• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) DAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN KUALUH HULU KABUPATEN

LABUHANBATU UTARA

SKRIPSI

OLEH:

KHAIRI RIZKI SIREGAR 130301052/ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) DAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN KUALUH HULU KABUPATEN

LABUHANBATU UTARA

SKRIPSI

OLEH:

KHAIRI RIZKI SIREGAR 130301052/ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Gogo

(Oryza sativa L.), dan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Kecamatan Kualuh Hulu

Kabupaten Labuhanbatu Utara Nama : Khairi Rizki Siregar

Nim : 130301052 Prodi : Agroteknologi

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

( Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D.) ( Ir. Bintang Sitorus, MP. M.Sc. )

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP.)

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) dan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Dari hasil overlay peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta ketinggian tempat, diperoleh 9 Satuan Peta Lahan (SPL). SPL 1 memiliki luas 22.273,98 ha, SPL 2 memiliki luas 12.248 ha, dan SPL 3 memiliki luas 8.571,24 ha, SPL 4 memiliki luas 8.015,46 ha, SPL 5 memiliki luas 4.736,61 ha, dan SPL 6 memiliki luas 3.154,86 ha, SPL 7 memiliki luas 2.044,73 ha, SPL 8 memiliki luas 1.445,39 ha dan SPL 9 memiliki luas 946,28 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan potensial pada SPL 1 adalah padi gogo ( S3 rc ) dan bawang merah ( S3 wa, rc ), pada SPL 2 adalah padi gogo ( N rc ) dan bawang merah ( N rc), pada SPL 3 adalah padi gogo ( S1 ) dan bawang merah ( S3 wa ), pada SPL 4 adalah padi gogo ( N rc ) dan bawang merah ( N rc ), pada SPL 5 adalah padi gogo ( S3 rc ) dan bawang merah ( S3 wa, rc ), pada SPL 6 adalah padi gogo ( S1 ) dan bawang merah ( S3 wa ), pada SPL 7 adalah padi gogo ( S3 rc) dan bawang merah ( S3 wa, rc ), pada SPL 8 adalah padi gogo ( S3 rc ) dan bawang merah ( S3 wa, rc ), pada SPL 9 adalah padi gogo ( S3 rc ) dan bawang merah ( S3 wa, rc ).

Kata kunci : Kesesuaian lahan, Bawang merah, Padi gogo

(5)

ABSTRACT

The objective of this research is to evaluate the land suitability Upland rice (Oryza sativa L.) and Onion (Allium ascalonicum L.) in Kualuh Hulu Subdistrict of North Labuhanbatu District. The methode of this research is the survay method. From the results of the overlay from the map of soil types, map of topography, and map of height place, retrieved 9 units of land use map.

SPL 1 has a land area of 22.273,98 hectares, SPL 2 has a land area of 12.248 hectares, SPL 3 has a land area of 8.571,24 hectares, SPL 4 has a land area of 8.015,46hectares, SPL 5 has a land area of 4.736,61hectares, SPL 6 has a land area of 3.154,86 hectares, SPL 7 has a land area of 2.044,73 hectares, SPL 8 has a land area of 1.445,39 hectares and SPL 9 has a land area of 946,28hectare.

The result at this research showed the highest potential of land suitability classes in set of land 1 is upland rice ( S3 rc ) and onion ( S3 wa, rc ),in set of land 2 is upland rice (N rc) and onion ( N rc ), in set of land 3 is upland rice ( S1 ) and onion ( S3 wa ), in set of land 4 is upland rice (N rc ) andonion ( N rc ), in set of land 5 is upland rice (S3 rc ) and onion ( S3 wa rc ), in set of land 6 is upland rice (S1) and onion (S3 wa ), in set of land 7 is upland rice (S3 rc ) and onio (S3 wa rc), in set of land 8 is upland rice (S3 rc ) and onion ( S3 wa rc ) and in set of land 9 is upland rice ( S3 rc ) and onion (S3 wa rc .

Keywords : Land suitability, Onion, Upland rice

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu pada tanggal 29 Desember 1995 dari Ayahanda Ahmad Nusi Siregar dan Ibunda Rusmahayani.

Penulis merupakan anak ke 9 dari 9 ( Sembilan ) bersaudara.

Tahun 2013 Penulis lulus dari SMA N 1 Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Utara dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, aktivitas yang pernah diikuti oleh penulis yaitu sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) pada tahun 2013 sampai dengan sekarang dan anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2017 sampai dengan sekarang. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. PP LONSUM INDONESIA TBK BAH LIAS ESTATE. Penulis melaksanakan penelitian di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara yang berjudul Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi gogo (Oryza sativa L.) dan Bawang merah (Allium ascalonicum L.) di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah” Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) dan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu

Utara yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skiripsi Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D selaku

Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Bintang Sitorus, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu Penulis mengharpkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2017

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 4

Evaluasi Lahan ... 5

Metode Evaluasi lahan ... 6

Klasikasi Kesesuaian lahan ... 7

Karakteristik Lahan ... 11

Sifat Fisik Tanah ... 12

Tekstur tanah ... 12

Drainase tanah ... 13

Kedalaman tanah ... 15

Warna tanah... 16

Bahaya Banjir ... 16

Bahaya Erosi ... 17

Sifat Kimia Tanah ... 18

Kapasitas Tukar Kation (KTK) ... 18

Kejenuhan Basa (KB)... 18

pH Tanah ... 19

C-Organik Tanah ... 19

Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo ( Oryza sativa L. )... ... 20

Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)... 21

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Bahan dan Alat ... 24

Metodologi Penelitian ... 24

Pelaksanaan Penelitian ... 25

Tahap Persiapan ... 25

Tahap Kegiatan di Lapangan ... 25

Tahap Analisis di Laboratorium ... 26

Tahap Pengolahan Data ... 26

Parameter yang Diamati ... 27

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 28 Pembahasan ... 59 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 76 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Jenis usaha perbaikan karakteristik lahan aktual (saat ini) untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya.

9

2. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya

10

3. Menentukan kelas tekstur di lapangan 13

4. Kelas bahaya banjir 17

5.

6.

Tingkat bahaya erosi

Kriteria Kesesuaian lahan Padi Gogo (Oriza sativa L.)

17 22 7. Kriteria Kesesuaian lahan Bawang Merah (Allium oscalonicum L.) 23 8.

9.

Nama Desa – Desa yang Terdapat di setiap SPL yang ada di Kecamatan Kualuh Hulu.

Data Hasil Pengamatan Lapangan Pada Titik-Titik Pengambilan Sampel Tanah di Kecamatan Kualuh Hulu.

28

29

10. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)

32

11. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)

34

12. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)

35

13. Kesesuaian lahantanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 4 (SPL 4)

37

14. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 5 (SPL 5)

38

15. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 6 (SPL 6)

40

16. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 7 (SPL 7)

41

17. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 8 (SPL 8)

43

(11)

18. Kesesuaian lahan tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.) pada Satuan Peta Lahan 9 (SPL 9)

44

19. Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)

46

20. Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)

47

21. Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)

49

22. Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 4 (SPL 4)

50

23. Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 5 (SPL 5)

52

24. Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 6 (SPL 6)

53

25.

26.

27.

28.

29.

Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 7 (SPL 7)

Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 8 (SPL 8)

Kesesuaian tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Satuan Peta Lahan 9 (SPL 9)

Luas kesesuaian lahan aktual tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.)

Luas kesesuaian lahan potensial tanaman Padi Gogo (Oriza sativa L.)

55

56

58

61 61

30.

31.

Luas kesesuaian lahan aktual tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.)

Luas kesesuaian lahan potensial tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.)

64 64

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Lokasi Pengamatan Lapangan dan Pengambilan Sampel Tanah 31 2. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Padi Gogo

(Oryza sativa L.)

70

3. Peta Kesesuaian Lahan Potensi Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.)

71

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L.)

Peta Kesesuaian Lahan Potensi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L.)

Peta Administrasi Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara

Peta Jenis Tanah Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara

Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara

Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara

Peta Satuan Peta Lahan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara

Rekapitulasi Kesesuaian Lahan Pada Tanaman Padi gogo dan Bawang merah

Hasil Laboratorium Analisis Tanah

Data Iklim : Curah Hujan 10 Tahun Terakhir (mm/tahun) Data Iklim : Temperatur 10 Tahun Terakhir (0C)

Data Iklim : Kelembaban Nisbi 10 Tahun Terakhir (%)

73

74

78

79

80

81

82

83

84

85 86 87 88

(13)

PENDAHULUAN Latar belakang

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.

Inti evaluasi adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/ kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kesesuaian lahan perlu diperhatikan untuk tanaman budidaya agar mendapatkan produksi yang optimal. Untuk itu perlunya diketahui persyaratan tumbuh tanaman karena tanaman walaupun kelihatan dapat tumbuh bersama disuatu wilayah, akan tetapi setiap jenis tanaman mempunyai karakter yang membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Maka perlu dilakukan evaluasi lahan untuk menghasilkan usaha perbaikan lahan yang perlu dilakukan.

Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari 8 kecamatan, 82 desa, dan 8 kelurahan, yang memiliki luas daerah sekitar 3.545,80 km². Kabupaten Labuhanbatu Utara berada pada geografis yaitu 1058’00’’ – 2050’00’’ LU dan

99025’00’’ – 100005’00’’ BT. Kecamatan Kualuh Hulu merupakan satu dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara, yang memiliki luas

kecamatan sekitar 44.301,091 Ha .Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Labuhan Utara ini digunakan untuk lahan perkebunan, yaitu seluas 21.647,42 Ha

sedangkan untuk pertanian lahan kering, yaitu seluas 16.448,835 Ha (Balai Pemantapan Kawasan Hutan, 2015).

(14)

Padi Gogo (Oryza sativa L.) merupakan salah satu jenis padi yang ditanam didaerah tegalan atau ditanah kering. Di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara, padi gogo memang sudah lama ditanaman, akan tetapi luas lahan untuk tanaman padi gogo setiap tahun berbeda, tergantung lahan yang tersedia, biasanya masyarakat menanam padi gogo pada lahan replanting kebun atau di tanaman palawija (rotasi tanaman). Untuk tahun 2015 padi gogo hanya seluas 20.00 hektar dan produksinya 85.74 ton. Sedangkan pada tahun 2014 padi gogo seluas 150.00 hektar dan produksinya 615 ton. Untuk ditahun 2018 akan diadakan penanaman untuk padi gogo di tiga Kecamatan dan salah satunya adalah kecamatan Kualuh Hulu. Dengan melakukan budidaya padi gogo diharapkan dapat meningkatkan produksi padi di Kecamatan Kualuh Hulu. Sehingga Kecamatan Kualuh Hulu dapat membantu dalam pencapaian swasembada yang akan berdampak pada peningkatkan perekonomian petani dan masyarakat setempat (BPS Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2015).

Salah satu komoditas unggulan nasional yang dikembangkan secara luas dan diusahakan oleh petani di dataran tinggi maupun dataran rendah adalah bawang merah. Di Kecamatan Kualuh Hulu untuk bibit bawang merah sama sekali belum pernah dibudidayakan padahal jika dilihat dari syarat tumbuh bawang merah, bawang merah menginginkan struktur tanah yang remah, sedangkan diketahui Kualuh Hulu memiliki tanah yang pada umumnya berpasir, sehingga memungkinkan untuk ditanami bawang merah. Dalam hal ini akan membantu pendapatan petani yang ada di daerah tersebut. Apabila pada lahan perkebunan mengalami penurunan produksi (Rahayu dan Berlian, 1999).

(15)

Berdasarkan hal tersebut Penulis tertarik untuk melakukan penelitian Evaluasi Kesesuaian Lahan bagi Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) dan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara. Kecamatan Kualuh Hulu memiliki lahan yang luas dan berpotensi untuk penggembangan tanaman padi gogo dan bawang merah.

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan petani padi gogo dan bawang merah di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat mengetahui tingkat kesesuaian tanaman di wilayah ini, agar produksi yang akan diperoleh dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petaninya.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menetapkan kelas kesesuain lahan aktual dan potensial serta usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk tanaman padi gogo (Oryza sativa L.) dan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) serta lokasi yang tepat untuk menanam padi gogo, dan bawang merah di Kecamatan kualuh hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi dalam penanaman dan pengembangan tanaman padi gogo (Oryza sativa L.) dan Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara.

2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah

Survei tanah dapat didefenisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode - metode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu, yang ditunjang oleh informasi dari sumber - sumber lain yang relevan. Untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta tanah, perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang disebut survei tanah atau inventarisasi sumber daya tanah (Rayes, 2007).

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu yang dilakukan dengan mengamati profil tanah di lapang dan membedakan satu sama lain atas dasar

warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Dalam survei tanah dikenal metode survei yaitu ; 1. Metode grid, menggunakan prinsip pendekatan sintetik.

2. Sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip pendekatan analitik).

3. Grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua pendekatan tersebut (Rayes, 2007).

Dalam pelaksanaan survei tanah, ada 3 tahap kegiatan yang perlu dilakukan agar survei tanah dapat berjalan lancar, sistematis, dan efektif yaitu:

(1) Tahap persiapan

(17)

(2) Tahap survei lapangan, yang dibedakan atas:

a. Pra – survei b. Survei utama

(3). Analisis data dan pembuatan peta dan laporan (Rayes, 2007).

Evaluasi lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses untuk menilai kesesuaian komoditas pertanian pada tingkat manejemen tertentu di suatu wilayah pengembangan. Oleh karenanya diperlukan data kualitas dan karakteristik lahan dalam bentuk tabular dan spasial (peta). Data sumber daya lahan mencakup kualitas dan karakteristik lahan, meliputi data iklim, tanah, dan topografi. Data sumber daya lahan yang diperlukan untuk evaluasi lahan harus rinci dan akurat, minimal tersedia pada tingkat semi detail skala 1:50.000. Namun peta ideal adalah tingkat detail skala 1:10.000 (Djaenudin, 2008).

Tujuan utama evaluasi lahan adalah menyeleksi penggunaan lahan yang optimal untuk masing-masing satuan lahan tertentu dengan mempertimbangkan faktor fisik dan sosial ekonomi serta konservasi sumber daya lingkungan untuk penggunaan yang lestari ( Rayes, 2007 ).

Evaluasi lahan pada berbagai tingkat yaitu :

1. Evaluasi lahan tingkat detail skala 1 : 10.000 – 1 : 25.000 2. Evaluasi lahan tingkat semi detail skala 1 : 50.000- 1 : 100.000 3. Evaluasi lahan tingkat tinjau skala 1 : 250.000 – 1 : 500.000 4. Evaluasi lahan tingkat eksplorasi skala 1 : 500.000 – 1 : 2.000.000 5. Evaluasi lahan tingkat kompilasi skala 1 : 5.000.000

( Rayes, 2007 ).

(18)

Metode Evaluasi Lahan

Dalam evaluasi lahan, suatu daerah yang akan dievaluasi, harus dibagi kedalam beberapa satuan peta lahan (SPL) yang merupakan daerah yang dipetakan dengan karakteristik tertentu. Biasanya SPL ini, didasarkan atas satuan peta tanah (SPT) dari hasil survei tanah (Rayes, 2007).

Menurut FAO (1976, dalam Djaenudin dkk., 2011) kegiatan utama dalam evaluasi lahan adalah sebagai berikut:

1. Konsultasi pendahuluan: meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian, serta intensitas dan skala survei.

2. Penjabaran (deskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan- persyaratan yang diperlukan dalam kegiatan.

3. Deskripsi satuan peta lahan (land mapping units) dan kemudian kualitas lahan (land qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dan pembatas- pembatasnya.

4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan sekarang.

Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data lahan, penggunaan lahan dan informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisa secara bersama- sama.

5. Hasil dari butir ke 4 adalah klasifikasi kesesuaian lahan.

6. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

(19)

Klasfikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu. Sebagai contoh lahan sangat sesuai untuk irigasi, lahan cukup sesuai untuk pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim.Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (present) atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan/atau drainase sesuai untuk suatu usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif ( Djaenudin dkk., 2011).

Klasfikasi kesesuaian lahan menyangkut perbandingan ( matcing) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Struktur klasfikasi kesesuaian lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Struktur klasfikasi kesesuaian lahan, menurut kerangka FAO ( 1976 ), terdiri atas 4 kategori, yaitu :

1. Ordo : mencerminkan macam kesesuaian

2. Kelas : mencerminkan tingkat kesesuaian dalam ordo

3. Sub kelas : mencerminkan macam pembatas/macam perbaikan yang perlu 4. Unit : mencerminkan perbedaan kecil dalam pengelolaan pada sub kelas Ordo : Menggambarkan apakahlahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan lahan yang dipilih. Terdapat dua order yaitu:

1. Sesuai (S) : Lahan dapat digunakan secara lestari untuk suatu tujuan penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit kerusakan terhadap sumberdaya alamnya, keuntungan memuaskan setelah diperhitungkan masukan yang diberikan.

(20)

2. Tidak Sesuai (N) : Lahan memiliki pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk tujuan tertentu. Pertimbangan yang dipakai : a. Penggunaan lahan secara teknis tidak memungkinkan (irigasi, lereng) b. Ekonomis, input yang diberikan jauh lebih besar dibanding output.

(Siswanto, 2006).

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Ritung dkk.,(2007) digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut:

Kelas S1 :Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

Kelas S2 :Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan. Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3 :Sesuai marginal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N :Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

(21)

Tabel 1. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik Lahan Aktual (Saat Ini) untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/

Karakteristik Lahan

Jenis Usaha Perbaikan Tingkat

Pengelolaan 1. Rezim radiasi

Panjang/lama penyinaran matahari

Tidak dapat dilakuakan perbaikan - 2. Rezim suhu

Suhu rerata tahunan Tidak dapat dilakukan perbaikan - Suhu rerata bulan

terdingin

Tidak dapat dilakukan perbaikan - Suhu rerata bulan

terpanas

Tidak dapat dilakukan perbaikan - 3. Rezimkelembaban

Kelembaban nisbi Tidak dapat dilakukan perbaikan - 4. Ketersediaan air

Bulan kering Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi

Curah hujan Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi

5. Media perakaran

Drainase Perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase

Sedang, tinggi

Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan -

Kedalaman efektif Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanah.

Tinggi

6. Retensi hara

KTK Pengapuran atau penambahan bahan organic Sedang, tinggi

Ph Pengapuran

7. Ketersediaan hara Pengapuran

N total Pemupukan Sedang, tinggi

P2O5 tersedia Pemupukan K2O dapat ditukar Pemupukan 8. Bahaya banjir

Periode frekuensi Pembuatan tanggul penahan banjir Tinggi 9. Kegaraman

Salinitas Reklamasi Sedang, tinggi

10. Toksisitas

Kejenuhan aluminium Pengapuran Sedang, tinggi

Lapisan pirit Pengaturan sisitem tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan bahan sulfidik

Sedang, tinggi

11. Kemudahan pengolahan

Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah.

Sedang, tinggi

12. Terrain Tidak dapat dilakukan perbaikan -

13. Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, peneneman sejajajr kontur, penanaman tanaman penutup tanah.

Sedang, tinggi

Sumber : (Rayes, 2007).

(22)

Tabel 2. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/karakteristik lahan Tingkat pengelolaan

1. Rezim radiasi - - -

2. Rezim suhu - - -

3. Rezim lengas udara - - -

3. Ketersediaan air

 Bulan kering - + ++

 Curah hujan - + ++

4. Media perakaran

 Drainase - + ++

 Tekstur - - -

 Kedalaman efektif - - +

 Gambut: kematangan - - +

 Gambut: ketebalan - - +

5. Retensi hara

 KTK - + ++

 Ph - + ++

6. Ketersediaan hara

 N total + ++ +++

 P2O5 tersedia + ++ +++

 K2Odapat ditukar + ++ +++

7. Bahaya banjir

 Periode - + ++

 Frekuensi - + ++

8. Kegaraman

 Salinitas - + ++

9. Toksisitas

 Kejenuhan aluminium - + ++

 Lapisan pirit - + ++

10. Kemudahan pengolahan - + ++

12. Terrain/potensi mekanisasi - - +

13. Bahaya Erosi - + ++

Sumber: (Rayes, 2007).

Keterangan :

 - tidak dapat dilakukan perbaikan

 + Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan satu kelas tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)

 ++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)

 +++ Kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi (N1 menjadi S1)

(23)

Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat penggelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang disetiap satuan peta. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha- usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi persatuan luasnya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Karakteristik lahan

Karakteristik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur atau di estimasi. Sifat sifat lahan yang dapat kita estimasi untuk keperluan pertanian antara lain: tanah, iklim, topografi dan formasi geologi, vegetasi, dan sosial ekonomi. Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan, karakteristiknya dirinci dan di uraikan yang mencakup keadaan lingkungan fisik dan tanahnya. Data ini digunakan untuk interprestasi dan evaluasi lahan. Dari data lengkap yang diperoleh melalui survei atau penelitian tanah dilapangan maka dapatlah dibuat kelas kesesuaian lahan (Sastrohartono, 2011).

Karakteristik lahan terdiri atas 1) karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalama n tanah, lereng dan lain-lain. 2) karakteristik majemuk,

misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain-lain (Rayes, 2007).

(24)

Sifat Fisik Tanah Tekstur tanah

Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat yang menyusun massa tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah.

Pembatasan ketiga fraksi maisng-masing terkstur tanah dapat digambarkan dalam segitiga tekstur (trianguler texture). Titik sudutnya menunjukkan 100 % salah satu fraksi, sedangkan tiap sisi mengambarkan % berat masing-masing fraksi mulai 0 % samapai 100 %. Segitiga ini terbagi atas 13 bidang yang menunjukkan masing - masing terkstur tanah. Sebagai contoh 35 % liat + 40 % debu + 25 % pasir termasuk tekstur tanah lempung berliat, sedangkan 10 % liat + 5 % debu + 85 % pasir termasuk pasir berlempung (Mega dkk., 2010).

Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan pada adalah:

Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu

Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu

Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

Agak kasar (ak) : Lempung berpasir Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1) (Ritung dkk., 2007).

(25)

Tabel 3. Menentukan kelas tekstur di lapangan

No. Kelas Tekstur Sifat Tanah

1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat

2 Pasir berlempung (LS)

Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.

3 Lempung berpasir (SL)

Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah hancur, serta agak melekat.

4 Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan melekat.

5 Lempung berdebu (SiL)

Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.

6 Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.

7 Lempung berliat (CL) Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak melekat.

8 Lempung liat berpasir (SCL)

Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur, serta melekat.

9 Lempung liat berdebu (SiCL)

Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat.

10 Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.

11 Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.

12 Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, basah sangat melekat.

Sumber : (Djaenudin dkk., 2011).

Drainase tanah

Parameter ini dibutuhkan mengingat pengaruhnya yang besar pada pertumbuhan tanaman. Keterkaitan parameter ini dengan parameter fisik lainnya cukup besar. Pada daerah aluvial biasanya mempunyai drainase yang relatif jelek daripada pada daerah miring. Namun demikian pada lereng bukit yang bentuknya kompleks, dimungkinkan adanya cekungan atau dataran di sepanjang lereng

(26)

tersebut, sehingga kondisi drainase di cekungan maupun dataran di lereng akan berbeda dengan kondisi drainase umum di lereng tersebut. Kondisi drainase pada lahan dengan batuan induk kapur akan berbeda dengan batuan vulkanik, karena kapur dapat meloloskan air, sedangkan batuan induk vulkanik umumnya didominasi oleh tekstur halus yang sulit dilalui air (Siswanto, 2006).

Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut:

0. Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan.

Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.

Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

1. Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

2. Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

(27)

3. Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

4. Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.

5. Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

6. Cepat (excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tingg sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

(Djaenudin dkk., 2011).

Kedalaman tanah

Kedalaman efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai bahan induk atau sampai suatu lapisan dimana perakaran tanaman tidak

(28)

dapat atau tidak mungkin menembusnya. Kedalaman tanah ini dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman karena pengaruhnya terhadap volume media yang

menyuplai air dan unsur hara serta pada tempat penetrasinya perakaran (Winarso, 2005).

Kedalaman efektif tanah, diklasifikasikan sebagai berikut : K0 : dalam ( >90 )

K1 : sedang ( 90 – 50 cm ) K2 : dangkal ( 50 – 25 cm ) K3 : sangat dangkal ( <25 cm ) (Rayes, 2007).

Warna Tanah

Warna tanah merupakan komposit (campuran) dari warna-warna komponen-komponen penyusunannya. Efek komponen-komponen terhadap warna komposit ini secara langsung proposional terhadap total permukaan tanah yang setara dengan luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetrik masing- masingnya terhadap tanah, yang bermakna materi koloidal mempunyai dampak terbesar terhadap warna tanah, misalnya humus dan besi-hidroksida yang secara jelas menentukan warna tanah (Hanafiah, 2005).

Bahaya banjir

Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y. Dimana x adalah simbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir.

(Ritung dkk., 2007).

(29)

Tabel 4. Kelas bahaya banjir Simbol Kelas bahaya

banjir Kedalaman banjir (x) (cm) Lama banjir (y) (bulan/tahun)

F0 Tidak ada Dapat diabaikan Dapat diabaikan

F1 Ringan

<25 25 – 50 50 - 150

<1

<1

<1

F2 Sedang

<25 25 – 50 50 - 150

>150

1 – 3 1 – 3 1 – 3

<1

F3 Agak berat <25

25 – 50 50 – 150

3 – 6 3 – 6 3 – 6

F4 Berat

<25 25 – 50 50 – 150

>150

>150

>150

>6

>6

>6 1 – 3 3 – 6

>6 Sumber : (Ritung dkk., 2007).

Bahaya erosi

Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari pelepasan partikel individu dari massa tanah dan mengangkut mereka karena disebabkan oleh air dan angin.

Ketika energi yang cukup tidak lagi tersedia untuk mengangkut partikel fase ketiga, pengendapan terjadi. Keparahan erosi tergantung pada jumlah bahan penyebab erosi yang dilepaskan dan kekuatan mengangkutnya yang menyebabkan longsor (Morgan, 1986).

Tabel 5. Tingkat Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun) Sangat ringan (sr)

Ringan (r) Sedang (s) Berat (b) Sangat berat (sb)

< 0,15 0,15 - 0,9

0,9 - 1,8 1,8 - 4,8

> 4,8 Sumber : (Djaenudin dkk., 2011).

(30)

Sifat Kimia Tanah

Kapasitas tukar kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Capacity (CEC) adalah kemampuan suatu koloid tanah untuk mengadsorbsi kation dan mempertukarkanya. Pada hakikatnya KTK merupakan jumlah muatan negatif pada koloid tanah serta jumlah kation yang dapat diadsorbsi dan dipertukarkan (Mukhlis dkk., 2011).

Kapasitas tukar kation ( KTK ) suatu tanah dapat didefenisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation.

Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan dengan mudah. ( Hakim dkk., 1986 ).

Nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh sifat dan jumlah fraksi liat dan bahan organik disamping pH larutan pengekstrasinya. Tanah yang bertekstur halus mempunyai nilai KTK nisbi lebih besar daripada yang bertekstur kasar.

Demikian juga tanah yang banyak mengandung mineral liat tipe 2 : 1, mempunyai nilai KTK yang lebih besar daripada tanah yang mengandung mineral liat tipe 1 : 1. Umumnya nilai KTK mineral liat tipe 1 : 1 berlisar antara 10 – 20 me/100g;

tipe 2 : 1 berkisar antara 40 – 80 me/100 g; dan koloid organik mempunyai nilai KTK antara 100 – 200 me/100 g atau lebih besar dari nilai tersebut (Damanik dkk., 2010).

Kejenuhan basa ( KB )

Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.

Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering

(31)

dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya

≤ 50% (Tan, 1998).

pH Tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada ditanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir. Tanah yang mampu menahan kemasaman tersebut dikenal sebagai tanah yang berpenyangga baik. Kemampuan penyangga adalah ketahanan ion hydrogen untuk berubah (Mukhlis, 2014).

Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral)

pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis) (Arsyad, 2010).

C-organik

Bahan organik tanah dapat didefinisikan sebagai sisa – sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di dalam tanah dapat berfungsi atau dapat memperbaiki baik sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan organic kedalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah perbaikan sifat – sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan unsur hara

(32)

di dalam tanah. Sebagai contoh Urea kadar N 46% sedangkan bahan organik mempunyai kadar N < 3%, sangat jauh perbedaan kadar unsur N. Akan tetapi urea hanya menyumbangkan 1 unsur hara yaitu N sedangkan bahan organik memberikan hampir semua unsur yang dibutuhkan tanaman dalam perbandingan yang relatif seimbang, walaupun kadarnya sangat kecil (Winarso, 2005).

Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organic memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 –70 % kapasitaspertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Atmojo, 2003).

Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Suhu ideal pertumbuhan tanaman padi gogo yaitu 24 -29 ºC. Pada kisaran suhu tersebut tanaman padi gogo tumbuh dengan baik. Curah hujan untuk padi gogo pada bulan pertama yang baik adalah 50 – 400 mm/ bulan dan selama 3 bulan kedepan berturut – turut berkisar 100 - 400 mm/bulan dengan drainase baik, sedang, agak cepat dan agak terhambat (Djaenudin dkk., 2011).

Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada daerah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45º LU sampai 45º LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi (Norsalis, 2011).

(33)

Musim berhubungan erat dengan hujan, yang berperan di dalam penyediaan air, dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan, dengan catatan pengairan baik (Siregar, 1981).

Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicumL.)

Suhu ideal pertumbuhan tanaman bawang merah yaitu 20-25 ºC. Pada kisaran suhu tersebut tanaman bawang merah tumbuh dengan baik. Curah hujan untuk bawang merah berkisar 350 - 600 mm/thn dengan drainase baik dan agak terhambat (Djaenudin dkk., 2011).

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering.

Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran) dan kelembaban nisbi 50-70% (AAK, 2004).

Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni pada ketinggian antara 0 – 900 m di atas permukaan air laut. Tanaman bawang merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila ditanam di daerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m di atas permukaan laut (Samadi dan Cahyono, 2005).

(34)

Tabel 6. Kriteria Kesesuaian lahan Padi Gogo (Oriza sativa L.)

Persyaratan Penggunaan/

Karakteristik lahan

Kelas kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc) Temperatur rata-rata (C)

Ketersediaan air (wa) Zone agroklimat (Oldeman) Kelembaban (%)

Media Perkaran (rc) Drainase

Tekstur

Bahan Kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut

Ketebalan (cm) Kematangan

Retensi hara (nr) KTK tanah (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-Organik

Hara Tersedia (na) N total (%)

P2O5 (mg/100 g) K2O (mg/100 g)

Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya Sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)

Bahaya Erosi(eh) Lereng ( %) Bahaya Erosi

Bahaya banjir(fh) - Tinggi (cm) - Lama (hari)

Penyiapan lahan (lp) Batuan di perm (%) Singkapan batuan (%)

24 - 29

C2,C3,D2,D3 33 - 90

Baik, Sedang

Agak halus, Halus,Sedang

<15

>50

<50 Saprik

>16

>35 5,5 - 7,5

>1,2

Sedang Tinggi Sedang

<2

>20 -

<3

- -

<5

<5

22 - 24 29 - 32 A2,B2,B3

30-33

Agak cepat, Agak thambat

Halus, Agak halus, Sedang

15 - 35 40 - 50

50 - 100 Saprik, Hemik

5-16 20-35 5,0 - 5,5 7,5 - 7,9 0,8-1,2

Rendah Sedang Rendah

2 - 4 20 - 30

-

3 - 8 Sangat ringan

- -

5 - 15 5 – 15

18 - 22 32 - 35

A1,B1,C1,D1, E1,D4,E2,E3

<30, >90

Terhambat, Sangat terhambat Agak kasar

35 - 55 25 - 40

100 - 150 Hemik

<5

<20

<5,0

>7,9

<0,8

Sgt rendah Rendah, Sgt

rendah Sgt rendah

4 - 6 30 - 40

-

8 - 15 Ringan -

Sedang

- -

15 - 40 15 – 25

<18

>35 E4

-

Cepat

Kasar

>55

<25

>150 Fibrik

- - - -

- - -

>6

>40 -

>15 Berat - Sangat

berat

- -

>40

>25

Sumber : Ritung et al (2011)

(35)

Tabel 7. Kriteria Kesesuaian lahan Bawang Merah (Allium ascolonicum L.)

Persyaratan Penggunaan/

Karakteristik lahan

Kelas kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc) Temperatur rata-rata (C)

Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

Keters oksigen (oa) Drainase

Media Perkaran (rc) Tekstur

Bahan Kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut

Ketebalan (cm) Kematangan

Retensi hara (nr) KTK tanah (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-Organik

Hara Tersedia (na) N total (%)

P2O5 (mg/100 g) K2O (mg/100 g)

Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya Sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik

Bahaya Erosi(eh) Lereng ( %) Bahaya Erosi

Bahaya banjir(fh) - Tinggi (cm) - Lama (hari)

Penyiapan lahan (lp) Batuan di perm (%) Singkapan batuan (%)

20 - 25

350 - 600

Baik, Agak terhambat

Agak halus, Sedang

<15

>50

<50 Saprik

>16

>35 6,0 - 7,8

>2,0

Sedang Tinggi Sedang

<2

>20

>75

<3

- -

<5

<5

25 - 30 18 - 20

600 - 800 300 - 350

Agak cepat, Sedang

Halus

15 - 35 30 - 50

50-100 Saprik, Hemik

5 - 16 20 - 35 5,8 - 6,0 7,0 - 8,0 0,8 - 2,0

Rendah Sedang Rendah

2 - 3 20 - 35 50 - 75

3 - 8 Sangat ringan

- -

5 - 15 5 – 15

30 - 35 15 - 18

800 - 1600 230 - 500

Terhambat

Agak kasar, Sangat halus

35 - 55 20 - 30

100-150 Hemik

<5

<20

<5,8

>8,0

<0,8

Sgt rendah Rendah, Sgt

rendah Sgt rendah

3 - 5 35 - 50 30 - 50

8 - 15 Ringan -

Sedang

- -

15 - 40 15 - 25

>35

<18

>1600

<250

Sgt terhambat, Cepat

Kasar

>55

<20

>150 Fibrik

- - - -

- - -

>5

>50

<30

>15 Berat - Sangat

berat

25

<7

>40

>25

Sumber : Ritung et al (2011)

(36)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara (1058’00’’ – 2050’00’’ LU dan 99025’00’’ – 100005’00’’ BT) dengan ketinggian tempat 0 meter sampai dengan 1183 meter dpl, yang akan dilaksanakan dari bulan April 2017 sampai dengan selesai. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium PT. Socfindo dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil dari setiap Satuan Peta Lahan (SPL), serta bahan – bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium, Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Kualuh Hulu skala 1 : 50.000 yang dihasilkan dari overlay antara Peta Jenis Tanah dengan skala 1 : 50.000, Peta Kemiringan Lereng skala 1 : 50.000 dan Peta Ketinggian Tempat skala 1 : 50.000; GPS (Global Positioning System),

Alat yang digunakan adalah bor tanah, kertas label, kantong plastik, karet gelang, cangkul, kamera untuk mendokumentasi kegiatan, spidol, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Data iklim yang diklasifikasikan berdasarkan tipe iklim Oldeman, data kesuburan tanah meliputi sifat kimia dan fisika dievaluasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre 2007.

Metode evaluasi lahan yang dilakukan adalah metode pembandingan (matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan

(37)

dengan cara mencocokkan serta membandingkan antara karakteristik lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh potensi di setiap satuan lahan tertentu.

Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi gogo, dan bawang merah di Kecamatan Kualuh Hulu , maka data iklim, data lapangan dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi gogo (Oryza sativa L.) dan bawang merah (Allium ascalonicum L.) oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor (Ritung dkk., 2011) sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual. Setelah mempertimbangkan usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan pada faktor-faktor penghambatnya, maka selanjutnya diperolehlah kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan

Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan pra survey ke lapangan dan persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini.

Tahap Kegiatan di Lapangan

- Daerah penelitian dan perolehan Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 50.000,

(38)

kemudian dilakukan overlay peta kemiringan lereng dengan peta ketinggian tempat dan peta jenis tanah dengan skala yang sama yaitu 1 : 50.000.

- Pemboran tanah pada setiap SPL yang dianggap mewakili karakter tanah utama didaerah penelitian secara zig-zag dan setelah dikompositkan tanah pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm, dari beberapa lokasi pada Satuan Peta Lahan (SPL) yang sama dimasukkan sampel tanah tersebut kedalam plastik dengan berat tanah 2 kg serta diberi label lapangan; kantongan sampel tempat plastik diberi label.

- Data iklim untuk Kecamatan Kualuh Hulu selama 10 tahun (tahun 2007 - 2016) di peroleh dari BMKG meliputi data : suhu udara

rata-rata, curah hujan, kelembaban udara dan lamanya bulan kering untuk Kecamatan kualuh hulu.

Tahap Analisis di Laboratorium

Sampel tanah setiap SPL dari lapangan dikering udarakan untuk diteliti di laboratorium yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah.

Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan metode Matching yaitu membandingkan karakteristik lahan pada setiap SPL dengan kriteria kelas kesesuaian lahan tanaman padi gogo dan bawang merah menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor (Ritung dkk., 2011).

(39)

Parameter yang Diamati

Berdasarkan karakteristik lahan yang telah disebutkan maka parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :

1. Temperatur rerata ( ˚C ) 2. Ketersediaan air ( wa )

 Curah Hujan ( mm )

 Lama bulan Kering ( bln ) 3. Ketersediaan oksigen (oa)

 Drainase

4. Media Perakaran (rc)

 Tekstur metode hydrometer

 Bahan kasar (%)

 Kedalam tanah (cm) 5. Retensi Hara (nr)

 KTK (me/100 g) metode ekstraksi NH4Oac pH 7

 pH H2O metode elektrometri (1 : 2,5)

 Kejenuhan basa (%) NH4 Asetat 1 N pH 7

 C-organik (%) metode Walkey and Black 6. Bahaya Erosi (eh)

 Bahaya erosi 7. Bahaya Banjir (fh)

 Genangan

8. Penyiapan Lahan (lp)

 Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data iklim selama 10 tahun terakhir (2007-2016) diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan meliputi data: Curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara rata-rata bulanan pada pos pengamatan/stasiun terdekat yaitu Stasiun Klimatologi Deli Serdang dianggap dapat mewakili data iklim di Kecamatan Kualuh Hulu.

Adapun data iklim yang diperoleh dengan data rata-rata berikut:

a. Suhu udara rata-rata tahunan :27,320C

b. Curah hujan rata-rata tahunan : 2537 mm/tahun c. Kelembaban rata-rata tahunan : 83,33 %

d. Lamanya bulan kering : 1,8 bulan

e. Tipe iklim Oldeman : C2 (5 - 6 bulan basah dan 2 -3 bulan kering).

Tabel 8. Nama Desa – Desa yang Terdapat di setiap SPL yang ada di Kecamatan Kualuh Hulu.

SPL Nama Desa Luas (ha)

1 Aek Kanopan, Aek Kanopan Timur, Kuala Beringin, Parpaudangan, Perkebunan Kanopan Ulu, Perkebunan Labuhan Haji, Perkebunan Londut, Perkebunan Membang Muda, Polu Dogom, Sono Martani, Sukarame, Sukarame Baru.

22273.98

2 Sono Martani, Sukarame, Sukarame Baru 12248.45

3 Kuala Beringin, Perkebunan Londut 8571.24

4 Kuala Beringin, Perkebunan Londut 8015.46

5 Parpaudangan, Polu Dogom, Sono Martani, Sukarame 4736.61

6 Kuala Beringin 3154.86

7 Perkebunan Haji, Sono Martani, Sukarame, Sukarame Baru 2044.73

8 Kuala Beringin 1445.39

9 Kuala Beringin 946.28

Total 63437.00

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode pencocokan, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika dan Strawberi pada setiap SPL.. Hasil penelitian

Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman bawang merah pada SPL 1 dan 2 adalah cukup sesuai / S2 (tc) dengan faktor pembatas temperatur sedangkan pada SPL 3

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman kopi robusta maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 14 dan SPL 16 masing-masing

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman kentang maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 2 adalah sesuai marginal /S3

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman kentang maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 5 dan SPL 6 adalah tidak sesuai N

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman sorgum maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 1, SPL 2, dan SPL 3 adalah tidak

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman Kelapa sawit maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 2, SPL 3, SPL 7, SPL 8 dan SPL

Kesesuaian Lahan Potensial S2tcwa, temperature tc, kelembaban wa Karakteristik lahan di Kecamatan Bilah Barat Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman