• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Teknis Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Teknis Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

dalam Perkara

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Anggota DPR, DPD, dan DPRD

(2)

dalam Perkara

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Penerbit

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi

(3)

Panduan Teknis Beracara

dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi

xix + 78 hal; 10,5 x 15 cm

Cetakan pertama, Maret 2009

Hak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved

Penerbit

Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi

Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat

Telp. (021) 2352-9000, Faks. (021) 3520-177

PO. Box. 999 Jakarta 10000

Laman: www.mahkamahkonstitusi.go.id

(4)

Puji sukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa, naskah ini dapat terbit pada saat yang

tepat menjelang Pemilihan Umum 2009 yang

akan dilanjutkan dengan persidangan

perselisih-an hasil Pemilu 2009 di Mahkamah Konstitusi

apabila terjadi sengketa hasil perolehan suara

peserta pemilu. Dengan terbitnya buku ini

di-harapkan dapat memudahkan dan mempercepat

berbagai pihak yang terkait dalam persidangan

perselisihan hasil pemilu tersebut di Mahkamah

Konstitusi. Salah satu ikhtiar yang dilakukan

untuk itu adalah bahwa buku ini memuat narasi

secara singkat, padat, dan dilengkapi dengan

berbagai alur gambar sehingga diharapkan lebih

mudah dan lebih cepat dipahami.

Hal ini dipandang penting mengingat

persidangan perselisihan hasil Pemilu Legislatif

di Mahkamah Konstitusi paling lambat sudah

harus diputus dalam 30 hari kerja sehingga

ke-siapan semua pihak, baik Pemohon, Termohon,

(5)

Turut Termohon, dan Mahkamah Konstitusi

sendiri dalam penyelenggaraan persidangan

perselisihan hasil pemilu merupakan kebutuhan

bersama. Seiring dengan itu, kelancaran dan

ke-tertiban persidangan itu juga terkait erat dengan

kelancaran pelaksanaan kalender

ketata-negaraan yang telah menjadi konvensi negara

kita, terutama terkait pengucapan sumpah

anggota DPR, DPD, dan DPRD.

Penerbitan buku ini mendapat dukungan

sepenuhnya dari berbagai pihak. Untuk itu kami

menyampaikan terima kasih kepada Ketua

Mahkamah Konstitusi, Bapak Prof. Dr. Moh.

Mahfud MD., S.H. yang telah berkenan

mem-berikan pengantar dan memmem-berikan arahan dan

bimbingan. Demikian pula kami menyampaikan

terima kasih kepada Wakil Ketua Mahkamah

Konstitusi, Bapak Prof. Abdul Mukthie Fadjar,

S.H., M.S. dan Hakim Konstitusi Bapak Maruarar

Siahaan, S.H. serta Bapak/Ibu Hakim Konstitusi

lainnya yang telah memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyusunan buku ini. Kami juga

menyampaikan terima kasih kepada Tim

Penyusun Buku Panduan ini yang telah bekerja

(6)

dengan cermat sehingga buku ini dapat terbit

tepat waktu.

Akhirnya semoga buku ini bermanfaat.

Jakarta, 20 Maret 2009

Sekretaris Jenderal

Mahkamah Konstitusi,

(7)
(8)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Pengantar

Ketua Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi dibentuk berdasarkan

Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang

merupakan hasil Sidang Tahunan Majelis

Per-musyawaratan Rakyat, 9 November 2001.

Mahkamah Konstitusi, sebagaimana diatur dalam

Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C UUD

1945,

merupakan salah satu lembaga negara pelaku

kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan

Mahkamah Agung.

Kedudukan Mahkamah Konstitusi sederajat

dengan lembaga-lembaga negara lain, seperti

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

(9)

Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan,

dan Mahkamah Agung. Terbentuknya Mahkamah

Konstitusi merupakan salah satu wujud

penguat-an prinsip

checks and balances

antarlembaga

negara serta perlindungan hak konstitusional

warga negara yang dijamin oleh konstitusi.

UUD 1945 telah mengatur secara limitatif

wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi.

Wewenang yang diberikan oleh UUD 1945 kepada

Mahkamah Konstitusi adalah mengadili pada

tingkat pertama dan terakhir yang putusannya

bersifat final untuk menguji undang-undang

terhadap UUD 1945; memutus sengketa

kewenangan lembaga negara yang

kewenangan-nya diberikan oleh UUD 1945; memutus

pem-bubaran partai politik; dan memutus

perselisih-an tentperselisih-ang hasil pemilihperselisih-an umum. Adapun

kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberi

putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat

mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden

dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945,

atau biasa dikenal dengan istilah

impeachment.

Sejak awal keberadaannya pada 2003,

Mahkamah Konstitusi telah melaksanakan tiga

(10)

dari empat wewenangnya, yaitu menguji

undang-undang terhadap UUD 1945; memutus

sengketa kewenangan lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; dan

memutus perselisihan tentang hasil pemilihan

umum. Dalam konteks penanganan perkara

perselisihan pemilihan umum (PHPU), terhitung

sejak November 2008, Mahkamah Konstitusi

telah pula memiliki wewenang untuk mengadili

perkara perselisihan pemilihan umum kepala

daerah (Pemilukada).

Adapun satu wewenang belum dijalankan

karena tidak ada permohonan yang masuk, yakni

memutus pembubaran partai politik. Dengan

alasan sama, satu-satunya kewajiban juga belum

dijalankan, yakni memberikan putusan atas

pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai

dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau

Wakil Presiden menurut UUD 1945

.

Ruang lingkup wewenang dan kewajiban

Mahkamah Konstitusi terkait erat dengan

masalah ketatanegaraan dan politik. Dengan

demikian, penyelesaian sengketa

masalah-masalah ketatanegaraan dan politik diharapkan

(11)

tidak lagi diselesaikan dengan menggunakan

kekuatan dan kekuasaan, melainkan diselesaikan

secara konstitusional, institusional, dan

demo-kratis dengan menggunakan mekanisme hukum

melalui peradilan di Mahkamah Konstitusi.

Mengingat keberadaannya yang dekat dengan

masalah-masalah konstitusi serta peranannya

menjaga dan mengawal konstitusi, maka

Mahkamah Konstitusi disebut sebagai Lembaga

Negara Pengawal Konstitusi.

Pelaksanaan tugas konstitusional Mahkamah

Konstitusi yang dilakukan oleh sembilan Hakim

Konstitusi, memerlukan dukungan secara formal

baik berkaitan dengan ketentuan beracara

maupun secara materiil mengenai subtansi

kewenangan dan tugas Mahkamah Konstitusi.

Saat ini pelaksanaan kewenangan dimaksud

mengacu kepada Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang

selanjutnya telah pula dijabarkan dalam

beberapa Peraturan Mahkamah Konstitusi.

Dalam hal penyelesaian perselisihan hasil

pemilihan umum, Hukum Acara Mahkamah

(12)

Konstitusi menegaskan bahwa proses

penangan-an perkara ini harus diselesaikpenangan-an dalam waktu

cepat (

speedy trial

). Dalam penyelesaian

perselisihan pemilu legislatif (DPR, DPRD, dan

DPD), Mahkamah Konstitusi memiliki waktu

penyelesaian 30 (tiga puluh) hari kerja.

Sedangkan untuk pemilihan umum Presiden dan/

Wakil Presiden harus diselesaikan dalam jangka

waktu 14 (empat belas) hari kerja. Oleh karena

itu, untuk menyelesaikan perkara ini diperlukan

dukungan serta persiapan yang memadai.

Penanganan perkara perselisihan umum

merupakan kesempatan kedua kalinya bagi

Mahkamah Konstitusi, setelah berhasil

me-laksanakan perintah undang-undang untuk

menangani peselisihan terkait Pemilu Legislatif

dan Presiden pada 2004. Namun penyelesaian

tersebut bukan tanpa kendala.

Berdasarkan pengalaman tersebut,

Mah-kamah Konstitusi memandang perlu melakukan

berbagai langkah antisipasi agar penanganan

perselisihan hasil Pemilu Legislatif dan Presiden

pada 2009 berhasil dengan baik. Salah satu

(13)

bentuk antisipasi dimaksud adalah

penyebar-luasan informasi tentang prosedur beracara di

Mahkamah Konstitusi melalui penerbitan buku

panduan beracara ini. Mahkamah Konstitusi

berharap penerbitan buku panduan ini bisa

meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap

hukum acara perselisihan hasil pemilihan umum,

sehingga secara tidak langsung akan mendukung

terwujudnya mekanisme peradilan cepat,

transparan, dan akuntabel.

Jakarta, 25 Maret 2009

(14)

Daftar Isi

Dari Penerbit

... .v

Pengantar Ketua Mahkamah Konstitusi ... ix

Daftar Isi

... xv

Daftar Singkatan ... ... xvii

Daftar Lampiran ... ...xix

I. Pendahuluan ... 1

II. Perselisihan Hasil Pemilihan

Umum, Pemohon, dan Termohon ... 8

II.1.

Perselisihan Hasil Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPD,

dan DPRD ... 8

II.2.

Permohonan PHPU Anggota DPR,

DPD, dan DPRD ... ... 10

II.2.1. Materi Permohonan ... 10

II.2.2. Dalil Permohonan ... 12

II.2.3. Sistematika Permohonan ... 13

II.2.4. Bukti Pendukung

Permohonan ... 16

II.2.5. Saksi ... 20

(15)

III.1. Persyaratan Umum ... 21

III.2. Tata Cara Mengajukan

Permohon-an dPermohon-an Registrasi Perkara ... 25

III.3. Tata Cara Mengajukan

Per-mohonan secara

online ...

29

IV. Persidangan dan Rapat

Permusyawaratan Hakim ... 32

IV.1. Penjadwalan Sidang ... 32

IV.2. Jenis dan Tahap Persidangan ... 33

IV.3. Rapat Permusyawaratan Hakim .... 37

IV.4. Persidangan Jarak Jauh ... 38

IV.5. Pemeriksaan Setempat ... 40

IV.6. Sidang Pengucapan Putusan ... 41

V. Putusan MK ... 42

V.1. Umum

... 42

V.2. Sidang Pembacaan Putusan ... 43

V.3. Amar Putusan ... 43

V.4. Sifat Putusan ... 44

V.5. Pelaksanaan Putusan ... 45

V.6. Akses Terhadap Putusan ... 45

(16)

Daftar Singkatan

dan Akronim

Bawaslu

: Badan Pengawas Pemilihan

Umum

BRPK

: Buku Registrasi Perkara

Konstitusi

DPD

: Dewan Perwakilan Daerah

DPR

: Dewan Perwakilan Rakyat

DPRA

: Dewan Perwakilan Rakyat Aceh

DPRD

: Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah

DPRK

: Dewan Perwakilan Rakyat

Kabupaten/Kota di Aceh

e-mail

:

electronic mail

FH

: Fakultas Hukum

KIP

: Komisi Independen Pemilihan

(sebagai penyelenggara Pemilu

DPRA dan DPRK di Aceh)

KPU

: Komisi Pemilihan Umum

KPPS

: Kelompok Penyelenggara

Pemungutan Suara

KTP

: Kartu Tanda Penduduk

(17)

Panwaslu

: Panitia Pengawas Pemilihan

Umum

Parpol

: Partai Politik

Pemilu

: Pemilihan Umum (Anggota

DPR, DPD, dan DPRD)

PHPU

: Perselisihan Hasil Pemilihan

Umum

PPK

: Panitia Pemilihan Kecamatan

RPH

: Rapat Permusyawaratan

Hakim

SIMPEL

: Sistem Informasi Manajemen

Permohonan Elektronik

TPS

: Tempat Pemungutan Suara

vicon

:

video conference

(18)

Daftar Lampiran

1.

Model Permohonan PHPU Anggota DPR dan

DPRD

2.

Model Permohonan PHPU Anggota DPD

3.

Model Permohonan PHPU Anggota DPRA dan

DPRK

4.

Akta Penerimaan Berkas Permohonan

5.

Check list

Pemeriksaan Berkas

6.

Daftar Bukti Perkara

7.

Tanda Terima

8.

Tanda Terima Permohonan Baru (

online

)

9.

Akta Pemberitahuan Kekuranglengkapan

Berkas Permohonan

10. Akta Registrasi Perkara

11. Surat Panggilan Sidang

12. Surat Kuasa

13. Daftar Fakultas Hukum tempat Fasilitas

Video Conference

14. Alamat Mahkamah Konstitusi dan Nomor

Telepon Layanan

(19)

Bab I

Pendahuluan

Pasal 24C UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan empat

kewenangan dan satu kewajiban kepada

Mahkamah Konstitusi. Salah satu kewenangan

yang diamanatkan kepada Mahkamah Konstitusi

adalah mengadili pada tingkat pertama dan

terakhir yang putusannya bersifat final untuk

memutus perselisihan tentang hasil pemilihan

umum.

Amanat yang disebut dalam Pasal 24C UUD

1945 ditegaskan kembali dalam Pasal 10

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi (UU MK). Selanjutnya teknis

pelaksanaan kewenangan tersebut diatur dalam

Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK).

Tata cara pengajuan permohonan yang

di-sajikan dalam buku

Panduan Ringkas Beracara

dalam Perkara PHPU Anggota DPR, DPD, dan

(20)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum (UU

Penye-lenggara Pemilu), Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU

Pemilu Legislatif), dan PMK Nomor 16 Tahun 2009

tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan

Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Perselisihan hasil Pemilu pada hakikatnya

harus dibedakan dari pelanggaran pidana

Pemilu. Pelanggaran administratif Pemilu harus

diselesaikan oleh KPU berdasarkan laporan

Bawaslu/Panwaslu, sedangkan pelanggaran

pidana Pemilu harus ditangani dan diselesaikan

oleh aparat penegak hukum, yaitu kepolisian,

kejaksaan, dan pengadilan umum (pengadilan

negeri atau pengadilan tinggi). Menurut Pasal

257 Ayat (1) UU No. 10 Tahun 2008, pelanggaran

pidana Pemilu yang memengaruhi perolehan

suara Pemilu harus selesai sebelum KPU

menetapkan hasil Pemilu secara nasional.

(21)

Oleh karena itu, seharusnya perkara

peselisihan hasil Pemilu yang diajukan ke

Mahkamah Konstitusi bersih dari urusan-urusan

pelanggaran pidana Pemilu. Apabila pelanggaran

pidana Pemilu yang memengaruhi perolehan

suara hasil Pemilu belum/tidak diselesaikan

sebelum penetapan KPU, maka Mahkamah

Konstitusi akan berpegang pada

khittah

-nya

sebagai Pengawal Konstitusi, yaitu mengawal

asas-asas Pemilu yang luber dan jurdil yang

tercantum dalam Pasal 22E Ayat (1) UUD 1945.

Perselisihan hasil Pemilu yang ditangani

Mahkamah Konstitusi adalah perselisihan yang

timbul karena adanya perbedaan hasil

penghitungan suara dalam Pemilu. Perselisihan

hasil penghitungan suara tersebut adalah antara

hasil yang ditetapkan penyelenggara Pemilu

dengan penghitungan oleh Pemohon.

Peradilan perselisihan hasil Pemilu

merupa-kan

speedy trial

. Artinya “Perselisihan Hasil

Pemilu diperiksa dan diputus secara cepat dan

sederhana”.

Speedy trial

dilakukan karena

perkara perselisihan hasil Pemilu menyangkut

suksesi lembaga politik. Jika

(22)

lembaga-lembaga politik (hasil Pemilu) tidak segera

terbangun dengan stabil, akan mengakibatkan

terganggunya proses-proses kenegaraan.

Berdampingan dengan sifat

speedy trial

,

putusan Mahkamah Konstitusi bersifat

final and

binding

‘final dan mengikat’. Putusan Mahkamah

Konstitusi langsung memperoleh kekuatan

hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada

upaya hukum yang dapat ditempuh.

(23)
(24)

Alur Perkara PHPU

Catatan: Gambar menunjukkan adanya

3 desk/meja/panel.

Permohonan ke MK Lengkap Dicatat dalam BRPK Pengumuman KPU Belum Lengkap Lengkap Perbaikan oleh Pemohon Sidang Pemeriksaan Pelayanan Konsultasi Putusan/ Ketetapan Minutasi Berkas Penyusunan Laporan Pencatatan Pengolahan Data

(25)

Permohonan ke MK Lengkap Dicatat dalam BRPK Pemberitahuan kepada KPU Belum Lengkap Lengkap Perbaikan oleh Pemohon

Ket. dan Bukti dari KPU Sidang Pemeriksaan RPH Putusan/ Ketetapan Minutasi Berkas Penyusunan Laporan Pencatatan Pengolahan Data Penyampaian Putusan kepada: Presiden KPU Pemohon Pihak terkait

(26)

Bab II

Perselisihan Hasil Pemilihan

Umum, Pemohon, dan Termohon

II.1.

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Perselisihan Hasil

Pemilihan Umum

(PHPU) Perselisihan yang dimaksud

adalah perselisihan antara

peserta Pemilu dan KPU

sebagai penyelenggara Pemilu

mengenai penetapan secara

nasional perolehan suara hasil

Pemilu oleh KPU; dan

per-selisihan antara peserta Pemilu

DPRA dan DPRK di Aceh dan KIP.

(27)

Para Pihak dalam Perkara:

Pihak lain selain

Pe-mohon yang

memi-liki kepentingan

ter-kait permohonan.

a.Perseorangan calon Anggota DPD peserta

Pemilu;

b.Partai politik peserta Pemilu; atau

c. Partai Politik dan Partai Politik Lokal

Peser-ta Pemilu AnggoPeser-ta DPRA dan DPRK di Aceh

a. KPU provinsi dan/atau KIP Aceh, dalam

perselisihan hasil penghitungan suara calon

Anggota DPRD provinsi dan/atau DPRA; atau

b.KPU kabupaten/kota dan/atau KIP

kabupa-ten/kota di Aceh, dalam perselisihan hasil

penghitungan suara calon Anggota DPRD

kabupaten/kota dan/atau DPRK di Aceh.

Komisi Pemilihan

Umum (KPU)

Pemohon

Termohon

Turut

Termohon

Pihak

Terkait

(28)

Peserta lain dalam Pemilu yang terpengaruh

Putusan Mahkamah Konstitusi dapat ikut menjadi

memberikan keterangan di Mahkamah Konstitusi

sebagai Pihak Terkait.

II.2.

Permohonan PHPU

Anggota DPR, DPD, dan DPRD

II.2.1.

Materi Permohonan

Materi atau pokok permasalahan dalam

permohonan adalah penetapan perolehan

suara hasil Pemilu yang telah diumumkan

secara nasional oleh KPU yang memengaruhi:

a. terpenuhinya ambang batas perolehan

suara 2,5% (dua koma lima persen) untuk

partai politik;

b. perolehan kursi Partai Politik peserta

Pemilu di suatu daerah pemilihan;

c. perolehan kursi Partai Politik lokal

(29)
(30)

II.2.2.

Dalil Permohonan

Dalam permohonannya, Pemohon harus

me-nyampaikan dalil yang menjelaskan kebenaran

permohonan, yang antara lain berisi hal berikut.

a.

b.

Tempat terjadinya kesalahan

Adanya kesalahan penghitungan

suara yang tidak diikuti koreksi/

pembetulan oleh KPU, KPU

pro-vinsi, KIP Aceh, KPU kabupaten/

kota, atau KIP kabupaten/kota;

Pengadilan Negeri

setempat tentang telah

terjadinya perbuatan/tindak

pidana (jika telah terjadi tindak

pidana) Pemilu;

c.

penghitungan suara.

P u t u s a n

(31)

Permohonan disusun dengan sistematika

meliputi:

II.2.3.

Sistematika Permohonan

a. identitas pemohon;

b. kesalahan hasil penghitungan suara yang

diumumkan oleh KPU dan hasil penghitungan

suara yang benar menurut pemohon.

Pemohon juga wajib menjelaskan siapa pihak

yang terpengaruh oleh kesalahan

penghitung-an suara tersebut;

c. permintaan untuk membatalkan hasil

peng-hitungan suara yang diumumkan oleh KPU dan

permintaan menetapkan hasil penghitungan

suara yang benar menurut pemohon.

d. daftar calon ahli dan/atau saksi disertai

pernyataan singkat tentang hal-hal yang akan

diterangkan terkait dengan alasan

permohon-an, serta pernyataan bersedia menghadiri

persidangan.

(32)

Identitas pemohon dalam permohonan

setidaknya terdiri dari:

n

Nama

n

Tempat Tanggal Lahir/Umur

n

Agama

n

Alamat lengkap

n

Nomor telpon/faksimili/

e-mail

n

Pekerjaan

n

Nama Parpol

n

Nama Ketua Umum, atau nama

jabatan sejenisnya dari Parpol

n

Nama Sekretaris Jenderal, atau

nama jabatan sejenisnya dari

Parpol

n

Alamat lengkap kantor Parpol

n

Nomor telpon/faksimili/

e-mail

a.1. bagi calon

Ang-gota DPD:

a.2.

bagi Parpol

pe-serta Pemilu calon

Anggota DPR:

(33)

n

Nama Parpol

n

Nama Ketua Umum, atau nama

sejenisnya dari Parpol lokal

n

Nama Sekretaris Jenderal, atau

nama sejenisnya dari Parpol lokal

n

Alamat lengkap kantor Parpol

lokal

n

Nomor telpon/faksimili/

e-mail

a.3. bagi Parpol lokal:

Penyebutan identitas dilampiri dengan alat

bukti yang sah, antara lain foto kopi KTP, kartu

pemilih, tanda bukti peserta Pemilu, serta

identitas lain yang sah sesuai kedudukan

Pemohon.

(34)

II.2.4.

Bukti Pendukung Permohonan

Alat bukti pendukung harus disertakan dalam

pengajuan permohonan bersangkutan. Alat bukti

dalam PHPU terdiri atas:

a. surat atau tulisan;

b. keterangan saksi;

c. keterangan ahli;

d. keterangan para pihak;

e. petunjuk; dan

f. informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik.

Alat bukti tertulis, antara lain terdiri dari:

a. Ketetapan KPU tentang Parpol peserta

Pemilu;

b. berita acara dan salinan pengumuman hasil

pemungutan suara Parpol peserta Pemilu dan

calon Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA, dan

DPRK di TPS;

c. berita acara dan salinan rekapitulasi jumlah

suara Parpol peserta Pemilu dan calon

Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA, dan DPRK

dari PPK;

(35)

d. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil

penghitungan suara Parpol peserta Pemilu

dan calon Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA,

dan DPRK dari KPU kabupaten/kota;

e. berita acara dan salinan penetapan hasil

penghitungan suara Anggota DPRD

kabu-paten/kota;

f. berita acara dan salinan penetapan hasil

penghitungan suara Anggota DPRK;

g. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil

penghitungan suara dari KPU provinsi;

h. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil

penghitungan suara dari KIP Aceh;

i. berita acara dan salinan penetapan hasil

penghitungan suara Anggota DPRD provinsi;

j. berita acara dan salinan penetapan hasil

penghitungan suara Anggota DPRA;

k. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil

penghitungan suara dari KPU atau dari KIP;

l. berita acara dan salinan penetapan hasil

penghitungan suara secara nasional Anggota

DPR, DPD, dan DPRD dari KPU;

(36)

m. salinan putusan pengadilan yang telah

memeroleh kekuatan hukum tetap yang

memengaruhi perolehan suara partai politik

peserta Pemilu dan calon Anggota DPR, DPD,

DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPRA,

dan DPRK; dan

n. dokumen tertulis lainnya.

Alat bukti surat atau tulisan yang disebut di

atas adalah alat bukti yang memiliki keterkaitan

langsung dengan objek perselisihan hasil Pemilu

yang dimohonkan ke Mahkamah Konstitusi.

Untuk memudahkan pengelompokan bukti

dari para pihak, setiap alat bukti diberi kode

berupa huruf P untuk Pemohon; huruf T untuk

Termohon; dan Tk untuk Pihak Terkait.

Misalnya, bukti dari Pemohon secara

ber-urutan dimulai dari P-1 untuk alat bukti

per-tama; P-2 untuk alat bukti kedua; P-3 untuk alat

bukti ketiga; dan seterusnya.

Alat bukti yang diserahkan, harus dilengkapi

daftar alat bukti.

(37)

Alat bukti tertulis sebagaimana tersebut di

atas diserahkan dalam rangkap 12 (dua belas);

setelah 1 (satu) rangkap dibubuhi materai cukup

(38)

Saksi adalah orang yang melihat, mendengar,

atau mengalami sendiri proses penghitungan

suara yang diperselisihkan. Saksi dalam

perselisihan hasil Pemilu terdiri atas:

a. saksi resmi peserta Pemilu, dan

b. saksi pemantau Pemilu

yang bersertifikat.

Selain saksi di atas, yang diajukan oleh

Pemohon, Mahkamah Konstitusi dapat

memanggil saksi lain seperti Bawaslu/Panwaslu

atau Kepolisian.

II.2.5.

Saksi

(39)

Bab III

Tata Cara

Pengajuan Permohonan

III.1.

Persyaratan Umum

Permohonan diajukan secara tertulis dalam

bahasa Indonesia oleh pemohon atau kuasanya

kepada Mahkamah Konstitusi dalam 12 (dua

belas) rangkap.

Penetapan

oleh KPU

hasil Pemilu

secara nasional

Petugas Penerima

Permohonan

Pengajuan

permohonan

ke MK

(40)

Permohonan diajukan kepada Mahkamah

Konstitusi dalam jangka waktu paling lambat

3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU

mengumumkan penetapan perolehan suara hasil

Pemilu secara nasional oleh KPU. Berikut ini

contoh cara menghitung tenggat pendaftaran

perkara.

(41)

Bagi Calon Anggota DPD dan Parpol lokal

peserta Pemilu DPRA dan DPRK di Aceh,

pengajuan permohonan dapat dilakukan

secara

online

melalui Sistem Informasi

Manajemen Permohonan Elektronik (SIMPEL)

di laman www.mahkamahkonstitusi.go.id;

dikirimkan melalui

e-mail

ke alamat

daftaronline@mahkamahkonstitusi.go.id;

maupun melalui faksimili.

Meskipun demikian, berkas permohonan

asli tetap harus diterima Mahkamah

Konstitusi paling lambat 3x24 (tiga kali dua

puluh empat) jam setelah berakhirnya batas

waktu pengajuan permohonan.

(42)

Kuasa Pemohon harus menunjukkan surat

penunjukan sebagai kuasa khusus yang

ditandatangani oleh:

§

Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari

dewan pimpinan pusat atau jabatan

sejenis dari partai politik atau partai

politik lokal Peserta Pemilu yang

mengajukan permohonan; atau

§

Calon Anggota DPD Peserta Pemilu yang

mengajukan permohonan.

Permohonan ditandatangani oleh:

§

Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari

dewan pimpinan pusat atau jabatan

se-jenis dari Partai Politik atau Partai Politik

Lokal Peserta Pemilu atau kuasanya; atau

§

Calon Anggota DPD Peserta Pemilu atau

(43)

III.2.

Tata Cara Mengajukan Permohonan

dan Registrasi Perkara

Permohonan diserahkan kepada Petugas

Bagian Pendaftaran Perkara. Pada saat

pengaju-an permohonpengaju-an, petugas akpengaju-an memeriksa berkas

permohonan sesuai syarat kelengkapan.

Proses pemeriksaan kelengkapan administrasi

permohonan bersifat terbuka; dapat

diseleng-garakan melalui forum konsultasi oleh calon

Pemohon dengan staf Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi.

Pengumuman

KPU

Pelayanan

Konsultasi

Permohonan

ke MK

(44)

Permohonan

ke MK

Belum

Lengkap

Lengkap

Perbaikan

oleh Pemohon

Lengkap

Dicatat

dalam BRPK

(45)

Jika terdapat kekuranglengkapan isi (dan

berkas) permohonan, Pemohon wajib

me-lengkapi dalam jangka waktu 1x24 (satu kali dua

puluh empat) jam.

Apabila kekurangan dimaksud tidak

di-lengkapi dalam jangka waktu 1x24 (satu kali dua

puluh empat) jam, Panitera akan melaporkan

hal tersebut kepada Majelis Hakim sebagai

bahan pertimbangan dalam memutus perkara.

Permohonan yang sudah tercatat dalam BRPK

dikirimkan oleh Panitera Mahkamah Konstitusi

kepada KPU dalam jangka waktu paling lambat

3 (tiga) hari kerja. Pengiriman permohonan

kepada KPU disertai permintaan agar KPU

memberikan keterangan tertulis yang dilengkapi

bukti-bukti hasil penghitungan suara yang

dipersengketakan.

(46)

Keterangan tertulis KPU

sudah harus diterima

Mah-kamah Konstitusi paling

lambat 1 (satu) hari

sebelum hari persidangan.

Ket. dan Bukti

dari KPU/KIP

Sidang

Pemeriksaan

Permohonan

Dicatat

dalam BRPK

Pemberitahuan

kepada KPU/KIP

(47)

III.3.

Tata Cara

Mengajukan Permohonan secara “Online”

Prosedur pendaftaran perkara melalui

fasilitas SIMPEL adalah sebagai berikut:

a. Pemohon membuka laman (

website

)

Mahkamah Konstitusi di

www.mahkamahkonstitusi.go.id, kemudian

masuk ke fitur SIMPEL;

(48)

b. Pemohon melakukan pendaftaran dengan

mengisi formulir data diri Pemohon secara

lengkap. Formulir data diri Pemohon bisa

dibuka dengan meng-klik fitur “Perkara

Online” kemudian meng-klik fitur

“Pendaftaran”.

Pada tahap ini Pemohon akan

memperoleh

user name

dan

password

;

c. Pemohon

log in

dengan cara memasukkan

user name

dan

password

ke fitur

log in

;

d. Setelah

log in

ke dalam SIMPEL, silakan klik

fitur Perkara Online dan memilih menu

berikut ini:

(49)

Pendaftaran melalui SIMPEL,

e-mail

, atau

faksimili, dilakukan dalam tenggat 3x24 jam

setelah pengumuman KPU. Selanjutnya berkas

permohonan asli harus diterima Mahkamah

Konstitusi paling lambat 3x24 jam setelah

ber-akhirnya batas waktu pengajuan permohonan.

§

Permohonan Perkara;

§

Permohonan Pihak Terkait;

§

Pengajuan Saksi dan Ahli;

§

Penarikan Perkara;

§

Tambah Dokumen;

§

Risalah Sidang;

§

Putusan Sidang;

§

Jadwal Sidang;

§

Perkembangan Perkara.

e. Klik fitur print untuk memperoleh tanda bukti

telah melakukan pendaftaran.

f. Bukti pendaftaran harus disertakan saat

Pemohon menyampaikan asli berkas kepada

Mahkamah Konstitusi.

(50)

a. Selambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak

permohonan PHPU dicatat dalam BRPK,

Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang

pertama.

b. Pemberitahuan hari sidang pertama diterima

Pemohon selambatnya 3 (tiga) hari kerja

sebelum hari persidangan.

Bab IV

Persidangan dan

Rapat Permusyawaratan Hakim

IV.1.

Penjadwalan Sidang

Permohonan

BRPK

7 hari

kerja

Pemberitahuan disampaikan oleh juru

pang-gil melalui surat, telepon, atau faksimile.

(51)

IV.2.

Jenis dan Tahap Sidang Pemeriksaan

Pemeriksaan Pendahuluan

a. Pemeriksaan pendahuluan dilakukan

dalam persidangan terbuka untuk umum

oleh Panel Hakim yang sekurangnya

ter-diri atas 3 (tiga) orang hakim konstitusi.

b. Panel Hakim memeriksa kelengkapan dan

kejelasan materi permohonan.

c. Panel Hakim wajib memberi nasihat

kepada Pemohon untuk melengkapi dan/

atau memperbaiki permohonan apabila

terdapat kekurangan.

d. Pemohon diberi kesempatan melengkapi

dan/atau memperbaiki permohonannya

dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh

empat) jam.

(52)

Pemeriksaan Persidangan

a. Pemeriksaan Persidangan dilakukan

dalam persidangan terbuka untuk umum

oleh Panel Hakim atau oleh Pleno Hakim.

b. Pemeriksaan Persidangan dilakukan

setelah Pemeriksaan Pendahuluan

se-lesai; atau setelah Mahkamah menerima

perbaikan permohonan.

c. Tahapan dalam Pemeriksaan Persidangan

terdiri dari pemeriksaan:

§

jawaban Termohon;

§

keterangan Pihak Terkait;

§

pembuktian oleh Pemohon, Termohon,

Turut Termohon, Pihak Terkait; dan

§

kesimpulan.

d. Untuk kepentingan pembuktian,

Mahka-mah dapat memanggil KPU provinsi dan/

atau KIP Aceh, KPU kabupaten/kota dan/

atau KIP kabupaten/kota tertentu untuk

memberikan keterangan sebagai Turut

Termohon.

(53)

e. Apabila diperlukan, Mahkamah dapat

me-netapkan putusan sela.

f. alat bukti lain berupa informasi

dan komunikasi elektronik.

a. keterangan para pihak;

b. surat atau tulisan;

c. keterangan saksi;

e. petunjuk; dan

Mahkamah dalam memutus akan/dapat

mempertimbangkan Alat Bukti yang terdiri

dari:

(54)

Setelah pemeriksaan sidang dianggap

cukup, Mahkamah Konstitusi mengadakan

Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) untuk

mengambil putusan. Rapat ini dilaksanakan

secara tertutup oleh Pleno Hakim.

Sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum.

Artinya, segenap masyarakat bebas untuk mengikuti

jalannya persidangan di Mahkamah Konstitusi.

(55)

Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH)

diselenggarakan setelah Pleno Hakim

melaporkan bahwa pemeriksaan perkara

dipandang cukup dan dapat segera diambil

putusan. RPH dilaksanakan dengan ketentuan:

a. Dilaksanakan secara tertutup.

b. Dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh)

orang hakim konstitusi.

c. Membahas rancangan putusan.

d. Pengambilan putusan dilakukan secara

musyawarah untuk mufakat setelah

mendengar pendapat hukum para hakim

konstitusi.

e. Jika tidak tercapai mufakat bulat,

peng-ambilan putusan didasarkan pada suara

terbanyak.

Jika suara terbanyak tidak tercapai, maka

suara Ketua Rapat Pleno Hakim Konstitusi

menentukan.

IV.3.

(56)

Persidangan jarak

jauh dilakukan dengan

menggunakan teknologi

video conference

(vicon).

Persidangan jarak jauh

me-liputi jenis persidangan

berikut ini.

a. Pemeriksaan

pendahulu-an.

b. Pemeriksaan

persidang-an (pembuktipersidang-an).

IV.4.

Persidangan Jarak Jauh

Ruang Vicon

MK

Ruang

Data

Ruang

Vicon

Fakultas Hukum

Pihak

Terkait

(57)

Bagan di

sam-ping

menunjuk-kan tahap-tahap

s e b e l u m

penyelenggaraan

P e r s i d a n g a n

Jarak Jauh.

Diajukan kepada MKRI

dengan tembusan kepada

Fakultas Hukum tempat Vicon

Pemohon dan/atau Termohon

atau Kuasanya mengajukan

permohonan Persidangan

Jarak Jauh

Permohonan Persidangan

Jarak Jauh memuat alasan

(a) p

ara Pihak sulit

d hadirkan langsung

nformasi sulit untuk

disampaikan secara

langsung

i

, atau

(b) i

Mahkamah Konstitusi

memberitahukan

pelaksanaan sidang kepada

Pemohon dan Fakultas

Hukum tempat Vicon

Persidangan Jarak Jauh

dilaksanakan

Mahkamah Konstitusi

mempertimbangkan

urgensi Persidangan Jarak

(58)

Pemeriksaan Setempat, atas dasar Putusan Sela

yang dijatuhkan Mahkamah Konstitusi, dilakukan

untuk memeriksa alat bukti yang tidak bisa

dihadirkan di hadapan sidang Mahkamah Konstitusi

di Jakarta maupun di lokasi peralatan

video

conference

. Dengan demikian, Pemeriksaan

Setempat/Persidangan Setempat dilakukan di

tempat beradanya alat bukti bersangkutan.

IV.5.

Pemeriksaan Setempat

RPH menunjuk (setidaknya)

satu Hakim Konstitusi dan Petugas MK

untuk melakukan pemeriksaan setempat

Panitera menjadwalkan sidang;

dan memberitahukan kepada

Pemohon dan Pihak lain.

Persidangan Setempat

dilakukan sebagaimana

persidangan di Mahkamah Konstitusi

(59)

a. Putusan yang telah diambil dalam Rapat

Per-musyawaratan Hakim (RPH) diucapkan dalam

sidang pleno Mahkamah Konstitusi yang

ter-buka untuk umum.

b. Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai

per-mohonan atas perselisihan hasil Pemilu

Anggota DPR, DPD dan DPRD diputuskan

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

permohonan dicatat dalam Buku Registrasi

Perkara Konstitusi.

IV.6.

Sidang Pengucapan Putusan

Sidang

Pemeriksaan

RPH

Putusan/

(60)

Bab V

Putusan Mahkamah Konstitusi

V.1.

Umum

P e r m o h o n a n

PHPU Anggota DPR,

DPD, dan DPRD wajib

diputus paling lambat

30 (tiga puluh) hari

kerja sejak

per-mohonan dicatat

dalam BRPK.

Salinan Putusan

Mahkamah

Konsti-tusi disampaikan

kepada Pemohon,

KPU, Presiden, dan

(61)

apabila Pemohon dan/

atau permohonannya tidak

meme-nuhi syarat sebagaimana ketentuan

Pasal 74 UU MK. (syarat dimaksud

lihat pada bagian Permohonan

PHPU).

Permohonan tidak

dapat diterima

Amar putusan Mahkamah Konstitusi dalam

perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

dapat menyatakan:

V.2.

Sidang Pembacaan Putusan

V.3.

Amar Putusan

Putusan yang telah diambil dalam Rapat

Per-musyawaratan Hakim diucapkan dalam sidang

pleno terbuka untuk umum.

(62)

apabila permohonan

tidak terbukti beralasan.

Permohonan

di-tolak

V.4.

Sifat Putusan

Putusan Mahkamah Konstitusi tentang

per-selisihan hasil Pemilu bersifat final, yaitu

langsung memperoleh kekuatan hukum tetap

sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang

dapat ditempuh.

apabila permohonan

terbukti beralasan; dan selanjutnya

Mahkamah Konstitusi membatalkan

hasil penghitungan suara yang

di-umumkan oleh KPU serta menetapkan

hasil penghitungan suara yang benar.

Permohonan

(63)

Putusan Mahkamah Konstitusi tentang

perselisihan hasil Pemilu Anggota DPR, DPD,

dan DPRD wajib ditindaklanjuti oleh KPU, KPU

provinsi, KIP, dan KPU kabupaten/kota.

V.5.

Pelaksanaan Putusan

V.6.

Akses Terhadap Putusan

Masyarakat yang menginginkan informasi

terkait Putusan Mahkamah Konstitusi bisa

mengakses melalui laman (

website

)

w w w. m a h k a m a h k o n s t i t u s i . g o . i d . ;

mendapatkan informasi dengan langsung

menghubungi Bagian Risalah dan Putusan

Mahkamah Konstitusi; atau melalui media

cetak.

(64)
(65)
(66)
(67)

Jakarta, ... Nomor : ...

Lamp : ...

Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... tanggal ... tentang ... (sebutkan perihal permohonan)

Kepada Yth,

Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110 I. a. Nama : ... d. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor Faksimili : ... II. a. Nama : ... b. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor Faksimili : ...

Sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang bertindak untuk dan atas nama Partai ... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan nomor urut ..., berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ... tanggal ... memberikan kuasa kepada:

1. ... 2. ...

3. ... dan seterusnya (bila ada)

semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..., yang berkedudukan di ... dengan alamat ..., nomor telepon/HP ..., nomor faksimili ..., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut --- PEMOHON.

--LOGO/KEPALA

SURAT--Model Permohonan PHPU-DPR/DPRD

(68)

Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun ...

terhadap

Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TERMOHON.

Komisi Pemilihan Umum Daerah ... berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TURUT TERMOHON. I. KEWENANGAN MAHKAMAH

(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara PHPU sebagaimanatersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)

II. KEDUDUKAN HUKUM

(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah.)

III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN

Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ... Sedangkan Pemohon mendaftarkan permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ...

(69)

IV. POKOK PERMOHONAN

Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai:

1. Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima per seratus) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, terkait dengan perolehan suara sah secara nasional Partai ... menurut KPU sebesar ... suara atau setara dengan ...% (... per seratus).

2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR sebesar ... kursi; DPRD Provinsi ... sebesar ... kursi; DPRD Kabupaten ... sebesar ... kursi; DPRD Kota ... sebasar ... kursi;

(poin-poin pokok permohonan tersebut di atas silakan disesuaikan dengan kebutuhan Pemohon.)

Adapun rincian dari pokok permohonan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

IV.1.Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5%.

Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima per seratus) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terkait dengan perolehan suara sah secara nasional Partai ... sebesar ... suara atau setara dengan ... per seratus.

Bahwa perolehan suara sah secara nasional Partai ... berdasarkan pengumuman secara nasional oleh KPU ... sebesar ... suara atau setara ...% (... per seratus) adalah salah dan tidak berdasar. Adapun perolehan suara Partai ... yang benar adalah ... suara atau setara ...% (... per seratus).

(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara menurut KPU dengan perolehan suara menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)

Jumlah Suara Jumlah Suara dalam Persen No. Nama Partai Menurut

KPU Menurut Pemohon

Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.

(70)

IV.2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR. (Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara dan kursi menurut KPU dengan perolehan suara dan kursi menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Dewan Perwakilan Rakyat yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut: 1. Dapil ...

2. Dapil ... 3. Dapil ...

4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada).

1. Dapil ... (DPR)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPR dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:

2. Dapil ... (DPR)

(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)

IV.3. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRD Provinsi ...

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan

Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut

KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.

(71)

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 secara nasional untuk DPRD Provinsi ... yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut: 1. Dapil ...

2. Dapil ... 3. Dapil ...

4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada)

1. Dapil ... (DPRD Provinsi)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang hasil penghitungan suara pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRD Provinsi ... dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:

IV.4. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRD Kabupaten/Kota ...

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 secara nasional untuk DPRD Kabupaten/Kota ... yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut: 1. Dapil ...

2. Dapil ... 3. Dapil ...

4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada)

1. Dapil ... (DPRD Kabupaten/Kota)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang hasil penghitungan suara pemilihan

Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut

KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.

(72)

umum anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota ... dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:

2. Dapil ... (DPRD Provinsi)

(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)

V. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

- Menyatakan membatalkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor ... tanggal ... tentang hasil Perhitungan Suara Pemilihan Umum anggota DPR, dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk Pemilihan Umum ... Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... pukul ... WIB. - Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar sebagai berikut :

1. Perolehan suara secara nasional yang benar untuk Partai ... sesuai dengan rekapitulasi hasil suara di tingkat nasional seharusnya ... suara, bukan ... suara.

2. Bahwa perolehan suara secara nasional di atas setara dengan ... % (…….. per seratus) dan melebihi ambang batas 2,5% (dua koma lima per seratus) sehingga Partai ... berhak mengikuti pembagian kursi Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Perolehan suara yang benar untuk Partai ... sesuai dengan rekapitulasi hasil suara di tingkat ... seharusnya ... suara, bukan ... suara.

4. Bahwa atas kesalahan hasil penghitungan tersebut di atas seharusnya Partai ... mendapatkan ... kursi.

5. ...

- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melaksanakan putusan ini

Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut

KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.

(73)

Demikianlah permohonan Pemohon, dengan harapan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dapat segera memeriksa, mengadili dan memutuskan permohonan ini secara adil.

(Tempat), (Tanggal, Bulan, Tahun) Hormat kami,

PEMOHON/KUASA HUKUM PEMOHON

PEMOHON, KUASA HUKUM,

1. Nama (tanda tangan) 1. Nama (tanda tangan) 2. Nama (tanda tangan) 2. Nama (tanda tangan)

(74)

--LOGO/KEPALA SURAT--Model Permohonan PHPU-DPD Jakarta, ... Nomor : ... Lamp : ...

Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... tanggal ... tentang ... (sebutkan perihal permohonan)

Kepada Yth,

Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110 Nama : ... Tempat, Tanggal Lahir/Umur : ... Agama : ... Pekerjaan : ... Jabatan : ... Kewarganegaraan : ... Alamat : ... Nomor Telepon/HP : ... Nomor faksimili : ...

Adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi ... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009, dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ... tanggal ... memberikan Kuasa kepada:

1. ... 2. ...

3. ... dan seterusnya (bila ada),

Semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..., selanjutnya disebut Penerima Kuasa, yang berkedudukan di ... dengan alamat ..., nomor telepon/HP ..., nomor faksimili ..., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut ---PEMOHON.

Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPD Provinsi ... kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun ...

(75)

terhadap

Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di ..., selanjutnya disebut ---TERMOHON.

Komisi Pemilihan Umum Daerah ... berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TURUT TERMOHON. I. KEWENANGAN MAHKAMAH

(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara PHPU sebagaimanatersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)

II. KEDUDUKAN HUKUM

(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.)

III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN

Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon juga telah menyerahkan berkas permohonan asli dalam tenggang waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak berakhirnya tenggang waktu pendaftaran.

Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ... Sedangkan Pemohon mendaftarkan permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ... tanggal ... bulan ...

(76)

tahun 2009 pukul ...

(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu)

IV. POKOK PERMOHONAN

Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai perolehan suara Pemohon menurut KPU untuk DPD Provinsi sebesar ... suara.

(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara menurut KPU dengan perolehan suara menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh calon lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPD Provinsi ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:

V. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

- Menyatakan membatalkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor ... tanggal ... tentang hasil Perhitungan Suara Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD ... Tahun 20... secara nasional untuk DPD Provinsi ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... pukul ... WIB.

- Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar sebagai berikut : 1. Perolehan suara yang benar untuk ... sesuai dengan

rekapitulasi hasil suara di tingkat ... seharusnya ... suara, bukan ... suara.

Jumlah Suara No. Nama Calon

Anggota DPD

Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.

(77)

2. Bahwa atas kesalahan hasil penghitungan tersebut di atas seharusnya ... menempati urutan ... dan berhak menjadi Anggota DPD Provinsi...

3. ...

- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melaksanakan putusan ini

Demikianlah permohonan Pemohon, dengan harapan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dapat segera memeriksa, mengadili dan memutuskan permohonan ini secara adil.

(Tempat), (Tanggal, Bulan, Tahun) Hormat kami,

PEMOHON/KUASA HUKUM PEMOHON

PEMOHON, KUASA HUKUM,

(tanda tangan) (tanda tangan)

(78)

Jakarta, ... Nomor : ...

Lamp : ...

Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... tanggal ... tentang ... (sebutkan perihal permohonan)

Kepada Yth,

Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110 I. a. Nama : ... b. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor faksimili : ... II. a. Nama : ... b. Pekerjaan/Jabatan : ... c. Kewarganegaraan : ... d. Alamat : ... e. Nomor Telepon/HP : ... f. Nomor faksimili : ...

Sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang bertindak untuk dan atas nama Partai ... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan nomor urut ..., berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ... tanggal ... memberikan kuasa kepada:

1. ... 2. ...

3. ... dan seterusnya (bila ada)

Semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..., selanjutnya disebut Penerima Kuasa, yang berkedudukan di ... dengan alamat ..., nomor telepon/HP ..., nomor faksimili ..., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas

--LOGO/KEPALA

SURAT--Model Permohonan PHPU-DPRA/

(79)

nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut ---PEMOHON.

Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPR Aceh dan DPR Kabupaten/Kota di Aceh kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun ...

terhadap

Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di ..., selanjutnya disebut ---TERMOHON.

Komisi Pemilihan Umum Daerah ... berkedudukan di ... selanjutnya disebut ---TURUT TERMOHON. I. KEWENANGAN MAHKAMAH

(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara PHPU sebagaimanatersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)

II. KEDUDUKAN HUKUM

(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah.)

III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN

Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon juga telah menyerahkan

(80)

berkas permohonan asli dalam tenggang waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak berakhirnya tenggang waktu pendaftaran.

Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ... Sedangkan Pemohon mendaftarkan permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ... tanggal ... bulan ... tahun 2009 pukul ...

(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu) IV. POKOK PERMOHONAN

Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai:

1. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR Aceh sebesar ... kursi;

2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR Kabupaten/Kota ... di Aceh sebesar ... kursi.

(poin-poin pokok permohonan tersebut di atas silakan disesuaikan dengan kebutuhan Pemohon.)

Rincian dalil Pemohon, terkait pokok permohonan tersebut adalah sebagai berikut:

IV.1.Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRA. (Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan membandingkan perolehan suara dan kursi menurut KPU dengan perolehan suara dan kursi menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut:

1. Dapil ... 2. Dapil ... 3. Dapil ...

4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada).

1. Dapil ... (DPRA)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRA dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:

(81)

2. Dapil ... (DPRA)

(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)

IV.2. Perolehan kursi Partai ... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRK ...

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 secara nasional yang merugikan Pomohon di ... Daerah Pemilihan sebagai berikut:

1. Dapil ... 2. Dapil ... 3. Dapil ...

4. Dapil ... dan seterusnya (jika ada)

1. Dapil ... (DPRK)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ... tanggal ... tentang hasil penghitungan suara pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPRKabupaten/Kota ... dari Daerah Pemilihan ... yang diumumkan pada hari ... tanggal ... tahun 2009 pukul ... WIB, yaitu sebagai berikut:

Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut

KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.

Jumlah Suara Perolehan Kursi No. Nama Partai Menurut

KPU Menurut Pemohon Menurut KPU Menurut Pemohon 1 2 3 4 5 6 7 dst.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Keberhasilan Sultan Al-Fatih dalam pembangunan peradaban negerinya tidak terlepas dari koordinasi. Bentuk koordinasi yang dibangun Al-Fatih adalah top down, yakni dari atasan

Contoh makna ambiguitas kita dapat lihat dalam dialog atau percakapan Neni yang menawarkan; ‘kalo jadi kita nae jo pa ngana neh’ kalimat ini memiliki makna dasar yaitu ‘saya naik

Pelaksanaan pengabdian masyarakat dengan topik “pijat bayi sebagai upaya peningkatan bonding attachment ibu dan bayi di posyandu balita Dusun Monggang,

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data-data terkait kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia, Singapura, dan Thailand

Penelitian ini menggunakan lima kata kunci (keyword) mengenai objek wisata Indonesia yang dianalisis melalui Google Trends untuk mengetahui letak negara yang

Unsur-unsur moralitas yang begitu nampak pada cerita di atas, Nilai moral individual ataupun masyarakat yang menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan diri pribadi sendiri

Ditinjau dari segi pengajaran bahasa Perancis di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), pengajaran pelafalan tidak diberikan secara

Kalau penabuhnya sudah agak terampil, tabuhan kendhangnya tidak harus 8 ketukan seperti di atas, jadi buka pada kendhang dapat saja cukup empat sabetan, atau dua sabetan,