• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Universitas Muhammadiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Universitas Muhammadiyah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

11

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur pada bulan Maret 2019 – Juli 2019. Eksplorasi benih terung dilaksanakan di wilayah Malang dan sekitarnya. Penanaman benih dilaksanakan di Lahan UMM pada ketinggian 540-700 mdpl, dengan curah hujan rata-rata 300 mm/tahun.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop kecil, polybag, gembor, sprayer, gunting stek, selang air, label tanaman, kamera, alat tulis, buku catatan, buku pengamatan, panduan pengamatan dari Asian Vegetable Research and Development Center.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanah dan pupuk kandang sebagai bahan media semai dan media tanam serta pupuk urea, pupuk NPK dan pupuk kascing yang diaplikasikan sebagai pupuk susulan. Bahan tanam yang digunakan adalah 10 genotipe tanaman terung yang diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dilihat pada Tabel 1.

3.3. Metode Penelitian

Karakterisasi morfologi menghasilkan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) atau Randomized Complete Block Design (RCBD). Penelitian menggunakan 10 varietas tanaman terung, setiap varietas diulang dalam tiga kelompok, dengan demikian terdapat 30 satuan percobaan dan masing-masing satuan percobaan terdapat 10 tanaman. Total bahan tanam adalah 300 tanaman dengan 5 dari 1

(2)

12

U1 U2 U3

10 m

20 m

Tabel 1. Daftar asal varietas terung dalam penelitian

No. Nama Varietas Kode Varietas Asal

1. Arya Hijau SMAh CV. Aura Seed Indonesia 2. Belut SMBlt BPTP

3. Bruno SMBrn BPTP

4. Hijau F1 SMHjF1 CV. Aura Seed Indonesia

5. Hijau Tuban SMHt Tuban

6. Hijau Jatayu F1 SMHjtF1 CV. Garuda Seed 7. Jatayu SMJt CV. Garuda Seed 8. Kasan SMKsn BPTP 9. Milano F1 SMMlF1 CV. Panah Merah 10. NS Hijau SMNSh CV. Aura Seed Indonesia

Gambar 1. Denah Percobaan

keterangan:

U1 ulangan 1 U2 ulangan 2 U3 ulangan 3 SM1 Arya Hijau SM2 Belut SM3 Bruno SM4 Hijau F1 SM5 Hijau tuban SM6 Hijau JTYF1 SM7 Jatayu SM8 Kasan SM9 Milano SM10 NS hijau SM6 SM9 SM9

SM8 SM3 SM2 SM3 SM10 SM7 SM10 SM4 SM4 SM5 SM1 SM5 SM4 SM5 SM10 SM1 SM8 SM8 SM9 SM7 SM1 SM2 SM2 SM6 SM7 SM6 SM3

(3)

13 3Meter

Gambar 2. Lubang bedeng

3.4. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

3.4.1. Penelitian benih

Benih terung yang akan ditanam, direndam dalam air selama 10-15 menit, untuk memisahkan benih yang baik dengan benih yang tidak dapat tumbuh. Benih terung yang baik akan tenggelam, sedangkan benih yang mengapung adalah benih yang tidak dapat tumbuh.

3.4.2. Teknis Penanaman

Teknis penanaman dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

3.4.2.1. Penyemaian

Penyemaian di lakukan dengan menggunakan tray ukuran 72 lubang dan di isi dengan media tanam, cocopeat dan bioplus, sebelum di semai benih terlebih dahulu di rendam di air hangan dengan waktu 30 menit, kemudian benih di tanam pada lubang tray, setiap lubang di kasih satu benih dan cara penanamanya di masukan ke dalam tray, kedalamanya setengan dari lubang kemudian di tutup dengan cocopeat dan bioplus yang sudah di campur. benih disiram 2 kali sehari.

60cm

60cm

20c

1 Meter

(4)

14

kemudian setelah umur 30, bibit siap dipindah tanam apabila sudah tumbuh 4 helai daun yang membuka sempurna. Penyemaian dilakukan pada tanggal 16 Maret 2019.

3.4.2.2. Persiapan Lahan

Lahan penelitian yang terletak di lahan pertanian UMM mulai dipersiapkan pada tanggal 22 Maret 2019. Lahan dicangkul agar gembur, selanjutnya dibuat bedengan-bedengan sebagai tempat satuan percobaan, dengan jumlah bedengan yang telah dibuat sebanyak 30 bedengan. Setelah bedengan siap selanjutnya dilakukan pemupukan dasar pada tanggal 30 Maret 2019 dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak ± 75 kg pada pemupukan dasar pertama dan pupuk kandang ± 50 kg pada pemupukan dasar kedua pada tanggal 8 April 2019, sebelum dilakukannya pemberian mulsa. Mulsa diaplikasikan ke bedengan pada tanggal 14 April 2019.

3.4.2.3. Penanaman

Sebelum bibit ditransplantingkan, media semai di dalam polybag disiram air hingga jenuh. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 25 – 30 hari setelah semai atau setelah bibit berdaun 4 – 5 helai. Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit terung dari tray penyemai ke lubang bedengan.

Penanaman dilakukan sore hari pada tanggal 20 April 2019. Penanaman dilakukan pada bedengan berukuran berukuran 2 m x 3 m dengan jarak tanam antar tanaman yaitu 50 cm x 50 cm dan jarak antar bedengan sebesar 20 cm, jarak antar bedengan tersebut diberikan agar dalam kegiatan karakterisasi penulis dapat melakukan pengamatan dengan leluasa pada setiap tanaman terung.

(5)

15 3.4.2.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terung meliputi pengairan, penyulaman, pemupukan, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit.

1. Penyiraman di lakukan setelah penanaman atau penyemaian, penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan dan melihaat kondisi lingkungan.

2. Penyulaman dilakukan apabila tanaman tidak tumbuh, pada tanaman terung bruno ada beberapa yang tidak tumbuh, kemudian langsung di lakukan tindakan penyulaman.

3. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk organik dan anorganik, dengan dosis yang telah dikonversi dengan plot perlakuan. Pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik (NPK) dilakukan 14 hari setelah pindah tanam kemudian selanjutnya setiap satu minggu sekali sampai 60 hari setelah pindah tanam.

4. Penyiangan dilakukan mulai dari 7 hari setelah pindah tanam kemudian menyesuaikan kondisi plot perlakuan.

5. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida, sesuai dengan plot perlakuan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan saat penyemaian sampai 3 minggu sebelum panen pertama, pengendalian hama dan penyakit juga melihat kondisi serangannya.

3.4.3. Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman contoh pada setiap petak percobaan yang dipilih secara acak. Karakter yang diamati meliputi karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Peubah yang diamati berdasarkan panduan

(6)

16

pengamatan Asian Vegetable Research and Development Center (2016) yang melibatkan 5 orang pengamat pada setiap karakter.

Karakter Kualitatif

Karakter kualitatif yang diamati antara lain:

1. Pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada hipokotil.

2. Tipe tumbuh tanaman (tegak, semitegak, atau horizontal).

3. Pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada batang.

4. Kerapatan bulu pada batang.

5. Lekukan tepi helai daun, bentuk ujung daun, dan tonjolan pada permukaan daun.

6. Intensitas warna hijau daun.

7. Jumlah bunga, ukuran bunga, dan intensitas warna ungu pada bunga.

8. Ratio panjang/diameter buah.

9. Bentuk umum buah.

10. Lengkungan buah.

11. Ukuran bekas tangkai putik, bentuk ujung buah, warna utama kulit buah masak panen, kekilapan, garis-garis pada kulit buah, penampilan garis-garis dominan, kepadatan garis-garis, pewarnaan antosianin dibawah kelopak, ukuran kelopak, pewarnaan dan intensitas antosianin pada kelopak, kerutan kelopak, warna daging buah, dan warna kulit buah masak fisiologis.

12. Keberadaan duri pada kelopak.

(7)

17 Karakter Kuantitatif

Karakter kuantitatif yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi tanaman.

2. Tinggi dikotomus (cm) diukur dari permukaan tanah hingga titik percabangan utama.

3. Diameter batang (cm) diukur pada buku kedua di bawah percabangan pertama.

4. Panjang dan lebar daun (cm) diukur pada daun pertama di bawah cabang utama pada fase pembungaan.

5. Umur berbunga (HST) dihitung pada saat 50% tanaman berbunga.

6. Umur panen (HST) dihitung pada saat 50% tanaman dipanen.

7. Bobot buah per tanaman (g) selama tiga kali panen.

8. Bobot per buah (g).

9. Jumlah buah per tanaman.

10. Panjang buah (cm) diukur dari batas tangkai buah hingga ujung buah.

11. Diameter maksimum buah (cm).

12. Panjang tangkai buah (cm).

13. Tingkat kejadian penyakit (%). Persentase kejadian penyakit menurut Rizky (2013) dihitung menggunakan rumus : KP = n x N-1 x 100% KP : Kejadian penyakit n : Jumlah tanaman yang terserang N : Jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati.

3.4.4. Analisis Data

Data kualitatif hasil pengamatan karakter uji dianalisis dengan analisis gerombol (cluster analysis) menggunakan software Minitab 16 dengan menginput

(8)

18

data scoring pada masing-masing karakter sesuai dengan panduan pengamatan (Lampiran 1) dan pada hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh 10 panelis berdasarkan skor yang ada pada panduan (Lampiran 3) diolah secara sederhana dalam bentuk histogram. Data kuantitatif diuji dengan analisis uji-F menggunakan perangkat lunak SAS (Statistical Analysis system). Hasil uji-F yang menunjukkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukan penyemaian benih biasanya dilaksanakan 25 hari dari jadwal penanaman, oleh karena itu sebelum menyemai benih petani harus

Strategi untuk meningkatkan pemahaman petani dalam program Sekolah Lapang Iklim di Desa Wonosari yaitu dengan menggunakan analisis SWOT, dengan mempertimbangkan faktor

Berdasarkan hasil analisa dengan metode Spearman-Karber, diperoleh bahwa rajungan pertama kali matang kelamin di perairan Bone adalah pada lebar karapas 71,63 mm dan berkisar

Hasil analisis SPR sumber daya rajungan yang dihubungkan dengan ukuran lebar karapas di sekitar perairan Belitung diperoleh SPR sebesar 5%.. Kondisi tersebut menggambarkan stok

Pada rancangan STD dari menu utama Aplikasi Pembelajaran budaya nusantara untuk Sekolah Dasar (SD) berbasis Android dimana terdapat 8 Button dalam Menu Utama

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan sebagai sukarelawan untuk meminum obat dan diambil darahnya dalam penelitian ini. Irwan Setiabudi, SpPK.) (Grace Mayasari

(2012), we suggest that a basic distinction between inter- institutional and intra-institutional heterogeneity and complexity may be a first step to classify research findings (and

Diabetes Melitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, glukosa darah tidak dapat dipergunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.Menurut ADA