commit to user
i
PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT
KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
ESTI QOMARIYAH
K 6406030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENGAJUAN
PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT
KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
ESTI QOMARIYAH
K 6406030
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Winarno, S.Pd, M.Si
NIP. 19710813 199702 1 001
Pembimbing II
Drs. Suyatno, M.Pd
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan TIM Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Drs. Machmud Al Rasyid, S.H, M.Si
Sekretaris : Moh. Muhtarom, S.Ag, M.Si «
Anggota I : Winarno, S.Pd, M.Si «««««
Anggota II : Drs.Suyatno M.Pd «««««
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
commit to user
v
ABSTRAK
Esti Qomariyah. PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara Pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 9 kelas sebanyak 304 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik
proporsional random sampling sejumlah 76 siswa. Teknik pengumpulan data
untuk variabel pemahaman politik (X) menggunakan tes dan data untuk variabel kesadaran politik(Y) menggunakan metode angket yang bersifat tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis koefisien korelasi Product Moment dari Pearson.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh harga r hitung 0,355 dan pada taraf signifikansi 5% dengan db=n-2=74 diperoleh , r tabel 0,235, karena rhitung > rtabel (0,355> 0,235), maka Ha diterima dan H0 ditolak berarti terdapat pengaruh yang positif, sedangkan harga thitung=3,269 dan pada taraf signifikansi 5% dengan db=n-2=74 diperoleh ttabel=1,993, karena thitung>ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak berarti antara variabel X terhadap Y terdapat pengaruh yang signifikan. Dari hasil analisis data di atas maka hipotesis yang berbunyi ³7HUGDSDW SHQJDUXK \DQJ SRVLWLI GDQ VLJQLILNDQ SHPDKDPDQ SROLWLN WHUKGDS tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Karanganyar tahun SHODMDUDQ´GLQ\DWDNDQGLWHULPD$GDSXQEHVDUan sumbangan pengaruh (KP) X terhadap Y sebesar 12,6%. Hal ini berarti 12,6% kesadaran politik siswa pada kelas VII SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 dipengaruhi oleh pemahaman politik khususnya melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dan adapun persamaan regresi linear sederhana diperoeh persamaan Y=72,9652+1,472 jadi dari persamaan regresi yang didapat menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel X maka diikuti kenaikan Y sebesar kemiringan gradien garis regresi sebesar 1,472.
commit to user
vi
ABSTRACT
Esti Qomariyah. THE EFFECT OF POLITICAL PERCEPTION ON THE POLITICAL AWARENESS LEVEL IN THE XI GRADERS OF SMA NEGERI 1 KARANGANYAR IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. Januari. 2011.
The objective of research is to find out: whether or not there is a positive and significant effect of political perception on the political awareness level in the XI graders of SMA Negeri 1 Karanganyar in the School Year of 2010/2011.
This research employed a descriptive quantitative method. The population of research was all XI graders of SMA Negeri 1 Karanganyar in the School Year of 2010/2011 consisting of 9 class including 304 students. The sample of research was 76 students taken using proportional random sampling technique. Technique of collecting data used for political perception variable (X) was test and for political awareness variable was closed-ended questionnaire method. Technique
oI DQDO\]LQJ GDWD XVHG ZDV 3HDUVRQ¶V 3URGXFW 0RPHQW FRUUHODWLRQ FRHIILFLHQW
analysis technique.
Considering the result of data analysis, it can be found that the r statistic value is 0.355 and at significance level of 5% with db = n-2=74, r table is 0.235 because r statistic > r table (0.355 > 0.235), Ha is supported and H0 is not supported meaning that there is a positive effect, meanwhile the t statistic value = 3.269 at significance level of 5% with db = n-2=74, t table = 1.993, because t statistic > t table, Ha is supported and H0 is not supported meaning that there is a significant effect of X on Y. From the result of data analysis above, the
K\SRWKHVLV³WKHUHLVDSRVLWLYHDQGVLJQLILFDQWHIIHFWRISROLWLFDOSHUFHSWLRQRQWKH
political awareness level in the XI graders of SMA Negeri 1 Karanganyar in the
6FKRRO <HDU RI ´ LV VXSSRUWHG 7KH FRQWULEXWLRQ RI ; HIIHFW RQ < LV ,WPHDQVWKDWRIVWXGHQW¶VSROLWLFDODZDUHQHVVLQ;,JUDGHUVRI60$
Negeri 1 Karanganyar in the School Year of 2010/2011 is affected by the political perception particularly through the Civic Education subject. And the simple linear regression equation obtained is Y = 72.9652 + 1.472X, so the regression equation obtained indicates that each one unit increase in X variable will be followed by 1.472 increase in Y regression line gradient.
commit to user
vii
MOTTO
Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup,
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada :
¾ Bapak, Ibu tercinta yang telah memberikan
segalanya, semoga Allah SWT memberikan
kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat
¾ Suami tercinta Andika Bayu Purnomo yang
telah memberikan semangat dan motivasi
selama ini, terima kasih buat segalanya.
¾ Kakak, Adik dan Keponakan tersayang
¾ Teman-Teman PKn angkatan 2006
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai
pihak selama persiapan, pelaksanaan sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Untuk
itu dalam kesempatan ini, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS.
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini.
3. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FKIP UNS.
4. Dr. Sri Haryati, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah berkenan memberi ijin dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Winarno S.Pd M.Si selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya
dan dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya skripsi ini.
6. Drs. Suyatno M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
dan dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya skripsi ini.
7. Drs. H. Sobirin M,M.Pd Kepala sekolah yang telah memberikan ijin try out
dan penelitian di SMA Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.
8. Muh. Hendri Nuryadi, S.Pd, M.Sc, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan serta pengarahan
9. Warsono S.Pd M.Pd selaku Guru PKn SMA Negeri 1 Karanganyar atas
segala bantuannya.
commit to user
x
10.Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
11.Berbagai pihak atas segala bantuannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Surakarta , Januari 2011
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACK... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... .. ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka tentang pemahaman politik... 10
1. Tinjauan tentang pemahaman ... 10
2. Tinjauan tentang politik ... 14
3. Tinjauan tentang Kesadaran politik ... 17
4. Tinjauan Pendidikan Politik ... 21
commit to user
xii
B. Penelitian yang Relevan ... ... 33
C. Kerangka Berpikir ... 34
D. Perumusan Hipotesis ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
B. Metode Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Teknik Analisis Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 58
1. Deskripsi Data Pemahaman Politik... . 58
2. Deskripsi Data Kesadaran politik... 59
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 60
1. Uji Normalitas ... 61
2. Uji Linieritas ... 61
C. Pengujian Hipotesis ... 62
1. Pengujian Hasil AnalisLV'DWD«««««««««««« 2. PeQDIVLUDQ3HQJXMLDQ+LSRWHVLV«««««««««««64 3. Pembahasan Hasil Analisis data ... 65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Implikasi ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rencana waktu penelitian ... 37
Tabel 2. Jumlah sampel dari tiap kelas ... 41
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemahaman Politik ... 58
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema kerangka berpikir ... 35
Gambar 2. Grafik Histogram Variabel Pemahaman Politik ... 59
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar sampel ... 75
Lampiran 2. Kisi-kisi uji coba tes pemahaman politik ... 76
Lampiran 3.Lembar uji coba tes pemahaman politik dan kunci jawaban ... 77
Lampiran 4. Hasil validitas tes pemahaman politik ... 84
Lampiran 5. Kisi-kisi tes pemahaman politik ... 87
Lampiran 6. Lembar penelitian tes pemahaman politik dan kunci jawaban .... 88
Lampiran 7. Contoh perhitungan uji validitas tes pemahaman politik ... 94
Lampiran 8. Contoh perhitungan uji reliabilitas tes ... 95
Lampiran 9. Contoh perhitungan tingkat kesukaran ... 98
Lampiran 10.Contoh perhitungan Daya Beda ... 99
Lampiran 11. Daftar nama siswa sebagai responden try out ... 100
Lampiran 12. Kisi-kisi uji coba angket kesadaran politik... 101
Lampiran 13. Lembar uji coba angket kesadaran politik .. ... 102
Lampiran 14. Hasil uji validitas angket kesadaran politik... ... 106
Lampiran 15. Kisi-kisi penelitian angket kesadaran politik... 112
Lampiran 16. Lembar penelitian angket kesadaran politik ... 113
Lampiran 17. Contoh perhitungan uji validitas angket.... ... 116
Lampiran 18. Contoh perhitungan uji reliabilitas angket... 118
Lampiran 19. Deskriptif data pemahaman politik dan kesadaran politik . ... 121
Lampiran 20. Tabel dan perhitungan uji normalitas variabel X ... 126
Lampiran 21. Tabel dan perhitungan uji normalitas variabel Y ... 130
Lampiran 22. Uji linieritas X terhadap Y dengan SPSS ... 133
Lampiran 23. Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X dan Perhitungan uji keberartian koefisien korelas dan koefisien determinasi ... 139
Lampiran 24. Perhitungan Garis regresi Linear Sederhana ... 140
Lampiran 25. Daftar Tabel Harga Kritik dari r Product Moment ... 144
Lampiran 26. 7DEHO1LODL.ULWLN8ML/LOOLHIRUV«««««««««««« 145
commit to user
xvi
Lampiran 28. Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q
pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta ... 147
Lampiran 29. Surat keputusan dekan FKIP tentang ijin penyusunan
skripsi/ makalah ... 148
Lampiran 30. Surat kepada kepala sekolah SMAN 1 KARANGANYAR
untuk mengadakan research«««««««««««««««««« ... 149
Lampiran 31. Surat Tidak Keberatan dari Badan Kesbang Pol & Linmas
.DUDQJDQ\DU««««««««««««««««««««««««« 150
Lampiran 32. Surat Rekomendasi Research/Survey dari BAPPEDA
.DUDQJDQ\DU««««««« ... 151 Lampiran 33. Surat Rekomendasi Research/Penelitian dari Disdikpora
KarangDQ\DU««««««««««««««««««««««««« 152
Lampiran 34. Surat keterangan telah mengadakan research di SMAN 1
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagian yang terpenting dalam kehidupan suatu bangsa adalah pendidikan,
yang pada dasarnya sudah ada dan dibutuhkan saat manusia mulai menghadapi
berbagai masalah kehidupan. Politik merupakan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan pemerintahan dan kewarganegaraan di masyarakat.
Pendidikan dan politik merupakan dua elemen yang sangat penting dalam sistem
sosial politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Keduanya sering dilihat sebagai bagian yang terpisah dan tidak memiliki
hubungan apa-apa, tetapi keduanya saling menunjang dan saling mengisi.
Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk
perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Begitu juga sebaliknya,
lembaga-lembaga dan proses politik di suatu negara membawa dampak besar pada
karakteristik pendidikan di suatu negara tersebut.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
'HILQLVLODLQWHQWDQJSHQGLGLNDQDGDODK´SURVHVPHPEDQJXQNHSULEDGLDQ manusia secara integral. Di antara aspek kepribadian manusia itu adalah aspek
politik dan sosiDO´ Dari sisi lain, Pendidikan adalah ´XVDKD\DQJVDGDUWHUDUDK
dan disertai dengan pemahaman yang baik, untuk menciptakan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada perilaku individu, dan selanjutnya pada perilaku
komunitas dimana individu itu hidup´8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ, 2000:61).
Dalam artian umum, pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu
bangsa mentransfer budaya politiknya dari generasi yang satu ke generasi
commit to user
2
Salah satu aspek yang menjadi tujuan pendidikan politik adalah aspek
kognitif yang arahnya adalah membangun pengetahuan politik warga negara
(civic knowledge). Pendidikan politik bagi warga negara adalah penyadaran warga
negara untuk sampai pada pemahaman politik atau aspek-aspek politik dari setiap
permasalahan sehingga dapat mempengaruhi dan ikut mengambil keputusan di
tengah medan politik dan pertarungan konflik-konflik. Pendidikan politik ini
diselenggarakan sebagai upaya edukatif yang sistematis dan intensif untuk
memantapkan kesadaran politik dan kesadaran bernegara (M.Khoiron, 1999:5).
Pelaksanaan pendidikan politik dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pelaksanaan yang wajib melalui pembelajaran dalam
kelas yang saat ini telah dilaksanakan dan dinilai oleh guru. Pada mata pelajaran
yang lain, pendidikan politik dapat diintegrasikan dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari mata pelajaran yang relevan. Pemilihan cara dan bentuk
pendidikan politik di sekolah dibebaskan kepada satuan pendidikan sesuai dengan
visi dan misi masing-masing satuan pendidikan.
Tujuan dari pendidikan politik salah satunya adalah membentuk kesadaran
politik, cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan kesadaran politik pada
generasi muda adalah salah satunya dengan melalui jalur sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, salah satunya melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yaitu pada tingkat jenjang sekolah menengah ke atas
(SMA). PKn memiliki tujuan utama untuk membentuk siswa yang mampu
berpikir kritis, berpikir kreatif, bertindak demokratis dalam setiap aspek
kehidupannya, mempunyai rasa tanggung jawab dan juga dapat berperan serta
dalam proses pengambilan keputusan. Ruang lingkup materi PKn lebih banyak
menitikberatkan pada disiplin ilmu hukum, kewarganegaraan, dan politik.
Pendidikan tentang politik yang ada dalam PKn memiliki misi utama untuk
membina siswa agar melek politik. Misi dari mata pelajaran PKn itu sendiri yaitu
"membentuk warga negara yang baik yakni warga negara yang sanggup
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bernegara, dilandasi oleh
kesadaran politik, kesadaran hukum, dan kesadaran moral". Untuk mewujudkan
commit to user
kewarganegaraan yang multidimensional agar dapat menjalankan hak dan
kewajibannya dalam berbagai aspek kehidupan (Muchson, 2000).
Dalam dunia pendidikan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu
pendidikan yang memiliki peran sangat penting. Hal ini terbukti dari
diwajibkannya pelajaran pendidikan kewarganegaraan mulai dari tingkat SD
sampai dengan Perguruan tinggi. Mengingat Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan dan menghasilkan
manusia-manusia yang mampu berwarga negara yang baik dan benar yang sadar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Karena pada hakikatnya
merupakan suatu pendidikan yang berupaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela negara. Dan diharapkan siswa itu memiliki pemahaman yang baik mengenai
pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan
moral yang pada akhirnya nanti dapat dipraktekan dalam kehidupan baik dalam
masyarakat, bangsa maupun negara.
Dengan demikian materi tentang politik dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat mendorong siswa melakukan hal yang
positif dengan memiliki kesadaran akan politik sesuai dengan harapan semua
pihak, termasuk lingkungan. Namun kenyataannya hal itu bertolak belakang,
banyak siswa yang tidak paham dengan pemahaman konsep politik sebagai upaya
menumbuhkan kesadaran akan politik. Hal itu dapat dilihat dari masih adanya
tindakan yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah yang mencerminkan
rendahnya kesadaran siswa terhadap kesadaran akan hubungannya dengan politik
khusunya dalam bentuk kegiatan di sekolah.
Kesadaran politik itu menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik
diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap
masalah kenegaraan dan atau pembangunan (Budiarjo, 1982:22). Kesadaran
politik berbanding lurus dengan pendidikan politik di masyarakat itu sendiri.
commit to user
4
juga semakin kuat (Theresia Audita Guretti, 2009). Dengan kesadaran politik
yang tinggi, diharapkan ada pemulihan sistem yang berpegang erat pada pancasila
dan mengusahakan kesejahteraan bersama. Dan ketika tingkat kesadaran
berpolitik masyarakat sudah tinggi, maka niscaya dengan sendirinya sistem
demokrasi akan berjalan, dengan tentunya didasari sikap patriotisme dan
nasionalisme yang ada. Pengetahuan dan pemahaman warga negara terhadap
konsep-konsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting untuk di bangun,
karena tanpanya kesadaran politik yang kritis tidak mungkin ditumbuhkan
(M.Khoiron, 1999:51).
Berkenaan dengan pemahaman tentang politik ini, siswa sebagai bagian
masyarakat yang nantinya juga akan sebagai calon pemilih pemula, maka melalui
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan siswa mampu untuk
dapat memahami kehidupan bernegara dan lingkungan sosialnya. Dalam jalur
pendidikan formal di sekolah, sebagaimana kita ketahui bahwa penanaman
kesadaran politik yang dapat dilakukan melalui pembelajaran tentang politik
dalam mata pelajaran di sekolah serta melalui organisasi maupun
kegiatan-kegiatan intra maupun ekstra kurikuler yang ada di sekolah, sedangkan dalam
jalur non formal proses tersebut berjalan melalui komunikasi sosial secara
timbal-balik di lingkungan keluarga, mengemukakan pendapat di muka umum dalam
organisasi-organisasi kemasyarakatan serta forum-forum kemasyarakatan lainnya.
Keterlibatan generasi muda dalam bidang politik saat ini sangatlah
penting. Keberadaan generasi muda sendiri merupakan asset yang berharga demi
keberlangsungan suatu sistem politik. Partisipasi mereka dalam bidang politik
sangat diperlukan karena di masa mendatang mereka yang akan memegang
kendali terhadap jalannya sistem politik yang berlaku. Oleh karena itu, siswa
sebagai bagian dari generasi muda, hendaknya harus mulai ditanamkan
pentingnya kesadaran politik dalam diri mereka sedini mungkin. Kesadaran
politik pada diri siswa di sekolah, salah satunya dapat kita lihat dari bagaimana
daya kritis siswa dalam berdiskusi di kelas, juga pengalaman dalam belajar
konsep berpolitik seperti pada saat pemilihan ketua kelas ataupun ketua OSIS di
commit to user
Namun demikian pada kenyataannya masih terjadi permasalahan yang
berkaitan dengan kesadaran politik ini. Hal ini dapat dilihat dari masih terdapat
siswa yang memiliki kesadaran politik di dalam lingkungan sekolah yaitu masih
terdapat siswa yang kurang memiliki daya kritis pada saat berdiskusi didalam
kelas, maupun di dalam pemilihan serta pada saat menganggapi suatu kebijakan
yang dibuat dalam OSIS. Sebagai contoh lain di masyarakat luar, dimana masih
adanya fenomena golput di masyarakat yang terjadi dalam pemilihan umum, salah
satunya yaitu dimana pihak remaja yang sebagai salah satu bagian dari pemilih
pemula, masih ada sebagian yang tidak menggunakan hak suaranya dalam pilkada
dan sebagian dari remaja tersebut rata-rata masih duduk dibangku sekolah. Hal
tersebut disebabkan salah satunya karena masih kaburnya pandangan para remaja
dalam dalam memahami politik (Edy Rachmad, 2010). Selain itu didalam
masyarakat ini juga masih banyak terjadinya persoalan adanya fenomena politik
uang, Baik dalam pemilu legislatif maupun pilkada masih banyak terjadi praktek
money politik. Adapun masyarakat yang kesadaran politiknya rendah memang
cenderung mudah dipermainkan dengan politik uang, hal ini akan merugikan
pihak masyarakat yang memiliki kesadaran politik yang tinggi(Iriani Permatasari,
2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka pemahaman tentang konsep politik
sangat diperlukan untuk mendorong adanya keseimbangan antara pemahaman
tentang politik dengan kesadaran politik yang diwujudkan dengan sikap dan
perilaku positif terhadap kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai Warga
Negara dalam bentuk di lingkungan sekolah maupun sosial masyarakat. Karena
kurangnya pemahaman menunjukan siswa tidak tahu dan mengerti mengenai hal
yang telah diajarkan, dan ini akan berpengaruh pada tindakan yang dilakukannya.
Apabila mereka mengerti dan paham secara otomatis mereka akan tahu dan sadar.
Di sinilah kita melihat betapa perlunya memberikan pelajaran tentang politik dan
memberikan pemahaman yang cukup akan materi mengenai politik tersebut.
Melalui pemahaman materi khususnya politik yang cukup diharapkan akan dapat
commit to user
6
berguna dalam kehidupan kemasyarakatan, dimana kehidupan politik merupakan
salah satu seginya.
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis dalam hal
ini terdorong untuk mencoba meneliti apakah ada pengaruh antara pemahaman
politik terhadap tingkat kesadaran politik yang dimiliki siswa kelas XI di SMAN 1
Karanganyar.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan, yaitu :
1. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi hak asasi
manusia belum memberikan pemahaman politik yang berorientasi pada
kesadaran akan politik.
2. Semakin menurunnya kesadaran siswa akan politik di lingkungan sekolah.
3. Rendahnya pemahaman politik pada diri siswa memungkinkan siswa kurang
mengerti dalam sikap dan tindakannya.
4. Rendahnya kesadaran akan politik yang diasumsikan berkaitan dengan tinggi
rendahnya pemahaman politik yang di miliki siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis membatasi masalah
yang akan diteliti, agar penelitian jelas dan berjalan dengan baik, yakni pada
masalah rendahnya kesadaran akan politik yang diasumsikan berkaitan dengan
tinggi rendahnya pemahaman politik yang di miliki siswa
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
maka rumusan masalahnya adalah :
´$GDNDKSHQJDUXKyang positif dan signifikan antara pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMAN 1 Karanganyar
commit to user
E. Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah yang telah dikemukakan serta sejalan dengan masalah yang
dikemukakan di atas maka penelitian ini bertujuan :
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMAN 1
Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang politik dalam
meningkatkan kesadaran politik pada diri siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Memberikan masukan siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahamannya tentang politik agar dapat membantu menumbuhkan serta
penanaman kesadaran berpolitik pada mereka.
b. Bagi Sekolah
Memberikan bahan masukan bagi pihak sekolah untuk selalu memberikan
dukungan yang baik kepada seluruh siswa-siswinya agar mereka tetap bersikap
baik serta sadar akan politik.
c. Bagi Guru
Memberi masukan bagi guru untuk berperan serta menumbuh kembangkan
kesadaran politik pada diri siswa melalui pengetahuan dan pemahaman politik
commit to user
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pemahaman Politik
a. Pengertian Pemahaman
3HPDKDPDQEHUDVDOGDULNDWD´SDKDP´\DQJDUWLQ\DPHQJHUWLEHQDUGDODP suatu hal. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.
Menurut Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (2001:51) mengatakan bahwa
pemahaman merupakan :
´-HQMDQJ NHPDPSXDQ LQL PHQXQMXNDQ NHSDGD NHPDPSXDQ EHUILNLU VLVZD untuk memahami bahasa-bahasa atau bahan ajar yang dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima kedalam bahasanya sendiri. Kata-kata kerja yang digunakan untuk menyampaikan kemampuan ini antara lain menjelaskan, merumuskan dengan kata-kata sendiri, menyimpulkan dan memberLFRQWRK´
Sedangkan pengertian pemahaman menurut Suharsimi Arikunto PHQJDWDNDQ EDKZD ´SHPDKDPDQ DGDODK PHPSHUWDKDQNDQ memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasi, memberi contoh, menuliskan NHPEDOL PHPSHUNLUDNDQ´ 'HQJDQ SHPDKDPDQ GLKDUDSNDQ seseorang dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta dan
konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah
merupakan suatu kemampuan berpikir seseorang untuk dapat menginterprestasi
materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan, serta merumuskannya
dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang paham berarti mereka
commit to user
Dalam dunia pendidikan di lakukan penilaian untuk dapat mengukur hasil
belajar seorang siswa. Saat ini dikenal tiga ranah perilaku yang dapat dijadikan
acuan dalam mengembangkan instrumen penilaian. Benyamin S. Bloom dalam H.
Rosjidan dkk (2001:4) membagi tujuan pendidikan atas tiga ranah perilaku yaitu ³5DQDKNRJQLWLIUDQDKDIHNWLIGDQUDQDKSVLNRPRWRU´
Pembagian ini dalam dunia pendidikan di kenal dengan sebutan
Taksonomi Bloom. Penjelasan dari tiga ranah tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Perilaku Kognitif
Perilaku kognitif merupakan perilaku siswa dalam upaya mengenal
dan memahami bahan ajar yang dipelajari secara hierarki.
b. Perilaku Afektif
Perilaku afektif merupakan perilaku siswa dalam menerima dan
menginternalisasikan sesuatu yang dikomunikasikan kepadanya
sehingga menjadi bagian yang menyatu dengan dirinya. Jadi perilaku
ini merupakan penghayatan aspek perilaku ini mencakup tahap
penerimaan, respon, penghargaan, pengorganisasian, karakterisasi.
c. Perilaku Psikomotor
Perilaku psikomotori menunjukan pada segi ketrampilan/kemahiran
siswa untuk memperagakan suatu kegiatan/tindakan. Jadi keterampilan
ini lebih kearah fisik. Aspek-aspek perilaku ini mencakup menirukan,
memanipulasi, mengartikulasi, dan menaturalisasikan.
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka dalam mengukur
pemahaman siswa ini termasuk dalam ranah kognitif.
b. Tingkatan Pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif. Dalam
hubungannnya dengan satuan pelajaran, pemahaman sebagai salah satu aspek
yang penting.
Aspek kognitif ini dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956)
dalam Daryanto (1997: 103) yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian. Masing-masing tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai
commit to user
10
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah aspek yang paling besar dalam taksonomi Bloom,
seseorang dituntut untuk mengenali dan mengetahui adanya konsep,
fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya dan harus mengerti atau
dapat menggunakannya.
b. Pemahaman (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.
c. Penerapan (application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari dari situasiatau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analis ini dapat dilihat dari penggunaan kata- kata kerja
misalnya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
commit to user
f. Penilaian (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilain
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria- kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan tes atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dengan tingkat
tingkat tersebut di atas.
Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap
awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui
suatu masalah tetapi juga mengerti serta memahami dengan apa yang telah ia
pelajari. Tingkatan pemahaman menurut Buxton dalam Wahyudi (2002:69) dibagi
dalam empat tingkatan yaitu sebagau berikut ;
1) Tingkatan pertama disebut tingkatan pemahaman meniru (rote learning). Pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa.
2) Tingkatan kedua disebut tingkatan pemahaman observasi (observational understanding). Pada tingkatan ini siswa menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola (pattern) atau kecenderungan.
3) Tingkatan ketiga disebut tingkatan pemahaman pencerahan (insightful understanding). Pada tingkatan ini, sebagai ilustrai, ada seorang siswa yang mampu menjawab soal-soal dengan baik dan tepat, tetapi baru kemudian menyadari mengapa dan bagaimana dia dapat menyelesaikannya setelah melakukan diskusi ulang atau mempelajari ulang materinya. Kemudian dia EDUXVDGDUGDQEHUNDWD³RKEHJLWX\DDVDOQ\D´
4) Tingkatan keempat disebut tingkatan pemahaman relasional. Pada tingkatan ini, siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah tetapi dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks.
Berdasarkan tingkatan pemahaman di atas, dapat dikatakan bahwa sangatlah
penting untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman yang diperoleh siswa
terhadap materi yang diajarkan. Kemampuan kognitif siswa akan
mempengaruhi keberhasilan dalam pemahaman materi selanjutnya. Siswa yang
mempunyai kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih mudah memahami materi
commit to user
12
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pemahaman Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pemahaman siswa menurut Wahyudi
dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan, No.036, Tahun ke-8, Mei 2002 adalah
sebagai berikut :
1) Faktor pertama adalah tingkat usia siswa (tingkat sekolah :SD, SLTP atau
SMU).
2) Faktor kedua adalah pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM).
3) Faktor ketiga adalah motivasi siswa.
Demikian tingkat pemahaman pada siswa tersebut tergantung pada diri
siswa itu sendiri dalam mempelajari suatu materi yang diberikan. Semakin tinggi
tingkat usia siswa atau tingkat sekolah, motivasi siswa, dan pendekatan yang
digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar maka semakin tinggi pula
tingkatan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan begitu pula sebaliknya.
d. Pengertian Politik
Politik Secara etimologis, berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota
atau negara kota.
Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,
politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang
berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.
Rafael Raga Maran (2001:18) mengungkapkan tentang politik sebagai
berikut:
commit to user
Menurut Haryono (2006:116) Pengertian politik berdasarkan
penggunaannya meliputi dalam arti kepentingan umum dan politik dalam arti
kebijaksanaan (policy). Penjelasan selengkapnya mengenai dua hal tersebut
sebagai berikut :
1) Dalam arti kepentingan umum/segala usaha untuk kepentingan umum,
baik yang berlaku di bawah kekuasaan negara dipusat maupun
didaerah, lazim disebut politics (bahasa inggris berarti: suatu rangkaian
asas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu/suatu keadaan yang kita kehendaki
disertai dengan jalan cara dan alat yang akjan kita gunakan untuk
mencapai keadaan yang kita inginkan.
2) Dalam arti kebijaksanaan (policy)
Politik dalam arti kebijaknsanaan (policy) adalah penggunaan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin
terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keinginan atas keadaan yang kita
kehendaki.
Menurut pendapat Mr. Van der goes van Natern dalam F. Isjwara ³ 3ROLWLN DGDODK LOPX QHJDUD GDQ LOPX KXNXP´ 3HQJHUWLDQ \DQJ ODLQ GLNHPXNDNDQ ROHK %XFNOH GDODP ) ,VMZDUD ³ 3ROLWLN EXNDQODK LOPX WHWDSLKDQ\DVXDWXNHPDKLUDQEHODND´3DGDXPXPQ\DSROLWLNGLPDNVXGNDQXntuk politik aktual yang dihadapi sehari-hari, dan masalah-masalah aktual tentang
negara dan pemerintah.
Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang
dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya
berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang
dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia
sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun
dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat, bukanlah
sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus diselenggarakan sesuai
commit to user
14
berpolitik sebenarnya disiapkan suasana di mana cita-cita dapat diselenggarakan
(Naning Ramdlon, 1982:89).
Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang
menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan
tujuan pribadi seseorang (private goals) dan berhubungan dengan
kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai
kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan - kegiatan perseorangan. Politik
merupakan kesadaran bermasyarakat dan politik yang dihadapi dalam
permasalahan sehari-hari dalam masyarakat serta tentang negara dan
pemerintahan.
Kehidupan politik sangat mempengaruhi pendidikan, sebaliknya pendidikan
adalah institusi yang penting perananya dalam hal pengembangan bidang politik.
Menurut Coleman dalam Arif Rohman (2009:55) menyebutkan bahwa peranan
sistem persekolahan dalam bidang politik, yaitu: (1) sosialisasi politik, yaitu
sistem persekolahan merupakan institusai untuk sosialisasi peserta didik terhadap
budaya politik nasional; (2) seleksi dan latihan bagi kaum elit dalam bidang
politik; (3) integrasi dan pembangunan kesadaran politik nasional. Sosialisasi
politik merupakan proses yang memberikan kemungkinana bagi seseorang untuk
mengalami internalisasi norma dan nilai suatu sistem politik. Sekolah merupakan
salah satu agen sosialisasi politik yang terpenting. Melalui sekolah, seleksi
dilakukan kepada calon elit politik melalui interaksi dan latihan berdemokrasi dan
kepemimpinan.
Berdasarkan uraian di atas maka pemahaman politik ini dapat dikatakan sebagai
suatu kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat. Dalam hal ini
adalah pemahaman materi politik di sekolah, khususnya pada jenjang sekolah
menengah atas terdapat materi-materi yang dipelajari tentang politik.
e. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik
Pemahaman tentang politik adalah suatu kondisi dimana seseorang mengerti
commit to user
maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat hubungannya dengan lingkungan
sosial masyarakatnya. Pemahaman politik secara konseptual diartikan sebagai
suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan tentang
politik.
Setelah diketahui definisi konseptual pemahaman politik selanjutnya dijelaskan
definisi operasional pemahaman politik.
f. Definisi Operasional Pemahaman Tentang Politik
Pemahaman dalam hal tentang materi politik disini khususnya dipilih yaitu secara
umum yang biasa dipelajari di dalam jenjang sekolah yang masuk dalam materi
pelajaran. Diantaranya yaitu yang akan dijabarkan kedalam beberapa indikator
dibawah ini :
1. Mendeskripsikan pengertian politik
2. Menjelaskan tentang macam-macam sistem politik yang berlaku di Indonesia
3. Menganalisis tentang fungsi partai politik
4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk partisipasi politik
2. Tinjauan Tentang Kesadaran Politik a. Pengertian Kesadaran Politik
Kesadaran adalah suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap sesuatu
hal, sedangkan politik adalah segala hal ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran
politik berarti suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal
negara (Ramdlon Naning, 1982:64). Jika kesadaran politik itu berarti tanggap
terhadap segala hal ikhwal kenegaraan, maka apabila kesadaran politik itu harus
ditingkatkan berarti harus lebih tanggap terhadap hal ikhwal kenegaraan.
Definisi kesadaran politik menurut Petter dalam 8VWPDQ $EGXO 0X¶LV
Ruslan (2000:94) adalah:
´%HUEDJDLEHQWXNSHQJHWDKXDQRULHQWDVLGDQQLODL-nilai yang membentuk wawasan politik individu, ditinjau dari keterkaitannya dengan kekuasaan SROLWLN´
Manusia yang sadar menurut S\DUL¶DWL DGDODK PDQXVLa yang memiliki
commit to user
16
mengenal kondisi komunitas tersebut. Manusia yang memiliki rasa
tanggungjawab individu dalam menghadapi problematikanya, di format
karakternya oleh perasaan kolektif dan paartisipasif dalam perjalanan dan
pekerjaan masyarakatnya. Dengan kesadaran itu ia benar-benar mengerti dan
mampu menangkap situasi dan kondisi zaman dan masyarakat setempat (Ustman $EGXO0X¶LV5XVODQ, 2000:95)
Dekat dengan definisi ini adalah analisis Paulo farayeri dalam Ustman $EGXO0X¶LV5XVODQ (2000:95) :
Kasadaran adalah pengetahuan yang kritis, pandangan yang benar terhadap realitas dan pemahaman yang baik terhadap dunia dimana manusia itu hidup, kemudian berusaha mengubahnya. Kesadaran adalah instrumen kritis yang digunakan oleh orang-orang tertindas untuk menyingkap hakekat diri dan mereka yang menindasnya. Ketika mereka menyadari hakekat penindasan dan mengerti bahwa ia hanyalah sekedar sandungan yang bisa dilewati, saat itulah awal usaha mereka menuju pembebasan. Mengerti saja tidak cukup untuk merealisasikan kebebasan. Karenanya, ia harus benar-benar menjadi kekuatan riil yang dapat menggerakan aksi perjuangan.
Kesadaran politik, sesuai dengan definisi diatas mencakup :
a. pandangan yang komperehensi,
b. wawasan yang kritis,
c. rasa tanggung jawab dan
d. keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau
menghadapi berbagai problematika sosial.
Sedang dari konsepsi politik menurut 8VWPDQ $EGXO 0X¶LV 5XVODQ (2000:96), kesadaran politik adalah :
Pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran
politik merupakan suatu kondisi seseorang yang tanggap terhadap suatu
commit to user
politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi
problematika masyarakat, dan dapat memecahkannya.
b. Unsur-unsur Kesadaran Politik
Di dalam kesadaran politik mencakup unsur-unsur yang meliputi
diantaranya yaitu :
1) Kesadaran islam yaitu tentang konsepsi secara benar dan menyeluruh yang
dengannya seorang individu mampu menyikapi realita yang terjadi dengan
segala aspek-aspeknya sesuai pandangan intelektual yang telah terbentuk
pada dirinya. Dalam hal ini kesadaran didasarkan pada pandangan hidup
seseorang dengan kata lain sesuai dengan keyakinan setiap orang. Jadi
pada dasarnya kesadaran islam dalam pengertian ini yaitu kesadaran dalam
konsep islam, namun demikian bukan berarti seseorang yang selain agama
islam tidak berarti tidak memiliki kesadaran politik, karena hal tersebut
didasarkan pada keyakinan/pandangan hidup masing-masing.
2) Kesadaran gerakan yaitu kesadaran untuk membentuk organisasi atau
gerakan yang bekerja guna mewujudkan cita-cita bersama, tergabung dan
terlibat disana dengan berupaya memberikan kontribusi maksimal bagi
perkembangan organisasi atau gerakan tersebut.
3) Kesadaran akan problematika politik yang terjadi dimasyarakatnya,
meliputi kesadaran akan masalah hukum islam, kebebasan dan
keterjajahan, kebebasan politik , masalah persatuan dan sebagainya.
4) Kesadaran akan hakikat sikap politik yaitu kesadaran akan substansi
sekitar sikap politik dimana individu menjadi sadar dan mampu
memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah politik
itu sendiri. Termasuk diantaranya adalah mempelajari masalah-masalah
politik umum, mempelajari arus politik dan peristiwa-peristiwa politik
yang terjadi dan menentukan sikap terhadapnya, dan memonitor
peristiwa-peristiwa politik yang sedang berkembang (8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ,
commit to user
18
c. Cara-cara untuk mencapai kesadaran politik
Ada beberapa cara dalam mencapai kesadaran politik yang melalui beberapa hal
yaitu :
1) Arahan politik secara langsung, baik melalui jalur formal maupun non
formal, melalui penjelasan-penjelasan politik, usaha-usaha bimbingan, dan
pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir
dan pemimpin politik.
2) Pengalaman politik yang didapatkan dari partisipasi politik.
3) Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca
koran dan buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa.
4) Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis.
5) Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua
metode, yaitu apprenticeship dan generalisasi. Maka seluruh metode ini
akan mengantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik.
(8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODn, 2000:96)
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran politik
Kesadaran politik dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, dalam Ustman $EGXO 0X¶LV 5XVODn (2000:97-98) faktor yang mempengaruhi kesadaran politik yang terpenting diantaranya adalah :
1) Jenis kultur politik di mana individu itu tumbuh darinya atau dengan kata
lain, tabiat kepribadian politik yang terbentuk darinya.
2) Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat.
3) Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki individu, juga
tingkat pendidikannya.
4) Adanya pemimpin politik/sejumlah tokoh politik yang genius yang mampu
memberikan arahan politik kepada masyarakat luas.
e. Definisi Konseptual Kesadaran Politik
Kesadaran politik adalah suatu kondisi yang tanggap mengerti tentang hal
yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik,
commit to user
masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan
pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka
merubah atau mengembangkannya.
f. Definisi Operasional Kesadaran Politik
Kesadaran politik pada siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator yang
meliputi :
1. Kesadaran dalam menyikapi realita yang terjadi dengan sesuai pandangan
yang terbentuk pada dirinya.
2. Kesadaran untuk membentuk organisasi/gerakan dalam mewujudkan cita-cita
bersama.
3. Kesadaran untuk mengerti akan problematika politik yang terjadi di
masyarakatnya.
4. Kesadaran akan hakikat sikap politik dimana individu menjadi sadar dan
mampu memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah
politik.
3. Tinjauan Tentang Pendidikan Politik
Dalam membahas mengenai kesadaran politik kita juga harus tahu dan
mengerti tentang pendidikan politik, karena kesadaran politik merupakan salah
satu unsur yang terkandung di dalam pendidikan politik.
Sebagaimana yang telah dijelaskan menurut 8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ
(2000:87) bahwa di dalam membahas pengertian pendidikan politik, maka di sana
terkandung unsur-unsur diantaranya yaitu (1) kepribadian politik; (2) kultur
politik; (3) lembaga-lembaga pendidikan politik; (4) kesadaran politik; (5)
partisipasi politik; (6) manusia dan warga negara.
a. Pengertian Pendidikan Politik
Pada hakekatnya secara sederhana dapat dikatakan bahwa pendidikan
politik adalah pendidikan kesadaran berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik
adalah aktivitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan
commit to user
20
muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan politik serta pengetahuan dan
wawasan politik yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap
persoalan politik dan sikap politik (Anonim, 2010).
Pendidikan Politik di Indonesia merupakan rangkaian usaha untuk
memantapkan dan meningkatkan kesadaran politik dan kenegaraan guna
menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa.
Pendidikan politik adalah usaha membentuk manusia menjadi partisipan yang
bertanggung jawab dalam politik (Kartini kartono, 1996:14).
b. Lembaga-Lembaga Pendidikan Politik
Lembaga-lembaga pendidikan politik terdiri dari lembaga formal dan
informal, yaitu :
(1) Keluarga
(2) Sekolah
(3) Kelompok penekan (pressure Group): seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), organisasi profesi, organisasi masyarakat,
asosiasi-asosiasi dan sebagainya.
(4) Media massa.
(5) Partai Politik.
8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ, 2000:106)
Sedangkan dalam 8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ (2000:76) yang berkaitan
dengan metodologi pendidikan politik adalah melalui dua cara :
1) Metode pengajaran tidak langsung, dimana proses untuk
mendapatkannya melalui berbagai persiapan dan orientasi secara
umum yang ia sendiri tidak harus bersifat politis akan tetapi
mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Misalnya melalui:
a. Apprenticeship (pemagangan atau pelatihan) dari bebagai aktivitas
organisasi individu yang non politis, misalnya kelembagaan atau
commit to user
b. Generalization artinya memperluas cakupan nilai-nilai sosial di
berbagai bidang politik yang akhirnya membentuk orientasi
politiknya.
2) Metode pengajaran langsung yaitu proses kegiatan yang dengannya
terjadi transformasi muatan politik tertentu pada individu, dengan
tujuan membentuk orientasi-orientasi politik misalnya:
a) Political Learning (Pembelajaran Politik) yaitu berbagai proses
kegiatan yang dimaksudkan untuk menstransfer orientasi-orientasi
politik kepadsa orang lain, baik melalui jalur formal maupun non
formal.
b) Imitation (meniru) dimana meniru cara hidup pemimpin dan tokoh
merupakan sumber penting bagi nilai-nilai dan orientasi-orientasi
politik.
c) Pengalaman-pengalaman politik, yakni hal-hal yang diperoleh
seseorang melalui partisipasi politik.
%URZQKLOO GDQ 6PDUW PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³'DODP pendidikan politik siswa harus diajarkan atau dibimbing untuk menilai hakikinya;
bermusyawarah, mengajukan argumen-argumen yang baik, dan yang terpenting DGDODK XQWXN PHQFLQWDL NHEHQDUDQ´ 'HQJDQ GHPLNLDQ GLKDUDSNDQ SURGXN GDUL pendidikan politik terbentuk warga negara yang dapat menilai dirinya sendiri,
aktif dalam bermusyarawah, dapat mengajukan pendapat secara rasional,
semuanya sebagai wujud dari kecintaannya terhadap kebenaran.
Pendidikan politik sebagai bagian pendidikan, secara umum didasari oleh
asumsi bahwa pendidikan politik mencakup warga negara terhadap kultural serta
mempelajari sikap-sikap politik dan prilakunya terhadap politik.
%URZQKLOOGDQ6PDUWMXJDPHQJHPXNDQEDKZD³that education and political structure of society are closely linked has probably always been
recognized (ada keterkaitan yang erat antara pendidikan dan struktuir politik yang VXGDK GLNHWDKXL EDQ\DN RUDQJ´ Dalam hal ini dijelaskan bahwa setiap pendidikan memiliki ciri politis tertentu yang dirancang untuk membimbing
commit to user
22
Pendidikan politik di sekolah dapat diajarkan melalui mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Salah satu tujuan dari pendidikan politik adalah
mendidik agar seseorang tersebut memiliki kesadaran dalam berpolitik dan melek
akan politik. Sehingga pada akhirnya melalui pendidikan politik tersebut akan
memungkinkan untuk mengubah manusia dari statusnya sebagai warga negara
karena terpaksa menjadi warga negara dengan kesadaran.
Menurut Rusadi .DQWDSUDZLUD \DQJPHQ\DWDNDQEDKZD³3HQGLGLNDQ
politik, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka GDSDWEHUSDUWLVLSDVLVHFDUDPDNVLPDOGDODPVLVWHPSROLWLNQ\D´'HQJDQGHPLNLDQ terwujudnya warganegara yang baik (good citizen) yaitu warganegara yang melek
politik, memiliki kesadaran politik, dan berpartisipasi dalam kehidupan politik
merupakan tujuan utama dari pendidikan politik.
3. Tinjauan Tentang Pengaruh Pemahaman Politik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan didalam suatu konsep pendidikan sangatlah
perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan
baik SD, SMP, maupun SMA serta perguruan tinggi karena Pendidikan
Kewarganegaraan dapat mencakup semua aspek pelajaran baik mata pelajaran
geografi, sosiologi, sejarah maupun dibidang Antropologi. Oleh karena
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan
moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan bernegara seperti yang GLXQJNDSNDQ ROHK 6XPDUVRQR EDKZD ´3HQGLGLNDQ .HZDUJDQHJDUDDQ adalah dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara
untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku sebagai pola
tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi WHWDSXWXKGDQWHJDNQ\D1.5,´
Pendidikan Kewarganegaraan/civic education adalah program pendidikan/
pembelajaran yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan
commit to user
manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi Warga Negara yang baik
sebagaimana ditentukan keharusan/yuridis konstitusional Bangsa/Negara yang
bersangkutan(Anonim, 2010).
Dalam standar kompetensi kurikulum 2004, ditegaskan bahwa
"Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education)" adalah merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila
dan UUD 1945.
Menurut Soedijarto GDODP )DGOL\DQXU EDKZD ³Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membentuk
peserta didik menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang menyangkut tentang warga
negara dan negara serta hak dan kewajiban warga negara. Pembelajaran di
dalamnya bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang berpartisipasi aktif dan
bertanggung jawab serta berkesadaran.
b. Ruang Lingkup dan Tujuan Materi Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah yaitu
mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA tercakup beberapa tujuan dan ruang
lingkup materi.
Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal :
(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
(2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
commit to user
24
(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)
Sedangkan Tujuan PKn menurut Eric (1996) yang dikutip dalam Journal
International of Definition Civic Education as Subject dari
http//www.Geogle.com. bahwa, ´The first objective of civic education is to teach
thoroughly the meaning of the most basic idea, so that students will know what a
constitutional democracy is and what it is not´
Artinya bahwa tujuan pertama pendidikan kewarganegaraan adalah teliti di
dalam mengajar sehingga siswa akan mengetahui apa yang termasuk
konstitutional dan demokrasi ataupun dengan yang tidak konstitutional dan tidak
demokrasi sehingga siswa diharapkan dapat membedakan diantara keduanya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolahan
yang bertujuan dan berfungsi membentuk diri peserta didik cerdas, terampil dan
berkarakter, berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta bertindak sesuai
dengan amanat pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut :
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara,
Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan
dan jaminan keadilan.
2) Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
commit to user
bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional.
3) Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara.
5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sitem pemerintahan, Pers dalam masyrakat demokrasi.
7) Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar negara,
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai
ideologi terbuka.
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri,
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan Menguasai globalisasi.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di setiap
jenjang pendidikan formal di sekolah mempunyai beberapa aspek yang menjadi
ruang lingkupnya. Ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut adalah meliputi persatuan dan kesatuan bangsa, norma
commit to user
26
kekuasaan dan politik, pancasila dan globalisasi. Kemudian dari aspek-aspek
tersebut nantinya akan dijabarkan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Dalam hal ini pemahaman materi politik di sekolah, salah satu aspek materi
yang melingkupi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu tentang politik. .
c. Komponen dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam aspek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat tiga
komponen utama yang harus di miliki. Menurut Branson yang dikutip oleh Udin
S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007: 186-191) berdasarkan kompetensi
yang perlu dikembangkan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan
didalamnya mencakup tiga komponen utama yang perlu dipelajari yaitu
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan/kecakapan
kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic
dispositions). Penjelasan dari tiga komponen diatas adalah sebagai berikut :
1) (Civic Knowledge) Pengetahuan kewarganegaraan
Pengetahuan kewarganegaraan ini berkaitan dengan kandungan atau apa yang
seharusnya diketahui oleh warga negara mengenai hak dan kewajiban warga
negara. Dari ranah pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) di atas dapat
diperinci lagi. Dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:31-33)
menyatakan bahwa :
Knowledge: the content of Civic Education: a). why do we need a goverment?, b). the purpose of goverment, c). constitutional princilples, d). concepts, principles, and values underlying the political, system, i.e.,authority, justice, diversity, rule of law, e). individual rights (personal, political, economic), f). responsibilities of citizen, g). role of citizen in a democracy, h). how the cirizen can participate in community decisions.
Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa isi pengetahuan
kewarganegaraan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat diperinci menjadi
tentang a). mengapa pemerintahan dibutuhkan, b). tujuan dari pemerintahan, c).
prinsip-prinsip yang mendasari konstitusi, konsep, prinsip, dan nilai-nilai yang
menjadi dasar politik, d). sistem, kewenangan, keadilan, keaneka ragaman,
kepastian hukum, e). hak-hak individu (pribadi, politis, ekonomi), f).
commit to user
bagaimana warga negara dapat mengambil bagian di dalam menentukan
keputusan.
2) (Civic skills) Keterampilan/kecakapan kewarganegaraan
Selain harus menguasai pengetahuan tentang lingkup kewarganegaraan
juga harus perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris.
CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:33)
menyatakan bahwa :
Skills: what a citizen needs to be able to do participate effectively. a). Critical thinking skills: gather and assess information, clarify an prioritize, identity and assess consequences, evaluate, reflect. b). Participation skills: communicate, negotiate, cooperate, manage conflicts peacefully and fairly, reach consensus.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa ketrampilan apa yang dibutuhkan
warganegara di dalam berpartisipasi secara efektif a). Pemikiran kritis, meliputi
keterampilan dalam mengumpulkan dan menilai informasi, menegaskan suatu
keutamaan, identitas dan memahami suatu akibat, mengevaluasi, mencerminkan.
b). Partisipasi, yang meliputi keterampilan: komunikasi, musyawarah, bekerja
sama, mengatur konflik dengan damai dan wajar, mencari kesepakatan.
3) (Civic dispositions) Watak atau karakter kewarganegaraan
Komponen dasar yang ketiga dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah
(Civic dispositions) watak atau karakter kewarganegaraan yang mengisyaratkan
pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional.
Menurut CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:33)
merinci civic despositions PHQMDGL ³Civility, respect for the rights of other
individuals, respect for law, honesty, open mindedness, critical mindedness,
negotiation and compromise, persistence, compasion, patriotism, courage, tolerance of ambiguity´ <DQJ DUWLQ\D DGDODK ZDWDN NHZDUJDQHJDUDDQ GDSDW diperinci menjadi kesopanan, menghargai hak/ kebenaran individu lain,
menghormati hukum, kejujuran, terbuka, kritis, bermusyawarah dan berunding,
ketekunan, compasion, patriotisme, keberanian, toleransi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seorang warga
commit to user
28
memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif, dan pada akhirnya
pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak
yang baik, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan serta kesadaran akan perilaku
dan tindakannya dalam sehari-hari.
d. Pengaruh Pemahaman Politik Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti proses
belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat dilihat dari hasil
belajar yang mereka dapatkan. Melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah pada tingkat jenjang SMA, yang salah satunya
melingkupi materi yaitu mengenai politik ini sebagai salah satu pembelajaran
awal mengenal tentang politik. Pemahaman akan materi politik merupakan suatu
kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat.
Siswa yang memiliki pemahaman materi tentang politik yang mencakup
kemampuan untuk mengerti makna dan arti dari bahan yang dipelajari diharapkan
akan mempunyai kesadaran akan berpolitik yang baik diterapkan di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat nantinya. Adanya pemahaman dalam diri
siswa tersebut berasal dari proses belajar dan pendidikan di sekolah, melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, siswa akan memiliki pemahaman
yang baik paham akan pentingnya mempelajari politik. Dengan pemahaman yang
baik tersebut akan berpengaruh pada perilaku dan tindakannya, karena dengan
paham akan materi politik nantinya siswa akan sadar politik, seperti yang telah
tercantum dalam hakikat program Pendidikan Kewarganegaraan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran mengenai materi
politik yang salah satunya diberika