• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Tinggi Fundus Uteri (TFU) - Dwi Arum Ambarwati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Tinggi Fundus Uteri (TFU) - Dwi Arum Ambarwati BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. TINJAUAN TEORI

1. Tinggi Fundus Uteri (TFU)

a. Perubahan Uterus di Masa Kehamilan

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus memunyai berat 70

gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus

akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,

plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume

totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih

dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2009; h. 175).

Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel

otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.

Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik,

terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan

meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada

bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya

usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan ketebalannya

hanya berkisar 1.5 cm bahkan kurang.

Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama

(2)

dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan

kehamian ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu

penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil

konsepsi. Pada awal kehamilan, tuba fallopii, ovarium, dan

ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus,

sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas

pertengahan uterus. Posisi plasenta juga memegaruhi penebalan

sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus yang mengelilingi tempat

implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan

bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata.

Fenomena ini dikenal dengan tanda Piscaseck.

Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti

bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan perkembangan

kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan

menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang

uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga

akan berbentuk oval. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan

hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi

lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar. Pada

akhir kehamilan kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar

dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan

menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan ke

atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati (Prawirohardjo,

(3)

b. Fungsi Pengukuran Tunggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simfisis pubis digunakan

sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan

pertumbuhan janin dan dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan.

(Mufdlilah, 2009; h. 44).

c. Teknik Pengukuran Tunggi Fundus Uteri

1) Teknik Mc Donald

a) Definisi Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan teknik

Mc Donald adalah cara mengukur tinggi fundus uteri

menggunakan alat ukur panjang mulai dari tepi atas simfisis

pubis sampai fundus uteri atau sebaliknya (Mandriwati, 2007;

h. 83).

b) Waktu Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald

Pemeriksaan dilaksanakan setelah melakukan

pemeriksaan inspeksi pada abdomen dan jika umur

kehamilan ibu sudah mencapai 22 minggu (Mandriwati, 2007;

h. 84).

c) Cara Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald

Berikut tata cara pengukuran tinggi fundus uteri

menggunakan teknik Mc Donald:

(1) Menyiapkan alat:

(a) Alat ukur yang tidak elastis.

(4)

(c) Alat – alat ditata pada tempat yang telah disediakan saat mempersiapkan alat untuk pemeriksaan

inspeksi.

(2) Menyiapkan ibu (dilaksanakan bersamaan dengan

persiapan inspeksi):

(a) Menjelaskan tujuan pemeriksaan.

(b) Mengatur posisi ibu berbaring setengah duduk

dengan mengganjal bantal di bagian punggung

bawah untuk kenyamanan ibu dan kedua kaki

diluruskan.

(3) Melaksanakan pemeriksaan

(a) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu.

(b) Meteran didekatkan sehingga mudah mengambil

waktu pemeriksaan.

(c) Tangan kiri dan tangan kanan menentukan bagian

fundus uteri dan memosisikan supaya fundus uteri

berada tepat di tengah abdomen.

(d) Setelah fundus uteri diposisikan tepat di tengah

abdomen, tangan kiri menahan fundus uteri, tangan

kanan menempelkan meteran yang dibalik tepat di

tengah, mulai dari fundus uteri sampai tepi atas

tulang simfisis pubis, atau mulai dari tepi atas tulang

simfisis pubis sampai fundus uteri.

(e) Mengangkat meteran dan membalik, kemudian

(5)

(f) Menggulung pita meteran dengan rapi dan

menempatkan pada tempatnya.

(g) Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu.

2) Teknik palpasi abdominal

a) Definisi Palpasi Abdominal

Palpasi abdominal adalah suatu tindakan pemeriksaan

yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian

perut dengan menggunakan jari atau tangan.

b) Fungsi Palpasi Abdominal

Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh,

adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran.

c) Waktu Palpasi Abdominal

Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup

bulan, setelah pembesaran uterus yang dapat membedakan

bagian-bagian janin (Mufdlilah, 2009; h. 45).

d) Cara Palpasi Abdominal

Tangan bidan harus bersih dan hangat, tangan yang

dingin tidak memiliki kepekaan sentuhan yang dibutuhkan,

tangan ini cenderung mengakibatkan kontraksi abdomen dan

otot uterus dan ibu merasakan palpasi ini tidak nyaman.

Teknik pelaksanaan palpasi menurut Leopold ada 4 tahap:

(1) Leopold I

Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold I :

(a) Untuk mengetahui umur kehamilan berdasarkan

(6)

(b) Menentukan bagian-bagian janin yang berada pada

fundus uteri.

Cara Pemeriksaan Leopold I:

(a) Kedua telapak tangan pemeriksa diletakan pada

puncak fundus uteri.

(b) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia

kehamilan.

(c) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian

fundus (bokong atau kepala atau kosong).

(2) Leopold II

Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold II:

(a) Menentukan batas samping uterus.

(b) Menentukan letak punggung janin yang membujur

dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan

kepala.

Cara Pemeriksaan Leopold II:

(a) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke

bawah sampai di samping kiri dan kanan umbilikus.

(b) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan

lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya.

(c) Tentukan bagian-bagian kecil janin.

(3) Leopold III

Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold III:

(a) Menentukan bagian apa yang berada di uterus

(7)

(b) Mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada

pada bagian bawah uterus sudah atau belum masuk

ke pintu atas panggul ibu.

Cara Pemeriksaan Leopold III:

(a) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan

telunjuk tangan kanan.

(b) Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin

dan tentukan apakah sudah mengalami

enggagement atau belum.

(4) Leopold IV

Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold IV:

(a) Menentukan bagian janin mana yang terletak di

bawah.

(b) Menentukan berapa bagian dari kepala janin yang

telah masuk dalam pintu atas panggul.

Cara Pemeriksaan Leopold IV:

(a) Pemeriksa mengubah posisinya sehingga

menghadap ke arah kiri pasien.

(b) Kedua telapak tangan ditempatkan di sisi kiri dan

kanan bagian terendah janin.

d. Tujuan Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri menggunakan teknik

Mc Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan

(8)

pertama haid terakhir (HPHT), dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan (Mandriwati, 2007; h. 83-84).

Rumus Mc Donald adalah sebagai berikut:

1) Usia kehamilan (hitungan bulan) = tinggi fundus uteri (dalam cm) x

2/7.

2) Usia kehamilan (hitungan minggu) = tinggi fundus uteri (dalam cm)

x 8/7 (Mufdlilah, 2009; h. 45).

e. Hal yang Memengaruhi Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Banyak peneliti telah menyebutkan berbagai hal yang dapat

memengaruhi besar kecilnya Tinggi Fundus Uteri (TFU), diantaranya

adalah:

1) Menurut Gardosi J dan Francis A (2012; p. 309)

(a) Tinggi ibu

(b) Kenaikan berat badan

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan

gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu

sebesar 0.4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi

kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per

(9)

Tabel 2.1 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan

Jaringan dan

cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu

Janin 5 300 1500 3400

Plasenta 20 170 430 650

Cairan amnion 30 350 750 800

Uterus 140 320 600 970

Mammae 45 180 360 405

Darah 100 600 1300 1450

Cairan

ekstraselular 0 30 80 1480

Lemak 310 2050 3480 3345

Total 650 4000 8500 12500

Sumber : Prawirohardjo (2009; h. 180).

(c) Paritas

(d) Kelompok / Etnis

(e) Kebiasaan Merokok

2) Menurut Mongelli et all (1999) dalam Titisari HI (2012; h. 7)

(a) Ukuran ibu

Sebagian besar penambahan berat badan selama

kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Diperkirakan

(10)

Tabel 2.2 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama

Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh.

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah < 19.8 12.5 – 18

Normal 19.8 – 26 11.5 – 16

Tinggi 26 29 7 – 11.5

Obesitas > 29 ≥ 7

Gemeli 16 – 20.5

Sumber : Prawirohardjo (2009; h. 180).

(b) Paritas

(c) Etnis / Ras

(d) Jenis kelamin bayi

f. Prinsip Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengukur

tinggi fundus uteri dengan teknik Mc Donald adalah:

1) Alat ukur panjang (meteran) yang digunakan tidak boleh elastis.

2) Saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, kandung kemih

ibu harus dikosongkan.

3) Posisi ibu saat diukur setengah duduk untuk menghindarkan

terjadinya gangguan peredaran darah baik pada ibu maupun pada

janin.

g. Sikap Pemeriksa

Aspek sikap yang mendukung dalam melaksanakan

(11)

1) Cermat sehingga mendapat hasil pengukuran yang akurat.

2) Teliti sehingga bisa membaca dan mencatat hasil pengukuran

dengan benar.

2. Taksiran Berat Janin (TBJ)

a. Fungsi Taksiran Berat Janin

Taksiran berat badan janin merupakan pemantauan terhadap

pertumbuhan janin apakah normal atau tidak.

b. Periode Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang

berurutan:

1) Fase awal hyperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan

ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Laju

pertumbuhan janin pada fase ini adalah 5 gram/hari.

2) Fase hyperplasia dan hipertropisel berlangsung sampai minggu ke

32. Laju pertumbuhan janin pada fase ini adalah 15-20

gram/hari.

3) Fase ketiga berlangsung melalui hipertropisel dan pada fase inilah

sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju

pertumbuhan janin pada fase ini adalah 30-35 gram/hari

(Cuningham, dkk, 2005).

c. Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin selama kehamilan dipengaruhi oleh:

1) Faktor intrinsik (faktor genetik) yang menentukan potensi

(12)

misalnya oleh kelainan genetik/kromosom, infeksi (rubela),

radiasi, dan obat-obatan.

2) Faktor lingkungan yang dapat mengganggu pertumbuhan janin

misalnya kondisi geografi, status sosial-ekonomi, penyakit dan

kebiasaan ibu (hipertensi, malnutrisi, merokok, alkoholik, dan

sebagainya), penyakit pada janin, dan gangguan uteroplasenta.

Gangguan pertumbuhan janin akan meningkatkan morbiditas

dan mortalitas perinatal, dan pada jangka panjang akan

menyebabkan defek neurologik (Prawirohardjo, 2009; h. 259).

d. Pemeriksaan untuk Menilai Kesejahteraan Janin

Menilai kesejahteraan janin pada kehamilan risiko tinggi dapat

dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi,

baik yang diperoleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas

kesehatan (Prawirohardjo, 2009;h. 285). Berbagai jenis pemeriksaan

tersebut adalah:

1) Pengukuran TFU terutama > 20 minggu yang akan disesuaikan

dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan.

2) Gerakan janin

(a) Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12

jam).

(b) Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam

dikaitkan dengan hipoksia berat atau janin meninggal.

3) Denyut jantung janin (DJJ).

Saifuddin, dkk (2002; h. N-3) menyatakan DJJ normal

(13)

4) Ultrasonografi.

Ultrasonografi dipakai untuk mengobservasi dan

mengevaluasi gerakan, gerak pernapasan, kekencangan otot bayi,

dan jumlah cairan amniotik yang ada (Connie, 2000; h. 116).

5) NST (Non Stres Test)

NST adalah suatu uji untuk sistem saraf pusat bayi, secara

tidak langsung uji ini menunjukan fungsi plasenta. Pemeriksaan

tersebut melibatkan bagaimana frekuensi jantung janin (FHR)

dihubungkan dengan gerakan janin (Hamilton, 2005; h. 117).

e. Rumus Taksiran Berat Janin

Penentuan taksiran berat janin berdasarkan TFU adalah

pemeriksaan yang sederhana dan mudah serta dapat dilakukan pada

fasilitas kesehatan yang belum tersedia pemeriksaan ultrasonografi.

Berikut rumus untuk menentukan TBJ:

1) Rumus Risanto

Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan

berdasarkan penelitian yang dilakukan pada populasi

masyarakat Indonesia tetapi rumus tersebut tidak digunakan

secara luas oleh tenaga kesehatan (Titisari HI, 2012; h. 3).

Rumus Risanto ditemukan oleh Risanto Siswosudarmo pada

tahun 1990 berdasarkan tinggi fundus uteri berupa persamaan

garis regresi linier.

Rumus Risanto tersebut adalah:

(14)

Y = Taksiran Berat Janin (gram)

X = Tinggi Fundus Uteri (cm)

2) Rumus Johnson

Hanifah Intan Titisari melihat bahwa Rumus Johnson yang

luas digunakan di Indonesia memiliki variasi yang besar karena

rumus tersebut berasal dari negara lain pada populasi yang

secara antropometri berbeda dengan populasi di Indonesia.

Rumus Johnson adalah sebagai berikut:

N = 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika.

N = 11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika.

3) Rumus Niswander

f. Tahapan Perkembangan Janin

(15)

24

g. Taksiran Berat Janin yang Abnormal

Apabila TBJ tidak sesuai dengan apa yang seharusnya maka

ada beberapa kemungkinan: TBJ yang salah atau janin yang terlalu

kecil karena mengalami keterlambatan pertumbuhan intrauterin

(intrauterin growth retardation/IUGR), atau janin lebih besar dari

seharusnya seperti pada penderita diabetes (Siswosudarmo R dan

Emilia, 2008; h. 37).

Berikut merupakan beberapa dampak yang mungkin terjadi

pada ibu maupun bayi akibat ketidaksesuaian antara perhitungan

TBJ dengan berat lahir bayi:

1) Kehamilan dengan hidramnion

Menurut Sofian Amru (2011; h. 175-177) hidramnion

adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih

banyak dari normal. Pada janin, prognosanya agak buruk

(mortalitas ± 50%), terutama karena:

a) Konginetal anomali

b) Prematuritas

c) Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak

(16)

d) Eritroblastosis

e) Diabetes melitus

f) Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba.

2) Gemeli (kehamilan ganda)

Gemeli adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Beberapa pengaruh terhadap janin adalah:

a) Usia kehamilan bertambah singkat (partus preterm).

b) Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta,

maka angka kematian bayi kedua tinggi.

c) Kesalahan letak janin (Sofian Amru, 2011; h. 179-182).

3) Makrosomia

Makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir

>4000 gram (Kosim, dkk, 2009; h. 12). Makrosomia pada

kehamilan cukup bulan adalah suatu keadaan yang

berhubungan dengan peningkatan morbiditas meternal dan

neonatal, termasuk peningkatan kemungkinan persalinan

dengan bedah caesar dan distosia bahu.

4) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir

<2500 gram tanpa memandang usia gestasi (Kosim, dkk, 2009;

h. 12).

Masalah yang seringkali terjadi pada BBLR yaitu:

a) Masalah jangka pendek

(1) Gangguan metabolik

(17)

(3) Gangguan pernafasan

(4) Gangguan sistem peredaran darah

(5) Gangguan cairan dan elektrolit

b) Masalah jangka panjang

(1) Masalah psikis meliputi gangguan perkembangan dan

pertumbuhan, gangguan bicara dan komunikasi,

gangguan neurologi dan kognisi, gangguan

belajar/masalah pendidikan, dan gangguan atensi dan

hiperaktif.

(2) Masalah fisik meliputi penyakit paru kronis, gangguan

penglihatan dan pendengaran, kelainan bawaan

(kelainan konginetal).

5) IUGR (Intra Uterin Growth Retardation)

Setiap BBL (premature, matur dan postmatur) mungkin

saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa

gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari lamanya,

intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang

memengaruhi bayi tersebut (Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010; h.

243).

Menurut Renfield (1975) dalam Rukiyah (2010) dikatakan

ada dua bentuk IUGR:

a) Proportinate IUGR

Janin menderita distress yang lama, gangguan

pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai

(18)

lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi

keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang

sebenarnya.

b) Disproportinate IUGR

Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi

beberapa minggu-beberapa hari sebelum janin lahir. Pada

keadaan ini panjang dan lingkaran normal, akan tetapi berat

tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda tanda sedikitnya

jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah

diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

3. Berat Lahir Bayi

a. Pengertian Berat Lahir Bayi

Berat lahir bayi baru lahir adalah berat bayi yang ditimbang

dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan

di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dll),

sedangkan bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan

dapat dilakukan dalam waktu 24 jam. Berat badan merupakan salah

satu indikator kesehatan bayi baru lahir.

b. Faktor yang Memengaruhi Berat Lahir Bayi

1) Usia ibu

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai dilahirkan

sampai saat beberapa tahun. Umur reproduksi yang sehat dan

aman adalah umur 20-35 tahun. Pada umur ibu kurang dari 20

(19)

optimal, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun organ

reproduksi sudah tidak dapat berfungsi dengan sempurna.

2) Paritas

Menurut Zaenab dan Joeharno (2008) menyatakan bahwa

paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai

masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.

Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas

yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.

3) Lingkar Lengan Atas (LILA) pada ibu hamil

Menurut penelitian Nus (2004) terdapat hubungan yang

bermakna antara berat badan lahir dengan status gizi ibu hamil

berdasarkan ukuran lingkar lengan atas, dimana ibu dengan LILA

< 23,5 cm melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

dibanding ibu dengan LILA 23,5 cm, tetapi tidak selalu BBLR.

4) Jarak Kahamilan

Jarak kahamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu

belum dapat memulihkan kondisinya, sehingga mengganggu

pertumbuhan janin.

c. Cara Mengukur Berat Lahir Bayi

Menurut pendapat Sudarti dan Khoirunnisa (2010; h. 82) cara

mengukur berat badan bayi baru lahir adalah:

1) Gunakan alat ukur yang tepat dan akurat dengan ketepatan 5-10

(20)

2) Alat timbangan harus ditera sesuai petunjuk. Bila buku petunjuk

tidak ada, lakukan peneraan lagi seminggu, atau setiap kali alat

dipindahkan tempatnya.

3) Beri alas kain atau kertas yang bersih di atas papan alat timbang.

4) Atur skalanya sampai angka nol dengan kain/kertas di atas papan.

5) Letakkan bayi dalam keadaan telanjang dengan hati-hati di atas

kain/kertas.

6) Tunggu sampai bayi tenang untuk ditimbang.

7) Baca skala berat badan sampai atau 10 gram terdekat.

8) Catat berat badannya dan masukkan ke grafik berat badan atau

KMS.

Sedangkan menurut Depkes RI (2008; h. 129) melakukan

penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi

selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas

tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan

penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut

bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat

bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat

pakaian/selimut.

d. Klasifikasi Berat Lahir Bayi

1) Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat BBL dapat

dikelompokan menjadi:

a) Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

b) Kecil Masa Kehamilan (KMK)

(21)

2) Menurut Umur Kehamilan

Menurut Kosim, dkk (2009; h. 13) berdasarkan umur kehamilan

bayi-bayi dapat digolongkan menjadi:

a) Bayi kurang bulan

adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi <37

minggu (<259 hari).

b) Bayi cukup bulan

adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara

37-42 minggu (259-293 hari).

c) Bayi lebih bulan

adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42

(22)

B. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori Studi Taksiran Berat Janin Rumus Risanto dengan Kebenaran Pengukuran Berat Lahir Bayi di Puskesmas Patikraja Kabupaten Banyumas.

Keterangan: Diteliti

Tidak diteliti

Sumber : Gardosi J dan Francis A (2012), Gayatri D dan Afiyanti Y (2006), Titisari HI (2012), Mufdlilah (2009), Prawirohardjo (2009), Zaenab dan Joeharno (2008), Nus (2004).

Berat Lahir Bayi

(BLB) Tinggi Fundus Uteri

(TFU)

Taksiran Berat Janin (TBJ)

Rumus Risanto

1. Paritas

2. Kelompok / Etnis

1. Usia Ibu

2. Paritas

3. LILA saat hamil

Gambar

Tabel 2.1 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Tabel 2.2 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama
Tabel 2.3 Tahapan perkembangan berat dan panjang janin sesuai  usia kehamilan
Gambar 2.1  Kerangka Teori Studi Taksiran Berat Janin Rumus Risanto dengan

Referensi

Dokumen terkait

Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul

plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan maupun tersembunyi. 5) Tinggi fundus uterus lebih besar dari usia kehamilan. 6) Bagian-bagian janin sulit di raba. 7) Uterus

dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan.. USG. 4)

Merupakan abortus yang seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau. berat janin kurang dari 500 gram. 4)

a) Setelah usia kehamilan melebihi 40 minggu yang perlu diperhatikan adalah monitoring janin sebaik-baiknya meliputi djj serta gerakan janin. b) Apabila tidak

Berat janin pada kehamilan gemelli lebih kecil daripada janin yang lahir dari kehamilan tunggal pada usia kehamilan yang sama, dimana faktor penyebab adalah plasenta

a) Pemeriksaan tekanan darah. b) Analisis protein dalam urine. c) Pemeriksaan edema atau kenaikan berat badan. d) Pengukuran tinggi fundus uteri. 2) Penilaian kondisi janin

Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.. Missed Abortion adalah