• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh lama pemberian ekstrak etanol daun swietenia mahagoni (l.) jacq. sebagai hepatoprotektif terhadap tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh lama pemberian ekstrak etanol daun swietenia mahagoni (l.) jacq. sebagai hepatoprotektif terhadap tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN Swietenia

mahagoni (L.) Jacq. SEBAGAI HEPATOPROTEKTIF TERHADAP TIKUS

JANTAN TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Sherly Damima NIM : 108114119

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH LAMA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN Swietenia

mahagoni (L.) Jacq. SEBAGAI HEPATOPROTEKTIF TERHADAP TIKUS

JANTAN TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Sherly Damima NIM : 108114119

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada

Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur

Filipi 4 : 6

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikian firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu

hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29 : 11

Janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari

besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari

cukuplah untuk sehari.

Matius 6 : 34

(6)
(7)
(8)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul “Pengaruh lama pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.)

Jacq. sebagai hepatoprotektif terhadap tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida“ sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penulis dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah

berkenan memberikan kritik serta saran kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah berkenan memberikan kritik serta saran kepada penulis.

4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing sekaligus dosen penguji yang telah membimbing dan memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini.

(9)

viii

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam determinasi daun Swietenia mahagoni Jacq.

7. Staf – staf Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak Kunto, Bapak Sigit, Bapak Parlan, Bapak Bimo, dan Bapak Andri yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan selama penelitian di laboratorium.

8. Terima kasih untuk keluarga besar Damima, Mama Nenny Damima, Papi

Ardayan Tanggar dan Mami Ina Rahayu untuk dukungan, bimbingan, saran, kasih sayang dan pengertian.

9. Terima kasih untuk teman-teman skripsi Agriva Devaly Avista, Evan Gunawan dan Stefanus Indra Gamawan yang telah membantu dan kerja sama yang luar biasa selama proses pengerjaan skripsi.

10. Terima kasih untuk Anggun Indah Ciptanti, Verica Septi Permatasari, dan Henny atas persahabatan, dukungan, motivasi dan bantuan yang diberikan selama ini.

11. Terima kasih untuk Oryza Sativa Andrianto, S.T. untuk dukungan, saran, motivasi, pengertian, bantuan, doa, yang selalu setia menemani dan menjadi penyemangat hingga berhasilnya skripsi ini.

12. Terima kasih untuk teman-teman FKK B 2010 dan teman-teman Fakultas

Farmasi USD 2010 atas kebersamaannya.

(10)

ix

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 30 Mei 2014

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

(12)

xi

E. Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase ... 12

(13)

xii

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20

1. Variabel utama ... 20

4. Pembuatan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 26

5. Pembuatan suspensi CMC-Na 1% ... 26

6. Pembuatan suspensi ekstrak ... 26

(14)

xiii

8. Uji pendahuluan ... 26

a. Penentuan dosis karbon tetraklorida ... 26

b. Penentuan waktu pencuplikan darah ... 27

9. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ... 27

10. Pembuatan serum ... 29

11. Pengukuran aktivitas ALT dan AST ... 29

12. Penetapan total dan kadar air flavonoid ………30

F. Analisis Hasil ... 31

1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ... 34

2. Penentuan waktu pencuplikan darah ... 34

D. Efek Hepatoprotektif Jangka Waktu 1,3, dan 6 Hari Ekstrak Etanol Daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Terhadap Tikus Jantan yang Terinduksi Karbon Tetraklorida ... 38

1. Kontrol negatif (Olive oil 2 ml/Kg BB) ... 43

2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 ml/Kg BB) ... 48

3. Kontrol pelarut CMC-Na 1% dosis 18 ml/Kg BB ... 48

(15)

xiv

5. Kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni

(L.) Jacq. dosis 180 mg/Kg BB pada tikus jantan yang terinduksi

karbon tetraklorida 2 ml/Kg BB ... 50

E. Rangkuman Pembahasan ... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 60

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Reagen serum ALT ... 23 Tabel II. Reagen serum AST ... 24 Tabel III. Rata-rata aktivitas ALT dan AST tikus setelah terinduksi karbon

tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72 (n=4) ... 35 Tabel IV. Hasil uji Scheffe ALT tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida

dosis 2 mg/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72 .. 36 Tabel V. Data hasil uji Kruskal Wallis AST tikus setelah terinduksi karbon

tetraklorida dosis 2 ml/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48, dan 72 ... 37 Tabel VI. Pengaruh waktu protektif pemberian ekstrak etanol Swietenia

mahagoni (L.) Jacq. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari aktivitas ALT dan AST ... 39 Tabel VII. Analisis kebermaknaan ALT antar kelompok perlakuan berdasarkan

hasil uji Mann Whitney ... 41 Tabel VIII. Analisis kebermaknaan AST antar kelompok perlakuan

berdasarkan hasil uji Mann Whitney ... 42 Tabel IX. Perbandingan aktivitas serum ALT dan AST kelompok kontrol olive

oil pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72 ... 44 Tabel X. Hasil uji aktivitas ALT pemberian olive oil dosis 2 ml/Kg BB pada

(17)

xvi

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambaran struktur dasar hati ... 8 Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida ... 13 Gambar 3. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida ... 15 Gambar 4. Diagram batang uji pendahuluan hasil pengukuran ALT tikus

setelah terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48, dan 72 ... 35 Gambar 5. Diagram batang uji pendahuluan hasil pengukuran AST tikus setelah

terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48, dan 72 ... 37 Gambar 6. Diagram batang aktivitas ALT rata-rata pengaruh waktu protektif

pemberian ekstrak etanol daun Switenia mahagoni (L.) Jacq. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida ... 40 Gambar 7. Diagram batang aktivitas AST rata-rata pengaruh waktu protektif

pemberian ekstrak etanol daun Switenia mahagoni (L.) Jacq. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida ... 43 Gambar 8. Diagram batang rata-rata perbandingan ALT kontrol olive oil jam

ke-0, 24, 48 dan 72 ... 45 Gambar 9. Diagram batang rata-rata perbandingan AST kontrol olive oil jam

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 61

Lampiran 2. Foto ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 61

Lampiran 3. Foto larutan eksrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 62

Lampiran 4. Surat determinasi tanaman Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 63

Lampiran 5. Surat Ethical Clearence ... 64

Lampiran 6. Data Analisis statistik aktivitas serum ALT dan AST pada uji pendahuluan penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji pada karbontetraklorida dengan dosis 2 ml/Kg BB ... 65

Lampiran 7. Data analisis statistik ALT dan AST kelompok kontrol olive oil dosis 2 ml/Kg BB ... 78

Lampiran 8. Hasil analisis statistik data ALT dan AST pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. 180 mg/Kg BB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/Kg BB ... 84

Lampiran 9. Perhitungan efek hepatoprotektif ALT dan AST ... 103

Lampiran 10. Hasil rendemen ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. 104 Lampiran 11. Hasil penimbangan ekstrak bobot penyusutan ... 105

Lampiran 12. Surat hasil pengujian kadar air serbuk Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 106

Lampiran 13.Surat total Flavonoid dan kadar air metode susut kering ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 107

(20)

xix

(21)

xx INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh lama pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. sebagai hepatoprotektif dan mengetahui lama paling optimum yang dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) serum dan Aspartat Aminotransferase (AST) serum dengan pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 35 ekor tikus jantan galur Wistar dibagi acak 7 kelompok, yaitu kelompok I diberi karbon tetraklorida:olive oil (1:1) dosis 2 ml/kg BB secara i.p., kelompok II diberi olive oil dosis 2 ml/kg BB secara i.p., kelompok III diberi ekstrak etanol daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dosis 180 mg/Kg BB secara per oral, kelompok IV suspensi CMC-Na 1% volume 18 ml/Kg BB selama 6 hari, hari ke 7 diberikan karbon tetraklorida dosis 2 ml/Kg BB, kelompok V, VI, VII dilakukan perlakuan 1,3,6 hari ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dosis 180 mg/Kg BB secara per oral,hari ke-7 diberi larutan karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB secara i.p., setelah 24 jam diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA satu arah dengan tarif kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama pemberian ekstrak etanol daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dosis 180 mg/Kg BB selama satu, tiga, dan enam hari berpengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT-AST terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/Kg BB dengan waktu optimum hari ke-3 setelah pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dosis 180 mg/Kg BB.

(22)

xxi ABSTRACT

The aims of this study were to prove the duration’s effect of ethanolic extract of Swietenia mahagoni (L.) Jacq. leaf as a hepatoprotective and determine the most optimum duration’s to give effect to the decreased activity of alanine aminotransferase (ALT) serum and aspartate aminotransferase (AST) serum of ethanolic extract of Swietenia mahagoni (L.) Jacq. leaf in male rats induced by carbon tetrachloride.

This research is purely experimental research with completely randomized direct sampling design. A total 35 male Wistar rats were randomly split into 7 groups. Group I administered solution of carbon tetrachloride:olive oil ( 1:1 ) at dose 2 mL/kgBW in intraperitonial. Group II was given olive oil dose 2 mL/kgBW in intraperitonial, Group III administered ethanolic extracts of

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. leaf dose 180 mg/kgBW consecutive 6 days orally. Group IV was given CMC-Na dose 18 mL/kgBW consecutive 6 days orally, at day 7 was given carbon tetrachloride dose 2 ml/kgBW, group V, VI, VII given 1, 3, 6 days treatment of ethanolic extract of Swietenia mahagoni (L.) Jacq. leaf dose 180 mg/kgBW orally, day 7 were given carbon tetrachloride solution dose 2 ml/kgBW in intraperitonial, after 24 hours blood drawn through the eye sinus orbitalis for determination the activity of ALT and AST. Data analyzed using one-way ANOVA and 95% confidence interval.

The results of this study indicate that the duration of the ethanolic extract of

Swietenia mahagoni (L.) Jacq.leaf dose of 180 mg/KgBW for one, three, and six days reduce the activity of ALT-AST induced by carbon tetrachloride 2 ml/kgBW with optimum time 3 days after administration of ethanolic extract of

Swietenia mahagoni (L.) Jacq.leaf dose of 180 mg/kgBW.

(23)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Dalam tubuh manusia terdapat banyak organ penting salah satunya yaitu hati. Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh dan letak hati dalam rongga abdomen dibawah diagfragma. Letak dari hati ini sangat cocok untuk mengubah, mengumpulkan, menimbun metabolit-metabolit dan untuk menetralkan serta menghilangkan zat-zat toksik didalam tubuh manusia (Baradero, 2008). Jika dilihat dari pernyataan yang ada maka dapat dikatakan hati memiliki fungsi yang berat dan bisa saja rentan terhadap penyakit dan mengalami kerusakan sehingga sangat perlu diberikan perhatian khusus untuk dapat menyembuhkan penyakit hati.

Menurut Romadhoma (2009) kerusakan hati non alkohol merupakan penyakit hati kronik di Negara-negara berkembang dengan prevalensi 10-24% dari seluruh populasi. Prevalensi penyakit perlemakan hati di Indonesia sebesar 30,6 % (Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari, 2009).

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan salah satu dari bahan-bahan kimia

(24)

membutuhkan aktivitas metabolisme yaitu oleh enzim sitokrom P450 pada organ hati yang kemudian mengubah CCl4 menjadi menjadi radikal bebas triklorometil

(CCl3) metabolit yang lebih toksik yang kemudian menyebabkan kerusakan organ

hati (Tappi, 2013). Radikal bebas triklorometil dapat menghasilkan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid menyebabkan terjadinya akumulasi lipid di hati. Akumulasi lipid di hati ini disertai perubahan biokimia pada darah, dilihat dari perubahan ALT aktivitas (alanin aminotransferase) dan AST (aspartat aminotransferase) pada serum (Hodgson, 2010).

Penanggulangan untuk mengobati penyakit hati ini memerlukan pengobatan yang efektif. Oleh sebab itu diperlukan pengobatan yang aman dan efektif untuk mengobatan pada penyakit hati ini. Sejak dahulu masyarakat meyakini bahwa pengobatan secara tradisional sangat aman dan efektif untuk pengobatan penyakit terutama untuk penyakit hati dan hingga sekarang telah banyak sekali berkembang penelitian pengobatan-pengobatan menggunakan obat herbal.

(25)

aktivitas anti HIV. Menurut Bhurat (2011) biji dari tanaman ini menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat. Tanaman ini memiliki kandungan seperti alkaloid, terpenoid, antraquinon, glikosida jantung, saponin, fenol, flavonoid, minyak atsiri, phospholipid dan asam lemak tak jenuh rantai panjang.

Flavonoid, saponin, phyenyl propanoids, phenolic acids, dan tannins

merupakan salah satu komponen dari tanaman yang dapat melindungi hati. Menurut Kumar (2013) konsentrasi 1 – 100 µg/mL pada flavonoid mampu meningkatkan kelangsungan hidup sel hepatosit dan menghambat terjadinya pelepasan alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) serum sel hepatosit yang disebabkan oleh karbon tetraklorida. Flavonoid merupakan golongan fenolik yang memiliki sifat polar. Flavonoid dapat mudah tersari oleh pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama, yaitu etanol. Maka dari itu dalam penelitian ini digunakan etanol sebagai pelarut dalam pembuatan ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Penelitian Gamawan (2014) menyatakan bahwa pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. selama enam hari dosis 180 mg/kgBB yang merupakan dosis paling efektif untuk memberikan efek hepatoprotektif terhadap aktivitas ALT (alanin aminotransferase) dan AST (aspartat aminotransferase) serum tikus terinduksi karbon tetraklorida.

(26)

adanya pengaruh dari lama pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni

(L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB terhadap penurunan aktivitas ALT dan AST tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida, dan melakukan penentuan lama pemberian yang optimum menggunakan satu, tiga dan enam hari yang mengacu pada penelitian yang sudah ada yang dilakukan oleh Nugroho (2014) yang menunjukkan adanya efek hepatoprotektif selama satu, tiga dan enam hari terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pemberian infusa herba

Mimosa pigra L.. 1. Rumusan masalah

a. Apakah lama pemberian praperlakuan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB dapat memberikan pengaruh efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida?

b. Berapa lama optimum pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni

(L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB dapat memberikan waktu yang optimum untuk menimbulkan efek hepatoprotektif?

2. Keaslian penelitian

(27)

a. Daya Antibakteri Infus Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq..) Terhadap

Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang pernah dilakukan oleh Eminentia (2001).

b. Esktrak air dari daun S.mahagoni memberikan efek hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi dengan alkohol secara kronik dilakukan oleh Udem, Nwaogu, Onyejekwe (2010).

c. Ekstrak etanol daun S. mahagoni memberikan efek anti-ulcer pada tikus dengan kerusakan mukosa lambung akibat diinduksi dengan etanol dilakukan oleh Radahe, et al. (2011).

d. Ekstrak etanol daun S. mahagoni memiliki kandungan karbohidrat, tanin, glikosida, flavonoid, saponin dan terpenoid, selain itu pada pengujian toksisitas akut pada dosis 1500, 3000 dan 6000 mg/kg BB secara per oral tidak mengakibatkan kematian ataupun reaksi toksik pada hewan uji dilakukan oleh Matin Haque, Ahmed dan Hossain (2013).

e. Gamawan (2014) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. selama enam hari dengan dosis 180 mg/Kg BB dapat memberikan efek hepatoprotektif secara umum pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

(28)

hepatoprotektif dan pengaruh lama pemberian optimum dengan mekanisme penurunan serum ALT dan AST.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan informasi tentang lama penggunaan daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. untuk pengobatan hepatoprotektif secara umum.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh lama pemberian dari ekstrak etanol daun Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) terhadap hati tikus.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh lama pemberian ekstrak etanol daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida dengan menurunkan aktivitas dari ALT-AST serum.

b. Untuk mengetahui waktu pemberian optimum dari ekstrak etanol daun

(29)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hati merupakan kelenjar yang paling besar yang ada dalam tubuh manusia dan memiliki berat 1500 gram. Bagian superior dari hati cembung dan memiliki letak berada dibawah kubah kanan diafragma. Bagian hati inferior hati cekung dan letak dibawahnya terdapat ginjal kanan, gaster, pankreas, dan usus (Baradero, 2008).

Hati terbagi atas dua belahan utama, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Permukaan atas memiliki bentuk yang cembung dan letaknya berada di bawah diagfragma. Permukaan bawah tidak rata dan adanya lekukan, fisura transverses. Permukaannya di lintasi oleh berbagai pembuluh darah yang keluar masuk hati.

Fisura longitudinal yang memisahkan antara belahan kanan dan belahan kiri dipermukaan bawah dan ligament falsiformis yang memisahkan antara belahan kanan dan belahan kiri dipermukaan atas (Pearce, 2005). Di antara lobus kanan dan lobus kiri terdapat porta hepatis, jalur masuk dan jalur keluar pembuluh darah, saraf dan duktus (Slonane, 2003).

(30)

sinusoid terletak diantara lempeng-lempeng sel. Pada masing-masing saluran portal terdiri atas cabang vena portal, arteri hepatika, dan duktus empedu yang membentuk sebuah lobulus portal (Slonane,2003).

Gambar 1. Gambaran struktur dasar hati (Baradero, 2008) Menurut (Baradero, 2008) hati memiliki beberapa macam saluran (Gambar 1), yaitu:

1. Arteria hepatikum yang merupakan salah satu cabang dari arteria seliaka dari aorta dan arteria ini menyuplai darah ke hati.

2. Vena porta hepatika yang membawa darah vena dari seluruh traktus gastrointestinal menuju hati dan darah ini mengandung zat makanan yang diserap oleh vili usus halus.

(31)

4. Kanalikuli empedu yang disebut saluran bilier dibentuk oleh kapiler empedu yang kemudian menyatu dan menyalurkan empedu dari yang telah dihasilkan oleh sel hati.

Darah dalam vena porta mengandung zat makanan yang diabsorbsi oleh vili dari usus halus dan cabang dari arteria hepatica dan vena porta membawa dua macam darah ini pada sinusoid sehingga zat makanan yang tidak diperlukan dikeluarkan (Baradero, 2008).

B. Fungsi Hati

Menurut (Slonane, 2003) hati memiliki enam macam fungsi utama, yaitu : 1. Sebagai sekresi. Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi

dan absorpsi lemak.

2. Sebagai metabolisme. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.

a. Hati memiliki peran penting dalam mempertahankan homeostatik gula darah dan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen kemudian mengubahnya kembali jika diperlukan menjadi glukosa.

b. Hati dapat mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak dan organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih.

c. Hati mensintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak.

(32)

e. Hati mensintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Organ

ini mensintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu.

3. Sebagai penyimpanan. Menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), serta menyimpan toksin tertentu seperti pestisida serta obat yang tidak dapat diuraikan dan diekskresikan. 4. Sebagai detokfikasi yang melakukan inaktivasi hormon dan detokfikasi toksin

dan obat. Hati memfagosit critosit dan zat asing yang terdistintegrasi dalam darah.

5. Sebagai produksi panas. Banyaknya aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumber panas tubuh, seperti pada saat tidur.

6. Sebagai penyimpanan darah dimana hati merupakan reservoar untuk sekitar 30% curah jantung dan bersama dengan limpa untuk mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.

C. Kerusakan Hati Beberapa macam jenis kerusakan hati, yaitu :

1. Steatosis yaitu akumulasi lemak dalam hati yang merupakan tanda-tanda umum toksisitas hati yang mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang toksik, termasuk alkohol. Jika tidak ada sel-sel yang mati, steatosis tidak akan mempengaruhi fungsi hati (WHO, 2002).

(33)

intrasel. Perlemakan hati bersifat reversible akan tetapi jika ada perlemakan berlebih dapat menimbulkan sirosis (Mitchell and Richard, 2006).

2. Menurut (Baradero, 2008) sirosis terbagi atas empat macam, yaitu:

a. Sirosis Laennec yang disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Tahapan awal hati akan mengalami pembengkakan dan mengeras dan pada tahapan akhir hati akan mengecil dan nodular.

b. Sirosis pacanekrotik yang disebabkan oleh adanya nekrosis yang berat karena hepatotoksin yang berasal dari hepatitis virus yang membuat hati mengecil dan banyak nodul dan jaringan fibrosa.

c. Sirosis bilier yang merupakan penyebab dari obstruksi empedu dalam hati dan duktus koledukus komunis atau duktus sistikus.

d. Sirosis jantung yang merupakan penyebab dari gagal jantung sisi kanan atau gagal jantung.

3. Kolestasis merupakan kegagalan hati untuk mengekskresikan bilirubin, yang

(34)

4. Nekrosis hati merupakan kematian sel-sel hati yang terjadi akibat paparan

terhadap sejumlah zat kimia, antara lain aflatoksin, karbon tetraklorida, kloroform, dan asam tannat (WHO,2002).

D. Hepatotoksin

Menurut Forrest, 2006 (cit., Rosari, 2013) hepatotoksin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Tipe A (yang dapat diprediksi) yang merupakan reaksi hepatik yang

disebabkan oleh reaksi tipe A yang dapat membuat sebagian orang dapat menelan dan mengkonsumsi obat tersebut dalam jumlah yang cukup sehingga mampu memberikan efek toksik. Parasetamol, dan karbon tetraklorida merupakan contoh obat tipe A.

2. Tipe B (tidak dapat diprediksi) yang bergantung pada dosis dan hanya terjadi tidak hanya pada semua orang namun hanya sebagian orang. Isoniazid (INH) dan clorpromazine merupakan contoh obat tipe B.

(35)

Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) atau sering disebut Aspartate aminotransferase (AST) dapat digunakan untuk mengukur kadar SGOT pada kerusakan pada organ hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka. Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normalnya sedangkan Serum Glutamic pyruvic transaminase (SGPT) atau sering disebut Alanin aminotransferase (ALT) meningkat pada kerusakan lever kronis dan hepatitis dan nilai SGPT dianggap abnormal jika hasil pemeriksaan 2-3 kali lebih tinggi dari nilai normal (Bastiansyah, 2008).

Menurut (Sari, 2008) ALT merupakan enzim yang lebih tepat dalam menentukan ada tidaknya kerusakan hati dibanding dengan AST. ALT letaknya dihati dan AST letaknya berada di hati, otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak paru, sel darah putih dan sel darah merah, sehingga jika terjadi peningkatan AST maka tidak hanya di hati yang mengalami kerusakan namun pada sel organ lainnya juga akan mengalami kerusakan.

F. Karbon tetraklorida (CCl4)

Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)

(36)

disemua industri, sebagai bahan bakar, bahan baku dalam sintesis

chlorofluorocarbons dan bahan kimia lain. CCl4 adalah senyawa kimia yang harus

diantisipasi karena dapat menyebakan terjadinya karsinogen (Junieva, 2006). Karbon tetraklorida (Gambar 2) merupakan hidrokarbon alifatik yang tidak berwarna, mudah menguap dan berbau tajam seperti eter, kelarutannya dalam air rendah dan tidak mudah terbakar, karbon tetraklorida juga dapat merusak lapisan ozon. Karbon tetraklorida merupakan molekul yang sederhana dan jika diberikan pada semua spesies akan menyebabkan nekrosis sentrilobular hati dan perlemakan hati yang merupakan senyawa yang larut lemak sehingga memiliki efek toksis pada hati (Timbrell, 2009). Toksisitas yang disebabkan oleh karbon tetraklorida dapat meningkat apabila berinteraksi dengan alkohol, keton, dan sejumlah bahan kimia lain. Jika meminum alkohol akan mengalami kerusakan hati dan ginjal yang tinggi (Junieva, 2006).

Karbon tetraklorida (CCl4) (Gambar 3) ketika masuk dalam tubuh baik

secara inhalasi, ingesti dan kontak langsung dengan kulit (Junieva, 2006) akan bereaksi dengan sitokrom P450 monooksigenase dan kemudian akan menghasilkan

radikal triklorometil (CCl3•) (Winarsi, 2007). Radikal triklorometil yang terbentuk

(37)

panjang akan menyebabkan kerusakan otak, hati, ginjal, paru dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada beberapa kasus (Junieva, 2006).

Gambar 3. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2009)

G. Ekstraksi

(38)

penyari yang digunakan sebagian, yaitu air, etanol, atau campuran etanol dan air (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2013).

Tujuan dilakukan pembuatan ekstrak tumbuhan obat, yaitu untuk dapat menstandarisasi kandungannya. Standarisasi kandungan dilakukan untuk menjamin keseragaman mutu, keamanan dan khasiat produk akhir (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005). Metode maserasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari dengan waktu selama beberapa hari pada temperatur kamar, sambil diaduk dan terlindung dari cahaya matahari (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010).

H. Swietenia mahagoni (L.) Jacq. 1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Magnoliophyta Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Swietenia Jacq.

(39)

Nama daerah : Di Indonesia disebut dengan Maoni (Jawa), moni, mahagoni. Philipina menyebut mahogany, dan Inggris: West Indian mahogany (Soenanto, 2009).

2. Morfologi

Menurut (Soenanto, 2009) Mahoni merupakan salah satu tumbuhan perdu atau tumbuhan berkayu yang biasanya tumbuh liar di hutan-hutan jati dan tempat yang lain yang dekat dengan pantai dan biasanya ditanam oleh masyarakat sebagai pohon peneduh. Pohon mahoni biasanya digunakan sebagai pembuat dan perabotan rumah tangga ini memiliki tinggi hampir mencapai 25 meter. Pohon mahoni memiliki dua jenis pohon yaitu yang berjenis daun lebar dan yang berjenis daun kecil yang dapat tumbuh besar dengan percabangan yang banyak. Batangnya bulat, bergetah, dan jika dibelah berwarna cokelat, dan keras. Memiliki daun majemuk, berhadap-hadapan, memiliki bentuk runcing, berwarna hujau segar, sangat rimbun, pada bagian ujung dan pangkalnya sedikit runcing, ramping, tulang daun samar-samar. Memiliki bunga majemuk, silindris, berwarna cokelat, dan keluar dari setiap ketiak daun. Menghasilkan buah bulat telur atau bentuk kotak, ukuran relatif besar, memiliki bentuk berlekuk lima, berwarna cokelat muda. Biji bentuk pipih memiliki warna hitam atau coklat.

3. Khasiat dan kegunaan

(40)

Dalam penelitian Sahgal, G., Ramanathan, S., Sasidharan, S., Mordi, M. N., Ismail, S., dan Mansor, S.M., (2009) ditemukan adanya kandungan senyawa berupa aktivitas antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas yang ada dalam tanaman Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Pada penelitian Martin, S.A., Haque, S.M., dan Hossain, H., (2013) ditemukan adanya kandungan flavonoid dalam Swietenia mahagoni (L.) Jacq. yang dapat larut air dan mampu menangkap radikal bebas.

I. Landasan Teori

Hati merupakan tempat penyimpanan glukosa yang berfungsi sebagai metabolisme. Hati menerima darah dari darah yang banyak mengandung oksigen dari arteria hepatika dan darah yang mengandung karbon dioksida dari vena porta. Namun ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan hati yaitu adanya perlemakkan hati, sirosis hati, koleastatis, dan nekrosis hati. AST dan ALT digunakan sebagai pemeriksaan fungsi hati, jika terdapat kerusakan hati maka dapat diketahui menggunakan AST dan ALT.

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan senyawa yang tidak mudah larut

dan hepatotoksin pada hati yang dapat menyebabkan nekrosis sentrilobular dan perlemakan hati (Timbrell, 2009).

(41)

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. selama enam hari dengan dosis 180 mg/Kg BB merupakan dosis efektif untuk memberikan efek hepatoprotektif terhadap aktivitas serum ALT dan AST, sehingga penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah dengan pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni

(L.) Jacq. dengan pemberian waktu yang singkat mampu memberikan pengaruh terhadap efek hepatoprotektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh dari lama pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB terhadap penurunan aktivitas ALT dan AST tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida, dan melakukan penentuan lama pemberian yang optimum menggunakan satu, tiga dan enam hari yang mengacu pada penelitian yang sudah ada yang dilakukan oleh Nugroho (2014) yang menunjukkan adanya efek hepatoprotektif selama satu, tiga dan enam hari terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pemberian infusa herba

Mimosa pigra L..

J. Hipotesis

(42)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variasi lama pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni

(L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

b. Variabel tergantung

Kadar ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetrakolrida setelah pemberian Swietenia mahagoni (L.) Jacq. yang ditandai dengan penurunan dari aktivitas Aspartate Transaminase (AST) dan Alanine Aminotransferase (ALT)

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

(43)

dengan frekuensi pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq., dengan pemberian satu, tiga, dan enam hari ( masing-masing pemberian 1 x dalam sehari).

b. Variabel pengacau tak terkendali

Dalam penelitian ini, variabel pengacau tak dapat dikendalikan adalah kondisi patologis dan fisiologis dari hewan uji.

3. Definisi operasional

a. Ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. merupakan ekstrak kental yang diperoleh dengan mengekstraksi 50,0 g serbuk kering daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dalam 250 ml etanol 70 % dengan maserasi selama 24 jam dengan menggunakan kecepatan 140 rpm, yang kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator dan oven selama 24 jam dengan menggunakan suhu 550C sampai pada bobot pengeringan tetap dengan susut pengeringan sebesar 0,05%.

b. Efek hepatoprotektif

Efek hepatoprotekif adalah kemampuan ekstrak etanol daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. pada dosis 180 mg/Kg BB dapat melindungi hati dari hepatotoksin.

c. Lama optimum

Lama optimum adalah waktu yang dibutuhkan ekstrak etanol daun

(44)

hepatoprotektif dengan persen proteksi berdasarkan aktivitas ALT di hati yang paling mendekati 100%.

C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama

a. Bahan uji menggunakan dalam penelitian ini, yaitu Swietenia mahagoni

(L.) Jacq. yang diperoleh dari lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada 11 Oktober 2013.

b. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tikus jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bahan kimia

a. Pelarut ekstrak yang digunakan, yaitu CMC-Na yang diperoleh dari

laboratoriun Biofarmasetika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

b. Bahan hepatotoksin yang digunakan pada penelitian ini yaitu karbon tetraklorida yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

c. Pelarut hepatotoksin digunakan olive oil yang diperoleh dari salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta.

(45)

e. Ekstraksi serbuk daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. pada penelitian ini

menggunakan etanol 70% yang diperoleh dari Bratachem Yogyakarta yang telah dikemas oleh PT. Brataco (Cikarang, Bekasi)

f. Blanko pengujian kadar ALT dan AST menggunakan aquabidestilata yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis dan Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

g. Reagen serum ALT (GPT) dan AST (GOT)

Reagen ALT menggunakan Reagen 1 dan Reagen 2 sebagai berikut.

Komposisi pH Konsentrasi

R1 : TRIS 7,15 140 mmol/L

L-Alanie 700 mmol/L

LDH (lactate dehydrogenase) ≥ 2300 U/L

R2 : 2-Oxoglutarate 85 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Pyridoxal-5-Phospate FS

Good’s buffer 9,6 100 mmol/L

(46)

Reagen AST (GOT)

Komposisi pH Konsentrasi

R1 : TRIS 7,65 110 mmol/L

L-Aspartate 320 mmol/L

MDH (malate dehydrogenase) ≥ 800 mmol/L

LDH (lactate dehydrogenase) ≥ 1200 U/L

R2 : 2-Oxoglutarate 65 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Pyridoxal-5-Phospate FS

Good’s buffer 9,6 100 mmol/L

Pyridoxal-5-Phospate 13 mmol/L

D. Alat Penelitian

1. Alat pembuatan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Seperangkat alat gelas yaitu beker glass, gelas ukur, Erlenmeyer, labu ukur, cawan porselen, batang pengaduk dan pipet tetes; orbital shaker

Optima®; rotary vacuum, oven Memmert® dan timbangan analitik Mettler Toledo®.

2. Alat uji hepatoprotektif

(47)

Terumo®; timbangan analitik; pipa kapiler; Microlab 200 Merck®;

centrifuge; stopwatch, dan vortex.

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Determinasi dari tanaman Swietenia mahagoni (L.) Jacq. yang meliputi bagian tanaman seperti daun dan buah dilakukan hingga pada tingkat species dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan herbarium yang diperoleh dari laboratorium Farmakognosi Fitiokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dilakukan oleh Yohanes Dwiatmaka, M.Si dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Pengumpulan bahan uji

Pengumpulan bahan uji 11 Oktober 2013. Bahan uji yang digunakan adalah daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. yang masih segar, tidak busuk, dan masih berwarna hijau.

3. Pembuatan serbuk daun Swietenia mahagoni (L). Jacq.

(48)

4. Pembuatan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Sebanyak 50 g serbuk kering daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. diekstraksi secara maserasi yang dilarutkan dalam 250 ml pelarut etanol 70% pada suhu kamar selama 24 jam menggunakan kecepatan 140 rpm yang kemudian disaring menggunakan kertas saring dengan corong Buchner, lalu memisahkan cairan penyari dengan menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu 550C dan putaran no 3. Kemudian ekstraknya dipindahkan kedalam cawan porselen dan dimasukkan dalam oven selama 24 jam menggunakan suhu 500C sampai didapatkan ekstrak dengan bobot tetap atau suhu pengeringan telah mencapai 0,05%.

5. Pembuatan suspensi CMC-Na 1%

Suspesi CMC-Na 1% dibuat dengan mendispersikan lebih kurang 4 gram CMC-Na yang telah ditimbang secara seksama ke dalam aquadest sampai volume 400,0 ml kemudian mendiamkan selama 24 jam dan menggunakannya untuk melarutkan ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

6. Pembuatan suspensi ekstrak

Melarutkan 0,3 g ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ke dalam 30 ml CMC-Na 1% hingga diperoleh suspensi ekstrak yang dapat dispuitkan kedalam spuit oral.

7. Pembuatan larutan CCl4

Membuat larutan CCl4 dalam larutan olive oil dengan melarutkan 1 bagian

(49)

8. Uji pendahuluan

a. Penentuan dosis karbon tetraklorida

Dosis karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hati pada tikus jantan galur Wistar adalah 2 ml/kg BB yaitu berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie (2002). Dosis ini mampu merusak sel-sel hati pada tikus yang ditunjukkan melalui peningkatan kadar ALT-AST namun tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. b. Penentuan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah diorientasikan dengan empat kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke – 0, 24, 48, dan 72 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Dalam penentuan waktu pencuplikan darah 5 hewan uji diambil darahnya yang dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata.

Menurut Janakat dan Al-Merie (2002) Kadar ALT tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dilarutkan dalam olive oil (1:1) dengan menggunakan dosis 2 ml/kg BB hingga mencapai kadar maksimal pada jam ke – 24 setelah pemberian dan mengalami penurunan pada jam ke – 48.

9. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

(50)

a. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberikan larutan karbon tetraklorida :

olive oil (1:1) dosis 2 ml/kgBB secara i.p.

b. Kelompok II (kontrol negatif hepatotoksin) diberikan olive oil dosis 2 ml/kgBB secara i.p.

c. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberikan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. diberikan dosis tertinggi yaitu 180 ml/Kg BB dari perhitungan dosis selama enam hari berturut-turut secara per oral.

d. Kelompok IV (kontrol negatif perlakuan) diberikan suspensi CMC-Na 1% dengan volume tertentu selama 6 hari, pada hari ke 7 diberikan karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/KgBB dan setelah 24 jam pemberian karbon tetraklorida darah diambil dengan diambil di daerah sinus orbitalis mata, kemudian menetapkan aktivitas ALT dan AST.

e. Kelompok V (pemberian selama satu hari) diberikan ekstrak etanol daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB secara per oral sekali sehari selama satu hari berturut-turut.

f. Kelompok VI (pemberian selama tiga hari) diberikan ekstrak etanol daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB secara per oral sekali sehari selama tiga hari berturut-turut.

g. Kelompok VII (pemberian selama enam hari) diberikan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB secara per oral sekali sehari selama enam hari berturut-turut.

(51)

diberikan larutan karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial

dan setelah 24 jam diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST.

10. Pembuatan serum

Darah diambil melalui sinus orbitalis mata hewan uji kemudian ditampung melalui dinding tabung eppendrof dan didiamkan kurang lebih selama 15 menit, lalu darah disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 8000 rpm, lalu dipisahkan dan diambil bagian supernatannya.

11. Pengukuran aktivitas ALT dan AST

Micro vitalab 200 adalah alat yang digunakan untuk mengukur aktivitas ALT-AST pada serum hewan uji. Sebelum melakukan pengukuran sampel, dilakukan validasi alat terlebih dahulu dengan menggunakan kontrol serum Cobas. Range nilai dari ALT dan AST control serum Cobas sebesar 33,9-48,9 U/L.

Dilakukan pengukuran ALT dengan mencampur sebanyak 100 μl serum

dengan 1000 μl reagen I, kemudian divortex selama 5 detik, didiamkan selama

2 menit, lalu dicampur dengan 250 μl reagen II, divortex selama 5 detik dan serapannya dibaca setelah 1 menit.

Pengukuran aktivitas AST dilakukan dengan mencampurkan 100 μl serum

dengan 1000 μl reagen I, lalu divortex selama 5 detik, kamudian didiamkan

(52)

Aktivitas dari ALT dan AST dinyatakan dalam U/L. Aktivitas enzim diukur pada panjang gelombang 340 nm, suhu 370C, dengan faktor koreksi -1745. Pengukuran aktivitas ALT dan AST ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

12. Penetapan total dan kadar air flavonoid

Penetapan total dan kadar air flavonoid ini dilakukan di LPPT (Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan langkah kerja seperti berikut.

1. Timbang serbuk sampel dengan seksama sebanyak 50 mg ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. kemudian menambahkan 0,3 ml natrium nitrit 5%. Setelah 5 menit ditambahkan 0,6 ml alumuminium chloride 10% kemudian ditunggu 5 menit dan menambahkan 2 ml natrium hidroksida 1 M, mengaddkan aquades hingga 10 ml dengan labu takar lalu dipindahkan kedalam kuvet, tetapan serapan pada panjang gelombang 510 nm.

2. Penetapan kadar air dilakukan menggunakan metode Gravimetri dengan

(53)

F. Analisis Hasil

Untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji, data aktivitas ALT-AST diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnov. jika data distribusi yang diperoleh normal maka analisis untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok dilanjutkan menggunakan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%. Kemudian untuk melihat perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05) dilanjutkan dengan uji Scheffe. Jika data didapatkan distribusi tidak normal, digunakan dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas AST dan ALT antar kelompok. Kemudian dilanjutkkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok.

Efek hepatoprotektif ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. terhadap hepatotoksin karbon tetraklorida diperoleh dengan rumus (Rosari, 2013) :

purata ALT kontrol KT−kontrol 𝑂𝑙𝑖𝑣𝑒𝑜𝑖𝑙 −(purata ALT perlakuan−kontrol 𝑂𝑙𝑖𝑣𝑒𝑜𝑖𝑙)

(purata ALT kontrol karbon tetraklorida−kontrol 𝑂𝑙𝑖𝑣𝑒𝑜𝑖𝑙) × 100%

purata AST kontrol KT−kontrol 𝑂𝑙𝑖𝑣𝑒𝑜𝑖𝑙 −(purata AST perlakuan−kontrol 𝑂𝑙𝑖𝑣𝑒𝑜𝑖𝑙)

(54)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh lama pemberian dan khasiat dari ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. sebagai hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi dengan karbon tetraklorida selama hari ke satu, tiga dan enam. Untuk mengetahui dan membuktikan hal tersebut maka dilakukan berbagai serangkaian pengujian.

A. Hasil Determinasi Tanaman

Tujuan determinasi tanaman dilakukan, yaitu untuk memastikan bahwa daun yang digunakan oleh peneliti adalah benar daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dan menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan bahan, maka peneliti melakukan determinasi tanaman. Bagian-bagian yang digunakan dalam melakukan determinasi tanaman, yaitu daun dan buah. Determinasi dilakukan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Dari hasil determinasi dinyatakan bahwa benar daun yang digunakan oleh peneliti merupakan daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

(55)

dan pengoperasian alat yang digunakan cukup mudah. Pemilihan pelarut menggunakan etanol 70% karena senyawa hipotesis memiliki kandungan flavonoid, phyenyl propanoids, phenolic acids, dan tannins yang memiliki kemampuan sebagai hepatoprotektor, dan merupakan senyawa golongan fenolik yang mampu larut dalam pelarut bersifat polar. Menurut Matin (2013) ekstrak etanol dari daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. memiliki beberapa kandungan lainnya seperti senyawa fenolik lainnya seperti phyenyl propanoids, phenolic acids, tannins selain flavonoid.

(56)

C. Uji Pendahuluan 1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Penelitian ini dilakukan penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida pada hewan uji, dengan tujuan untuk mengetahui dosis dari karbon tetralorida yang dapat menyebabkan hepatotoksik yang ditandai dengan pengingkatan dari serum ALT dan serum AST. Menurut (Bastiansyah, 2008) kadar ALT dan AST dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normalnya dan jika terjadi pemejanan karbon tetraklorida,efek toksik jangka pendek dan jangka panjang akan menyebabkan kerusakan otak, hati, ginjal, paru dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada beberapa kasus (Junieva, 2006). Dalam penelitian ini dosis hepatotoksin mengacu pada penelitian oleh Janakat dan Al-Merie (2002) dosis yang digunakan dalam menimbulkan efek hepatotoksisk kabon tetraklorida pada dosis 2 ml/kg BB.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah

(57)

Berikut ini tabel dan diagram batang yang merupakan hasil penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida pada hewan uji :

Tabel. III Rata-rata aktivitas ALT dan AST tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24,

48 dan 72 (n=4)

Gambar 4. Diagram batang uji pendahuluan hasil pengukuran ALT tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg

BBpada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72

Dari tabel III dan gambar 4 data analisis aktivitas ALT dengan uji

Kolmogorov Smirnov diperoleh data dengan signifikasi p>0,05 pada kelompok jam ke-0, yaitu 0,642, pada kelompok jam ke-24, yaitu 0,924, pada kelompok jam ke-48, yaitu 0,816 dan pada kelompok jam ke-72, yaitu 0,205. Hal ini menunjukkan distribusi dari setiap kelompok normal (p>0,05), sehingga dapat

(58)

melanjutkan analisis dengan One Way ANOVA. Data hasil dari analisis pola searah (One Way ANOVA) data ALT pada tikus yang telah diinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg BB diperoleh data 0,208 (p>0,05). Dari hasil data menunjukkan variasi data homogen dan dapat dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasil data dengan menggunakan uji Scheffe dapat diketahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Berikut data yang tersaji pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil Uji Scheffe ALT tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mg/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24,

48 dan 72

Keterangan : B = Berbeda bermakna (p<0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Hasil data berdasarkan uji Scheffe diketahui ada perbedaan bermakna antara aktivitas ALT pada jam ke-24 dengan jam ke-0, jam ke-48 dan jam ke-72. Pada jam ke-24 aktivitas ALT mengalami kenaikkan ± tiga kali lebih besar dari aktivitas jam ke-0, yaitu 65 ± 6,5 menjadi 203,8 ± 5,8 U/L (Tabel IV). Hal ini sesuai dengan Zimmerman, 1999 (cit., Rosari, 2013) dimana peningkatan serum ALT yang mencapai tiga kali lipat dari nilai normal dapat menyebabkan steatosis terhadap kontrol. Pada jam ke-48 dan jam ke-72 terdapat perbedaan tidak bermakna bahwa pada jam ke-48 dan jam ke-72, sehingga hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ALT pada jam ke-48 dan jam ke-72 sudah normal kembali.

(59)

ke-48, yaitu 0,972 dan pada jam ke-72 yaitu 0,990. Dari setiap data menunjukkan bahwa data yang diperoleh pada jam ke-0, jam ke-24, jam ke-48 dan jam ke-72 memiliki distribusi yang normal (p>0,05). Hasil data analisis pada tikus yang telah diinduksi dengan karbon tetraklorida pada dosis 2 mg/Kg BB pola searah (One Way ANOVA) diperoleh signifikasi sebesar 0,038 (p<0,05). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak homogen dan tidak dapat melanjutkan

dengan uji Scheffe, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil data

dari uji Kruskal-Walli sini menunjukkan kebermaknaan perbedaan dari setiap kelompok yang tersaji pada tabel V berikut.

Gambar 5. Diagram batang uji pendahuluan hasil pengukuran AST tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/Kg BB pada pencuplikan

darah jam ke-0, 24, 48 dan 72

Tabel V. Data hasil Uji Kruskal-Wallis AST tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/Kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan

72

Waktu pencuplikan Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48 Jam ke-72

Jam ke-0 B B TB

Jam ke-24 B B B

Jam ke-48 B B B

Jam ke-72 TB B B

(60)

Data hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh perbedaan bermakna antara kelompok jam ke-24 dengan kelompok jam ke-0, jam ke-48, dan jam ke-72. Hasil aktivitas AST pada jam ke-24 mengalami kenaikkan sebesar ± lima kali lipat dari jam ke-0, yaitu 94,4 ± 4,5 menjadi sebesar 493,4 ± 7,3 U/L pada tabel III. Hal ini menurut Zimmerman, 1999 (cit., Rosari, 2013) bahwa peningkatan serum AST yang mencapai empat kali lipat terhadap kontrol mengalami steatosis. Jika dilihat dari gambar 5 rata-rata aktivitas AST paling tinggi pada saat pencuplikan darah jam ke-24. Hal ini juga ditunjukkan dengan gambar 4 dan 5 pada jam ke-24 aktivitas ALT dan AST tertinggi pada jam ke-24. Pada jam ke-48 dan jam ke-72 pada aktivitas AST menunjukkan penurunan signifikan pada gambar 5 yang menunjukkan kerusakan hati sudah kembali normal yang ditandai dengan adanya perbedaan tidak bermakna (p>0,05) terhadap aktivitas jam ke-0.

Dari hasil yang didapat maka diperoleh pada jam ke-24 merupakan efek maksimal hepatotoksik karbon tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg BB, sehingga dapat digunakan sebagai acuan yang dapat digunakan oleh peneliti saat orientasi pencuplikan darah hewan uji.

D. Efek Hepatoprotektif Jangka Waktu 1,3,6 Hari Ekstrak Etanol Daun

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Terhadap tikus jantan yang Terinduksi Karbon Tetraklorida

(61)

menghasilkan efek hepatoprotektif setelah diinduksi dengan karbon tetraklorida sebanyak 2 ml/Kg BB. Perlakuan ini mengunakan dosis 180 ml/Kg BB sebagai dosis tertinggi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gamawan (2014) dan menggunakan dosis karbon tetraklorida sebanyak 2 ml/Kg BB. Setelah diinduksi dengan karbon tetraklorida sebanyak 24 jam kemudian dilakukan pencuplikan darah. Berikut adalah tabel dan diagram batang yang merupakan hasil penelitian :

Tabel VI. Pengaruh waktu protektif pemberian ekstrak etanol Swietenia mahagoni (L.) Jacq. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat

dari aktivitas ALT Dan AST

Kelompok Perlakuan

II kontrol hepatotoksin karbon

tetraklorida 2 ml/Kg BB 203,8 ± 5,9 493,4 ± 7,3

(62)

Gambar 6. Diagram batang aktivitas ALT rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida

Pada penelitian ini dosis ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. yang digunakan yaitu 180 mg/Kg BB. Dosis yang digunakan berdasarkan dosis yang dilakukan oleh Gamawan (2014). Pada jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah hewan uji setelah diinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mg/Kg BB yang berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan diketahui peningkatan aktivitas tertinggi ALT dan AST pada jam ke-24.

(63)

kebermaknaan perbedaan dari setiap kelompok perlakuan yang tertera ditabel VII dengan uji Scheffe.

Tabel VII. Analisis kebermaknaan ALT antar kelompok perlakuan berdasarkan hasil uji Scheffe

(64)

Tabel VIII. Analisis kebermaknaan AST antar kelompok perlakuan

(65)

Gambar 7. Diagram batang aktivitas AST rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida

1. Kontrol negatif (Olive oil 2 ml/Kg BB)

Olive oil pada penelitian ini juga digunakan sebagai kelompok kontrol negatif. Tujuan dilakukannya pengujian menggunakan kelompok kontrol negatif yaitu sebagai cara untuk membuktikan jika pelarut yang diberikan dan yang digunakan yaitu olive oil tidak menyebabkan meningkatnya aktivitas ALT dan AST serum pada hewan uji dalam penelitian ini melainkan peningkatan dari aktivitas ALT dan AST serum disebabkan oleh pemberian hepatotoksin dari karbon tetraklorida. Pemberian dosis olive oil yaitu 2 ml/Kg BB yang merupakan dosis yang sama dengan pemberian dosis karbon tetraklorida. Tujuan diberikannya dosis yang sama pada hewan uji dalam penelitian ini antara dosis karbon tetraklorida dengan dosis olive oil untuk dapat membuktikan apakah olive U/L

+ CCl4

+ CCl4

(66)

oil dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kenaikkan aktivitas serum ALT dan AST sehingga hasil yang diberikan dapat digunakan untuk perlakuan hewan uji dalam penelitian pada satu hari, tiga hari, dan enam hari. Hasil nilai rata-rata ALT dan AST yang didapatkan berdasarkan pengujian yang dilakukan berikut tersaji pada tabel IX.

Tabel IX. Perbandingan aktivitas serum ALT dan AST kelompok kontrol olive oilpada pencuplikan darah jam ke-0, ke-24, ke-48, dan

ke-72

Keterangan, B = Berbeda bermakna (p<0,05), TB = Tidak berbeda bermakna (p>0,05)

Data aktivitas serum ALT kontrol olive oil pada jam ke-0 rata-rata yang diperoleh, yaitu 47 ± 1,7(U/L), pada jam ke-24 rata-rata yang diperoleh, yaitu 56,8 ± 1,7(U/L), pada jam 48 rata-rata yang diperoleh 57,4 ± 2,9 (U/L), dan jam ke-72, yaitu 57,5 ± 1,9 (U/L). Rata-rata nilai AST pada jam ke-0 yaitu 93,8 ± 3,3(U/L), ke-24, yaitu 107,4 ± 5,5(U/L), ke-48 rata-rata yang diperoleh 107,2 ± 3,5 (U/L), dan ke-72 rata-rata yang diperoleh 100 ± 5,8 (U/L). Hasil data analisis

(67)

dan AST pada nilai normal yakni untuk ALT 19,3-68,9 U/L dan untuk AST 29,8-77,0. Hal ini dapat disebabkan karena enzim aspartate tidak hanya spesifik berada dihati, namun dapat berada dalam hati, otot rangka, jantung dan seluruh jaringan, sehingga data yang diperoleh belum bisa dijadikan alasan sebagai kerusakan hati.

Gambar 8. Diagram batang rata-rata perbandingan ALT kontrol

olive oil jam ke-0, ke-24, ke-48, dan ke-72

Gambar 9. Diagram batang rata-rata perbandingan AST kontrol olive oil

jam ke-0, ke-24, ke-48, dan ke-72

U/L

(68)

Setelah aktivitas ALT serum yang diuji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov dilanjutkan dengan menganalisis menggunakan analisis variansi satu arah ( One Way ANOVA) dengan melihat nilai signifikansi sebesar 0,245 (p>0,05). Data menunjukkan bahwa dari ke empat kelompok terlihat perbedaan data dan menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen. Kemudian melakukan uji scheffe sehingga dapat diketahui kebermaknaan perbedaan dari setiap kelompok. Hasil nilai rata-rata ALT dari uji scheffe yang didapatkan berdasarkan pengujian yang dilakukan berikut tersaji pada tabel X.

Tabel X. Hasil uji Scheffe ALT pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72

Perlakuan

Keterangan : B = Berbeda bermakana (p<0,05); TB = Berbeda tidak bermakana (p>0,05)

Hasil uji Scheffe terlihat adanya keberbedaan bermakna aktivitas ALT serum jam ke-0 dengan jam ke-24, ke-48 dan ke-72, keberbedaan ini karena setelah diberikannya olive oil terjadi peningkatan dari aktivitas ALT serum pada jam ke-0 aktivitas ALT, yaitu 47,0 ± 1,7 U/L, jam ke-24, yaitu 56,8 ± 1,7 U/L, jam ke-48, yaitu 57,4 ± 2,9 U/L, dan jam ke-72 yaitu 57,6 ± 1,9 U/L. Peningkatan aktivitas ALT dari jam ke-0, ke-24, ke-48, dan ke-72 setelah pemberian olive oil masih berada dalam rentang nilai normal. Menurut Hastuti, 2008 (cit., Rosari, 2013) rentang nilai normal ALT 19,3-68,9 U/L dan untuk AST 29,8-77,0 U/L.

(69)

(p>0,05), dan jam ke-72 yaitu 0,988 (p>0,05). Data yang diperoleh normal. Hasil data aktivitas ALT serum menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov

dilanjutkan dengan analisis variansi satu arah ( One Way ANOVA) dengan nilai signifikansi yaitu 0,196 (p>0,05). Hasil menunjukkan perbedaan pada ke empat kelompok dan data yang diperoleh homogen. Melanjutkan uji dengan uji scheffe

untuk melihat kebermaknaan perbedaan setiap kelompok. Hasil analisis aktivitas AST dari uji Scheffe tersaji pada tabel XI.

Tabel XI. Hasil uji Scheffe aktivitas AST pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48 dan 72

Perlakuan

Keterangan : B = Berbeda bermakana (p<0,05); TB = Berbeda tidak bermakana (p>0,05)

Hasil uji Scheffe diperoleh perbedaan tidak bermakna aktivitas AST serum jam ke-0 dengan aktivitas AST serum pada jam ke-24, jam ke-48, dan jam ke-72. Data yang diperoleh menunjukkan pemberian olive oil tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas AST serum.

(70)

2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 ml/kgBB)

Pada penelitian ini menggunakan kelompok kontrol hepatotoksin. Tujuan dilakukannya kontrol hepatotoksin yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh yang diberikan oleh karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/Kg BB pada hati hewan uji yang digunakan dalam penelitian yang terlihat dari adanya kenaikkan aktivitas serum ALT dan AST.

Pada pengujian ini dilakukan pemejanan karbon tetraklorida 2 ml/Kg BB yang diberikan pada hewan uji secara intraperitonial. Setelah diberikan karbon tetraklorida kemudian pada jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah pada hewan uji, sehingga dapat digunakan untuk mengukur aktivitas serum ALT dan AST yang akan dibandingkan dengan kelompok kontrol olive oil.

Hasil data pengukuran yang ada pada Tabel VI dan tabel VII. Pada tabel VI terlihat adanya peningkatan aktivitas ALT yaitu 203,8 ± 5,9 U/L, dengan memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kontrol olive oil

(tabel VII), sedangkan pada pengukuran aktivitas AST kelompok kontrol hepatotoksin yaitu 493,4 ± 7,3 (tabel VI) dengan menunjukkan kenaikkan aktivitas AST yang memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kontrol olive oil (tabel VIII). Hasil dari rata-rata aktivitas ini memberikan penegasan bahwa karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/Kg BB memiliki efek hepatotoksik pada hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Kontrol pelarut CMC-Na 1 % dosis 18 ml/Kg BB

(71)

tertinggi yaitu 3,6 ml/200 g BB. Tujuan dilakukannya pengujian menggunakan kontrol pelarut ini untuk membuktikan bahwa pemberiaan pelarut CMC-Na tidak mempengaruhi kenaikkan aktivitas ALT dan AST pada hewan uji dalam penelitian. Nilai aktivitas ALT dan AST kontrol negatif CMC-Na 1 % dijadikan sebagai patokan nilai normal untuk penelitian selanjutnya.

Hasil dari pengujian yang diperoleh aktivitas serum ALT sebesar 202 ± 3,8 U/L dan aktivitas serum AST sebesar 489,6 ± 6,0 U/L. Hasil data aktivitas serum ALT dan AST menunjukkan bahwa kondisi hati sudah tidak dalam keadaan normal, hal ini dapat terlihat dari angka aktivitas ALT yaitu 202 ± 3,8 U/L yang tidak masuk dalam rentang normal menurut Hastuti, 2008 (cit., Adrianto, 2011) rentang normal serum ALT tikus putih yaitu 29,8-77,0 U/L, sedangkan aktivitas AST serum tikus putih, yaitu 19,3-68,9 U/L sehingga tidak dapat menjadi patokan bahwa hati telah mengalami kerusakan sel atau nekrosis. Hal ini disebabkan sebagian besar enzim aspartate tidak spesifik di hati, namun berada dalam hati, jantung, otot rangka, dan tersebar diseluruh jaringan sehingga tidak dapat dijadikan sebagai patokan dari kerusakan hati. 4. Kontrol Ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. 180 mg/kg

BB

(72)

Aktivitas serum ALT kontrol ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan dosis 180 mg/Kg BB sebesar 62,4 ± 2,11 U/L sedangkan aktivitas serum AST sebesar 113 ± 3,4 U/L, jika dibandingkan dengan aktivitas serum ALT kontrol negatif CMC-Na 1 %, yaitu sebesar 202 ± 3,8 U/L dengan aktivitas serum ALT kontrol ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dosis 180 mg/Kg BB maka terlihat adanya perbedaan aktivitas ALT kontrol ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan kontrol negatif CMC-Na dengan memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) (tabel VII). Sedangkan pada aktivitas AST kontrol negatif CMC-Na 1% sebesar 489,6 ± 6,0 U/L terlihat perbedaan antara perbedaan aktivitas ALT kontrol ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dengan kontrol negatif CMC-Na dengan memberikan perbedaan bermakna (p<0,05). Walaupun angka aktivitas serum ALT dan AST kontrol ekstrak daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. tidak masuk dalam rentang normal, namun angka yang diperoleh dapat menjadi patokan terjadinya kerusakan sel hati tikus dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan sebagian besar enzim aspartate tidak spesifik dihati, namun berada dalam hati, jantung, otot rangka, dan tersebar diseluruh jaringan sehingga tidak dapat dijadikan sebagai patokan dari kerusakan hati.

5. Kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. dosis 180 mg/Kg BB pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida 2 ml/Kg BB

Gambar

Tabel XI.
Gambar 9.  Diagram batang rata-rata perbandingan AST kontrol olive oil jam
Gambar 1. Gambaran struktur dasar hati (Baradero, 2008)
Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika pembebasan tanah dalam proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar dan

“Sebenarnya cara untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian santri baik di dalam atau di luar kelas itu sama saja.. Mau tidak mau ya harus dipaksa terlebih dahulu, yang

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diketahui bahwa: 1) Penelitian pengembangan ini menghasilkan sumber belajar sesuai dengan silabus yaitu job sheet teknik pengukuran

Maka, perlu disiapkan sumber daya yang berkualitas dan unggul untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk produktivitas yang lebih baik dan tanggung jawab sosial yang tinggi..

menggunakn bahan/barang yang ditemukan di lingkungan tempat tinggal siswa. Melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa KIT IPA merupakan alat yang berguna

Dengan menggunakan media audio secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa, lingkungan, kenyataan, dan memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan

Ada pula tesis yang ditulis pada tahun 2007 oleh Rita Susanti, mahasiswa S2 Universitas Indonesia, yang berjudul Tindak Tutur Memohon Dalam Bahasa Jepang dan Faktor Sosial

Pembakaran dan pengembangan gas ini terjadi di dalam ruang bakar yang sempit dan tertutup (tidak bocor) dimana bagian atas dan samping kiri kanan dari ruang bakar adalah