EVALUASI PENERAPAN TAX PLANNING UNTUK UPAYA MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK DALAM RANGKA MANAJEMEN PAJAK
Frans Sudirjo
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email: frans_sudirjo@yahoo.co.uk
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan dalam membuat perencanaan pajak. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder sebagai sumber data utama (data kepustakaan) dan data primer sebagai sumber data pendukung yang diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan beberapa orang konsultan dan pegawai perpajakan di Semarang. Penyajian data dilakukan secara kualitatif yang berupa uraian-uraian diskriptif, selanjutnya dilakukan analisa data secara normatif kualitatif. Kesimpulan yang dapat disampaikan adalah bahwa perencanaan pajak dilakukan dengan memanfaatkan pengecualian-pengecualian dan celah-celah perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan oleh UU No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak dianggap sebagai pelanggaran yang akan merugikan Wajib Pajak dan tidak mengarah pada penggelapan pajak, perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses pengorganisasian yang dilakukan wajib pajak hingga hutang pajak penghasilannya berada dalam posisi minimal, dimana jumlah pajak yang dibayar suatu badan kepada negara tergantung pada laba yang diperoleh, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial, ada 3 (tiga) unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak:kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan dan administrasi perpajakan, dan perencanaan pajak berperan dalam melakukan penghematan pajak, merupakan suatu usaha memperkecil jumlah pajak yang tidak termasuk dalam ruang lingkup pemajakan.
Kata Kunci: Tahapan Perencanaan Pajak
Abstract
The objective to be achieved in this research is to know how to do the tax planning. Sources of data used in this study are secondary data as the main data source (library data) and primary data as a source of supporting data obtained through interview activities with some consultants and tax officials in Semarang. The presentation of data is done qualitatively which is descriptive descriptions, then conducted data analysis normatively qualitative. The conclusion that can be conveyed is the planning done by utilizing the gaps and the clefts gap permitted by Law No.17 Year 2000 on Taxes so that the planning is not harmful that will harm the Taxpayer and not on the cultivation, tax planning is an organizing process undertaken by the taxpayer for his income tax liability in a minimum position, whereby the amount of tax paid by an entity to the state depends on the profits developed, to the extent that it is possible either by the provisions of the taxation or commercial law, 3 (three) elements of taxation that motivate the planning objectives: taxation policies, tax laws and tax administration, and a tax deduction measure that is not included in the scope of taxation. Keyword: Tax Planning Step
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan setiap
perusahaan adalah mampu mempertahan-kan eksistensinya baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek
dengan cara memaksimalkan laba,
mengusahakan pertumbuhan, dan men-jamin kelangsungan hidup perusahaan. Kunci keberhasilan dari setiap perusahaan untuk mencapai tujuan utama tersebut adalah terletak pada kinerja operasional perusahaan yang tidak terlepas dari pajak,
oleh karena itu perusahaan harus
memperhatikan, mempersiapkan serta
mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi berkaitan dengan pajak. Karena pajak merupakan unsur pengurang
laba, untuk itu diperlukan adanya
perencanaan pajak yakni cara-cara
menghemat pembayaran pajak yang tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan (Nora Dewi dan Titik, 2013).
Perencanaan Pajak merupakan
langkah awal dalam manajemen pajak dimana pada tahap ini dilakukan pengum-pulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang
akan dilakukan. Salah satu fungsi
manajemen pajak adalah perencanaan pajak (tax planning). Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan
penstrukturan yang terkait dengan
konsekuensi potensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan dibayar.
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau kejadian mempunyai
dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah
pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda.
Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak, bukan karena penyelundupan pajak yang tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam penyusunan perencanaan
pajak harus sudah memahami secara
mendalam tentang peraturan-peraturan
perpajakan dan selalu mengikuti perkem-bangan dan perubahan.
Perumusan Masalah
Bagaimanakah cara membuat
perencanaan pajak dan apa saja tahapan dalam membuat perencanaan pajak?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menge-tahui tahapan dalam membuat perencanaan pajak.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen Pajak
Upaya dalam melakukan peng-hematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Namun, perlu diingat bahwa legalitas manajemen pajak tergantung dari instrument yang dipakai. Legalitas baru dapat diketahui secara pasti setelah ada putusan pengadilan. Secara umum manajemen pajak dapat didefinisi-kan: “Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan” (Sophar Lumbatoruan; 1996).
Manfaat manajemen perpajakan
adalah untuk melakukan kewajiban
perpajakan dan usaha efisiensi untuk mencapai laba, mengefisiensikan
pem-bayaran pajak terhutang, melakukan
pembayaran pajak dengan tepat waktu dan membuat data-data terbaru untuk meng-update peraturan perpajakan.
Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Menerapkan peraturan perpajakan
dengan benar.
b. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
c. Membayar pajak menurut hukum dan
peraturan yang berlaku.
d. Menghindari hal-hal yang tidak
terduga.
Di samping itu tujuan
mana-jemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari:
a. Perencanaan pajak (tax planning)
b. Pelaksanaan kewajiban perpajakan
(tax implementation)
c. Pengendalian pajak (tax control) Perencanaan Pajak
Secara garis besar pengertian
Perencanaan Pajak (Tax Planning)
menurut Mohammad Zain dalam bukunya Manajemen Perpajakan (2005:43) menye-butkan bahwa: “Perencanaan Pajak (Tax Planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak lainnya, berada dalam posisi yang
paling minimal, sepanjang hal ini
dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Adapun pengertian Perencanaan
Pajak (Tax Planning) menurut Nur Hidayat dalam artikel Tax Planning Bukan Untuk
Hindari Pajak (2005:1) menyebutkan
bahwa: “Perencanaan Pajak (Tax
Planning) adalah upaya menekan jumlah kewajiban pajak dengan cara legal”.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah upaya untuk mengatur pembayaran
pajak atau meminimalkan kewajiban pajak
dengan tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku, agar pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah yang seharusnya.
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan.
Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak, bukan karena penyelundupan pajak yang tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penyelundupan Pajak (Tax Evasion) Pada umumnya penghindaran pajak dan penyelundupan pajak mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara penyelundupan pajak dalam mengurangi beban pajaknya termasuk perbuatan illegal atau perbuatan melanggar hukum.
Pengertian penyelundupan pajak dan
penghindaran pajak menurut Harry
Graham Balter yang dikutip dalam buku Manajemen Perpajakan (2005:49) adalah: “Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak-apakah berhasil atau tidak-untuk mengurangi atau sama sekali menghapus
utang pajak yang tidak berdasarkan
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sedangkan penghindaran pajak merupakan usaha yang sama, yang
tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan”.
Sedangkan pengertian penyelundupan pajak dan penghindaran pajak menu-rut Robert H. Anderson yang dikutip dan
dialihbahasakan oleh Mohammad Zain
dalam buku Manajemen Perpajakan
(2005:50) adalah sebagai berikut:
“Penyelundupan pajak adalah penyelun-dupan pajak yang melanggar
undang-undang pajak, sedangkan penghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak”.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyelundupan pajak
adalah upaya wajib pajak untuk
meminimumkan beban pajak terutang, yang dilakukan dengan cara melanggar
undang-undang perpajakan sedangkan
penghindaran pajak adalah upaya yang dilakukan untuk meminimumkan beban pajaknya dengan cara tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpaja-kan.
Pengertian penyelundupan pajak tidak
saja terbatas pada kecurangan dan
penggelapan saja, tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan yang disebabkan oleh:
a. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu
wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut.
b. Kesalahan (error), yaitu wajib pajak
paham dan mengerti mengenai
ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, tetapi salah hitung datanya.
c. Kesalahpahaman (misunderstanding),
yaitu wajib pajak salah dalam
menafsirkan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
d. Kealpaan (negligence), yaitu wajib
pajak alpa untuk menyimpan buku beserta bukti-buktinya secara lengkap.
Dengan demikian, penyelundupan pajak dapat pula didefinisikan sebagai suatu tindakan atau sejumlah tindakan yang merupakan pelanggaran terhadap
ketentuan perundang-undangan
perpajakan, seperti:
a. Tidak dapat memenuhi pengisian
Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktunya.
b. Tidak dapat memenuhi pembayaran
pajak tepat pada waktunya.
c. Tidak dapat memenuhi pelaporan
penghasilan dan pengurangannya
secara lengkap dan benar.
d. Tidak dapat memenuhi kewajiban
memelihara pembukuan.
e. Tidak dapat memenuhi kewajiban
menyetorkan pajak penghasilan
karyawan yang dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut. f. Pembayaran dengan cek kosong bagi
Negara yang dapat melakukan
pembayaran pajaknya dengan cek.
g. Melakukan penyuapan terhadap aparat
perpajakan dan atau tindakan
intimidasi lainnya.
Jenis-jenis Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, karena kadang-kadang perusahaan juga harus berhubungan dengan negara di luar Indonesia untuk menjalankan kegiatan
perusahaannya. Untuk itu sebelum
melakukan perencanaan pajak seorang perencana pajak harus mengetahui jenis-jenis perencanaan pajak terlebih dahulu.
Menurut Erly Suandy dalam buku-nya Perencanaan Pajak (2006:122) jenis-jenis perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Perencanaan pajak nasional (national tax planning)
b. Perencanaan pajak internasional
(international tax planning)
Dari kedua jenis perencanaan pajak tersebut terdapat perbedaan yang melekat antara perencanaan pajak nasional dengan perencanaan pajak internasional, yaitu terletak pada peraturan pajak yang akan digunakan. Dalam perencanaan pajak nasional hanya memperhatikan undang-undang domestik.
Sedangkan perencanaan pajak
inter-nasional di samping undang-undang
domestik juga harus memperhatikan
perjanjian pajak dan undang-undang dari negara-negara yang terlibat.
Aspek Dalam Perencanaan Pajak
a. Aspek Formal dan Administratif
Kewajiban mendaftarkan diri
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak (NPPKP);
Menyelenggarakan pembukuan
atau pencatatan;
Memotong dan/atau memungut
pajak;
Membayar pajak;
Menyampaikan Surat
Pemberi-tahuan.
b. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimali-sasi alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang.
Untuk itu, objek pajak harus
dilaporkan secara benar dan lengkap. Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak
Motivasi yang mendasari
dilakukan-nya perencanaan pajak umumnya
bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu:
a. Kebijakan perpajakan (Tax policy) Kebijakan perpajakan merupa-kan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem
perpajakan. Dari berbagai aspek
kebijakan, terdapat faktor-faktor yang
mendorong dilakukannya suatu
perencanaan pajak.
1) Jenis pajak yang akan dipungut Dalam sistem perpajakan modern terdapat berbagai jenis pajak yang
harus menjadi pertimbangan.
Pertama, baik berupa pajak
langsung maupun pajak tidak langsung, seperti:
Pajak Penghasilan Badan atau perseorangan
Pajak atas keuntungan modal
Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk
Pajak atas undian atau hadiah
Bea materai
2) Subjek Pajak
Indonesia merupakan salah satu Negara yang menganut sistem klasik, dimana ada pemisahan antara badan usaha dengan pribadi pemiliknya yang akan menimbul-kan pajak ganda.
Adanya perbedaan perlakuan
perpajakan atas pembayaran
deviden badan usaha kepada
pemegang saham perseorangan dan kepada pemegang saham berbentuk badan usaha, yang menyebabkan timbulnya usaha untuk merencana-kan pajak dengan baik agar beban pajak rendah sehingga sumber daya
perusahaan dapat dimanfaatkan
untuk tujuan lain.
Di samping itu ada
per-timbangan untuk menunda
pembayaran deviden dengan cara meningkatkan jumlah laba yang ditahan. Bagi perusahaan yang juga akan menimbulkan penundanaan pembayaran pajak.
3) Objek pajak
Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas objek pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama, akan menimbulkan usaha peren-canaan pajak agar beban pajaknya rendah.
4) Tarif pajak
Adanya penerapan scheduler
taxation tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang perencana pajak berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang paling rendah.
5) Prosedur pembayaran pajak
Self assessment system dan payment system mengharuskan seorang perencana pajak untuk merencanakan pajaknya dengan baik. Saat ini sistem pemungutan withholding tax di Indonesia makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini, di samping mengganggu arus kas perusahaan, juga bisa
mengakibat-kan kelebihan pembayaran atas pemungutan pendahuluan tersebut padahal untuk memperoleh restitusi atas kelebihan tersebut diperlukan waktu dan biaya.
b. Undang-undang perpajakan (tax law)
Kita menyadari bahwa kenyataan-nya di manapun tidak ada
undang-undang yang mengatur setiap
permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti
oleh ketentuan-ketentuan lain
(Peraturan Pemerintah Keputusan
Presiden, Keputusan
diguna-kan Menteri Keuangan dan Direktur Jenderal Pajak), maka tidak jarang
ketentuan pelaksanaan tersebut
bertentangan mencapai tujuan yang lain yang ingin dicapainya. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah (loopholes) bagi wajib Pajak untuk menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk perencana-an pajak yperencana-ang baik.
c. Administrasi perpajakan (tax
administration)
Indonesia merupakan negara yang begitu luas wilayahnya dan begitu banyak penduduknya, dan
sebagai negara yang sedang
membangun (developing country)
masih mengalami kesulitan dalam
melaksanakan secara memadai
(property). Hal yang mendorong
perusahaan untuk melaksanakan
perencanaan perpajakan (tax planning) dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat fikus dengan Wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang belum efektif.
Secara umum motivasi
dilaku-kannya perencanaan pajak (tax
planning) adalah untuk memaksimal-kan laba setelah pajak (after tax return) karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam pengembalian keputusan atas suatu tindakan dalam
operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada
dalam ketentuan peraturan yang
sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah
mempunyai tujuan lain tersebut)
dengan memanfaatkan:
1.Perbedaan tarif pajak (tax rates) 2.Perbedaan perlakuan atas objek
sebagai dasar pengenaan pajak (tax base)
3. Loopholes, shelters, havens METODOLOGI PENELITIAN
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder sebagai sumber data utama (data kepustakaan) dan data primer sebagai sumber data pen-dukung yang diperoleh melalui kegiatan
wawancara dengan beberapa orang
konsultan dan pegawai perpajakan di Semarang. Penyajian data dilakukan secara
kualitatif yang berupa uraian-uraian
diskriptif, selanjutnya dilakukan analisa data secara normatif kualitatif.
PEMBAHASAN
Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak
Dalam melakukan perencanaan pajak tentunya tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, tetapi harus melalui tahapan-tahapan yang terperinci agar perencanaan pajak yang dilakukan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun tahapan-tahapan dalam
membuat perencanaan pajak menurut Erly Suandy dalam bukunya Perencanaan Pajak (2006:14) adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis informasi (basis data) yang ada.
Tahap pertama dari proses
pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu
mungkin beban pajak yang harus ditanggung.
Hal ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak, baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien. Penting juga untuk
memper-hitungkan kemungkinan besarnya,
penghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain di luar pajak yang mungkin terjadi. Untuk manajer perpajakan harus memperhati-kan faktor-faktor internal maupun eksternal, yakni:
1) Faktor yang relevan
Dalam arus globalisasi dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi, seorang manajer perusahaan
dalam melakukan perencanaan
pajak untuk perusahaannya dituntut
untuk benar-benar menguasai
situasi yang dihadapi, baik secara eksternal maupun internal.
2) Faktor pajak
Dalam menganalisis setiap
permasalahan yang dihadapi dalam
penyusunan perencanaan pajak
tidak terlepas dari dua hal utama yang berkaitan dengan faktor-faktor:
Sistem perpajakan nasional
yang dianut oleh suatu Negara
Sikap fiskus dalam
menafsir-kan peraturan perpajamenafsir-kan baik
undang-undangan domestic
maupun kebijakan perpajakan 3) Faktor non-pajak lainnya
Beberapa faktor non-pajak
yang relevan untuk diperhati-kan dalam penyusunan suatu perencanaan pajak, antara lain:
Masalah badan hukum
Masalah mata uang dan nilai tukar
Masalah pengawasan devisa
Masalah program insentif
investasi
Masalah faktor non-pajak
lainnya
b. Membuat satu model atau lebih
rencana kemungkinan besarnya pajak.
Model perjanjian internasional
dapat melibatkan satu atau lebih atas tindakan-tindakan berikut:
1) Pemilihan bentuk transaksi yang akan dilakukan oleh perusahaan atau hubungan internasional.
2) Pemilihan negara asing sebagai
tempat melakukan investasi atau
menjadi residen dari negara
tersebut.
3) Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak.
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh
mana hasil pelaksanaan suatu
perencanaan pajak terhadap beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Beban pajak tersebut akan dihitung dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:
1) Bagaimana jika perencanaan pajak tidak dilaksanakan
2) Bagaimana jika perencanaan pajak tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik
3) Bagaimana jika perencanaan pajak tersebut dilaksanakan tetapi gagal.
Dari ketiga hipotesis tersebut akan mengeluarkan hasil yang berbeda. Kemudian berdasarkan hasil tersebut
barulah dapat ditentukan apakah
perencanaan pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.
d. Mencari kelemahan, kemudian
mem-perbaiki rencana pajak.
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan baik atau tidak, tentu
harus dievaluasi melalui berbagai
rencana yang dibuat. Dengan demikian keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan
bentuk transaksi dengan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai dengan
bentuk perencanaan pajak yang
inginkan. Kadang-kadang suatu rencana
harus diubah mengingat adanya
perubahan perundang-undangan atau peraturan. Tindakan perubahan harus tetap dijalankan walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil.
Pembuatan suatu rencana sebaik-nya disertai dengan gambaran atau perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa laba setelah pajak yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian jika terjadi kegagalan.
e. Memutakhirkan rencana pajak.
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, namun juga masih perlu
memperhitungkan setiap perubahan
yang terjadi baik dari undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan
Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesem-patan untuk memperoleh manfaat yang potensial.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perencanaan Pajak
Terdapat tiga hal yang harus
diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax planning) menurut Suandy (2003:10) yaitu :
a. Tidak melanggar ketentuan
perpaja-kan. Bila suatu perencanaan pajak (tax planning) dipaksakan dengan
melanggar ketentuan perpajakan,
untuk wajib pajak merupakan risiko
yang sangat berbahaya dan
mengancam keberhasilan perencanaan pajak (tax planning) tersebut.
b. Secara bisnis masuk akal, karena
perencanaan pajak (tax planning) tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perencanaan
menyeluruh perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek, maka perencanaan pajak (tax planning) yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
c. Bukti-bukti pendukung memadai,
misalnya dukungan perjanjian, faktur dan juga perlakuan akuntansinya. PENUTUP
Kesimpulan
Perencanaan pajak dilakukan dengan memanfaatkan pengecualian-pengecualian dan celah-celah perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan oleh UU No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak dianggap sebagai pelanggaran yang akan merugikan Wajib
Pajak dan tidak mengarah pada
penggelapan pajak.
Perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses pengorganisasian yang dilakukan wajib pajak hingga hutang pajak
penghasilannya berada dalam posisi
minimal, dimana jumlah pajak yang dibayar suatu badan kepada negara tergantung pada laba yang diperoleh, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial.
Ada 3 (tiga) unsur perpajakan yang
memotivasi dilakukannya perencanaan
pajak: kebijakan perpajakan,
undang-undang perpajakan dan administrasi
perpajakan.
Perencanaan pajak berperan dalam melakukan penghematan pajak, merupakan suatu usaha memperkecil jumlah pajak yang tidak termasuk dalam ruang lingkup pemajakan.
Saran
1) Dengan adanya kebijakan Tax
Planning pada perusahaan yang dilaksanakan dengan tepat maka akan
memberikan keuntungan karena
adanya penghematan pajak.
2) Perusahaan harus lebih memahami
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku serta harus selalu mengikuti perkembangan perubahan peraturan perpajakan yang terbaru sehingga manajemen dapat memahami dan melaksanakan peraturan perpajakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, N. (2005). Tax Planning Bukan Untuk Hindari Pajak. Jakarta: Erlangga.
Lumbantoruan, S. (1996). Akuntansi
Pajak. Jakarta : PT Gramedia.
Nora Dewi Lestari Leo, N.D.L. & Mildawati, T. (2013). Penerapan Tax Planning PPN dalam Penghematan
Beban Cash Flow di CV. MMM.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 2(8).
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia (STIESIA). Surabaya. Suandy, E. (2003). Perencanaan Pajak,
Edisi Revisi. Jakarta: Salemba
Empat.
---. (2006). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Lembaga Manajemen Informasi.
Zain, Mohammad. (2005). Manajemen
Perpajakan (Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat.