dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Penerbit
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi
Panduan Teknis Beracara
dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi
xix + 78 hal; 10,5 x 15 cm
Cetakan pertama, Maret 2009
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved
Penerbit
Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat
Telp. (021) 2352-9000, Faks. (021) 3520-177
PO. Box. 999 Jakarta 10000
Laman: www.mahkamahkonstitusi.go.id
Puji sukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, naskah ini dapat terbit pada saat yang
tepat menjelang Pemilihan Umum 2009 yang
akan dilanjutkan dengan persidangan
perselisih-an hasil Pemilu 2009 di Mahkamah Konstitusi
apabila terjadi sengketa hasil perolehan suara
peserta pemilu. Dengan terbitnya buku ini
di-harapkan dapat memudahkan dan mempercepat
berbagai pihak yang terkait dalam persidangan
perselisihan hasil pemilu tersebut di Mahkamah
Konstitusi. Salah satu ikhtiar yang dilakukan
untuk itu adalah bahwa buku ini memuat narasi
secara singkat, padat, dan dilengkapi dengan
berbagai alur gambar sehingga diharapkan lebih
mudah dan lebih cepat dipahami.
Hal ini dipandang penting mengingat
persidangan perselisihan hasil Pemilu Legislatif
di Mahkamah Konstitusi paling lambat sudah
harus diputus dalam 30 hari kerja sehingga
ke-siapan semua pihak, baik Pemohon, Termohon,
Turut Termohon, dan Mahkamah Konstitusi
sendiri dalam penyelenggaraan persidangan
perselisihan hasil pemilu merupakan kebutuhan
bersama. Seiring dengan itu, kelancaran dan
ke-tertiban persidangan itu juga terkait erat dengan
kelancaran pelaksanaan kalender
ketata-negaraan yang telah menjadi konvensi negara
kita, terutama terkait pengucapan sumpah
anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Penerbitan buku ini mendapat dukungan
sepenuhnya dari berbagai pihak. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada Ketua
Mahkamah Konstitusi, Bapak Prof. Dr. Moh.
Mahfud MD., S.H. yang telah berkenan
mem-berikan pengantar dan memmem-berikan arahan dan
bimbingan. Demikian pula kami menyampaikan
terima kasih kepada Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi, Bapak Prof. Abdul Mukthie Fadjar,
S.H., M.S. dan Hakim Konstitusi Bapak Maruarar
Siahaan, S.H. serta Bapak/Ibu Hakim Konstitusi
lainnya yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan buku ini. Kami juga
menyampaikan terima kasih kepada Tim
Penyusun Buku Panduan ini yang telah bekerja
dengan cermat sehingga buku ini dapat terbit
tepat waktu.
Akhirnya semoga buku ini bermanfaat.
Jakarta, 20 Maret 2009
Sekretaris Jenderal
Mahkamah Konstitusi,
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
Pengantar
Ketua Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi dibentuk berdasarkan
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang
merupakan hasil Sidang Tahunan Majelis
Per-musyawaratan Rakyat, 9 November 2001.
Mahkamah Konstitusi, sebagaimana diatur dalam
Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C UUD
1945,
merupakan salah satu lembaga negara pelaku
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Agung.
Kedudukan Mahkamah Konstitusi sederajat
dengan lembaga-lembaga negara lain, seperti
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan,
dan Mahkamah Agung. Terbentuknya Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu wujud
penguat-an prinsip
checks and balances
antarlembaga
negara serta perlindungan hak konstitusional
warga negara yang dijamin oleh konstitusi.
UUD 1945 telah mengatur secara limitatif
wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi.
Wewenang yang diberikan oleh UUD 1945 kepada
Mahkamah Konstitusi adalah mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap UUD 1945; memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang
kewenangan-nya diberikan oleh UUD 1945; memutus
pem-bubaran partai politik; dan memutus
perselisih-an tentperselisih-ang hasil pemilihperselisih-an umum. Adapun
kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberi
putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945,
atau biasa dikenal dengan istilah
impeachment.
Sejak awal keberadaannya pada 2003,
Mahkamah Konstitusi telah melaksanakan tiga
dari empat wewenangnya, yaitu menguji
undang-undang terhadap UUD 1945; memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum. Dalam konteks penanganan perkara
perselisihan pemilihan umum (PHPU), terhitung
sejak November 2008, Mahkamah Konstitusi
telah pula memiliki wewenang untuk mengadili
perkara perselisihan pemilihan umum kepala
daerah (Pemilukada).
Adapun satu wewenang belum dijalankan
karena tidak ada permohonan yang masuk, yakni
memutus pembubaran partai politik. Dengan
alasan sama, satu-satunya kewajiban juga belum
dijalankan, yakni memberikan putusan atas
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut UUD 1945
.
Ruang lingkup wewenang dan kewajiban
Mahkamah Konstitusi terkait erat dengan
masalah ketatanegaraan dan politik. Dengan
demikian, penyelesaian sengketa
masalah-masalah ketatanegaraan dan politik diharapkan
tidak lagi diselesaikan dengan menggunakan
kekuatan dan kekuasaan, melainkan diselesaikan
secara konstitusional, institusional, dan
demo-kratis dengan menggunakan mekanisme hukum
melalui peradilan di Mahkamah Konstitusi.
Mengingat keberadaannya yang dekat dengan
masalah-masalah konstitusi serta peranannya
menjaga dan mengawal konstitusi, maka
Mahkamah Konstitusi disebut sebagai Lembaga
Negara Pengawal Konstitusi.
Pelaksanaan tugas konstitusional Mahkamah
Konstitusi yang dilakukan oleh sembilan Hakim
Konstitusi, memerlukan dukungan secara formal
baik berkaitan dengan ketentuan beracara
maupun secara materiil mengenai subtansi
kewenangan dan tugas Mahkamah Konstitusi.
Saat ini pelaksanaan kewenangan dimaksud
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang
selanjutnya telah pula dijabarkan dalam
beberapa Peraturan Mahkamah Konstitusi.
Dalam hal penyelesaian perselisihan hasil
pemilihan umum, Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi menegaskan bahwa proses
penangan-an perkara ini harus diselesaikpenangan-an dalam waktu
cepat (
speedy trial
). Dalam penyelesaian
perselisihan pemilu legislatif (DPR, DPRD, dan
DPD), Mahkamah Konstitusi memiliki waktu
penyelesaian 30 (tiga puluh) hari kerja.
Sedangkan untuk pemilihan umum Presiden dan/
Wakil Presiden harus diselesaikan dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari kerja. Oleh karena
itu, untuk menyelesaikan perkara ini diperlukan
dukungan serta persiapan yang memadai.
Penanganan perkara perselisihan umum
merupakan kesempatan kedua kalinya bagi
Mahkamah Konstitusi, setelah berhasil
me-laksanakan perintah undang-undang untuk
menangani peselisihan terkait Pemilu Legislatif
dan Presiden pada 2004. Namun penyelesaian
tersebut bukan tanpa kendala.
Berdasarkan pengalaman tersebut,
Mah-kamah Konstitusi memandang perlu melakukan
berbagai langkah antisipasi agar penanganan
perselisihan hasil Pemilu Legislatif dan Presiden
pada 2009 berhasil dengan baik. Salah satu
bentuk antisipasi dimaksud adalah
penyebar-luasan informasi tentang prosedur beracara di
Mahkamah Konstitusi melalui penerbitan buku
panduan beracara ini. Mahkamah Konstitusi
berharap penerbitan buku panduan ini bisa
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
hukum acara perselisihan hasil pemilihan umum,
sehingga secara tidak langsung akan mendukung
terwujudnya mekanisme peradilan cepat,
transparan, dan akuntabel.
Jakarta, 25 Maret 2009
Daftar Isi
Dari Penerbit
... .v
Pengantar Ketua Mahkamah Konstitusi ... ix
Daftar Isi
... xv
Daftar Singkatan ... ... xvii
Daftar Lampiran ... ...xix
I. Pendahuluan ... 1
II. Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum, Pemohon, dan Termohon ... 8
II.1.
Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD,
dan DPRD ... 8
II.2.
Permohonan PHPU Anggota DPR,
DPD, dan DPRD ... ... 10
II.2.1. Materi Permohonan ... 10
II.2.2. Dalil Permohonan ... 12
II.2.3. Sistematika Permohonan ... 13
II.2.4. Bukti Pendukung
Permohonan ... 16
II.2.5. Saksi ... 20
III.1. Persyaratan Umum ... 21
III.2. Tata Cara Mengajukan
Permohon-an dPermohon-an Registrasi Perkara ... 25
III.3. Tata Cara Mengajukan
Per-mohonan secara
online ...
29
IV. Persidangan dan Rapat
Permusyawaratan Hakim ... 32
IV.1. Penjadwalan Sidang ... 32
IV.2. Jenis dan Tahap Persidangan ... 33
IV.3. Rapat Permusyawaratan Hakim .... 37
IV.4. Persidangan Jarak Jauh ... 38
IV.5. Pemeriksaan Setempat ... 40
IV.6. Sidang Pengucapan Putusan ... 41
V. Putusan MK ... 42
V.1. Umum
... 42
V.2. Sidang Pembacaan Putusan ... 43
V.3. Amar Putusan ... 43
V.4. Sifat Putusan ... 44
V.5. Pelaksanaan Putusan ... 45
V.6. Akses Terhadap Putusan ... 45
Daftar Singkatan
dan Akronim
Bawaslu
: Badan Pengawas Pemilihan
Umum
BRPK
: Buku Registrasi Perkara
Konstitusi
DPD
: Dewan Perwakilan Daerah
DPR
: Dewan Perwakilan Rakyat
DPRA
: Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
DPRD
: Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
DPRK
: Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten/Kota di Aceh
:
electronic mail
FH
: Fakultas Hukum
KIP
: Komisi Independen Pemilihan
(sebagai penyelenggara Pemilu
DPRA dan DPRK di Aceh)
KPU
: Komisi Pemilihan Umum
KPPS
: Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara
KTP
: Kartu Tanda Penduduk
Panwaslu
: Panitia Pengawas Pemilihan
Umum
Parpol
: Partai Politik
Pemilu
: Pemilihan Umum (Anggota
DPR, DPD, dan DPRD)
PHPU
: Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum
PPK
: Panitia Pemilihan Kecamatan
RPH
: Rapat Permusyawaratan
Hakim
SIMPEL
: Sistem Informasi Manajemen
Permohonan Elektronik
TPS
: Tempat Pemungutan Suara
vicon
:
video conference
Daftar Lampiran
1.
Model Permohonan PHPU Anggota DPR dan
DPRD
2.
Model Permohonan PHPU Anggota DPD
3.
Model Permohonan PHPU Anggota DPRA dan
DPRK
4.
Akta Penerimaan Berkas Permohonan
5.
Check list
Pemeriksaan Berkas
6.
Daftar Bukti Perkara
7.
Tanda Terima
8.
Tanda Terima Permohonan Baru (
online
)
9.
Akta Pemberitahuan Kekuranglengkapan
Berkas Permohonan
10. Akta Registrasi Perkara
11. Surat Panggilan Sidang
12. Surat Kuasa
13. Daftar Fakultas Hukum tempat Fasilitas
Video Conference
14. Alamat Mahkamah Konstitusi dan Nomor
Telepon Layanan
Bab I
Pendahuluan
Pasal 24C UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan empat
kewenangan dan satu kewajiban kepada
Mahkamah Konstitusi. Salah satu kewenangan
yang diamanatkan kepada Mahkamah Konstitusi
adalah mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum.
Amanat yang disebut dalam Pasal 24C UUD
1945 ditegaskan kembali dalam Pasal 10
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (UU MK). Selanjutnya teknis
pelaksanaan kewenangan tersebut diatur dalam
Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK).
Tata cara pengajuan permohonan yang
di-sajikan dalam buku
Panduan Ringkas Beracara
dalam Perkara PHPU Anggota DPR, DPD, dan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum (UU
Penye-lenggara Pemilu), Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU
Pemilu Legislatif), dan PMK Nomor 16 Tahun 2009
tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Perselisihan hasil Pemilu pada hakikatnya
harus dibedakan dari pelanggaran pidana
Pemilu. Pelanggaran administratif Pemilu harus
diselesaikan oleh KPU berdasarkan laporan
Bawaslu/Panwaslu, sedangkan pelanggaran
pidana Pemilu harus ditangani dan diselesaikan
oleh aparat penegak hukum, yaitu kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan umum (pengadilan
negeri atau pengadilan tinggi). Menurut Pasal
257 Ayat (1) UU No. 10 Tahun 2008, pelanggaran
pidana Pemilu yang memengaruhi perolehan
suara Pemilu harus selesai sebelum KPU
menetapkan hasil Pemilu secara nasional.
Oleh karena itu, seharusnya perkara
peselisihan hasil Pemilu yang diajukan ke
Mahkamah Konstitusi bersih dari urusan-urusan
pelanggaran pidana Pemilu. Apabila pelanggaran
pidana Pemilu yang memengaruhi perolehan
suara hasil Pemilu belum/tidak diselesaikan
sebelum penetapan KPU, maka Mahkamah
Konstitusi akan berpegang pada
khittah
-nya
sebagai Pengawal Konstitusi, yaitu mengawal
asas-asas Pemilu yang luber dan jurdil yang
tercantum dalam Pasal 22E Ayat (1) UUD 1945.
Perselisihan hasil Pemilu yang ditangani
Mahkamah Konstitusi adalah perselisihan yang
timbul karena adanya perbedaan hasil
penghitungan suara dalam Pemilu. Perselisihan
hasil penghitungan suara tersebut adalah antara
hasil yang ditetapkan penyelenggara Pemilu
dengan penghitungan oleh Pemohon.
Peradilan perselisihan hasil Pemilu
merupa-kan
speedy trial
. Artinya “Perselisihan Hasil
Pemilu diperiksa dan diputus secara cepat dan
sederhana”.
Speedy trial
dilakukan karena
perkara perselisihan hasil Pemilu menyangkut
suksesi lembaga politik. Jika
lembaga-lembaga politik (hasil Pemilu) tidak segera
terbangun dengan stabil, akan mengakibatkan
terganggunya proses-proses kenegaraan.
Berdampingan dengan sifat
speedy trial
,
putusan Mahkamah Konstitusi bersifat
final and
binding
‘final dan mengikat’. Putusan Mahkamah
Konstitusi langsung memperoleh kekuatan
hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada
upaya hukum yang dapat ditempuh.
Alur Perkara PHPU
Catatan: Gambar menunjukkan adanya
3 desk/meja/panel.
Permohonan ke MK Lengkap Dicatat dalam BRPK Pengumuman KPU Belum Lengkap Lengkap Perbaikan oleh Pemohon Sidang Pemeriksaan Pelayanan Konsultasi Putusan/ Ketetapan Minutasi Berkas Penyusunan Laporan Pencatatan Pengolahan DataPermohonan ke MK Lengkap Dicatat dalam BRPK Pemberitahuan kepada KPU Belum Lengkap Lengkap Perbaikan oleh Pemohon
Ket. dan Bukti dari KPU Sidang Pemeriksaan RPH Putusan/ Ketetapan Minutasi Berkas Penyusunan Laporan Pencatatan Pengolahan Data Penyampaian Putusan kepada: Presiden KPU Pemohon Pihak terkait
Bab II
Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum, Pemohon, dan Termohon
II.1.
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum
(PHPU) Perselisihan yang dimaksud
adalah perselisihan antara
peserta Pemilu dan KPU
sebagai penyelenggara Pemilu
mengenai penetapan secara
nasional perolehan suara hasil
Pemilu oleh KPU; dan
per-selisihan antara peserta Pemilu
DPRA dan DPRK di Aceh dan KIP.
Para Pihak dalam Perkara:
Pihak lain selain
Pe-mohon yang
memi-liki kepentingan
ter-kait permohonan.
a.Perseorangan calon Anggota DPD peserta
Pemilu;
b.Partai politik peserta Pemilu; atau
c. Partai Politik dan Partai Politik Lokal
Peser-ta Pemilu AnggoPeser-ta DPRA dan DPRK di Aceh
a. KPU provinsi dan/atau KIP Aceh, dalam
perselisihan hasil penghitungan suara calon
Anggota DPRD provinsi dan/atau DPRA; atau
b.KPU kabupaten/kota dan/atau KIP
kabupa-ten/kota di Aceh, dalam perselisihan hasil
penghitungan suara calon Anggota DPRD
kabupaten/kota dan/atau DPRK di Aceh.
Komisi Pemilihan
Umum (KPU)
Pemohon
Termohon
Turut
Termohon
Pihak
Terkait
Peserta lain dalam Pemilu yang terpengaruh
Putusan Mahkamah Konstitusi dapat ikut menjadi
memberikan keterangan di Mahkamah Konstitusi
sebagai Pihak Terkait.
II.2.
Permohonan PHPU
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
II.2.1.
Materi Permohonan
Materi atau pokok permasalahan dalam
permohonan adalah penetapan perolehan
suara hasil Pemilu yang telah diumumkan
secara nasional oleh KPU yang memengaruhi:
a. terpenuhinya ambang batas perolehan
suara 2,5% (dua koma lima persen) untuk
partai politik;
b. perolehan kursi Partai Politik peserta
Pemilu di suatu daerah pemilihan;
c. perolehan kursi Partai Politik lokal
II.2.2.
Dalil Permohonan
Dalam permohonannya, Pemohon harus
me-nyampaikan dalil yang menjelaskan kebenaran
permohonan, yang antara lain berisi hal berikut.
a.
b.
Tempat terjadinya kesalahan
Adanya kesalahan penghitungan
suara yang tidak diikuti koreksi/
pembetulan oleh KPU, KPU
pro-vinsi, KIP Aceh, KPU kabupaten/
kota, atau KIP kabupaten/kota;
Pengadilan Negeri
setempat tentang telah
terjadinya perbuatan/tindak
pidana (jika telah terjadi tindak
pidana) Pemilu;
c.
penghitungan suara.
P u t u s a n
Permohonan disusun dengan sistematika
meliputi:
II.2.3.
Sistematika Permohonan
a. identitas pemohon;
b. kesalahan hasil penghitungan suara yang
diumumkan oleh KPU dan hasil penghitungan
suara yang benar menurut pemohon.
Pemohon juga wajib menjelaskan siapa pihak
yang terpengaruh oleh kesalahan
penghitung-an suara tersebut;
c. permintaan untuk membatalkan hasil
peng-hitungan suara yang diumumkan oleh KPU dan
permintaan menetapkan hasil penghitungan
suara yang benar menurut pemohon.
d. daftar calon ahli dan/atau saksi disertai
pernyataan singkat tentang hal-hal yang akan
diterangkan terkait dengan alasan
permohon-an, serta pernyataan bersedia menghadiri
persidangan.
Identitas pemohon dalam permohonan
setidaknya terdiri dari:
n
Nama
n
Tempat Tanggal Lahir/Umur
n
Agama
n
Alamat lengkap
n
Nomor telpon/faksimili/
n
Pekerjaan
n
Nama Parpol
n
Nama Ketua Umum, atau nama
jabatan sejenisnya dari Parpol
n
Nama Sekretaris Jenderal, atau
nama jabatan sejenisnya dari
Parpol
n
Alamat lengkap kantor Parpol
n
Nomor telpon/faksimili/
a.1. bagi calon
Ang-gota DPD:
a.2.
bagi Parpol
pe-serta Pemilu calon
Anggota DPR:
n
Nama Parpol
n
Nama Ketua Umum, atau nama
sejenisnya dari Parpol lokal
n
Nama Sekretaris Jenderal, atau
nama sejenisnya dari Parpol lokal
n
Alamat lengkap kantor Parpol
lokal
n
Nomor telpon/faksimili/
a.3. bagi Parpol lokal:
Penyebutan identitas dilampiri dengan alat
bukti yang sah, antara lain foto kopi KTP, kartu
pemilih, tanda bukti peserta Pemilu, serta
identitas lain yang sah sesuai kedudukan
Pemohon.
II.2.4.
Bukti Pendukung Permohonan
Alat bukti pendukung harus disertakan dalam
pengajuan permohonan bersangkutan. Alat bukti
dalam PHPU terdiri atas:
a. surat atau tulisan;
b. keterangan saksi;
c. keterangan ahli;
d. keterangan para pihak;
e. petunjuk; dan
f. informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik.
Alat bukti tertulis, antara lain terdiri dari:
a. Ketetapan KPU tentang Parpol peserta
Pemilu;
b. berita acara dan salinan pengumuman hasil
pemungutan suara Parpol peserta Pemilu dan
calon Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA, dan
DPRK di TPS;
c. berita acara dan salinan rekapitulasi jumlah
suara Parpol peserta Pemilu dan calon
Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA, dan DPRK
dari PPK;
d. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara Parpol peserta Pemilu
dan calon Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA,
dan DPRK dari KPU kabupaten/kota;
e. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRD
kabu-paten/kota;
f. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRK;
g. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KPU provinsi;
h. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KIP Aceh;
i. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRD provinsi;
j. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRA;
k. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KPU atau dari KIP;
l. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara secara nasional Anggota
DPR, DPD, dan DPRD dari KPU;
m. salinan putusan pengadilan yang telah
memeroleh kekuatan hukum tetap yang
memengaruhi perolehan suara partai politik
peserta Pemilu dan calon Anggota DPR, DPD,
DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPRA,
dan DPRK; dan
n. dokumen tertulis lainnya.
Alat bukti surat atau tulisan yang disebut di
atas adalah alat bukti yang memiliki keterkaitan
langsung dengan objek perselisihan hasil Pemilu
yang dimohonkan ke Mahkamah Konstitusi.
Untuk memudahkan pengelompokan bukti
dari para pihak, setiap alat bukti diberi kode
berupa huruf P untuk Pemohon; huruf T untuk
Termohon; dan Tk untuk Pihak Terkait.
Misalnya, bukti dari Pemohon secara
ber-urutan dimulai dari P-1 untuk alat bukti
per-tama; P-2 untuk alat bukti kedua; P-3 untuk alat
bukti ketiga; dan seterusnya.
Alat bukti yang diserahkan, harus dilengkapi
daftar alat bukti.
Alat bukti tertulis sebagaimana tersebut di
atas diserahkan dalam rangkap 12 (dua belas);
setelah 1 (satu) rangkap dibubuhi materai cukup
Saksi adalah orang yang melihat, mendengar,
atau mengalami sendiri proses penghitungan
suara yang diperselisihkan. Saksi dalam
perselisihan hasil Pemilu terdiri atas:
a. saksi resmi peserta Pemilu, dan
b. saksi pemantau Pemilu
yang bersertifikat.
Selain saksi di atas, yang diajukan oleh
Pemohon, Mahkamah Konstitusi dapat
memanggil saksi lain seperti Bawaslu/Panwaslu
atau Kepolisian.
II.2.5.
Saksi
Bab III
Tata Cara
Pengajuan Permohonan
III.1.
Persyaratan Umum
Permohonan diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia oleh pemohon atau kuasanya
kepada Mahkamah Konstitusi dalam 12 (dua
belas) rangkap.
Penetapan
oleh KPU
hasil Pemilu
secara nasional
Petugas Penerima
Permohonan
Pengajuan
permohonan
ke MK
Permohonan diajukan kepada Mahkamah
Konstitusi dalam jangka waktu paling lambat
3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU
mengumumkan penetapan perolehan suara hasil
Pemilu secara nasional oleh KPU. Berikut ini
contoh cara menghitung tenggat pendaftaran
perkara.
Bagi Calon Anggota DPD dan Parpol lokal
peserta Pemilu DPRA dan DPRK di Aceh,
pengajuan permohonan dapat dilakukan
secara
online
melalui Sistem Informasi
Manajemen Permohonan Elektronik (SIMPEL)
di laman www.mahkamahkonstitusi.go.id;
dikirimkan melalui
ke alamat
daftaronline@mahkamahkonstitusi.go.id;
maupun melalui faksimili.
Meskipun demikian, berkas permohonan
asli tetap harus diterima Mahkamah
Konstitusi paling lambat 3x24 (tiga kali dua
puluh empat) jam setelah berakhirnya batas
waktu pengajuan permohonan.
Kuasa Pemohon harus menunjukkan surat
penunjukan sebagai kuasa khusus yang
ditandatangani oleh:
§
Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari
dewan pimpinan pusat atau jabatan
sejenis dari partai politik atau partai
politik lokal Peserta Pemilu yang
mengajukan permohonan; atau
§
Calon Anggota DPD Peserta Pemilu yang
mengajukan permohonan.
Permohonan ditandatangani oleh:
§
Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari
dewan pimpinan pusat atau jabatan
se-jenis dari Partai Politik atau Partai Politik
Lokal Peserta Pemilu atau kuasanya; atau
§
Calon Anggota DPD Peserta Pemilu atau
III.2.
Tata Cara Mengajukan Permohonan
dan Registrasi Perkara
Permohonan diserahkan kepada Petugas
Bagian Pendaftaran Perkara. Pada saat
pengaju-an permohonpengaju-an, petugas akpengaju-an memeriksa berkas
permohonan sesuai syarat kelengkapan.
Proses pemeriksaan kelengkapan administrasi
permohonan bersifat terbuka; dapat
diseleng-garakan melalui forum konsultasi oleh calon
Pemohon dengan staf Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi.
Pengumuman
KPU
Pelayanan
Konsultasi
Permohonan
ke MK
Permohonan
ke MK
Belum
Lengkap
Lengkap
Perbaikan
oleh Pemohon
Lengkap
Dicatat
dalam BRPK
Jika terdapat kekuranglengkapan isi (dan
berkas) permohonan, Pemohon wajib
me-lengkapi dalam jangka waktu 1x24 (satu kali dua
puluh empat) jam.
Apabila kekurangan dimaksud tidak
di-lengkapi dalam jangka waktu 1x24 (satu kali dua
puluh empat) jam, Panitera akan melaporkan
hal tersebut kepada Majelis Hakim sebagai
bahan pertimbangan dalam memutus perkara.
Permohonan yang sudah tercatat dalam BRPK
dikirimkan oleh Panitera Mahkamah Konstitusi
kepada KPU dalam jangka waktu paling lambat
3 (tiga) hari kerja. Pengiriman permohonan
kepada KPU disertai permintaan agar KPU
memberikan keterangan tertulis yang dilengkapi
bukti-bukti hasil penghitungan suara yang
dipersengketakan.
Keterangan tertulis KPU
sudah harus diterima
Mah-kamah Konstitusi paling
lambat 1 (satu) hari
sebelum hari persidangan.
Ket. dan Bukti
dari KPU/KIP
Sidang
Pemeriksaan
Permohonan
Dicatat
dalam BRPK
Pemberitahuan
kepada KPU/KIP
III.3.
Tata Cara
Mengajukan Permohonan secara “Online”
Prosedur pendaftaran perkara melalui
fasilitas SIMPEL adalah sebagai berikut:
a. Pemohon membuka laman (
website
)
Mahkamah Konstitusi di
www.mahkamahkonstitusi.go.id, kemudian
masuk ke fitur SIMPEL;
b. Pemohon melakukan pendaftaran dengan
mengisi formulir data diri Pemohon secara
lengkap. Formulir data diri Pemohon bisa
dibuka dengan meng-klik fitur “Perkara
Online” kemudian meng-klik fitur
“Pendaftaran”.
Pada tahap ini Pemohon akan
memperoleh
user name
dan
password
;
c. Pemohon
log in
dengan cara memasukkan
user name
dan
password
ke fitur
log in
;
d. Setelah
log in
ke dalam SIMPEL, silakan klik
fitur Perkara Online dan memilih menu
berikut ini:
Pendaftaran melalui SIMPEL,
, atau
faksimili, dilakukan dalam tenggat 3x24 jam
setelah pengumuman KPU. Selanjutnya berkas
permohonan asli harus diterima Mahkamah
Konstitusi paling lambat 3x24 jam setelah
ber-akhirnya batas waktu pengajuan permohonan.
§
Permohonan Perkara;
§
Permohonan Pihak Terkait;
§
Pengajuan Saksi dan Ahli;
§
Penarikan Perkara;
§
Tambah Dokumen;
§
Risalah Sidang;
§
Putusan Sidang;
§
Jadwal Sidang;
§
Perkembangan Perkara.
e. Klik fitur print untuk memperoleh tanda bukti
telah melakukan pendaftaran.
f. Bukti pendaftaran harus disertakan saat
Pemohon menyampaikan asli berkas kepada
Mahkamah Konstitusi.
a. Selambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
permohonan PHPU dicatat dalam BRPK,
Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang
pertama.
b. Pemberitahuan hari sidang pertama diterima
Pemohon selambatnya 3 (tiga) hari kerja
sebelum hari persidangan.
Bab IV
Persidangan dan
Rapat Permusyawaratan Hakim
IV.1.
Penjadwalan Sidang
Permohonan
BRPK
7 hari
kerja
Pemberitahuan disampaikan oleh juru
pang-gil melalui surat, telepon, atau faksimile.
IV.2.
Jenis dan Tahap Sidang Pemeriksaan
Pemeriksaan Pendahuluan
a. Pemeriksaan pendahuluan dilakukan
dalam persidangan terbuka untuk umum
oleh Panel Hakim yang sekurangnya
ter-diri atas 3 (tiga) orang hakim konstitusi.
b. Panel Hakim memeriksa kelengkapan dan
kejelasan materi permohonan.
c. Panel Hakim wajib memberi nasihat
kepada Pemohon untuk melengkapi dan/
atau memperbaiki permohonan apabila
terdapat kekurangan.
d. Pemohon diberi kesempatan melengkapi
dan/atau memperbaiki permohonannya
dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam.
Pemeriksaan Persidangan
a. Pemeriksaan Persidangan dilakukan
dalam persidangan terbuka untuk umum
oleh Panel Hakim atau oleh Pleno Hakim.
b. Pemeriksaan Persidangan dilakukan
setelah Pemeriksaan Pendahuluan
se-lesai; atau setelah Mahkamah menerima
perbaikan permohonan.
c. Tahapan dalam Pemeriksaan Persidangan
terdiri dari pemeriksaan:
§
jawaban Termohon;
§
keterangan Pihak Terkait;
§
pembuktian oleh Pemohon, Termohon,
Turut Termohon, Pihak Terkait; dan
§
kesimpulan.
d. Untuk kepentingan pembuktian,
Mahka-mah dapat memanggil KPU provinsi dan/
atau KIP Aceh, KPU kabupaten/kota dan/
atau KIP kabupaten/kota tertentu untuk
memberikan keterangan sebagai Turut
Termohon.
e. Apabila diperlukan, Mahkamah dapat
me-netapkan putusan sela.
f. alat bukti lain berupa informasi
dan komunikasi elektronik.
a. keterangan para pihak;
b. surat atau tulisan;
c. keterangan saksi;
e. petunjuk; dan
Mahkamah dalam memutus akan/dapat
mempertimbangkan Alat Bukti yang terdiri
dari:
Setelah pemeriksaan sidang dianggap
cukup, Mahkamah Konstitusi mengadakan
Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) untuk
mengambil putusan. Rapat ini dilaksanakan
secara tertutup oleh Pleno Hakim.
Sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum.
Artinya, segenap masyarakat bebas untuk mengikuti
jalannya persidangan di Mahkamah Konstitusi.
Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH)
diselenggarakan setelah Pleno Hakim
melaporkan bahwa pemeriksaan perkara
dipandang cukup dan dapat segera diambil
putusan. RPH dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Dilaksanakan secara tertutup.
b. Dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
orang hakim konstitusi.
c. Membahas rancangan putusan.
d. Pengambilan putusan dilakukan secara
musyawarah untuk mufakat setelah
mendengar pendapat hukum para hakim
konstitusi.
e. Jika tidak tercapai mufakat bulat,
peng-ambilan putusan didasarkan pada suara
terbanyak.
Jika suara terbanyak tidak tercapai, maka
suara Ketua Rapat Pleno Hakim Konstitusi
menentukan.
IV.3.
Persidangan jarak
jauh dilakukan dengan
menggunakan teknologi
video conference
(vicon).
Persidangan jarak jauh
me-liputi jenis persidangan
berikut ini.
a. Pemeriksaan
pendahulu-an.
b. Pemeriksaan
persidang-an (pembuktipersidang-an).
IV.4.
Persidangan Jarak Jauh
Ruang Vicon
MK
Ruang
Data
Ruang
Vicon
Fakultas Hukum
Pihak
Terkait
Bagan di
sam-ping
menunjuk-kan tahap-tahap
s e b e l u m
penyelenggaraan
P e r s i d a n g a n
Jarak Jauh.
Diajukan kepada MKRI
dengan tembusan kepada
Fakultas Hukum tempat Vicon
Pemohon dan/atau Termohon
atau Kuasanya mengajukan
permohonan Persidangan
Jarak Jauh
Permohonan Persidangan
Jarak Jauh memuat alasan
(a) p
ara Pihak sulit
d hadirkan langsung
nformasi sulit untuk
disampaikan secara
langsung
i
, atau
(b) i
Mahkamah Konstitusi
memberitahukan
pelaksanaan sidang kepada
Pemohon dan Fakultas
Hukum tempat Vicon
Persidangan Jarak Jauh
dilaksanakan
Mahkamah Konstitusi
mempertimbangkan
urgensi Persidangan Jarak
Pemeriksaan Setempat, atas dasar Putusan Sela
yang dijatuhkan Mahkamah Konstitusi, dilakukan
untuk memeriksa alat bukti yang tidak bisa
dihadirkan di hadapan sidang Mahkamah Konstitusi
di Jakarta maupun di lokasi peralatan
video
conference
. Dengan demikian, Pemeriksaan
Setempat/Persidangan Setempat dilakukan di
tempat beradanya alat bukti bersangkutan.
IV.5.
Pemeriksaan Setempat
RPH menunjuk (setidaknya)
satu Hakim Konstitusi dan Petugas MK
untuk melakukan pemeriksaan setempat
Panitera menjadwalkan sidang;
dan memberitahukan kepada
Pemohon dan Pihak lain.
Persidangan Setempat
dilakukan sebagaimana
persidangan di Mahkamah Konstitusi
a. Putusan yang telah diambil dalam Rapat
Per-musyawaratan Hakim (RPH) diucapkan dalam
sidang pleno Mahkamah Konstitusi yang
ter-buka untuk umum.
b. Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai
per-mohonan atas perselisihan hasil Pemilu
Anggota DPR, DPD dan DPRD diputuskan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan dicatat dalam Buku Registrasi
Perkara Konstitusi.
IV.6.
Sidang Pengucapan Putusan
Sidang
Pemeriksaan
RPH
Putusan/
Bab V
Putusan Mahkamah Konstitusi
V.1.
Umum
P e r m o h o n a n
PHPU Anggota DPR,
DPD, dan DPRD wajib
diputus paling lambat
30 (tiga puluh) hari
kerja sejak
per-mohonan dicatat
dalam BRPK.
Salinan Putusan
Mahkamah
Konsti-tusi disampaikan
kepada Pemohon,
KPU, Presiden, dan
apabila Pemohon dan/
atau permohonannya tidak
meme-nuhi syarat sebagaimana ketentuan
Pasal 74 UU MK. (syarat dimaksud
lihat pada bagian Permohonan
PHPU).
Permohonan tidak
dapat diterima
Amar putusan Mahkamah Konstitusi dalam
perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
dapat menyatakan:
V.2.
Sidang Pembacaan Putusan
V.3.
Amar Putusan
Putusan yang telah diambil dalam Rapat
Per-musyawaratan Hakim diucapkan dalam sidang
pleno terbuka untuk umum.
apabila permohonan
tidak terbukti beralasan.
Permohonan
di-tolak
V.4.
Sifat Putusan
Putusan Mahkamah Konstitusi tentang
per-selisihan hasil Pemilu bersifat final, yaitu
langsung memperoleh kekuatan hukum tetap
sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang
dapat ditempuh.
apabila permohonan
terbukti beralasan; dan selanjutnya
Mahkamah Konstitusi membatalkan
hasil penghitungan suara yang
di-umumkan oleh KPU serta menetapkan
hasil penghitungan suara yang benar.
Permohonan
Putusan Mahkamah Konstitusi tentang
perselisihan hasil Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD wajib ditindaklanjuti oleh KPU, KPU
provinsi, KIP, dan KPU kabupaten/kota.
V.5.
Pelaksanaan Putusan
V.6.
Akses Terhadap Putusan
Masyarakat yang menginginkan informasi
terkait Putusan Mahkamah Konstitusi bisa
mengakses melalui laman (
website
)
w w w. m a h k a m a h k o n s t i t u s i . g o . i d . ;
mendapatkan informasi dengan langsung
menghubungi Bagian Risalah dan Putusan
Mahkamah Konstitusi; atau melalui media
cetak.
Jakarta, ... Nomor : ...
Lamp : ...
Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... tanggal ... tentang ... (sebutkan perihal permohonan)
Kepada Yth,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110 I. a. Nama : ... d. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor Faksimili : ... II. a. Nama : ... b. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor Faksimili : ...
Sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang bertindak untuk dan atas nama Partai ... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan nomor urut ..., berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ... tanggal ... memberikan kuasa kepada:
1. ... 2. ...
3. ... dan seterusnya (bila ada)
semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..., yang berkedudukan di ... dengan alamat ..., nomor telepon/HP ..., nomor faksimili ..., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut --- PEMOHON.
--LOGO/KEPALA
SURAT--Model Permohonan PHPU-DPR/DPRD
Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun ...
terhadap
Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TERMOHON.
Komisi Pemilihan Umum Daerah ... berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TURUT TERMOHON. I. KEWENANGAN MAHKAMAH
(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara PHPU sebagaimanatersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)
II. KEDUDUKAN HUKUM
(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah.)
III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN
Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ... Sedangkan Pemohon mendaftarkan permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ...
IV. POKOK PERMOHONAN
Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai:
1. Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima per seratus) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, terkait dengan perolehan suara sah secara nasional Partai ... menurut KPU sebesar ... suara atau setara dengan ...% (... per seratus).
2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR sebesar ... kursi; DPRD Provinsi ... sebesar ... kursi; DPRD Kabupaten ... sebesar ... kursi; DPRD Kota ... sebasar ... kursi;
(poin-poin pokok permohonan tersebut di atas silakan disesuaikan dengan kebutuhan Pemohon.)
Adapun rincian dari pokok permohonan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
IV.1.Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5%.
Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima per seratus) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terkait dengan perolehan suara sah secara nasional Partai ... sebesar ... suara atau setara dengan ... per seratus.
Bahwa perolehan suara sah secara nasional Partai ... berdasarkan pengumuman secara nasional oleh KPU ... sebesar ... suara atau setara ...% (... per seratus) adalah salah dan tidak berdasar. Adapun perolehan suara Partai ... yang benar adalah ... suara atau setara ...% (... per seratus).
(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara menurut KPU dengan perolehan suara menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)
Jumlah Suara Jumlah Suara dalam Persen No. Nama Partai Menurut
KPU Menurut Pemohon
Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.
IV.2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR. (Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara dan kursi menurut KPU dengan perolehan suara dan kursi menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Dewan Perwakilan Rakyat yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut: 1. Dapil ...
2. Dapil ... 3. Dapil ...
4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada).
1. Dapil ... (DPR)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPR dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:
2. Dapil ... (DPR)
(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)
IV.3. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRD Provinsi ...
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut
KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 secara nasional untuk DPRD Provinsi ... yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut: 1. Dapil ...
2. Dapil ... 3. Dapil ...
4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada)
1. Dapil ... (DPRD Provinsi)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang hasil penghitungan suara pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRD Provinsi ... dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:
IV.4. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRD Kabupaten/Kota ...
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 secara nasional untuk DPRD Kabupaten/Kota ... yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut: 1. Dapil ...
2. Dapil ... 3. Dapil ...
4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada)
1. Dapil ... (DPRD Kabupaten/Kota)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang hasil penghitungan suara pemilihan
Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut
KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.
umum anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota ... dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:
2. Dapil ... (DPRD Provinsi)
(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)
V. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan membatalkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor ... tanggal ... tentang hasil Perhitungan Suara Pemilihan Umum anggota DPR, dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk Pemilihan Umum ... Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... pukul ... WIB. - Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar sebagai berikut :
1. Perolehan suara secara nasional yang benar untuk Partai ... sesuai dengan rekapitulasi hasil suara di tingkat nasional seharusnya ... suara, bukan ... suara.
2. Bahwa perolehan suara secara nasional di atas setara dengan ... % (…….. per seratus) dan melebihi ambang batas 2,5% (dua koma lima per seratus) sehingga Partai ... berhak mengikuti pembagian kursi Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Perolehan suara yang benar untuk Partai ... sesuai dengan rekapitulasi hasil suara di tingkat ... seharusnya ... suara, bukan ... suara.
4. Bahwa atas kesalahan hasil penghitungan tersebut di atas seharusnya Partai ... mendapatkan ... kursi.
5. ...
- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melaksanakan putusan ini
Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut
KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.
Demikianlah permohonan Pemohon, dengan harapan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dapat segera memeriksa, mengadili dan memutuskan permohonan ini secara adil.
(Tempat), (Tanggal, Bulan, Tahun) Hormat kami,
PEMOHON/KUASA HUKUM PEMOHON
PEMOHON, KUASA HUKUM,
1. Nama (tanda tangan) 1. Nama (tanda tangan) 2. Nama (tanda tangan) 2. Nama (tanda tangan)
--LOGO/KEPALA SURAT--Model Permohonan PHPU-DPD Jakarta, ... Nomor : ... Lamp : ...
Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... tanggal ... tentang ... (sebutkan perihal permohonan)
Kepada Yth,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110 Nama : ... Tempat, Tanggal Lahir/Umur : ... Agama : ... Pekerjaan : ... Jabatan : ... Kewarganegaraan : ... Alamat : ... Nomor Telepon/HP : ... Nomor faksimili : ...
Adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi ... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009, dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ... tanggal ... memberikan Kuasa kepada:
1. ... 2. ...
3. ... dan seterusnya (bila ada),
Semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..., selanjutnya disebut Penerima Kuasa, yang berkedudukan di ... dengan alamat ..., nomor telepon/HP ..., nomor faksimili ..., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut ---PEMOHON.
Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPD Provinsi ... kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun ...
terhadap
Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di ..., selanjutnya disebut ---TERMOHON.
Komisi Pemilihan Umum Daerah ... berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TURUT TERMOHON. I. KEWENANGAN MAHKAMAH
(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara PHPU sebagaimanatersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)
II. KEDUDUKAN HUKUM
(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.)
III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN
Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon juga telah menyerahkan berkas permohonan asli dalam tenggang waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak berakhirnya tenggang waktu pendaftaran.
Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ... Sedangkan Pemohon mendaftarkan permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ... tanggal ... bulan ...
tahun 2009 pukul ...
(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu)
IV. POKOK PERMOHONAN
Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai perolehan suara Pemohon menurut KPU untuk DPD Provinsi sebesar ... suara.
(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara menurut KPU dengan perolehan suara menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh calon lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPD Provinsi ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:
V. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan membatalkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor ... tanggal ... tentang hasil Perhitungan Suara Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD ... Tahun 20... secara nasional untuk DPD Provinsi ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... pukul ... WIB.
- Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar sebagai berikut : 1. Perolehan suara yang benar untuk ... sesuai dengan
rekapitulasi hasil suara di tingkat ... seharusnya ... suara, bukan ... suara.
Jumlah Suara No. Nama Calon
Anggota DPD
Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.
2. Bahwa atas kesalahan hasil penghitungan tersebut di atas seharusnya ... menempati urutan ... dan berhak menjadi Anggota DPD Provinsi...
3. ...
- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melaksanakan putusan ini
Demikianlah permohonan Pemohon, dengan harapan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dapat segera memeriksa, mengadili dan memutuskan permohonan ini secara adil.
(Tempat), (Tanggal, Bulan, Tahun) Hormat kami,
PEMOHON/KUASA HUKUM PEMOHON
PEMOHON, KUASA HUKUM,
(tanda tangan) (tanda tangan)
Jakarta, ... Nomor : ...
Lamp : ...
Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... tanggal ... tentang ... (sebutkan perihal permohonan)
Kepada Yth,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110 I. a. Nama : ... b. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor faksimili : ... II. a. Nama : ... b. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor faksimili : ...
Sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang bertindak untuk dan atas nama Partai ... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan nomor urut ..., berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ... tanggal ... memberikan kuasa kepada:
1. ... 2. ...
3. ... dan seterusnya (bila ada)
Semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..., selanjutnya disebut Penerima Kuasa, yang berkedudukan di ... dengan alamat ..., nomor telepon/HP ..., nomor faksimili ..., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas
--LOGO/KEPALA
SURAT--Model Permohonan PHPU-DPRA/
nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut ---PEMOHON.
Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPR Aceh dan DPR Kabupaten/Kota di Aceh kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun ...
terhadap
Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di ..., selanjutnya disebut ---TERMOHON.
Komisi Pemilihan Umum Daerah ... berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TURUT TERMOHON. I. KEWENANGAN MAHKAMAH
(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara PHPU sebagaimanatersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)
II. KEDUDUKAN HUKUM
(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah.)
III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN
Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon juga telah menyerahkan
berkas permohonan asli dalam tenggang waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak berakhirnya tenggang waktu pendaftaran.
Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ... Sedangkan Pemohon mendaftarkan permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ...
(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu) IV. POKOK PERMOHONAN
Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai:
1. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR Aceh sebesar ... kursi;
2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR Kabupaten/Kota ... di Aceh sebesar ... kursi.
(poin-poin pokok permohonan tersebut di atas silakan disesuaikan dengan kebutuhan Pemohon.)
Rincian dalil Pemohon, terkait pokok permohonan tersebut adalah sebagai berikut:
IV.1.Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRA. (Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara dan kursi menurut KPU dengan perolehan suara dan kursi menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut:
1. Dapil ... 2. Dapil ... 3. Dapil ...
4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada).
1. Dapil ... (DPRA)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRA dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:
2. Dapil ... (DPRA)
(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)
IV.2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRK ...
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 secara nasional yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut:
1. Dapil ... 2. Dapil ... 3. Dapil ...
4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada)
1. Dapil ... (DPRK)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang hasil penghitungan suara pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRKabupaten/Kota ... dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:
Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut
KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.
Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut
KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.