• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modul - ROHMAT HIDAYAT BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modul - ROHMAT HIDAYAT BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Modul

1. Pengertian Modul

Pengertian modul meliputi beberapa pendapat diantaranya :

a. Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajaryang diterbitkan oleh Diknas (2004), modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.

b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga ditentukan pengertian modul adalah komponen dari sistem yang berdiri sendiri, tetapi menunjang program dari sistem itu, unit kecil dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri, kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing (Pusat Bahasa Depdiknas, 2007).

c. Modul adalah jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya (Sukirman, 2012).

(2)

sebagaimana yang dikembangkan di Indonesia, merupakan suatu paket bahan pembelajaran (learning materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi peserta, dan alat-alat evaluasi pembelajaran (Prastowo, 2011).

Dari beberapa pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik untuk mencapai tujuan-tujuan belajarnya.Kemudian, dengan modul, peserta didik juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap satu satuan modul.

2. Fungsi dan Tujuan Modul a. Fungsi Modul

Sebagai salah satu bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

(3)

pendidik. Maka dari itu, penggunaan modul bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran fasilitator/pendidik.

3) Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaanya terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan demikian, modul juga sebagai alat evaluasi.

4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

b. Tujuan Pembuatan Modul

Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul, antara lain:

1) Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik (yang minimal).

2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

3) Melatih kejujuran peserta didik.

(4)

5) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

3. Langkah-langkah menyusunan modul

Dalam garis besarnya penyusunan modul atau pengembangan modul (Nasution,2000) dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.

b. Urutan tujuan-tujuan itu menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.

c. Test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya.

d. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa.

e. Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi.

f. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar murid.

g. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan terbuka bagi siswa

setiap waktu ia memerlukannya.

4. Karakteristik modul

Pembelajaran dengan sistem modul (Mulyasa, 2006) memiliki karakteristik sebagai berikut:

(5)

b. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam hal ini setiap modul harus: (a) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (b) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (c) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.

c. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajarn secara aktif.

d. Materi pembelajaran disediakan secara logis dan sistematis.

e. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik.

B. Strategi Belajar Peta Konsep (concept mapping)

Penggunaan pengorganisasi awal (advance organizer) merupakan suatu alat pengajaran yang direkomendasikan oleh Ausubel untuk mengaitkan bahan-bahan pelajaran baru dengan pengetahuan awal. Pengetahuan awal menurut Ausubel, adalah menggarisbawahi ide-ide utama dalam suatu situasi pembelajaran yang baru dan mengaitkan ide-ide baru baru tersebut dengan pengetahuan yang telah ada pada pelajar (Trianto, 2010).

(6)

konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Para guru yang telah menggunakan peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi mereka basis logis untuk memutuskan ide-ide utama apa yang akan dimasukan atau dihapus dari rencana-rencana dan pengajaran sain mereka. Peta konsep membantu guru memahami macam-macam konsep yang ditanamkan ditopik lebih besar yang diajarkan. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi guru. Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi yang dibentuk siswa. Tanpa peta konsep guru memilih untuk mengajar apa yang diingat atau disukai. Topik-topik yang guru pilih dengan cara ini mungkin tepat, khususnya bagi para guru yang telah memiliki pengalaman sukses sebelum ini dengan materi tersebut (Trianto, 2010).

1. Pengertian konsep dan peta konsep

(7)

Adapun yang dimaksud peta konsep adalah ilustrasi garfis kongkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama (Martin,1994). Agar pemahaman peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1989) yang dikutip oleh Erman mengemkakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

a. Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

b. Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau satu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep.

c. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain.

d. Bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.

(8)

2. Cara Membuat Peta Konsep

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. George Posner dan Alan Rudnitsky menulis bahwa “peta konsep mirip peta jalan, namun peta

konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat”.Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk

mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hierarki, kadang-kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat (Trianto, 2010)

Arends (Trianto, 2010), memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut:

Langkah-langkah dalam membuat peta konsep

(9)

3. Macam-macam peta konsep

Menurut Nur (Trianto, 2010), peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).

a. Pohon jaringan (network tree)

Pohon kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) menunjukkan sebab akibat; (b) suatu hierarki; (c) prosedur yang bercabang; dan (d) istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.

b. Rantai kejadian (events chain)

Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) memberikan tahap-tahap dalam suatu proses; (b) langkah-langkah dalam suatu prosedur linear; dan (c) suatu urutan kejadian.

c. Peta konsep siklus (cycle concept map)

Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteaksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

d. Peta konsep laba-laba (spider concept map)

(10)

C. Materi Modul Segitiga

Materi segitiga yang akan disajikan pada modul ini adalah : Standar Kompetensi :

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar :

6.1.Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya

6.3.Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

6.4.Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu.

D. Pengembangan bahan ajar

Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.

1. Tahap I: Define (Pendefinisian)

(11)

2. Tahap II: Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (a) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (b) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (c) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih.

3. Tahap III: Develop (Pengembangan)

Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (a) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (b) uji coba pengembangan (developmental testing).

4. Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pendapat Stein (dalam Yuniarti 2002) kehidupan lajang adalah kehidupan pria dan wanita yang belum menikah, yang tidak terlibat dalam hubungan homoseksual

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Kejuaraan pencak silat ini menjadi event tahunan / untuk membina sejumlah atlit yang berada dibawah bimbingan mahasiswa UIN // Hal ini disampaikan oleh pendiri pencak silat

Untuk mengetahui perbedaan kinerja (ongkos produksi, omset penjualan, keuntungan, dan jam kerja) UMKM sebelum dan sesudah diberikan dana Kredit Usaha Rakyat

1) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan pribadi adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa dalam kegiatan pemeliharaan diri dan lingkungan, solidaritas, relasi sosial

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang optimasi formula sediaan gel sunscreen ekstrak etanol rimpang kunir putih ( Curcuma mangga Val.)