• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT

KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

ESTI QOMARIYAH

K 6406030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGAJUAN

PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT

KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

ESTI QOMARIYAH

K 6406030

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I

Winarno, S.Pd, M.Si

NIP. 19710813 199702 1 001

Pembimbing II

Drs. Suyatno, M.Pd

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan TIM Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan diterima untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Ketua : Drs. Machmud Al Rasyid, S.H, M.Si

Sekretaris : Moh. Muhtarom, S.Ag, M.Si «

Anggota I : Winarno, S.Pd, M.Si «««««

Anggota II : Drs.Suyatno M.Pd «««««

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Esti Qomariyah. PENGARUH PEMAHAMAN POLITIK TERHADAP TINGKAT KESADARAN POLITIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara Pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 9 kelas sebanyak 304 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik

proporsional random sampling sejumlah 76 siswa. Teknik pengumpulan data

untuk variabel pemahaman politik (X) menggunakan tes dan data untuk variabel kesadaran politik(Y) menggunakan metode angket yang bersifat tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis koefisien korelasi Product Moment dari Pearson.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh harga r hitung 0,355 dan pada taraf signifikansi 5% dengan db=n-2=74 diperoleh , r tabel 0,235, karena rhitung > rtabel (0,355> 0,235), maka Ha diterima dan H0 ditolak berarti terdapat pengaruh yang positif, sedangkan harga thitung=3,269 dan pada taraf signifikansi 5% dengan db=n-2=74 diperoleh ttabel=1,993, karena thitung>ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak berarti antara variabel X terhadap Y terdapat pengaruh yang signifikan. Dari hasil analisis data di atas maka hipotesis yang berbunyi ³7HUGDSDW SHQJDUXK \DQJ SRVLWLI GDQ VLJQLILNDQ SHPDKDPDQ SROLWLN WHUKGDS tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Karanganyar tahun SHODMDUDQ´GLQ\DWDNDQGLWHULPD$GDSXQEHVDUan sumbangan pengaruh (KP) X terhadap Y sebesar 12,6%. Hal ini berarti 12,6% kesadaran politik siswa pada kelas VII SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 dipengaruhi oleh pemahaman politik khususnya melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dan adapun persamaan regresi linear sederhana diperoeh persamaan Y=72,9652+1,472 jadi dari persamaan regresi yang didapat menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel X maka diikuti kenaikan Y sebesar kemiringan gradien garis regresi sebesar 1,472.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Esti Qomariyah. THE EFFECT OF POLITICAL PERCEPTION ON THE POLITICAL AWARENESS LEVEL IN THE XI GRADERS OF SMA NEGERI 1 KARANGANYAR IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. Januari. 2011.

The objective of research is to find out: whether or not there is a positive and significant effect of political perception on the political awareness level in the XI graders of SMA Negeri 1 Karanganyar in the School Year of 2010/2011.

This research employed a descriptive quantitative method. The population of research was all XI graders of SMA Negeri 1 Karanganyar in the School Year of 2010/2011 consisting of 9 class including 304 students. The sample of research was 76 students taken using proportional random sampling technique. Technique of collecting data used for political perception variable (X) was test and for political awareness variable was closed-ended questionnaire method. Technique

oI DQDO\]LQJ GDWD XVHG ZDV 3HDUVRQ¶V 3URGXFW 0RPHQW FRUUHODWLRQ FRHIILFLHQW

analysis technique.

Considering the result of data analysis, it can be found that the r statistic value is 0.355 and at significance level of 5% with db = n-2=74, r table is 0.235 because r statistic > r table (0.355 > 0.235), Ha is supported and H0 is not supported meaning that there is a positive effect, meanwhile the t statistic value = 3.269 at significance level of 5% with db = n-2=74, t table = 1.993, because t statistic > t table, Ha is supported and H0 is not supported meaning that there is a significant effect of X on Y. From the result of data analysis above, the

K\SRWKHVLV³WKHUHLVDSRVLWLYHDQGVLJQLILFDQWHIIHFWRISROLWLFDOSHUFHSWLRQRQWKH

political awareness level in the XI graders of SMA Negeri 1 Karanganyar in the

6FKRRO <HDU RI ´ LV VXSSRUWHG 7KH FRQWULEXWLRQ RI ; HIIHFW RQ < LV ,WPHDQVWKDWRIVWXGHQW¶VSROLWLFDODZDUHQHVVLQ;,JUDGHUVRI60$

Negeri 1 Karanganyar in the School Year of 2010/2011 is affected by the political perception particularly through the Civic Education subject. And the simple linear regression equation obtained is Y = 72.9652 + 1.472X, so the regression equation obtained indicates that each one unit increase in X variable will be followed by 1.472 increase in Y regression line gradient.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup,

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan Kepada :

¾ Bapak, Ibu tercinta yang telah memberikan

segalanya, semoga Allah SWT memberikan

kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat

¾ Suami tercinta Andika Bayu Purnomo yang

telah memberikan semangat dan motivasi

selama ini, terima kasih buat segalanya.

¾ Kakak, Adik dan Keponakan tersayang

¾ Teman-Teman PKn angkatan 2006

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai

pihak selama persiapan, pelaksanaan sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Untuk

itu dalam kesempatan ini, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan UNS.

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini.

3. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FKIP UNS.

4. Dr. Sri Haryati, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang telah berkenan memberi ijin dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Winarno S.Pd M.Si selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya

dan dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi

terselesaikannya skripsi ini.

6. Drs. Suyatno M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

dan dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi

terselesaikannya skripsi ini.

7. Drs. H. Sobirin M,M.Pd Kepala sekolah yang telah memberikan ijin try out

dan penelitian di SMA Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.

8. Muh. Hendri Nuryadi, S.Pd, M.Sc, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan serta pengarahan

9. Warsono S.Pd M.Pd selaku Guru PKn SMA Negeri 1 Karanganyar atas

segala bantuannya.

(10)

commit to user

x

10.Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini

11.Berbagai pihak atas segala bantuannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta , Januari 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... .. ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka tentang pemahaman politik... 10

1. Tinjauan tentang pemahaman ... 10

2. Tinjauan tentang politik ... 14

3. Tinjauan tentang Kesadaran politik ... 17

4. Tinjauan Pendidikan Politik ... 21

(12)

commit to user

xii

B. Penelitian yang Relevan ... ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Perumusan Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 58

1. Deskripsi Data Pemahaman Politik... . 58

2. Deskripsi Data Kesadaran politik... 59

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 60

1. Uji Normalitas ... 61

2. Uji Linieritas ... 61

C. Pengujian Hipotesis ... 62

1. Pengujian Hasil AnalisLV'DWD«««««««««««« 2. PeQDIVLUDQ3HQJXMLDQ+LSRWHVLV«««««««««««64 3. Pembahasan Hasil Analisis data ... 65

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rencana waktu penelitian ... 37

Tabel 2. Jumlah sampel dari tiap kelas ... 41

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemahaman Politik ... 58

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema kerangka berpikir ... 35

Gambar 2. Grafik Histogram Variabel Pemahaman Politik ... 59

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar sampel ... 75

Lampiran 2. Kisi-kisi uji coba tes pemahaman politik ... 76

Lampiran 3.Lembar uji coba tes pemahaman politik dan kunci jawaban ... 77

Lampiran 4. Hasil validitas tes pemahaman politik ... 84

Lampiran 5. Kisi-kisi tes pemahaman politik ... 87

Lampiran 6. Lembar penelitian tes pemahaman politik dan kunci jawaban .... 88

Lampiran 7. Contoh perhitungan uji validitas tes pemahaman politik ... 94

Lampiran 8. Contoh perhitungan uji reliabilitas tes ... 95

Lampiran 9. Contoh perhitungan tingkat kesukaran ... 98

Lampiran 10.Contoh perhitungan Daya Beda ... 99

Lampiran 11. Daftar nama siswa sebagai responden try out ... 100

Lampiran 12. Kisi-kisi uji coba angket kesadaran politik... 101

Lampiran 13. Lembar uji coba angket kesadaran politik .. ... 102

Lampiran 14. Hasil uji validitas angket kesadaran politik... ... 106

Lampiran 15. Kisi-kisi penelitian angket kesadaran politik... 112

Lampiran 16. Lembar penelitian angket kesadaran politik ... 113

Lampiran 17. Contoh perhitungan uji validitas angket.... ... 116

Lampiran 18. Contoh perhitungan uji reliabilitas angket... 118

Lampiran 19. Deskriptif data pemahaman politik dan kesadaran politik . ... 121

Lampiran 20. Tabel dan perhitungan uji normalitas variabel X ... 126

Lampiran 21. Tabel dan perhitungan uji normalitas variabel Y ... 130

Lampiran 22. Uji linieritas X terhadap Y dengan SPSS ... 133

Lampiran 23. Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X dan Perhitungan uji keberartian koefisien korelas dan koefisien determinasi ... 139

Lampiran 24. Perhitungan Garis regresi Linear Sederhana ... 140

Lampiran 25. Daftar Tabel Harga Kritik dari r Product Moment ... 144

Lampiran 26. 7DEHO1LODL.ULWLN8ML/LOOLHIRUV«««««««««««« 145

(16)

commit to user

xvi

Lampiran 28. Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q

pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta ... 147

Lampiran 29. Surat keputusan dekan FKIP tentang ijin penyusunan

skripsi/ makalah ... 148

Lampiran 30. Surat kepada kepala sekolah SMAN 1 KARANGANYAR

untuk mengadakan research«««««««««««««««««« ... 149

Lampiran 31. Surat Tidak Keberatan dari Badan Kesbang Pol & Linmas

.DUDQJDQ\DU««««««««««««««««««««««««« 150

Lampiran 32. Surat Rekomendasi Research/Survey dari BAPPEDA

.DUDQJDQ\DU««««««« ... 151 Lampiran 33. Surat Rekomendasi Research/Penelitian dari Disdikpora

KarangDQ\DU««««««««««««««««««««««««« 152

Lampiran 34. Surat keterangan telah mengadakan research di SMAN 1

(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagian yang terpenting dalam kehidupan suatu bangsa adalah pendidikan,

yang pada dasarnya sudah ada dan dibutuhkan saat manusia mulai menghadapi

berbagai masalah kehidupan. Politik merupakan suatu permasalahan yang

berhubungan dengan pemerintahan dan kewarganegaraan di masyarakat.

Pendidikan dan politik merupakan dua elemen yang sangat penting dalam sistem

sosial politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Keduanya sering dilihat sebagai bagian yang terpisah dan tidak memiliki

hubungan apa-apa, tetapi keduanya saling menunjang dan saling mengisi.

Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk

perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Begitu juga sebaliknya,

lembaga-lembaga dan proses politik di suatu negara membawa dampak besar pada

karakteristik pendidikan di suatu negara tersebut.

Menurut Undang Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

'HILQLVLODLQWHQWDQJSHQGLGLNDQDGDODK´SURVHVPHPEDQJXQNHSULEDGLDQ manusia secara integral. Di antara aspek kepribadian manusia itu adalah aspek

politik dan sosiDO´ Dari sisi lain, Pendidikan adalah ´XVDKD\DQJVDGDUWHUDUDK

dan disertai dengan pemahaman yang baik, untuk menciptakan

perubahan-perubahan yang diharapkan pada perilaku individu, dan selanjutnya pada perilaku

komunitas dimana individu itu hidup´8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ, 2000:61).

Dalam artian umum, pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu

bangsa mentransfer budaya politiknya dari generasi yang satu ke generasi

(18)

commit to user

2

Salah satu aspek yang menjadi tujuan pendidikan politik adalah aspek

kognitif yang arahnya adalah membangun pengetahuan politik warga negara

(civic knowledge). Pendidikan politik bagi warga negara adalah penyadaran warga

negara untuk sampai pada pemahaman politik atau aspek-aspek politik dari setiap

permasalahan sehingga dapat mempengaruhi dan ikut mengambil keputusan di

tengah medan politik dan pertarungan konflik-konflik. Pendidikan politik ini

diselenggarakan sebagai upaya edukatif yang sistematis dan intensif untuk

memantapkan kesadaran politik dan kesadaran bernegara (M.Khoiron, 1999:5).

Pelaksanaan pendidikan politik dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan adalah pelaksanaan yang wajib melalui pembelajaran dalam

kelas yang saat ini telah dilaksanakan dan dinilai oleh guru. Pada mata pelajaran

yang lain, pendidikan politik dapat diintegrasikan dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar dari mata pelajaran yang relevan. Pemilihan cara dan bentuk

pendidikan politik di sekolah dibebaskan kepada satuan pendidikan sesuai dengan

visi dan misi masing-masing satuan pendidikan.

Tujuan dari pendidikan politik salah satunya adalah membentuk kesadaran

politik, cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan kesadaran politik pada

generasi muda adalah salah satunya dengan melalui jalur sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal, salah satunya melalui mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yaitu pada tingkat jenjang sekolah menengah ke atas

(SMA). PKn memiliki tujuan utama untuk membentuk siswa yang mampu

berpikir kritis, berpikir kreatif, bertindak demokratis dalam setiap aspek

kehidupannya, mempunyai rasa tanggung jawab dan juga dapat berperan serta

dalam proses pengambilan keputusan. Ruang lingkup materi PKn lebih banyak

menitikberatkan pada disiplin ilmu hukum, kewarganegaraan, dan politik.

Pendidikan tentang politik yang ada dalam PKn memiliki misi utama untuk

membina siswa agar melek politik. Misi dari mata pelajaran PKn itu sendiri yaitu

"membentuk warga negara yang baik yakni warga negara yang sanggup

melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bernegara, dilandasi oleh

kesadaran politik, kesadaran hukum, dan kesadaran moral". Untuk mewujudkan

(19)

commit to user

kewarganegaraan yang multidimensional agar dapat menjalankan hak dan

kewajibannya dalam berbagai aspek kehidupan (Muchson, 2000).

Dalam dunia pendidikan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu

pendidikan yang memiliki peran sangat penting. Hal ini terbukti dari

diwajibkannya pelajaran pendidikan kewarganegaraan mulai dari tingkat SD

sampai dengan Perguruan tinggi. Mengingat Pendidikan Kewarganegaraan

memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan dan menghasilkan

manusia-manusia yang mampu berwarga negara yang baik dan benar yang sadar

akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Karena pada hakikatnya

merupakan suatu pendidikan yang berupaya sadar dan terencana untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati

diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam

bela negara. Dan diharapkan siswa itu memiliki pemahaman yang baik mengenai

pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan

moral yang pada akhirnya nanti dapat dipraktekan dalam kehidupan baik dalam

masyarakat, bangsa maupun negara.

Dengan demikian materi tentang politik dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat mendorong siswa melakukan hal yang

positif dengan memiliki kesadaran akan politik sesuai dengan harapan semua

pihak, termasuk lingkungan. Namun kenyataannya hal itu bertolak belakang,

banyak siswa yang tidak paham dengan pemahaman konsep politik sebagai upaya

menumbuhkan kesadaran akan politik. Hal itu dapat dilihat dari masih adanya

tindakan yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah yang mencerminkan

rendahnya kesadaran siswa terhadap kesadaran akan hubungannya dengan politik

khusunya dalam bentuk kegiatan di sekolah.

Kesadaran politik itu menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian

seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik

diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap

masalah kenegaraan dan atau pembangunan (Budiarjo, 1982:22). Kesadaran

politik berbanding lurus dengan pendidikan politik di masyarakat itu sendiri.

(20)

commit to user

4

juga semakin kuat (Theresia Audita Guretti, 2009). Dengan kesadaran politik

yang tinggi, diharapkan ada pemulihan sistem yang berpegang erat pada pancasila

dan mengusahakan kesejahteraan bersama. Dan ketika tingkat kesadaran

berpolitik masyarakat sudah tinggi, maka niscaya dengan sendirinya sistem

demokrasi akan berjalan, dengan tentunya didasari sikap patriotisme dan

nasionalisme yang ada. Pengetahuan dan pemahaman warga negara terhadap

konsep-konsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting untuk di bangun,

karena tanpanya kesadaran politik yang kritis tidak mungkin ditumbuhkan

(M.Khoiron, 1999:51).

Berkenaan dengan pemahaman tentang politik ini, siswa sebagai bagian

masyarakat yang nantinya juga akan sebagai calon pemilih pemula, maka melalui

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan siswa mampu untuk

dapat memahami kehidupan bernegara dan lingkungan sosialnya. Dalam jalur

pendidikan formal di sekolah, sebagaimana kita ketahui bahwa penanaman

kesadaran politik yang dapat dilakukan melalui pembelajaran tentang politik

dalam mata pelajaran di sekolah serta melalui organisasi maupun

kegiatan-kegiatan intra maupun ekstra kurikuler yang ada di sekolah, sedangkan dalam

jalur non formal proses tersebut berjalan melalui komunikasi sosial secara

timbal-balik di lingkungan keluarga, mengemukakan pendapat di muka umum dalam

organisasi-organisasi kemasyarakatan serta forum-forum kemasyarakatan lainnya.

Keterlibatan generasi muda dalam bidang politik saat ini sangatlah

penting. Keberadaan generasi muda sendiri merupakan asset yang berharga demi

keberlangsungan suatu sistem politik. Partisipasi mereka dalam bidang politik

sangat diperlukan karena di masa mendatang mereka yang akan memegang

kendali terhadap jalannya sistem politik yang berlaku. Oleh karena itu, siswa

sebagai bagian dari generasi muda, hendaknya harus mulai ditanamkan

pentingnya kesadaran politik dalam diri mereka sedini mungkin. Kesadaran

politik pada diri siswa di sekolah, salah satunya dapat kita lihat dari bagaimana

daya kritis siswa dalam berdiskusi di kelas, juga pengalaman dalam belajar

konsep berpolitik seperti pada saat pemilihan ketua kelas ataupun ketua OSIS di

(21)

commit to user

Namun demikian pada kenyataannya masih terjadi permasalahan yang

berkaitan dengan kesadaran politik ini. Hal ini dapat dilihat dari masih terdapat

siswa yang memiliki kesadaran politik di dalam lingkungan sekolah yaitu masih

terdapat siswa yang kurang memiliki daya kritis pada saat berdiskusi didalam

kelas, maupun di dalam pemilihan serta pada saat menganggapi suatu kebijakan

yang dibuat dalam OSIS. Sebagai contoh lain di masyarakat luar, dimana masih

adanya fenomena golput di masyarakat yang terjadi dalam pemilihan umum, salah

satunya yaitu dimana pihak remaja yang sebagai salah satu bagian dari pemilih

pemula, masih ada sebagian yang tidak menggunakan hak suaranya dalam pilkada

dan sebagian dari remaja tersebut rata-rata masih duduk dibangku sekolah. Hal

tersebut disebabkan salah satunya karena masih kaburnya pandangan para remaja

dalam dalam memahami politik (Edy Rachmad, 2010). Selain itu didalam

masyarakat ini juga masih banyak terjadinya persoalan adanya fenomena politik

uang, Baik dalam pemilu legislatif maupun pilkada masih banyak terjadi praktek

money politik. Adapun masyarakat yang kesadaran politiknya rendah memang

cenderung mudah dipermainkan dengan politik uang, hal ini akan merugikan

pihak masyarakat yang memiliki kesadaran politik yang tinggi(Iriani Permatasari,

2009).

Berdasarkan uraian di atas, maka pemahaman tentang konsep politik

sangat diperlukan untuk mendorong adanya keseimbangan antara pemahaman

tentang politik dengan kesadaran politik yang diwujudkan dengan sikap dan

perilaku positif terhadap kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai Warga

Negara dalam bentuk di lingkungan sekolah maupun sosial masyarakat. Karena

kurangnya pemahaman menunjukan siswa tidak tahu dan mengerti mengenai hal

yang telah diajarkan, dan ini akan berpengaruh pada tindakan yang dilakukannya.

Apabila mereka mengerti dan paham secara otomatis mereka akan tahu dan sadar.

Di sinilah kita melihat betapa perlunya memberikan pelajaran tentang politik dan

memberikan pemahaman yang cukup akan materi mengenai politik tersebut.

Melalui pemahaman materi khususnya politik yang cukup diharapkan akan dapat

(22)

commit to user

6

berguna dalam kehidupan kemasyarakatan, dimana kehidupan politik merupakan

salah satu seginya.

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis dalam hal

ini terdorong untuk mencoba meneliti apakah ada pengaruh antara pemahaman

politik terhadap tingkat kesadaran politik yang dimiliki siswa kelas XI di SMAN 1

Karanganyar.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan, yaitu :

1. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi hak asasi

manusia belum memberikan pemahaman politik yang berorientasi pada

kesadaran akan politik.

2. Semakin menurunnya kesadaran siswa akan politik di lingkungan sekolah.

3. Rendahnya pemahaman politik pada diri siswa memungkinkan siswa kurang

mengerti dalam sikap dan tindakannya.

4. Rendahnya kesadaran akan politik yang diasumsikan berkaitan dengan tinggi

rendahnya pemahaman politik yang di miliki siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis membatasi masalah

yang akan diteliti, agar penelitian jelas dan berjalan dengan baik, yakni pada

masalah rendahnya kesadaran akan politik yang diasumsikan berkaitan dengan

tinggi rendahnya pemahaman politik yang di miliki siswa

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,

maka rumusan masalahnya adalah :

´$GDNDKSHQJDUXKyang positif dan signifikan antara pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMAN 1 Karanganyar

(23)

commit to user

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah yang telah dikemukakan serta sejalan dengan masalah yang

dikemukakan di atas maka penelitian ini bertujuan :

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMAN 1

Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang politik dalam

meningkatkan kesadaran politik pada diri siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Memberikan masukan siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahamannya tentang politik agar dapat membantu menumbuhkan serta

penanaman kesadaran berpolitik pada mereka.

b. Bagi Sekolah

Memberikan bahan masukan bagi pihak sekolah untuk selalu memberikan

dukungan yang baik kepada seluruh siswa-siswinya agar mereka tetap bersikap

baik serta sadar akan politik.

c. Bagi Guru

Memberi masukan bagi guru untuk berperan serta menumbuh kembangkan

kesadaran politik pada diri siswa melalui pengetahuan dan pemahaman politik

(24)

commit to user

8

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Pemahaman Politik

a. Pengertian Pemahaman

3HPDKDPDQEHUDVDOGDULNDWD´SDKDP´\DQJDUWLQ\DPHQJHUWLEHQDUGDODP suatu hal. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.

Menurut Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (2001:51) mengatakan bahwa

pemahaman merupakan :

´-HQMDQJ NHPDPSXDQ LQL PHQXQMXNDQ NHSDGD NHPDPSXDQ EHUILNLU VLVZD untuk memahami bahasa-bahasa atau bahan ajar yang dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima kedalam bahasanya sendiri. Kata-kata kerja yang digunakan untuk menyampaikan kemampuan ini antara lain menjelaskan, merumuskan dengan kata-kata sendiri, menyimpulkan dan memberLFRQWRK´

Sedangkan pengertian pemahaman menurut Suharsimi Arikunto PHQJDWDNDQ EDKZD ´SHPDKDPDQ DGDODK PHPSHUWDKDQNDQ memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasi, memberi contoh, menuliskan NHPEDOL PHPSHUNLUDNDQ´ 'HQJDQ SHPDKDPDQ GLKDUDSNDQ seseorang dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta dan

konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah

merupakan suatu kemampuan berpikir seseorang untuk dapat menginterprestasi

materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan, serta merumuskannya

dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang paham berarti mereka

(25)

commit to user

Dalam dunia pendidikan di lakukan penilaian untuk dapat mengukur hasil

belajar seorang siswa. Saat ini dikenal tiga ranah perilaku yang dapat dijadikan

acuan dalam mengembangkan instrumen penilaian. Benyamin S. Bloom dalam H.

Rosjidan dkk (2001:4) membagi tujuan pendidikan atas tiga ranah perilaku yaitu ³5DQDKNRJQLWLIUDQDKDIHNWLIGDQUDQDKSVLNRPRWRU´

Pembagian ini dalam dunia pendidikan di kenal dengan sebutan

Taksonomi Bloom. Penjelasan dari tiga ranah tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Perilaku Kognitif

Perilaku kognitif merupakan perilaku siswa dalam upaya mengenal

dan memahami bahan ajar yang dipelajari secara hierarki.

b. Perilaku Afektif

Perilaku afektif merupakan perilaku siswa dalam menerima dan

menginternalisasikan sesuatu yang dikomunikasikan kepadanya

sehingga menjadi bagian yang menyatu dengan dirinya. Jadi perilaku

ini merupakan penghayatan aspek perilaku ini mencakup tahap

penerimaan, respon, penghargaan, pengorganisasian, karakterisasi.

c. Perilaku Psikomotor

Perilaku psikomotori menunjukan pada segi ketrampilan/kemahiran

siswa untuk memperagakan suatu kegiatan/tindakan. Jadi keterampilan

ini lebih kearah fisik. Aspek-aspek perilaku ini mencakup menirukan,

memanipulasi, mengartikulasi, dan menaturalisasikan.

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka dalam mengukur

pemahaman siswa ini termasuk dalam ranah kognitif.

b. Tingkatan Pemahaman

Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif. Dalam

hubungannnya dengan satuan pelajaran, pemahaman sebagai salah satu aspek

yang penting.

Aspek kognitif ini dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956)

dalam Daryanto (1997: 103) yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis dan penilaian. Masing-masing tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai

(26)

commit to user

10

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling besar dalam taksonomi Bloom,

seseorang dituntut untuk mengenali dan mengetahui adanya konsep,

fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya dan harus mengerti atau

dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.

c. Penerapan (application)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari dari situasiatau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analis ini dapat dilihat dari penggunaan kata- kata kerja

misalnya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada.

Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

(27)

commit to user

f. Penilaian (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilain

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria- kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan tes atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dengan tingkat

tingkat tersebut di atas.

Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap

awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui

suatu masalah tetapi juga mengerti serta memahami dengan apa yang telah ia

pelajari. Tingkatan pemahaman menurut Buxton dalam Wahyudi (2002:69) dibagi

dalam empat tingkatan yaitu sebagau berikut ;

1) Tingkatan pertama disebut tingkatan pemahaman meniru (rote learning). Pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa.

2) Tingkatan kedua disebut tingkatan pemahaman observasi (observational understanding). Pada tingkatan ini siswa menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola (pattern) atau kecenderungan.

3) Tingkatan ketiga disebut tingkatan pemahaman pencerahan (insightful understanding). Pada tingkatan ini, sebagai ilustrai, ada seorang siswa yang mampu menjawab soal-soal dengan baik dan tepat, tetapi baru kemudian menyadari mengapa dan bagaimana dia dapat menyelesaikannya setelah melakukan diskusi ulang atau mempelajari ulang materinya. Kemudian dia EDUXVDGDUGDQEHUNDWD³RKEHJLWX\DDVDOQ\D´

4) Tingkatan keempat disebut tingkatan pemahaman relasional. Pada tingkatan ini, siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah tetapi dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks.

Berdasarkan tingkatan pemahaman di atas, dapat dikatakan bahwa sangatlah

penting untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman yang diperoleh siswa

terhadap materi yang diajarkan. Kemampuan kognitif siswa akan

mempengaruhi keberhasilan dalam pemahaman materi selanjutnya. Siswa yang

mempunyai kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih mudah memahami materi

(28)

commit to user

12

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pemahaman Siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pemahaman siswa menurut Wahyudi

dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan, No.036, Tahun ke-8, Mei 2002 adalah

sebagai berikut :

1) Faktor pertama adalah tingkat usia siswa (tingkat sekolah :SD, SLTP atau

SMU).

2) Faktor kedua adalah pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan

belajar mengajar (KBM).

3) Faktor ketiga adalah motivasi siswa.

Demikian tingkat pemahaman pada siswa tersebut tergantung pada diri

siswa itu sendiri dalam mempelajari suatu materi yang diberikan. Semakin tinggi

tingkat usia siswa atau tingkat sekolah, motivasi siswa, dan pendekatan yang

digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar maka semakin tinggi pula

tingkatan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan begitu pula sebaliknya.

d. Pengertian Politik

Politik Secara etimologis, berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota

atau negara kota.

Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,

politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang

berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

Rafael Raga Maran (2001:18) mengungkapkan tentang politik sebagai

berikut:

(29)

commit to user

Menurut Haryono (2006:116) Pengertian politik berdasarkan

penggunaannya meliputi dalam arti kepentingan umum dan politik dalam arti

kebijaksanaan (policy). Penjelasan selengkapnya mengenai dua hal tersebut

sebagai berikut :

1) Dalam arti kepentingan umum/segala usaha untuk kepentingan umum,

baik yang berlaku di bawah kekuasaan negara dipusat maupun

didaerah, lazim disebut politics (bahasa inggris berarti: suatu rangkaian

asas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan

untuk mencapai tujuan tertentu/suatu keadaan yang kita kehendaki

disertai dengan jalan cara dan alat yang akjan kita gunakan untuk

mencapai keadaan yang kita inginkan.

2) Dalam arti kebijaksanaan (policy)

Politik dalam arti kebijaknsanaan (policy) adalah penggunaan

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin

terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keinginan atas keadaan yang kita

kehendaki.

Menurut pendapat Mr. Van der goes van Natern dalam F. Isjwara ³ 3ROLWLN DGDODK LOPX QHJDUD GDQ LOPX KXNXP´ 3HQJHUWLDQ \DQJ ODLQ GLNHPXNDNDQ ROHK %XFNOH GDODP ) ,VMZDUD ³ 3ROLWLN EXNDQODK LOPX WHWDSLKDQ\DVXDWXNHPDKLUDQEHODND´3DGDXPXPQ\DSROLWLNGLPDNVXGNDQXntuk politik aktual yang dihadapi sehari-hari, dan masalah-masalah aktual tentang

negara dan pemerintah.

Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang

dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang

dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia

sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun

dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat, bukanlah

sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus diselenggarakan sesuai

(30)

commit to user

14

berpolitik sebenarnya disiapkan suasana di mana cita-cita dapat diselenggarakan

(Naning Ramdlon, 1982:89).

Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang

menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan

tujuan pribadi seseorang (private goals) dan berhubungan dengan

kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai

kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan - kegiatan perseorangan. Politik

merupakan kesadaran bermasyarakat dan politik yang dihadapi dalam

permasalahan sehari-hari dalam masyarakat serta tentang negara dan

pemerintahan.

Kehidupan politik sangat mempengaruhi pendidikan, sebaliknya pendidikan

adalah institusi yang penting perananya dalam hal pengembangan bidang politik.

Menurut Coleman dalam Arif Rohman (2009:55) menyebutkan bahwa peranan

sistem persekolahan dalam bidang politik, yaitu: (1) sosialisasi politik, yaitu

sistem persekolahan merupakan institusai untuk sosialisasi peserta didik terhadap

budaya politik nasional; (2) seleksi dan latihan bagi kaum elit dalam bidang

politik; (3) integrasi dan pembangunan kesadaran politik nasional. Sosialisasi

politik merupakan proses yang memberikan kemungkinana bagi seseorang untuk

mengalami internalisasi norma dan nilai suatu sistem politik. Sekolah merupakan

salah satu agen sosialisasi politik yang terpenting. Melalui sekolah, seleksi

dilakukan kepada calon elit politik melalui interaksi dan latihan berdemokrasi dan

kepemimpinan.

Berdasarkan uraian di atas maka pemahaman politik ini dapat dikatakan sebagai

suatu kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan

pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat. Dalam hal ini

adalah pemahaman materi politik di sekolah, khususnya pada jenjang sekolah

menengah atas terdapat materi-materi yang dipelajari tentang politik.

e. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman tentang politik adalah suatu kondisi dimana seseorang mengerti

(31)

commit to user

maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat hubungannya dengan lingkungan

sosial masyarakatnya. Pemahaman politik secara konseptual diartikan sebagai

suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan tentang

politik.

Setelah diketahui definisi konseptual pemahaman politik selanjutnya dijelaskan

definisi operasional pemahaman politik.

f. Definisi Operasional Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman dalam hal tentang materi politik disini khususnya dipilih yaitu secara

umum yang biasa dipelajari di dalam jenjang sekolah yang masuk dalam materi

pelajaran. Diantaranya yaitu yang akan dijabarkan kedalam beberapa indikator

dibawah ini :

1. Mendeskripsikan pengertian politik

2. Menjelaskan tentang macam-macam sistem politik yang berlaku di Indonesia

3. Menganalisis tentang fungsi partai politik

4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk partisipasi politik

2. Tinjauan Tentang Kesadaran Politik a. Pengertian Kesadaran Politik

Kesadaran adalah suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap sesuatu

hal, sedangkan politik adalah segala hal ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran

politik berarti suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal

negara (Ramdlon Naning, 1982:64). Jika kesadaran politik itu berarti tanggap

terhadap segala hal ikhwal kenegaraan, maka apabila kesadaran politik itu harus

ditingkatkan berarti harus lebih tanggap terhadap hal ikhwal kenegaraan.

Definisi kesadaran politik menurut Petter dalam 8VWPDQ $EGXO 0X¶LV

Ruslan (2000:94) adalah:

´%HUEDJDLEHQWXNSHQJHWDKXDQRULHQWDVLGDQQLODL-nilai yang membentuk wawasan politik individu, ditinjau dari keterkaitannya dengan kekuasaan SROLWLN´

Manusia yang sadar menurut S\DUL¶DWL DGDODK PDQXVLa yang memiliki

(32)

commit to user

16

mengenal kondisi komunitas tersebut. Manusia yang memiliki rasa

tanggungjawab individu dalam menghadapi problematikanya, di format

karakternya oleh perasaan kolektif dan paartisipasif dalam perjalanan dan

pekerjaan masyarakatnya. Dengan kesadaran itu ia benar-benar mengerti dan

mampu menangkap situasi dan kondisi zaman dan masyarakat setempat (Ustman $EGXO0X¶LV5XVODQ, 2000:95)

Dekat dengan definisi ini adalah analisis Paulo farayeri dalam Ustman $EGXO0X¶LV5XVODQ (2000:95) :

Kasadaran adalah pengetahuan yang kritis, pandangan yang benar terhadap realitas dan pemahaman yang baik terhadap dunia dimana manusia itu hidup, kemudian berusaha mengubahnya. Kesadaran adalah instrumen kritis yang digunakan oleh orang-orang tertindas untuk menyingkap hakekat diri dan mereka yang menindasnya. Ketika mereka menyadari hakekat penindasan dan mengerti bahwa ia hanyalah sekedar sandungan yang bisa dilewati, saat itulah awal usaha mereka menuju pembebasan. Mengerti saja tidak cukup untuk merealisasikan kebebasan. Karenanya, ia harus benar-benar menjadi kekuatan riil yang dapat menggerakan aksi perjuangan.

Kesadaran politik, sesuai dengan definisi diatas mencakup :

a. pandangan yang komperehensi,

b. wawasan yang kritis,

c. rasa tanggung jawab dan

d. keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau

menghadapi berbagai problematika sosial.

Sedang dari konsepsi politik menurut 8VWPDQ $EGXO 0X¶LV 5XVODQ (2000:96), kesadaran politik adalah :

Pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran

politik merupakan suatu kondisi seseorang yang tanggap terhadap suatu

(33)

commit to user

politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi

problematika masyarakat, dan dapat memecahkannya.

b. Unsur-unsur Kesadaran Politik

Di dalam kesadaran politik mencakup unsur-unsur yang meliputi

diantaranya yaitu :

1) Kesadaran islam yaitu tentang konsepsi secara benar dan menyeluruh yang

dengannya seorang individu mampu menyikapi realita yang terjadi dengan

segala aspek-aspeknya sesuai pandangan intelektual yang telah terbentuk

pada dirinya. Dalam hal ini kesadaran didasarkan pada pandangan hidup

seseorang dengan kata lain sesuai dengan keyakinan setiap orang. Jadi

pada dasarnya kesadaran islam dalam pengertian ini yaitu kesadaran dalam

konsep islam, namun demikian bukan berarti seseorang yang selain agama

islam tidak berarti tidak memiliki kesadaran politik, karena hal tersebut

didasarkan pada keyakinan/pandangan hidup masing-masing.

2) Kesadaran gerakan yaitu kesadaran untuk membentuk organisasi atau

gerakan yang bekerja guna mewujudkan cita-cita bersama, tergabung dan

terlibat disana dengan berupaya memberikan kontribusi maksimal bagi

perkembangan organisasi atau gerakan tersebut.

3) Kesadaran akan problematika politik yang terjadi dimasyarakatnya,

meliputi kesadaran akan masalah hukum islam, kebebasan dan

keterjajahan, kebebasan politik , masalah persatuan dan sebagainya.

4) Kesadaran akan hakikat sikap politik yaitu kesadaran akan substansi

sekitar sikap politik dimana individu menjadi sadar dan mampu

memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah politik

itu sendiri. Termasuk diantaranya adalah mempelajari masalah-masalah

politik umum, mempelajari arus politik dan peristiwa-peristiwa politik

yang terjadi dan menentukan sikap terhadapnya, dan memonitor

peristiwa-peristiwa politik yang sedang berkembang (8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ,

(34)

commit to user

18

c. Cara-cara untuk mencapai kesadaran politik

Ada beberapa cara dalam mencapai kesadaran politik yang melalui beberapa hal

yaitu :

1) Arahan politik secara langsung, baik melalui jalur formal maupun non

formal, melalui penjelasan-penjelasan politik, usaha-usaha bimbingan, dan

pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir

dan pemimpin politik.

2) Pengalaman politik yang didapatkan dari partisipasi politik.

3) Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca

koran dan buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa.

4) Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis.

5) Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua

metode, yaitu apprenticeship dan generalisasi. Maka seluruh metode ini

akan mengantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik.

(8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODn, 2000:96)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran politik

Kesadaran politik dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, dalam Ustman $EGXO 0X¶LV 5XVODn (2000:97-98) faktor yang mempengaruhi kesadaran politik yang terpenting diantaranya adalah :

1) Jenis kultur politik di mana individu itu tumbuh darinya atau dengan kata

lain, tabiat kepribadian politik yang terbentuk darinya.

2) Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat.

3) Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki individu, juga

tingkat pendidikannya.

4) Adanya pemimpin politik/sejumlah tokoh politik yang genius yang mampu

memberikan arahan politik kepada masyarakat luas.

e. Definisi Konseptual Kesadaran Politik

Kesadaran politik adalah suatu kondisi yang tanggap mengerti tentang hal

yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik,

(35)

commit to user

masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan

pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka

merubah atau mengembangkannya.

f. Definisi Operasional Kesadaran Politik

Kesadaran politik pada siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator yang

meliputi :

1. Kesadaran dalam menyikapi realita yang terjadi dengan sesuai pandangan

yang terbentuk pada dirinya.

2. Kesadaran untuk membentuk organisasi/gerakan dalam mewujudkan cita-cita

bersama.

3. Kesadaran untuk mengerti akan problematika politik yang terjadi di

masyarakatnya.

4. Kesadaran akan hakikat sikap politik dimana individu menjadi sadar dan

mampu memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah

politik.

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Politik

Dalam membahas mengenai kesadaran politik kita juga harus tahu dan

mengerti tentang pendidikan politik, karena kesadaran politik merupakan salah

satu unsur yang terkandung di dalam pendidikan politik.

Sebagaimana yang telah dijelaskan menurut 8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ

(2000:87) bahwa di dalam membahas pengertian pendidikan politik, maka di sana

terkandung unsur-unsur diantaranya yaitu (1) kepribadian politik; (2) kultur

politik; (3) lembaga-lembaga pendidikan politik; (4) kesadaran politik; (5)

partisipasi politik; (6) manusia dan warga negara.

a. Pengertian Pendidikan Politik

Pada hakekatnya secara sederhana dapat dikatakan bahwa pendidikan

politik adalah pendidikan kesadaran berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik

adalah aktivitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan

(36)

commit to user

20

muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan politik serta pengetahuan dan

wawasan politik yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap

persoalan politik dan sikap politik (Anonim, 2010).

Pendidikan Politik di Indonesia merupakan rangkaian usaha untuk

memantapkan dan meningkatkan kesadaran politik dan kenegaraan guna

menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa.

Pendidikan politik adalah usaha membentuk manusia menjadi partisipan yang

bertanggung jawab dalam politik (Kartini kartono, 1996:14).

b. Lembaga-Lembaga Pendidikan Politik

Lembaga-lembaga pendidikan politik terdiri dari lembaga formal dan

informal, yaitu :

(1) Keluarga

(2) Sekolah

(3) Kelompok penekan (pressure Group): seperti Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), organisasi profesi, organisasi masyarakat,

asosiasi-asosiasi dan sebagainya.

(4) Media massa.

(5) Partai Politik.

8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ, 2000:106)

Sedangkan dalam 8VWPDQ$EGXO0X¶LV5XVODQ (2000:76) yang berkaitan

dengan metodologi pendidikan politik adalah melalui dua cara :

1) Metode pengajaran tidak langsung, dimana proses untuk

mendapatkannya melalui berbagai persiapan dan orientasi secara

umum yang ia sendiri tidak harus bersifat politis akan tetapi

mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Misalnya melalui:

a. Apprenticeship (pemagangan atau pelatihan) dari bebagai aktivitas

organisasi individu yang non politis, misalnya kelembagaan atau

(37)

commit to user

b. Generalization artinya memperluas cakupan nilai-nilai sosial di

berbagai bidang politik yang akhirnya membentuk orientasi

politiknya.

2) Metode pengajaran langsung yaitu proses kegiatan yang dengannya

terjadi transformasi muatan politik tertentu pada individu, dengan

tujuan membentuk orientasi-orientasi politik misalnya:

a) Political Learning (Pembelajaran Politik) yaitu berbagai proses

kegiatan yang dimaksudkan untuk menstransfer orientasi-orientasi

politik kepadsa orang lain, baik melalui jalur formal maupun non

formal.

b) Imitation (meniru) dimana meniru cara hidup pemimpin dan tokoh

merupakan sumber penting bagi nilai-nilai dan orientasi-orientasi

politik.

c) Pengalaman-pengalaman politik, yakni hal-hal yang diperoleh

seseorang melalui partisipasi politik.

%URZQKLOO GDQ 6PDUW PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³'DODP pendidikan politik siswa harus diajarkan atau dibimbing untuk menilai hakikinya;

bermusyawarah, mengajukan argumen-argumen yang baik, dan yang terpenting DGDODK XQWXN PHQFLQWDL NHEHQDUDQ´ 'HQJDQ GHPLNLDQ GLKDUDSNDQ SURGXN GDUL pendidikan politik terbentuk warga negara yang dapat menilai dirinya sendiri,

aktif dalam bermusyarawah, dapat mengajukan pendapat secara rasional,

semuanya sebagai wujud dari kecintaannya terhadap kebenaran.

Pendidikan politik sebagai bagian pendidikan, secara umum didasari oleh

asumsi bahwa pendidikan politik mencakup warga negara terhadap kultural serta

mempelajari sikap-sikap politik dan prilakunya terhadap politik.

%URZQKLOOGDQ6PDUWMXJDPHQJHPXNDQEDKZD³that education and political structure of society are closely linked has probably always been

recognized (ada keterkaitan yang erat antara pendidikan dan struktuir politik yang VXGDK GLNHWDKXL EDQ\DN RUDQJ´ Dalam hal ini dijelaskan bahwa setiap pendidikan memiliki ciri politis tertentu yang dirancang untuk membimbing

(38)

commit to user

22

Pendidikan politik di sekolah dapat diajarkan melalui mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan. Salah satu tujuan dari pendidikan politik adalah

mendidik agar seseorang tersebut memiliki kesadaran dalam berpolitik dan melek

akan politik. Sehingga pada akhirnya melalui pendidikan politik tersebut akan

memungkinkan untuk mengubah manusia dari statusnya sebagai warga negara

karena terpaksa menjadi warga negara dengan kesadaran.

Menurut Rusadi .DQWDSUDZLUD \DQJPHQ\DWDNDQEDKZD³3HQGLGLNDQ

politik, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka GDSDWEHUSDUWLVLSDVLVHFDUDPDNVLPDOGDODPVLVWHPSROLWLNQ\D´'HQJDQGHPLNLDQ terwujudnya warganegara yang baik (good citizen) yaitu warganegara yang melek

politik, memiliki kesadaran politik, dan berpartisipasi dalam kehidupan politik

merupakan tujuan utama dari pendidikan politik.

3. Tinjauan Tentang Pengaruh Pemahaman Politik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan didalam suatu konsep pendidikan sangatlah

perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan

baik SD, SMP, maupun SMA serta perguruan tinggi karena Pendidikan

Kewarganegaraan dapat mencakup semua aspek pelajaran baik mata pelajaran

geografi, sosiologi, sejarah maupun dibidang Antropologi. Oleh karena

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan

moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan bernegara seperti yang GLXQJNDSNDQ ROHK 6XPDUVRQR EDKZD ´3HQGLGLNDQ .HZDUJDQHJDUDDQ adalah dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara

untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku sebagai pola

tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi WHWDSXWXKGDQWHJDNQ\D1.5,´

Pendidikan Kewarganegaraan/civic education adalah program pendidikan/

pembelajaran yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan

(39)

commit to user

manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi Warga Negara yang baik

sebagaimana ditentukan keharusan/yuridis konstitusional Bangsa/Negara yang

bersangkutan(Anonim, 2010).

Dalam standar kompetensi kurikulum 2004, ditegaskan bahwa

"Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education)" adalah merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi

agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila

dan UUD 1945.

Menurut Soedijarto GDODP )DGOL\DQXU EDKZD ³Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membentuk

peserta didik menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta

membangun sistem politik yang demokratis.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan

kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang menyangkut tentang warga

negara dan negara serta hak dan kewajiban warga negara. Pembelajaran di

dalamnya bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara

yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang berpartisipasi aktif dan

bertanggung jawab serta berkesadaran.

b. Ruang Lingkup dan Tujuan Materi Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah yaitu

mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA tercakup beberapa tujuan dan ruang

lingkup materi.

Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk

memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal :

(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

(2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak

(40)

commit to user

24

(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)

Sedangkan Tujuan PKn menurut Eric (1996) yang dikutip dalam Journal

International of Definition Civic Education as Subject dari

http//www.Geogle.com. bahwa, ´The first objective of civic education is to teach

thoroughly the meaning of the most basic idea, so that students will know what a

constitutional democracy is and what it is not´

Artinya bahwa tujuan pertama pendidikan kewarganegaraan adalah teliti di

dalam mengajar sehingga siswa akan mengetahui apa yang termasuk

konstitutional dan demokrasi ataupun dengan yang tidak konstitutional dan tidak

demokrasi sehingga siswa diharapkan dapat membedakan diantara keduanya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolahan

yang bertujuan dan berfungsi membentuk diri peserta didik cerdas, terampil dan

berkarakter, berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta bertindak sesuai

dengan amanat pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut :

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara,

Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan

dan jaminan keadilan.

2) Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,

(41)

commit to user

bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan

internasional.

3) Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional

HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

Persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan

sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, Sitem pemerintahan, Pers dalam masyrakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar negara,

Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai

ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri,

Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional

dan organisasi internasional, dan Menguasai globalisasi.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di setiap

jenjang pendidikan formal di sekolah mempunyai beberapa aspek yang menjadi

ruang lingkupnya. Ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan tersebut adalah meliputi persatuan dan kesatuan bangsa, norma

(42)

commit to user

26

kekuasaan dan politik, pancasila dan globalisasi. Kemudian dari aspek-aspek

tersebut nantinya akan dijabarkan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Dalam hal ini pemahaman materi politik di sekolah, salah satu aspek materi

yang melingkupi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu tentang politik. .

c. Komponen dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam aspek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat tiga

komponen utama yang harus di miliki. Menurut Branson yang dikutip oleh Udin

S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007: 186-191) berdasarkan kompetensi

yang perlu dikembangkan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan

didalamnya mencakup tiga komponen utama yang perlu dipelajari yaitu

pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan/kecakapan

kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic

dispositions). Penjelasan dari tiga komponen diatas adalah sebagai berikut :

1) (Civic Knowledge) Pengetahuan kewarganegaraan

Pengetahuan kewarganegaraan ini berkaitan dengan kandungan atau apa yang

seharusnya diketahui oleh warga negara mengenai hak dan kewajiban warga

negara. Dari ranah pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) di atas dapat

diperinci lagi. Dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:31-33)

menyatakan bahwa :

Knowledge: the content of Civic Education: a). why do we need a goverment?, b). the purpose of goverment, c). constitutional princilples, d). concepts, principles, and values underlying the political, system, i.e.,authority, justice, diversity, rule of law, e). individual rights (personal, political, economic), f). responsibilities of citizen, g). role of citizen in a democracy, h). how the cirizen can participate in community decisions.

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa isi pengetahuan

kewarganegaraan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat diperinci menjadi

tentang a). mengapa pemerintahan dibutuhkan, b). tujuan dari pemerintahan, c).

prinsip-prinsip yang mendasari konstitusi, konsep, prinsip, dan nilai-nilai yang

menjadi dasar politik, d). sistem, kewenangan, keadilan, keaneka ragaman,

kepastian hukum, e). hak-hak individu (pribadi, politis, ekonomi), f).

(43)

commit to user

bagaimana warga negara dapat mengambil bagian di dalam menentukan

keputusan.

2) (Civic skills) Keterampilan/kecakapan kewarganegaraan

Selain harus menguasai pengetahuan tentang lingkup kewarganegaraan

juga harus perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris.

CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:33)

menyatakan bahwa :

Skills: what a citizen needs to be able to do participate effectively. a). Critical thinking skills: gather and assess information, clarify an prioritize, identity and assess consequences, evaluate, reflect. b). Participation skills: communicate, negotiate, cooperate, manage conflicts peacefully and fairly, reach consensus.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa ketrampilan apa yang dibutuhkan

warganegara di dalam berpartisipasi secara efektif a). Pemikiran kritis, meliputi

keterampilan dalam mengumpulkan dan menilai informasi, menegaskan suatu

keutamaan, identitas dan memahami suatu akibat, mengevaluasi, mencerminkan.

b). Partisipasi, yang meliputi keterampilan: komunikasi, musyawarah, bekerja

sama, mengatur konflik dengan damai dan wajar, mencari kesepakatan.

3) (Civic dispositions) Watak atau karakter kewarganegaraan

Komponen dasar yang ketiga dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah

(Civic dispositions) watak atau karakter kewarganegaraan yang mengisyaratkan

pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan

pengembangan demokrasi konstitusional.

Menurut CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah (2007:33)

merinci civic despositions PHQMDGL ³Civility, respect for the rights of other

individuals, respect for law, honesty, open mindedness, critical mindedness,

negotiation and compromise, persistence, compasion, patriotism, courage, tolerance of ambiguity´ <DQJ DUWLQ\D DGDODK ZDWDN NHZDUJDQHJDUDDQ GDSDW diperinci menjadi kesopanan, menghargai hak/ kebenaran individu lain,

menghormati hukum, kejujuran, terbuka, kritis, bermusyawarah dan berunding,

ketekunan, compasion, patriotisme, keberanian, toleransi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seorang warga

(44)

commit to user

28

memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif, dan pada akhirnya

pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak

yang baik, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan serta kesadaran akan perilaku

dan tindakannya dalam sehari-hari.

d. Pengaruh Pemahaman Politik Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti proses

belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat dilihat dari hasil

belajar yang mereka dapatkan. Melalui mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di sekolah pada tingkat jenjang SMA, yang salah satunya

melingkupi materi yaitu mengenai politik ini sebagai salah satu pembelajaran

awal mengenal tentang politik. Pemahaman akan materi politik merupakan suatu

kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan

pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat.

Siswa yang memiliki pemahaman materi tentang politik yang mencakup

kemampuan untuk mengerti makna dan arti dari bahan yang dipelajari diharapkan

akan mempunyai kesadaran akan berpolitik yang baik diterapkan di lingkungan

keluarga, sekolah, maupun masyarakat nantinya. Adanya pemahaman dalam diri

siswa tersebut berasal dari proses belajar dan pendidikan di sekolah, melalui

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, siswa akan memiliki pemahaman

yang baik paham akan pentingnya mempelajari politik. Dengan pemahaman yang

baik tersebut akan berpengaruh pada perilaku dan tindakannya, karena dengan

paham akan materi politik nantinya siswa akan sadar politik, seperti yang telah

tercantum dalam hakikat program Pendidikan Kewarganegaraan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran mengenai materi

politik yang salah satunya diberika

Gambar

Tabel 1. Rencana waktu penelitian  ................................................................
Gambar 3. Grafik Histogram Variabel Kesadaran Politik ...............................
Gambar 1 : Bagan Alur Pengaruh Pemahaman Politik Terhadap Tingkat
Tabel 1 : Rencana waktu penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Faktor – faktor daya tarik digabungkan ke dalam penyediaan sarana dan prasarana pariwisata sehingga kriteria penilaian kelayakan objek wisata dapat dibagi menjadi (1)

Masalah yang sering berkaitan dengan motivasi belajar siswa terutama siswa di SMA adalah siswa sering merasakan kurang motivasi dalam dirinya sehingga siswa menjadi

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk

Tentukan nilai maksimum global dan nilai minimum global dari f pada S dan tunjukkan di mana mereka terjadi. Berapa luas daerah terbesar yang dimiliki persegipanjang jika panjang

menggunakan nilai t hitung yang dibandingkan dengan t tabel, pengujian hipotesis juga dapat ditunjukkan melalui tingkat signifikansi dari nilai rata – rata produktivitas

Masyarakat/Pihak Ketiga (Pengadaan Ternak Sapi Bali Jantan dan Ternak Sapi Bali Betina) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Muara Enim Tahun Anggaran 2016.. AGRO

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah. Haji menjadi

Pada stenosis katup mitralis maupun katup aorta dapat dilakukan bedah terbuka denga tindakan Komisurotomi bila stenosis murni, atau denga rekuntruksi bentuk lain