i
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR PADA NY. K DI RUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Disusun oleh:
LUDI NUR KURNIAWAN A01301784
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
iv Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Agustus 2016
Ludi Nur Kurniawan¹, Hendri Tamara Yuda², M.Kep.,Ns
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR PADA NY.K DI RUANG BAROKAH PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG
Latar belakang: Melena adalah keadaan dimana feses hitam akibat perdarahan disaluran cerna bagian atas akibat pecahnya varises esofagus dan gastritis erosif karena makan pedas dan konsumsi jamu rematik. Pada klien melena memiliki masalah kurang pengetahuan untuk menyelesaikan masalah ini dilakukan pendidikan kesehatan.
Tujuan penulisan: memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan pemenuhan belajar.
Pembahasan: saat dikaji pada tanggal 09 Juni 2016 klien dan keluarga mengatakan belum tahu tentang sakitnya, klien baru pertama kali masuk rumah sakit, diagnosa yang muncul adalah defisiensi pengetahuan, Intervensi dan Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, pendidikan kesehatan tentang melena, dan kaji ulang pengetahuan yang diperoleh.
Hasil evaluasi hari ketiga keluarga dan klien mengetahui tenang pengertian melena, tanda dan gejala, diit makanan yang boleh dan tidak, pencegahan melena.
Kesimpulan: Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan untuk pencegahan dan perubahan perilaku.
Kata Kunci: asuhan keperawatan, defisiensi pengetahuan, melena
1. Mahasiswa DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
v Diploma III Of Nursing Program
Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong Nursing Care Report, August 2016
Ludi Nur Kurniawan¹, Hendri Tamara Yuda², M.Kep.,Ns
ABSTRACT
NURSING CARE OF FULFILLING LEARNING NEED TO Mrs. K IN BAROKAH WARD, PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF
GOMBONG
Background: Melena is condition wherein black stool due to bleeding of upper gastrointestinal duct due to rupture of esophageal varices and erosive gastritis. It may result from eating spicy food and consuming “jamu” a tonic made of medicinal herb to reduce pain. Usually the melena’s patient has deficient knowledge regarding her case. Health education was given to solve this problem.
Objective: to provide a nursing care overview on fulfilling learning need to Mrs. K in Barokah ward PKU Muhammadiyah hospital of Gombong
Disscussion: assesment has been held on Thusday June 9th, 2016. The patient and her family did not know about the melena disease, it was the first time for her to visit the hospital. The main nursing diagnosis was deficient knowledge. Interventions and Implementations were assessing her knowledge about the disease, giving health education about melena, and reviewing the knowledge acquired.
Results: the evaluation done on the third day showed that the patient and her family has known about melena disease. She understood signs and symptoms of the case, and how to choose healthy foods and avoid unhealthy food, and to prevent melena disease.
Conclusion: Health education can increase knowledge of the patient and her family for prevention and behavior changes.
Keywords: deficient knowledge, melena, nursing care
1. University student Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan kebutuhan Belaja Pada Ny.K Di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”.
Penulis membuat laporan ini adalah untuk memaparkan hasil ujian komprehensif sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar pendidikan ahli madya keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Penulis menyadari banyak mengalami kendala dan hambatan, Namun berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep.,Ns. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
2. Bapak Sawiji, S.Kep.,Ns. M.Sc. selaku Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong dan dewan penguji dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 3. Ibu Ike Mardiati Agustin, M.Kep.,Sp.Kep.J. selaku Pembimbing
Akademik Diploma III Kelas III b.
4. Bapak Hendri Tamara Yuda, M.Kep.,Ns. selaku penguji lahan Ujian Akhir Program, dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah, serta dewan penguji dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Bapak Heri Puji Setiawan, S.Kep.,Ns selaku penguji lahan Ujian Akhir Program di RS PKU Muhammadiyah Gombong.
vii
7. Bapak Wagino dan Ibu Sartini serta kakak-kakakku Nunung Novisari dan Fitri Yuniarti yang tercinta yang selalu memberikan dukungan moral, materi dan do’a dalam setiap langkahku.
8. Teman – teman mahasiswa STIKes Muhammadiyah Gombong tercinta, kelas 3B DIII Keperawatan, ( Leny, Linda Ayu, Linda Risti, Lulu, Mifta dan Naskati) teman seperjuangan Ujian Akhir Komprehensif dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang saling membantu dan mendukung hingga akhirnya selesai.
9. Teman-teman Pimpinan Komisariat IMM STIKes Muhammadiyah Gombong (Kania Yuliana Dewi, Dwi Sudaryani, Ani Susanti, Dwi Alfi Mujahidah, Devia Famela, Janrizki P.S. dan Imam Kurniawan) dukungan semangat, motivasi dan do’a kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan, bentuk dan isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan keperawatan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Gombong, 5 Agustus 2016
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Tujuan Penulisan ... 6
C.Manfaat Penulisan ... 7
BAB II KONSEP DASAR ... 8
A.Konsep Dasar Kebutuhan Manusia ... 8
B.Pendidikan Kesehatan ... 17
C.Inovasi Pendidikan Kesehatan ... 24
BAB III RESUME KEPERAWATAN ... 29
A.Pengkajian ... 29
B.Analisa Data ... 31
C.Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi... 32
BAB IV PEMBAHASAN ... 38
A.Asuhan Keperawatan... 38
B.Analisa Inovasi Tindakan Keperawatan ... 50
BAB V PENUTUP ... 55
A.Kesimpulan... 55
B.Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsul Bimbingan KTI.
2. Asuhan Keperawatan Pada Ny.K Dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Melena Di Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
3. Laporan Pendahuluan Melena. 4. Satuan Acara Penyuluhan Melena. 5. Leaflet Melena.
6. Lembar Balik Melena
7. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan “Efektifitas Peraga Food Model dan Flip Chart dalam Pendidikan Kesehatan Pasien Diabetes
Mellitus Type II Di RSUD Tugurejo Semarang”.
8. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makanan “Peran Penyuluhan dengan Menggunakan Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Balita Gizi Kurang”.
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Melena (berak darah) adalah keadaan dimana feses hitam akibat
diwarnai oleh darah yang berubah (Dorland, 2011). Kejadian melena terjadi jika ada perdarahan di saluran cerna bagian atas (upper gastrointestinal tract) dengan kehilangan darah lebih dari 60 ml
(Lipponcott Williams & Wilkins, 2009).
Kejadian melena adalah keadaan darurat di rumah sakit yang menimbulkan 8%-14% kejadian meninggal dunia. Faktor terpenting tingginya angka kematian adalah kegagalan untuk menilai keadaan klinis gawat dan kurang tepat diagnostik menentukan sumber perdarahan (Almi, 2013).
Perdarahan disaluran cerna atas adalah kehilangan darah dalam lumen saluran cerna mulai dari esofagus sampai duodenum (dengan batas anatomik di ligamentum treitz). Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) adalah kehilangan darah di sebelah bawah ligamentum treitz (Azmi dkk, 2016).
Kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas di negara Eropa mencapai 100 jiwa per 100.000 jiwa/tahun, kejadian terhadap pria jauh lebih banyak dari pada wanita. Insidensi ini meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Di Indonesia kejadian ini nyatanya di populasi tidak diketahui (Milani, 2015).
Etiologi perdarahan saluran cerna atas di Indonesia berbeda dengan yang dilaporkan kepustakaan barat. Pecahnya varises esofagus di Indonesia presentasenya mencapai 70% atau hipertensi portal (adanya gastropati hipetensi portal) menjadi penyebab lainnya. Kecenderungan
2
bagian bawah yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) RS Hasan Sadikin Bandung. Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, ruptur varises dapat mencapai 60% sebagai penyebab kematian dan perdarahan non varises sekitar 9%-12% (Almi, 2013).
Sedangkan di negara Barat sebagaian besar di akibatkan tukak peptik dan gastritis erosif. Penyebab lain pada perdarahan di saluran pencernaan atas yaitu sindroma mallory-weiss dan akibat dari keganasan saluran cerna bagian bawah (Azmi dkk, 2016).
Perbedaan etiologi terbanyak di negara Barat dan di Indonesia ini dapat dilihat pada penelitian Hreinsson pada tahun 2012 di Islandia dimana temuan terbanyak adalah ulkus peptikus (35,2%) diikuti oleh sindroma Mallory-Weiss (12,2%). Penelitian Hearnshaw pada tahun 2010 di Inggris, kasus terbanyak adalah ulkus peptikum sebanyak 36%, diikuti varises esofagus sebanyak 11%. Di Indonesia berdasarkan penelitian Adi pada tahun 2009 dari 1673 kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di unit SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya, sebanyak 76,9% adalah pecahnya varises esofagus, sebanyak 19,2% gastritis erosif, dan 1,0% akibat tukak peptik, sebanyak 0,6% karena kanker lambung dan sebanyak 2,6% karena sebab-sebab lain (Azmi dkk, 2016).
3
endoskopi, sehingga diketahui letak area perdarahan dan seberapa keparahanya (Milani, 2015).
Penelitian pada Januari 2010 sampai Desember 2013 di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) RSUP M Djamil Kota Padang dengan 162 pasien penderita hematemesis dan atau melena distribusi gambaran esofaguoduodenoskopi (EGD) menunjukan bahwa diagnosis EGD yang terbanyak adalah ulkus gaster (27,8%), kemudian diikuti pecahnya varises esofagus sebanyak (13,6%), dan gastritis erosif (9,6%). Pada penelitian lainnya, varises esofagus kasus terbanyak di RSU dr Soetomo Surabaya sebanyak 76,9%, RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta 33,5% dan RS Lacor Uganda 40,6%. Tingginya kasus ulkus gaster dan gastritis erosif di RSUP M. Djamil Padang dari pada ketiga rumah sakit kemungkinan dapat disebabkan oleh pola makan masyarakat padang yang cenderung makan makanan pedas. Hal ini sesuai dengan Hadi pada tahun 2002 bahwa salah satu penyebab ulkus gaster dan gastritis erosif adalah kebiasaan makan makanan yang pedas yang dapat merusak (harmful) pada mukosa lambung dan usus (Azmi dkk, 2016).
Penatalaksanaan yang diberikan tindakan medikamentosa dan non-medikamentosa. Penatalaksanaan tindakan medis dengan obat golongan PPI, cairan infus RL 20 tetes/menit dan pemasangan NGT, transfuse sampai Hb 10 mg/dl dan pemantauan Hb. Sedangkan tindakan non-medikamentosa antara lain bed rest, puasa, diit cairan dan pendidikan kesehatan untuk pencegahan dari kekambuhan (Milani, 2015).
4
Profil Kesehatan Jawa Tengah (2013) memaparkan bahwa penduduk Jawa Tengah antara laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang diselesaikan pada tahun 2013 sejumlah 27.767.204 jiwa dengan perincian tidak/belum pernah sekolah sejumlah 1.755.025 jiwa, tidak/belum tamat SD/MI sejumlah 6.985.363 jiwa, SD/MI sejumlah 9.428.115 jiwa, SMP/MTs sejumlah 5.472.949 jiwa, SMA/SMK/MA sejumlah 3.106.543 jiwa, UNIVERSITAS sejumlah 1.019.209 jiwa.
Tahun 2012 tingkat pendidikan secara umum meningkat, peningkatan ini terjadi pada tingkat SD dan SMP dan data berikut menyajikan usia diatas 10 tahun keatas yang tamat belajar di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008-2012. Masih rendahnya tingkat pendidikan di Jawa tengah yang presentase tertinggi lulusan SD akan menimbulkan masalah tentang pengetahuan karena menurut Mubarok (2007) salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan semakin rendah akan menjadi hambatan dalam hal pengetahuan terutama dalam pembangunan kesehatan khususnya di Jawa Tengah.
Kebutuhan belajar manusia termasuk kebutuhan pokok untuk meningkatkan pengetahuan, hal ini sesuai pernyataan seorang ahli psikologi asal Amerika bernama A. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan manusia ada 5 tingkat yaitu kebutuhan fisik, pemenuhan kebutuhan rasa aman, pengakuan orang lain, harga diri, dan perwujudan diri. Maslow mengatakan kebutuhan paling dasar harus dipenuhi dahulu sebelum mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Pendidikan bagi orang dewasa termasuk kebutuhan akan harga diri (Notoatmodjo, 2007).
5
Dengan pengetahuan manusia akan menjadi lebih tahu dengan apa yang dilihatnya, didengarnya dan dirasakan berdasarkan pengalaman itu menjadikan bekal untuk kehidupan dan merubah perilaku. Untuk mendapatkan pengetahuan berbagai cara bisa dilakukan salah satunya dengan pendidikan yang lebih spesifik tentang kesehatan.
Pendidikan kesehatan berfungsi menjembatani kesenjangan pengetahuan dan perlaku kesehatan yang mampu memotivasi individu untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh untuk menjadi lebih baik soal kesehatan dengan cara menghindar dari hal-hal yang merugikan kesehatan dan menjadikan hidup berguna bagi kesehatan (Febrina, 2012).
Pendidikan kesehatan menjadi komponen dalam promosi kesehatan, pendidikan kesehatan berfungsi membangkitkan keinsyafan dalam aspek-aspek yang merugikan kesehatan lingkungan dari penyebab penyakit dan melibatkan masyarakat. Pendidikan tentang kesehatan berusaha menolong orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan memengaruhi, memungkinkan, dan kuat soal keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri (Heri, 2009).
6
Penggunaan media ini dapat dilihat dari diagram kerucut Edgar dale yang membagi penggunaan alat peraga dari yang memiliki hasil paling bagus bagian bawah dan paling atas yang kurang intens (Noroatmodjo, 2007).
Berdasarkan latar belakang belakang diatas maka pasien dengan Hematemesesis Melena perlu adanya pemenuhan kebutuhan belajar dengan memberikan pendidikan kesehatan, sehingga penulis tertarik menulis Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Ny.K di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”.
B.Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini untuk menganalisa tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Ny.K dengan Hematemesis Melena di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memaparkan hasil pengkajian pada pasien Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
b. Mahasiswa mampu memaparkan masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
c. Mahasiswa mampu memaparkan prioritas masalah yang muncul pada Ny.K di runag Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
7
e. Mahasiswa mampu memaparkan tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
f. Mahasiswa mampu memaparkan evaluasi pencapaian tujuan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan belajar pada Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong. g. Mahasiswa mampu menganalisa tindakan inovasi
keperawatan dengan pendekatan teori maupun jurnal ilmiah. h. Mahasiswa mampu memberikan saran kepada pihak-pihak yang terlibat baik keluarga pasien, rumah sakit, dan insitusi kesehatan agar dapat memanfaatkan menjadikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai refrensi tindakan.
C.Manfaat Penulisan 1. Manfaat Keilmuan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi sumbangan yang berharga pada perkembangan ilmu keperawatan dirumah sakit dan institusi kesehatan terutama dalam hal asuhan pemenuhan kebutuhan belajar pada klien yang membutuhkan sebagai bahan refrensi keilmuan. Inovasi yang di paparkan dapat meningkatkan mutu pelayanan sehingga tujuan dari perawatan dapat tercapai dengan tingkat kepuasaan pasien meningkat.
2. Manfaat Aplikatif
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. (2013). Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi (Edisi 1). Jakarta: Rajawali Press.
Almi, D.U. (2013). Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif Dengan Riwayat Penggunaan Obat NSAID Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia. Medula, 1(01), 72-78.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Azmi, Fadhil et.al. (2016). Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Pasien Hematemesis dan atau Melena di RSUP M Djamil Padang Periode Januari 2010 - Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol (5). 1. Cornelia, et al. (2013). Konseling gizi. Jakarta: Penebar Plus+ (Penebar
Swadaya Grup).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Doenges, Marilynn E., et al. (2014). Nurshing Diagnosa Manual: Planning, Individualizing, & Documenting Client Care. Angeline, Bhesty, et al., (2014) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.
Dorland, W. A. Newman. (2011). Dorland’s Pocket Medical Dictionary (28th Ed.), Mahode, Albertus Agung dkk. (2011) (Alih Bahasa), Jakarta: EGC
Efendi, Ferry Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ernawati, Febrina. (2012). Pengetahuan Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Diare Pada Anak Jalanan di Semarang. Naskah tidak Dipublikasikan
Grace. A. Pierce & Borley. Neil. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Hanafie, Achsanuddin. (2006). Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 39 (3). 243-252.
Herdman, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. Nurshing diagnoses: definitions & classification 2015-2017. Keliat, Budi Anna, et al. (2016) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.
Kozier, Barbara, et al. (2004). Fundamental of Nurshing: Concepts, Process, and Practise (7th Edition). Karyuni, Pamilih Eko, et al. (2010) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.
Levac, Joelle J & Dr. Tracey O’SULLIVAN. (2010). Social Media and Its Use In Health Promotion. Interdiciplinary Journal of Health Sciences. Vol 1 (49-57).
Maryam, Siti. (2014). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Maulana, Heri D. J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal, et al. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Pramukti, Anissa Loviana, et al. (2013). Efektifitas Peraga Food Model dan Flip Chart dalam Pendidikan kesehatan Pasien Diabetes Mellitus Type II di RSUD Tugurejo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 1(3).
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=183 459. Diakses pada 30 Juni 2016 pukul 08.00 WIB
Salimar et al (2009). Peran Penyuluhan dengan Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Gizi Kurang. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI. Vol 32 (2). 122-130
Suminar, Sri Ratna. (2011). Analisis Hukum Terhadap Pemberian Transfusi Darah Di Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jurnal FH. UNISBA. Vol XIII (3).
Syaifuddin, H. (2011). Anatomi fisiologi: kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan & kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Taylor, Cynthia M. (2011). Diagnosa Keperawatan: dengan rencana asuhan. Jakarta: EGC.
Williams, Lippincott & Wilkins. (2009). Nurshing know-how. Evaluating signs & symptoms. Philadelphia/USA: Wolters Kluwer Health.
LAPORAN PENDAHULUAN MELENA
Disusun Oleh Ludi Nur Kurniawan
(A01301784)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
LAPORAN PENDAHULUAN MELENA
A.Definisi
Hematemesis adalah muntah darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996).
Melena adalah tinja hitam atau muntah hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung, lalu dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan (Diktat Askep Pasien dengan Masalah Pencernaan Makanan, 2000).
Hematemesis (muntah darah) dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran cerna bagian atas (diatas ligamentum teres hepatis).Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,sehingga dapat berwarna sebagai kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. Melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis.
B.Etiologi
1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %).
C.Manifestasi Klinik
Menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015) Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut : 1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
muntah dan diare.
2. Demam, berat badan turun, lekas lelah. 3. Ascites, hidratonaks dan edemo.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa, wasir dan varises esofagus.
7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu: Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae, Eritema dan hiperpigmentasi
8. Jari tabuh.
D.Patofisiologi
1. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
2. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik yaitu : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal , (2) fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung, dan (3) fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
3. Barier mukosa lambung
integritas sel mukosa dan regenersi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor ini , yaitu; (1) hipersekresi asam lambung (2) kelemahan barier mukosa lambung.
Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan obat antiinflamasi.
4. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
5. Ulkus Stres
Patways Melena
Zat Kimia, Obat-obatan golongan NSAID, Alkohol
Kelainan di esofagus, kelainan di lambung, penyakit darah
Masuk lambung
Iritasi mukosa lambung
Erosi mukosa lambung, Mual, Muntah, Anoreksia, Perdarahan, Hematemesis Melena
V
(Nurarif, Amin dkk. 2015, Pierce & Boorley, 2006) Vol Intravaskuler
menurun
Merangsang nosi reseptor hipotalamus
Intake Nutrisi adekuat menurun
Agens cedera biologis
Nyeri
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Kurang Informasi
Kurang Pengetahuan Penurunan Hb
Transport O2
menurun
Cepat lelah
Intoleransi Aktivitas
Keletihan
Gangguan perfusi jaringan
Risiko syok Kurang Volume
E.Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan dan pertolongan ang lebih baik. Pengobatan meliputi (Nurarif, Amin dkk. 2015) :
1. Tirah baring.
2. Diit makanan lunak.
3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah. 4. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas. 5. Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi.
6. Pengawasan terhadap Tekanan darah, nadi dan kesadaran bila perlu pasang CVP.
7. Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal.
8. Pemberian obat hemostatik seperti Vit K 4 x 10mg/ hr, antasida, karbosokrom dan golongan H2 reseptor antagonis.
9. Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang tidak diserap usus.
F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel hati yang kurang.
d. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
e. Peninggian kadar gula darah.
f. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan splenomegali, acites.
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus c. Angiografi untuk pengukuran vena portal.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan memproses makanan.
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan/ penurunan kadar Hb. 4. Resiko syok dengan faktor resiko hipovolemik.
5. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang perawatan penyakitnya. 6. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
7. Keletihan b.d anemia
H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan : - Hiperventilasi - Penurunan energi/kelelahan - Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
- Kelelahan otot pernafasan - Hipoventilasi sindrom - Nyeri
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
………..pasien
NIC:
· Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
· Pasang mayo bila perlu
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler - Obesitas
- Injuri tulang belakang DS:
- Dyspnea - Nafas pendek DO:
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi Penurunan pertukaran udara per menit - Menggunakan otot pernafasan tambahan - Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip - Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama - Penurunan kapasitas vital - Respirasi: < 11 – 24 x /mnt
menunjukkan
keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
suction
· Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
· Berikan bronkodilator :
-………..
……….
· Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab · Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas. Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna
nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
DS:
- Nyeri abdomen - Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan
DO: - Diare
- Rontok rambut yang berlebih
- Kurang nafsu makan - Bising usus berlebih - Konjungtiva pucat
NOC:
a. Nutritional status: Adequacy of nutrient b. Nutritional Status : food
and Fluid Intake c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit
Hemoglobin Total iron binding capacity
Jumlah limfosit
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Denyut nadi lemah Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan anti emetik:...
minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
Kelelahan berhubungan
dengan
- psikologis: kecemasan,
gaya hidup yang
membosankan, depresi,
stress
- Lingkungan:
kelembaban, cahaya,
kebisingan, suhu
- Situasi: Kejadian hidup
yang negatif,
- Psikologis: Anemia,
status penyakit,
malnutrisi, kondisi fisik
yang buruk, gangguan
tidur.
DS:
- Gangguan konsentrasi
- Tidak tertarik pada
lingkungan
- Meningkatnya komplain
fisik pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
Kemampuan aktivitas
adekuat
Mempertahankan
nutrisi adekuat
Keseimbangan
aktivitas dan istirahat
Menggunakan tehnik
energi konservasi
Mempertahankan
interaksi sosial
Mengidentifikasi
faktor-faktor fisik dan
NIC :
Energy Management
- Monitor respon
kardiorespirasi terhadap
- Monitor dan catat pola
dan jumlah tidur
pasien
- Monitor lokasi
ketidaknyamanan atau
nyeri selama bergerak
dan aktivitas
- Monitor intake nutrisi
- Monitor pemberian
dan efek samping
obat depresi
- Instruksikan pada
- Secara verbal menyatakan
kurang energi
DO:
- Penurunan kemampuan
- Ketidakmampuan
- Kurang energi
- Ketidakmampuan untuk
mempertahankan aktivitas
tanda-tanda dan gejala
kelelahan
- Ajarkan tehnik dan
manajemen aktivitas
untuk mencegah
kelelahan
- Jelaskan pada pasien
hubungan
kelelahan dengan proses
penyakit
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan intake
makanan tinggi
energi
- Dorong pasien dan
keluarga
mengekspresikan
perasaannya
- Catat aktivitas yang
dapat meningkatkan
kelelahan
- Anjurkan pasien
melakukan yang
meningkatkan relaksasi
(membaca,
mendengarkan musik)
- Tingkatkan
pembatasan bedrest dan
- Batasi stimulasi
lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi
Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : · Tirah Baring
atau imobilisasi · Kelemahan menyeluruh · Ketidakseimb angan antara suplei oksigen dengan kebutuhan Gaya hidup yang dipertahankan. DS:
· Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
· Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas. DO :
· Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas · Perubahan ECG :
keperawatan selama …. Pasien bertoleransi
si dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri
Keseimbang
an aktivitas dan istirahat
NIC :
Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial
- Sindrom respons inflamasi sistemik
NOC
- Syok Prevention - Syok Management Kriteria Hasil
- Nadi dalam batas yang diharapkan - Irama jantung dalam
batas diharapkan kulit, suhu kulit - , denyut jantung. - Monitor SpO2
- Monitor suhu dan pernafasan
- Natrium dbn - Kalium dbn - Klorida dbn - Mg dbn - pH darah dbn
- Monitor tanda asites - Monitor tanda awal
syok
- Berikan cairan iv atau oral yang tepat
- Berikan vasodilator yang tepat
- Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala awal syok - Ajarkan keluarga
tentang langkah awal mengatasi gejala syok.
- Monitor cairan in dan out
- Catat AGD dan SP02 Kecemasan berhubungan
dengan
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman kematian, perubahan
NOC :
- Kontrol kecemasan - Koping
Setelah dilakukan asuhan selama ………klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
· Gunakan pendekatan yang
konsep
diri, kurang pengetahuan dan
hospitalisasi DO/DS: - Insomnia
- Kontak mata kurang - Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri - Iritabilitas
- Takut - Nyeri perut
- Penurunan TD dan denyut nadi
- Diare, mual, kelelahan - Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering - Peningkatan TD, denyut nadi, RR
- Kesulitan bernafas - Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
Klien mampu
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
· Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien · Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
· Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut · Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
· Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien · Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
· Dengarkan dengan penuh perhatian · Identifikasi tingkat kecemasan
· Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan
· Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
· Kelola pemberian obat anti
cemas:... Defisiensi Pengetahuan
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
DS: Menyatakan secara verbal
adanya masalah DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai
NOC:
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga
NIC :
· Kaji tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga
· Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
· Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
· Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat · Identifikasi
mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
· Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
· Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
· Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan · Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta. H. M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI :
http://mitrakeluarga.com/bekasitimur/hematemesis-melena/diakses pada tanggal 09 juni 2016 jam 16.00 wib
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Marlyn E. Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.
Mudjiastuti. Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan. Dipublikasikan, Surabaya. 2000.
Nurarif, Amin huda,dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medik & NANDA NIC – NOC Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction
jogja : Jogja.
SATUAN ACARA PENYULUHAN MELENA
Disusun Oleh :
Ludi Nur Kurniawan (A01301784)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Melena
Hari/Tanggal : Jumat, 10 Juni 2016 Waktu : 09.00 - Selesai
Tempat : Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong Sasaran : Pasien dan Keluarga
Metode : Ceramah dan Diskusi Media : Leaflet, Lembar balik Materi : Terlampir
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan pasien dan keluarga mampu memahami tentang Melena
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan pasien dan keluarga dapat : 1. Menjelaskan pengertian MELENA
2. Menjelaskan Tanda dan Gejala MELENA 3. Menjelaskan Penyebab MELENA
4. Menjelaskan Diit pada pasien MELENA 5. Menjelaskan pencegahan pada MELENA B. Metode
1. Ceramah : memberikan penyuluhan/penjelasan tentang MELENA 2. Diskusi tanya Jawab
D. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan Media Waktu
1 Pembukaan - Memberi salam - Memperkenalkan diri - Menyampaikan pokok
bahasan
- Menjelaskan tujuan penyuluhan
- Kontrak waktu
3 Menit
2 Penyajian - Menjelaskan pengertian MELENA
- Menjelaskan Tanda dan Gejala MELENA
- Menjelaskan Penyebab MELENA
- Menjelaskan Diit pada pasien MELENA
- Menjelaskan pencegahan pada MELENA
- Leaflet - Lembar
Balik
20 Menit
3 Penutup - Memberikan kesempatan bertanya
- Memberikan umpan balik - Menjelaskan hal – hal yang
belum dimengerti - Memberi salam penutup
7 Menit
E. Evaluasi
2 : Menyebutkan tapi tidak benar 3 : Menyebutkan sebagian benar
4 : Menyebutkan dengan baik dan benar 2. Menyebutkan tanda dan gejala MELENA
Score 1 : Tidak dapat meyebutkan 2 : Menyebutkan tapi tidak benar 3 : Menyebutkan salah satu dan benar
4 : Menyebutkan keduanya dengan baik dan benar
3. Menjelaskan penyebab MELENA Score 1 : Tidak dapat menjelaskan
2 : Menjelaskan tapi tidak benar 3 : Menjelaskan sebagian benar
4 : Menjelaskan seluruhnya dengan baik dan benar 4. Menyebutkan Diit yang dianjurkan MELENA
Score 1 : Tidak dapat menyebutkan 2 : Menyebutkan tapi tidak benar 3 : Menyebutkan sebagian benar
4 : Menyebutkan dengan baik dan benar 5. Menyebutkan pencegahan MELENA
Score 1 : Tidak dapat menyebutkan 2 : Menyebutkan tapi tidak benar 3 : Menyebutkan sebagian benar
4 : Menyebutkan dengan baik dan benar
Kriteria hasil :
MATERI
A. PENGERTIAN
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996).
B. PENYEBAB
1. Adanya luka atau pendarahan di lambung atau usus 2. Tukak lambung
3. Wasir 4. Disentri
5. Minuman beralkohol C. TANDA DAN GEJALA
1. Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh). 2. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis). 3. Demam ringan 38-39°C.
4. Nyeri di perut. 5. Hiperperistaltik.
6. Penurunan Hb dan Ht yang terlihat setelah beberapa jam.
7. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah oleh bakteri usus.
1. Makanan yang dianjurkan / yang bisa dikonsumsi
a. Sumber karbohidrat : Beras ditim, nasi, kentang direbus, dipure, mie, makaroni, bihun, direbus, roti, biskuit, krekers, tepung-tepungan dibuat puding atau dibubur.
b. Sumber protein hewani : Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam direbus, disemur, ditim, dipanggang, telur ayam direbus, ditim, didadar, diceplok dengan air, dan dicampur ke dalam makanan; susu.
c. Sumber protein nabati : Tahu, tempe direbus, ditim, ditumis, kacang hijau direbus.
d. Sayuran : Sayuran yang tidak banyak serat dan yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kacang panjang, bit, labu siam, wortel, tomat, labu kuning, direbus, ditumis, disetup, atau diberi santan.
e. Buah-buahan : pepaya, pisang, sawo, jeruk manis, sari buah, buah dalam kaleng.
f. Lemak : Margarin, minyak, santan encer g. Minuman : sirup, teh encer
h. Bumbu : garam, gula, dalam jumlah terbatas, jahe, kunyit, kunci, kencur, laos, salam, sereh, terasi.
2. Makanan Yang Tidak Dianjurkan / Yang Tidak Bisa Dikonsumsi a. Karbohidrat : Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung,
ubi, singkong, talas, kentang di goreng, dodol.
b. Protein hewani : Daging, ikan, ayam yang dikaleng, dikeringkan, diasap, diberi bumbu-bumbu tajam, daging babi, telur goreng. c. Protein nabati : Tahu, tempe digoreng, kacang tanah, kacang
merah, kacang tolo
d. Sayuran : Sayuran yang dikeringkan
f. Lemak : Lemak hewan, santan kental
g. Minuman : Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol, ice cream
h. Bumbu : Lombok, merica, cuka dan bumbu lainnya yang tajam E. PENCEGAHAN
1. Hindari faktor penyebab
2. Tidak menggunakan obat-obat yang dapat mengiritasi lambung 3. Makan teratur atau tidak terlalu cepat.
4. Kurangi makanan yang terlalu pedas dan berminyak 5. Hindari merokok , minum kopi / alkohol
6. Kurangi stres. F. DAFTAR PUSTAKA
M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 1996.
http://mitrakeluarga.com/bekasitimur/hematemesis-melena/diakses pada tanggal 09 juni 2016 jam 16.00 wib.
Nurarif, Amin huda,dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medik & NANDA NIC – NOC Edisi Revisi
Mengenal Melena
Disusun oleh
Ludi Nur K
A01301784
Prodi DIII Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Gombong
2016
Apa Itu Melena
Melena adalah pengeluaran feses
atau tinja yang berwarna hitam
yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran Pencernaan
BAB darah atau biasa disebut
hematochezia ditandai dengan
keluarnya darah berwarna merah
terang dari anus, dapat berbentuk
gumpalan atau telah bercampur
dengan tinja.
PENYEBAB MELENA
-
adanya
luka
atau
pendarahan di lambung atau
usus
-
tukak lambung
-
wasir
-
disentri
-
minuman beralkohol
TANDA DAN GEJALA
-
Syok (denyut Jantung, Suhu
Tubuh).
-
Penyakit hati kronis (sirosis
hepatis).
-
Demam ringan 38-39°C.
-
Nyeri di perut.
Makanan Yang Boleh.
- Karbohidrat : Beras ditim, nasi, kentang direbus, dipure, mie, makaroni, bihun, direbus, roti, biscuit.
- Protein Hewan : Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam direbus, disemur, ditim, dipanggang, telur ayam direbus, ditim, didadar, diceplok dengan air, dan dicampur ke dalam makanan; susu.
- Sumber protein nabati : Tahu, tempe direbus, ditim, ditumis, kacang hijau direbus.
- Sayuran : bayam, kacang panjang, bit, labu siam, wortel, tomat, labu kuning, direbus, ditumis, disetup, atau diberi santan.
- Buah-buahan : pepaya, pisang, sawo, jeruk manis, sari buah, buah dalam kencur, laos, salam, sereh, terasi.
Makanan Yang Tidak
Boleh
a. : Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung, ubi, singkong, talas, kentang di goreng, dodol. b. Protein hewani : Daging, ikan, ayam
yang dikaleng, dikeringkan, diasap, diberi bumbu-bumbu tajam, daging babi, telur goreng.
c. Protein nabati : Tahu, tempe digoreng, kacang tanah, kacang merah, kacang tolo
d.Sayuran : Sayuran yang dikeringkan e. Buah-buahan : Buah yang tinggi
serat dan/atau dapat menimbulkan gas seperti jambu biji, nenas, kedondong, durian, nangka dan buah yang dikeringkan.
f. Lemak : Lemak hewan, santan kental
g. Minuman : Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol, ice cream
h. Bumbu : Lombok, merica, cuka dan bumbu lainnya yang tajam