• Tidak ada hasil yang ditemukan

perusahaan yang memiliki dampak untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Namun, beberapa perusahaan enggan menerapkan konsep green marketing dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "perusahaan yang memiliki dampak untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Namun, beberapa perusahaan enggan menerapkan konsep green marketing dalam"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia industri yang semakin pesat telah mengubah pola pikir manusia yang berorientasi pada revolusi perindustrian, dimana kehidupan sekarang bergantung pada dunia industri. Adanya ekspansi usaha seperti pembangunan pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas yang sangat besar yang mengesampingkan perhatian terhadap lingkungan akan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup. Jika pelaku bisnis mengabaikan lingkungan semakin lama, maka akan berujung pada pemanasan global atau yang sering disebut global warming.

Oleh karena itu, pelaku bisnis harus meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan maupun kesehatan. Hal ini dapat ditunjukan pada perubahan pola pendekatan bisnis dengan mengarahkan usaha menggunakan aktivitas bisnis yang berbasis kelestarian lingkungan.

Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, menyebabkan masyarakat lebih pintar dan selektif untuk membeli produk (smart consumer).

Perusahaan yang pintar akan memandang isu lingkungan hidup sebagai peluang bukan dijadikan suatu ancaman karena hal ini dapat digunakan sebagai strategi pemasaran untuk memuaskan kebutuhan maupun keinginan konsumen. Hal ini sejalan dengan pendapat Dwi Lestari, Yulisetiarini, & Sriono (2015), dimana perusahaan yang sadar terhadap perubahan sikap masyarakat akan menjadikan isu- isu lingkungan hidup sebagai salah satu strategi pemasarannya atau yang dikenal dengan konsep pemasaran hijau atau green marketing. Beberapa penelitian tentang pemasaran hijau mengatakan bahwa environmental atau green marketing merupakan sebuah pendekatan strategi pemasaran yang menjadi perhatian banyak pihak mulai akhir abad 20 (Balawera 2013).

Menurut Putripeni, Suharyono, dan Kusumawati (2014) Strategi green marketing membentuk citra positif merek produk dan menjadi panutan guna beradaptasi dengan perilaku konsumen, sehingga mempengaruhi keputusan pembelian produk yang disediakan. green marketing merupakan sebuah evolusi meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap era baru pemasaran, dimana orang akan lebih ramah terhadap produk ramah lingkungan demi keberlangsungan hidup yang lebih baik (Osiyo dan Samuel 2018). Konsep green marketing menjadi salah satu strategi dalam pemasaran serta membutuhkan perhatian khusus bagi

(2)

2

perusahaan yang memiliki dampak untuk mengurangi kerusakan lingkungan.

Namun, beberapa perusahaan enggan menerapkan konsep green marketing dalam pemasaran produk karena produk yang ramah lingkungan, terbarukan, serta dapat didaur ulang pada umumnya dijual dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Kennedy dan Soemanagara (2006), dimana penelitian ini menemukan teknologi produk baru yang ramah lingkungan memerlukan investasi yang sangat besar.

Konsumen yang mempunyai citra positif terhadap merek, akan memungkinkan melakukan pembelian suatu produk. Jika suatu perusahaan memiliki ciri khas tersendiri dari suatu produk yang dimiliki maka dapat membedakan dengan produk yang dimiliki pesaing, yang disebut dengan brand image (Soedarmono et al. 2017). Image adalah persepsi yang relatif memiliki konsisten dalam jangka panjang (Simamora H 2004). Salah satu cara untuk meningkatkan pangsa pasar dan menjangkau konsumen baru yaitu dengan menanamkan brand image yang baik di mata konsumen. Wang dan Tsai (2014), berpendapat bahwa dengan adanya brand image akan meningkatkan niat pembelian produk. Seorang pemasar, yang memperhatikan kebutuhan serta keinginan dari konsumen serta berusaha untuk memenuhi secara lebih baik dari yang dilakukan oleh pesaing akan memperoleh loyalitas dari konsumen dan memperoleh laba serta berjangka panjang bagi perusahaan (Putra dan Sulistyawati 2015).

Selain itu, dengan adanya komunikasi word of mouth seseorang akan mudah percaya dengan suatu produk dan akan membentuk suatu minat beli konsumen.

Hermawan (2017) menyatakan jika komunikasi word of mouth merupakan informasi dalam bentuk pesan lisan tentang penilaian suatu produk dan jasa yang pernah dialami oleh pembeli yang kemudian disampaikan oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Mowen dan Minor (2002) yang mengemukakan bahwa komunikasi yang dilakukan dari mulut ke mulut akan mengarah adanya pertukaran komentar, pemikiran, ataupun ide diantara konsumen. Terjadinya word of mouth diyakini mampu mendorong minat beli konsumen, bisa mempengaruhi kelompok maupun komunitas, efisien karena tidak memerlukan biaya yang besar (low cost), menciptakan image positif bagi produk, serta emosi konsumen dapat tersentuh (Kumala & Benazir 2012). Mahendrayasa et al. (2014) berpendapat jika keputusan

(3)

3

pembelian konsumen dapat terjadi karena adanya beberapa faktor dan salah satunya yaitu word of mouth yang dapat menciptakan minat beli. Menurut Hakim (2017) Minat beli adalah kecenderungan konsumen untuk membeli produk atau melakukan tindakan yang berkaitan dengan keputusan pembelian, diukur dari tingkat probabilitas konsumen melakukan pembelian. Minat beli berbeda dengan niat beli, minat beli merupakan tindak lanjut dari niat beli dimana konsumen memiliki persentase dengan keyakinan besar untuk membeli (Saputra 2018).

Tabel 1.1

Top Brand Index Kategori AMDK Tahun 2019-2021

Merek TBI

2019

TBI 2020

TBI 2021

AQUA 61.0% 61.5% 62.5%

Ades 6.0% 7.8% 7.5%

Club 5.1% 6.6% 5.8%

Le Minerale 5.0% 6.1% 4.6%

Cleo 4.7% 3.7% 3.7%

Sumber: (https://www.topbrand-award.com)

Dari tabel 1.1 dapat diperoleh informasi hasil dari Top Brand Index pada tahun terakhir yaitu 2021 bahwa air minum merek Ades sebanyak 5.7%. Di peringkat kedua air mineral AQUA sebanyak 62.5%, ketiga yaitu Club sebanyak 5.8%, keempat yaitu Le Minerale sebanyak 4.6 % dan kelima yaitu Cleo sebanyak 3.7%.Le Minerale merupakan salah satu produsen air minum yang bersaing agar mampu memimpin pangsa pasar dalam bisnis AMDK di Indonesia. Oleh sebab itu, tuntutan untuk selalu menjadi terbaik menjadi komitmen organisasi agar pengguna air minum tetap setia untuk selalu mengkonsumsi air minum Le Minerale. Di Indonesia Le Minerale sedang gencar untuk menjalankan konsep Green Marketing, Le Minerale diproduksi oleh PT Tirta Fresindo Jaya. Untuk mendukung pengelolaan sampah plastik, PT Tirta Fresindo Jaya berkomitmen untuk menyusun roadmap pembangunan plastik yang berkelanjutan. Dimulai dari bahan baku hingga limbah akan dikelola dengan baik serta mendukung kelestarian lingkungan.

(4)

4

Sebagai contoh program go green yang diluncurkan oleh Le Minerale yaitu lewat Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo. Le Minerale bekerja sama dengan Indonesian Waste Platform (IWP) dan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI). Dalam kegiatan ini, Le Minerale melakukan gerakan mengumpulkan, memilah, dan mengolah sampah plastik menjadi produk yang bernilai ekonomis serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi (leminerale.com) . Selain itu, pada tahun 2020 salah satu produk Le Minerale yaitu galon sekali pakai 15 liter menjadi trending topik yang diperbincangkan di tengah masyarakat karena dinilai tidak ramah lingkungan. Namun hal tersebut hanya opini tidak benar karena Galon sekali pakai Le Minerale terbuat dari bahan PET dengan kode resin 1 yang artinya mudah untuk di daur ulang serta kemasan galon sekali pakai akan mudah proses perputaran dalam siklus daur ulang (Situmorang 2020). Memang jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya, plastik PET merupakan plastik yang ramah lingkungan dikarenakan mudah untuk di daur ulang, hal ini yang membawa Galon Le Minerale menyematkan kata “ECO 100% Recyclable”. Berdasarkan uraian diatas, riset ini menarik untuk diteliti dan perlu untuk mengetahui bagaimana green marketing, brand image, word of mouth yang nantinya berpengaruh terhadap minat beli pelanggan.

Beberapa riset terdahulu yang dilakukan oleh Agustin et al. (2015) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara variabel green marketing terhadap variabel minat beli pada produk Tupperware. Namun penelitian dari Samudra dan Rofiq (2019) menunjukkan bahwa green marketing tidak berpengaruh terhadap minat beli pada perusahaan property di Malang. Menurut Hakim (2017) bahwa variabel brand image berpengaruh terhadap variabel minat beli pada bimbel Tridaya. Namun penelitian yang dilakukan oleh Cece (2015) menyebutkan bahwa variabel brand image tidak berpengaruh terhadap minat beli pada konsumen sepatu Macbeth di Sogo Galaxy Mall Surabaya. Penelitian yang dilakukan oleh Mahendrayasa et al, (2014) menunjukkan bahwa word of mouth terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli kartu GSM “IM3”. Namun penelitian dari Febryanti & Hasan (2022) word of mouth tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli pada usaha makanan online nasi madura Pantry’s Kota Pasuruan.

Perbedaan penelitian ini dari sebelumnya yaitu dari objek penelitian karena riset ini

(5)

5

meneliti produk air minum dalam kemasan, dimana merek Le Minerale salah satu AMDK yang populer di kalangan masyarakat. Meskipun bermunculan merek air mineral lainnya namun Le Minerale berusaha untuk mempertahankan eksistensinya di pasar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan topik penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat pengaruh Green Marketing terhadap minat beli pada produk Le Minerale?, (2) Apakah terdapat pengaruh pengaruh Brand Image terhadap minat beli pada produk Le Minerale?, (3) Apakah terdapat pengaruh Word Of Mouth terhadap minat beli pada produk Le Minerale?. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk menguji pengaruh Green Marketing terhadap minat beli pada produk Le Minerale, (2) Untuk menguji pengaruh Brand Image terhadap minat beli pada produk Le Minerale, (3) Untuk menguji pengaruh Word Of Mouth terhadap minat beli pada produk Le Minerale. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan agar perusahaan AMDK merek Le Minerale menjadikan sumber informasi untuk kinerja perusahaan agar kedepannya jauh lebih baik dan lebih maksimal dalam melayani masyarakat. Manfaat praktik dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang akan datang khususnya berkaitan dengan Green Marketing.

(6)

6

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

GREEN MARKETING

Green Marketing mulai berkembang sejalan dengan banyaknya masyarakat yang sadar akan menurunnya kualitas lingkungan sehingga dapat memberikan dampak yang buruk, hal tersebut membuat masyarakat mulai menuntut pertanggungjawaban dari pelaku bisnis, terutama pelaku bisnis yang berkemungkinan dapat merusak lingkungan. Green marketing merupakan strategi pemasaran yang ramah lingkungan dimana perusahaan tidak hanya memikirkan tentang keuntungan perusahaan saja, tetapi juga dampak yang akan ditimbulkan pada lingkungan sekitar (Kurniadin et al. 2021). Polonsky (1994), Green marketing merupakan segala aktifitas yang didesain untuk memfasilitasi kebutuhan dan keinginan manusia dalam menciptakan kepuasan pelanggan atau konsumen, dengan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Green marketing merupakan strategi pemasaran ramah lingkungan dengan segala aktivitas perusahaan dengan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.

Green marketing tidak hanya sebatas pada aktivitas pemasaran dan karakteristik produk yang dihasilkan saja, namun juga pada proses dan teknik (Osiyo & Samuel 2018). Strategi green marketing yang dikembangkan oleh perusahaan dalam mengembangkan produknya akan berdampak baik bagi perusahaan dalam jangka panjang dan dapat mensejahterakan masyarakat pada umumnya (Rachmawati & Hasbi 2020). Menurut beberapa pendapat diatas green marketing mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh (Osiyo & Samuel 2018) green marketing mencangkup aktivitas pemasaran, karakteristik produk, teknik serta proses produksinya, sehingga memberikan manfaat yang baik bagi produk dan perusahaan. Green marketing dengan konsistensi dari semua aktivitas yang mendesain pelayanan dan fasilitas untuk kepuasan dan kebutuhan manusia, dengan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan alam. Dengan memproduksi barang yang ramah lingkungan seperti penggunaan bahan dan cara pengolahannya sehingga dapat menjadikan produk diterima dengan cepat oleh masyarakat.

Elemen-elemen dimensi dari green marketing terdiri dari 1. Produk ramah lingkungan, produk yang dapat digunakan kembali atau didaur ulang. 2. Tempat

(7)

7

Ramah Lingkungan, Saluran distribusi produk harus menerapkan solusi desain ramah lingkungan. 3. Promosi Ramah Lingkungan, perusahaan berinisiatif untuk menjadi green company melalui promosi ataupun sponsor. 4. Promosi dapat mengubah kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi air mineral (Osiyo &

Samuel 2018).

BRAND IMAGE

Menurut Sangadji, Etta dan Sopiah (2013) Brand image atau citra merek adalah seperangkat gambaran unik yang ingin diciptakan atau dipertahankan oleh perusahaan. Brand image dianggap sebagai organisasi dengan karakteristik atau kegiatan budaya yang membedakannya dari pesaing lainnya (Camarero et al. 2010;

Kim & Choe 2018). Menurut Nasution et al. (2020) Citra merek adalah pengamatan dan kepercayaan yang digenggam konsumen, seperti yang dicerminkan di asosiasi atau di ingatan konsumen. Sehingga dapat disimpulkan citra merek merupakan gambaran unik yang ingin diciptakan atau dipertahankan oleh perusahaan untuk membedakan produk atau jasa dari pesaing melalui karakteristik atau kegiatan budaya sehingga akan lebih mudah diingat oleh konsumen. Brand image dapat dilihat sebagai alat komunikasi (langsung maupun tidak langsung) dan dapat dilakukan evaluasi secara identitas (Radon 2012).

Sebuah merek dengan citra yang kuat dalam menempatkan titik diferensiasi bagi konsumen akan menghasilkan pendapatan financial yang lebih tinggi (Hussey

& Duncombe 1999). Menurut Hisam et al. (2020) Brand image merupakan persepsi dan kepercayaan konsumen, yang tercatat dalam ingatan konsumen ketika mereka pertama kali mendengar pepatah untuk diingat dan konsumen pun mengingat pepatah tersebut. Menurut beberapa pendapat diatas brand image mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Hisam et al. (2020) brand image merupakan pepatah yang diciptakan oleh perusahaan yang tercatat dalam ingatan konsumen sehingga mudah diingat. Gambaran unik yang diciptakan oleh perusahaan memberikan ciri khas tersendiri dari suatu produk yang membedakan dengan produk pesaing. Ciri khas tersebut juga mudah diingat oleh konsumen sehingga apabila perusahaan memiliki citra yang baik, maka akan berdampak baik terhadap penilaian masyarakat sebagai konsumen, masyarakat akan semakin percaya terhadap produk yang ditawarkan Sebaliknya, masyarakat akan enggan

(8)

8

menggunakan atau membeli produk yang ditawarkan perusahaan karena dampak dari citra yang buruk yang mempengaruhi penilaian masyarakat. Dimensi-dimensi yang dikutip dari Hisam et al. (2020) yaitu 1) mudah dikenali, barang atau produk dari perusahaan mudah dikenali konsumen. 2) memiliki reputasi yang baik, produk yang ditawarkan memiliki reputasi yang baik 3) selalu diingat, produk tersebut selalu diingat oleh konsumen. 4) Identitas Merek, sesuatu yang bersifat nyata (tangible) dan menarik bagi konsumen.

WORD OF MOUTH

Menurut Thalib (2020) Word Of Mouth diartikan sebagai suatu hal yang dibicarakan oleh banyak orang dan terjadi karena adanya suatu masalah atau kontroversi baik masalah yang positif maupun negatif. Word of mouth atau biasa disebut dengan promosi dari mulut ke mulut secara tidak langsung akan menjadi media atau alat promosi yang menarik karena manusia merupakan makhluk sosial yang sering berinteraksi dan berbagi informasi satu sama lain termasuk masalah preferensi pembelian. Adapun pendapat lain dari Rembon et al. (2018) bahwa word of mouth merupakan strategi promosi dalam bisnis yang menggunakan manusia sebagai media promosi untuk meningkatkan kesadaran produk dan menghasilkan tingkat penjualan tertentu. Word of mouth merupakan sebuah rekomendasi dari satu individu ke individu lain terhadap suatu barang dan jasa. Jadi menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa word of mouth merupakan rekomendasi atau komentar yang disebarkan oleh konsumen berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak lain terhadap suatu produk atau jasa tertentu.

Word of mouth merupakan pandangan atau penilaian terhadap produk atau jasa, baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan memberikan informasi secara personal. Word of mouth merupakan salah satu strategi yang efektif dan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan produk atau jasa, selain itu word of mouth juga dapat membangun rasa kepercayaan pelanggan (Joesyiana. 2018). Word of mouth adalah Kegiatan pemasaran melalui perantara orang ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun lewat alat komunikasi elektronik yang terhubung internet yang didasari oleh pengalaman atas produk, layanan dan merek (Kotler & Keller 2007).

(9)

9

Menurut beberapa pendapat diatas word of mouth mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh (Kotler & Keller 2007). Komunikasi melalui word of mouth, konsumen akan bercerita baik komunikasi secara lisan, tulisan maupun alat komunikasi elektronik lainnya mengenai pengalamannya menggunakan suatu produk, layanan dan merek dari suatu perusahaan kepada orang lain. Informasi- informasi tersebut berupa penilaian atau pandangan terhadap suatu produk barang dan jasa kepada orang – orang apakah produk atau jasa tersebut layak dikonsumsi atau tidak bagi para calon konsumen lainnya. Karena Word of mouth dapat membangun rasa kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga strategi melalui word of mouth menjadi salah satu strategi yang efektif dalam mempengaruhi minat konsumen. Menurut Kotler

& Keller (2007), word of mouth dapat diukur dengan menggunakan dimensi- dimensi, pertama Kemauan konsumen dalam membicarakan hal-hal positif tentang kualitas pelayanan perusahaan kepada orang lain, kedua Rekomendasi jasa perusahaan kepada orang lain, ketiga Dorongan terhadap teman atau relasi untuk melakukan pembelian terhadap jasa.

MINAT BELI

Minat beli merupakan serangkaian aktivitas terlebih dahulu sebelum pada akhirnya konsumen menentukan pilihannya terhadap barang maupun jasa yang akan dibeli (Kurniadin et al. 2021). Andini & Astuti (2015) mengatakan bahwa minat beli juga dipengaruhi oleh faktor dari luar, yaitu berupa rayuan, ajakan, maupun pemberitahuan yang diberikan oleh lingkungan, sehingga mampu menimbulkan keinginan untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan aktivitas pemilihan produk yang berupa barang maupun jasa yang terdiri dari berbagai bentuk, ukuran maupun merek dimana keinginan yang muncul karena adanya dorongan dari luar berupa ajakan ataupun tawaran untuk menggunakan suatu produk berupa barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada masyarakat sebagai konsumen.

Minat beli merupakan salah satu perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan menggunakan jasa maupun barang. Menurut Hisam et al, (2020) Minat beli merupakan keinginan seseorang untuk memiliki atau membeli barang atau produk yang sering kali dikompori seperti insentif dan pertimbangan lainnya. Mengacu

(10)

10

pada definisi yang dikemukakan Hisam et al. (2020), yaitu perilaku konsumen yang muncul akibat respon terhadap objek yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Sehingga pada dasarnya jika seseorang ingin membeli suatu barang atau jasa seringkali dikompori seperti insentif dan pertimbangan lainnya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut seperti manfaat apa yang akan diterima apabila konsumen membeli produk tersebut. Apabila seseorang sudah yakin terhadap manfaat produk, hal tersebut akan menimbulkan rasa keinginan untuk memiliki produk tersebut. Seseorang yang berkeinginan untuk memiliki suatu barang, mereka akan membayar atau menukarnya dengan uang.

Minat beli dapat diidentifikasi melalui beberapa dimensi, pertama yaitu Minat transaksional yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. Kedua, minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. Ketiga, Minat eksploratif merupakan gambaran perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi yang positif untuk mendukung sifat- sifat produk tersebut. Keempat, yaitu Minat Tidak Pindah ke Pesaing, artinya setia terhadap produk tertentu (Hisam et al. 2020).

PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP MINAT BELI Strategi green marketing dapat diposisikan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan yang menawarkan pemeliharaan lingkungan hidup melalui penggunaan energi alternatif, pengelolaan limbah sisa produksi dan pemilihan material bahan baku yang berkualitas. Green marketing sebagai strategi pemasaran yang bertanggung jawab sosial memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan dan memiliki poin nilai lebih dibandingkan strategi konvensional. Keunggulan strategi green marketing akan membuat seseorang lebih percaya dengan suatu produk yang dapat membentuk minat beli konsumen (Haryoko & Ali 2019)

Perusahaan dengan konsep green marketing lebih banyak disukai oleh konsumen, khususnya konsumen yang mulai beralih melakukan pembelian produk ramah lingkungan. Bradley (2007) menyatakan bahwa green product lebih disukai sehingga harus dikonstruksi sedemikian rupa, hal tersebut dilakukan supaya produk dapat didaur ulang dan digunakan kembali. Osiyo & Samuel (2018) menyatakan

(11)

11

bahwa harga mahal pada suatu produk memiliki nilai lebih, berupa bentuk performa, fungsi , desain, daya tarik visual atau rasa yang lebih baik. Sebuah promosi maupun sponsor yang ramah lingkungan juga diperlukan, seperti ajakan atau komunikasi perusahaan untuk menjadi green company kepada konsumen dan karyawan. Di tengah-tengah isu lingkungan saat ini, kesadaran komunitas dunia akan pentingnya perlindungan lingkungan yang semakin meningkat didorong oleh ketakutan akan potensi bencana lingkungan yang mengancam tidak hanya kesehatan, tetapi juga kehidupan (Hisam et al. 2020). Oleh karena itu strategi green marketing akan memberikan citra positif terhadap perusahaan yang mulai melakukan kegiatan yang berorientasi terhadap lingkungan sehingga dapat menarik minat beli suatu produk. (Kurniadin et al. 2021), (Rachmawati & Hasbi 2020), (Hisam et al. 2020), (Haryoko & Ali 2019) dan (Agustin et al. 2015) menemukan Green Marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli.

H1 : Green Marketing berpengaruh signifikan terhadap minat beli PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP MINAT BELI

Strategi untuk memenangkan persaingan salah satunya menggunakan strategi merek. Strategi yang digunakan untuk memperkuat merek produk perusahaan dimata konsumen, sehingga dapat digunakan sebagai pembeda antara produk sejenis. Tanpa adanya merek yang kuat maka produk tidak akan dikenal di masyarakat sehingga tidak meningkatkan minat beli terhadap produk tersebut, hal tersebut akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan (Ambarwati. 2015). Jika suatu perusahaan memiliki image yang baik maka akan berdampak baik bagi perusahaan, karena hal tersebut akan dinilai baik oleh masyarakat. Masyarakat akan semakin percaya terhadap produk yang ditawarkan perusahaan sehingga dapat meningkatkan minat beli terhadap produk tersebut.

Konsumen menganggap bahwa merek dapat memberikan nilai tambah bagi mereka, dikarenakan adanya persepsi yang menimbulkan ketertarikan akan produk tersebut sehingga mereka akan membelinya. Sehingga perusahaan harus mampu memberikan citra produk yang baik supaya dipandang positif dan mudah diingat oleh konsumen karena citra produk memberikan dampak pada persepsi konsumen yang dapat mempengaruhi minat beli. Penelitian yang dilakukan oleh (Haryoko &

(12)

12

Ali 2019), (Kurniadin et al. 2021), (Rachmawati & Hasbi 2020) dan (Hakim 2017) menemukan Brand Image berpengaruh signifikan terhadap minat beli.

H2 : Brand Image berpengaruh signifikan terhadap minat beli.

PENGARUH WORD OF MOUTH TERHADAP MINAT BELI

Seorang konsumen akan mencari informasi lebih lanjut mengenai produk atau jasa yang akan dibeli, informasi tersebut dapat diperoleh melalui media sosial, iklan yang dikeluarkan perusahaan maupun informasi yang didapat dari konsumen lain yang pernah menggunakan produk atau jasa (pengalaman konsumen). Pada kenyataanya seseorang akan lebih mempercayai pendapat orang lain berdasarkan pengalaman yang mereka dapat dibandingkan dengan iklan yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan (Nurvidiana 2015).

Interaksi yang dilakukan antar individu dalam proses penyebaran informasi (word of mouth) dapat mempengaruhi minat beli seseorang dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan sebuah produk atau jasa. Hal ini dipertegas oleh pendapat (Aries & Sunarti 2018) yang menyatakan word of mouth berpengaruh sangat besar, melalui informasi dan saran yang diterima berpengaruh positif terhadap minat beli. Hal tersebut terjadi karena fenomena word of mouth diyakini dapat mendorong minat beli seorang konsumen, mempengaruhi komunitas, efisien karena tidak memerlukan biaya yang besar, menciptakan image positif bagi produk dan menyentuh emosi konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Mahendrayasa et al. (2014) , (Powa et al. 2018) dan (Kurniawan et al. 2019) menemukan word of mouth berpengaruh signifikan terhadap minat beli.

H3 : Word of Mouth berpengaruh signifikan terhadap minat beli.

(13)

13

Gambar 1 Kerangka Berpikir Dikembangkan dalam Penelitian (2021) Green

Marketing (X1)

Brand Image (X2)

Minat Beli (Y)

H1

H2

H3

Word Of Mouth (X3)

(14)

14

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat asosiatif dengan pendekatan kuantitatif (Siyoto & Sodik 2015). Penelitian bersifat asosiatif merupakan rumusan masalah yang menanyakan dua variabel atau lebih (Siyoto & Sodik 2015). Pendekatan kuantitatif merupakan metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial.

Pengukuran dapat dilakukan dengan menjabarkan setiap fenomena sosial kedalam beberapa komponen tertentu yaitu Populasi dari penelitian ini adalah pelanggan atau konsumen yang mengkonsumsi AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) merek Le Minerale di Salatiga. Penelitian ini memiliki populasi yang terlalu besar maka untuk mengetahui jumlah sampel menggunakan perhitungan dari Hair JF, William CB dan Barry JB (2010) dimana setiap indikator pada variabel minimal dikalikan 5. Adapun indikator dari penelitian ini yaitu sejumlah 17 indikator, dan dikalikan 5 jumlahnya sebesar 85. Maka pada penelitian ini membutuhkan jumlah responden minimal 85 responden,

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling, komponen masalah, variabel dan indikator (Siyoto & Sodik 2015). Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel independent yaitu Green Marketing (X1), Brand Image (X2) dan Word Of Mouth (X3) serta satu variabel dependent yaitu minat beli (Y).

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah pelanggan atau konsumen yang mengkonsumsi AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) merek Le Minerale di Salatiga. Penelitian ini memiliki populasi yang terlalu besar maka untuk mengetahui jumlah sampel menggunakan perhitungan dari Hair JF, William CB dan Barry JB (2010) dimana setiap indikator pada variabel minimal dikalikan 5.

Adapun indikator dari penelitian ini yaitu sejumlah 22 indikator, dan dikalikan 5 jumlahnya sebesar 110. Maka pada penelitian ini membutuhkan jumlah responden minimal 110 responden.

(15)

15

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling, yang dimana sampel dipilih berdasarkan karakteristiknya (Siyoto &

Sodik 2015). Karakteristik tersebut antara lain: (1) Konsumen yang mengetahui program Green Marketing pada AMDK Le Minerale. (2) Konsumen yang mengetahui Brand Image atau slogan yang dimiliki produk AMDK Le Minerale.

(3) Konsumen yang berdomisili di Salatiga.

Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan langsung oleh peneliti. Pengambilan data diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner dengan google form secara tidak langsung (Siyoto & Sodik 2015). Teknik pengumpulan data yang menggunakan kuesioner sendiri, dilakukan dengan cara responden mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti melalui link dan kemudian responden mengembalikan jawabannya kepada peneliti. Teknik pengukuran yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu mengukur pendapat orang ialah skala Likert.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data pada penelitian ini antara lain yaitu pengambilan data dilakukan dengan membagikan link kuesioner melalui Whatsapp, instastory, Line, dan bio Instagram serta memberikan penjelasan bahwa responden yang diperbolehkan mengisi adalah masyarakat yang terdiri dari pekerja, dosen, maupun mahasiswa aktif yang berada di Kota Salatiga dan telah membeli AMDK Le Minerale.

Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel

Penelitian Definisi Operasional Variabel Dimensi Sumber

Green Marketing (X1)

Green Marketing merupakan strategi pemasaran yang ramah lingkungan dimana perusahaan tidak hanya memikirkan tentang keuntungan perusahaan saja, tetapi juga dampak yang akan ditimbulkan pada lingkungan sekitar.

a) Produk ramah lingkungan

(Kurniadin et al, 2021) b) Tempat Ramah

Lingkungan

c) Promosi Ramah Lingkungan

d) Promosi dapat

(16)

16

mengubah kebiasaan konsumen

mengkonsumsi air mineral

Brand Image (X2)

Brand Image atau citra merek adalah gambaran unik yang ingin diciptakan atau dipertahankan oleh perusahaan untuk memberikan ciri khas tersendiri dari suatu produk.

a) Mudah dikenali

(Hisam et al, 2020)

b) Memiliki reputasi baik c) Selalu diingat

d) Identitas Merek

Word Of Mouth (X3)

Word Of Mouth adalah Kegiatan pemasaran melalui perantara orang ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun lewat alat komunikasi elektronik yang terhubung internet yang didasari oleh pengalaman atas produk, layanan dan merek

a) Menceritakan hal positif

(Kotler, P., &

Keller, 2007) b) Merekomendasikan

kepada orang lain.

c) Dorongan terhadap teman atau relasi

Minat Beli (Y)

Minat beli merupakan keinginan seseorang untuk memiliki atau membeli barang atau produk yang sering kali dikompori seperti insentif dan pertimbangan lainnya.

a) Minat transaksional,

(Hisam et al, 2020)

b) Minat referensial, c) Minat eksploratif d) Minat Tidak Pindah ke Pesaing

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS. Variabel yang akan diuji dalam penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu Green Marketing, Brand Image dan Word Of Mouth sedangkan variabel terikat yaitu minat beli. Bentuk persamaan sebagai berikut:

𝑌 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1+ 𝛽2𝑋2+ 𝛽3𝑋3+ 𝛼 + 𝜀 Keterangan:

𝛼 = Konstanta

𝛽1,𝛽2,𝛽3 = Koefisien Regresi

(17)

17

𝑌 = Minat Beli

𝑋1 =Green Marketing

𝑋2 =Brand Image

𝑋3 =Word Of Mouth

𝜀 = Error

Teknik Analisis Data Tahap Uji Instrumen

Uji instrumen ini dilakukan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas, teknik pengujian tersebut sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya sebuah item pertanyaan kuesioner dengan membandingan nilai r hitung dan r tabel. Item pertanyaan kuisioner bisa dikatakan valid apabila r hitung > r tabel dan sebaliknya dikatakan tidak valid apabila r hitung < r tabel. (Kurniadin et al.

2021)

Uji Reliabilitas

Uji reabilitas menunjukkan suatu konsistensi, akurasi, dan ketepatan suatu alat ukur delam melakukan sebuah penelitian. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar atau sama dengan 0.60. (Osiyo &

Samuel 2018)

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan untuk memprediksi suatu konstruk terdistribusi normal atau tidak. Hasil pengujian data normal apabila memiliki nilai probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal (Kurniadin et al. 2021)

(18)

18

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang signifikan antara variabel independen (X). Apabila nilai Centered VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model, dan begitu pula sebaliknya (Kurniadin et al. 2021)

Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varian. Penelitian ini menggunakan nilai kritis 0,05 sehingga model terbebas dari heteroskedastisitas apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. (Kurniadin et al. 2021)

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi Linier Berganda Digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel bebas (X) yaitu Green Marketing (X1), dan Brand Image (X2) dan Word Of Mouth(X3) terhadap variabel terikat (Y) yaitu Minat Beli dengan menggunakan program SPSS. (Kurniadin et al. 2021)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

TABEL 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN N

o

Karakteristi

k Kategori Frekuens

i

Persentas e

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 40 36%

Perempuan 70 64%

Total Keseluruhan 110 100%

2 Usia

< 18 tahun 4 4%

18-23 tahun 89 80%

24-29 tahun 14 13%

30 - 39 tahun 2 2%

>40 1 1%

(19)

19

Total Keseluruhan 110 100%

3 Pekerjaan

Pegawai/karyawa

n 38 35%

Pelajar/mahasisw

a 62 57%

Wirausaha 10 8%

Total Keseluruhan 110 100%

4 Gaji

< Rp 500.000 51 46%

Rp1.000,00 16 15%

Rp2.000.000 20 18%

Rp3.000.000 11 10%

> Rp 4.000.000 12 11%

Total Keseluruhan 110 100%

Sumber: Data Primer 2022

Pada penelitian ini terdapat beberapa karakteristik responden pada kuesioner. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1 dimana hasilnya responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42 responden (36%) dan perempuan sebanyak 73 responden (64%). Untuk karakteristik usia yang paling dominan pada kategori usia 18-23 tahun sebanyak 90 responden (80%), lalu diikuti usia kategori 24-29 tahun sebanyak 15 responden (13%). Karakteristik pekerjaan yang paling dominan pada kategori pelajar atau mahasiswa berjumlah 65 responden (57%), diikuti oleh kategori pegawai atau karyawan berjumlah 40 responden (35%).

Karakteristik penghasilan paling dominan pada kategori penghasilan sebanyak <

Rp 500.000 berjumlah 51 responden (46%), selanjutnya kategori penghasilan sebanyak Rp 2.000.000 berjumlah 20 responden (18%).

(20)

20 ANALISIS DESKRIPTIF

TABEL 4.2 TABEL DESCRIPTIVE STATISTIC

Variabel Mean Min Max Standard

Deviation

GREEN MARKETING

(X1) 20,17 13 25 2,97223

Brand Image(X2) 34,69 14 40 4,22674

WORD OF MOUTH (X3) 14,48 7 20 3,38102

MINAT BELI 18,36 6 25 4,17032

Sumber: Data Primer 2022

Analisis deskriptif merupakan ilmu statistik guna menyusun dan menyajikan data pada suatu penelitian (Wahyono 2013). Analisis ini terdiri dari nilai standar deviasi, nilai minimal, nilai maksimal dan mean yang dapat dilihat pada tabel 4.2. Nilai standar deviasi untuk X1 (Green Marketing) adalah sebesar 2,97223, Nilai minimumnya adalah 13, Nilai Maximum X1 sebesar 25 dan Nilai rata-rata X1 sebesar 20,27 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata.

Nilai standar deviasi untuk X2 (Brand Image) adalah 4,22674, Nilai minimumnya X2 adalah 13, Nilai Maximum sebesar 35 dan Nilai rata-rata sebesar 34,79 yang artinya nilai rata-ratanya lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah artinya penyebaran nilainya merata.

Nilai standar deviasi untuk X3 (Word Of Mouth) adalah 3,38102, Nilai minimumnya X3 adalah 7 , Nilai Maximum sebesar 20 Nilai rata-rata sebesar 14,6 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata. Nilai standar deviasi untuk Y (Minat Beli) adalah 4,17032, Nilai minimumnya Y sebesar 6, Nilai

(21)

21

Maximum sebesar 25 Nilai rata-rata sebesar 18,53 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah artinya penyebaran nilainya merata.

Hasil penelitian dicari nilai rata-ratanya, peneliti akan menganalisis berdasarkan nilai mean pada indikator dari setiap variabel dan akan mengelompokkannya ke dalam 5 kategori. Pada penelitian ini nilai maksimum sebesar 5, dan nilai minimumnya sebesar 1, sehingga diperoleh rentang nilai rata- ratanya adalah 0.8.

Table 4.3 Rumus rata-rata

Nilai rata-rata = (nilai Maksimum – nilai minimum) Jumlah kategori

= (5−1) 5

= 0,8

Dari pembagian range tersebut, maka tafsiran nilai rata-rata dibagi menjadi 5 kelompok sebagai berikut

Table 4.4 Tafsiran Nilai Rata-Rata

Interval Kriteria

4,21 – 5,00 Sangat Tinggi

3,41 – 4,20 Tinggi

2,61 – 3,40 Sedang

1,81 – 2,60 Rendah

1,0 - 1,80 Sangat Rendah

Table 4.5 Analisis Deskriptif Green Marketing

1

Produk AMDK Le Minerale menggunakan bahan mineral alami yang bermanfaat bagi tubuh ( kalsium,

4,14 Tinggi

(22)

22

magnesium, sodium, potassium, bikarbonat, sulfat, dan klorida )

2 Produk AMDK Le Minerale memiliki

Kemasan yang mudah terurai 3,67 Tinggi 3 Produk AMDK Le Minerale memiliki

kemasan yang bebas dari BPA 3,85 Tinggi

4

Produk AMDK Le Minerale memiliki promosi sebagai produk AMDK yang peduli akan lingkungan

4,06 Tinggi

5

Produk Le Mineral memiliki promosi akan kesehatan yang mengajak konsumen untuk berpola hidup sehat salah satunya dengan lebih banyak mengkonsumsi air mineral untuk mencukupi asupan cairan harian tubuh

4,45 Sangat Tinggi

Rata-rata 4,03 Tinggi

Sumber: Data Primer 2022

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tertinggi variabel Green Marketing adalah sebesar 4,45 dengan kategori Sangat tinggi pada pernyataan

“Produk Le Mineral memiliki promosi akan kesehatan yang mengajak konsumen untuk berpola hidup sehat salah satunya dengan lebih banyak mengkonsumsi air mineral untuk mencukupi asupan cairan harian tubuh” sedangkan nilai rata-rata terendah adalah sebesar 3,67 dengan pernyataan “Produk AMDK Le Minerale memiliki Kemasan yang mudah terurai” untuk nilai rata-rata keseluruhan variabel Green Marketing sebesar 4,05 dengan kategori tinggi.

Hal ini menunjukan bahwa beberapa responden yang diteliti di Salatiga setuju bahwa Produk Le Mineral memiliki promosi mengenai kesehatan, dimana mereka mengajak konsumen untuk berpola hidup sehat dengan lebih banyak mengkonsumsi air mineral supaya asupan cairan harian tubuh tercukupi. Produk AMDK Le Minerale juga peduli akan lingkungan dimana memiliki Kemasan yang mudah terurai dan bebas dari BPA serta menggunakan bahan mineral alami yang

(23)

23

bermanfaat bagi tubuh ( kalsium, magnesium, sodium, potasium, bikarbonat, sulfat, dan klorida ).

Table 4.6 Analisis Deskriptif Brand Image 1 Menurut saya desain kemasan AMDK Le Minerale

mudah dikenali 4,51 Sangat Tinggi

2 Menurut saya AMDK Le Minerale sudah dikenal

banyak orang 4,35 Sangat Tinggi

3 Menurut saya Produk AMDK Le Minerale memiliki

reputasi yang baik 4,30 Sangat Tinggi

4 Menurut saya Merek Le Minerale mudah diingat 4,42 Sangat Tinggi 5 Menurut saya Merek Le Mineral memiliki slogan

yang selalu diingat 4,21 Sangat Tinggi

6 Menurut saya Merek Le Minerale mempunyai ciri

khas 4,30 Sangat Tinggi

7 Menurut saya Produk AMDK Le Minerale dikembangkan di pabrik yang berteknologi tinggi

4,25 Sangat Tinggi 8 Menurut saya Merek Le Minerale mampu bersaing

dengan AMDK sejenis merk lain 4,36 Sangat Tinggi

Rata-

rata 4,34

Sumber: Data Primer 2022

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tertinggi variabel Brand Image adalah sebesar 4,51 dengan kategori Sangat tinggi pada pernyataan “Menurut saya desain kemasan AMDK Le Minerale mudah dikenali” sedangkan nilai rata- rata terendah adalah sebesar 4,21 dengan pernyataan “Menurut saya Merek Le Mineral memiliki slogan yang selalu diingat” untuk nilai rata-rata keseluruhan variabel Brand Image sebesar 4,34 dengan kategori sangat tinggi.

Hal ini menunjukan bahwa beberapa responden yang diteliti di Salatiga setuju bahwa Desain kemasan AMDK Le Minerale mudah dikenali, mudah diingat dan sudah dikenal banyak orang. Le Minerale juga memiliki mempunyai ciri khas seperti slogan yang selalu diingat (Le Minerale ada manis-manisnya gitu). Produk AMDK Le Minerale memiliki reputasi yang baik dan dikembangkan di pabrik yang berteknologi tinggi sehingga mampu bersaing dengan AMDK sejenis merk lain.

(24)

24

Table 4.7 Analisis Deskriptif Word Of Mouth 1

Saya membicarakan kepada orang lain, manfaat apa saja yang saya peroleh jika membeli AMDK merek Le Minerale

3,44 Tinggi

2

Saya mendengar orang lain yang menceritakan kepuasaannya setelah membeli AMDK merek Le Minerale

3,70 Tinggi

3

Saya memberikan rekomendasi kepada teman, sahabat, keluarga bahkan rekan kerja ketika ingin membeli AMDK Le Minerale.

3,60 Tinggi

4 Saya memilih Air mineral merek Le Minerale karena banyak dikonsumsi oleh teman.

3,75 Tinggi Rata-

rata 3,62 Tinggi

Sumber: Data Primer 2022

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tertinggi variabel Word Of Mouth adalah sebesar 3,75 dengan kategori tinggi pada pernyataan “Saya memilih Air mineral merek Le Minerale karena banyak dikonsumsi oleh teman.” sedangkan nilai rata-rata terendah adalah sebesar 3,44 dengan pernyataan “Saya membicarakan kepada orang lain, manfaat apa saja yang saya peroleh jika membeli AMDK merek Le Minerale” untuk nilai rata-rata keseluruhan variabel Word Of Mouth sebesar 3,66 dengan kategori tinggi.

Hal ini menunjukan bahwa beberapa responden yang diteliti membicarakan kepada orang lain, manfaat apa saja yang diperoleh jika membeli AMDK merek Le Minerale dan mendengar orang lain menceritakan kepuasaannya setelah membeli AMDK merek Le Minerale. Responden memilih Air mineral merek Le Minerale karena banyak dikonsumsi oleh teman mereka juga merekomendasikan kepada teman, sahabat, keluarga bahkan rekan kerja untuk membeli AMDK Le Minerale.

Uji Validitas

TABEL 4.8 UJI VALIDITAS

VARIABEL

R- HITUN G

R- TABE L

KETERANGA N

X1.1 0,5757 0,1874 VALID

(25)

25

X1.2 0,5855 0,1874 VALID

X1.3 0,5814 0,1874 VALID

X1.4 0,5442 0,1874 VALID

X1.5 0,4799 0,1874 VALID

X2.1 0,3832 0,1874 VALID

X2.2 0,5518 0,1874 VALID

X2.3 0,6668 0,1874 VALID

X2.4 0,4858 0,1874 VALID

X2.5 0,4951 0,1874 VALID

X2.6 0,5194 0,1874 VALID

X2.7 0,6693 0,1874 VALID

X2.8 0,6141 0,1874 VALID

X3.1 0,6388 0,1874 VALID

X3.2 0,5837 0,1874 VALID

X3.3 0,6536 0,1874 VALID

X3.4 0,6938 0,1874 VALID

Y1 0,6071 0,1874 VALID

Y2 0,7046 0,1874 VALID

Y3 0,7039 0,1874 VALID

Y4 0,6969 0,1874 VALID

Y5 0,5906 0,1874 VALID

Sumber: Data Primer 2022

Setelah dilakukan pre-test peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah memenuhi kriteria penelitian sebanyak 110 responden. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau sah tidaknya sebuah item pertanyaan dalam kuesioner untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data (Syah 2019). Untuk menguji validitas instrumen penelitian menggunakan rumus product moment pearson correlation.

Uji validitas dari hasil analisis SPSS dapat dilihat pada Corrected Item- Total Correlation, yang kemudian nilai rhitung pada Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan rtabel. Uji validitas membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel dan pernyataan yang dinyatakan valid atau layak jika r-hitung > r- tabel. Nilai r-tabel mengacu pada nilai N-2, sehingga 110-2=108, dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diperoleh nilai r-tabel 0.1874. Hasil dari uji Validitas dapat dilihat pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa semua indikator lebih besar dari 0,1874 sehingga dapat dikatakan valid (Ghozali 2011).

(26)

26 Uji Reliabilitas

TABEL 4.9 Reliability Statistics

VARIABEL Cronbach'

s Alpha KETERANGAN

X1 GREEN MARKETING 0.790 RELIABEL

X2 BRAND IMAGE 0.887 RELIABEL

X3 WORD OF MOUTH 0.832 RELIABEL

MINAT BELI 0.890 RELIABEL

Sumber: Data Primer 2022

Setelah melakukan uji validitas maka dilakukan uji reliabilitas uji ini dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan suatu data. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih dari sama dengan 0,6 (Osiyo & Samuel 2018).

Pada tabel 4.9 hasil uji reliabilitas, dapat dilihat bahwa cronbach’s alpha pada variabel Green Marketing 0,790 > 0,7 artinya data reliabel. Variabel Brand Image nilai cronbach’s alpha 0,887 > 0,7 artinya data reliabel, Variabel Word Of Mouth nilai cronbach’s alpha 0,832 > 0,7 sehingga data reliabel. Variabel minat beli nilai cronbach’s alpha 0,890 > 0,6 sehingga data reliable.

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

TABEL 4.10 UJI NORMALITAS Unstandardized Residual Kolmogorov-Smirnov

Z

,594 Asymp. Sig. (2-tailed) ,873

Sumber: Data Primer 2022

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak (Kurniadin et al. 2021). Berdasarkan tabel diatas maka nilai Kolmogorov-Smirnov Z 0,594 dengan nilai signifikansi 0,873. Hal ini berarti data berdistribusi normal, karena hasil menunjukan Kolmogorov-smirnov lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 (0,594>0,05)

(27)

27 Uji Multikolinearitas

TABEL 4.11 MULTIKOLINIERITAS

Variable Centere

d VIF

Green Marketing 2,077

Brand Image 1,641

Word Of Mouth 1,607

Sumber: Data Primer 2022

Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen karena nilai koefisien korelasi menunjukkan VIF lebih kecil dari nilai kritis (VIF<10) sehingga dikatakan lolos uji multikolinearitas (Kurniadin et al. 2021). Berdasarkan pada tabel diatas dapat dikemukakan bahwa variabel green marketing, brand image, dan word of mouth memiliki nilai VIF < 10 sehingga data hasil penelitian dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

TABEL 4.12 UJI HETEROSKEDASTISITAS

Variable sig.

GREEN MARKETING 0,333

BRAND IMAGE 0,598

WORD OF MOUTH 0,234

Sumber: Data Primer 2022

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mencari pertidaksamaan varian penelitian yang dilakukan (Kurniadin et al. 2021). Dari tabel 4.12 diatas menunjukkan pada variabel Green Marketing hasil sig. sebesar 0,333> 0,05, artinya tidak ada heteroskedastisitas. Pada variabel Brand Image menunjukan nilai sebesar 0,598 >0,05 artinya tidak ada heteroskedastisitas dan pada variabel Word Of Mouth sebesar 0,234 > 0,05 artinya tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga semua variabel memenuhi asumsi bahwa data terbukti homoskedastisitas

Sumber : Data Primer 2022

(28)

28

Berdasarkan Output Scatterplot di atas diketahui bahwa titik-titik data penyebar di atas dan di bawah di sekitar angka 0. titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang, melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Syah 2019).

Uji Analisis Regresi Linier Berganda

TABEL 4.13 ANALISIS REGRESI BERGANDA

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients B

Std.

Error Beta

1 (Constant

)

1,853 1,911

X1 ,046 ,118 ,033

X2 ,068 ,065 ,079

X3 ,913 ,091 ,739

Sumber: Data Primer 2022 1. Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan tabel di bawah diperoleh hasil persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

(29)

29 Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + €

Y = 1,853+ 0,033 X1 + 0,079 X2 + 0,739 X3 + €

Interpretasi dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut:

a) Konstanta (a): nilai konstanta sebesar 1,853 artinya jika tidak ada kenaikan pada variabel Green Marketing, Brand Image dan Word Of Mouth maka minat beli sebesar 1,853.

b) Green Marketing terhadap Minat Beli (Y)

Nilai koefisien pada variabel Green Marketing (X1) bernilai positif sebesar 0,033 artinya setiap kenaikan Green Marketing sebanyak satu satuan maka Minat Beli (Y) juga akan naik sama dengan nilai koefisien regresi

c) Brand Image (X2) terhadap Minat Beli(Y)

Nilai koefisien pada variabel Brand Image (X2) bernilai positif sebesar 0,079 artinya setiap kenaikan Brand Image sebanyak satu satuan maka Minat Beli (Y) juga akan naik sama dengan nilai koefisien regresi

d) Word Of Mouth (X3) terhadap Minat Beli(Y)

Nilai koefisien pada variabel Word Of Mouth (X3) bernilai positif sebesar 0,739 artinya setiap kenaikan Brand Image sebanyak satu satuan maka Minat Beli (Y) juga akan naik sama dengan nilai koefisien regresi.

2. Koefisien Determinasi

TABEL 4.14 ANALISIS R SQUARE

Model Summary Mode

l

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,799a ,638 ,628 2,51285

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 20.0 diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,638. Yang berarti kontribusi yang diberikan oleh kombinasi variabel Green Marketing, Brand Image dan Word Of Mouth terhadap Minat Beli adalah sebesar 63,8%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Berikut adalah hasil uji koefisien determinasi.

(30)

30 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji T)

Tabel 4.15 ANALISIS PENGARUH PARSIAL (UJI T) Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1,853 1,911 ,970 ,334

X1 ,046 ,118 ,033 ,392 ,696

X2 ,068 ,065 ,079 1,050 ,296

X3 ,913 ,091 ,739 9,983 ,000

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Primer 2022

Uji t ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dapat dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan apabila nilai signifikansi <0,05 dan nilai thitung> dari nilai ttabel. Sedangkan nilai ttabel diketahui dengan ketentuan df = n-2 dengan nilai 1,98217. Hasil pengujian adalah sebagai berikut:

1) Green Marketing (X1)

Dari hasil perhitungan di atas terlihat nilai signifikansi pada Green Marketing (X1) menunjukkan angka 0,696 lebih besar dari 0,05 (0,696 >0,05). Sedangkan ttabel diketahui dengan ketentuan df

= n-2 (110-2=108) sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 1,98118.

Berdasarkan tabel di atas nilai thitung bernilai positif sebesar 0,392.

Maka thitung < ttabel (0,392<1,98217) yang artinya hipotesis ditolak yaitu variabel bebas Green Marketing (X1) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Minat Beli (Y).

2) Brand Image (X2)

Dari hasil perhitungan di atas terlihat nilai signifikansi pada Brand Image (X2) menunjukkan angka 0,296 lebih besar dari 0,05 (0,296

> 0,05). Sedangkan ttabel diketahui dengan ketentuan df = n-2 (110- 2 = 108) sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 1,98118. Berdasarkan tabel di atas nilai thitung bernilai positif sebesar 1,050. Maka thitung <

ttabel (1,050<1,98217) yang artinya hipotesis ditolak yaitu variabel

(31)

31

bebas Brand Image (X3) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Minat Beli (Y).

3) Word Of Mouth (X3)

Dari hasil perhitungan di atas terlihat nilai signifikansi pada Brand Image (X2) menunjukkan angka 0,00 lebih kecil dari 0,05 (0,000 <

0,05). Sedangkan ttabel diketahui dengan ketentuan df = n-2 (110- 2=108) sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 1,98118. Berdasarkan tabel di atas nilai thitung bernilai positif sebesar 9,983. Maka thitung <

ttabel (9,983 >1,98217) yang artinya hipotesis diterima yaitu variabel bebas Word Of Mouth (X3) berpengaruh terhadap variabel terikat Minat Beli (Y).

(32)

32

PEMBAHASAN

Green Marketing Berpengaruh Signifikan Terhadap Minat Beli

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Green Marketing berpengaruh terhadap minat beli, ditolak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Green Marketing tidak berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai sebesar 0,696 lebih besar dari 0,05 (0,696 > 0,05), Berdasarkan tabel di atas nilai thitung bernilai positif sebesar 0,392 thitung < ttabel (0,392<1,98118) yang artinya hipotesis ditolak sehingga H1 ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa Green Marketing yang dilakukan oleh AMDK Le Minerale tidak mempengaruhi minat beli konsumen. Berdasarkan nilai rata-rata terendah yang dipilih responden sebesar 3,67 dengan pernyataan “Produk AMDK Le Minerale memiliki Kemasan yang mudah terurai” hal ini diduga dengan munculnya galon sekali pakai yang dikeluarkan oleh Le minerale. Keluarnya produk (AMDK ) berbentuk galon sekali pakai yang didistribusikan oleh AMDK Le Minerale dianggap menambah masalah lingkungan yang disebabkan oleh sampah sekali pakai (single use). Galon sekali pakai diduga dinilai akan meningkatkan timbunan sampah serta bertolak belakang dengan program pemerintah dalam pengurangan sampah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun konsumen telah sadar akan merek AMDK Le Minerale, namun terdapat beberapa faktor yang membuat konsumen tidak memiliki minat beli pada produk AMDK Le Minerale. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Samudra & Rofiq (2019) menyatakan bahwa green marketing tidak berpengaruh terhadap minat beli.

Brand Image Berpengaruh Signifikan Terhadap Minat Beli

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Brand Image berpengaruh terhadap minat beli, ditolak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Brand Image tidak berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai signifikansi 0,296 lebih besar dari 0,05 (0,296 > 0,05), Berdasarkan tabel di atas nilai thitung bernilai positif sebesar 1,306. Maka thitung < ttabel (1,050 < 1,98118) yang artinya hipotesis ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Brand Image yang dilakukan oleh AMDK Le Minerale tidak mempengaruhi minat beli konsumen.

(33)

33

Hal ini menunjukan bahwa Brand Image yang dimiliki oleh AMDK Le Minerale tidak mempengaruhi minat beli. Berdasarkan nilai rata-rata terendah adalah sebesar 4,21 dengan pernyataan “Menurut saya Merek Le Mineral memiliki slogan yang selalu diingat”. Dengan hasil penelitian tersebut diduga masyarakat masih belum mengenali brand image yang dimiliki oleh AMDK merk Le Minerale.

Hal tersebut membuat konsumen tidak memiliki minat beli terhadap Le Minerale.

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Cece (2015), yang menyatakan brand image tidak berpengaruh terhadap minat beli.

Word Of Mouth Berpengaruh Signifikan Terhadap Minat Beli

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah word of mouth berpengaruh terhadap minat beli, diterima. Hasil pengujian menunjukkan bahwa word of mouth berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai signifikansi (X3) menunjukkan angka 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai thitung bernilai positif sebesar 9,983. Maka thitung < ttabel (9,983 >1,98118) yang artinya hipotesis diterima.

Hasil nilai rata-rata analisis deskriptif yang tertinggi pada variabel word of mouth sebesar 3,75 dengan kategori tinggi pada pernyataan “Saya memilih Air mineral merek Le Minerale karena banyak dikonsumsi oleh teman.”. Hal ini menunjukkan bahwa word of mouth atau Interaksi yang dilakukan antar individu dalam proses penyebaran informasi dapat mempengaruhi minat beli seseorang dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan sebuah produk atau jasa. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mahendrayasa et al. (2014) dan Powa et al. (2018) yang menemukan bahwa word of mouth berpengaruh signifikan terhadap minat beli. Word of mouth berpengaruh sangat besar, melalui informasi dan saran yang diterima yang diyakini dapat mendorong minat beli konsumen.

(34)

34

PENUTUP KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Green Marketing tidak berpengaruh terhadap minat beli. Green Marketing yang dilakukan oleh AMDK Le Minerale tidak mempengaruhi minat beli konsumen.

2. Brand Image tidak berpengaruh terhadap minat beli. Brand Image yang dilakukan oleh AMDK Le Minerale tidak mempengaruhi minat beli konsumen.

3. Word Of Mouth berpengaruh signifikan terhadap minat beli. Hal ini menunjukkan bahwa Word Of Mouth mampu mendorong minat beli konsumen untuk membeli produk AMDK Le Minerale

IMPLIKASI TEORITIS

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa Word Of Mouth penting dalam hal mempengaruhi minat beli konsumen. Kegiatan pemasaran melalui perantara orang ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun lewat alat komunikasi elektronik yang terhubung internet yang didasari oleh pengalaman atas produk, layanan dan merek.

Informasi-informasi tersebut berupa penilaian atau pandangan terhadap suatu produk barang dan jasa kepada orang – orang apakah produk atau jasa tersebut layak dikonsumsi atau tidak bagi para calon konsumen lainnya. Karena Word Of Mouth dapat membangun rasa kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga strategi melalui Word Of Mouth menjadi salah satu strategi yang efektif dalam mempengaruhi minat konsumen.

Dengan menceritakan hal positif, merekomendasikan kepada orang lain, dorongan terhadap teman atau relasi merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dalam meningkatkan minat beli.

(35)

35 IMPLIKASI TERAPAN

Komitmen Word Of Mouth merupakan hal yang penting bagi perusahaan AMDK Le Minerale. Konsumen yang mengkonsumsi AMDK merek Le Minerale sangat berpotensi menyebarkan Word Of Mouth kepada orang lain. Oleh karena itu agar informasi yang tersebar positif, Le minerale harus memperhatikan hal-hal yang dapat menunjang konsumen agar mereka menyebarkan informasi yang baik mengenai produk AMDK Le Minerale terhadap orang lain.

KETERBATASAN PENELITIAN

Berdasarkan pengalaman langsung oleh peneliti dalam proses penelitian ini, ada keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi perhatian bagi peneliti-peneliti yang akan datang. Keterbatasan tersebut yaitu ada beberapa orang yang tidak terlalu peduli akan pemilihan air mineral yang akan dikonsumsi (seadanya) dan faktor ini juga menjadi salah satu penyebab tidak maksimalnya pengisian kuesioner.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 20.0 diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,638. Yang berarti kontribusi yang diberikan oleh kombinasi variabel Green Marketing, Brand Image dan Word Of Mouth terhadap Minat Beli adalah sebesar 63,8%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain). Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah supaya AMDK Le Minerale meningkatkan strategi marketing melalui word of mouth.

Karena, Word Of Mouth yang dilakukan antar individu dalam proses penyebaran informasi terbukti dapat mempengaruhi minat beli terhadap AMDK Le Minerale.

Pada penelitian ini hanya menggunakan variabel independen green marketing, brand image & word of mouth sedangkan variabel yang terkait dengan minat beli relatif banyak, sehingga disarankan bagi penelitian selanjutnya perlu memperluas model dengan menambah jumlah variabel independen seperti marketing mix yaitu mengenai kombinasi beberapa elemen strategi pemasaran atau variabel lain.

Referensi

Dokumen terkait

tegangan tarik maksimum yang terjadi pada balok masih lebih kecil dari kekuatan tariknya akibat lentur, kekakuan lentur EI balok dapat diestimasi dengan menggunakan modulus Young

Usaha dalam skala kecil ini felksibel, tidak membutuhkan tenaga kerja yang besar, tetapi apabila pangsa pasar berkembang, maka usaha dapat dikembangkan juga

Pada siklus II semua siswa nilainya di atas KKM, berarti pada siklus II nilai semua siswa 100% tuntas.Dari analisis data prasiklus hingga siklus II tersebut telah

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup menurut Kotler dan Amstrong (2012) mengemukakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh

Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui relevansi materi pembelajaran dengan perbedaan atau perkembangan individu secara psikologis, sehingga dapat terjadi perubahan

Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi lantan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis

Akan tetapi bagian ajaran akidah kaum Syi'ah yang berasal dari pemikiran mereka tampaknya hanya terdapat pada doktrin akidah mereka saja, dan tidak terdapat pada ajaran