• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya )."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “ Veteran ” Jawa Timur

Oleh :

MILA FAJARWATI NPM. 0543010090

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

iii

Disusun Oleh : MILA FAJARWATI

NPM. 0543010090

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN ” Jawa Timur pada tanggal 14 Juni 2011

PEMBIMBING TIM PENGUJI

1. Ketua

Juwito, S.sos, M.Si Juwito, S.sos, M.Si NPT 3 6704 95 036 1 NPT 3 6704 95 036 1

2. Sekretaris

Dra.Sumardjjiati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001

3. Anggota

Dra.Herlina Suksmawati,Msi NIP. 196412251993092001

Mengetahui, DEKAN

(3)

ii

Disusun Oleh :

MILA FAJARWATI NPM. 0543010090

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

Juwito, S.sos, M.Si

NPT 3 6704 95 036 1

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si

(4)

iv

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Hidayah – Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk melanjutkan skripsi dengan judul ” Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat Di Surabaya ”.

Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran serta dorongan moril baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Yth :

1. Buat kedua orang tua ibu dan ( alm ) ayah tercinta yang selalu menyemangati agar skripsi ini cepat selesai dan telah memberikan doa restu semangat moril maupun materiil serta telah mampu membimbing, mendidik dan membahagiakan saya sebagai peneliti, sembah bakti saya

(5)

v

”VETERAN” Jawa Timur dan selaku Dosen pembimbing laporan skripsi penulis.

5. Kepada seluruh dosen Ilmu Komunikasi UPN ”VETERAN” Jatim, terima kasih sebanyak – banyaknya atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 6. Buat sahabat saya Sari Puspita W. yang selalu sahabat selalu menemani

bimbingan, menemani penulis mencari buku untuk referensi skripsi ini, serta untuk support, memberi masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam mengerjakan laporan ini dan doanya.

7. Dan juga buat teman – teman baikku Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2004 – 2006 serta semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. 8. Terakhir untuk orang yang terkasih Alecxander C. A. yang telah memberikan

motivasi, terima kasih banyak atas waktu, doa, bantuan, dukungan, serta semangat yang telah diberikan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan Berkah, Rahmat dan Hidayah – Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

(6)

vi

(7)

vii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI …... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ………..….… xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 13

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Kegunaan Penelitian ... 14

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 16

2.1.1 Teori Self Disclosure ... 16

2.2. Internet ... 19

2.2.1 Dampak Positif ... 21

2.2.2 Dampak Negatif ...………..…... 23

(8)

viii

2.4.2. Pengertian Remaja ... 31

2.4.3 Hubungan Orang Tua dan Anak ... 33

2.4.4. Pola Komunikasi ………..….……… 36

2.4.5. Pola Komunikasi Dalam Keluarga ... 40

2.5. Kerangka Berfikir ... 44

BAB III METODOLOGI 3.1. Definisi Operasional Konsep ... 46

3.1.1. Pola Komunikasi Dalam Keluarga ... 46

3.1.2. Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan atau pendidikan dalam berinternet sehat pada anak ...47

3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 48

3.3. Responden atau Informan ... 50

3.3.1. Orang Tua ... 50

3.3.2. Remaja ... 51

3.3.3 In depth interviev ….………...……… 52

3.4. Unit Analisis Penelitian ... 53

3.5. Subjek Informasi Penelitian ... 54

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 54

(9)

ix

4.1.2. Penyajian Data ... 62

4.1.3. Identitas responden atau informan …………... 63

4.2. Analis Data 4.2.1. Pola Komunikasi ... 64

A. Pola Komunikasi Permissive ( Membebaskan ) ... 64

B. Pola Komunikasi Authoritarian ( Otoriter ) ... 68

C. Pola Komunikasi Authoritative ( Demokratis ) ...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(10)

x

(11)

xi

Komunikasi antara orangtua dengan anak harus dibangun secara harmonis untuk menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Buruknya kualitas komunikasi orangtua dengan anak berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Seperti contoh, kurangnya pola komunikasi orang tua terhadap anak tentang berinternet sehat di Surabaya sehingga mengakibatkan menjadi penyalahgunaan internet oleh anak yang merupakan akibat dari buruknya komunikasi interpersonal yang terjalin dalam keluarga. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga.

Adapun macam – macam pola komunikasi orangtua pada anak, yaitu: Membebaskan ( Permissive ) sikap pola komunikasi orangtua untuk menerima tinggi namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan keinginannya. Otoriter ( Authoritarian ) pola komunikasi ini sikap orangtua untuk menerima sangat rendah, namun kontrolnya sangat dominan sehingga sering terjadi hukuman secara fisik, cenderung emosional dan bersikap menolak.. Demokratis ( Authoritative ) sikap orangtua untuk menerima dan kontrolnya tinggi. orangtua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri ( self control ) bersikap sopan, memiliki tujuan atau arah hidup yang jelas dan berorientasi terhadap prestasi.

(12)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dengan baik, kelak anak – anak kita akan menjadi aset bangsa dan negara, yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara tersebut, sehingga diperlukan bimbingan dan pengawasan yang baik serta ketat untuk menghasilkan penerus – penerus yang bermoral baik, berwawasan jauh serta paham akan fungsinya sebagai generasi penerus.

Sebelum anak – anak tiba ke tangan pendidik atau guru di sekolah, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Peranan dan fungsi orangtua berpengaruh besar terhadap kepribadian dan perkembangan tabiat anak.

(13)

Perubahan – perubahan yang serba cepat dari globalisasi, modernisasi, industrialisasi dan IPTEK telah mengakibatkan perubahan – perubahan nilai – nilai kehidupan sosial dan budaya. Perubahan yang terjadi antara lain pada nilai moral, etika, kaidah agama, pendidikan anak di rumah serta pergaulan dari dunia luar.

Kecanduan internet tampaknya menjadi gangguan umum. Secara konseptual, melibatkan online dan atau offline penggunaan komputer dan terdiri dari paling sedikit tiga subtipe : game berlebihan, keasyikan seksual, dan e – mail / text pesan. Semua empat komponen berikut yang mempengaruhi : 1) penggunaan yang berlebihan, sering dikaitkan dengan hilangnya rasa waktu atau pengabaian drive dasar, 2) penarikan, termasuk perasaan marah, ketegangan, dan atau atau depresi saat komputer tidak dapat diakses, 3) toleransi, termasuk kebutuhan untuk peralatan komputer yang lebih baik, software lain, atau jam lebih penggunaan, dan 4) dampak negatif, termasuk argumen, berbohong, prestasi buruk, isolasi sosial, dan kelelahan.

(14)

psikotropika ( suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku ), dan mungkin 20% sampai 24% memerlukan rawat inap.

Karena siswa sekolah rata – rata Selatan Korea tinggi menghabiskan sekitar 23 jam setiap game minggu, 1,2 juta lainnya diyakini berada pada risiko kecanduan dan membutuhkan konseling dasar. Secara khusus, terapis khawatir tentang meningkatnya jumlah individu putus dari sekolah atau bekerja untuk menghabiskan waktu pada komputer. Pada bulan Juni 2007, Korea Selatan telah melatih 1.043 konselor dalam pengobatan kecanduan internet dan terdaftar lebih dari 190 rumah sakit dan pusat – pusat perawatan. Langkah – langkah pencegahan sekarang sedang diperkenalkan ke sekolah – sekolah.

China juga sangat prihatin dengan gangguan tersebut. Pada sebuah konferensi baru – baru ini, Tao Ran, Ph.D., Direktur Ketergantungan Obat di Beijing Daerah Militer Rumah Sakit Pusat, melaporkan 13,7% dari pengguna Internet Cina remaja memenuhi kriteria kecanduan internet diagnostic – sekitar 10 juta remaja. Akibatnya, pada 2007 China mulai membatasi penggunaan permainan komputer; hukum saat ini sekarang mencegah lebih dari 3 jam penggunaan permainan sehari – hari.

(15)

Meskipun perbedaan budaya, deskripsi kasus Amerika Serikat adalah sangat mirip dengan rekan – rekan Asia, dan tampaknya berurusan dengan masalah yang sama. Sayangnya, kecanduan Internet tahan terhadap pengobatan, memerlukan risiko yang signifikan, dan memiliki tingkat kekambuhan tinggi. ( http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/content/full/165/3/306 )

Internet berasal dari kata “ Interconnected Nedworking ” , yaitu sebuah jaringan yang menghubungkan antara satu computer dengan computer lainnya di seluruh dunia dengan menggunakan protocol standart TPC ( Transmission Control Protocol ) / IP ( Internet Protocol ).

Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas

sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi, mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya.

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.

Bila digunakan dengan baik, teknologi internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yg ingin diketahuinya.

(16)

mandi, bahkanenggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata.Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chatting atau email. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.

Internet sehat adalah program komunikasi / kampanye yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh Center for ICT Studies Foundation ( ICT Watch ) sejak tahun 2002.

Internet sehat, sebagai sebuah gerakan akar rumput ( grassroot ), bertujuan untuk mengenalkan / mempromosikan / menggiatkan penggunaan Internet yang aman, nyaman, bermanfaat dan bertanggung – jawab kepada seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder ) termasuk pemerintah, swasta, dan khususnya dari institusi dunia pendidikan K - 12 ( SD s/d SMA ) dan keluarga

Internet sehat adalah kebaikan bersama dan bagaimana pengguna secara

bijaksana berperilaku di dunia maya seperti yang bisa dilakukan di dunia nyata dengan mematuhi norma – norma, nilai – nilai, dan adat yang berlaku.

(17)

pengetahuan tentang masalah internet itu sendiri. Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, antara lain : keluarga, pergaulan dan media. Dan biasanya perilaku penyalahgunaan internet oleh remaja cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya merupakan suatu aspek yang positif bagi perkembangan anak, karena dengan teman sebayanya sangat diperlukan untuk mempelajari pola interaksi sosial yang dibutuhkan pada masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja tersebut memiliki aturan – aturan yang tidak jarang bertentangan dengan aturan yang berlaku di masyarakat, maka disinilah pengaruh negatif teman sebaya terhadap praremaja. Tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang karena pengaruh teman sebayanya.

Umumnya faktor penyebab kenakalan remaja disebabkan tidak adanya perhatian dan curahan kasih sayang dari orangtua. Anak sering diberikan uang berlebihan sebagai ganti tanggung jawab dan perhatian orangtua ( Kuntaraf, 1999 : 209 ). Orangtua sering memberikan kelonggaran dan “ serba boleh ” ( Greater Perissivness ) kepada anak.

(18)

seperti lebih sibuk berfacebook daripada berkumpul dengan keluarga atau orang lain.

Perilaku remaja yang sudah sering dibicarakan dan sudah melebihi batas adalah penyalahgunaan kepercayaan, yang akan membentuk perilaku remaja terhadap penyalahgunaan internet. Anak diharapkan menjauhi internet serta menghindarkan anak agar tidak menyalahgunakan internet, seperti mengunjungi situs – situs porno, perjudian ( game poker, dan sebagainya ), penipuan dan carding.

Agar tidak terjadi hal – hal tersebut, maka seharusnya disini komunikasi antara orangtua dan remaja ditekankan pada perhatian orangtua pada remaja dan waktu luang orangtua bagi anak remajanya. Berbagai masalah remaja yang muncul saat ini, baik yang berhubungan dengan perilaku penyalahgunaan sarana internet, disebabkan antara lain oleh kurangnya perhatian dan bekal yang diterima anak dari orangtuanya atau orang dewasa yang berada di sekitarnya. Semua berawal dari masalah kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak.

(19)

Komunikasi di keluarga, peran orangtua menjadi sangat penting kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua berkomunikasi kepadanya. Komunikasi akan sukses apabila orangtua memiliki kredibilitas di mata anaknya.

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau anak ke orangtua, atau anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan. Ada sejumlah norma yang diwariskan orangtua kepada anak misalnya norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma etika, dan juga norma moral ( Bahri, 2004 : 37 ).

(20)

dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh terhadap sikap, hubungan yang makin baik dari tindakan.

Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orangtua. Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orangtua terhadap anak – anaknya. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dalam anggota masyarakat yang sehat.

Terdapat dua faktor yang dapat membentuk kepribadian anak, yaitu faktor internal yang berasal dari lingkungan keluarganya sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar rumah yaitu masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolute karena sifat alami dimana tidak mungkin seorang anak dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya dan terbebas sama sekali dari pengaruh – pengaruh dalam lingkungan sekitarnya.

(21)

dalam keluarga harus lebih dominan daripada faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.

Keluarga yang fungsional ditandai adanya beberapa karakteristik yang bersikap terbuka dan jujur serta adanya komunikasi antar anggota keluarga yang berlangsung dengan baik, apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi sebagai keluarga maka keluarga tersebut mengalami stagnasi ( kemandekan ) atau disfusi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi keluarga ( khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak ).

Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga ( Kriswanto, 2005 : 9 )

Komunikasi merupakan faktor yang penting bagi perkembangan diri anak, karena ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya prilaku nakal pada anak. Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian anak mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orangtua dalam menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.

(22)

Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).

Menurut Yusuf ( 2001 : 51 ) pola komunikasi orangtua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Pola komunikasi membebaskan ( Permissive )

Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa

batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

2. Pola komunikasi Otoriter

(23)

Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.

3. Pola komunikasi Demokratis

Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Mereka membuat semacam aturan – aturan yang disepakati bersama. Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini sehingga ( Wrigh, 1999 : 93 ), mengatakan bahwa salah satu cara terpenting untuk

membantu anak – anak menjadi orang dewasa yang berarti adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka secara positif. Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh urutan kelahiran dalam keluarga, struktur syaraf dan lain sebagainya, dan hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak.

Pendapat ini diperkuat oleh ( Arhnardi, 1999 : 248 ), mengatakan bahwa suasana rumah yang hangat dan adanya perhatian, pengukuhan, penghargaan, kasih sayang dan saling percaya akan melahirkan anak – anak yang kelak hidup dengan nilai – nilai positif pula.

(24)

terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola komunikasinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola komunikasi orangtua seperti itu dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak.

Orangtua harus berkomunikasi masalah penggunaan internet secara sehat dengan anak remajanya dan dapat memberikan penjelasan secara tepat sehingga anak dapat mengerti dan menerima informasi tentang internet dengan baik. Komunikasi yang baik dan efektif diharapkan dapat mengatasi perilaku yang salah pada anak salah satunya perilaku penyalahguanaan internet di kalangan remaja.

Dalam menyampaikan pendidikan tersebut dapat dilaksanakan secara fleksibel artinya pola komunikasi apa yang akan dipergunakan agar para remaja mengerti dan tidak salah presepsi tentang pengetahiuan berinternet sehat. Pengetahuan internet sehat yang diberikan secara transparan bertujuan sebagai pemenuhan kebutuhan untuk menjawab rasa keingintahuan anak terhadap seputar internet. Informasi yang diberikan harus bersih dari muatan – muatan pornografi, perjudian, penipuan, carding dan sebagainya yang dapat menyebabkan anak ingin mencoba dan mempraktekkannya.

(25)

bermutu dan ilmiah supaya dapat memberikan pengetahuan seputar internet yang sehat tidak canggung dan dapat dipertanggungjawabkan. Inilah permasalahan yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian tentang pola komunikasi orangtua terhadap remaja tentang berinternet sehat di Surabaya.

Kota Surabaya adalah tempat bermuaranya segala nilai sosial dan budaya yang mengalir dari kota – kota metropolitas dan nilai barat, dimana warnet banyak didirikan berdekatan dengan institusi – institusi pendidikan. Kota Surabaya kini menjadi suatu kota untuk melakukan modernisasi kehidupan social sehingga mampu mengubah pola – pola kehidupan masyarakat dari yang semula tertutup dalam masyarakat tradisional menjadi perilaku yang terbuka ( masyarakat modern ) salah satu cirri dari masyarakat modern, keberanian untuk menghadapi

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah pola komunikasi orangtua dengan anak remaja dalam berinternet sehat di Surabaya ?

1.3Tujuan Penelitian

(26)

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah wacana komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi khususnya tentang pola komunikasi orangtua dengan anak remaja dalam berinternet sehat di Surabaya.

1.4.2 Praktis

(27)

16 2.1.1 Teori Self Disclosure

Teori Self Disclosure sering disebut teori “ Johari Window ” atau

Jendela Johari. Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing –

masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu

mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan

orang lain ( Lilliweri, 1997 : 49 ). Garis besar teoritis Jendela Johari

dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Penulis tahu Penulis tidak tahu

Orang lain tahu 1. TERBUKA 2. BUTA

[image:27.595.209.510.389.492.2]

Orang lain tidak tahu 3. TERSEMBUNYI 4. TIDAK KENAL

Gambar 2.1

Jendela Johari Tentang Bidang Pengenalan Diri

Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri

sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya saat

berhubungan dengan orang lain.

Bingkai 1. Menunjukkan orang yang terbuka keterbukaan terhadap

orang lain.

Keterbukaan itu disebabkan dua pihak ( penulis dan orang lain ) sama

– sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan,

(28)

terbuka ”adalah bidang yang paling ideal dalam hubungan dan

komunikasi antar pribadi.

Bingkai 2. Adalah bidang buta.

“ Orang Buta ” adalah orang yang tidak mengetahui banyak hal

tentang dirinya sendiri namun orang lain menngetahui banyak hal

tentang dia.

Bingkai 3. Disebut “ Bidang Tersembunyi ” yang menunjukkan

keadaan bahwa berbagai hal diketahui oleh diri sendiri namun orang

lain tidak mengetahui tentang dirinya.

Bingkai 4. Disebut “ Bidang Tak Dikenal ” yang menunjukkan bahwa

berbagai hal tidak diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain.

Model Jendela Johari dibangun berdasarkan delapan asumsi yang

berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi – asumsi itu menjadi

landasan berpikir para kaum humanistik ( Liliweri, 1997 : 50 ).

Asumsi pertama, pendekatan terhadap perilaku manusia harus

dilakukan secara holistic. Artinya kalau kita hendak menganalisis

perilaku manusia maka analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks

dan jangan terpenggal – penggal.

Asumsi kedua, apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang

hendaklah dipahami melalui presepsi dan perasaan tertentu, meskipun

(29)

Asumsi ketika, perilaku manusia lebih sering emosional bukan

rasional. Pendekatan humanistic terhadap perilaku sangat menekankan

betapa pentingnya hubungan antar faktor emosi dengan perilaku.

Asumsi keempat, setiap individu atau kelompok orang sering tidak

menyadari bahwa tindakan – tindakannya dapat menggambarkan

perilaku individu atau kelompok itu. Oleh karena itu para pakar aliran

humanistic sering mengemukakan pendapat mereka bahwa setiap

individu atau kelompok perlu meningkatkan kesadaran sehingga

mereka dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.

Asumsi kelima, faktor – faktor yang bersifat kualitatif misalnya derajat

penerimaan antarpribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan

faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia.

Asumsi keenam, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh

proses perubahan perilaku bukan oleh stuktur perilaku. Berdasarkan

asumsi ini maka teori – teori yang dikembangkan oleh kaum

humanistic selalu mengutamakan tema – tema perubahan dan

pertumbuhan perilaku manusia.

Asumsi ketujuh, kita dapat memahami prinsip – primsip yang

mengatur perilaku melalui pengujian terhadap pengalaman yang

dialami individu. Cara ini relatif lebih baik daripada kita memahami

perilaku melalui abstrasi secara deduktif. Asumsi ini mengingatkan

(30)

pengamatan empiris dari berbagai pengalaman masih lebih kuat

daripada suatu sekedar mengabtrasi perilaku manusia semata.

Asumsi kedelapan, perilaku manusia dapat dipahami dalam seluruh

kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini

berkaitan erat dengan asumsi pertama yang menganjurkan suatu

pendekatan yang holistic terhadap perilaku manusia.

2.2. Internet

Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas

sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara

ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi,

mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya.

Internet itu sendiri berasal dari kata Interconnection Networking, yang

berarti hubungan dari banyak jaringan komputer dengan berbagai tipe dan

jenis, dengan menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, salelit, dan

lainnya.

Internet memberikan banyak sekali manfaat, ada yang bisa memberikan

manfaat baik dan buruk. Baik bila digunakan untuk pembelajaran informasi

dan buruk bila digunakan untuk hal yang berbau pornografi, informasi

kekerasan, dan lain – lainnya yang negatif.

Internet ini memungkinkan pengguna komputer di seluruh dunia untuk

saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan cara saling mengirimkan

(31)

dan menerima file dalam bentuk text, audio, video, membahas topik tertentu

pada newsgroup, website social networking dan lain – lain.

Bila digunakan dengan baik, teknologi Internet tentu berdampak positif.

Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yang ingin diketahui.

Dengan hanya mengetikkan kata pada mesin pencari ( search engine ), ada

banyak situs web yang dirujuk tentang informasi tersebut. Adanya e-mail

memungkinkan seseorang dapat mengirim sebuah surat untuk orang lain

dengan cepat dan mudah. Ruang obrol ( chatting room ) memungkinkan

seseorang untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang saling berjauhan

sekaligus. Atau yang sedang marak, hadirnya situs web jejaring sosial

seperti Facebook atau Friendster yang memungkinkan seseorang untuk

menemukan teman lama yang sudah lama tidak dijumpai.

Namun, hal positif dari Internet ternyata dapat berakibat buruk bila

digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau

kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama – lama di depan komputer

sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi

bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu

menyukai Internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan

mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari

dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia

bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu

(32)

online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik,

kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.

Internet bisa menjadi perpustakaan bebas dan internasional yang mampu

memberi kemudahan bagi kita untuk mencari berbagai informasi dan

pengetahuan. Internet juga dapat menjadi ladang bekerja bagi sebagian besar

para Profesional.

Namun, bagi para remaja sebaiknya tidak terlalu mendewakan internet,

karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa remaja yang menghabiskan

waktunya untuk chatting dan bermain game online hampir bisa di pastikan

akan lebih cepat terpengaruh dampak buruk dari ke canggihan dunia internet.

Dampak buruk dapat berimbas bagi masa depan sang remaja, secara

bertahap dan tidak sadar ia akan semakin tidak menghargai waktu di dunia

nyata, dan semakin jauh dari hubungan sosial dengan sesama di sekitarnya, ia

juga akan semakin merasa bahwa dunia maya tersebut terlihat nyata, dan tanpa

disengaja juga akan semakin menyendiri dan memperbanyak melamun,

mungkin juga terkadang diselahi tertawa sendiri

Tips menghindari pengaruh buruk terhadap kecanduan chating dan main

game online adalah dengan bersosialisasi dengan orang disekitar kita, misal

keluarga, kawan – kawan, teman kerja, tetangga, teman ngopi dan lainnya.

2.2.1. Dampak Positif

Dampak positif internet sudah bisa dipatikan memberikan sumbangsih

yang sangat besar bagi peradaban manusia, semisal dalam hal transfer

(33)

adanya internet, informasi yang harus disampaikan dapat di terima dengan

hitungan detik, artinya dengan adanya internet proses penyampaian informasi

dapat di lakukan dengan sangat cepat.

Sebenarnya bukan hanya sebatas hal diatas manfaat dari internet,

melainkan masih banyak sekali dampak positif internet bagi kehidupan

manusia, nah dibawah ini adalah beberapa dampak positif internet bagi

manusia.

a. Media pertukaran data dengan cepat

Internet dapat digunakan untuk media pertukaran , baik itu menerima

ataupun mengirim data semisal e – mail, newsgroup.

b. Hiburan

Internetpun dapat menjadi sarana yang baik untuk digunakan sebagai

hiburan, diinternet banyak sekali fasilitas yang dapat digunakan untuk sekedar

menghibur diri, semisal mendengatkan musik , main game dsb.

c. Melakukan EFISIENSI BIAYA

Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa internet dapat digunakan untuk

melakukan efisiensi biaya, bayangkan saja dengan internet kita bisa

berkomunikasi dengan rekan, keluarga, dan sebagainya, dengan biaya yang

murah, selain itu sekarang ini banyak sekali bisnisman yang

memanfaatkan internet untuk mempromosikan produknya melalui web – web

(34)

d. Internet sebagai media untuk Pendidikan

Internet dewasa ini telah digunakan sebagai median dalam tranformasi

ilmu, sekarang banyak sekali lembaga penndidikan yang

memanfaatkan internet sebagai media membelajaran melalui e – learning dsb.

( http://ipoetmedia.blogspot.com/2010/07/dampak-positif-internet.html )

2.2.2. Dampak Negatif

Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa selain internet membawa dampak

positif, intenetpun membawah dampak negatif, nah dibawah ini adalah

beberapa dampak negatif internet yang dapat penulis informasikan :

a. Pornografi

Banyak yang menganggap bahwa internet identik dengan pornografi,

penulis kira hal tersebut emang tidak salah, mengingat internet dapat

digunakan untuk kegiatan yang sifatnya pornografi. Bayangkan,

dengan internet seseorang bisa mengakses homepage atau situs yang berisikan

content khusus dewasa, artinya bahwa dengan kemudahan ini seseorang akan

dengan mudah menemukan hal – hal yang berbau porno.

b. Perjudian

Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya internet,

sangat menguntungkan bagi pelaku perjudian, betapa tidak, perjudian di

sekarang binis semakin marak, bahkan perjudian di internet diatur dengan

sedemikian rupa sehingga seseorang yang melakukan judi dapat berada di

(35)

c. Penipuan

Penipuan terbilah cukup marak terjadi di internet, hal ini terjadi

dikarenakan adanya kemudahan transaksi tanpa – tatap muka yang kemudian

berujung pada mudahnya seseorang di tipu oleh orang lain.

d. Mengabaikan kehidupan sosial.

Adakalanya seseorang yang telah kecanduan internet, bisa saja

menghiraukan sosial disekelilingnya, orang tersebut bisa terpaku seharian

di internet tanpa tahu apa yang ada di lingkunagnnya, hal ini memang cukup

berbahaya jika terjadi, untuk itulah jika anda seorang netter, sebisa mungkin

luangkan waktu untuk sekedar berbincang atau bercakap – cakap dengan

masyrakat sekitar.

e. Kecanduan internet.

Internetpun bisa menyebabkan ketergantungan ( hal ini bisa terjadi ketika

seseorang telah sangat suka terhadap jejaring sosial ataupun game online )

hingga mengakibatkan lupa waktu dalam kehidupannya

( http://ipoetmedia.blogspot.com/2010/07/dampak-negatif-internet.html )

Ketergantungan pada internet mulai merambah kota – kota besar di

Indonesia. Sayangnya tidak semuanya berdampak positif, bahkan sejauh ini

pengguna internet lebih dominan melakukan kegiatan – kegiatan negatif.

Untuk dapat mengambil tindakan yang tepat, sebelumnya perlu ada pengertian

yang jelas dan praktis terhadap ketergantungan yang tidak sehat akan internet

(36)

a. Cybersexual addiction

yaitu obsesi untuk melihat, men – download dan memperdagangkan

pornografi. Chat rooms yang berisi fantasi dan role playing untuk dewasa juga

termasuk dalam kategori ini.

b. Cyber – relational addiction

adalah keterlibatan yang berlebihan pada hubungan yang terjalin melalui

internet ( seperti melalui chat room dan virtual affairs ) sampai kehilangan

kontak dengan hubungan – hubungan yang ada dalam dunia nyata.

d. Net gaming

yaitu sejenis kecanduan karena judi, bermain game, berbelanja dan

kegiatan jual beli saham melalui internet yang mengganggu pekerjaan dan /

atau mengakibatkan terjadinya utang.

e. Information overload

Karena menemukan informasi yang tidak habis – habisnya yang tersedia di

internet, sejumlah orang rela menghabiskan waktu berjam – jam untuk

mengumpulkan dan mengorganisir berbagai informasi yang ada.

f. Computer addiction

Riset menemukan bahwa beberapa organisasi mengalami dampak negatif

sebagai akibat dari kecanduan akan games off – line ( seperti Solitaire dan

Tetris yang populer di dekade 1980 – an lalu ), yang memang rata – rata

banyak di – install dalam komputer.

(37)

2.2.3 Internet Sehat

SEJARAH INTERNET SEHAT

a) Pada masa sekarang ini terjadi tindakan pornografi, perjudian,

kekerasan ( sadisme ) dan rasialisme di dunia maya. Belum lagi

dengan aneka macam program jahat ( virus, worm, trojan horse,

spyware ) yang dapat mencuri bahkan merusak data di komputer,

serangan e – mail sampah ( spam ), penipuan, pelanggaran privasi

hingga pelecehan seksual.

b) Program Internet Sehat digagas pertama kali oleh institusi nirlaba ICT

Watch pada tahun 2002. Kini telah mendapatkan pengakuan secara

internasional, mendapatkan Pengakuan Secara internasional, termasuk

pada workshop OpenNet Initiative di Malaysia, Juni 2009. Beberapa

program Internet Sehat diantaranya Internet Sehat Blog Award, Lab

Komputer Sehat, hingga pengadaan buku/booklet dan CD-ROM

Internet Sehat

PENGERTIAN INTERNET SEHAT

a) Internet sehat adalah program komunikasi / kampanye yang digagas,

diinisiasi dan dijalankan oleh yang digagas, diinisiasi dan dijalankan

oleh Center for ICT Studies Foundation ( ICT Watch ) sejak tahun

2002.

b) Internet sehat, sebagai sebuah gerakan akar rumput ( grassroot ),

bertujuan untuk mengenalkan / mempromosikan / menggiatkan

(38)

– jawab kepada seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder )

termasuk pemerintah, swasta, dan khususnya dari institusi dunia

pendidikan K - 12 ( SD s/d SMA ) dan keluarga

( http://www.scribd.com/doc/23307725/Internet-Sehat-Baru )

Internet sehat adalah segala hal yang berkaitan dalam akses mengakses

internet yang memilki nilai positif bagi para pengguna internet agar senantiasa

memberikan hal yang terbaik bagi diri sendiri maupun pada orang lain, baik

dari golongan anak muda atau remaja, siswa maupun siswi, keluarga, saudara

juga pada pendidikan saat ini.

Meski hal ini masih dianggap kurang diperhatikan oleh sebuah internet

bagi kehidupan manusia yang ada di bumi tapi kualitas yang terselip dari

beberapa situs yang tidak baik ada situs yang baik dan bermanfaat bagi

kehidupan manusia. Berbagai situs dikategorikan dengan sederhana agar

mempermudah manusia dalam mencari informasi.

Dari ketegori tersebut yang diketahui situs ilmu dan pendidikan, situs

berita dan infomasi, situs remaja dan keluarga, situs komputer dan TI, dan lain

– lain.

Salah satu dasar program internet sehat adalah memberikan masukan,

tatacara, pengertian dan penjelasan tentang sebuah manfaat dunia internet

secara positif kepada masyarakat agar secara sadar mulai dapat memisahkan

mana yang baik yang bisa di ambil dan mana yang buruk untuk di singkirkan.

Para orangtua yang selama ini ketakutan dapat membaca sebuah panduan dan

(39)

memberikan pengajaran serta didikan yang menjadi dasar terkuat untuk anak

anak kita di kemudian hari.

( http://si.bona.web.id/catatan/?padalah94 )

Internet sehat dapat dikategorikan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam

sempit internet sehat adalah dimana jika pengguna melakukan aktivitas

berselancar di dunia maya atau pengguna berada di internet entah itu

browsing, download, games online ataupun hanya sekadar social activity.

Dan internet sehat dalam arti sempit dan lebih spesifikasi adalah segala hal

yang berkaitan dalam akses mengakses internet yang memiliki nilai positif

bagi para pengguna internet agar senantiasa memberikan hal yang terbaik bagi

diri maupun orang lain, baik dari golongan anak muda atau remaja, siswa

maupun siswi, keluarga, saudara. Meski hal ini masih dianggap kurang

diperhatikan oleh pengguna namun sebuah internet bagi kehidupan sangat

berperan penting dalam kehidupan entah itu dalam hal terkecil hingga hal

yang terbesar pun.

( http://adomburn.hyperphp.com/?padalah65 )

Internet sehat adalah kebaikan bersama dan bagaimana pengguna secara

bijaksana berperilaku di dunia maya seperti yang bisa dilakukan di dunia

nyata dengan mematuhi norma – norma, nilai – nilai, dan adat yang berlaku.

2.3. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dihindari dalam

kehidupan kita sehari – hari, komunikasi merupakan hal yang penting dalam

(40)

hidup saling berdampingan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan

antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi verbal

( bahasa ) maupun komunikasi non verbal ( simbol, gambar atau media

komunikasi lainnya ).

Istilah komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal

dari kata Latin communis yang berarti “ sama ”, communico,

communication, atau communicare yang berarti “ membuat sama ” ( to

make common ) ( Dedy Mulyana, 2002 : 41 ). Banyak makna arti kata

komunikasi, namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para

ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan makna yang hakiki, yaitu

komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada

orang lain untuk membertahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,

baik secara langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media

( Effendy, 2002 : 5 ).

2.4. Pengertian Keluarga dan Pola Komunikasi

2.4.1. Pengertian Orangtua

Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan

ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah

yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orangtua memiliki

tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak –

anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak

untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian

(41)

orangtua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah

tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak –

anak.

Orangtua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang

dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orangtua itu

adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu

dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak

juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan

cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan

sehari – hari, selain itu orangtua juga telah memperkenalkan anaknya

kedalam hal – hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara

jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka

pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari

orangtuanya. Karena orangtua adalah pusat kehidupan rohani si anak

dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap

reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh

oleh sikapnya terhadap orangtuanya di permulaan hidupnya dahulu.

Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang

penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak – anak. Sejak

seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh

karena itu ia meniru perangai ibunya dan bisaanya seorang anak

lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya

(42)

mula – mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama

untuk dipercayainya.

(

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-orang-tua.html )

2.4.2. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti

yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional

sosial dan fisik ( Hurlock, 1992 ). Remaja sebenarnya tidak

mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak

tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang

dikemukakan oleh Calon ( dalam Monks, dkk 1994 ) bahwa masa

remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena

remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki

status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari ( 2004 : 53 ) masa

remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki

masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun

sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat ( 1990 : 23 )

remaja adalah:

Masa peralihan diantara masa kanak – kanak dan dewasa. Dalam

(43)

perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka

bukanlah anak - anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau

bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock ( 2003: 26 ) bahwa

remaja ( adolescene ) diartikan sebagai masa perkembangan transisi

antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan

biologis, kognitif, dan sosial – emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah

antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya

dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun adalah masa remaja awal, 15

– 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun

adalah masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono

membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra –

remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja

pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun

( Deswita, 2006 : 192 )

Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah

Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja

adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa

dengan rentang usia antara 12 – 22 tahun, dimana pada masa tersebut

terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun

psikologis.

(44)

2.4.3 Hubungan Orangtua dan Anak

Beberapa studi berkaitan dengan orangtua dan anak pada mulanya

diasumsikan bahwa proses pengaruh tidak bersifat langsung dalam

keluarga. Asumsi tersebut memandang anak sebagai pasangan atau

partner pasif dalam bersosialisasi, yaitu menunggu pembentukan

proses yang dilakukan oleh orangtua ( Hartup, 1978 ).

Dengan menyadari bahwa anak memberikan kontribusi pada

keterkaitan hubungan perkawinan orangtua dalam keluarga, maka

muncullah teori yang mengedepankan atau berpusat pada pentingnya

anak dalam keluarga atau child centered theory ( Bell, 1968 ).

Selanjutnya Peterson dan Rollins ( 1987 ) menyebut pandangan seperti

ini sebagai orientasi pembalikan cermin kaca ( mirror reverse ), yaitu

suatu teori yang menyatakan bahwa perilaku anak bisa mengubah atau

mempengaruhi orangtuanya. Proses ini tidak hanya terjadi pada masa

anak – anak, usia remaja dan dewasa saja tetapi juga sejak anak masih

bayi bahkan ketika masih dalam kandungan dan berpengaruh pada

proses kelangsungan keluarga ( Lerner dan Spanier, 1987 ). Perilaku

anak bisa menstimulasi, mendorong, memotivasi dan bahkan

memberikan reward pada tindakan orangtua.

Akhir – akhir ini, baik masa pembentukan suasana sosial ( social

mode ) maupun masa orientasi pencerminan balikan perilaku ( mirror

reverse ) telah dipadukan dengan pandangan lain yaitu suatu

(45)

dan bersama – sama mereka saling pengaruh mempengaruhi.

Pendekatan berdasarkan saling berpengaruh ( mutual influence )

menyatakan bahwa setiap anggota keluarga berperan serta dalam

stimuli perilaku anggota lainnya ( Capella, 1978 ). Sebagian besar

penelitian pada antar individu terjadi pada kerangka proses sosialisasi

( social mould framework ), meskipun ada juga beberapa penelitian

perkembangan teori pembalikan perilaku ( mirror reserve ) dan saling

mempengaruhi (mutual influenc), khususnya dalam penelitian tentang

hubungan antar pribadi.

Adapun perilaku yang dirancang untuk mendapatkan apa yang

diharapkan oleh orangtua dinamakan pesan pengontrol ( control

messages ). Pesan – pesan ini meliputi perilaku paksaan ( coercion ),

induksi dan tidak memberikan kasih sayang ( love withdrawal ).

Paksaan ( corceive ) berfokus pada alasan – alasan eksternal misalnya

anak harus menurut orangtua. Contoh pesan seperti ini adalah

hukuman fisik penerapan langsung terhadap pemaksaan, dan tidak

memberikan materi – materi yang dibutuhkan atau dalam bentuk

ancaman. Strategi pengontrol tersebut sering berpengaruh pada harga

diri, kinerja akademik ( sekolah ), dan kreatifitas anak – anak mereka

( Peterson dan Rollins, 1987 ).

Pesan pendorong atau pembangkit semangat ( induction messages )

berfokus pada alasan – alasan internal bahwa anak harus sesuai dengan

(46)

mengikuti orangtua. Orangtua bisa saja, misalnya, memberikan contoh

akibat perilaku anak terhadap orang lain. Penelitian yang mengamati

pesan pendorong yang dipakai orangtua pada anaknya adalah

penelitian yang berdasarkan aliran kontruktifis ( Applegate, Burlerson,

dan Adelia, 1992 ). Teori ini khususnya berkaitan dengan komunikasi

yang menonjolkan refleksi atau pesan yang mendorong anak

memahami bagaimana tindakan berkembang dan akibatnya secara

psikologis. Yang membedakan individu dengan jenis pesan orangtua

berhubungan dengan perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.

Tanpa pemberian kasih sayang ( love withdrawal ) menggunakan

dua kombinasi dari dua teori tersebut yaitu tekanan eksternal dan

internal untuk penyesuaian pada orangtua, menunjukkan adanya

ketidaksetujuan perilaku anak pada orangtua dan implikasinya adalah

bahwa kasih sayang tidak akan diberikan apabila anak tidak menurut

orangtua. Love withdrawal tercermin pada tidak adanya kasih sayang,

mengisolasi anak, pernyataan terus terang penolakan, perilaku non

verbal yang menunjukkan perasaan dingin dan kekecewaan ( Rollins

dan Thomas, 1979 ).

Stafford dan Bayer ( 1993 ) menulis secara komprehensif review

dari pengaruh pesan – pesan orangtua yang bersifat mengontrol

( controlling ) dan mendukung ( supportive ) terhadap harga diri anak,

(47)

Prosedur yang bertujuan menyesuaikan ( compliance – gaining

procedures ) bisa berjalan baik dalam usaha mensosialisasikan anak

pada harapan orangtua tetapi menghasilkan berbagai macam dampak

pada solidaritas keluarga. Seperti yang diteliti oleh Stafford dan

Bayer ( 1993 ) bahwa gaya pesan hanya bisa berpengaruh secara

efektif pada jangka pendek untuk mendapatkan penyesuaian.

2.4.4 Pola Komunikasi

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan

komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara

dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud

dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi

adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan

pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat

dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).

Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan

dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam

proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun

nonverbal.

Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang

khusus mempunyai anak remaja yang tergolong dalam kategori

nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak –

(48)

Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk

hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara

orang tua dan anak remajanya tanpa komunikasi kehidupan keluarga

akan sepi dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran.

Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar

dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri,

komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan

anak, komunikasi ibu dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam

rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Komunikasi

yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi dalam memberikan

pengetahuan penggunaan internet secara sehat terhadap anak remaja.

Menurut Yusuf ( 2001 : 51 ) pola komunikasi orangtua dapat

diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Pola komunikasi Permissive ( membebaskan )

Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa

batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan

keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan

Pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap

mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan,

serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara

(49)

2. Pola komunikasi Authoritarian ( otoriter )

Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang

anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi

otoriter mempunyai aturan – aturan yang kaku dari orangtua. Dalam

pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya

tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak

untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau keran,

cendenrung emosinal dan bersikap menolak.

Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut,

pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak

mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.

3. Pola komunikasi Authoritative ( demokratis )

Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya

ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak.

Mereka membuat semacam aturan – aturan yang disepakati bersama.

Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba

menghargai kemampuan anak secara langsung.

Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini sehingga

( Wrigh, 1999 : 93 ), mengatakan bahwa salah satu cara terpenting

untuk membantu anak – anak menjadi orang dewasa yang berarti

adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka secara positif.

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh urutan

(50)

hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting

pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak.

Pendapat ini diperkuat oleh ( Arhnardi, 1999 : 248 ), mengatakan

bahwa suasana rumah yang hangat dan adanya perhatian, pengukuhan,

penghargaan, kasih sayang dan saling percaya akan melahirkan anak –

anak yang kelak hidup dengan nilai – nilai positif pula.

Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara

komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan suportif

untuk saling menerima satu sama lain ( Rakhmat, 2002 : 192 ). Adapun

sikap yang saling mendukung kelancaran komunikasi dengan anak –

anaknya adalah :

a. Mau mendengarkan sehingga anak – anak lebih berani membagi

perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan

permasalahan yang mendalam.

b. Menggunakan empati untuk pandangan – pandangan yang berbeda

dengan penunjukkan perhatian melalui syarat – syarat verbal dan

nonverbal saat komunikasi berlangsung.

c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk

mengutarakan pikiran dan perasaannya, dan kebebasan

menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat

(51)

Menurut Hastuti dalam ( Kartono, 2000 : 154 ), akibat dari pola

komunikasi ini adalah :

a. Pikiran akan berkembang karena anak dapat mengungkapkan isi

hatinya dan pikirannya dan dapat mengemukakan usul – usul serta

berpendapat berdasarkan penalarannya.

b. Orangtua atau anggota keluarga lain akan mengetahui dan

mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak

selanjutnya.

2.4.5 Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Keluarga merupakan sistem terkecil dalam sebuah masyarakat

memiliki fungsi – fungsi yang secara umum meletakkan dasar

kehidupan dan membantu generasi penerusnya untuk bertahan. Maka

peran orangtua sebagai peran pertama dalam keluarga yang

berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peran dalam

pembentukan dan perkembangan mental anak yang sedang mengalami

kesulitan – kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.

Dalam lingkungan keluarga, komunikasi juga merupakan suatu hal

yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai alat atau media

penjembatan dalam hubungan antar anggota keluarga. Buruknya

kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk bagi

keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga itu sendiri.

Komunikasi dalam keluarga perlu dibangun secara harmonis dalam

(52)

yang dibangun akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pola pikir

anak, serta mempengaruhi kondisi kejiwaan anak, secara langsung dan

tak langsung. Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila

didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling

terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan

nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga ( Kriswanto,

2005 : 9 )

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam

interaksi keluarga, seorang anak akan memperoleh latihan dasar

mengembangkan sikap sosial dengan baik dan kebisaan berperilaku.

Manfaat yang dapat diambil dari seringnya bertatap muka dan

berinteraksi yaitu disamping dapat mengakrabkan sesama anggota

keluarga. Anak – anak juga terlatih untuk peka terhadap

lingkungannya. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang

efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap hubungan yang makin

baik dari tindakan ( Effendy, 2002 : 8 ).

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik

dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau anak ke orangtua,

atau anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab

orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam

(53)

orangtua kepada anak misalnya norma agama, norma akhlak, norma

sosial, norma etika, san juga norma moral ( Bahri, 2004 : 37 ).

Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun

dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai

dengan harapan orangtua. Dalam lingkungan keluarga orangtua

berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan

komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang

keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orangtua

terhadap anak – anaknya. Perawatan orangtua yang penuh kasih

sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak

menjadi pribadi dalam anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga yang fungsional ditandai adanya beberapa karakteristik

yang bersikap terbuka dan jujur serta adanya komunikasi antar anggota

keluarga yang berlangsung dengan baik, apabila dalam suatu keluarga

tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi sebagai

keluarga maka keluarga tersebut mengalami stagnasi ( kemandegkan )

atau disfusi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi

keluarga ( khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak ).

Terdapat dua faktor yang dapat membentuk kepribadian anak,

yaitu faktor internal yang berasal dari lingkungan keluarganya sendiri

dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar rumah yaitu

masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan

(54)

dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya dan

terbebas sama sekali dari pengaruh – pengaruh dalam lingkungan

sekitarnya.

Kedua faktor tersebut merupakan tugas orangtua untuk melakukan

pembinaan dan menyikapi secara hati – hati masukan – masukan dari

lingkungan masyarakat agar seorang anak yang masih memerlukan

pembinaan dengan baik dari kedua orangtuanya tersebut secara

signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis – garis keluarga atau

dengan kata lain faktor internal di dalam keluarga harus lebih dominan

daripada faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.

Fase anak merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, dimana pada masa ini anak memiliki sikap tergantung

( dependence ) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence),

minat – minat keingintahuan tehadap sesuatu yang sangat besar,

perenungan diri dan perhatian terhadap nilai – nilai estetika dan isu –

isu moral. Pada usia ini remaja serba labil untuk kematangan berpikir

serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara emosi

( perasaan ) dan rasio ( logika ), sifatnya coba – coba atau eksperimen

sering muncul dan remaja selalu ingin tahu terhadap hal – hal tanpa

melihat apakah itu bersifat positif atau negatif.

Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya merupakan suatu aspek

yang positif bagi perkembangan anak, karena dengan teman sebayanya sangat

(55)

masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja tersebut memiliki

aturan – aturan yang tidak jarang bertentangan dengan aturan yang berlaku di

masyarakat, maka disinilah pengaruh negatif teman sebaya terhadap anak.

Tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang karena pengaruh teman

sebayanya.

2.5. Kerangka Berfikir

Peran keluarga penting terhadap upaya mengembangkan pribadi anak.

Anak yang membutuhkan pengetahuan seputar bagaimana pengunaan media

internet secara sehat. Keluarga khususnya orangtua berkewajiban memberikan

pendidikan atau pengetahuan berinternet sehat secara tepat sejak dini sesuai

dengan norma – norma agama dan norma – norma yang berlaku di msyarakat

agar tidak menyimpang dari norma – norma tersebut.

Melalui pendekatan yang baik dan berkomunikasi yang efektif antara

orangtua dan anak, diharapkan pengetahuan tentang internet secara sehat dapat

diberikan secara fleksibel artinya orangtua mau memahami psikologis anak,

sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memberikan penjelasan seputar

internet dan bagaimana menggunakan berinternet secara sehat serta membuka

tanya jawab dan diskusi antar orangtua dan anak agar terjalin hubungan yang

harmonis dan penuh kasih sayang diantara kedua belah pihak.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha melihat bagaimana pola komunikasi

yang diberikan oleh orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang cara

berinternet sehat pada anak remajanya di Surabaya, sehingga dapat

(56)

menyalahgunakan penggunaan media internet. Dalam memberikan

pengetahuan berinternet sehat ini, pendekatan yang diharapkan adalah melalui

komunikasi yang efektif juga akan menimbulkan hubungan yang makin baik

diantara kedua belah pihak. Dan hubungan harmonis dan penuh kasih sayang

akan mempengaruhi perkembangan prilaku anak yang baik pula ( Rakhmat,

2002 : 13 ). Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi interpersonal

yang efektif. Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian,

kesenangan, dan pengaruh pada sikap, hubungan dan tindakan yang makin

(57)

46 3.1. Definisi Operasional Konsep

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif yang bertujuan

untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara kualitatif pola

komunikasi orang tua terhadap anak remajanya tentang berinternet sehat di

Surabaya. Untuk dapat mempermudah pemahamannya, maka dapat

dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1. Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan

komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara

dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud

dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi

adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan

pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat

dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).

Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan

dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam

proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun

nonverbal.

Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang

(58)

nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak –

anak yang belum kawin ( Yusuf, 2001 : 36 ).

Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan

antara orang tua dan anak remajanya tanpa komunikasi kehidupan

keluarga akan sepi dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran.

Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar

dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri,

komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan

anak, komunikasi ibu dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam

rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga.

Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi dalam

memberikan pengetahuan penggunaan internet secara sehat terhadap

anak remaja.

3.1.2. Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan atau

pendidikan dalam berinternet sehat pada anak remaja

Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan

berinternet secara sehat yang dimaksud disini adalah suatu bentuk

penyampaian dan penerimaan pesan dari keluarga khususnya orang

tua terhadap anak dalam hal proses pengetahuan internet sehat yang

benar tehadap anak remajanya. Pengetahuan tentang internet sehat

yang disampaikan tidak membicarakan hal – hal negatif yang terdapat

(59)

terdapat di dalam media internet, bagaimana kita bereaksi terhadap

penggunaan internet, dan bagaimana kita membawa diri kita dalam

menggunakan internet secara sehat. Pengetahuan berinternet sehat bagi

remaja akan menjadikannya mengerti benar hal – hal yang berkenaan

dengan dirinya dan kebutuhan dirinya. Seorang anak khususnya yang

menginjak remaja, akan lebih mudah membentengi diri dari pengaruh

pengaruh lingkungan yang tidak baik ketimbang di antara teman –

temannya yang sibuk membicarakan sesuatu yang tidak jelas, karena

remaja tersebut sudah mengetahuai hal yang benar tenntang bagaimana

cara berinternet secara sehat dari orang tuanya yang membicarakan

dan memberikan pengetahuan tetntang berinternet sehat sejak dini.

3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak membicarakan hubungan antara

variable sehingga tidak ada pengukuran variable x dan y. penelitian ini

difokuskan pada pola komunikasi orang tua terhadap remaja tentang

berinternet sehat di Surabaya, sehingga tipe penelitian yang digunakan

adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif.

Tipe penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang memberikan

gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya

perlakuan terhadap objek yang diteliti ( Kountur, 2003 : 53 ). Metode ini

merupakan suatu metode yang berupaya untuk memberikan gambaran

tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, yang pada akhirnya akan

(60)

diteliti. Deskriptif dapat juaga diartikan sebagai metode yang melukiskan

variable, satu demi satu.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau

angka – angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat

digeneralisasikan ( membuat kesimpulan yang berlaku umum ) atau bersifat

universa, jadi hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai

dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan

( Kountur, 2003 : 29 ).

Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yaitu mementingkan

makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih bersifat siklus

daripada linier. Dengan demikian pengumpulan data dan analisa data

berlangsung secara stimulant, lebih mementingkan ke dalam di banding

keluasan penelitian, sementara peneliti sendiri merupakan instrument kunci.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pengamatan

berperan serta ( participant observation ) yang didefinisikan mengadakan

pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada yang sekecil

– kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam ( in depth interviev )

( Bondan dalam Moleong 2002 : 117 ).

Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada

peneliti mengungkapkan pendekatan fenomenologis, dimana peneliti

berusaha “ mengungkap ” proses interpretasi dan melihat segala aspek

(61)

orang – orang yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana

suatu pengertian

Gambar

Gambar 2.1 Jendela Johari Tentang Bidang Pengenalan Diri

Referensi

Dokumen terkait

“ selama ini orang tua saya kurang perhatian, jadi dibebaskan gitu saja. Tapi kadang- kadang perhatian juga kalau waktu saya sakit saja jadi selama ini mereka kurang ngontrol

(demokratif). Hubungan interpersonal orang tua dan anak dapat berkembang dengan baik. Terdapat timbal balik dari orang tua ke anak dan sebaliknya. Orang tua dapat

tunggal ( single dad ) yang baru menjalani peran baru ini, tentu tidak mudah melakukannya. Namun, menurut dua psikologi Dr. Henry Cloud dan Dr. Jhon Townsend dalam

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi orang tua tunggal dalam membentuk kecerdasan emosi remaja.Pada kenyataannya, perkembangan

Tentu saja empat keluarga ini memiliki anak penyandang autis sebagai objek yang paling utama enam informan termasuk ayah, ibu ataupun anggota keluarga yang lain yang

Sebagai pedoman atau masukan bagi orang tua tentang cara berkomunikasi yang baik pada anak lewat pola yang ada, sehingga hubungan dapat berjalan dengan harmonis

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kekuatannya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “POLA KOMUNIKASI

Autis merupakan gangguan pervasife yang terjadi pada anak pada 2,5 tahun-17 tahun usia perkembangan anak .untuk mengatasi kasus tersebut maka orang tua