• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TERPAAN LAGU ORANG DEWASA DENGAN PUBERTAS PRECOX PADA ANAK-ANAK DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” Dengan Pubertas Precox pada Anak-Anak di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TERPAAN LAGU ORANG DEWASA DENGAN PUBERTAS PRECOX PADA ANAK-ANAK DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” Dengan Pubertas Precox pada Anak-Anak di Surabaya)."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MARTHA YULIANA SIMANJ UNTAK NPM. 0943010096

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Precox pada Anak-Anak di Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :

MARTHA YULIANA SIMANJ UNTAK NPM. 0943010096

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(3)

Disusun Oleh:

Martha Yuliana Simanjuntak NPM. 0943010096

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra.Dyva Clar etta,Msi NPT. 3 6601 94 00251

Mengetahui D E K A N

(4)

Oleh:

Martha Yuliana Simanjuntak NPM. 0943010096

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 27 September 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji:

1. Ketua

Dra. Dyva Claretta, M.Si Dra. Sumardjijati, M.Si

NPT. 3 6601 94 00251 NIP. 196220323 199309 2001

2. Sekr etaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 196412251993092001 3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 00251 Mengetahui,

DEKAN

(5)

yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Hubungan Terpaan Lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” Dengan Pubertas Precox Pada Anak-Anak di Sur abaya”. Penulisan laporan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana.

Hasil laporan proposal ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Ibu Dra. Dyva Claretta, MSi selaku dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan skripsi ini :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, MSi sebagai Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

3. Bapak dan Ibu Dosen Progdi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam materi perkuliahan.

4. Mamak dan Bapak yang selalu memberi support dan dukungan doa. My sister (Lina&Chrz) yang tidak bosan-bosan mengingatkan saya untuk segera lulus serta my brother (Paul&B’Ronald) yang selalu bikin emosi tetapi selalu memberikan doa dan dukungan. Louph u so much

5. Seluruh hamba Tuhan&jemaat di GPI Surabaya. Serta Thomson yang selalu memberi dukungan baik dalam doa, materi, waktu, perhatian. Louph u all

(6)

Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis semoga dengan terselesainya laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.

Surabaya, September 2013

(7)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Kegunaan Penelitian ... 13

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 14

2.1 Penelitian Terdahulu ... 14

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 16

2.2.2 Radio Sebagai Media Komunikasi Massa ... 19

2.2.3 Efek Kehadiran Media Massa ... 20

2.2.4 Terpaan Media (Media Exposure) ... 22

2.2.5 Lagu Orang Dewasa ... 23

2.2.6 Pubertas Precox ... 23

2.2.7 Anak-Anak ... 28

2.2.8 Teori Peniruan ... 32

(8)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

31.1 Definisi Operasional ... 38

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 42

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 48

3.2.1 Populasi ... 48

3.2.2 Sampel ... 48

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4 Metode Analisis Data ... 51

BAB IV Hasil dan Pembahasan ... 54

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

4.1.1 Gambaran Umum Pubertas Precox ... 54

4.1.2 Gambaran Umum Surabaya ... 55

4.2 Penyajian Data dan Analisa ... 57

4.2.1 Identitas Responden ... 57

4.2.1.1 Karakteristik Berdasarkan Usia ... 58

4.2.1.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.2.1.3 Karakteristik Berdasarkan Media ... 60

4.2.2 Terpaan Lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” ... 61

4.2.2.1 Frekuensi ... 61

4.2.2.2 Durasi ... 63

(9)

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 95

4.3.1 Analisis Data ... 95

4.3.2 Pengujian Hipotesis ... 97

4.4 Interpretasi Hasil ... 99

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Saran ... 102

(10)

(Studi Korelasional Hubungan Terpaan Lagu Orang Dewasa Tentang “Percintaan” Dengan Pubertas Precox Pada Anak-Anak di Surabaya)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan terpaan lagu orang dewasa tentang “percintaan” dengan pubertas precox pada anak-anak di Surabaya. Dimana usia akhir anak-anak sekarang terlihat sudah mengalami pubertas dini khususnya dalam hal sensualitas. Dari lagu-lagu yang di

expose media, mengajarkan anak-anak untuk mengenal percintaan dari usia dini.

Landasan teori yang dipakai yaitu S-O-R. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berdomisili di Surabaya dan berusia 6-13 tahun. Alasan memilih anak-anak karena menurut ahli psikologi, anak-anak pada umur tersebut akan meniru pakaian dan perilaku anak yang lebih tua dan mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentangan dengan peraturan dirinya, keluarga dan sekolah. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Sampling Kebetulan. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu kuisioner yang dikumpulkan langsung dari responden dan data sekunder yang dikumpulkan dari BPS (Badan Pusat Statistik), buku literatur, internet.

Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terpaan lagu orang dewasa tentang “percintaan” memiliki hubungan yang sedang dengan pubertas

precox pada anak-anak di Surabaya. Artinya, lagu-lagu orang dewasa tentang

“percintaan” yang di expose media massa dapat membuat anak-anak mengalami

pubertas precox khususnya dalam sensualitas. Namun tidak sepenuhnya

dipengaruhi oleh hal tersebut, sebagian lainnya dapat dipengaruhi oleh lingkungan

eksternal yang kurang mendidik, video porno yang dengan mudah di upload dan

masih banyak lagi.

(11)

(Studi Korelasional Hubungan Terpaan Lagu Orang Dewasa Tentang “Percintaan” Dengan Pubertas Precox Pada Anak-Anak di Surabaya)

The purpose of this study is to determine how the relationship of exposure adult song " romance " with Pubertas Precox children in Surabaya . Where, in the end of the age of the children are now seen already experiencing early puberty , especially in terms of sensuality . The songs in the media expose , teach children to recognize from an early age romance.

Theoretical basis used is the S - O - R . According to this theory the effect is specific reactions to specific stimuli , so one can expect and estimate the fit between the message and the reaction communicant . Moreover , this theory describes the effect that occurs on the receiving end as a result of science communication.

The population in this study were children who live in Surabaya and 6-13 years old . The reason for choosing children because according to psychologists , children at that age will mimic the dress and behavior of older children and follow the rules of the group even if contrary to the rules themselves , family and school . The sampling technique used was Accidental Sampling . Type of data used is primary data that is collected directly from the questionnaire respondents and secondary data collected from BPS (Badan Pusat Statistik) , literature books , and internet .

The conclusion of this study indicate that exposure to adult song about " romance " has a moderate relationship with Pubertas Precox children in Surabaya . That is, adult songs of " romance " which expose the mass media can make children experiencing puberty precox especially in sensuality . But not completely affected by it , while others can be influenced by the external environment are less educated , porn video uploads easily and much more .

(12)

BAB I

PENDAHULAN

1.1Latar Belakang

Kemajuan teknologi komunikasi saat ini mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat, membuat mereka mempunyai rasa ingin tahu untuk mengkonsumsinya. Sehingga kebutuhan khalayak akan media massa seperti televisi, radio, surat kabar, internet semakin meningkat. Fungsi dari media massa itu sendiri meliputi: sebagai pemberi informasi, sebagai pengambil keputusan, sebagai pendidik, dan masih banyak lagi fungsi positif yang diberikan media massa kepada masyarakat.

Dan pada saat ini televisi merupakan salah satu media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik itu dari kalangan anak-anak hingga orangtua. Zaman dahulu televisi merupakan kebutuhan sekunder namun sekarang berubah menjadi kebutuhan primer. Sehingga hampir setiap keluarga baik dipedesaan hingga perkotaan telah memiliki televisi masing-masing. Dengan adanya televisi mempermudah khalayak untuk memperoleh informasi dan hiburan dari setiap program televisi yang ada tanpa mengeluarkan pengorbanan yang besar untuk mengkonsumsinya.

(13)

kehidupan masyarakat. Karena kehadiran televisi dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif untuk mempengaruhi perilaku dan pola pikir khalayak secara cepat terutama bagi anak-anak. Dikarenakan usia anak-anak belum sepenuhnya memahami untuk menyeleksi program siaran yang ada di televisi. Sehingga apa yang mereka lihat di televisi, akan dengan mudah untuk ditiru oleh anak-anak.

Apalagi televisi merupakan salah satu media massa hiburan yang sangat digemari oleh anak-anak. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa anak-anak merupakan kelompok usia yang paling banyak menghabiskan waktu di depan televisi. Mereka menghabiskan waktunya menonton televisi rata-rata 20 sampai 25 jam perminggu (Kuswandi,1996:62).

Keunggulan televisi adalah memiliki kemampuan untuk membius, membohongi, dan melarikan khalayak dari kenyataan-kenyataan kehidupan disekelilingnya. Dibandingkan dengan media lain, televisi memiliki kemampuan manipulatif untuk menghibur. Dikarenakan keunggulan dari televisi yang tidak dimiliki oleh media lain adalah pada audio visual sehingga mampu membuat orang pada umumnya mengingat dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sesekali ditayangkan.

(14)

terpesona atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis penonton sehingga penonton tersebut terhanyutkan dalam suasana pertunjukkan televisi (Effendi, 2003:192).

Dijelaskan terdapat tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa, yaitu:

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis di televisi 2. Dampak peniruan yaitu pemirsa diharapkan pada trendi aktual yang

ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, rambut,dll.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari.

(Kuswandi, 1996:100).

(15)

mereka. Melalui televisi, orang meniru perilaku idola mereka. (Rakhmat, 2012:214).

Selain televisi, radio pun termasuk salah satu media massa yang digemari oleh khalayak. Berbeda dengan televisi yang memiliki keunggulan pada audiovisual (dapat di dengar dan di lihat), sedangkan radio hanya bisa didengarkan melalui audio (suara) saja. Suara dalam radio yang dimaksud dapat merupakan salah satu perpaduan dari kata-kata (voice), musik dan

sound effect. Kata-kata adalah ucapan yang mengandung arti. Voice adalah

semacam kata-kata bertutur monolog. Musik adalah perpaduan bunyi-bunyian yang teratur dengan ritme tertentu.

Walaupun televisi mempunyai keunggulan lebih dibandingkan dengan radio, namun kehadiran radio pada saat ini yang semakin banyak gelombangnya dan dapat dijangkau secara luas sehingga tidak luput dari perhatian anak-anak. Dalam mengisi waktu luang, biasanya anak-anak lebih sering mendengarkan musik di radio, selain itu radio dianggap dapat menemani mereka disaat belajar tanpa mengganggu konsentrasi.

Disadari atau tidak, motif utama khalayak menonton televisi dan mendengar radio adalah untuk mencari hiburan atau informasi. Karena saat ini beraneka ragam acara yang disajikan dari berbagai stasiun televisi nasional maupun swasta (seperti: sinetron, infotaiment, variaty show, reality

show, kartun, dan masih banyak lagi) dan berbagai gelombang radio yang

(16)

Dan pada saat ini, di dunia industri musik Indonesia sedang ramai akan kedatangan grup band (seperti: ungu, noah, seventeen, armada, nidji, slank, gigi, dan masih banyak lagi) ,boy band dan girl band (seperti: smash, cherrybelle, coboy junior, princess, dan masih banyak lagi), penyanyi solo (seperti: Cakra Khan, Rossa, Rumor, dan masih banyak lagi). Kehadiran mereka tidak lepas dari peran media massa (khususnya televisi dan radio) yang membantu mempopulerkan band dan lagu mereka ke khalayak. Apalagi saat ini banyak program acara variaty show di berbagai stasiun televisi. Pengertian dari variaty show itu sendiri adalah suatu acara yang menunjukkan keragaman hiburan sesuai dengan tema yang diangkat oleh acara tersebut. Dan salah satu yang termasuk kategori acara variaty show adalah acara musik yang selalu menampilkan bintang tamu seperti Dahsyat, Inbox, Eat Bulaga, dan masih banyak lagi. Sehingga beberapa grup band, boy band dan girl band sering tampil sebagai bintang tamu. Selain itu dengan adanya siaran radio yang sekarang semakin banyak dan luas sehingga mudah untuk dijangkau, membuat lagu mereka sering diputar dan dapat di dengar di berbagai kalangan usia baik di mana pun dan kapan pun.

(17)

anak-anak yang biasanya identik dengan cinta kasih, ada unsur Tuhan, orangtua dan tanah air.

Salah satu dasar mengapa lagu orang dewasa menjadi pilihan peneliti karena saat ini jika dilihat lebih banyak dijumpai lagu orang dewasa yang di

expose di media (televisi dan radio) dibandingkan lagu anak-anak. Sehingga

membuat anak-anak sekarang lebih menyukai dan hafal akan lagu-lagu yang dibawakan oleh orang dewasa. Beberapa lagu yang dipilih oleh peneliti sebagai acuan dalam pembuatan kuisioner: “Empat Mata” dipopulerkan oleh D’Bagindas, “Pupus” dipopulerkan oleh Dewa, “Sempurna” dipopulerkan oleh Andra&The Backbone, “Aku Yang Tersakiti” dipopulerkan oleh Judika, dan “Janji Suci” dipopulerkan oleh Yovie&Nuno. Alasan peneliti dalam memilih lagu tersebut karena sering di expose di media massa sehingga hits dikalangan masyarakat. Selain itu, beberapa lagu tersebut (Dewa dan Andra&The Backbone) di aransemen untuk dinyanyikan oleh penyanyi lain.

Mungkin makna dari lagu tersebut tidak dimengerti sepenuhnya oleh anak-anak. Mereka hanya mengikuti lagu yang sedang hits di televisi atau radio. Dan tidak tahu apakah lagu itu pantas atau tidak dinyanyikan oleh anak seumurannya. Namun sesungguhnya hal ini dapat mengubah mainset orang yang mendengarkan khususnya anak-anak untuk memahami makna lagu yang dinyanyikan dan menirukannya.

(18)

Takana Jo Kampuang yang dinyanyikan oleh Chikita Meidi), (Andai Aku Tlah Dewasa yang dinyanyikan oleh Sherina), (Bolo-Bolo yang dinyanyikan oleh Tina Toon), (Aku Cinta Rupiah yang dinyanyikan oleh Cindy Cenora), (Air, Cici Cuicit yang dinyanyikan oleh Johsua), (Libur T’lah tiba yang dinyaynyikan oleh Tasya).

(19)

porno, dan masih banyak lagi yang bisa mereka lakukan dengan adanya

handphone yang canggih.

http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/20/bahaya-untuk-anak-di-balik-lagu-coboy-junior-479307.html

Padahal Comate (sebutan untuk fans Coboy Junior) lebih di dominasi pada anak-anak. Sehingga tidak heran, apabila dilihat anak-anak sekarang yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar sudah mengenal cinta lewat lagu. Walaupun pengertian cinta yang mereka rasakan masih tergolong cinta monyet.

http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/01/anak-sd-mengenal-cinta-lewat-lagu-497746.html

Jika dilihat dari lirik lagu yang dinyanyikan oleh orang dewasa saat ini sangat mudah dinyanyikan dan diingat, sehingga akan dengan mudah anak-anak dapat melafalkan tiap lirik lagu dengan baik. Berbeda dengan zaman dulu, lagu orang dewasa sedikit susah untuk dinyanyikan oleh anak-anak. Dari lagu tersebut, anak-anak diajarkan untuk mengerti akan percintaan, patah hati, rasa cemburu, perselingkuhan, dan masih banyak lagi.

(20)

orang dewasa. Sehingga tidak sesuai dengan acara yang bertemakan untuk anak-anak. Padahal jika diamati lagu anak-anak tidak kalah menarik dengan lagu orang dewasa, namun saja dengan perkembangan zaman yang ada membuat lagu anak-anak menjadi punah. Selain itu, minat anak-anak sekarang untuk membawakan lagu anak-anak sangat kecil karena mereka lebih tertarik untuk membawakan lagu orang dewasa. Hal ini yang membuat pemikiran, sikap, perilaku mereka mengalami pubertas precox atau pubertas sebelum waktunya dalam hal sensualitas..

Adapun teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori S – O – R, merupakan singkatan dari Stimulus, Organism, Response. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan, mungkin akan diterima atau ditolak. Artinya teori ini nantinya berguna untuk memberikan gambaran tentang efek media yakni menjelaskan bagaimana terpaan lagu orang dewasa tentang “percintaan” di televisi dan radio dapat menimbulkan pubertas precox pada anak-anak.

(21)

biasa dikalangan anak-anak sekarang. Selain itu dengan munculnya lagu dan sinetron yang lebih dominan untuk orang dewasa dimungkinkan akan berpengaruh bagi anak-anak untuk menirunya. Sehingga saat ini banyak ditemukan anak-anak yang sudah melakukan gaya berpacaran, style yang berlebihan, cara berpikir terlalu jauh yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa.

Contoh kasus pada penelitian ini, terdapat dua anak perempuan yang masih berstatus pelajar Sekolah Dasar di Temanggung melakukan hubungan seks bebas hingga hamil. Sedangkan pasangan yang menghamili mereka adalah pacarnya sendiri, pelajar dari sebuah Sekolah Menengah Pertama. Setelah melakukan penelitian di daerah tersebut terdapat pelajar SD yang mencapai 7,5%, 65% pelajar SMP dan 80% pelajar SMA atau sederajat pernah melakukan hubungan seks.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/04/01/114148/

(22)

sendiri. Tersangka sudah berpengalaman dalam menjalani bisnis ini dikarenakan ia pernah menjadi korban perdagangan anak.

http://id.berita.yahoo.com/siswi-smp-jadi-mucikari-kakak-kandung-pun-ikut-105835312.html

Contoh lainnya, pada tanggal 20 Januari 2013 di Bengkulu tepatnya di Kabupaten Kepahiang , bocah usia 10 tahun nekat melakukan percobaan bunuh diri dengan memanjat tower Telkomsel setinggi 100 meter. Alasan bocah tersebut melakukan percobaan bunuh diri karena ditolak cintanya oleh teman sebayanya sendiri. Korban mau turun karena dibujuk oleh sang pujaan hati http://bengkuluekspress.com/cinta-ditolak-bocah-panjat-tower/.

Dari contoh di atas, terlihat adanya pubertas precox yang mengarah pada sensualitas (berpacaran) yang dilakukan oleh anak-anak. Faktor mereka melakukan perbuatan asusila karena di stimuli oleh program acara di televisi. Hasil survey yang dilakukan oleh Hotline Pendidikan bekerjasama dengan Yayasan Embun Surabaya, Telepon Sahabat Anak (TESA) dan Lembaga Perlindungan Anak Jatim pada bulan Juli-September 2012 menunjukkan bahwa rujukan para pelajar untuk melakukan aktivitas seksual mereka adalah tontonan di televisi dengan presentase sebesar 57%, teman 53%, Handphone dan internet sebanyak 28%, radio 23% dan media cetak 22%.

(http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982

(23)

Padahal jika dilihat dari usia mereka, masa anak-anak adalah masa dimana mereka mempunyai semangat belajar yang tinggi untuk menggapai cita-cita, menemukan jati diri mereka, bermain selayaknya umur mereka, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif karena nantinya mereka yang akan menjadi penerus bangsa ini. Namun berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.

Sehubungan dengan durasi dan frekuensi melihat dan mendengarkan akankah terpaan lagu orang dewasa tentang “percintaan” mempengaruhi

pubertas precox pada anak-anak di Surabaya. Anak-anak yang akan dijadikan

acuan dari penelitian ini adalah dengan usia (6-13tahun) di Surabaya.

Alasan Surabaya dijadikan tempat penelitian karena menurut data dari BKKBN 2010 didapatkan 54% anak-anak hingga remaja yang pernah melakukan seks pranikah. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Medan (52%), Jabodetabek (51%), dan Bandung (47%).

http://kepri.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=130.

Selain itu dengan adanya pemberitaan anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama menjadi mucikari memperkuat kota Surabaya banyak ditemukan anak-anak yang mengalami pubertas precox dalam hal sensualitas.

(24)

1.2Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah Hubungan Terpaan Lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” Dengan Pubertas Precox Pada Anak-Anak di Surabaya?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan terpaan lagu orang dewasa tentang “percintaan” dengan pubertas precox pada anak-anak di Surabaya

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan ilmu komunikasi dibidang media massa yaitu televisi dan radio sebagai bahan yang berguna untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara praktis, memberikan evaluasi terhadap televisi agar kedepannya

(25)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Asrul M. (2004), jurusan Ilmu Komunikasi. Penelitian berjudul “Hubungan Penggunaan Media dan Partisipasi Politik”. Penelitian ini berbicara tentang bulan April 2004 dilaksankan Pemilihan Umum sistem baru, yang diikuti oleh 24 partai politik untuk memperebutkan kursi di legislatif, baik tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Kemudian pada 5 Juli 2004 dilakukan pemilihan presiden dengan sistem langsung oleh masyrakat peserta pemilu. Singkatnya, kampanye yang dilakukan dilaksanakan secara langsung kepada masyarakat dan juga menggunakan media massa (baik media cetak maupun elektronik). Media bersaing dengan kampanye langsung dalam menarik perhatian khalayak akan kampanye, sementara antar media pun bersaing untuk memperoleh perhatian khalayak.

Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori uses and

gratifications. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah

mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2001, 2002, 2003. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage cluster

sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kredibilitas yang

(26)

interaktif TV seperti diperlihatkan dalam durasi menonton TV; daripada mengkonsumsi isi TV secara umum maupun media non TV. Jadi kesimpulannya, penggunaan media berhubungan langsung dengan partisipasi politik.

2. Puasini Apriliyantini (2011), jurusan Ilmu Komunikasi. Penelitian berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemilihan Program Televisi”. Penelitian ini berbicara tentang semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kesempatan dia untuk mengakses informasi sehingga kebutuhan untuk memperoleh informasi pun berbeda dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah. Salah satu sumber informasi adalah televisi yang umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan rasa penasaran para penonton.

Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori uses and

gratifications dan teori perbedaan individual. Populasi dan sampel

dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling nonprobabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan seseorang dengan kepuasan memilih program mata acara di televisi.

(27)

dengan sekarang menggunakan objek yang berbeda. Penelitian terdahulu lebih pada teori uses and gratifications dan teori perbedaan individual. Teknik pengambilan populasi menggunakan purposive sampling

nonprobabilitassedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teknik

Sampling Kebetulan (Accidental Sampling). Penelitian terdahulu menggunakan analisis Chi Khuadrat.

Pada penelitian sekarang yang meneliti hubungan terpaan lagu Orang Dewasa tentang“Percintaan” dengan pubertas precox pada anak di Surabaya. Persamaan terletak pada penggunaan media yakni televisi. Sebenarnya analisis data yang digunakan antara Chi Kuadrat, Rank Spearman, Product Moment itu sama-sama menganalisis tentang hubungan antara variabel satu dengan yang lain. Hanya saja dalam penelitian sekarang peneliti lebih tertarik menggunakan metode analisis Rank Spearman.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

(28)

heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3). Televisi adalah salah satu media massa yang merupakan paduan radio

(broadcast)dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah “tele”

yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauh dihasilkan dengan prinsip radio, sedangkan segi penglihatan oleh gambar.

Televisi mempunyai daya tarik yang sangat kuat melebihi media massa lainnya. Kalau radio mempunyai dayatarik yangkuat disebabkan unsur-unsur kata-kata, musik dan sound effect sedangkan televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar (Effendy, 2003:177).

Dibandingkan dengan radio siaran yang hanya bisa dinikmati dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah hanya bisa dinikmati dengan indra penglihatan. Televisi memiliki karakteristik tersendiri, antara lain:

1. Audiovisual

(29)

penonton memperoleh gambaran yang lengkap tentang berita yang disiarkan serta mempunyai keyakinan akan kebenaran berita.

2. Berpikir dalam gambar

Pihak yang bertanggungjawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskahacaraataumembaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Ada 2 tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi yaknimenerjemahkankata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, adalah penggambaran yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita dapat melibatkan 10 orang. Seperti: produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara. Peralatan yang digunakan pun banyak dan mengoperasikannya harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.

(30)

Media televisi bukan hanya menjadi media hiburan saja, tetapi juga diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan pemirsanya. Televisi sebagai jendela besar dunia karena realitas sosial yang ditayangkannya dan mengingat pada dasarnya manusia memiliki keingintahuan yang besar terhadap sesuatu diluar dirinya. Untuk itu media televisi menjawabnya dengan model suara gambar bergerak yang mampu menyentuh aspek psikologis manusia dimanapun (Kuswandi, 1996: 16).

2.2.2 Radio Sebagai Media Komunikasi Massa

(31)

2.2.3 Efek Kehadir an Media Massa

Teori McLuhan, disebut teori perpanjangan alat indera (senseextension theory) menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia; telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata.

Menurut Steven H. Chaffee, dengan kehadiran media massa menimbulkan lima efek, yaitu:

1. Efek ekonomis

Kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha, seperti: produksi, distribusi, dan konsumsi “jasa” media massa. Contoh: kehadiran surat kabar menghidupkan pabrik yang mensuplai kertas koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, pencari iklan. Sedangkan kehadiran televisi dapat memberi nafkah pada juru kamera, juru rias, pengarah acara dan belasan profesi lainnya.

2. Efek sosial

(32)

3. Efek pada penjadwalan kegiatan

Sebelum ada televisi masyarakat biasanya tidur pada malam hari jam 8 dan bangun pagi sekali karena harus berangkat kerja. Namun setelah ada televisi, banyak diantara mereka terutama muda mudi sering menonton televisi sampai malam dan mengubah kebiasaan rutin mereka. Sehingga banyak ditemukan anak-anak menjadi lebih malas dan lebih sukar bekerja atau berangkat ke sekolah pada waktu dini. 4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu

Selain untuk memuaskan kebutuhan psikologis, orang juga menggunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya:kesepian,marah,kecewa,dan sebagainya. Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya. Contoh: gadis yang kesepian memutar radio tanpa mempersoalkan program siaran yang disiarkan.

5. Efek pada perasaan orang terhadap media

(33)

berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apapun yang disiarkannya (Rakhmat, 2012:217-220).

2.2.4 Ter paan Media (Media Exposure)

Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media meliputi media audiovisual, media audio, media cetak. Terpaan (exposure) merupakan dampak media massa yang akan timbul secara kuat dan cepat apabila sebagian besar khalayak memang telah terekspos oleh media massa (Rakhmat, 2004: 221).

Terpaan menunjukkan seberapa sering dan seberapa lama audiens diterpa oleh sebuah tayangan atau program disebuah media. Bisa media cetak maupun media elektronik.

a. Frekuensi adalah berapa kali anggota audiens sasaran terpaparkan oleh media tertentu (bukan iklan) selama periode waktu yang relevan. b. Durasi adalah berapa lama anggota audience sasaran terpaparkan oleh

(34)

2.2.5 Lagu Or ang Dewasa

Lagu merupakan ubahan seni, nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik). Untuk menghasilkan ubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu.

Lagu dapat dinyanyikan secara solo, berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam beramai-ramai (koor). Perkataan dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama, namun ada juga yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu dapat dikategorikan pada banyak jenis, antara lain: lagu nasional, lagu daerah, lagu anak-anak, lagu orang dewasa, lagu pop, lagu dangdut, lagu rock dan masih banyak lagi.

Yang dimaksud dengan lagu orang dewasa adalah lagu yang dinyanyikan oleh orang dewasa, ditujukan untuk orang dewasa dengan lirik lagu yang diangkat biasanya berkaitan dengan kisah kehidupan orang dewasa (percintaan).

http://id.wikipedia.org/wiki/Lagu

2.2.6 Pubertas Precox

(35)

dan khusus yang ditandai oleh perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan. Masa puber dianggap sebagai masa periode tumpang tindih karena mencakup tahun-tahun awal masa remaja. Sampai anak matang secara seksual, ia dikenal sebagai “anak puber”. Setelah matang secara seksual, anak dikenal sebagai “remaja” atau “remaja muda”. Biasanya anak perempuan menjadi matang antara 12,5 dan 14,5 tahun dengan kematangan rata-rata berusia 13 tahun. Sedangkan pada anak laki-laki menjadi matang secara seksual antara usia 14 dan 15,5 tahun.Kepribadian anak pada usia puber masih bersifat kekanak-kanakan, namun kepribadian anak mulai tumbuh dan berkembang sehingga timbul kepercayaan diri dan mulai menemukan jati dirinya. Masa puber merupakan periode Strum Und

Drang (masa penuh badai dan nafsu) karena pada masa ini mereka

berjuang untuk mandiri.

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang Pubertas

Precox. Pengertian dari pubertas precox adalah suatu keadaan dimana

masa pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki.

Pubertas precox dominan terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan

(36)

diakibatkan adanya penyakit pada otak. Bagi anak laki-laki matang lebih awal menguntungkan, terutama di bidang olahraga dimana mereka memperoleh status dan martabat dalam kelompok teman-temannya.Sebaliknya, anak laki-laki yang matang terlambat cenderung gelisah, tegang, memberontak. Sedangkan anak perempuan yang matang lebih awal akan berperilaku lebih dewasa dan lebih berpengalaman, namun penampilan dan tindakannya dapat menimbulkan reputasi “kegenitan seksual”. Sebaliknya, anak perempuan yang matang terlambat tidak mengalami gangguan psikologis sebanyak anak laki-laki yang matang lambat. Jika anak-anak mengalami pubertas dini pada biologis maka akan berpengaruh juga pada psikisnya. Perubahan psikis terjadi ketika pada usia anak-anak sudah melakukan sesuatu yang biasanya yang dilakukan oleh orang dewasa (Hurlock, 2006:184-193).

Pubertas precox dalam penelitian ini berkaitan dengan hal

(37)

masalah kedekatan sedangkan komunikasi interpersonal menyangkut masalah interaksi antara individu satu dengan individu lainnya.

Biasanya anak-anak yang mengalami pubertas lebih awal atau

pubertas precox akan melalui tahap-tahap hubungan interpersonal dengan

lawan jenisnya layaknya apa yang dilakukan oleh orang dewasa, antara lain:

1. Contact

a. Hubungan pertama dalam hubungan interpersonal yang meliputi kontak perseptual (melihat, mendengar, membaca).

b. Membutuhkan waktu 4 menit untuk memutuskan akan melanjutkan ke tahap selanjutnya atau tidak.

2. Involment (keterlibatan)

a. Dalam tahap ini mulai tumbuh rasa keterkaitan dan berhubungan. b. Mulai lahir proses ingin mengetahui lebih dalam. Contoh: dengan

mengajak kencan, nonton di bioskop. c. Mulai ada pengungkapan diri

3. Intimacy

Terdiri dari 2 fase, yaitu;

(38)

b. Interpersonal Bonding artinya dalam fase ini, komitmen tersebut ditunjukkan dihadapan publik. Contoh: memberitahukan kepada sahabatnya kalau dirinya telah berpacaran.

4. Deterioration (kemunduran)

Kemunduran dalam sebuah hubungan ditandai dengan adanya ketidakpuasaan. Kemunduran bisa berujung pada repair maupun

dissolution.

Pubertas precox yang mengarah pada hal sensualitas pada anak

biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Pengaruh dari program televisi

(39)

b. Kurangnya Peran Orang Tua dan Pendidikan Agama

Longgarnya pengawasan orang tua kepada anak-anak, mereka dibiarkan menonton acara yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Orang tua seharusnya mampu mengarahkan anaknya untuk menonton acara yang bernuansa anak - anak yang sesuai dengan kapasitasnya. Tapi apa daya anak - anak sekarang selalu dilepas dari pengawasan orang tuanya, bahkan orang tuanya lebih mengikuti kemauan anak.

Kurangnya Pendidikan agama juga berpengaruh. Di dalam pendidikan agama selalu di ajarkan mana hal yang baik dan buruk, mana yang boleh atau tidak boleh. Apabila pendidikan agama seimbang dengan pendidikan yang lain, bisa jadi pubertas precox pada anak mampu diminimalisir.

2.2.7 Anak-Anak

Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa anak-anak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan, saat dimana individu relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Sehingga masa anak-anak seringkali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu untuk sebuah pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan orang-orang dewasa.

Masa anak-anak dibagi menjadi dua periode, yaitu:

(40)

b. Masa anak-anak akhir: antara umur 6tahun sampai tiba saatnya anak matang secara seksual (sekitar 13tahun untuk wanita dan 14tahun untuk laki-laki).

Garis pemisah antara masa anak-anak awal dan akhir sangat penting karena:

a. Digunakan untuk anak-anak yang sebelum mencapai usia wajib belajar diperlakukan sangat berbeda dari anak yang sudah masuk sekolah. Perlakuan yang diterima anak-anak dan harapan kelompok sosial yang mempengaruhi perlakuan apa yang akan diberikan menentukan dimana garis pemisah itu harus ditegaskan.

b. Efek-efek dari faktor sosial, bukan oleh faktor-faktor fisik. Relatif hanya terdapat sedikit perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak-anak sebelum dan sesudah usia 6tahun.

(Hurlock, 2009:108).

(41)

a. Fase Sensorimotor (usia 0-2tahun)

Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungan melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, menghisap, melihat, melempar. Keadaan ini mengandung arti bahwa anak telah membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, ukuran sebagai hasil pemahamannya terhadap aktifitas sensorimotor yang dilakukan. b. Fase Praoperasional (usia 2-7tahun)

Pada fase ini, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda disekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Pada fase ini, anak tidak berpikir secara operasional, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktifitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik karena permulaan bagi anak untuk membangun kemampuan dalam menyusun pikirannya.

c. Fase Operasi Konkret (usia 7-12tahun)

(42)

tata urutnya, memahami cara pandang orang lain, berpikir secara dedukatif.

d. Fase Operasi Formal (usia 12tahun sampai usia dewasa)

Fase ini ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut.

(Jamaris, 2006:18-23)

Pada penelitian ini yang akan menjadi responden adalah anak-anak masa akhir (6-13 tahun) karena menurut ahli psikologi untuk menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri artinya usia anak-anak masa akhir, ukuran “dosa” yang paling buruk berbeda dari ukuran anak lain. Mereka meniru pakaian dan perilaku anak yang lebih tua dan mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentangan dengan peraturan dirinya, keluarga dan sekolah.

(43)

2.2.8 Teori Peniruan

Teori peniruan (modeling theories) hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Akan tetapi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Di sini, individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya. Media piktorial seperti televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh. Melalui televisi, orang meniru perilaku idola mereka. Teori peniruanlah yang dapat menjelaskan mengapa media massa begitu berperan dalam menyebarkan mode berpakaian, berbicara atau berperilaku tertentu lainnya (Rakhmat, 2012:214).

2.2.9 Teori S – O – R

Teori S – O – R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kemudian menjadi teori komunikasi karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

(44)

a. Pesan (Stimulus,S) yaitu pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan.

b. Komunikan (Organism,O)merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan komunikator. Selanjutnya komunikan akan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (Response,R)adalah dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yakni sikap kognitif, afektif, dan konatif.

(45)

Gambar 1

Model Teori S-O-R (Effendy, 2003: 325)

Teori ini menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat kesesuaian unsur-unsur dari teori tersebut dengan topik yang diangkat yaitu hubungan terpaan lagu Orang Dewasa tentang“Percintaan” dengan

pubertas precox pada anak-anak di Surabaya. Kesesuaian tersebut

diantaranya :

1. Stimulus berupa terpaan laguOrang Dewasa tentang “Percintaan”. 2. Organisme berupa komunikan yaitu anak-anak yang mendengar

laguOrang Dewasa tentang “Percintaan”, memperhatikan, mengerti, kemudian menerima terpaan lagu tersebut.

3. Respon berupa pubertas precox pada anak-anak setelah mendengar laguOrang Dewasa tentang “Percintaan”.

Organisme : • Perhatian • Pengertian • Penerimaan

Stimulus

(46)

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini yang akan diteliti yaitu hubungan terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” dengan pubertas precox pada anak-anak di Surabaya. Stimulus yang dimaksud adalah laguOrang Dewasa tentang “Percintaan” dengan indikator yang terdiri dari frekuensi, durasi. Frekuensi yaitu berapa kali audiencemendengar laguOrang Dewasa tentang “Percintaan”. Durasi yaitu berapa lama audience mendengar lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”. Pubertas precox dengan indikator perilaku kognitif, afektif, konatif.

Dari hasil penelitian tersebut akan diketahui ada atau tidaknya hubungan terpaan antara laguOrang Dewasa tentang “Percintaan” dengan pubertas

(47)

Gambar 2

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Hubungan Terpaan Lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” Dengan Pubertas Precox Pada Anak di

Sur abaya

X

Y

2.4 Hipotesis

Dari latar belakang masalah dan uraian teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah

Stimuli berupa terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”

1. Frekuensi 2. Durasi

Anak-anak di Surabaya : 1. Perhatian

2. Pengertian 3. Penerimaan

Pubertas Precox :

(48)
(49)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini mengoperasikan dua macam variabel yaitu variabel bebas atau Independent (X) dan variabel terikat atau Dependent (Y). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa variabel bebas (X) adalah terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”, sedangkan variabel terikat (Y) adalah pubertas precox pada anak-anak di Surabaya. Untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan definisi operasional sebagai berikut:

3.1.1 Definisi Operasional

a. Terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” (Variabel X)

Variabel bebas atau variabel X adalah terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”. Terpaan adalah dampak media massa yang akan timbul secara kuat dan cepat, apabila sebagian khalayak memang terekspose oleh media massa (televisi dan radio).

(50)

lagu tersebut dipublikasikan di media massa, maka akan menimbulkan dampak yang kuat dan besar bagi khalayaknya.

Terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” dalam penelitian ini di ukur melalui indikator durasi dan frekuensi:

1. Durasi dijabarkan seberapa lama responden (anak-anak) tersebut mendengar lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” selama periode pengamatan.

2. Frekuensi dijabarkan seberapa sering responden (anak-anak) mendengar lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” di media massa yaitu televisi dan radio.

b. Pubertas precox pada Anak-Anak (Variabel Y)

Variabel terikat atau variabel Y dalam penelitian ini adalah

pubertas precox pada anak-anak di Surabaya. Pubertas precox adalah

suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki. Dimana jika anak-anak mengalami pubertas dini dalam biologis maka akan berpengaruh juga pada psikisnya.

Pubertas precox dalam penelitian ini mengarah pada sensualitas

(51)

Backbone”, Aku Yang Tersakiti “Judika”, Janji Suci “Yovie&Nuno) adalah lagu yang dinyanyikan oleh orang dewasa, ditujukan untuk orang dewasa dengan lirik lagu yang diangkat biasanya berkaitan dengan kisah kehidupan orang dewasa (percintaan). Pengertian percintaan dari penelitian ini adalah dimana dua orang dewasa yang sedang jatuh cinta sehingga ada keinginan untuk saling menyatakan perasaan dan selanjutnya berkomitment untuk saling setia agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Namun tidak lepas juga dalam kisah percintaan ada rasa sakit hati karena pengorbanan yang tidak dihargai, cinta ditolak, diselingkuhi, dan masih banyak lagi.

Dalam penelitian ini, pubertas precox pada anak-anak dikategorikan sebagai berikut :

1. Komponen Kognitif adalah meliputi pengetahuan yang dimiliki responden mengenai lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”, baik itu dari lirik maupun video klip oleh beberapa lagu berikut:

a. Mengetahui lagu “Empat Mata” (D’Bagindas) tentang seseorang yang menyatakan cintanya.

b. Mengetahui lagu “Pupus” (Dewa) tentang seseorang yang sedang patah hati karena cintanya ditolak.

c. Mengetahui lagu “Sempurna” (Andra&The Backbone) tentang mengungkapkan kekaguman kepada seseorang yang disayangi. d. Mengetahui lagu “Aku Yang Tersakiti” (Judika) tentang seseorang

(52)

e. Mengetahui lagu “Janji Suci” (Yovie&Nuno) tentang seseorang yang ingin melamar kekasihnya.

2. Komponen Afektif menunjukkan perasaan,emosi responden mengenai lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”. Apakah mereka ikut merasakan hal yang sama seperti yang diceritakan oleh beberapa lagu berikut:

a. Merasa senang ketika muncul perasaan cinta seperti lagu “Empat Mata” (D’Bagindas).

b. Merasa hancur ketika cinta ditolak seperti lagu “Pupus” (Dewa). c. Merasa bahagia ketika ada yang menyatakan rasa kekaguman

kepada dirinya seperti lagu“Sempurna” (Andra&The Backbone). d. Ingin menangis ketika diselingkuhi seperti lagu “Aku Yang

Tersakiti” (Judika).

e. Merasa bahagia ketika menemukan seseorang untuk menjadi pendamping hidup seperti lagu “Janji Suci” (Yovie&Nuno). 3. Komponen Konatif menunjukkan perilaku responden setelah

mendengar lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”. Apakah mereka akan melakukan seperti apa yang diceritakan oleh beberapa lagu berikut:

a. Setelah mendengar lagu “Empat Mata” (D’Bagindas), akan menyatakan perasaan suka kepada seseorang yang disayangi. b. Setelah mendengar lagu “Pupus” (Dewa), akan berusaha untuk

(53)

c. Setelah mendengar lagu “Sempurna” (Andra&The Backbone), akan mengungkapkan kekaguman.

d. Setelah mendengar lagu “Aku Yang Tersakiti” (Judika), akan berusaha untuk melupakan seseorang yang telah menyakiti hati. e. Setelah mendengar lagu “Janji Suci” (Yovie&Nuno), akan mulai

terpikirkan tentang pasangan hidup. 3.1.2 Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini menggunakan skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan perilaku seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pemilihan prosedur dalam skala likert dikarenakan relatif mudah dijalankan.

Langkah pertama yang dilakukan dengan mencari lebar interval (I) sebagai berikut:

a. Pengukuran Variabel Terpaan Lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” (Variabel X)

1. Indikator Durasi:

Untuk memudahkan pengukuran, peneliti mengkategorikan penggunaan durasi dalam 3 kategori. Durasi operasionalnya adalah durasi responden mendengar lagu Orang Dewasa tentang

(54)

“Percintaan” menggunakan media televisi dan radio selama 1 minggu terakhir.

Durasi minimal mendengarkan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” adalah 30 menit.

Durasi maksimal mendengarkan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” adalah 210 menit.

R= Durasi terpaan tertinggi dikurangi terpaan terendah

I= Jarak Pengukuran (R)

Untuk memudahkan pengukuran, peneliti mengkategorikan penggunaan frekuensi dalam 3 kategori. Frekuensi operasionalnya adalah frekuensi responden mendengar lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” menggunakan media televisi dan radio selama 1 minggu terakhir.

Frekuensi minimal mendengarkan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” adalah 3 kali.

(55)

Frekuensi maksimal mendengarkan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” adalah 21 kali.

R= Frekuensi terpaan tertinggi dikurangi terpaan terendah

Interval Class = 21 –3 = 6 3

a. 3 – 8 kali diberi skor 1 b. 9 – 15 kali diberi skor 2 c. ≥ 16 kali diberi skor 3

Untuk menyamakan pengukuran terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” yang terdiri dari dua indikator, durasi dan frekuensi, sebagai berikut: “Percintaan” adalah sebagai berikut :

(56)

c. 5 – 6 termasuk kategori tinggi, artinya terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” tinggi.

b. Pengukuran Variabel Pubertas Precox pada Anak-Anak (Variabel Y). Dengan hasil pengskoran sebagai berikut:

1. Sangat setuju (SS) = Skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan.

2. Setuju (S) = Skor 3 jika responden menyatakan setuju dengan pernyataan yang diajukan.

3. Tidak setuju (TS) = Skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan.

4. Sangat tidak setuju (STS) = Skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan.

Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk penentuan lebar interval menggunakan rumus:

A. Dalam variabel ini, aspek kognitif terdapat 5 item pertanyaan: - Skor jawaban tertinggi = 4 x 5 = 20

- Skor jawaban terendah = 1 x 5 = 5

Lebar inter val sebagai batasan skor = 20− 5

3 = 5

(57)

Batasan skor aspek kognitif untuk pubertas precox pada anak-anak di Surabaya adalah sebagai berikut:

a. 5 – 10 termasuk kategori rendah b. 11 – 15 termasuk kategori sedang c. 16 – 20 termasuk kategori tinggi

B. Dalam variabel ini, aspek afektif terdapat 5 item pertanyaan: - Skor jawaban tertinggi = 4 x 5 = 20

- Skor jawaban terendah = 1 x 5 = 5

Lebar inter val sebagai batasan skor = 20− 5

3 = 5

Batasan skor aspek afektif untuk pubertas precox pada anak-anak di Surabaya adalah sebagai berikut:

a. 5 – 10 termasuk kategori rendah b. 11 – 15 termasuk kategori sedang c. 16 – 20 termasuk kategori tinggi

C. Dalam variabel ini, aspek konatif terdapat 5 item pertanyaan: - Skor jawaban tertinggi = 4 x 5 = 20

- Skor jawaban terendah = 1 x 5 = 5

Lebar inter val sebagai batasan skor = 20− 5

(58)

Batasan skor aspek konatif untuk pubertas precox pada anak-anak di Surabaya adalah sebagai berikut:

a. 5 – 10 termasuk kategori rendah b. 11 – 15 termasuk kategori sedang c. 16 – 20 termasuk kategori tinggi

Dari penjelasan diatas dalam variabel ini, jika dijumlahkan terdapat 15 item pertanyaan. Sehingga bisa dihitung :

- Skor terendah = 1 x 15 = 15 - Skor tertinggi = 4 x 15 = 60

= 60− 15

3 = 15

Sehingga batasan skor untuk pubertas precox pada anak-anak adalah :

a. 15 – 30 termasuk kategori Negatif artinya anak-anak negatif untuk melakukan pubertas precox dalam hal sensualitas (berpacaran).

b. 31 – 45 termasuk kategori Netral artinya anak-anak tidak mempermasalahkan ada atau tidaknya untuk melakukan pubertas

precox dalam hal sensualitas (berpacaran) .

(59)

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dalam objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berdomisili di Surabaya dan berusia 6-13 tahun. Surabaya dibagi menjadi lima wilayah dengan jumlah anak-anak antara usia 6-16 tahun sebanyak 579.897 jiwa (Badan Pusat Statistik, dalam angka 2012). Alasan memilih anak-anak sebagai objek penelitian karena menurut ahli psikologi, anak-anak pada umur tersebut akan meniru pakaian dan perilaku anak yang lebih tua dan mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentangan dengan peraturan dirinya, keluarga dan sekolah.

Pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penelitian karena menurut data dari BKKBN 2010 didapatkan 54% anak-anak hingga remaja yang pernah melakukan seks pranikah. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Medan (52%), Jabodetabek (51%), dan Bandung (47%).

http://kepri.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=130.

3.2.2 Sampel

(60)

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling). Teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Tentunya dalam penelitian adalah anak-anak di Surabaya yang pernah mendengar lagu orang dewasa tentang “Percintaan”. Teknik ini digunakan antara lain karena peneliti merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topik yang diteliti adalah persoalan umum dimana semua orang mengetahuinya. Peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan terpaan lagu orang dewasa tentang “Percintaan” dengan pubertas precox pada anak-anak.

Dan salah satu tempat yang akan dikunjungi peneliti untuk melakukan penelitian adalah di Kecamatan Tambak Sari (Surabaya Timur). Karena di kecamatan tersebut terungkap kasus anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama telah menjadi mucikari.

Jumlah Sampel diambil dengan menggunakan rumus Yamane (Rakhmad, 2001: 82):

Ket :

n = Jumlah sampel yang diperlukan

d = Derajat Presisi (0,1) n =

(61)

N = Jumlah populasi kota Surabaya

Dalam penelitian ini derajat presisi yang digunakan diantara ± 10% dengan tingkat kepercayaan 90%.

Jadi sampel dalam penelitian ini terdapat 100 anak-anak sebagai responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara dalam mengumpulkan data yang diperoleh langsung atau tidak langsung dari lapangan yang nantinya akan digeneralisasikan dan dianalisis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer diperoleh dari responden melalui kuisioner/angket yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka. Dalam penyebaran kuisioner, responden didampingi oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan salah presepsi. Angket adalah suatu teknik penelitian mengenai suatu masalah dengan mengedarkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada sejumlah responden untuk mendapat jawaban, tanggapan, dan respon tertulisnya.

(62)

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode statistik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Untuk menguji hubungan antara kedua variabel peneliti menggunakan koefesien Rank Spearman, karena data dalam penelitian ini berbentuk data ordinal yaitu berjenjang atau bertingkat antara satu data dengan yang lainnya tidak sama. Maka, untuk menganalisis hubungan data tersebut berbentuk ordinal digunakan rumus korelasi Rumus Rank Spearman. Rumus Rank Spearman dapat dijelaskan sebagai berikut :

ρ = 1 − 6 ∑ ( − 1)

Ket :

n : Jumlah sampel

:

(63)

Ada ataupun tidak adanya korelasi, dinyatakan dalam angka indeks. Betapapun kecilnya indek korelasi, jika bukan 0,0000 dapat diartikan bahwa antara kedua variabel yang dikorelasikan terdapat, terdapat adanya korelasi.

Interpretasi kuat atau lemahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar kecilnya angka dalam indeks korelasi. Semakin besar angka dalam indeks korelasi, maka semakin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.

(64)

Tabel 1

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

Dengan hipotesis statistiknya dapat dikemukakan sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” dengan pubertas precox pada anak-anak di Surabaya.

H1 : Terdapat hubungan antara terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan” dengan pubertas precox pada anak-anak di Surabaya.

Dengan ketentuan sebagai berikut :

o Bila t test < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak

terdapat hubungan antara variabel X (terpaan lagu Orang Dewasa tentang “Percintaan”) dengan variabel Y (pubertas precox pada anak-anak di Surabaya).

o Tetapi sebaliknya, bila t test > t tabel, maka H1 diterima dan Ho

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Pubertas Precox

Pubertas precox adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak

terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan umur 10-17 tahun pada anak laki-laki. Apabila dilihat dari sisi biologis, kondisi pubertas precox terjadi karena dipicu oleh otak atau dikarenakan bahan kimia dari luar tubuh yang masuk ke dalam tubuh dan biasanya proses ini dimulai pada masa akhir kanak-kanak, dengan ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan berakhirnya masa pertumbuhan. Anak-anak yang mengalami pubertas dini akan mengalami perubahan secara biologis dari tubuh anak-anak menjadi tubuh layaknya orang dewasa dan telah memiliki kemampuan reproduksi. Seperti: payudara anak perempuan semakin membesar, anak perempuan mengalami masa menstruasi lebih cepat dari usia yang sewajarnya. Bagi anak laki-laki,tumbuhnya rambut pada penis, munculnya jakun pada tenggorokan.

(66)

langsung bagimana rasanya mimpi basah sehingga hal tersebut terjadi lebih cepat dari usia wajarnya. Dan jika dikaitkan dari sisi psikisnya, hal itu bisa terjadi karena psikis atau jiwa mereka yang telah mengenal tentang sensualitas khususnya dalam hubungan berpacaran. Sama halnya ketika laki-laki dewasa mengalami mimpi basah karena dipengaruhi pikiran-pikiran tentang sensualitas disaat tidur. Sehingga pubertas precox pada anak-anak tidak hanya mempengaruhi dari sisi biologis saja namun bisa berpengaruh juga pada psikisnya.

Penyebab terjadinya pubertas precox dari sisi psikis pada anak-anak dapat disebabkan karena lingkungan eksternal mereka yang mengajarkan tentang sensualitas. Seperti pada penelitian ini mengenai lagu orang dewasa tentang “percintaan” yang tidak hanya dikonsumsi oleh orang dewasa saja namun anak-anak pun ikut mengkonsumsinya. Dan parahnya saat ini, lagu orang dewasa tentang “percintaan” lebih booming di media massa dibandingkan lagu anak-anak. Sehingga tidak heran ketika anak-anak sekarang sudah mengenal cinta dari usia dini. Hal ini disebabkan karena mereka masih tergolong anak-anak, yang masih mempunyai cara berpikir layaknya anak-anak pada umumnya sehingga belum mengerti akan sesuatu yang pantas ditiru atau tidak.

4.1.2 Gambaran Umum Sur abaya

(67)

Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di utara dan timur, Kabupaten Sidoarjo di selatan, serta Kabupaten Gresik di barat. Kota Surabaya terdiri atas 31 Kecamatan. Berikut adalah daftar Kecamatan di Surabaya yang dibagi dalam 5 wilayah:

Sur abaya

Lakarsantri Sukolilo Wonocolo

Sambikerep Mulyorejo Gayungan

Jambangan Sumber: BPS dalam angka 2012

(68)

dijumpai secara kebetulan. Namun tetap hanya berlaku bagi anak-anak yang pernah mendengar lagu orang dewasa tentang “percintaan” di media televisi dan radio. Penulis juga akan melakukan penelitian di Kecamatan Tambak Sari (Surabaya Timur). Karena di kecamatan tersebut terungkap kasus anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama telah menjadi mucikari.

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bagian ini akan disajikan data-data yang didapatkan dari hasil penyebaran kuisioner yang telah dibagikan kepada 100 responden. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan accidental

sampling, yang artinya populasi tidak diketahui dan responden yang

ditemui oleh peneliti berdasarkan kebetulan. Responden tersebut adalah anak-anak di Surabaya, yang berusia 6 – 13 tahun. Adaupun data yang akan disajikan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal diantaranya adalah identitas responden, terpaan media, dan lagu orang dewasa tentang “percintaan” dengan pubertas precox pada anak-anak berdasarkan pada aspek kognitif, afektif, dan konatif.

4.2.1 Identitas Responden

(69)

tentang “percintaan”. Data ini disajikan untuk menjelaskan secara umum responden yang ada.

4.2.1.1 Karakteristik Berdasar kan Usia

Dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Identitas Responden Berdasar kan Usia

No. Usia J umlah %

1. 6 tahun 6 6

2. 7 tahun 6 6

3. 8 tahun 7 7

4. 9 tahun 9 9

5. 10 tahun 12 12

6. 11 tahun 11 11

7. 12 tahun 22 22

8. 13 tahun 27 27

Total 100 100

Sumber: Kuisioner

(70)

berusia 10 tahun, 11% atau 11 responden berusia 11 tahun, 22% atau 22 responden berusia 12 tahun, dan 27% atau 27 responden berusia 13 tahun. Dapat disimpulkan pada usia 12 dan 13 tahun lebih banyak mendengar lagu orang dewasa tentang percintaan di media massa. Alasan pemilhan umur responden antara umur 6 – 13 tahun karena menurut ahli psikologi untuk menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri artinya usia anak-anak masa akhir, ukuran “dosa” yang paling buruk berbeda dari ukuran anak lain. Mereka meniru pakaian dan perilaku anak yang lebih tua dan mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentangan dengan peraturan dirinya, keluarga dan sekolah.

4.2.1.2 Karakteristik Berdasar kan J enis Kelamin

Dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Identitas Responden Berdasar kan J enis Kelamin

No. J enis Kelamin J umlah %

1. Laki-Laki 60 60

2. Perempuan 40 40

Total 100 100

(71)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebanyak 60% atau 60 responden berjenis kelamin laki-laki, dan 40% atau 40 responden berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan dari semua jumlah responden yang ada, sebagian besar responden pada penelitian ini lebih di dominasikan pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena peneliti lebih sering menjumpai anak laki-laki untuk dijadikan responden di saat menyebarkan kuisioner.

4.2.1.3 Karakteristik Berdasar kan Media

Dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan media yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Identitas Responden Berdasar kan Media Yang Digunakan Untuk Mendengar kan Lagu Or ang Dewasa Tentang “Percintaan”

No. Media J umlah %

1. Televisi 75 75

2. Radio 25 25

Total 100 100

Gambar

Gambar 1 Model Teori S-O-R (Effendy, 2003: 325)
Gambar 2 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Hubungan Terpaan Lagu
Tabel 1
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Sampah cair yang berasal dari air cucian, air sabun, minyak goreng, air seni. Selain itu sampah cair juga dapat berasal dari buangan industri, pabrik,

Terlihat pada gambar, beton yang menggunakan air sumur yang disaring memiliki kuat tekan rata-rata yang lebih baik daripada yang tidak disaring.. Beton yang menggunakan air PDAM

[r]

sesama manusia ditinjau dari segi teknis pelaksanaannya dibagi menjadi dua. Pertama, utang yang berhubungan dengan wujud harta. Kedua, utang yang tidak

Sedangkan pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan perencanaan pariwisata terpadu (integrated touri.sm developntent), keterpaduan supply dan demand pariwisata,

Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan selaku Ketua Tim Pengarah Dalam Rangka Peningkatan Tugas Pelayanan dan Pengawasan Bidang Kepabeanan;5. Para Anggota Tim Pengarah Dalam

Ciri anatomi yang khas pada jenis kayu kamper adalah saluran damar berderet tangensial dengan diameter lebih kecil dibandingkan diameter sel pembuluh, serta sel

Pembelajaran dilanjutkan dengan tahap melakukan penyelidikan individual maupun kelompok. Dengan menggunakan alat dan bahan yang telah diberikan tersebut, siswa