dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “ Veteran ” Jawa Timur
Oleh :
MILA FAJARWATI NPM. 0543010090
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
iii
Disusun Oleh : MILA FAJARWATI
NPM. 0543010090
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN ” Jawa Timur pada tanggal 14 Juni 2011
PEMBIMBING TIM PENGUJI
1. Ketua
Juwito, S.sos, M.Si Juwito, S.sos, M.Si NPT 3 6704 95 036 1 NPT 3 6704 95 036 1
2. Sekretaris
Dra.Sumardjjiati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001
3. Anggota
Dra.Herlina Suksmawati,Msi NIP. 196412251993092001
Mengetahui, DEKAN
ii
Disusun Oleh :
MILA FAJARWATI NPM. 0543010090
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
Juwito, S.sos, M.Si
NPT 3 6704 95 036 1
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
iv
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Hidayah – Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk melanjutkan skripsi dengan judul ” Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat Di Surabaya ”.
Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran serta dorongan moril baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Yth :
1. Buat kedua orang tua ibu dan ( alm ) ayah tercinta yang selalu menyemangati agar skripsi ini cepat selesai dan telah memberikan doa restu semangat moril maupun materiil serta telah mampu membimbing, mendidik dan membahagiakan saya sebagai peneliti, sembah bakti saya
v
”VETERAN” Jawa Timur dan selaku Dosen pembimbing laporan skripsi penulis.
5. Kepada seluruh dosen Ilmu Komunikasi UPN ”VETERAN” Jatim, terima kasih sebanyak – banyaknya atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 6. Buat sahabat saya Sari Puspita W. yang selalu sahabat selalu menemani
bimbingan, menemani penulis mencari buku untuk referensi skripsi ini, serta untuk support, memberi masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam mengerjakan laporan ini dan doanya.
7. Dan juga buat teman – teman baikku Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2004 – 2006 serta semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. 8. Terakhir untuk orang yang terkasih Alecxander C. A. yang telah memberikan
motivasi, terima kasih banyak atas waktu, doa, bantuan, dukungan, serta semangat yang telah diberikan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan Berkah, Rahmat dan Hidayah – Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
vi
vii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI …... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI ………..….… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 13
1.3. Tujuan Penelitian ... 14
1.4. Kegunaan Penelitian ... 14
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 16
2.1.1 Teori Self Disclosure ... 16
2.2. Internet ... 19
2.2.1 Dampak Positif ... 21
2.2.2 Dampak Negatif ...………..…... 23
viii
2.4.2. Pengertian Remaja ... 31
2.4.3 Hubungan Orang Tua dan Anak ... 33
2.4.4. Pola Komunikasi ………..….……… 36
2.4.5. Pola Komunikasi Dalam Keluarga ... 40
2.5. Kerangka Berfikir ... 44
BAB III METODOLOGI 3.1. Definisi Operasional Konsep ... 46
3.1.1. Pola Komunikasi Dalam Keluarga ... 46
3.1.2. Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan atau pendidikan dalam berinternet sehat pada anak ...47
3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 48
3.3. Responden atau Informan ... 50
3.3.1. Orang Tua ... 50
3.3.2. Remaja ... 51
3.3.3 In depth interviev ….………...……… 52
3.4. Unit Analisis Penelitian ... 53
3.5. Subjek Informasi Penelitian ... 54
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 54
ix
4.1.2. Penyajian Data ... 62
4.1.3. Identitas responden atau informan …………... 63
4.2. Analis Data 4.2.1. Pola Komunikasi ... 64
A. Pola Komunikasi Permissive ( Membebaskan ) ... 64
B. Pola Komunikasi Authoritarian ( Otoriter ) ... 68
C. Pola Komunikasi Authoritative ( Demokratis ) ...68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73
5.2. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
x
xi
Komunikasi antara orangtua dengan anak harus dibangun secara harmonis untuk menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Buruknya kualitas komunikasi orangtua dengan anak berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Seperti contoh, kurangnya pola komunikasi orang tua terhadap anak tentang berinternet sehat di Surabaya sehingga mengakibatkan menjadi penyalahgunaan internet oleh anak yang merupakan akibat dari buruknya komunikasi interpersonal yang terjalin dalam keluarga. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga.
Adapun macam – macam pola komunikasi orangtua pada anak, yaitu: Membebaskan ( Permissive ) sikap pola komunikasi orangtua untuk menerima tinggi namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan keinginannya. Otoriter ( Authoritarian ) pola komunikasi ini sikap orangtua untuk menerima sangat rendah, namun kontrolnya sangat dominan sehingga sering terjadi hukuman secara fisik, cenderung emosional dan bersikap menolak.. Demokratis ( Authoritative ) sikap orangtua untuk menerima dan kontrolnya tinggi. orangtua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri ( self control ) bersikap sopan, memiliki tujuan atau arah hidup yang jelas dan berorientasi terhadap prestasi.
1 1.1Latar Belakang Masalah
Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dengan baik, kelak anak – anak kita akan menjadi aset bangsa dan negara, yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara tersebut, sehingga diperlukan bimbingan dan pengawasan yang baik serta ketat untuk menghasilkan penerus – penerus yang bermoral baik, berwawasan jauh serta paham akan fungsinya sebagai generasi penerus.
Sebelum anak – anak tiba ke tangan pendidik atau guru di sekolah, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Peranan dan fungsi orangtua berpengaruh besar terhadap kepribadian dan perkembangan tabiat anak.
Perubahan – perubahan yang serba cepat dari globalisasi, modernisasi, industrialisasi dan IPTEK telah mengakibatkan perubahan – perubahan nilai – nilai kehidupan sosial dan budaya. Perubahan yang terjadi antara lain pada nilai moral, etika, kaidah agama, pendidikan anak di rumah serta pergaulan dari dunia luar.
Kecanduan internet tampaknya menjadi gangguan umum. Secara konseptual, melibatkan online dan atau offline penggunaan komputer dan terdiri dari paling sedikit tiga subtipe : game berlebihan, keasyikan seksual, dan e – mail / text pesan. Semua empat komponen berikut yang mempengaruhi : 1) penggunaan yang berlebihan, sering dikaitkan dengan hilangnya rasa waktu atau pengabaian drive dasar, 2) penarikan, termasuk perasaan marah, ketegangan, dan atau atau depresi saat komputer tidak dapat diakses, 3) toleransi, termasuk kebutuhan untuk peralatan komputer yang lebih baik, software lain, atau jam lebih penggunaan, dan 4) dampak negatif, termasuk argumen, berbohong, prestasi buruk, isolasi sosial, dan kelelahan.
psikotropika ( suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku ), dan mungkin 20% sampai 24% memerlukan rawat inap.
Karena siswa sekolah rata – rata Selatan Korea tinggi menghabiskan sekitar 23 jam setiap game minggu, 1,2 juta lainnya diyakini berada pada risiko kecanduan dan membutuhkan konseling dasar. Secara khusus, terapis khawatir tentang meningkatnya jumlah individu putus dari sekolah atau bekerja untuk menghabiskan waktu pada komputer. Pada bulan Juni 2007, Korea Selatan telah melatih 1.043 konselor dalam pengobatan kecanduan internet dan terdaftar lebih dari 190 rumah sakit dan pusat – pusat perawatan. Langkah – langkah pencegahan sekarang sedang diperkenalkan ke sekolah – sekolah.
China juga sangat prihatin dengan gangguan tersebut. Pada sebuah konferensi baru – baru ini, Tao Ran, Ph.D., Direktur Ketergantungan Obat di Beijing Daerah Militer Rumah Sakit Pusat, melaporkan 13,7% dari pengguna Internet Cina remaja memenuhi kriteria kecanduan internet diagnostic – sekitar 10 juta remaja. Akibatnya, pada 2007 China mulai membatasi penggunaan permainan komputer; hukum saat ini sekarang mencegah lebih dari 3 jam penggunaan permainan sehari – hari.
Meskipun perbedaan budaya, deskripsi kasus Amerika Serikat adalah sangat mirip dengan rekan – rekan Asia, dan tampaknya berurusan dengan masalah yang sama. Sayangnya, kecanduan Internet tahan terhadap pengobatan, memerlukan risiko yang signifikan, dan memiliki tingkat kekambuhan tinggi. ( http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/content/full/165/3/306 )
Internet berasal dari kata “ Interconnected Nedworking ” , yaitu sebuah jaringan yang menghubungkan antara satu computer dengan computer lainnya di seluruh dunia dengan menggunakan protocol standart TPC ( Transmission Control Protocol ) / IP ( Internet Protocol ).
Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas
sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi, mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya.
Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.
Bila digunakan dengan baik, teknologi internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yg ingin diketahuinya.
mandi, bahkanenggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata.Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chatting atau email. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.
Internet sehat adalah program komunikasi / kampanye yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh Center for ICT Studies Foundation ( ICT Watch ) sejak tahun 2002.
Internet sehat, sebagai sebuah gerakan akar rumput ( grassroot ), bertujuan untuk mengenalkan / mempromosikan / menggiatkan penggunaan Internet yang aman, nyaman, bermanfaat dan bertanggung – jawab kepada seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder ) termasuk pemerintah, swasta, dan khususnya dari institusi dunia pendidikan K - 12 ( SD s/d SMA ) dan keluarga
Internet sehat adalah kebaikan bersama dan bagaimana pengguna secara
bijaksana berperilaku di dunia maya seperti yang bisa dilakukan di dunia nyata dengan mematuhi norma – norma, nilai – nilai, dan adat yang berlaku.
pengetahuan tentang masalah internet itu sendiri. Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, antara lain : keluarga, pergaulan dan media. Dan biasanya perilaku penyalahgunaan internet oleh remaja cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya merupakan suatu aspek yang positif bagi perkembangan anak, karena dengan teman sebayanya sangat diperlukan untuk mempelajari pola interaksi sosial yang dibutuhkan pada masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja tersebut memiliki aturan – aturan yang tidak jarang bertentangan dengan aturan yang berlaku di masyarakat, maka disinilah pengaruh negatif teman sebaya terhadap praremaja. Tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang karena pengaruh teman sebayanya.
Umumnya faktor penyebab kenakalan remaja disebabkan tidak adanya perhatian dan curahan kasih sayang dari orangtua. Anak sering diberikan uang berlebihan sebagai ganti tanggung jawab dan perhatian orangtua ( Kuntaraf, 1999 : 209 ). Orangtua sering memberikan kelonggaran dan “ serba boleh ” ( Greater Perissivness ) kepada anak.
seperti lebih sibuk berfacebook daripada berkumpul dengan keluarga atau orang lain.
Perilaku remaja yang sudah sering dibicarakan dan sudah melebihi batas adalah penyalahgunaan kepercayaan, yang akan membentuk perilaku remaja terhadap penyalahgunaan internet. Anak diharapkan menjauhi internet serta menghindarkan anak agar tidak menyalahgunakan internet, seperti mengunjungi situs – situs porno, perjudian ( game poker, dan sebagainya ), penipuan dan carding.
Agar tidak terjadi hal – hal tersebut, maka seharusnya disini komunikasi antara orangtua dan remaja ditekankan pada perhatian orangtua pada remaja dan waktu luang orangtua bagi anak remajanya. Berbagai masalah remaja yang muncul saat ini, baik yang berhubungan dengan perilaku penyalahgunaan sarana internet, disebabkan antara lain oleh kurangnya perhatian dan bekal yang diterima anak dari orangtuanya atau orang dewasa yang berada di sekitarnya. Semua berawal dari masalah kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak.
Komunikasi di keluarga, peran orangtua menjadi sangat penting kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua berkomunikasi kepadanya. Komunikasi akan sukses apabila orangtua memiliki kredibilitas di mata anaknya.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau anak ke orangtua, atau anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan. Ada sejumlah norma yang diwariskan orangtua kepada anak misalnya norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma etika, dan juga norma moral ( Bahri, 2004 : 37 ).
dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh terhadap sikap, hubungan yang makin baik dari tindakan.
Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orangtua. Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orangtua terhadap anak – anaknya. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dalam anggota masyarakat yang sehat.
Terdapat dua faktor yang dapat membentuk kepribadian anak, yaitu faktor internal yang berasal dari lingkungan keluarganya sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar rumah yaitu masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolute karena sifat alami dimana tidak mungkin seorang anak dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya dan terbebas sama sekali dari pengaruh – pengaruh dalam lingkungan sekitarnya.
dalam keluarga harus lebih dominan daripada faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.
Keluarga yang fungsional ditandai adanya beberapa karakteristik yang bersikap terbuka dan jujur serta adanya komunikasi antar anggota keluarga yang berlangsung dengan baik, apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi sebagai keluarga maka keluarga tersebut mengalami stagnasi ( kemandekan ) atau disfusi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi keluarga ( khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak ).
Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga ( Kriswanto, 2005 : 9 )
Komunikasi merupakan faktor yang penting bagi perkembangan diri anak, karena ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya prilaku nakal pada anak. Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian anak mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orangtua dalam menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.
Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).
Menurut Yusuf ( 2001 : 51 ) pola komunikasi orangtua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Pola komunikasi membebaskan ( Permissive )
Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
2. Pola komunikasi Otoriter
Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.
3. Pola komunikasi Demokratis
Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Mereka membuat semacam aturan – aturan yang disepakati bersama. Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.
Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini sehingga ( Wrigh, 1999 : 93 ), mengatakan bahwa salah satu cara terpenting untuk
membantu anak – anak menjadi orang dewasa yang berarti adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka secara positif. Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh urutan kelahiran dalam keluarga, struktur syaraf dan lain sebagainya, dan hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak.
Pendapat ini diperkuat oleh ( Arhnardi, 1999 : 248 ), mengatakan bahwa suasana rumah yang hangat dan adanya perhatian, pengukuhan, penghargaan, kasih sayang dan saling percaya akan melahirkan anak – anak yang kelak hidup dengan nilai – nilai positif pula.
terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola komunikasinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola komunikasi orangtua seperti itu dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak.
Orangtua harus berkomunikasi masalah penggunaan internet secara sehat dengan anak remajanya dan dapat memberikan penjelasan secara tepat sehingga anak dapat mengerti dan menerima informasi tentang internet dengan baik. Komunikasi yang baik dan efektif diharapkan dapat mengatasi perilaku yang salah pada anak salah satunya perilaku penyalahguanaan internet di kalangan remaja.
Dalam menyampaikan pendidikan tersebut dapat dilaksanakan secara fleksibel artinya pola komunikasi apa yang akan dipergunakan agar para remaja mengerti dan tidak salah presepsi tentang pengetahiuan berinternet sehat. Pengetahuan internet sehat yang diberikan secara transparan bertujuan sebagai pemenuhan kebutuhan untuk menjawab rasa keingintahuan anak terhadap seputar internet. Informasi yang diberikan harus bersih dari muatan – muatan pornografi, perjudian, penipuan, carding dan sebagainya yang dapat menyebabkan anak ingin mencoba dan mempraktekkannya.
bermutu dan ilmiah supaya dapat memberikan pengetahuan seputar internet yang sehat tidak canggung dan dapat dipertanggungjawabkan. Inilah permasalahan yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian tentang pola komunikasi orangtua terhadap remaja tentang berinternet sehat di Surabaya.
Kota Surabaya adalah tempat bermuaranya segala nilai sosial dan budaya yang mengalir dari kota – kota metropolitas dan nilai barat, dimana warnet banyak didirikan berdekatan dengan institusi – institusi pendidikan. Kota Surabaya kini menjadi suatu kota untuk melakukan modernisasi kehidupan social sehingga mampu mengubah pola – pola kehidupan masyarakat dari yang semula tertutup dalam masyarakat tradisional menjadi perilaku yang terbuka ( masyarakat modern ) salah satu cirri dari masyarakat modern, keberanian untuk menghadapi
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah pola komunikasi orangtua dengan anak remaja dalam berinternet sehat di Surabaya ?
1.3Tujuan Penelitian
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Teoritis
Dapat digunakan untuk menambah wacana komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi khususnya tentang pola komunikasi orangtua dengan anak remaja dalam berinternet sehat di Surabaya.
1.4.2 Praktis
16 2.1.1 Teori Self Disclosure
Teori Self Disclosure sering disebut teori “ Johari Window ” atau
Jendela Johari. Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing –
masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu
mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan
orang lain ( Lilliweri, 1997 : 49 ). Garis besar teoritis Jendela Johari
dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Penulis tahu Penulis tidak tahu
Orang lain tahu 1. TERBUKA 2. BUTA
[image:27.595.209.510.389.492.2]Orang lain tidak tahu 3. TERSEMBUNYI 4. TIDAK KENAL
Gambar 2.1
Jendela Johari Tentang Bidang Pengenalan Diri
Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri
sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya saat
berhubungan dengan orang lain.
Bingkai 1. Menunjukkan orang yang terbuka keterbukaan terhadap
orang lain.
Keterbukaan itu disebabkan dua pihak ( penulis dan orang lain ) sama
– sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan,
terbuka ”adalah bidang yang paling ideal dalam hubungan dan
komunikasi antar pribadi.
Bingkai 2. Adalah bidang buta.
“ Orang Buta ” adalah orang yang tidak mengetahui banyak hal
tentang dirinya sendiri namun orang lain menngetahui banyak hal
tentang dia.
Bingkai 3. Disebut “ Bidang Tersembunyi ” yang menunjukkan
keadaan bahwa berbagai hal diketahui oleh diri sendiri namun orang
lain tidak mengetahui tentang dirinya.
Bingkai 4. Disebut “ Bidang Tak Dikenal ” yang menunjukkan bahwa
berbagai hal tidak diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain.
Model Jendela Johari dibangun berdasarkan delapan asumsi yang
berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi – asumsi itu menjadi
landasan berpikir para kaum humanistik ( Liliweri, 1997 : 50 ).
Asumsi pertama, pendekatan terhadap perilaku manusia harus
dilakukan secara holistic. Artinya kalau kita hendak menganalisis
perilaku manusia maka analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks
dan jangan terpenggal – penggal.
Asumsi kedua, apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang
hendaklah dipahami melalui presepsi dan perasaan tertentu, meskipun
Asumsi ketika, perilaku manusia lebih sering emosional bukan
rasional. Pendekatan humanistic terhadap perilaku sangat menekankan
betapa pentingnya hubungan antar faktor emosi dengan perilaku.
Asumsi keempat, setiap individu atau kelompok orang sering tidak
menyadari bahwa tindakan – tindakannya dapat menggambarkan
perilaku individu atau kelompok itu. Oleh karena itu para pakar aliran
humanistic sering mengemukakan pendapat mereka bahwa setiap
individu atau kelompok perlu meningkatkan kesadaran sehingga
mereka dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.
Asumsi kelima, faktor – faktor yang bersifat kualitatif misalnya derajat
penerimaan antarpribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan
faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia.
Asumsi keenam, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh
proses perubahan perilaku bukan oleh stuktur perilaku. Berdasarkan
asumsi ini maka teori – teori yang dikembangkan oleh kaum
humanistic selalu mengutamakan tema – tema perubahan dan
pertumbuhan perilaku manusia.
Asumsi ketujuh, kita dapat memahami prinsip – primsip yang
mengatur perilaku melalui pengujian terhadap pengalaman yang
dialami individu. Cara ini relatif lebih baik daripada kita memahami
perilaku melalui abstrasi secara deduktif. Asumsi ini mengingatkan
pengamatan empiris dari berbagai pengalaman masih lebih kuat
daripada suatu sekedar mengabtrasi perilaku manusia semata.
Asumsi kedelapan, perilaku manusia dapat dipahami dalam seluruh
kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini
berkaitan erat dengan asumsi pertama yang menganjurkan suatu
pendekatan yang holistic terhadap perilaku manusia.
2.2. Internet
Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas
sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara
ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi,
mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya.
Internet itu sendiri berasal dari kata Interconnection Networking, yang
berarti hubungan dari banyak jaringan komputer dengan berbagai tipe dan
jenis, dengan menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, salelit, dan
lainnya.
Internet memberikan banyak sekali manfaat, ada yang bisa memberikan
manfaat baik dan buruk. Baik bila digunakan untuk pembelajaran informasi
dan buruk bila digunakan untuk hal yang berbau pornografi, informasi
kekerasan, dan lain – lainnya yang negatif.
Internet ini memungkinkan pengguna komputer di seluruh dunia untuk
saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan cara saling mengirimkan
dan menerima file dalam bentuk text, audio, video, membahas topik tertentu
pada newsgroup, website social networking dan lain – lain.
Bila digunakan dengan baik, teknologi Internet tentu berdampak positif.
Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yang ingin diketahui.
Dengan hanya mengetikkan kata pada mesin pencari ( search engine ), ada
banyak situs web yang dirujuk tentang informasi tersebut. Adanya e-mail
memungkinkan seseorang dapat mengirim sebuah surat untuk orang lain
dengan cepat dan mudah. Ruang obrol ( chatting room ) memungkinkan
seseorang untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang saling berjauhan
sekaligus. Atau yang sedang marak, hadirnya situs web jejaring sosial
seperti Facebook atau Friendster yang memungkinkan seseorang untuk
menemukan teman lama yang sudah lama tidak dijumpai.
Namun, hal positif dari Internet ternyata dapat berakibat buruk bila
digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau
kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama – lama di depan komputer
sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi
bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu
menyukai Internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan
mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari
dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia
bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu
online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik,
kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.
Internet bisa menjadi perpustakaan bebas dan internasional yang mampu
memberi kemudahan bagi kita untuk mencari berbagai informasi dan
pengetahuan. Internet juga dapat menjadi ladang bekerja bagi sebagian besar
para Profesional.
Namun, bagi para remaja sebaiknya tidak terlalu mendewakan internet,
karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa remaja yang menghabiskan
waktunya untuk chatting dan bermain game online hampir bisa di pastikan
akan lebih cepat terpengaruh dampak buruk dari ke canggihan dunia internet.
Dampak buruk dapat berimbas bagi masa depan sang remaja, secara
bertahap dan tidak sadar ia akan semakin tidak menghargai waktu di dunia
nyata, dan semakin jauh dari hubungan sosial dengan sesama di sekitarnya, ia
juga akan semakin merasa bahwa dunia maya tersebut terlihat nyata, dan tanpa
disengaja juga akan semakin menyendiri dan memperbanyak melamun,
mungkin juga terkadang diselahi tertawa sendiri
Tips menghindari pengaruh buruk terhadap kecanduan chating dan main
game online adalah dengan bersosialisasi dengan orang disekitar kita, misal
keluarga, kawan – kawan, teman kerja, tetangga, teman ngopi dan lainnya.
2.2.1. Dampak Positif
Dampak positif internet sudah bisa dipatikan memberikan sumbangsih
yang sangat besar bagi peradaban manusia, semisal dalam hal transfer
adanya internet, informasi yang harus disampaikan dapat di terima dengan
hitungan detik, artinya dengan adanya internet proses penyampaian informasi
dapat di lakukan dengan sangat cepat.
Sebenarnya bukan hanya sebatas hal diatas manfaat dari internet,
melainkan masih banyak sekali dampak positif internet bagi kehidupan
manusia, nah dibawah ini adalah beberapa dampak positif internet bagi
manusia.
a. Media pertukaran data dengan cepat
Internet dapat digunakan untuk media pertukaran , baik itu menerima
ataupun mengirim data semisal e – mail, newsgroup.
b. Hiburan
Internetpun dapat menjadi sarana yang baik untuk digunakan sebagai
hiburan, diinternet banyak sekali fasilitas yang dapat digunakan untuk sekedar
menghibur diri, semisal mendengatkan musik , main game dsb.
c. Melakukan EFISIENSI BIAYA
Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa internet dapat digunakan untuk
melakukan efisiensi biaya, bayangkan saja dengan internet kita bisa
berkomunikasi dengan rekan, keluarga, dan sebagainya, dengan biaya yang
murah, selain itu sekarang ini banyak sekali bisnisman yang
memanfaatkan internet untuk mempromosikan produknya melalui web – web
d. Internet sebagai media untuk Pendidikan
Internet dewasa ini telah digunakan sebagai median dalam tranformasi
ilmu, sekarang banyak sekali lembaga penndidikan yang
memanfaatkan internet sebagai media membelajaran melalui e – learning dsb.
( http://ipoetmedia.blogspot.com/2010/07/dampak-positif-internet.html )
2.2.2. Dampak Negatif
Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa selain internet membawa dampak
positif, intenetpun membawah dampak negatif, nah dibawah ini adalah
beberapa dampak negatif internet yang dapat penulis informasikan :
a. Pornografi
Banyak yang menganggap bahwa internet identik dengan pornografi,
penulis kira hal tersebut emang tidak salah, mengingat internet dapat
digunakan untuk kegiatan yang sifatnya pornografi. Bayangkan,
dengan internet seseorang bisa mengakses homepage atau situs yang berisikan
content khusus dewasa, artinya bahwa dengan kemudahan ini seseorang akan
dengan mudah menemukan hal – hal yang berbau porno.
b. Perjudian
Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya internet,
sangat menguntungkan bagi pelaku perjudian, betapa tidak, perjudian di
sekarang binis semakin marak, bahkan perjudian di internet diatur dengan
sedemikian rupa sehingga seseorang yang melakukan judi dapat berada di
c. Penipuan
Penipuan terbilah cukup marak terjadi di internet, hal ini terjadi
dikarenakan adanya kemudahan transaksi tanpa – tatap muka yang kemudian
berujung pada mudahnya seseorang di tipu oleh orang lain.
d. Mengabaikan kehidupan sosial.
Adakalanya seseorang yang telah kecanduan internet, bisa saja
menghiraukan sosial disekelilingnya, orang tersebut bisa terpaku seharian
di internet tanpa tahu apa yang ada di lingkunagnnya, hal ini memang cukup
berbahaya jika terjadi, untuk itulah jika anda seorang netter, sebisa mungkin
luangkan waktu untuk sekedar berbincang atau bercakap – cakap dengan
masyrakat sekitar.
e. Kecanduan internet.
Internetpun bisa menyebabkan ketergantungan ( hal ini bisa terjadi ketika
seseorang telah sangat suka terhadap jejaring sosial ataupun game online )
hingga mengakibatkan lupa waktu dalam kehidupannya
( http://ipoetmedia.blogspot.com/2010/07/dampak-negatif-internet.html )
Ketergantungan pada internet mulai merambah kota – kota besar di
Indonesia. Sayangnya tidak semuanya berdampak positif, bahkan sejauh ini
pengguna internet lebih dominan melakukan kegiatan – kegiatan negatif.
Untuk dapat mengambil tindakan yang tepat, sebelumnya perlu ada pengertian
yang jelas dan praktis terhadap ketergantungan yang tidak sehat akan internet
a. Cybersexual addiction
yaitu obsesi untuk melihat, men – download dan memperdagangkan
pornografi. Chat rooms yang berisi fantasi dan role playing untuk dewasa juga
termasuk dalam kategori ini.
b. Cyber – relational addiction
adalah keterlibatan yang berlebihan pada hubungan yang terjalin melalui
internet ( seperti melalui chat room dan virtual affairs ) sampai kehilangan
kontak dengan hubungan – hubungan yang ada dalam dunia nyata.
d. Net gaming
yaitu sejenis kecanduan karena judi, bermain game, berbelanja dan
kegiatan jual beli saham melalui internet yang mengganggu pekerjaan dan /
atau mengakibatkan terjadinya utang.
e. Information overload
Karena menemukan informasi yang tidak habis – habisnya yang tersedia di
internet, sejumlah orang rela menghabiskan waktu berjam – jam untuk
mengumpulkan dan mengorganisir berbagai informasi yang ada.
f. Computer addiction
Riset menemukan bahwa beberapa organisasi mengalami dampak negatif
sebagai akibat dari kecanduan akan games off – line ( seperti Solitaire dan
Tetris yang populer di dekade 1980 – an lalu ), yang memang rata – rata
banyak di – install dalam komputer.
2.2.3 Internet Sehat
SEJARAH INTERNET SEHAT
a) Pada masa sekarang ini terjadi tindakan pornografi, perjudian,
kekerasan ( sadisme ) dan rasialisme di dunia maya. Belum lagi
dengan aneka macam program jahat ( virus, worm, trojan horse,
spyware ) yang dapat mencuri bahkan merusak data di komputer,
serangan e – mail sampah ( spam ), penipuan, pelanggaran privasi
hingga pelecehan seksual.
b) Program Internet Sehat digagas pertama kali oleh institusi nirlaba ICT
Watch pada tahun 2002. Kini telah mendapatkan pengakuan secara
internasional, mendapatkan Pengakuan Secara internasional, termasuk
pada workshop OpenNet Initiative di Malaysia, Juni 2009. Beberapa
program Internet Sehat diantaranya Internet Sehat Blog Award, Lab
Komputer Sehat, hingga pengadaan buku/booklet dan CD-ROM
Internet Sehat
PENGERTIAN INTERNET SEHAT
a) Internet sehat adalah program komunikasi / kampanye yang digagas,
diinisiasi dan dijalankan oleh yang digagas, diinisiasi dan dijalankan
oleh Center for ICT Studies Foundation ( ICT Watch ) sejak tahun
2002.
b) Internet sehat, sebagai sebuah gerakan akar rumput ( grassroot ),
bertujuan untuk mengenalkan / mempromosikan / menggiatkan
– jawab kepada seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder )
termasuk pemerintah, swasta, dan khususnya dari institusi dunia
pendidikan K - 12 ( SD s/d SMA ) dan keluarga
( http://www.scribd.com/doc/23307725/Internet-Sehat-Baru )
Internet sehat adalah segala hal yang berkaitan dalam akses mengakses
internet yang memilki nilai positif bagi para pengguna internet agar senantiasa
memberikan hal yang terbaik bagi diri sendiri maupun pada orang lain, baik
dari golongan anak muda atau remaja, siswa maupun siswi, keluarga, saudara
juga pada pendidikan saat ini.
Meski hal ini masih dianggap kurang diperhatikan oleh sebuah internet
bagi kehidupan manusia yang ada di bumi tapi kualitas yang terselip dari
beberapa situs yang tidak baik ada situs yang baik dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Berbagai situs dikategorikan dengan sederhana agar
mempermudah manusia dalam mencari informasi.
Dari ketegori tersebut yang diketahui situs ilmu dan pendidikan, situs
berita dan infomasi, situs remaja dan keluarga, situs komputer dan TI, dan lain
– lain.
Salah satu dasar program internet sehat adalah memberikan masukan,
tatacara, pengertian dan penjelasan tentang sebuah manfaat dunia internet
secara positif kepada masyarakat agar secara sadar mulai dapat memisahkan
mana yang baik yang bisa di ambil dan mana yang buruk untuk di singkirkan.
Para orangtua yang selama ini ketakutan dapat membaca sebuah panduan dan
memberikan pengajaran serta didikan yang menjadi dasar terkuat untuk anak
anak kita di kemudian hari.
( http://si.bona.web.id/catatan/?padalah94 )
Internet sehat dapat dikategorikan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam
sempit internet sehat adalah dimana jika pengguna melakukan aktivitas
berselancar di dunia maya atau pengguna berada di internet entah itu
browsing, download, games online ataupun hanya sekadar social activity.
Dan internet sehat dalam arti sempit dan lebih spesifikasi adalah segala hal
yang berkaitan dalam akses mengakses internet yang memiliki nilai positif
bagi para pengguna internet agar senantiasa memberikan hal yang terbaik bagi
diri maupun orang lain, baik dari golongan anak muda atau remaja, siswa
maupun siswi, keluarga, saudara. Meski hal ini masih dianggap kurang
diperhatikan oleh pengguna namun sebuah internet bagi kehidupan sangat
berperan penting dalam kehidupan entah itu dalam hal terkecil hingga hal
yang terbesar pun.
( http://adomburn.hyperphp.com/?padalah65 )
Internet sehat adalah kebaikan bersama dan bagaimana pengguna secara
bijaksana berperilaku di dunia maya seperti yang bisa dilakukan di dunia
nyata dengan mematuhi norma – norma, nilai – nilai, dan adat yang berlaku.
2.3. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan kita sehari – hari, komunikasi merupakan hal yang penting dalam
hidup saling berdampingan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan
antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi verbal
( bahasa ) maupun komunikasi non verbal ( simbol, gambar atau media
komunikasi lainnya ).
Istilah komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal
dari kata Latin communis yang berarti “ sama ”, communico,
communication, atau communicare yang berarti “ membuat sama ” ( to
make common ) ( Dedy Mulyana, 2002 : 41 ). Banyak makna arti kata
komunikasi, namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para
ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan makna yang hakiki, yaitu
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk membertahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
baik secara langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media
( Effendy, 2002 : 5 ).
2.4. Pengertian Keluarga dan Pola Komunikasi
2.4.1. Pengertian Orangtua
Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah
yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orangtua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak –
anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak
untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian
orangtua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah
tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak –
anak.
Orangtua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orangtua itu
adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu
dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak
juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan
cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan
sehari – hari, selain itu orangtua juga telah memperkenalkan anaknya
kedalam hal – hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara
jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka
pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari
orangtuanya. Karena orangtua adalah pusat kehidupan rohani si anak
dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap
reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh
oleh sikapnya terhadap orangtuanya di permulaan hidupnya dahulu.
Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang
penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak – anak. Sejak
seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh
karena itu ia meniru perangai ibunya dan bisaanya seorang anak
lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya
mula – mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama
untuk dipercayainya.
(
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-orang-tua.html )
2.4.2. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional
sosial dan fisik ( Hurlock, 1992 ). Remaja sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon ( dalam Monks, dkk 1994 ) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari ( 2004 : 53 ) masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki
masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat ( 1990 : 23 )
remaja adalah:
Masa peralihan diantara masa kanak – kanak dan dewasa. Dalam
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka
bukanlah anak - anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock ( 2003: 26 ) bahwa
remaja ( adolescene ) diartikan sebagai masa perkembangan transisi
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial – emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun adalah masa remaja awal, 15
– 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
adalah masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono
membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra –
remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun
( Deswita, 2006 : 192 )
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah
Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12 – 22 tahun, dimana pada masa tersebut
terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikologis.
2.4.3 Hubungan Orangtua dan Anak
Beberapa studi berkaitan dengan orangtua dan anak pada mulanya
diasumsikan bahwa proses pengaruh tidak bersifat langsung dalam
keluarga. Asumsi tersebut memandang anak sebagai pasangan atau
partner pasif dalam bersosialisasi, yaitu menunggu pembentukan
proses yang dilakukan oleh orangtua ( Hartup, 1978 ).
Dengan menyadari bahwa anak memberikan kontribusi pada
keterkaitan hubungan perkawinan orangtua dalam keluarga, maka
muncullah teori yang mengedepankan atau berpusat pada pentingnya
anak dalam keluarga atau child centered theory ( Bell, 1968 ).
Selanjutnya Peterson dan Rollins ( 1987 ) menyebut pandangan seperti
ini sebagai orientasi pembalikan cermin kaca ( mirror reverse ), yaitu
suatu teori yang menyatakan bahwa perilaku anak bisa mengubah atau
mempengaruhi orangtuanya. Proses ini tidak hanya terjadi pada masa
anak – anak, usia remaja dan dewasa saja tetapi juga sejak anak masih
bayi bahkan ketika masih dalam kandungan dan berpengaruh pada
proses kelangsungan keluarga ( Lerner dan Spanier, 1987 ). Perilaku
anak bisa menstimulasi, mendorong, memotivasi dan bahkan
memberikan reward pada tindakan orangtua.
Akhir – akhir ini, baik masa pembentukan suasana sosial ( social
mode ) maupun masa orientasi pencerminan balikan perilaku ( mirror
reverse ) telah dipadukan dengan pandangan lain yaitu suatu
dan bersama – sama mereka saling pengaruh mempengaruhi.
Pendekatan berdasarkan saling berpengaruh ( mutual influence )
menyatakan bahwa setiap anggota keluarga berperan serta dalam
stimuli perilaku anggota lainnya ( Capella, 1978 ). Sebagian besar
penelitian pada antar individu terjadi pada kerangka proses sosialisasi
( social mould framework ), meskipun ada juga beberapa penelitian
perkembangan teori pembalikan perilaku ( mirror reserve ) dan saling
mempengaruhi (mutual influenc), khususnya dalam penelitian tentang
hubungan antar pribadi.
Adapun perilaku yang dirancang untuk mendapatkan apa yang
diharapkan oleh orangtua dinamakan pesan pengontrol ( control
messages ). Pesan – pesan ini meliputi perilaku paksaan ( coercion ),
induksi dan tidak memberikan kasih sayang ( love withdrawal ).
Paksaan ( corceive ) berfokus pada alasan – alasan eksternal misalnya
anak harus menurut orangtua. Contoh pesan seperti ini adalah
hukuman fisik penerapan langsung terhadap pemaksaan, dan tidak
memberikan materi – materi yang dibutuhkan atau dalam bentuk
ancaman. Strategi pengontrol tersebut sering berpengaruh pada harga
diri, kinerja akademik ( sekolah ), dan kreatifitas anak – anak mereka
( Peterson dan Rollins, 1987 ).
Pesan pendorong atau pembangkit semangat ( induction messages )
berfokus pada alasan – alasan internal bahwa anak harus sesuai dengan
mengikuti orangtua. Orangtua bisa saja, misalnya, memberikan contoh
akibat perilaku anak terhadap orang lain. Penelitian yang mengamati
pesan pendorong yang dipakai orangtua pada anaknya adalah
penelitian yang berdasarkan aliran kontruktifis ( Applegate, Burlerson,
dan Adelia, 1992 ). Teori ini khususnya berkaitan dengan komunikasi
yang menonjolkan refleksi atau pesan yang mendorong anak
memahami bagaimana tindakan berkembang dan akibatnya secara
psikologis. Yang membedakan individu dengan jenis pesan orangtua
berhubungan dengan perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.
Tanpa pemberian kasih sayang ( love withdrawal ) menggunakan
dua kombinasi dari dua teori tersebut yaitu tekanan eksternal dan
internal untuk penyesuaian pada orangtua, menunjukkan adanya
ketidaksetujuan perilaku anak pada orangtua dan implikasinya adalah
bahwa kasih sayang tidak akan diberikan apabila anak tidak menurut
orangtua. Love withdrawal tercermin pada tidak adanya kasih sayang,
mengisolasi anak, pernyataan terus terang penolakan, perilaku non
verbal yang menunjukkan perasaan dingin dan kekecewaan ( Rollins
dan Thomas, 1979 ).
Stafford dan Bayer ( 1993 ) menulis secara komprehensif review
dari pengaruh pesan – pesan orangtua yang bersifat mengontrol
( controlling ) dan mendukung ( supportive ) terhadap harga diri anak,
Prosedur yang bertujuan menyesuaikan ( compliance – gaining
procedures ) bisa berjalan baik dalam usaha mensosialisasikan anak
pada harapan orangtua tetapi menghasilkan berbagai macam dampak
pada solidaritas keluarga. Seperti yang diteliti oleh Stafford dan
Bayer ( 1993 ) bahwa gaya pesan hanya bisa berpengaruh secara
efektif pada jangka pendek untuk mendapatkan penyesuaian.
2.4.4 Pola Komunikasi
Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan
komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi
adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan
pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat
dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).
Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan
dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam
proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun
nonverbal.
Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang
khusus mempunyai anak remaja yang tergolong dalam kategori
nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak –
Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk
hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
orang tua dan anak remajanya tanpa komunikasi kehidupan keluarga
akan sepi dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran.
Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar
dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri,
komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan
anak, komunikasi ibu dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam
rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Komunikasi
yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi dalam memberikan
pengetahuan penggunaan internet secara sehat terhadap anak remaja.
Menurut Yusuf ( 2001 : 51 ) pola komunikasi orangtua dapat
diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Pola komunikasi Permissive ( membebaskan )
Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan
keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan
Pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap
mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan,
serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara
2. Pola komunikasi Authoritarian ( otoriter )
Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang
anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi
otoriter mempunyai aturan – aturan yang kaku dari orangtua. Dalam
pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya
tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak
untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau keran,
cendenrung emosinal dan bersikap menolak.
Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut,
pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak
mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.
3. Pola komunikasi Authoritative ( demokratis )
Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya
ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak.
Mereka membuat semacam aturan – aturan yang disepakati bersama.
Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba
menghargai kemampuan anak secara langsung.
Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini sehingga
( Wrigh, 1999 : 93 ), mengatakan bahwa salah satu cara terpenting
untuk membantu anak – anak menjadi orang dewasa yang berarti
adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka secara positif.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh urutan
hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting
pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak.
Pendapat ini diperkuat oleh ( Arhnardi, 1999 : 248 ), mengatakan
bahwa suasana rumah yang hangat dan adanya perhatian, pengukuhan,
penghargaan, kasih sayang dan saling percaya akan melahirkan anak –
anak yang kelak hidup dengan nilai – nilai positif pula.
Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara
komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan suportif
untuk saling menerima satu sama lain ( Rakhmat, 2002 : 192 ). Adapun
sikap yang saling mendukung kelancaran komunikasi dengan anak –
anaknya adalah :
a. Mau mendengarkan sehingga anak – anak lebih berani membagi
perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan
permasalahan yang mendalam.
b. Menggunakan empati untuk pandangan – pandangan yang berbeda
dengan penunjukkan perhatian melalui syarat – syarat verbal dan
nonverbal saat komunikasi berlangsung.
c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk
mengutarakan pikiran dan perasaannya, dan kebebasan
menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat
Menurut Hastuti dalam ( Kartono, 2000 : 154 ), akibat dari pola
komunikasi ini adalah :
a. Pikiran akan berkembang karena anak dapat mengungkapkan isi
hatinya dan pikirannya dan dapat mengemukakan usul – usul serta
berpendapat berdasarkan penalarannya.
b. Orangtua atau anggota keluarga lain akan mengetahui dan
mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak
selanjutnya.
2.4.5 Pola Komunikasi Dalam Keluarga
Keluarga merupakan sistem terkecil dalam sebuah masyarakat
memiliki fungsi – fungsi yang secara umum meletakkan dasar
kehidupan dan membantu generasi penerusnya untuk bertahan. Maka
peran orangtua sebagai peran pertama dalam keluarga yang
berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peran dalam
pembentukan dan perkembangan mental anak yang sedang mengalami
kesulitan – kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Dalam lingkungan keluarga, komunikasi juga merupakan suatu hal
yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai alat atau media
penjembatan dalam hubungan antar anggota keluarga. Buruknya
kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk bagi
keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga itu sendiri.
Komunikasi dalam keluarga perlu dibangun secara harmonis dalam
yang dibangun akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pola pikir
anak, serta mempengaruhi kondisi kejiwaan anak, secara langsung dan
tak langsung. Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila
didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling
terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan
nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga ( Kriswanto,
2005 : 9 )
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam
interaksi keluarga, seorang anak akan memperoleh latihan dasar
mengembangkan sikap sosial dengan baik dan kebisaan berperilaku.
Manfaat yang dapat diambil dari seringnya bertatap muka dan
berinteraksi yaitu disamping dapat mengakrabkan sesama anggota
keluarga. Anak – anak juga terlatih untuk peka terhadap
lingkungannya. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang
efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan
pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap hubungan yang makin
baik dari tindakan ( Effendy, 2002 : 8 ).
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik
dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau anak ke orangtua,
atau anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab
orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam
orangtua kepada anak misalnya norma agama, norma akhlak, norma
sosial, norma etika, san juga norma moral ( Bahri, 2004 : 37 ).
Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun
dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai
dengan harapan orangtua. Dalam lingkungan keluarga orangtua
berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan
komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang
keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orangtua
terhadap anak – anaknya. Perawatan orangtua yang penuh kasih
sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dalam anggota masyarakat yang sehat.
Keluarga yang fungsional ditandai adanya beberapa karakteristik
yang bersikap terbuka dan jujur serta adanya komunikasi antar anggota
keluarga yang berlangsung dengan baik, apabila dalam suatu keluarga
tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi sebagai
keluarga maka keluarga tersebut mengalami stagnasi ( kemandegkan )
atau disfusi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi
keluarga ( khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak ).
Terdapat dua faktor yang dapat membentuk kepribadian anak,
yaitu faktor internal yang berasal dari lingkungan keluarganya sendiri
dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar rumah yaitu
masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan
dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya dan
terbebas sama sekali dari pengaruh – pengaruh dalam lingkungan
sekitarnya.
Kedua faktor tersebut merupakan tugas orangtua untuk melakukan
pembinaan dan menyikapi secara hati – hati masukan – masukan dari
lingkungan masyarakat agar seorang anak yang masih memerlukan
pembinaan dengan baik dari kedua orangtuanya tersebut secara
signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis – garis keluarga atau
dengan kata lain faktor internal di dalam keluarga harus lebih dominan
daripada faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.
Fase anak merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, dimana pada masa ini anak memiliki sikap tergantung
( dependence ) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence),
minat – minat keingintahuan tehadap sesuatu yang sangat besar,
perenungan diri dan perhatian terhadap nilai – nilai estetika dan isu –
isu moral. Pada usia ini remaja serba labil untuk kematangan berpikir
serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara emosi
( perasaan ) dan rasio ( logika ), sifatnya coba – coba atau eksperimen
sering muncul dan remaja selalu ingin tahu terhadap hal – hal tanpa
melihat apakah itu bersifat positif atau negatif.
Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya merupakan suatu aspek
yang positif bagi perkembangan anak, karena dengan teman sebayanya sangat
masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja tersebut memiliki
aturan – aturan yang tidak jarang bertentangan dengan aturan yang berlaku di
masyarakat, maka disinilah pengaruh negatif teman sebaya terhadap anak.
Tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang karena pengaruh teman
sebayanya.
2.5. Kerangka Berfikir
Peran keluarga penting terhadap upaya mengembangkan pribadi anak.
Anak yang membutuhkan pengetahuan seputar bagaimana pengunaan media
internet secara sehat. Keluarga khususnya orangtua berkewajiban memberikan
pendidikan atau pengetahuan berinternet sehat secara tepat sejak dini sesuai
dengan norma – norma agama dan norma – norma yang berlaku di msyarakat
agar tidak menyimpang dari norma – norma tersebut.
Melalui pendekatan yang baik dan berkomunikasi yang efektif antara
orangtua dan anak, diharapkan pengetahuan tentang internet secara sehat dapat
diberikan secara fleksibel artinya orangtua mau memahami psikologis anak,
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memberikan penjelasan seputar
internet dan bagaimana menggunakan berinternet secara sehat serta membuka
tanya jawab dan diskusi antar orangtua dan anak agar terjalin hubungan yang
harmonis dan penuh kasih sayang diantara kedua belah pihak.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha melihat bagaimana pola komunikasi
yang diberikan oleh orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang cara
berinternet sehat pada anak remajanya di Surabaya, sehingga dapat
menyalahgunakan penggunaan media internet. Dalam memberikan
pengetahuan berinternet sehat ini, pendekatan yang diharapkan adalah melalui
komunikasi yang efektif juga akan menimbulkan hubungan yang makin baik
diantara kedua belah pihak. Dan hubungan harmonis dan penuh kasih sayang
akan mempengaruhi perkembangan prilaku anak yang baik pula ( Rakhmat,
2002 : 13 ). Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi interpersonal
yang efektif. Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian,
kesenangan, dan pengaruh pada sikap, hubungan dan tindakan yang makin
46 3.1. Definisi Operasional Konsep
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif yang bertujuan
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara kualitatif pola
komunikasi orang tua terhadap anak remajanya tentang berinternet sehat di
Surabaya. Untuk dapat mempermudah pemahamannya, maka dapat
dioperasionalkan sebagai berikut :
3.1.1. Pola Komunikasi Dalam Keluarga
Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan
komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi
adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan
pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat
dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).
Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan
dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam
proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun
nonverbal.
Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang
nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak –
anak yang belum kawin ( Yusuf, 2001 : 36 ).
Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan
antara orang tua dan anak remajanya tanpa komunikasi kehidupan
keluarga akan sepi dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran.
Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar
dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri,
komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan
anak, komunikasi ibu dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam
rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga.
Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi dalam
memberikan pengetahuan penggunaan internet secara sehat terhadap
anak remaja.
3.1.2. Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan atau
pendidikan dalam berinternet sehat pada anak remaja
Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan
berinternet secara sehat yang dimaksud disini adalah suatu bentuk
penyampaian dan penerimaan pesan dari keluarga khususnya orang
tua terhadap anak dalam hal proses pengetahuan internet sehat yang
benar tehadap anak remajanya. Pengetahuan tentang internet sehat
yang disampaikan tidak membicarakan hal – hal negatif yang terdapat
terdapat di dalam media internet, bagaimana kita bereaksi terhadap
penggunaan internet, dan bagaimana kita membawa diri kita dalam
menggunakan internet secara sehat. Pengetahuan berinternet sehat bagi
remaja akan menjadikannya mengerti benar hal – hal yang berkenaan
dengan dirinya dan kebutuhan dirinya. Seorang anak khususnya yang
menginjak remaja, akan lebih mudah membentengi diri dari pengaruh
pengaruh lingkungan yang tidak baik ketimbang di antara teman –
temannya yang sibuk membicarakan sesuatu yang tidak jelas, karena
remaja tersebut sudah mengetahuai hal yang benar tenntang bagaimana
cara berinternet secara sehat dari orang tuanya yang membicarakan
dan memberikan pengetahuan tetntang berinternet sehat sejak dini.
3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini penulis tidak membicarakan hubungan antara
variable sehingga tidak ada pengukuran variable x dan y. penelitian ini
difokuskan pada pola komunikasi orang tua terhadap remaja tentang
berinternet sehat di Surabaya, sehingga tipe penelitian yang digunakan
adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif.
Tipe penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya
perlakuan terhadap objek yang diteliti ( Kountur, 2003 : 53 ). Metode ini
merupakan suatu metode yang berupaya untuk memberikan gambaran
tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, yang pada akhirnya akan
diteliti. Deskriptif dapat juaga diartikan sebagai metode yang melukiskan
variable, satu demi satu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau
angka – angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat
digeneralisasikan ( membuat kesimpulan yang berlaku umum ) atau bersifat
universa, jadi hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai
dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan
( Kountur, 2003 : 29 ).
Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yaitu mementingkan
makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih bersifat siklus
daripada linier. Dengan demikian pengumpulan data dan analisa data
berlangsung secara stimulant, lebih mementingkan ke dalam di banding
keluasan penelitian, sementara peneliti sendiri merupakan instrument kunci.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pengamatan
berperan serta ( participant observation ) yang didefinisikan mengadakan
pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada yang sekecil
– kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam ( in depth interviev )
( Bondan dalam Moleong 2002 : 117 ).
Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada
peneliti mengungkapkan pendekatan fenomenologis, dimana peneliti
berusaha “ mengungkap ” proses interpretasi dan melihat segala aspek
orang – orang yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana
suatu pengertian