RELEVANSI MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGEMASAN DENGAN
UNIT KOMPETENSI PENGEMASAN PADA SKKNI INDUSTRI PANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri
oleh:
Mufti Ghaffar
1002311
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Relevansi Mata Kuliah Teknologi
Pengemasan dengan Unit Kompetensi
Pengemasan pada SKKNI Industri
Pangan
Oleh Mufti Ghaffar
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Mufti Ghaffar 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5
C. Pembatasan Masalah Penelitian ... 5
D. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Pengertian Kurikulum ... 8
B. Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 8
C. Kurikulum Pendidikan Teknologi Agroindustri ... D. SKKNI Industri Pangan... 11 13 E. Relevansi Pendidikan Tinggi dan Industri ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 18
C. Desain Penelitian ... 18
D. Definisi Operasional ... 19
E. Instrumen Penelitian ... 20
F. Teknik Pengumpulan Data ... 20
G. Analisis Data ... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN... A. Hasil Penelitian... BAB V SIMPULAN DAN SARAN... A. Simpulan... B. Saran... 24 24 33 33 33 DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri...
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian...
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Relevansi Mata Kuliah Teknologi Pengemasan
dengan SKKNI Industri Pangan...
12
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Studi Dokumentasi...
Lampiran 2 Analisis Studi Dokumentasi Relevansi Mata Kuliah
Teknologi Pengemasan dengan SKKNI Industri
Pangan...
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ...
Lampiran 4 Jawaban Wawancara...
Lampiran 5 Hasil Penelitian yang Tidak Relevan...
Lampiran 6 Administrasi Skripsi... 37
38
56
67
96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Pendidikan Teknologi Agroindustri (PTAG) merupakan salah satu prodi
yang berada di bawah Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas
Pendidikan Indonesia. Sebagai prodi yang berdiri sejak tahun 2008, prodi ini
adalah prodi yang baru di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas perlu terus dilakukan secara kontinyu agar dapat
bersaing dengan perguruan tinggi sejenis di seluruh Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan kualitas yang dilakukan diantaranya adalah dengan terus
mengembangkan kurikulum PTAG.
Kurikulum yang ada di PTAG pada dasarnya bertujuan untuk mencetak
mahasiswa untuk menjadi guru. Hal ini dapat dilihat dengan adanya Mata Kuliah
Dasar Kependidikan dalam Kurikulum PTAG. Akan tetapi pilihan pekerjaan
untuk menjadi non guru pun dapat menjadi pilihan mahasiswa, hal ini didukung
dengan adanya Mata Kuliah Keahlian (MKK) di dalam kurikulum, yang dalam
jumlah SKS lebih banyak dibandingkan Mata Kuliah Dasar Kependidikan
(MKDK). Persentase jumlah SKS MKK 55,5% sedangkan MKDK 8,22%.
Dengan berubahnya IKIP menjadi UPI maka ia memiliki widermandate
(perluasan wewenang), dimana lulusan perguruan tinggi kependidikan dapat
memilih untuk bekerja dalam bidang non kependidikan yang sesuai dengan
jurusannya. Sehingga setelah lulus mahasiswa PTAG dapat bekerja di industri,
dalam hal ini khususnya industri pangan.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan
rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan
atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Penyusunan SKKNI dilakukan bersama dengan perwakilan (1) asosiasi profesi,
(2) asosiasi dunia kerja dan dunia industri, (3) asosiasi lembaga pendidikan dan
pencapaian konsensus dan pemberlakuan secara nasional. Dalam penggunaannya
SKKNI akan berperan besar dalam lembaga pendidikan dan pelatihan, sebagai
acuan dalam pengembangan program/kurikulum dan komponen pendidikan
lainnya. Bagi industri, sebagai acuan pengembangan SDM dan pengembangan
pelatihan khusus sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Idealnya SKKNI merupakan acuan skala nasional dalam penyelenggaraan
pendidikan. Hal tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep. 45/MEN/II/2009 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Sektor Industri
Pengolahan, Sub sektor Industri Pangan dan Minuman, Bidang Teknologi Hasil
Pertanian, Sub Bidang Industri Pangan. Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan kerja serta uji kompetensi dalam rangka sertifikasi
kompetensi. Kurikulum PTAG belum sepenuhnya menjadikan SKKNI Industri
pangan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum.
Memiliki kompetensi profesional di bidang agroindustri menjadi salah satu
kompetensi utama lulusan Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri. Hal ini
tercantum dalam kompetensi lulusan mahasiswa prodi PTAG yang menyebutkan
bahwa kompetensi utama Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri
adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi profesional yaitu
memiliki wawasan yang luas dalam bidang agroindustri, kemampuan eksplorasi,
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta berpartisipasi dalam aktivitas
ilmiah komunitas profesional dalam bidang agroindustri.
Menurut Purba (2005) konsep link and match antara pendidikan dan dunia
kerja mengalami kegagalan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan ada banyaknya
penganggur terdidik. Tingkat pengangguran terbuka naik dari 5,7 persen pada
Februari menjadi 5,94 persen pada Agustus. Jumlah pengangguran pada bulan
Agustus meningkat 90 ribu orang dari penghitungan terakhir yang dilakukan
Februari 2014 (BPS, 2014). Mayoritas pengangguran merupakan angkatan kerja
terdidik. Laju peningkatan angka pengangguran lulusan perguruan tinggi berada
persen dari 4,31 pada Februari menjadi 5,65 persen pada Agustus 2014
(Firmansyah, 2014).
Pengangguran di kalangan terdidik ini dapat memberi dampak serius
dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik, ekonomi.
Ditinjau dari segi politik bahwa semakin tinggi pendidikan penganggur, maka
semakin gawat kadar kegiatan destabilitas yang tercipta. Lulusan perguruan tinggi
yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi dapat mendorong pada perubahan
sosial yang cepat. Dalam hal ekonomi, pengangguran berarti pemborosan
nasional, investasi dalam pendidikan bila tidak berdaya guna berarti menunjukkan
adanya inefisien tenaga waktu, dan biaya yang telah dikeluarkan (Depdiknas,
2002).
Peningkatan jumlah pengangguran adalah akibat dari kurang memadainya
kualitas pencari kerja. Dengan kata lain, kualitas lulusan lembaga pendidikan
tidak cocok dengan kebutuhan dunia industri (Purba, 2005). dimana kualitas
lulusan lembaga pendidikan berkaitan erat dengan kurikulum yang didalamnya
terdapat kompetensi/keahlian yang harus dimiliki mahasiswanya untuk lulus.
Ketidakcocokan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: (1)
Ketidakcocokan antara karakteristik pencari kerja (sisi penawaran tenaga
kerja/supply) dengan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga
kerja/demand). Ketidak cocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan,
orientasi status atau masalah khusus, (2) Semakin terdidik seseorang, semakin
besar harapannya pada jenis pekerjaan yang aman. Sehingga lebih suka bekerja
pada perusahaan yang besar daripada membuka usaha sendiri, (3) Belum
efisiennya fungsi pasar tenaga kerja. Lalu lintas informasi yang tidak berjalan
dengan baik antara perguruan tinggi dan industri, menyebabkan banyak angkatan
tenaga kerja yang bekerja di luar bidangnya karena salah salur dan salah tempat
kerja sehingga menimbulkan ketidak efektifan dan ketidak efisienan penggunaan
tenaga kerja.
Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan yang perlu
terus mengalami pembaruan sesuai perkembangan zaman. Salah satunya dengan
Kurikulum yang ada di prodi perlu terus diperbarui agar tidak sampai terjadi
adanya lulusan dari prodi yang tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan di
industri. Seharusnya lulusan prodi PTAG memiliki wawasan yang luas dalam
bidang agroindustri, kemampuan eksplorasi, pengembangan ilmu pengetahuan
sebagaimana tertulis dalam salah satu kompetensi utama Program Studi PTAG.
Mahasiswa prodi PTAG disiapkan untuk menjadi guru profesional di SMK
Pertanian khususnya di konsentrasi AHP. Hal ini juga tercantum dalam salah satu
kompetensi utama lulusan Prodi PTAG yaitu: memiliki kompetensi pedagogik
yaitu lulusan yang memiliki kemampuan dalam merancang, melaksanakan, dan
mengelola proses pembelajaran bidang agroindustri sehingga menjadi pendidik
yang berkualitas yang dapat melakukan tugas sebagai pendidik secara
bertanggung jawab untuk pembelajaran yang efektif yang dapat memenuhi
kebutuhan lapangan kerja. Maka agar pembelajaran kepada siswa smk dapat
efektif, mahasiswa PTAG dalam perkuliahannya perlu diajarkan kebutuhan kerja
di industri seperti apa. Guru perlu mengetahui kompetensi apa yang diperlukan
untuk bekerja di industri, sikap seperti apa yang perlu dilakukan, juga mengetahui
perkembangan di dunia kerja.
Mata kuliah teknologi pengemasan merupakan salah satu mata kuliah yang
diberikan kepada mahasiswa prodi PTAG. Teknologi Pengemasan (TG 475)
merupakan mata kuliah berbobot 3 sks. Mata kuliah ini adalah mata kuliah yang
wajib diikuti mahasiswa program S1 Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri.
Mata Kuliah ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai peran dan
fungsi pengemasan pangan, serta perkembangannya sejak kemasan alami hingga
modern. Pengetahuan tentang jenis, karakteristik, cara pembuatan dan identifikasi
berbagai bahan pengemas diantaranya: gelas, logam, plastik, kayu, kertas dan
bahan kemasan lainnya. Menentukan bentuk kemasan yang tepat pada suatu
bahan pangan yang dapat berpengaruh terhadap interaksi bahan pangan dan
kemasan. Cara menentukan masa umur simpan produk, labeling pada kemasan
pangan dan dan regulasi terkait tentang pengemasan. Mata kuliah teknologi
pengemasan menjadi fokus yang diteliti karena bahasan teknologi pengemasan
teknologi pengemasan, dan pada dokumen SKKNI yang terdapat pada unit
kompetensi pengemasan. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan diatas,
penulis tertarik untuk meneliti relevansi mata kuliah teknologi pengemasan
dengan unit kompetensi pengemasan pada SKKNI industri pangan.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah penulis uraikan,
dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini diantaranya:
1. Pengangguran di kalangan terdidik
2. Ketidakcocokan antara karakteristik pencari kerja (sisi penawaran
tenaga kerja/supply) dengan kesempatan kerja yang tersedia (sisi
permintaan tenaga kerja/demand)
3. SKKNI belum sepenuhnya dijadikan acuan dalam pengembangan
Kurikulum PTAG
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Penulis membatasi masalah penelitian yang ada, yaitu SKKNI yang
digunakan dalam penelitian adalah SKKNI Industri Pangan. Kompetensi dibatasi
pada unit kompetensi pengemasan. Kurikulum Pendidikan Teknologi
Agroindustri dibatasi pada mata kuliah teknologi pengemasan.
D. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
di atas, masalah yang ingin dipecahkan pada penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis kesesuaian atau relevansi antara SAP Mata Kuliah
Teknologi Pengemasan dengan unit kompetensi pengemasan pada
SKKNI Industri Pangan.
2. Memperoleh gambaran kondisi kurikulum prodi pendidikan teknologi
agroindustri
4. Memperoleh gambaran kompetensi lulusan S1 yang dibutuhkan di
industri pangan
5. Memperoleh gambaran kesesuaian tujuan pembelajaran khusus mata
kuliah teknologi pengemasan dengan kompetensi yang dibutuhkan di
industri pangan
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memperoleh tingkat relevansi antara SAP mata kuliah teknologi
pengemasan dengan dokumen SKKNI Industri Pangan unit
kompetensi pengemasan.
2. Memperoleh gambaran kondisi kurikulum prodi pendidikan teknologi
agroindustri yang meliputi: pendekatan kurikulum yang digunakan,
pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum,
penggunaan SKKNI sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum,
kesesuaian tujuan, materi, dan proses pembelajaran dengan industri.
3. Memperoleh gambaran kondisi mata kuliah teknologi pengemasan
yang meliputi: penggunaan SKKNI sebagai acuan dalam
pengembangan silabus mata kuliah, perbandingan rasio teori dan
praktikum, kesesuaian materi, proses, media, dan sarana pembelajaran
dengan kebutuhan di industri.
4. Memperoleh gambaran kompetensi lulusan S1 yang dibutuhkan di
industri pangan
5. Memperoleh gambaran kesesuaian tujuan pembelajaran khusus mata
kuliah teknologi pengemasan dengan kompetensi yang dibutuhkan di
industri pangan
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
1. Menjadi salah satu masukan bagi dosen pengampu mata kuliah
teknologi pengemasan dalam menyusun SAP dan materi ajar yang
sesuai dengan perkembangan di industri
2. Menjadi bahan evaluasi bagi dosen pengampu mata kuliah teknologi
pengemasan apakah tujuan pembelajaran khususnya relevan dengan
dunia industri pangan
3. Menjadi masukan bagi prodi kompetensi apa sajakah yang sebenarnya
dibutuhkan oleh industri di bidang pangan
4. Menjadi masukan dalam upaya perbaikan kurikulum/silabus mata
kuliah agar mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai
kemampuan profesional dalam menjalankan tugas mendidik
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi tentang relevansi Kurikulum PTAG
dengan industri diuraikan menjadi lima bagian, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian,
pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang kajian pustaka yang meliputi prinsip pengembangan
kurikulum, kurikulum pendidikan teknologi agroindustri, SKKNI industri
pangan, relevansi pendidikan tinggi dan industri
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat melakukan penelitian untuk
memperoleh data. Lokasi penelitian dilakukan di Program Studi Pendidikan
teknologi Agroindustri Kampus UPI, JL. Dr Setiabudi No. 229, Bandung, Jawa
Barat, 40154. Program Studi Pendidikan Teknologi Agoindustri dipilih karena
tempat ini merupakan sumber data utama untuk mempelajari dokumen kurikulum
pendidikan teknologi agroindustri khususnya silabus dan SAP mata kuliah.
Penelitian ini juga bertempat di PT Garudafood Putra Putri Jaya dan PT Kraft
Ultrajaya Indonesia.
Subjek penelitian ini adalah dokumen SKKNI Industri Pangan, dokumen
Silabus dan SAP Mata Kuliah Teknologi Pengemasan, Ketua Program Studi
Pendidikan Teknologi Agroindustri (Prodi PTAG) UPI, dosen Teknologi
Pengemasan prodi PTAG, dan pihak Industri Pangan yaitu: PT Garudafood putra
Putri Jaya dan PT Kraft Ultrajaya Indonesia.
B. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif artinya mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik
fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2009).
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berfungsi untuk memotret suatu
kondisi pada masa sekarang dan membuat suatu penjelasan variabel yang diteliti
apa adanya tanpa membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian relevansi menggunakan metode deskriptif.
Penelitian dekriptif digunakan agar dapat mendeskripsikan relevansi atau
kesesuaian SAP mata kuliah Teknologi Pengemasan dengan SKKNI Industri
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006). Penelitian Deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tida memerlukan administrasi
atau pengontrolan terhadap suatu perlakuan (Arikunto, 2009).
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau
keadaan. Penelitian desktiptif memiliki beberapa jenis penelitian, yaitu penelitian
survei, studi kasus, penelitan perkembangan, penelitian tindak lanjut, analisis
dokumen, dan penelitian korelasional. Jenis penelitian pada tulisan ini adalah
penelitian analisis dokumen. Analisis dokumen merupakan penelitian yang
dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik
gambar, suara, tulisan atau lain lain bentuk rekaman biasa dikenal dengan
penelitian analisis dokumen atau analisis isi. (Arikunto, 2009).
Penelitian dibatasi pada SAP sebagai bagian dari kurikulum yang terdiri
dari komponen salah satunya yaitu tujuan pembelajaran khusus dan rincian materi
perkuliahan. Kedua komponen tersebut kemudian dianalisis relevansinya dengan
pengetahuan penunjang yang merupakan salah satu komponen pada SKKNI
Industri Pangan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk
memperdalam dan melengkapi studi dokumentasi yang dilakukan. Melalui hasil
analisis terhadap relevansi kurikulum tersebut diharapkan dapat terungkap tingkat
relevansi mata kuliah teknologi pengemasan dengan SKKNI industri pangan.
D. Definisi operasional
1. Relevansi merupakan salah satu prinsip umum pengembangan kurikulum.
Berasal dari kata relevant yang memiliki makna kedekatan hubungan
dengan apa yang terjadi. Dalam hal ini relevansi yang ada adalah antara
E. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:148). Penelitian ini
menggunakan dua instrumen penelitian yaitu wawancara dan studi dokumentasi.
Tabel menunjukkan jenis instrumen penelitian, komponen data yang
dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan.
Tabel 3.1 Instrumen penelitian
No Jenis Instrumen penelitian
Jenis data yang dikumpulkan Sumber data
1 Pedoman studi dokumentasi
Tujuan Pembelajaran Khusus pada SAP mata kuliah teknologi pengemasan,
Pengetahuan Penunjang pada SKKNI Industri Pangan
Kebijakan dalam pengembangan kurikulum,
Hubungan dengan industri, Kesesuaian mata kuliah pada kurikulum PTAG dengan kompetensi yang diharapkan Industri
Ketua prodi Pendidikan Teknologi Agroindustrti
Pengembangan SAP mata kuliah teknologi pengemasan,
Kesesuaian mata kuliah teknologi pengemasan dengan kompetensi yang diharapkan industri,
Dosen Mata Kuliah Teknologi
Pengemasan
Kesesuaian tujuan pembelajaran khusu pada SAP mata kuliah pengemasan dengan Industri, Kompetensi pekerja S1 yang dibutuhkan oleh industri (hard skill maupun sof skill)
Industri Pangan
F. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik. Dokumen yang di analisis dalam penelitian ini
diantaranya 1) SKKNI Industri Pangan untuk mengungkap data tentang standar
kompetensi kerja industri pangan pada bidang pengemasan, 2) Satuan acara
perkuliahan (SAP) mata kuliah teknologi pengemasan di prodi PTAG untuk
mengungkap data tentang kompetensi atau tujuan pembelajaran khusus juga
rincian materi pada mata kuliah teknologi pengemasan
2. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur memerlukan pedoman wawancara, pedoman wawancara
ini divalidasi oleh ahli di bidang kurikulum (terlampir). Wawancara dilakukan
secara langsung oleh penulis, dan untuk membantu proses wawancara penelitian
juga menggunakan alat perekam melalui media handphone agar menambah
ketelitian hasil wawancara. Tujuan wawancara pada penelitian ini diantaranya:
a. Memperoleh informasi tentang pendekatan kurikulum yang digunakan
prodi PTAG, pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum, penggunaan SKKNI sebagai acuan dalam pengembangan
kurikulum, kesesuaian tujuan, materi, dan proses pembelajaran dengan
industri. Untuk memperoleh informasi tentang hal tersebut,
wawancara dilakukan terhadap Ketua Prodi PTAG.
b. Memperoleh informasi tentang mata kuliah teknologi pengemasan
yang meliputi: penggunaan SKKNI sebagai acuan dalam
pengembangan silabus mata kuliah, perbandingan rasio teori dan
praktikum, kesesuaian materi, proses, media, dan sarana pembelajaran
dengan kebutuhan di industri. Untuk memperoleh informasi tentang
hal tersebut, wawancara dilakukan terhadap Dosen Pengampu Mata
Kuliah Teknologi Pengemasan.
c. Memperoleh informasi tentang kompetensi lulusan S1 yang
kesesuaian tujuan pembelajaran khusus mata kuliah teknologi
pengemasan dengan kompetensi yang dibutuhkan di industri pangan.
Untuk memperoleh informasi tentang hal tersebut, wawancara
dilakukan terhadap industri pangan, yaitu: PT Garuda Food Putra Putri
Jaya dan PT Kraft Ultrajaya Indonesia.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data deskriptif. Data diperoleh dari studi dokumentasi dan wawancara. Penelitian
ini juga menggunakan tiga tahap dalam menganalisis data penelitian, yaitu: tahap
reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan/verifikasi data.
1. Reduksi Data
Merupakan tahapan mereduksi data penelitian yaitu merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.
Data yang telah direduksi akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Merupakan tahapan menyajikan data penelitian yang telah melalui
tahap reduksi ke dalam bentuk tabel, grafik, chart, uraian dan
sejenisnya. Penyajian data dilakukan agar data yang telah peneliti
kumpulkan dapat mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir, kesimpulan yang ditemukan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan
buktu-bukti baru yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Pada
tahapan penarikan kesimpulan penulis menggunakan kriteria relevansi
pada Wiranegara (2012) dengan penyesuaian berdasarkan penelitian
penulis. Kriteria relevansi yang digunakan terdiri dari empat pilihan,
a) Sangat Sesuai: apabila cakupan substansi pada kompetensi di
SKKNI terpenuhi dan tuntutan kompetensi pada SKKNI sesuai
dengan tujuan program studi
b) Sesuai: apabila cakupan substansi pada kompetensi di SKKNI
terpenuhi, namun tuntutan kompetensi pada SKKNI tidak sesuai
dengan tujuan program studi
c) Kurang Sesuai: apabila cakupan substansi pada kompetensi SKKNI
kurang terpenuhi
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian yaitu: tingkat relevansi antara SAP mata kuliah
teknologi pengemasan dengan dokumen SKKNI Industri Pangan unit kompetensi
pengemasan, yaitu: 33,5% sangat relevan, 23% relevan, 10% kurang relevan, dan
33,5% tidak relevan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masih ada yang
kurang relevan dan juga relevan diantaranya karena SKKNI belum dijadikan salah
satu acuan dalam pengembangan SAP Mata Kuliah. Pengembangan SAP mata
kuliah mengacu kepada Kurikulum Program Studi Pendidikan Teknologi
Agroindustri. Terdapat kompetensi pada SKKNI Industri Pangan unit kompetensi
pengemasan yang tidak relevan pada mata kuliah teknologi pengemasan tetapi
terdapat di mata kuliah lain. Sarana dan prasarana yang terdapat di prodi masih
belum memadai dengan belum adanya laboratorium teknologi pengemasan.
Tujuan Pembelajaran Khusus pada mata kuliah teknologi pengemasan yang
berjumlah 13 poin sesuai dengan yang dibutuhkan di Industri Pangan. Penguasaan
dasar-dasar materi di perkuliahan akan sangat membantu dalam pengembangan
karir lulusan di industri. Kompetensi yang terdapat pada SKKNI pun sejalan
dengan dua industri. Walaupun berdasarkan hasil wawancara narasumber
menyebutkan tidak menggunakan SKKNI sebagai pedoman akan tetapi
kompetensi yang dibutuhkan oleh industri pangan terkait pengemasan sesuai
dengan yang terdapat di SKKNI Industri Pangan.
B. Saran
Saran penulis pada penelitian ini adalah perlu dilakukannya:
a. Penelitian lanjutan untuk mengetahui relevansi kurikulum dengan aspek
kurikulum lainnya selain industri yang merupakan bagian dari relevansi
eksternal. Misalnya aspek relevansi internal yang merupakan kesesuaian
antara komponen-komponen utama kurikulum, yaitu: isi sesuai dengan
dengan isi. Aspek relevansi eksternal yaitu: kesesuaian antara isi
kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, perkembangan masyarakat, dan
kemajuan IPTEK.
b. Penelitian relevansi pada seluruh mata kuliah yang terdapat dalam bagian
kurikulum prodi PTAG
c. Prodi dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam
pengembangan kurikulum
d. Rekomendasi untuk dilakukan penyesuaian antara SAP mata kuliah
teknologi pengemasan dengan SKKNI industri pangan yang masih tidak
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. (2014). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2004-2014. [online]. Tersedia di:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subye k=06¬ab=4. Diakses 13 Oktober 2014.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life skill education). Jakarta: Depdiknas.
Firmansyah, T. (2014). Pengangguran Terdidik Bertambah. [Online]. Tersedia di
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/11/06/neltsa-pengangguran-terdidik-bertambah. Diakses 15 Januari 2015.
Idi, A. (2014). Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik. Jakarta: Rajawali Pers.
Majid, A. (2010). Relevansi Kurikulum Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Agama dengan Tuntutan Kompetensi Profesional Guru Agama Islam (Studi Evaluatif pada Kurikulum Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN SGD Bandung). Pengembangan Kurikulum (S2) Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nasution, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah Ed.1, Cet. 11. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nawawi, H. (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pemerintah Indonesia. (2013). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia di: http://www.setneg.go.id// index.php?option=com_perundangan&id=323&task=detail&catid=1&Itemid= 42&tahun=2003. Diakses 22 Oktober 2014.
Pendidikan Teknologi Agroindustri. (2013). Kurikulum Program Sarjana Pendidikan. [Online]. Tersedia di: http://agroindustri.upi.edu/?page_ id=179. Diakses 22 Oktober 2014.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N.S. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya