A. TINJAUAN TEORI
1. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
a. Perubahan Uterus di Masa Kehamilan
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima
dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus memunyai berat 70
gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus
akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume
totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih
dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2009; h. 175).
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel
otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.
Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik,
terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada
bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya
usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan ketebalannya
hanya berkisar 1.5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama
dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan
kehamian ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu
penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil
konsepsi. Pada awal kehamilan, tuba fallopii, ovarium, dan
ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus,
sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas
pertengahan uterus. Posisi plasenta juga memegaruhi penebalan
sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus yang mengelilingi tempat
implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan
bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata.
Fenomena ini dikenal dengan tanda Piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti
bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan perkembangan
kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan
menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang
uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga
akan berbentuk oval. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan
hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi
lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar. Pada
akhir kehamilan kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar
dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan
menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan ke
atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati (Prawirohardjo,
b. Fungsi Pengukuran Tunggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simfisis pubis digunakan
sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan
pertumbuhan janin dan dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan.
(Mufdlilah, 2009; h. 44).
c. Teknik Pengukuran Tunggi Fundus Uteri
1) Teknik Mc Donald
a) Definisi Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald
Pengukuran tinggi fundus uteri dengan teknik
Mc Donald adalah cara mengukur tinggi fundus uteri
menggunakan alat ukur panjang mulai dari tepi atas simfisis
pubis sampai fundus uteri atau sebaliknya (Mandriwati, 2007;
h. 83).
b) Waktu Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald
Pemeriksaan dilaksanakan setelah melakukan
pemeriksaan inspeksi pada abdomen dan jika umur
kehamilan ibu sudah mencapai 22 minggu (Mandriwati, 2007;
h. 84).
c) Cara Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald
Berikut tata cara pengukuran tinggi fundus uteri
menggunakan teknik Mc Donald:
(1) Menyiapkan alat:
(a) Alat ukur yang tidak elastis.
(c) Alat – alat ditata pada tempat yang telah disediakan saat mempersiapkan alat untuk pemeriksaan
inspeksi.
(2) Menyiapkan ibu (dilaksanakan bersamaan dengan
persiapan inspeksi):
(a) Menjelaskan tujuan pemeriksaan.
(b) Mengatur posisi ibu berbaring setengah duduk
dengan mengganjal bantal di bagian punggung
bawah untuk kenyamanan ibu dan kedua kaki
diluruskan.
(3) Melaksanakan pemeriksaan
(a) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu.
(b) Meteran didekatkan sehingga mudah mengambil
waktu pemeriksaan.
(c) Tangan kiri dan tangan kanan menentukan bagian
fundus uteri dan memosisikan supaya fundus uteri
berada tepat di tengah abdomen.
(d) Setelah fundus uteri diposisikan tepat di tengah
abdomen, tangan kiri menahan fundus uteri, tangan
kanan menempelkan meteran yang dibalik tepat di
tengah, mulai dari fundus uteri sampai tepi atas
tulang simfisis pubis, atau mulai dari tepi atas tulang
simfisis pubis sampai fundus uteri.
(e) Mengangkat meteran dan membalik, kemudian
(f) Menggulung pita meteran dengan rapi dan
menempatkan pada tempatnya.
(g) Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu.
2) Teknik palpasi abdominal
a) Definisi Palpasi Abdominal
Palpasi abdominal adalah suatu tindakan pemeriksaan
yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian
perut dengan menggunakan jari atau tangan.
b) Fungsi Palpasi Abdominal
Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh,
adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran.
c) Waktu Palpasi Abdominal
Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup
bulan, setelah pembesaran uterus yang dapat membedakan
bagian-bagian janin (Mufdlilah, 2009; h. 45).
d) Cara Palpasi Abdominal
Tangan bidan harus bersih dan hangat, tangan yang
dingin tidak memiliki kepekaan sentuhan yang dibutuhkan,
tangan ini cenderung mengakibatkan kontraksi abdomen dan
otot uterus dan ibu merasakan palpasi ini tidak nyaman.
Teknik pelaksanaan palpasi menurut Leopold ada 4 tahap:
(1) Leopold I
Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold I :
(a) Untuk mengetahui umur kehamilan berdasarkan
(b) Menentukan bagian-bagian janin yang berada pada
fundus uteri.
Cara Pemeriksaan Leopold I:
(a) Kedua telapak tangan pemeriksa diletakan pada
puncak fundus uteri.
(b) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia
kehamilan.
(c) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian
fundus (bokong atau kepala atau kosong).
(2) Leopold II
Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold II:
(a) Menentukan batas samping uterus.
(b) Menentukan letak punggung janin yang membujur
dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan
kepala.
Cara Pemeriksaan Leopold II:
(a) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke
bawah sampai di samping kiri dan kanan umbilikus.
(b) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan
lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya.
(c) Tentukan bagian-bagian kecil janin.
(3) Leopold III
Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold III:
(a) Menentukan bagian apa yang berada di uterus
(b) Mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada
pada bagian bawah uterus sudah atau belum masuk
ke pintu atas panggul ibu.
Cara Pemeriksaan Leopold III:
(a) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan
telunjuk tangan kanan.
(b) Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin
dan tentukan apakah sudah mengalami
enggagement atau belum.
(4) Leopold IV
Tujuan Pemeriksaan dari pemeriksaan Leopold IV:
(a) Menentukan bagian janin mana yang terletak di
bawah.
(b) Menentukan berapa bagian dari kepala janin yang
telah masuk dalam pintu atas panggul.
Cara Pemeriksaan Leopold IV:
(a) Pemeriksa mengubah posisinya sehingga
menghadap ke arah kiri pasien.
(b) Kedua telapak tangan ditempatkan di sisi kiri dan
kanan bagian terendah janin.
d. Tujuan Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri menggunakan teknik
Mc Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan
pertama haid terakhir (HPHT), dan kapan gerakan janin mulai
dirasakan (Mandriwati, 2007; h. 83-84).
Rumus Mc Donald adalah sebagai berikut:
1) Usia kehamilan (hitungan bulan) = tinggi fundus uteri (dalam cm) x
2/7.
2) Usia kehamilan (hitungan minggu) = tinggi fundus uteri (dalam cm)
x 8/7 (Mufdlilah, 2009; h. 45).
e. Hal yang Memengaruhi Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Banyak peneliti telah menyebutkan berbagai hal yang dapat
memengaruhi besar kecilnya Tinggi Fundus Uteri (TFU), diantaranya
adalah:
1) Menurut Gardosi J dan Francis A (2012; p. 309)
(a) Tinggi ibu
(b) Kenaikan berat badan
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan
gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu
sebesar 0.4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi
kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per
Tabel 2.1 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Jaringan dan
cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan
ekstraselular 0 30 80 1480
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
Sumber : Prawirohardjo (2009; h. 180).
(c) Paritas
(d) Kelompok / Etnis
(e) Kebiasaan Merokok
2) Menurut Mongelli et all (1999) dalam Titisari HI (2012; h. 7)
(a) Ukuran ibu
Sebagian besar penambahan berat badan selama
kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Diperkirakan
Tabel 2.2 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama
Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh.
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19.8 12.5 – 18
Normal 19.8 – 26 11.5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11.5
Obesitas > 29 ≥ 7
Gemeli 16 – 20.5
Sumber : Prawirohardjo (2009; h. 180).
(b) Paritas
(c) Etnis / Ras
(d) Jenis kelamin bayi
f. Prinsip Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengukur
tinggi fundus uteri dengan teknik Mc Donald adalah:
1) Alat ukur panjang (meteran) yang digunakan tidak boleh elastis.
2) Saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, kandung kemih
ibu harus dikosongkan.
3) Posisi ibu saat diukur setengah duduk untuk menghindarkan
terjadinya gangguan peredaran darah baik pada ibu maupun pada
janin.
g. Sikap Pemeriksa
Aspek sikap yang mendukung dalam melaksanakan
1) Cermat sehingga mendapat hasil pengukuran yang akurat.
2) Teliti sehingga bisa membaca dan mencatat hasil pengukuran
dengan benar.
2. Taksiran Berat Janin (TBJ)
a. Fungsi Taksiran Berat Janin
Taksiran berat badan janin merupakan pemantauan terhadap
pertumbuhan janin apakah normal atau tidak.
b. Periode Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang
berurutan:
1) Fase awal hyperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan
ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Laju
pertumbuhan janin pada fase ini adalah 5 gram/hari.
2) Fase hyperplasia dan hipertropisel berlangsung sampai minggu ke
32. Laju pertumbuhan janin pada fase ini adalah 15-20
gram/hari.
3) Fase ketiga berlangsung melalui hipertropisel dan pada fase inilah
sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju
pertumbuhan janin pada fase ini adalah 30-35 gram/hari
(Cuningham, dkk, 2005).
c. Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin selama kehamilan dipengaruhi oleh:
1) Faktor intrinsik (faktor genetik) yang menentukan potensi
misalnya oleh kelainan genetik/kromosom, infeksi (rubela),
radiasi, dan obat-obatan.
2) Faktor lingkungan yang dapat mengganggu pertumbuhan janin
misalnya kondisi geografi, status sosial-ekonomi, penyakit dan
kebiasaan ibu (hipertensi, malnutrisi, merokok, alkoholik, dan
sebagainya), penyakit pada janin, dan gangguan uteroplasenta.
Gangguan pertumbuhan janin akan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas perinatal, dan pada jangka panjang akan
menyebabkan defek neurologik (Prawirohardjo, 2009; h. 259).
d. Pemeriksaan untuk Menilai Kesejahteraan Janin
Menilai kesejahteraan janin pada kehamilan risiko tinggi dapat
dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi,
baik yang diperoleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas
kesehatan (Prawirohardjo, 2009;h. 285). Berbagai jenis pemeriksaan
tersebut adalah:
1) Pengukuran TFU terutama > 20 minggu yang akan disesuaikan
dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan.
2) Gerakan janin
(a) Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12
jam).
(b) Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam
dikaitkan dengan hipoksia berat atau janin meninggal.
3) Denyut jantung janin (DJJ).
Saifuddin, dkk (2002; h. N-3) menyatakan DJJ normal
4) Ultrasonografi.
Ultrasonografi dipakai untuk mengobservasi dan
mengevaluasi gerakan, gerak pernapasan, kekencangan otot bayi,
dan jumlah cairan amniotik yang ada (Connie, 2000; h. 116).
5) NST (Non Stres Test)
NST adalah suatu uji untuk sistem saraf pusat bayi, secara
tidak langsung uji ini menunjukan fungsi plasenta. Pemeriksaan
tersebut melibatkan bagaimana frekuensi jantung janin (FHR)
dihubungkan dengan gerakan janin (Hamilton, 2005; h. 117).
e. Rumus Taksiran Berat Janin
Penentuan taksiran berat janin berdasarkan TFU adalah
pemeriksaan yang sederhana dan mudah serta dapat dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang belum tersedia pemeriksaan ultrasonografi.
Berikut rumus untuk menentukan TBJ:
1) Rumus Risanto
Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada populasi
masyarakat Indonesia tetapi rumus tersebut tidak digunakan
secara luas oleh tenaga kesehatan (Titisari HI, 2012; h. 3).
Rumus Risanto ditemukan oleh Risanto Siswosudarmo pada
tahun 1990 berdasarkan tinggi fundus uteri berupa persamaan
garis regresi linier.
Rumus Risanto tersebut adalah:
Y = Taksiran Berat Janin (gram)
X = Tinggi Fundus Uteri (cm)
2) Rumus Johnson
Hanifah Intan Titisari melihat bahwa Rumus Johnson yang
luas digunakan di Indonesia memiliki variasi yang besar karena
rumus tersebut berasal dari negara lain pada populasi yang
secara antropometri berbeda dengan populasi di Indonesia.
Rumus Johnson adalah sebagai berikut:
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika.
N = 11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika.
3) Rumus Niswander
f. Tahapan Perkembangan Janin
24
g. Taksiran Berat Janin yang Abnormal
Apabila TBJ tidak sesuai dengan apa yang seharusnya maka
ada beberapa kemungkinan: TBJ yang salah atau janin yang terlalu
kecil karena mengalami keterlambatan pertumbuhan intrauterin
(intrauterin growth retardation/IUGR), atau janin lebih besar dari
seharusnya seperti pada penderita diabetes (Siswosudarmo R dan
Emilia, 2008; h. 37).
Berikut merupakan beberapa dampak yang mungkin terjadi
pada ibu maupun bayi akibat ketidaksesuaian antara perhitungan
TBJ dengan berat lahir bayi:
1) Kehamilan dengan hidramnion
Menurut Sofian Amru (2011; h. 175-177) hidramnion
adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal. Pada janin, prognosanya agak buruk
(mortalitas ± 50%), terutama karena:
a) Konginetal anomali
b) Prematuritas
c) Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak
d) Eritroblastosis
e) Diabetes melitus
f) Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba.
2) Gemeli (kehamilan ganda)
Gemeli adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Beberapa pengaruh terhadap janin adalah:
a) Usia kehamilan bertambah singkat (partus preterm).
b) Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta,
maka angka kematian bayi kedua tinggi.
c) Kesalahan letak janin (Sofian Amru, 2011; h. 179-182).
3) Makrosomia
Makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
>4000 gram (Kosim, dkk, 2009; h. 12). Makrosomia pada
kehamilan cukup bulan adalah suatu keadaan yang
berhubungan dengan peningkatan morbiditas meternal dan
neonatal, termasuk peningkatan kemungkinan persalinan
dengan bedah caesar dan distosia bahu.
4) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
<2500 gram tanpa memandang usia gestasi (Kosim, dkk, 2009;
h. 12).
Masalah yang seringkali terjadi pada BBLR yaitu:
a) Masalah jangka pendek
(1) Gangguan metabolik
(3) Gangguan pernafasan
(4) Gangguan sistem peredaran darah
(5) Gangguan cairan dan elektrolit
b) Masalah jangka panjang
(1) Masalah psikis meliputi gangguan perkembangan dan
pertumbuhan, gangguan bicara dan komunikasi,
gangguan neurologi dan kognisi, gangguan
belajar/masalah pendidikan, dan gangguan atensi dan
hiperaktif.
(2) Masalah fisik meliputi penyakit paru kronis, gangguan
penglihatan dan pendengaran, kelainan bawaan
(kelainan konginetal).
5) IUGR (Intra Uterin Growth Retardation)
Setiap BBL (premature, matur dan postmatur) mungkin
saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa
gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari lamanya,
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang
memengaruhi bayi tersebut (Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010; h.
243).
Menurut Renfield (1975) dalam Rukiyah (2010) dikatakan
ada dua bentuk IUGR:
a) Proportinate IUGR
Janin menderita distress yang lama, gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang
sebenarnya.
b) Disproportinate IUGR
Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi
beberapa minggu-beberapa hari sebelum janin lahir. Pada
keadaan ini panjang dan lingkaran normal, akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda tanda sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah
diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
3. Berat Lahir Bayi
a. Pengertian Berat Lahir Bayi
Berat lahir bayi baru lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan
di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dll),
sedangkan bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan
dapat dilakukan dalam waktu 24 jam. Berat badan merupakan salah
satu indikator kesehatan bayi baru lahir.
b. Faktor yang Memengaruhi Berat Lahir Bayi
1) Usia ibu
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai dilahirkan
sampai saat beberapa tahun. Umur reproduksi yang sehat dan
aman adalah umur 20-35 tahun. Pada umur ibu kurang dari 20
optimal, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun organ
reproduksi sudah tidak dapat berfungsi dengan sempurna.
2) Paritas
Menurut Zaenab dan Joeharno (2008) menyatakan bahwa
paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai
masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.
Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas
yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.
3) Lingkar Lengan Atas (LILA) pada ibu hamil
Menurut penelitian Nus (2004) terdapat hubungan yang
bermakna antara berat badan lahir dengan status gizi ibu hamil
berdasarkan ukuran lingkar lengan atas, dimana ibu dengan LILA
< 23,5 cm melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
dibanding ibu dengan LILA 23,5 cm, tetapi tidak selalu BBLR.
4) Jarak Kahamilan
Jarak kahamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu
belum dapat memulihkan kondisinya, sehingga mengganggu
pertumbuhan janin.
c. Cara Mengukur Berat Lahir Bayi
Menurut pendapat Sudarti dan Khoirunnisa (2010; h. 82) cara
mengukur berat badan bayi baru lahir adalah:
1) Gunakan alat ukur yang tepat dan akurat dengan ketepatan 5-10
2) Alat timbangan harus ditera sesuai petunjuk. Bila buku petunjuk
tidak ada, lakukan peneraan lagi seminggu, atau setiap kali alat
dipindahkan tempatnya.
3) Beri alas kain atau kertas yang bersih di atas papan alat timbang.
4) Atur skalanya sampai angka nol dengan kain/kertas di atas papan.
5) Letakkan bayi dalam keadaan telanjang dengan hati-hati di atas
kain/kertas.
6) Tunggu sampai bayi tenang untuk ditimbang.
7) Baca skala berat badan sampai atau 10 gram terdekat.
8) Catat berat badannya dan masukkan ke grafik berat badan atau
KMS.
Sedangkan menurut Depkes RI (2008; h. 129) melakukan
penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi
selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian/selimut.
d. Klasifikasi Berat Lahir Bayi
1) Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat BBL dapat
dikelompokan menjadi:
a) Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
b) Kecil Masa Kehamilan (KMK)
2) Menurut Umur Kehamilan
Menurut Kosim, dkk (2009; h. 13) berdasarkan umur kehamilan
bayi-bayi dapat digolongkan menjadi:
a) Bayi kurang bulan
adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi <37
minggu (<259 hari).
b) Bayi cukup bulan
adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara
37-42 minggu (259-293 hari).
c) Bayi lebih bulan
adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42
B. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori Studi Taksiran Berat Janin Rumus Risanto dengan Kebenaran Pengukuran Berat Lahir Bayi di Puskesmas Patikraja Kabupaten Banyumas.
Keterangan: Diteliti
Tidak diteliti
Sumber : Gardosi J dan Francis A (2012), Gayatri D dan Afiyanti Y (2006), Titisari HI (2012), Mufdlilah (2009), Prawirohardjo (2009), Zaenab dan Joeharno (2008), Nus (2004).
Berat Lahir Bayi
(BLB) Tinggi Fundus Uteri
(TFU)
Taksiran Berat Janin (TBJ)
Rumus Risanto
1. Paritas
2. Kelompok / Etnis
1. Usia Ibu
2. Paritas
3. LILA saat hamil