BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Bank
a. Pengertian Bank
Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter.
Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Kebijakan perbankan yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh otoritas pengawasan bank pada dasarnya merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan , menjaga, dan memelihara sistem perbankan yang sehat tersebut (Dendawijaya, 2000).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang
”Perbankan” menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. (Kasmir, 2008)
b. Fungsi Bank
Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Penghimpun dana a. Dana Bank Itu Sendiri
Sumber dana bank yang bersumber dari bank itu sendiri merupakan sumber dana modal sendiri. Maksudnya adalah modal setoran dan para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Akan tetapi jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekpansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal.
Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari ;
1. Setoran modal dari pemegang saham, 2. Cadangan-cadangan bank, dan 3. Laba yang belum dibagi.
b. Dana Dari Masyarakat
Untuk memperoleh sumber dana dari masyarakat, bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan. Pembagian jenis simpanan kedalam beberapa jenis dimaksudkan agar para nasabah mempunyai banyak pilihan sesuai dengan tujuan masing- masing.Tiap pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan yang ingin diperolehnya, yaitu berupa keuntungan, kemudahan atau keamanan uangnya atau kesemuanya.
Pada dasarnya sumber dari masyarakat dapat berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito
berjangka (time deposit) yang berasal dari nasabah perorangan atau suatu badan.
1. Giro
Rekening giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penariakan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
2. Deposito
Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah maupun valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Simpanan berjangka termasuk deposit oncall yang jangka waktunya relatif lebih singkat dan dapat ditarik sewaktu‐waktu dengan
pemberitahuan sebelumnya.
3. Tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu dari masing- masing bank penerbit.
Cara-cara lain dari penghimpunan dana dari masyarakat :
a. Sertifikat Deposito, Simpanan dana pihak ketiga / masyarakat dan terikat oleh jangka waktu (fixed time). Produk bank yang mirip dengan deposito, namun berbeda prinsipnya. Sertifikat deposito adalah instrumen utang yang dikeluarkan oleh bank dan lembaga keuangan lain kepada investor. Sebagai pertukaran peminjaman uang institusi untuk masa waktu yang ditentukan, investor mendapatkan hasil berupa suku bunga yang cukup tinggi.
b. Deposito on call, adalah deposito yang berjangka waktu minimal tujuh hari dan paling lama kurang dari satu bulan.
Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang bersangkutan).
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call sebelum deposito on call dicairkan terlebih dahulu tiga hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga biasanya dihitung per bulan dan biasanya untuk menentukan harga dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.
c. Dana Pinjaman a. Call money
Merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market. Sumber dana ini sering
digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi kalah kliring atau adanya penarikan dana besar-besaran oleh para deposan.
b. Pinjaman antar bank
Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain. Pinjaman ini dilakukan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana
dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank.
c. Sumber Dana Lain
Sumber dana ini merupakan sumber dana tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana yang telah disebut sebelumnya. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber- sumber tersebut antara lain :
a. Setoran jaminan, setoran jaminan merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank.
b. Dana transfer, salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari uang tunai ke suatu rekening, atau dari suatu rekening untuk kemudian ditarik tunai.
c. Surat berharga pasar uang, surat berharga pasar uang adalah surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjual belikan dengan cara didiskonto oleh bank Indonesia. Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan
kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.
d. Diskonto Bank Indonesia, penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian surat berharga yang diterbitkan bank atas dasar diskonto.
2. Penyaluran Dana Bank
Kredit artinya kepercayaan, maksudnya yaitu kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Pengertian kredit menurut undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 pada dasarnya merupakan pemberian pinjaman oleh bank kepada nasabahnya untuk pembiayaan kegiatan usahanya dalam jumlah tertentu dalam jangka waktu yang disepakati bersama antara bank sebagai kreditor dan nasabah sebagai debitur, dengan ketentuan- ketentuan yang disepakati bersama yang dituangkan dalam suatu perjanjian kredit yang berisi antara lain kesediaan debitur untuk membayar kembali kreditnya, termasuk beban bunganya.
Tujuan utama pemberian suatu kredit bagi bank antara lain (Siamat, 1995):
a. Kredit komersil merupakan kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan.
b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif.
c. Kredit produktif merupakan kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapa memperlancar produksi.
Fungsi dari suatu kredit bagi masyarakat yaitu (Kasmir, 2002):
a. Menjadi motivator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.
b.Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
c. Memperlancar arus barang dan arus uang.
d.Meningkatkan produktivitas yang ada.
e. Meningkatkan kegairahan berusaha mesyarakat.
f. Memperbesar modal kerja perusahaan.
Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004):
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang.
b. Kesepakatan
Kesepakatan merupakan suatu kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
c. Jangka waktu
Jangka waktu merupakan masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
d. Resiko
Resiko merupakan suatu kemungkinan tidak tertagihnya pinjaman atau macetnya pengembalian kredit.
e. Balas jasa
Balas jasa merupakan suatu keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa, yang kita kenal dengan nama bunga.
Secara teoritis terdapat bermacam-macam kredit, tetapi dalam pembahasan ini kita batasi pada kredit yang umumnya disalurkan kepada usaha kecil menengah (UKM):
a. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya 1. Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun usaha baru.
2. Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
3. Kredit konsumtif
Kredit konsumtif merupakan kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarga.
b. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu
1. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama-lamanya 1 tahun (kurang dari 1 tahun).
2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.
3. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 tahun.
c. Jenis kredit berdasarkan cara pemakaiannya
1. Kredit rekening koran bebas, yaitu nasabah diperbolehkan untuk melakukan penarikan uang sekaligus asal tidak melebihi jumlah maksimum yang disetujui.
2. Kredit rekening terbatas, yaitu nasabah tidak diperbolehkan untuk melakukan penarikan uang sekaligus, tetapi secara teratur disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Installment credit, yaitu penarikan tidak diijinkan sekaligus, akan tetapi untuk penarikannya diatur sesuai dengan schedule tertentu.
Bila mana kepercayaan telah ada maka prosedur kredit bisa dijalankan dan prosedur ini sangat rumit, perlu ketelitian, kecermatan dalam membaca data-data calon peminjam. Saat ini
banyak bank yang bangkrut, koperasi gulung tikar hal ini sebenarnya diakibatkan kurang hati hatinya seorang petugas kredit dalam melaksanakan prosedur serta kurang profesionalnya petugas itu sendiri yang dikarenakan ketidakmampuan soal hutang piutang .
Hal-hal demikianlah termasuk salah satu bagian yang menyebabkan banyaknya kredit macet yang berakibat bangkrutnya usaha simpan pinjam dan ditutupnya bank oleh Bank Indonesia. Di dalam pemberian kredit, terdapat dua pihak yang berkepentingan langsung :
1. Pihak yang berlebihan uang, disebut pemberian kredit (kreditor), dan
2. Pihak yang membutuhkan uang, disebut penerima kredit (debitur).
c. Jenis Bank
Jenis perbankan di Indonesia dapat dilihat dari berbagai segi, menurut Kasmir (2004) dalam Asmoro (2010) antara lain:
1. Dilihat dari jenisnya
Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum
Yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank ini juga menerbitkan surat pengakuan hutang, membeli dan menjual
atau menjamin resiko bank maupun atas kepentingan nasabahnya, berupa surat wesel, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta obligasi.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
Menyalurkan dana dalam bentuk kredit ke masyarakat.
2. Dilihat dari kepemilikannya 1. Bank Milik Pemerintah
Merupakan bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
2. Bank Milik Swasta Nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.
Dalam Bank Swasta Milik Nasional termasuk pula bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.
3. Bank Milik Asing
Merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing mau asing suatu negara.
4. Bank Milik Campuran
Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3. Dilihat dari statusnya 1. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
2. Bank Non-Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Bank berdasarkan prinsip konvensional
Merupakan bank yang melakukan investasi yang halal, berdasarkan prinsip perangkat bunga.
2. Bank berdasarkan prinsip syariah
Merupakan bank yang melakukan investasi yang halal, berdasarkan prinsip perangkat bunga.
d. Pendirian Bank
Perizinan pendirian bank diatur dalam pasal 16 sampai dengan pasal 20 UU Perbankan no. 10 tahun 1998. Disebutkan bahwa pada prinsipnya di Indonesia, setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu harus memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang- Undang tersendiri.
Sedangkan Suseno dan Piter Abdullah (2006) menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pemberian izin pendirian suatu bank dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. Izin prinsip
Yang dimaksud dengan izin prinsip adalah izin atau persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank.
2. Izin usaha
Izin usaha adalah izin untuk melakukan kegiatan usaha bank setelah persiapan yang dilakukan sesuai izin prinsip selesai dilakukan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mendirikan suatu bank, maka harus terlebih dahulu mendapatkan izin baik izin prinsip maupun izin usaha karena kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi karena kegiatan ini terkait dengan kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya pada pihak bank.
2. Merger
a. Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan
cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu dari bank dan membubarkan bank yang lain tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
Penggabungan tersebut dapat dilakukan dengan cara penggabungan seluruh saham bank lainnya yag ikut bergabung menjadi satu dengan bank yang dipilih untuk dijadikan bank yang dipertahankan dan biasanya bank hasil merger meggunakan mengunakan salah satu nama yang dipilih secara bersama. (Kasmir; 2005)
Merger merupakan pilihan agar perbankan di Indonesia bertindak lebih efisien setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Merger dapat membuat bank dengan manajemen yang lebih baik mengambil alih manajemen dari bank yang kurang baik untuk peningkatan performanya. Dengan hasil merger antar bank tersebut akan mempunyai manajemen yang lebih baik. Merger juga akan menurunkan biaya operasional dan menawarkan keuntungan kepada masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk kebebasan dalam memilih sumber daya yang digunakan.
b. Tipe – tipe Merger
Para ekonom membagi merger ke dalam empat kelompok yaitu (Weston B Brighan) :
1. Merger Horizontal
Merger horizontal adalah penggabungan dua perusahaan yang memproduksi jenis produk atau jasa yang lama sehingga akan semakin mengurangi pesaing di pasar, karena pesaing yang semula dianggap "musuh" dalam bisnis berubah menjadi "partner".
2. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah penggabungan dua perusahaan antara industri hulu dengan industri hilir sehingga akan terjadi efisiensi baik dalam pembelian bahan baku maupun dalam pendistribusian produk.
3. Merger Kongenerik
Merger kongenerik adalah penggabungan perusahaan yang bergerak pada industri umum yang sama, tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan pemasok di antara keduanya.
4. Merger Konglomerat
Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri yang benar-benar berbeda, dengan maksud untuk lebih menguasai pasar.
c. Alasan-alasan melakukan merger
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui mergermaupun akuisisi, yaitu :
1. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan
merger maupun akuisisi.Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru.Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
2. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale).Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
3. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
4. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi.Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan
manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
5. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
6. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
7. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat.Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman, 2003,).
d. Syarat Merger
Untuk melakukan merger harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Telah memperoleh persetujuan dari rapat umum
2. Memenuhi rasio kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
3. Calon anggota Direksi dan dewan komensaris tidak termasuk daftar orang yang tercela dibidang perbankan. (Kasmir, 2005)
Motif dari merger ini bermacam-macam. Menurut Pringle &
Harris (1987), motif merger meliputi sekitar 11 aspek didasarkan atas pertimbangan ekonomis dan dalam rangka memenangkan persaingan dalam bisnis yang semakin kompetitif, 11 aspek tersebut yaitu :
1. Cost Saving
Cost saving dapat dicapai karena dua atau lebih perusahaan yang memiliki kekuatan berbeda melakukan penggabungan, sehingga mereka dapat meningkatkan nilai perusahaan secara bersama-sama.
Sebagai contoh Smitkline Corporation sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri kesehatan melakukan merger dengan Backments Instruments suatu perusahaan di bidang desain, manufaktur pemasaran alat-alat laboratorium, suplier bahan kimia dan komponen-komponen industri.
2. Monopoly Power
Motif lain dilakukannya merger adalah monopoly power. Suatu
perusahaan besar melakukan merger dengan perusahaan yang level bisnisnya lebih kecil atau setara dimana nantinya akan memberikan kesan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan lebih, baik dalam aset maupun dalam managerial skill. Dengan melakukan merger maka kemampuan aset semakin besar, dengan demikian ia akan mampu melakukan operasi pada skala yang lebih ekonomis.
Konsekuensinya perusahaan hasil merger tersebut dapat menurunkan cost per unitnya sehingga harga jual barang atau jasa per unit dapat ditekan lebih rendah. Kondisi ini pada gilirannya dapat menambah pangsa pasar (market share) dan menjadi market leader dalam industri dimana perusahaan tersebut berada.
3. Auditing Bankruptcy
Merger juga dimaksudkan untuk menghindarkan perusahaan dari risiko bangkrut, dimana kondisi salah satu atau kedua perusahaan yang ingin bergabung sedang dalam ancaman bangkrut. Penyebabnya bisa karena miss management atau karena faktor-faktor lain seperti kehilangan pasar, keusangan teknologi atau kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Melalui merger kedua perusahaan tersebut akan bersama menciptakan strategi baru untuk menghindari risiko bangkrut.
4. Tax Consideration
Merger juga dilakukan dengan maksud untuk memanfaatkan insentif tax yang diberikan karena adanya kebijakan baru di bidang perpajakan yang dikeluarkan pemerintah. Misalkan ada produk tertentu yang oleh
undang-undang perpajakan atau peraturan perpajakan dibebankan dari tax untuk mendorong perkembangan produksi tersebut. Perusahaan- perusahaan yang memproduksi barang atau jasa tersebut dapat menjadi incaran perusahaan besar untuk merger dengan motif memanfaatkan fasilitas perpajakan tersebut.
5. Retirement Planning
Merger dimaksudkan untuk memperbaiki perusahaan dari segi tata kelola perusahaan. Sebelum bergabung situasi kondisi perusahaan- perusahaan yang akan dimerger cenderung tidak sehat, oleh arena itu dilakukan tindakan penataan ulang kembali tata kelola perusahaan.
6. Diversification
Motif lain dari merger adalah diversifikasi. Pada dasarnya diversifikasi dimaksudkan untuk meminimalkan resiko. Apabila dua atau lebih perusahaan yang berada dalam satu jalur bisnis yang sama melakukan merger, maka sebuah perusahaan baru hasil merger tersebut akan memiliki aneka ragam produk. Mekanisme diversifikasi ini berarti juga membagi resiko perusahaan untuk dipikul oleh jenis produk yang makin banyak sehingga dapat meminimumkan resiko.
Dengan demikian, penghasilan yang diharapkan (expected yield) bisa lebih besar.
7. Increased Debt Capacity
Merger juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperbesar perolehan pinjaman bank (increased debt capacity). Bank atau lembaga kredit lainnya biasa memberikan
pinjaman kepada suatu perusahaan dengan mempertimbangkan besarnya aset perusahaan.
8. Undervalued Assets
Semakin tinggi aset perusahaan, jumlah pinjaman yang dapat direalisir juga semakin besar dan sebaliknya. Dengan demikian melalui merger, perusahaan hasil merger dapat memperluas usahanya melalui peningkatan nilai pinjaman bank.
9. Manipulating Earnings Per Share
Merger juga sering diarahkan untuk memanipulasi pendapatan per lembar saham (earning per share/EPS). Umumnya perusahaan hasil merger akan memiliki kemampuan untuk menciptakan laba yang jauh lebih besar dibanding dengan yang dicapai sebelumnya secara individu. Sementara jumlah lembar saham yang dimiliki shareholders tidak mengalami perubahan yang drastis. Kondisi ini akan menaikkan earning after tax (EAT) dan tentunya EPS. Kondisi EPS yang semakin baik menggambarkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan nilai sehingga banyak investor akan berminat untuk melakukan investasi langsung ke perusahaan hasil merger tersebut.
10. Management Desires
Merger juga diarahkan untuk lebih bisa meraih managemen perusahaan yang lebih rapi. Karena setelah merger diperlukan adaptasi dari perilaku-perilaku masing-masing perusahaan awal merger.
11. Eplacing Inefficient Management
Merger untuk mengarahkan perusahaan beroperasi secara efisien.
Bahkan motif ini sering dijadikan indikator utama (major indicator) dari sebuah kebijaksanaan merger.
Motif lain dilakukannya merger adalah monopoli power.
Suatu perusahaan besar melakukan merger dengan perusahaan yang level bisnisnya lebih kecil atau setara akan memberikan kesan bahwa perusahaan ter-sebut memiliki kemampuan lebih, baik dalam aset maupun dalam managerial skill- nya. Dengan melakukan merger, maka kemampuan aset semakin besar, dengan begitu ia akan mampu melakukan operasi pada skala yang lebih ekonomis. Konsekuensinya, perusahaan hasil merger tersebut dapat menurunkan cost per unitnya, sehingga harga jual barang atau jasa per unit dapat ditekan lebih rendah. Kondisi ini pada gilirannya dapat menambah pangsa pasar (market share) dan menjadi market leader dalam industri dimana perusahaan tersebut berada.
e. Pertimbangan Merger
Tujuan umum perusahaan melakukan merger dengan perusahaan lain antara lain untuk meningkatkan pangsa pasar dan nilai tambah melalui upaya penciptaan efisiensi yang lebih baik, meningkatkan sinergi operasional, sinergi keuangan, strategic realignment, dan bagi bank publik adalah adanya alasan q-ratio. Q-ratio adalah perbandingan kapitalisasi saham perusahaan dengan nilai perolehan (replacement cost)
aktiva perusahaan. Perusahaan dengan q-ratio di atas satu menunjukkan bahwa manajemen perusahaan tersebut superior. Perusahaan hanya akan mengambil alih perusahaan lain, jika marginal q-ratio di atas satu.
Artinya, nilai kapitalisasi saham perusahaan setelah digabung akan lebih tinggi dari pada biaya perolehannya. Dengan demikian, merger tidak akan terjadi jika angka q-ratio setelah merger lebih rendah dari pada angka sebelum merger. Nilai tambah dalam proses merger sering dituliskan dengan simbol 1+1=3. Berdasarkan tujuan merger di atas, jelas bahwa merger tidak hanya dibutuhkan oleh bank yang tidak sehat, namun justru sesama bank sehat pun perlu mempertimbangkan merger.
f. Tahap-tahap Proses Merger
Sebelum perusahaan melakukan serangkaian tahap-tahap proses merger, perusahaan harus membuat rencana merger yang mencakup identifikasi faktor internal dan faktor eksternal (Moin, 2003).
Perusahaan dapat mempertimbangkan beberapa hal seperti kesiapan manajemen, kemampuan finansial, target industri, calon perusahaan target, dan taktik yang akan digunakan dalam melakukan merger.
Apabila dalam perencanaan tersebut perusahaan tidak menemukan masalah yang berarti maka perusahaan melanjutkan pada proses merger. Pada dasarnya tahapan-tahapan proses merger adalah : 1. Identifikasi Awal
Pada tahap awal ini perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang perusahaan-perusahaan potensial yang akan dimerger. Hal ini tidak terlepas dari motivasi perusahaan dalam
menentukan perusahaan yang akan dijadikan target merger. Berbagai informasi dikumpulkan untuk mengetahui karakteristik perusahaan target seperti informasi tentang kekuatan dan kelemahan, pemasaran, kinerja keuangan, kinerja manajemen, sumber daya manusia, organisasi, pemegang saham, sejarah masa lalu, status perusahaan, posisi dalam industri, dan ukuran perusahaan target.
2. Screening
Screening adalah proses menyaring sekaligus memilih salah satu atau beberapa perusahaan diantara calon target yang paling layak untuk melakukan merger.
3. Penawaran Formal
Dalam melaksanakan merger, perusahaan akan membentuk tim yang bertanggungjawab agar proses merger dapat berjalan lancar.
Perusahaan dapat merekrut personel ahli dari luar (external adviser) untuk bergabung dalam tim yang selanjutnya tim tersebut akan melakukan pendekatan dengan perusahaan yang dijadikan target.
Pendekatan yang dilakukan secara formal dengan pemberitahuan secara resmi dan tertulis yang ditujukan kepada manajemen puncak perusahaan target tentang maksud merger (Letter of Intent). Pada tahap ini perusahaan melakukan penjajagan pelaksanaan merger antar kedua belah pihak dan pembicaraan tentang harga yang disepakati bersama.
5. Due Dilligence
Due diligence ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang detail tentang kondisi perusahaan target yang dilihat dari berbagai
aspek baik dari aspek hukum, keuangan, organisasi, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi, dan produksi. Dengan melakukan due diligence, maka perusahaan dapat mengurangi atau menghindari kesulitan-kesulitan yang bisa menyebabkan kegagalan proses terjadinya merger.
6. Negosiasi atau Deal
Agar proses merger dapat berjalan dengan normal (tidak terjadi hostile take over), maka diperlukan persetujuan dari dua pihak pada perusahaan target yaitu pihak manajemen dan pihak pemegang saham.
Apabila kedua pihak tersebut menyetujui syarat-syarat yang disepakati antara pihak yang melakukan merger dan pihak yang dimerger, deal akan terlaksana.
7. Closin
Closing adalah penutupan transaksi merger setelah negosiasi mencapai deal. Pada kasus merger, closing berarti berakhirnya status hukum perusahaan yang dimerger ke dalam perusahaan hasil merger bersamaan dengan diserahkannya saham perusahaan hasil merger kepada pemegang saham perusahaan yang dimerger tersebut.
8. Integrasi
Integrasi berarti proses berlangsungnya interaksi dan menyatunya kepentingan dari dua pihak yang semula berbeda untuk melakukan kegiatan bersama dan menjalani "kehidupan baru". Pada tahap integrasi, ada beberapa hal yang dilakukan yaitu evaluasi perbedaan dan persamaan karakter organisasi, mengembangkan pendekatan
integrasi, menyesuaikan dan memadukan kultur organisasi.
3. Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan).Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger.
Kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir,1995).
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank perlu digunakan anailsis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan digunakan sebagai dasar perencanaan pengambilan keputusan untuk memperoleh gambaran perkembangan keuangan dan posisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang, dan jugadigunakan untuk pihak manajemen perusahaan dalam
menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan. Dengan menggunakan analisa rasio, kita dapat menentukan tingkat kinerja keuangan suatu bank. Oleh karena itu rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu kondisi bank.
1. ROA (Return On Assets)
Dendawijaya (2005), mengemukakan Return On Asset digunakan untuk megukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keungtungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank terrsebut dari segi penggunaan aktiva.
ROA = laba sebelum pajak
x 100%
Total Aktiva
2. CAR (Capital Adequacy Ratio)
Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.
23/67/Kep/DIR tanggal 28 Februari 1991 yang dipertegas melalui Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban modal minimum bank, menetapkan bahwa rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) harus mencapai 8%.
Hasibuan (2005) ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk :
1. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan.
2. Melindungi dana pihak ketiga pada bank yang bersangkutan.
Martono (2002), perhitungan CAR sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
CAR =
JumlahModal
x 100%
jumlah ATMR Keterangan :
1. Modal adalah harga yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan 2. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah aktiva yang
tercantum dalam neraca tercermin dalam kewajiban yang bersifat kesinambungan dan atau komitmen yang disediakan bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada golongan nasabah penjamin serta sifat agunan.
Pemerintah selalu menganjurkan kepada kalangan perbankan agar memperhatikan ketentuan pemerintah dalam hal permodalan terutama menyangkut Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mengindikasikan kekuatan permodalan perbankan Indonesia.Perhitungan CAR ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.Bank yang dianggap sehat adalah bank yang memiliki CAR di atas 8% dengan bobot perhitungan 25%
3. NPL (non performing loan)
Non Performing loan (NPL) menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Menurut Dendawijaya (2009), kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
1. Dari pihak perbankan
Dalam hal ini pihak analis kredit kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam menghitung rasio-rasio yang ada. Akibatnya, apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya.
2. Dari pihak Nasabah
3. Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan 2 hal yaitu:
1. Adanya unsur kesengajaan 2. Adanya unsur tidak sengaja
Tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL dikarenakan NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.
(Riyadi, 2004). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :
NPL = x 100%
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL
Rasio Predikat NPL ≤ 8%
NPL > 8%
Sehat Tidak Sehat
Berdasarkan tabel diatas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 8%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat
4. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional )
Biaya Operasional terhadap Pendapatn Operasional (BOPO) merupakan rasio yang menunjukkan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu (Riyadi, 2004). BOPO telah menjadi salah satu rasio yang perubahan nilainya sangat diperhatikan terutama bagi sektor perbankan mengingat salah satu criteria penentuan tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia adalah besaran rasio ini.
Pada Bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga (beban bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dsb. Sedangkan, pendapatan operasional bank umumnya terdiri dari pendapatan bunga (diperoleh dari pembayaran angsuran kredit dari masyarakat, komisi dsb. BOPO dapat dirumuskan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebagai berikut :
BOPO = x 100%
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
5. NIM (Net Interest Margin)
Net Interest Margin (NIM) merupakan salah satu indikator yang diperhitungkan dalam penilaian aspek profitabilitas. NIM merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih. Menurut Riyadi (2004), NIM adalah perbandingan antara Interest Income (pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi Interest expenses (biaya bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan Average Interest Earning Assets (rata-rata aktiva produktif yang digunakan). Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kenungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas.
Rasio Net Interest Margin dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
NIM = x 100%
Sehingga unsur-unsur pembentuk NIM adalah pendapatan bunga bersih yang merupakan selisih dari pendapatan dengan beban bunga dan aktiva produktif.
6. LDR (Loan to Deposit Ratio )
Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary. Fungsi intermediasi ini dapat ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Dendawijaya (2009), Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Sedangkan menurut Kasmir (2007), Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Hal ini dikarenakan penyaluran kredit merupakan salah satu tujuan dari penghimpunan dana bank, yang sekaligus memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi bank. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin illiquid suatu bank, karena seluruh dana yang berhasil dihimpun telah disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga tidak terdapat kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk diinvestasikan.
Tingginya rasio LDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak
likuid dan memberikan konsekuensi meningkatnya risiko yang harus ditanggung oleh bank, berupa meningkatnya jumlah Non Performing Loan atau Credit Risk, yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang telah dititipklan oleh nasabah, karena kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah.
Namun, disisi lain, rendahnya rasio LDR, walaupun menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi, tetapi menyebabkan bank memiliki banyak dana menganggur (idle fund) yang apabila tidak dimanfaatkan dapat menghilangkan kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya, dan menunjukkan bahwa fungsi utama bank sebagai financial intermediary tidak berjalan.
Untuk menghitung nilai dari LDR, dapat menggunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, yaitu :
LDR = x 100%
Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR berada pada tingkat 85%-100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI akan memperlakukan peraturan Bank Indonesia No012/19/PBI/2010 yang berisi ketentuan standar LDR pada tingkat 78%-100%.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan penulis, mengacu pada teori dan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh:
1 . Payamta (2001)
Payamta (2001) meneliti tentang analisis pengaruh keputusan merger dan akuisisi terhadap perubahan kinerja perusahaan publik di Indonesia. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon dan manova dan menghasilkan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan untuk periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Meskipun ada beberapa rasio keuangan yaitu total asset turnover, fixed asset turnover, ROI dan ROE yang memberikan inidikasi berbeda
untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah merger, namun perbedaaan tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten.
2. Endarwati dan Pujiningsih (2003)
Endarwati dan Pujiningsih (2003) mengenai perbedaan kinerja bank sebelum dan sesudah melakukan merger. Pengujian dilakukan dengan uji wilcoxon dan menghasilkan kesimpulan bahwa dari semua rasio untuk mengukur kinerja, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja bank sebelum dan sesudah merger baik secara individu maupun bersama-sama kecuali pada kinerja bank Danamon yang menunjukkan perbedaan yang signifikan diukur dengan CAR (Capital Adequacy Ratio), RUAA (Ratio Utang Atas Aktiva), APTA (Aktiva Produktif Terhadap Aktiva), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return On Asset), BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) dan LDR (Loan
Deposit Ratio). Sedangkan untuk cash ratio Bank Danamon sebelum dan sesudah merger tidak menunjukkan perbedaaan yang signifikan.
3. Haryati (2005)
Haryati (2005) melakukan penelitian dalam skripsinya (UNS, tidak dipublikasikan) yang berjudul : Analisis Kinerja Bank Permata, Tbk sebelum dan setelah Merger periode 1999-2002 dengan menggunakan enam rasio keuangan yaitu CAR, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR.
Penelitian ini di uji dengan statistic non parametik yaitu ; wilcoxon-signed rank test dan memperoleh kesimpulan bahwa :
1. Merger tidak memberikan pengaruh untuk meningkatkan kinerja bank dengan tidak meningkatnya rasio CAR secara signifikan.
2. Merger tidak memberikan pengaruh untuk meningkatkan kinerja bank dengan tidak meningkatnya rasio ROE secara signifikan.
3. Merger tidak memberikan pengaruh untuk meningkatkan kinerja bank dengan tidak meningkatnya rasio ROA secara signifikan.
4. Merger tidak memberikan pengaruh untuk meningkatkan kinerja bank dengan menurunkan rasio BOPO.
5. Merger tidak memberikan pengaruh untuk meningkatkan kinerja bank dengan menaikan rasio NIM.
6. Merger tidak memberikan pengaruh untuk meningkatkan kinerja bank dengan menurunkan rasio LDR.
4. Payamta dan Nur Sholikah (2001)
Penelitian yang dilakukan oleh Payamta dan Nur Sholikah (2001) yang meneliti pengaruh dilakukannya merger dan akuisisi terhadap kinerja
perbankan publik di Indonesia pada periode 1990 sampai 1995. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon, manova dan uji t dan menghasilkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perbankan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
5. Suhardito et al. (2000)
Suhardito menganalisis kegunaan rasiorasio keuangan industri perbankan dalam memprediksi perubahan laba bank-bank yang go-public di Bursa Efek Surabaya (BES). Dengan periode pengamatan dari tahun 1995- 1998. Rasio-rasio yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Sampel yang digunakan sebanyak 22 perusahaan perbankan yang tercatat di BES. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan yang digunakan mampu memprediksi perubahan laba industri perbankan tersebut untuk periode satu tahun ke depan. Akan tetapi rasio-rasio keuangan yang mempunyai pengaruh terhadap laba hanya rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas, sedangkan rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap laba.
C. Kerangka Pemikiran
Salah satu tujuan utama perusahaan melakukan merger adalah untuk mencapai sinergi yang positif, sinergi yang lebih besar dibandingkan sebelum melakukan kegiatan merger.Sinergi yang terjadi pada perusahaan melakukan merger dapat tercermin dari kinerja keuangannya.
Kinerja keuangan yang dilihat dalam ratio ROA menunjukkan keefektifan bank dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki (aset), NIM menunjukkan keefektifan bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit; CAR menunjukan kecukupan permodalan Bank , BOPO menunjukkan seberapa besar pendapatan operasional digunakan untuk menutup biaya operasional; NPL menunjukkan besarnya resiko kredit yang dihadapioleh bank, sedangkan LDR menunjukkan tingkat intermediasi bankdalam menyalurkan kredit dari dana yang diterima dari masyarakat.
Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang dikembangkan diatas, maka model konseptual/ kerangka pemikiran teoritis dapat dikembangkan dalam gambar berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
dibandingkan
• CAR
• NPL
• BOPO
• NIM
• LDR ROA
Sebelum Merger Sesudah Merger
PT Bank Cimb Niaga Tbk
keterangan : ROA : Return On Asset CAR : Capital Asset Ratio NPL :Net Performing Loan
BOPO :Biaya Operasional Terhadap Pendapatan operasional LDR :Loan to Deposit Ratio
NIM :Net Interest Margin
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Diduga adanya perbedaan profitabilitas (ROA) Bank CIMB NIAGA sebelum dan sesudah merger.
2. Diduga CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) 3. Diduga NPL berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA) 4. Diduga BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA) 5. Diduga NIM berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA) 6. Diduga LDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA)