahun 1989 pasal 24 ayat 6yang berbunyi:

Setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak

menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan

dalam bentuk program percepatan belajar atau program akselerasi.

'

Ketetapan di atas menunjukkan bahwa program percepatan/program

akselerasi di Indonesia masih terbatas pada tipe telescoping kurikulum,

yaitu siswa yang dapat menyelesaikan suatu program lebih cepat dari waktu

yang ditentukan. Sebagaimana yang disampaikan

Akbar dan Hawadi

(2002):

Program Percepatan Belajar atau Program Akselerasi Program

percepatan belajar yang diselenggarakan pemerintah saat ini masih

terbatas pada tipe telescoping curiculum, yaitu siswa yanq

menggunakan waktu yang kurang daripada waktu yang biasanya

digunakan untuk menyelesaikan studi. Sementara di negara-neqara

lain, seperti Amerika Serikat, Australia dan Singapura, tipe akselerasi

yang dipilih adalah subject acceleration, yaitu siswa memperoleh

percepatan bahan ajar yang secara kualitas lebih memperhatikan pada

adanya keunggulan proses berpikir tinggi yang dimiliki anak

berbakat.namun jangka waktu belajar siswa sama dengan siswa

dikelas reguler.

Program akselerasi tersebut secara implementasi disajikan dengan

pembelajaran akselerasi. Pembelajaran akselerasi yang dimaksud mengacu

(15)

berarti bahwa pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan siswa, di

samping memperhatikan irama dan tugas-tugas perkembangan, perlu

memandang siswa sebagai kesatuan yang utuh. Lahimya konsep otak kiri

dan otak kanan, teori tentang otak triune (Bobbi De Porter &Mike Hemacki,

1992) dan percepatan belajar (Colin Rose & Malcolm J. Nicholl, 1997).

Sehingga program dan pembelajarannya menjadi suatu kesatuan yang baik

yang dirumuskan menjadi sebuah model pembelajaran.

Karakteristik perkembangan remaja seperti diuraikan di atas, akan

sangat berpengaruh pada pengajaran yang harus diberikan kepada siswa

remaja. Sehingga model pembelajaran yang disajikan benar-benar

membantu tugas perkembangan siswa secara optimal. Model pembelajaran

tersebut sebagai model yang memperhatikan perbedaan individual siswa

akan dapat membantu tugas perkembangan siswa dan keberhasilan siswa

dalam belajar

Suatu program dalam pembelajaran yang benar haruslah didasarkan

pada hakikat pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran. Hakikat

pembelajaran sebagaimana dituliskan dalam Kurikulum dan pembelajaran

(UPI,.2002:48):

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi

transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

Jadi hakikat pembelajaran kaitannya dengan suatu program pembelajaran

adalah bagaimana program tersebut terkomunikasikan sehingga siswa

(16)

program yang dimaksud adalah program akselerasi yang telah ditetapkan

secara matang.

Dan konsep dasar pembelajaran diuraikan dengan bagan sebagai berikut

(UPI. 2002:49): m-KSSiiSSSSSS <_ mmmi ;p:-p:TO;;f '. Menyampaikan universal Memotivasi nasionai Membina instisusional Memonitor kurikuler <- -Mengevaluasi merehabilitasi instruksional 1 * i i I j PERUBAHAN PERILAKU: Kognitif V Afektif Psikomotor ir lii«lisi|li|:lllllllli ^wiSM^MJ

BAGAN 1.1 KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

Konsep pembelajaran di atas menunjukan bagaimana seluruh

komponen dalam proses belajar mengajar saling berkaitan, termasuk

didalamnya program sebagai uraian dari tujuan pembelajaran yang akan

diajarkan kepada siswa. Dalam program akselerasi, program pembelajaran

disesuaikan dengan kapasitas dan kecepatan siswa dalam belajar

Program akselerasi tersebut akan menjadi

bagian dari

model

pembelajaran yang akan dikembangkan dan diteliti.

Pengembangan model pembelajaran pada kegiatan pembelajaran

(17)

BAGAN 1.2.

KEGIATAN PEMBELAJARAN

(UPI. 2002:54)

Program yang akan peneliti ambil adalah program pada mata

pelajaran matematika.

Mata pelajaran metematika adalah mata pelajaran yang dianggap

sulit dan tidak disukai oleh siswa, sebagaimana dikemukakan Ruseffendi

(1984:15) yang menyatakan bahwa: "Matematika (ilmu pasti) bagi

anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau

pukan mata pelajaran yang dibenci". Model pembelajaran untuk mata

pelajaran matematika akan memfasilitasi siswa untuk memberdayakan apa

yang dimiliki sebagai potensi dirinya secara alamiah, tanpa tekanan dan

paksaan serta sesuai dengan kemapuan dirinya. Karena pada model

pembelajaran ini lebih menekankan pada pelayanan individual siswa.

Sehingga siswa yang memiliki kemampuan matematikanya kurang dapat

(18)

matematikanya lebih dapat lebih cepat dan lebih banyak menyelesaikan

program.

Implementasi suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi

perbedaan individual siswa pada matematika, digunakan alat proses berupa

modul yang akan menjadi aktivitas siswa dalam menyelesaikan suatu pokok

bahasan dalam mata pelajaran matematika. Modul tersebut sebagai suatu

panduan yang komunikatif baik bagi guru maupum siswa, sehingga proses

belajar mengajar dapat berlangsung untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Russel (Ali, 1996:110) menjelaskan pengertian modul adalah:

Amodule is an instructional package dealing with a single conceptual

unit of subject matter. It is an attempt to individual learning by enabling

the student to

master one unit of content before moving another. A

multy media learning experiences are often presented in a self instructional format. The student controles the rate and intensity of his study...".

Modul yang akan diterapkan pada model pembelajaran tersebut haruslah

dikerangkai oleh prinsip-prinsip pembelajaran akselerasi, sehingga modul

tersebut menjadi bagian dari pengembangan suatu model.

Seiring dengan ketetapan pemerintah no.2 tahun 1989 pasal 24 ayat

6, maka program akselerasi tersebut harus di susun. Penyusunan program

disusun berbentuk modul. Karena modul akan memberikan kesempatan

pada siswa untuk bekerja dan belajar sesuai dengan kecepatannya

(Suryosubroto:14). Hal ini ditunjukkan pula oleh Nasution (1997:205) yang

menyatakan bahwa setiap siswa dianggap tidak akan mendapatkan hasil

yang sama dalam waktu yang sama. Adanya modul akan memberikan

kesempatan pada siswa untuk mencapai taraf tuntas dengan waktu yang

(19)

Sistem pengajaran modul telah dicobakan di Proyek Pel

Pembangunan (PPSP), Institut Keguruan dan llmu Penc^

buah IKIP Negeri sejak tahun 1972. Tujuan utama dikX1^J8auyflxui:

sistem modul ini adalah untuk meningkatkan efektifitas danel^iensi

pengajaran di sekolah, karena dengan modul disamping siswa dapat

belajar ke taraf tuntas juga mengaktifkan siswa belajar melalui kegiatan

membaca atau memecahkan soal dengan bahan tertulis (Ali:10).

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengembangan suatu model

pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pelajaran

matematika ada beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai, yaitu:

pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi

matematika. Hal tersebut seiring dengan yang dikemukakan Utari (2003:11)

bahwa "Kompetensi dasar matematika (SD-SMU) memuat materi pokok dan

kemampuan dasar matematika: pemahaman, pemecahan masalah,

penalaran, koneksi, dan komunikasi matematika". Dan modul yang dibuat

harus dapat mencapai kompetensi dasar tersebut.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas di atas dapat dilihat bahwa fokus penelitian adalah

pada pengembangan model akselerasi pada mata pelajaran matematika

untuk penanganan perbedaan individual siswa. Fokus penelitian yang

merupakan rumusan masalah yang akan diteliti sebagaimana dituliskan

pada persoalan secara umum di atas yakni:

model pembelajaran

akselerasi yang bagaimana yang dapat menangani perbedaan

individual siswa pada mata pelajaran matematika SMU?

Beberapa istilah dalam focus penelitian ini dirasa perlu untuk

(20)

11

a. Model pembelajaran akselerasi adalah pola pembelajaran yang

berupa seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan

suatu proses pembelajaran dengan menggunakan modul sebagai

media pembelajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa.

b. Perbedaan individual siswa adalah perbedaan individual siswa dalam

kecepatan menyelesaikan modul secara tuntas dan kemampuan

matematikanya. Dan kemampuan matematika adalah hasil belajar

yang merupakan dampak pengajaran meliputi kemampuan siswa

memahami materi yang diajarkan.

Fokus penelitian di atas menuntun saya pada pertanyaan penelitian

yang harus dijawab manakala penelitian telah dilaksanakan

Maka rumusan yang telah diuraikan di atas akan lebih jelas

masalahnya jika diturunkan dalam pertanyaan penelitian.

Pertanyaan penelitian tersebut adalah:

1. Bagaimanakah kondisi pembelajaran matematika sekarang?

1.1. Bagaimanakah desain dan pembelajaran matematika yang ada

sebelum model pembelajaran akselerasi dikembangkan?

1.2. Bagaimanakah kemampuan dan kinerja guru matematika dalam

penanganan perbedaan individual siswa?

1.3. Bagaimana perbedaan individual siswa dalam pembelajaran

matematika?

1.4. Bagaimana kondisi dan pemanfaatan sarana, fasilitas dan

(21)

12

2. Apakah model pembelajaran akselerasi yang dikembangkan cocok

untuk penanganan individual siswa?

2.1. Apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran dengan

penanganan individual siswa?

2.2. Bagaimana model pembelajaran akselerasi yang dikembangkan

yang sesuai untuk mengatasi kebutuhan tersebut?

2.3. Bagaimana kelayakan model pembelajaran akselerasi yang

dikembangkan tersebut?

3.

Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran akselerasi yang

dikembangkan?

3.1.

Bagaimana

kinerja

guru

dalam

melaksanakan

model

pembelajaran akselerasi yang dikembangkan?

3.2.

Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran akselerasi yang

dikembangkan tersebut?

4.

Bagaimana efektifitas model

pembelajaran akselerasi yang

dikembangkan ditinjau dari:

4.1.

Penanganan individual siswa dibandingkan dengan model

pembelajaran ekspositori

4.2.

Kemampuan matematika siswa dibandingkan dengan model

pembelajaran ekspositori.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(1) Untuk mengetahui kondisi pembelajaran matematika yang digunakan

(22)

13

(2) Untuk menemukan rancangan model pembelajaran akselerasi untuk

penanganan individual kemampuan matematik siswa SMU

(3) Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran akselerasi yang

dikembangkan.

(4) Untuk dapat mengetahui efektifitas penggunaan model pembelajaran

akselerasi yang dikembangkan dalam penanganan individual

kemampuan matematika siswa SMU dibandinkan dengan model

pembelajaran ekspositori.

D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi Pakar: Penelitian ini merupakan pembuktian pengembangan

model pembelajaran akselerasi dan hasil pembuktian ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan terhadap landasan konsep, prosedur

dan

pembelajaran

akselerasi

itu

sendiri.

Sehingga

hasil

pengembangan model akselerasi tersebut dapat dijadikan salah satu

altematif pilihan strategi mengajar oleh penyusun dan pengembang

kurikulum. Hal tersebut sabgat erat kaitannya dengan pengembangan

kurukum berdifersifikasi yang tengah dikembangkan saat ini. Dan

pengembangan model pembelajaran ini benar-benar dapat

menangani perbedaan individual siswa.

2. Bagi praktisi: Penelitian ini memberikan pengalaman kepada guru

sebagai

pengembang kurikulum di lapangan, tentang cara

mengembangkan model pembelajaran akselerasi pada mata

pelajaran matematika khususnya. Mulai dari cara menyusun

(23)

14

Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

acuan bagi guru-guru yang laindalam meningkatkan kualitas dan

mengembangkan model pembelajaran akselerasi untuk mata

pelajaran matematika di SMU

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

(24)
(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodoloqj penelitian

a Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan

kuantitatif

a Metode penelitian yang digunakan adalah research and ri^^,

karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model

teknologi instruksional (pembelajaran)

• Langkah-langkah penelitiannya

Bagan 3.1 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

(Modifikasi dari tulisan Borg &Gall, 1979 )

(26)

36

Penjelasam langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

a) Studi pendahuluan:

Kegiatatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan adalah :

• Mengkaji beberapa literatur untuk mendapatkan gambaran

model pembelajaran akselerasi

a Melakukan pra-survei ke lapangan untuk mendapatkan

gambaran

kondisi

pengajaran

pada

mata

pelajaran

matematika dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti

kurikulum, guru, siswa, PBM, dan sarana/fasilitas yang

tersedia.

b). Perencanaan dan penyusunan model

Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan dan penyusunan model

adalah:

• Menyusun desain model pembelajaran akselerasi yang

meliputi: materi, tujuan, metode mangajar, strategi pengajaran,

media pengajaran dan alat evaluasi.

• Merencanakan uji coba lapangan yang meliputi : bentuk

kegiatan, tempat kegiatan, dan waktu

a Menyusun draft awal model yang meliputi : tujuan, tema,

materi, urutan kegiatan dan alat evaluasi

a Mendiskusikan

kepada

para

ahli

kurikulum

(dosen

pembimbing) untuk memperbaiki draft awal model yang di uji

cobakan.

(27)

37

c). Uji Coba model

Kegiatan yang dilakukan pada uji coba adalah uji coba terbatas dan

uji coba yang lebih luas. Kegiatan yang dilakukan dalam uji coba terbatas

adalah implementasi desain model pada satu kelas, mengevaluasi, dan

mengadakan revisi untuk penyempumaannya. Sedangkan kegiatan yang

dilakukan pada uji coba luas dalah mengadakan pre-test, implementasi

desain model. Mengevaluasi, mangadkan post test, dan pada akhirnya

mengadakan revisi untuk penyempumaan, sehingga memperoleh model

pembelajaran akselerasi yang terbaik.

Bedasarkan langkah-langkah penelitian di atas, dapat dirumuskan kerangka

pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:

PERKEMBANGAN SISWA SESUAI AZASEMANSIPASI

MENUJU KEUTUHAN DAN KEMANDIRIAN

•-'^'•l""*^**^*—Tff|| IMil Ml lllll

!UIWIUtMUil»»Mli8IBWmJL--Bagan 3.2.

KERANGKA PELAKSANAAN PENELITIAN

Pada uji coba terbatas difokuskan pada evaluasi proses di suatu

(28)

sedangkan pada uji coba lebih luas selain difokuskan kep^Sggj^!

proses, juga difokuskan kepada evaluasi hasil yang melibka^SP

matematika kelas Idi beberapa sekolah yang telah ditentukan

Pada uji coba terbatas difokuskan kepada evaluasi proses, sehingga

tidak memerlukan model pembanding untuk mengujinya. Sedangkan pada

uji coba lebih luas, selain untuk evaluasi proses, difokuskan pula kepada

evaluasi hasil, sehingga harus ada model pembanding yang dalam hal ini

model ekspositori. Oleh sebab itu pada uji coba lebih luas tersebut

menggunakan

desain counter balanced experiment,

sebagai berikut:

Group 1 R X, OX20

Group 2 R X2OX, O

Pada kelompok pertama diberikan periakuan X, (model pembelajaran

akselerasi) selanjutnya diberikan periakuan X2 (model pembelajaran

ekspositori). Selanjutnya pada kelompok ke dua diberikan periakuan

X2 (model pembelajaran ekspositori) terlebih dahulu, baru kemidian

periakuan X, (model pembelajaran akselerasi). Jika disistematikakan dengan

pagan sebagai berikut:

Kelompok Periakuan Pos tes j Periakuan

Pos tes

I x,

0 ! ^ 2X 0

II

x2

o

| X]

0

Tabel. 1

I

(29)

39

Keterangan:

X, = model pembelajaran akselerasi

X2 = model pemnelajaran konstructif

O = post tes

B. Lokasi dan Subfek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Bina Darma 2, SMUN 23

Bandung, SMU Plus Muthahari, dan SMUN 1 Cileunyi. Alasan dipilihnya

lokasi penelitian adalah:

q Di SMU ini masih sangat sedikit penelitian tentang pengembangan

model pembelajaran.

• Di SMU ini kompetensi dasar siswa dalam memahami mata pelajaran

matematika masih rendah

a Di SMU ini perbedaan individual siswa data pembelajaran matematika

cukup signifikan.

Adapun sebagai subjek penelitian untuk uji coba terbatas adalah:

• Gum Matematika di SMU Bina Darma 2dan SMUN 23 Bandung

a Siswa Kelas Idi SMU bina darma 2 dan SMUN 23 Bandung

Dan sebagai subjek penelitian ubtuk uji coba lebih luas:

• Siswa dan guru matematika kelas ISMUN 1 Cileunyi

• Siswa dan guru matematika kelas ISMU plus Muthahari

C. Tehnik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

(30)

40

(1) Observasi, digunakan untuk menggali kemampuan gum, kondisi

lingkungan serta sarana dan fasilitas yang ada. Serta data tentang

perolehan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran akselerasi.

Untuk pendalaman data yang diperoleh dari tes.

(2) Studi Dokumenter, digunakan untuk mengumpulkan data tentang

kurikulum dan model pembelajaran akselerasi serta data tertulis

lainnya.

(3) Wawancara dilakukan terhadap ahli kurikulum, ahli mata pelajaran

matematika, kepala sekolah, guru dan siswa untuk mendapatkan data

tentang tanggapan serta berbagai masalah yang dihadapi dalam

implementasi kurikulum.

(4) Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru

tentang model pembelajaran akselerasi

(5) Test digunakan untuk mendapatkan data tentang perolehan hasil

belajar siswa.

P. Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen penalitian disusun sesuai dengan alat pengumpilan

data sesuai dengan alat pengumpulan data seperti yang telah dikemukakan

di atas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen

penelitian adalah:

1. Menyusun kisi-kisi penelitian untuk memudahkan dalam menentukan

dan menyusun alat pengumpulan data, sesuai dengan jenis data

(31)

41

2. Membuat kerangka pertanyaan setiap alat pengumpul data yang

telah ditentukan beserta kemungkinan jawabannya

3. Memvalidasi instrumen.

4. merevisi instrumen.

5. memperbanyak instrumen sebanyak subjek penelitian

E. Analisis Data

Data studi pendahuluan yang telah dikumpulkan melalui alat

pengumpulan data akan dilakukan pengolahan dan dianalisa dengan

pengkajian secara mendalam dan melihat kecendemngan, sehingga

diperoleh gambaran tentang desain kurikulum dan kegiatan belajar

mengajar matematika, kemampuan gum, dan problem yang dihadapinya

dalam implementasi kurikulum, aktivitas siswa dalam KBM, serta

[pemanfaatan sarana dan lingkungan.

Dalam uji coba terbatas, analisa data dilakukakan dengan

pendekatan kualitatif dalam rangka evaluasi proses pelaksanaan,

sedangkan uji coba yang lebih luas dilakukan analisis perbandingan pos tes

dari dua model, yakni model pembelajaran akselerasi dan model

pembelajaran ekspositori sebagai pembanding.

Hasil uji coba digunakan bagi revisi model, sehingga ditemukan

model pembelajaran akselerasi yang cocok dalam pembelajaran matematika

di SMU. Dan perbandingan model-model untuk mengetahui model mana

yang lebih baik untuk penanganan individual, serta efektifitas model tersebut

(32)
(33)

113

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan.

Berdasarkan temuan di lapangan terhadap pengembangan model

pembelajaran akselerasi untuk menangani perbedaan individual dan

kemampuan matematika siswa SMU, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1.

Pengajaran matematika sebelum model pembelajaran akselerasi

dikembangkan ini kurang memperhatikan perbedaan individual siswa

dalam hal kemampuan dan minat siswa, sehingga pencapaian tujuan

pembelajaran matematika tidak optimal dan tidak merata.

2.

Salah satu model yang dapat dikembangkan untuk mengatasi

perbedaan individual siswa serta meningkatkan kemampuan siswa

adalah model pembelajaran akselerasi dengan medianya adalah

modul, sebagai media untuk mengetahui perbedaan individual siswa.

Desain model pembelajaran akselerasi disusun berdasarkan

kurikulum, GBPP/silabus yang telah dimodifikasi yang mencakup

materi, tujuan, metode dan strategi pembelajaran, serta evaluasi.

Adapun pokok bahasan matematika yang diuji cobakan adala pangkat

rasional dan bentuk akar, perbandingan trigonometri dan fungsi

trigonometri, serta logaritma. Sehingga modul yang disusun adalah

pokok bahasan tersebut. Selain modul, disusun pula latihan dan

latihan pengayaan, Desain akhir model pempelajaran akselerasi

(34)

114

BENTUK AKHIR MODEL PEMBELAJARAN AKSELERASI

DESAIN I Perencanaan Mata Pelajaran Pokok Bahasan Waktu TPK KBM

Media & sumber Evaluasi

: Matematika

: Disesuaikan dengan poko bahasan yang terdapatdalaGBPP

matematika kelas I SMU

: Disesuaikan dengan waktu yang dialokasikan dalam silabus Matematika kelas I semester 1 SMU

: Diturunkan dari TPU atau kompetensi dasar dim GBPP : Tahap orientasi, tahap belajar mandiri, tahap penanganan

Individual dan tahap transfer.

: Modul, lembar latihan, buku paket, dll.

: 1. tertulis : ketunyasan modul & latihan, tes.

2. lisan (tidak terstruktur)

II Implementasi

5. TAHAP ORIENTASI

• Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai • Menjelaskan mekanisme akselerasi

• Memberikan motivasi pada siswa agar dapat belajar mandiri

• Mengelompokan siswa ataupun individual

• Memberitahukan letak lembaran-lembaran yang harus dikerjakan siswa

6. TAHAP BELAJAR MANDIRI

• Memberikan modul sebagai media proses belajar mandiri siswa

• Bersama-sama memahami dan menyelesaikan modul, dengan diskusi, melihat

referensi lain, bertanya, dll 7. TAHAP PENANGANAN INDIVIDUAL

• Penanganan gurui terhadap individual siswa sesuai dengan kecepatan siswa

dalam menyelesaikan modul, untuk pemeriksaan modul harus dilakukan

dengan cepat dan tepat.

• Memberikan layanan terhadap siswa yang sulit menyelesaikan modul, atau

memberikan modul yang berisi prasyarat materi yang sedang dibahas.

8. TAHAP TRANSFER

• Memberikan atau siswa mengambil modul yang baru jika siswa telah menyelesaikan modul, latihan, dan latihan pengayaan sebelumnya

• Siswa memahami mekanisme akselerasi.

• Terjadi pengelompokan siswa, yang alselerasi, normal dan remedial. Mekanismenya: w LATIHAN Muuul w LATIHAN PENGAYAAts i r dst nya ^

LATIHAN ^ MODUL

^

^

Evaluasi/Penilaian

a Tertulis : modul, latihan dan tes (essay atau pilihan ganda)

a Lisan (tak terstruktur)

Bagan 5.1.

(35)

115

3.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran akselerasi pada

mata pelajaran matematika meliputi:

(a) tahap orientasi, pada tahap ini siswa benar-benar harus

memahami mekanisme akselerasi dan cara menggunakan modul.

Sedangkan guru pada tahap ini harus menjelaskan mekanisme

akselerasi secara tuntas

(b) tahap belajar mandiri, pada tahap ini siswa mengerjakan modul

matematika yang disediakan, jika tetah selesai tuntas dilanjutkan

dengan latihan dan selanjutnya latihan pengayaan.

(c) tahap penanganan individual, pada tahap ini bagi siswa harus

aktif untuk bertanya, atau melanjutkan ke latihan yang

disediakan, dan seterusnya.yang cepat dapat mengikuti

akselerasi kendatipun jumlahnya sedikit. Pada tahap ini guru

harus proaktif dalam memotivasi siswa untuk aktif, sehingga

mengetahui kualifikasi siswa dalam ketuntasan belajar mandiri.

(d) tahap transfer, pada tahap ini baik siswa maupun guru telah

memahami tujuan dan proses pembelajaran akselerasi dengan

saling memahami antar kualifikasi yang terjadi pada pertemuan

KBM saat itu.

Pada setiap tahapan tersebut, pada pelaksanaannya guru cukup

kooperatif dalam memahami dan melaksanakan model pembelajaran

akselerasi yang dikembangkan. Sehimgga model pembelajaran ini

(36)

116

Adapun proses pengembangan model dilakukan sebagai berikut:

Penilaian model pembelajaran akselerasi dalam penelitian ini

dilakukan melalui penilaian desain, proses pelaksanaan , hasil belajar

dan efektifitas model.

• Penilaian desain dilakukan dengan mengajukan desain model kepada

ahli kurikulum dan ahli bidang matematik, hasil penilaiannya adalah

bahwa model pembelajaran akselerasi yang dibuat cukup memadai

dan untuk meihat layak atau tidaknya dilaksanakan guru mata

pelajaran

matematika

menilai

bahwa

model

tersebut dapat

dilaksanakan/layak untuk dilaksanakan.

a Penilaian proses pelaksanaan dilakukan melalui pengamatan peneliti,

participanr observer, serta tanggapan siswa,. Dalam penilaian proses

baik peneliti, pengamat lain maupun siswa berpendapat bahwa model

ini baik untuk dilaksanakan, dengan catatan ada beberapa hal yang

harus diperbaiki, diantanya modul.

• Hasil belajar efektifitas model dilakukan melalui Proses yang berjalan

dan pos tes dengan membandingkan dengan model pembelajaran lain

yang setara. Efektifitas model dalam hal prosesnya model

pembelajaran akselerasi dapat dengan cepat mengkualifikasikan

siswa, sehingga treatment yang harus dilakukan guru kepada siswa

jelas sesuai dengan kualifikasinya. Dalam hal ini terutama siswa yang

kualifikasi atas dan bawah tertangani dengan baik.

• Perubahan yang terjadi antara model awal dan akhir terlihat dalam

(37)

117

dalam langkah-langkah pembelajaran. Hal itu didapat dari hasil uji coba

terbatas maupun uji cuba lenih luas

4.

Efektifitas model pembelajaran akselerasi dibanding dengan model

pembelajaran ekspositori dapat ditinjau dari:

a Penanganan individual siswa: pada model pembelajaran

akselerasi penanganan individual siswa sangat efektif terjadi

dibanding model pembelajaran ekspositori yang secara realitas

tidak dapat menangani perbedaan individual siswa dalam

kemampuan matematikanya.

p Kemampuan matematika siswa: kemampuan siswa yang didapat

dari hasil pos tes setelah pembelajaran, antara model

pembelajaran akselerasi dan model pembelajaran ekspositori

berbeda. Rata-rata nilai dari model pembelajaran akselerasi lebih

tinggi, meskipun tidak terlampau jauh perbedaannya dengan

model pembelajaran ekspositori.

• Respon dari siswa pada tahap belajar mandiri cukup antusias

dalam mengerjakan modul matematika, bahkan bagi siswa yang

kualifikasi rendah dalam kemampuan matematikpun cukup

respon dalam mengerjakan modul. Bagi siswa yang lambat

memehami modul ada berbagai sebab, antara lain karena

pemahaman terhadap bahasa modul, atau konsep prasyaratnya

yang belum terstruktur, untuk mengatasi ini dalam pengajaran

(38)

118

disediakan berbagai referensi untuk menggali lagi konsep

yang tedahulu.

• Dengan perhitungan ANAVA terhadap dua model pembelajaran

yang di uji cobakan menunjukan bahwa ada perbedaan antara

kedua

model

pembelajaran

tersebut

dalam

mencapai

kemampuan matematika siswa, Dalam hal ini model

pembelajaran akselerasi lebih efektif dari pada model

pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran akselerasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan modul

sebagai media, dalam hal ini tentunya membutuhkan tingkat daya

baca siswa yang tinggi. Pada penelitian ini siswa yang tingkat

kemampuan membaca biasa sudah menunjukkan peningkatan

kemampuan matematikanya, apa lagi jika didukung kemampuan

daya baca matematika siswa yang tinggi.

Dengan demikian secara umum penelitian dapat disimpulkan bahwa

pengembangan model pembelajaran akselerasi untuk penanganan individual

dan kemampuan matematika siswa SMU cukup efektif dan baik untuk

dilaksanakan dan dikembangkan lebih lanjut. Dari mulai draf awal, uji coba dan

model akhir pembelajaran akselerasi, hasil pengembangan model ini efektif

untuk penanganan individual siswa dan cukup baik untuk meningkatkan

kemampuan matematika siswa SMU. Meskipun demikian ada beberapa hal

yang masih harus diperbaiki dan dilengkapi, yang masih kurang dalam

(39)

B. Rekomendasi

\\ |ffcfr^ffi>,

Dari temuan peneliti ini dapat diajukan beberapa rekomend^foj|E££Svr*'

bahan pertimbangan dalam pengembangan model pembelajaran akselerasi

adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika untuk menanganani perbedaan individual

siswa hendaknya dilaksanakan dengan pengembangan model

pembelajaran akselerasi dengan media prosesnya modul yang

disusun secara tencana dan berkualitas.

2. Sebelum mengembangkan model pembelajaran akselerasi dalam

matematika perlu mempersiapkan rancangan modul dalam model

yang akan dikembangkan beserta prosedur pelaksanaan dan

penilaiannya.

3.

Dalam rancangan model hendaknya media proses, baik berupa

modul, LKS, ataupun lainnya telah tersedia lengkap untuk minimal

satu semester KBM.

4. Dalam pengembangan model pembelajaran akselerasi perlu

dikembangkan strategi pembelajaran yang dapat memotivasi siswa

untuk belajar mandiri, tuntas dan percaya diri akan kemampuan

masing-masing.

5. Penilaian pembelajaran akselerasi hendaknya dilakukan secara

menyeluruh, mulai dari desain, pelaksanaan model, hasil prestasi

siswa dan efektifitas model.

6. Kemampuan efektif membaca siswa secara umum, dan kemampuan

(40)

120

efektifitas pelaksanaan model pembelajaran akselerasi, sehingga usaha

meningkatkan kemampuan membaca siswa sangat dibutuhkan dalam

(41)
(42)

121

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.(1996).

Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru

Blank, W.E. (1982;.

Handbook For Developing Competency Based

Educational ang Training. New Jersey: Engle Wood Clifft

Bloom; James H. (1982)

Human Characteristics And School Learning.

USA;

Holt Rinehart and Wnnston Inc.

Borg, WR &Gail, MD. (1979). Educational Reseach An Introduction. New York

: Longman Inc.

Dembo, Myron H.(1977).

Teaching for Learning: Applying Educational

Psychology in Classroom.USA:Goodyear

Pulishing Company.

Depdiknas. (2001).

Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matetika.

Jakarta : Puskur Depdiknas.

Departemen Agama. (2001).

Usulan Rancangan Undang-Undang Pendidikan.

Jakarta: Depag

Depdikbud.

(1993).

Kurikulum

1994,

Landasan

Progran

dan

Pengembangan.Pusat Pengembangan Kurikulun dan Sarana

Pendidikan

Depdikbud. (1995;.

Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Matematika.

Jakarta :

Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Frandsen, Arden N. (1957).

How Children Learn: An Educational Psychology.

USA ; The McGraw-Hill Book Company.

Fenstermacher, Gary Dand Goodlad, John 1.(1983). Individual Differences And

The Common Curriculum; Eighty Second Yearbook on The

National Society for The Study of Education. Illionis: The

University of Chicago Press.

Hamid Hasan, S. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : P2LPTK

Joice, B. &Weil, M. (1980).

Models Of Teaching.

Second Edition. Engle Wood

Cliffs N.J.: Prentice Hall International, Inc.

Meier, Dave. (1999). The Accelerated Learning Handbook, Indonesian Edition

(43)

Mu'tadin, Z. (2002). Mengenai Kecerdasan Emosional Remaja. Ja

psikologi com.

Nana Syaodih, S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan

Pra/cte/cBandung: Rosdakarya.

Nasution S. (1988). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: Bina Aksara.

Hamalik O. (1990). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Psikologi Network. (2003). http://Dsikoloqi.net/main/ modules

Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika. Bandung :

Tarsito

Romiszowski, A.J. (1981). Designing Instructional System, Decision Making

In Course Planning and Curriculun Design. New York : Kogan

Page, Nichols Publishing.

Rose Colin & Malcolm, J.N. (1997). Accelerated Learning For 21 Century,

Indosian Edition. Jakarta : Penerbit Nuansa.

Seels, B.B. & Richey, R.C. (1994). Instructional Technology : The Definition

And Domain of The Field. Assosiation for Educational

Communication and Technology. Woshington D.C.

Taba, Hilda. (1962). Curriculum Development: Theory ang Practice Foundation,

process, stratigy for planning both primary ang secondary

curricula. USA: Harcourt, Brace & World.

Tim Pengembang MKDK. (2002). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung

:Universitas Pendidikan Indonesia.

Utari, S. (2003). Pembelajaran Matematika Untuk mendukung Pelaksanaan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Makalah). Bandung. UPI.

Zeis, R.S. (1976). Curricullum Principles And Foundation . New York: Harper &

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel independensi dewan komisaris dan internal audit berpengaruh terhadap fee audit eksternal, sedangkan variabel

Penulis memanjatkan rasa syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Berbagai cara dilakukan oleh pengurus komunitas motor COMPAG untuk meningkatkan disiplin berlalu lintas para anggotanya seperti pembuatan peraturan yang berlandaskan

KONTRIBUSI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI TERHADAP KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SMA NEGERI 3 PANDEGLANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan mengapung tetrasiklin yang dapat bertahan di lambung dengan menggunakan cangkang kapsul alginat yang ditambahkan

Ada dua sumber utama yang ditanyakan kepada para guru SMP/MTs terkait dengan pengembangan bahan sastra remaja, yaitu (1) prioritas aspek nilai pendidikan

Kegiatan yang dilakukan oleh perempuan di kampung kaironi cukup beragam, mulai dari ikut terlibat dalam sosialisasi di balai kampung terkait dengan pembangunan yang akan

Sepak Bola Sosial adalah olahraga yang mengarah pada sebuah gerakan yang bertujuan untuk perubahan sosial melalui sepak bola sebagai alat untuk membina anak-anak laki