MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH PADA SISWA KELAS II SD N CANCANGAN CANGKRINGAN
SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Eka Agung Prastanto
NIM: 091134154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SANATA DHARMA
Karya ini saya persembahkan untuk:
Maha Besar Allah S.W.T
Pembimbingku Nabi Muhammad S.A.W
&
•
Kakekku Yohanes Suroso D.W ( R I P )
•
Nenekku Rubinah
•
Bpk Catur Sigit P & Ibu Lusiana Tri A
•
Adikku Prastuti Kesuma W.D
•
Ibu Tutik Ridalsih (Alm)
•
Keluarga Besar Solo & Keluarga Besar Yogyakarta
•
Widayati & Adieka, kalian adalah spirit dalam setiap
Kerja Adalah Cinta, yang mengejawantah...
dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya
dengan enggan... maka lebih baik jika kau
Saya menyatakan den
memuat karya atau ba
kutipan dan dalam daf
dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang say
u bagian karya orang lain, kecuali yang telah di
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilm
Yogyakarta, 1
Penulis
Eka Agung Pr
saya tulis ini tidak
h disebutkan dalam
ilmiah.
, 18 Januari 2012
PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di
Nama
beserta perangkat yan
Perpustakaan Universi
dalam bentuk medi
mendistribusikan seca
lain untuk kepenting
memberikan royalti ke
SI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKAD
gan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas S
: Eka Agung Prastanto
: 09 1134 154
an ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KEAKTIFAN DAN PRESTASI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN SISWA KELAS II SD N CANCANGAN CA
yang diperlukan. Dengan demikian saya mem
versitas Sanata Dharma hak untuk menyimpa
edia lain, mengelolanya dalam bentuk p
secara terbatas, dan mempublikasikannya di Inte
ngan akademis tanpa perlu meminta ijin dar
i kepada saya selama tetap mencantumkan nam
an ini yang saya buat dengan sebenarnya.
“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH PADA SISWA KELAS II SD N CANCANGAN CANGKRINGAN SLEMAN”.
Eka Agung Prastanto Universitas Sanata Dharma
2012
Keaktifan dan Prestasi belajar siswa kelas 2 SDN Cancangan Cangkringan dapat dikatakan rendah. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase keaktifan siswa pada kondisi awal hanya 35% yang aktif dan prosentase prestasi belajar siswa yang mencapai KKM 45%, sementara KKM yang sudah ditentukan dalam kurikulum sekolah adalah 7.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah penerapan pendekatatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan memecahkan masalah mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas model Kemis dan Mc. Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 2 SDN Cancangan Cangkringan tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 31 siswa. Waktu penelitian dilakukan pada semester satu tahun pelajaran 2011/2012. Kemampuan memecahkan masalah mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah diukur dengan melakukan tes. Keaktifan siswa dinilai dengan rubrik yang telah dirancang oleh peneliti.
Hasil penelitian pada tindakan pertemuan akhir siklus I, prosentase keaktifan siswa mengalami perubahan dari kondisi awal 35% aktif menjadi 64,5% aktif, dilakukan tindakan siklus 2 dan hasilnya meningkat pada pertemuan terakhir siklus 2 menjadi 80,64% aktif. Rata-rata nilai siswa pada siklus 1 mengalami perubahan dari kondisi awal, yaitu 45% mencapai KKM, menjadi 61,29% mencapai KKM, dilakukan tindakan siklus 2 dan hasilnya meningkat menjadi 77,41% Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa mengalami peningkatan disetiap siklus.
“THE IMPROVEMENT OF ACTIVENESS AND LEARNING
ACHIEVEMENT USING CONTEXTUAL APPROACH IN ADDITION AND
SUBTRACTION OF WHOLE NUMBERS OF THE SECOND GRADE
STUDENTS OFSD N CANCANGAN CANGKRINGAN SLEMAN”
Eka Agung Prastanto Sanata Dharma University
2012
The activeness and learning achievement of the second grade students of SD N Cancangan Cangkringan was low. This problem was shown by the
percentage of students’ activenessin the beginning, there were only 35% students who were active and the percentage of students who reached KKM was only 45%, whereas the level of KKM from the school curriculum was 7.
The researcher aimed to examine: “Can the application of contextual approach improve the activeness and the ability in solving the problems on the operation of addition and subtraction of whole numbers?”. In this research, the
researcher conducted a class action research of Kemmis and Mc. Taggart model, that was conducted in two cycles. The research participants of this class action research were 31 students of the second grade students of SD N Cancangan Cangkringan in the academic year 2011/2012. The research was conducted in the first semester of the academic year 2011/2012. The ability in solving problem on the operation of addition and subtraction of whole numbers was assesed using
examination. The students’ activeness was assessed using a table designed by the researcher.
The results of the research on the student’s activeness of the last meeting of cycle I were as follow:the percentage of students’ activeness changed from the beginning that was only 35% of students became 64.5% of students, continued with the activities of cycle 2 and the result had increased, from at the last meeting of cycle 2, to become 80.64% of students. The percentage of students in the cycle I that were successful changed from the beginning, that was only 45 % students that reached KKM in the beginning, to become 61.29% of students at the end of cycle 1. The researcher conducted the action in cycle 2 and the result became 77.41% students who were active. From the results of the research, it can be summarized that the activeness and the average achievement mark of the students increased in every cycle.
Based on the data, it can be concluded that the contextual approach caused the improvement of activeness and learning achievement of the second grade students of SDN Cancangan Cangkringan.
Puji dan syukur yang tak terhingga kami panjatkan kepada Allah yang
Maha Esa atas kesempatan, karunia, dan pengalaman yang dilimpahkan yang
boleh peneliti alami khususnya dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.
Limpahan karunia yang tak henti-hentinya penulis syukuri ini tak lepas dari
bantuan beberapa pihak baik dalam materi, dukungan masukan dan doa. Oleh
karena itu penulis dengan tulus menghaturkan terima kasih kepada :
1. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Kaprodi PGSD USD yang telah memberikan
masukan, saran, pandangan dan dukungan sejak awal sampai skripsi ini
terselesaikan.
2. Prof. Dr. St. Suwarsono dan Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan dukungan dan motivasi, serta bimbingan
dengan baik dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah membekali penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan selalu
terbuka untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi penulis.
4. Panitia penguji Ujian Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti ujian
sarjana dan mempertahankan skripsi ini.
5. Ibu Pujiami, S.Pd.SD, selaku Kepala SD N Cancangan Cangkringan, yang
pikiran selama me
di kelas.
7. Bapak dan Ibu gur
motivasi dan araha
menjadi pengajar dan membantu dalam pelaksa
guru se-SD N Cancangan Cangkringan yang tel
ahan hingga penelitian ini terselesaikan.
ri Astuti, terima kasih atas segala doa, moti
gga terselesaikannya skripsi ini .
, yang telah memberikan dukungan penuh,
an kasih sayang hingga terselesaikannya skripsi
seperjuangan S1 PGSD ’09, PKM, Plankt
sno, Aris, Richi, Dito, segala proses yang
menggapai setiap harapan.
yadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari
nulis dengan rendah hati mengharapkan kritik
kan manfaat bagi penulis dan demi perbaikan k
lmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 1 Penulis,
Eka Agung Pr
ksanaan penelitian
telah memberikan
otivasi dan kasih
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Pembatasan Masalah... 3
C. Pemecahan Masalah... 3
D. Rumusan Masalah... 4
A. Landasan Teori... 7
1. Prestasi Belajar... 7
a. Pengertian Prestasi... 7
b. Pengertian Belajar... 8
c. Pengertian Prestasi Belajar... 9
d. Faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar... 10
2. Keaktifan... 13
3. Pembelajaran Matematika... 15
4. Melakukan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah... 16
5. Pendekatan Kontekstual... 17
6. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual... 20
7. Alat Peraga... 21
B. Penelitian yang Relevan... 22
C. Kerangka Berpikir... 24
D. Hipotesis Tindakan... 25
BAB III METODE PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian... 26
B. Setting Penelitian... 27
C. Rencana Tindakan... 28
D. Instrumen dan Pengumpulan Data... 38
A. Deskripsi Penelitian... 48
B. Hasil Penelitian... 61
C. Pembahasan... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68
A. Kesimpulan... 68
B. Saran... 69
DAFTAR PUSTAKA... 70
Judul Tabel Halaman
Tabel 3.2. Tabel Kegiatan... 27
Tabel 3.3. Pengumpulan Data... 38
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Soal Siklus 1... 39
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Soal Siklus 2... 40
Tabel 3.6. Tabel Observasi Keaktifan Siswa... 42
Tabel 3.7. Tabel Observasi Pembelajaran... 44
Tabel 3.8. Indikator Keberhasilan... 46
Judul Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 72
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian... 73
Lampiran 3 Lembar Validasi Silabus Siklus 1... 74
Lampiran 4 Lembar Validasi RPP Materi Nilai Tempat Puluhan dan Satuan... 76
Lampiran 5 Lembar Validasi LKS... 78
Lampiran 6 Lembar Validasi RPP Materi Nilai Tempat Ratusan, Puluhan dan Satuan... 80
Lampiran 7 Lembar validasi LKS... 82
Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Belajar Materi Nilai Tempat Ratusan, Puluhan dan Satuan... 84
Lampiran 9 Lembar Validasi Keaktifan Siswa... 86
Lampiran 10 Lembar Validasi Pembelajaran... 88
Lampiran 11 Lembar Validasi Silabus Siklus 2... 91
Lampiran 12 Lembar Validasi RPP Materi Operasi Hitung Penjumlahan... 93
Lampiran 13 Lembar Validasi LKS... 95
Lampiran 17 Lembar Validasi LKS... 103
Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Belajar Materi Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan... 105
Lampiran 19 Lembar Validasi Keaktifan Siswa... 108
Lampiran 20 Lembar Validasi Pembelajaran... 110
Lampiran 21 Silabus Materi Menentukan Nilai Tempat Ratusan, Puluhan dan Satuan... 113
Lampiran 22 RPP Materi Menentukan Nilai Tempat Puluhan dan Satuan... 117
Lampiran 23 LKS Materi Menentukan Nilai Tempat Puluhan dan Satuan... 121
Lampiran 24 Soal Formatif... 123
Lampiran 25 RPP Materi Menentukan Nilai Tempat Ratusan, Pulihan dan Satuan... 124
Lampiran 26 LKS Materi Menentukan Nilai Tempat Ratusan, Pulihan dan Satuan... 128
Lampiran 27 Soal Formatif... 130
Lampiran 28 Soal Evaluasi Siklus 1... 131
Lampiran 29 Silabus Materi Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan... 135
Lampiran 30 RPP Materi Operasi Hitung Penjumlahan... 143
Lampiran 31 LKS Materi Operasi Hitung Penjumlahan... 147
Lampiran 34 LKS Materi Operasi Hitung Pengurangan... 154
Lampiran 35 Soal Formatif... 156
Lampiran 36 RPP Materi Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan... 157
Lampiran 37 LKS Materi Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan... 161
Lampiran 38 Soal Formatif... 163
Lampiran 39 Soal Evaluasi Siklus 2... 164
Lampiran 40 Nilai Siklus 1... 168
Lampiran 41 Nilai Siklus 2... 169
Lampiran 42 Nilai Siklus 1 dan 2... 170
Lampiran 43 Lembar Keaktifan Siswa Siklus 1... 172
Lampiran 44 Lembar Keaktifan Siswa Siklus 2... 174
Lampiran 45 Lembar Observasi Pembelajaran Siklus 1... 177
Lampiran 46 Lembar Observasi Pembelajaran Siklus 2... 181
Lampiran 47 Nilai Kondisi Awal... 187
Lampiran 48 Kondisi Awal Keaktifan Siswa... 188
Lampiran 49 Kondisi Awal Proses Pembelajaran... 189
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari matematika. Hampir di setiap aspek kehidupan manusia terkait dengan hitung-menghitung. Oleh karena itu matematika dasar sangatlah penting dikuasai oleh setiap individu.
Dalam dunia pendidikan formal, matematika telah diajarkan sejak siswa menginjak bangku sekolah pertama, yaitu sekolah dasar. Dalam Kurikulum tingkat satuan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) matematika dasar diajarkan kepada siswa dimulai dari matematika yang paling sederhana dan terus ditingkatkan pada materi yang makin kompleks sesuai dengan tingkatan siswa.
Pada kelas 2 Sekolah Dasar, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD. Salah satu materi matematika yang diajarkan adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah dengan Standar Kompetensi
“Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500”. Standar
Kompetensi tersebut sangat penting dikuasai siswa, karena materi tersebut adalah salah satu materi dasar yang berhubungan dengan materi lain yang lebih kompleks.
Hal ini sangat memprihatinkan apabila mengingat bahwa materi ini adalah materi pokok matematika dan harus benar-benar siswa kuasai dengan baik.
Setelah dilakukan wawancara pada guru dan siswa kelas 2 SD Negeri Cancangan, penulis melakukan analisis untuk mengetahui faktor utama dari rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi tersebut. Setelah dilakukan analisis, penulis mendapati beberapa faktor utama dari rendahnya prestasi belajar siswa adalah karena pembelajaran yang dilakukan di kelas itu hanya sekedar transfer ilmu secara verbal, yaitu guru hanya menjelaskan materi yang kurang dikaitkan dengan realitas kehidupan siswa, kemudian memberi contoh-contoh soal dan cara penyelesaiannya. Dengan cara seperti itu maka akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Keaktifan siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran terjadi karena siswa malu untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Dengan pendekatan kontekstual, siswa juga akan lebih antusias dan aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa akan menggali potensi yang ada pada dirinya dengan motivasi yang lebih, sehingga pada akhirnya prestasi belajar matematika pada Standar Kompetensi ini akan meningkat.
B. Pembatasan Masalah
Setiap masalah tidak dapat diselesaikan dengan waktu yang relatif singkat dengan melihat bermacam-macam penyebabnya. Penelitian ini dibatasi pada Standar Kompetensi yaitu 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. Penulis menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan Keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah siswa kelas II SD N Cancangan.
C. Pemecahan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu: ”Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah pada siswa kelas II SD N Cancangan
tahun ajaran 2010/2011?”
E. Batasan Pengertian
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, maka dijelaskan beberapa pengertian berikut.
1. Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai.
2. Pendekatan kontekstual adalah suatu konsepsi pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan mereka.
F. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah pada kelas II semester I tahun ajaran 2010/2011.
G. Manfaat
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Manfaat-manfaat penelitian ini diantaranya adalah :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika tentang melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah
2. Secara Praktis:
a. Bagi sekolah tempat penelitian
b. Bagi siswa
Siswa dapat merasakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar mereka.
c. Bagi guru
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu contoh pendekatan pembelajaran yang dapat disajikan sebagai alternatife pada proses pembelajaran yang dapat digunakan ataupun dikembangkan.
d. Bagi sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi
Prestasi menurut Winkel (1983: 161), adalah “bukti usaha yang dicapai.”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa prestasi merupakan bukti setiap individu apabila melakukan usaha ataupun upaya untuk meraih atau mencapai tujuan. Prestasi dapat disebut sebagai suatu puncak keberhasilan yang dicapai oleh individu.
Pengertian prestasi menurut Winkel, hampir sama dengan apa yang dinyatakan oleh Purwadarminta (1982: 768), yaitu prestasi merupakan hasil yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan. Hasil yang telah dilakukan, dicapai dan dikerjakan oleh setiap individu merupakan pencapaian sebuah prestasi.
Menurut Hamdani (2010: 137), prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tersebut dapat diperoleh siswa melalui usaha yang direncanakan dan dilaksanakan baik secara indivudual maupun kelompok.
kelompok. Prestasi tidak akan terwujud apabila tidak ada usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh individu tersebut.
b. Pengertian Belajar
Belajar menurut Hilgard (dalam Mulyati, 2005: 4), ”learningas the process by which an activity originates or is change through responding to a situatio”. Dalam pengertian belajar, Hilgard lebih menekankan bahwa belajar adalah proses melaksanakan kegiatan tersebut, ataupun perubahan yang terjadi ketika setiap individu merespon suatu situasi. Belajar merupakan suatu proses kegiatan atau perubahan dalam merespon suatu keadaan.
Menurut Morgan (dalam Mulyati, 2005:4), ”learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”. Morgan lebih menekankan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang berlangsung dalam waktu yang lama sebagai hasil dari pengalaman atau sesuatu yang dilaksanakan diwaktu lampau. Kedua pendapat ahli tersebut memiliki kesamaan pada hasilnya yang menunjukkan adanya perubahan sesudah belajar.
terjadi melalui interaksi aktif dengan lingkungan sekitar siswa yang akan memberikan berbagai perubahan pengalaman, perubahan ketrampilan, dan perubahan nilai sikap setipa individu.
Menurut Muhibbin (2003: 68), belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dalam pernyataanya, Muhibbin menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan demi perubahan pada keseluruhan tingkah laku siswa yang berlangsung lama, dimana hal tersebut menjadi hasil dari pengalaman dan interaksi siswa dengan lingkungan yang melalui proses kognitif.
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis manyimpulkan bahwa belajar merupakan usaha individu secara sadar melalui proses kognitif untuk mencapai tujuan peningkatan diri dan perubahan diri,baik mental maupun psikis, yang terwujud dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar menurut Winkel (1996: 482), merupakan
kemampuan internal yang terbentuk sesuai tujuan instruksional, yang tampak dalam
bentuk hasil belajar. Pernyataan Winkel tersebut berarti bahwa prestasi belajar adalah
suatu kemampuan dalam diri setiap individu yang terbentuk sejalan dengan tujuan
belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh setiap individu dan prestasi belajar
tersebut sesuai tujuan yang akan dicapai dari suatu instruksi tertentu.
Pernyataan di atas berbeda dengan definisi Hamdani (2010: 138), prestasi
belajar merupakan hasil yang telah diperoleh, berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam
belajar. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah
perubahan dalam diri individu. Perubahan dapat terjadi melalui kesan-kesan yang
diperoleh setiap individu pada aktivitas belajar.
Menurut penulis prestasi belajar merupakan hasil usaha maksimal dan bukti
keberhasilan, yang dicapai setiap individu melalui usaha belajar. Prestasi belajar tidak
akan pernah dihasilkan jika setiap individu tidak melakukan kegiatan atau usaha
dalam diri untuk belajar.
d. Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara umum prestasi belajar siswa memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi, Menurut Hamdani (2010:139), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam intern dan faktor dari luar ekstern.
a) Faktor Kecerdasan (lnteligensi)
Faktor kecerdasan menurut Winkel (1996: 141), adalah kemampuan untuk
menangani representasi mental dalam alam pikiran seperti konsep dan kaidah
(berpikir abstrak), kemampuan untuk memecahkan atau mengatasi problem-problem,
serta kemampuan untuk belajar. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan mental
dan alam pikiran anak untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
b) Faktor Minat
Faktor minat menurut Winkel (1996: 188), adalah kecenderungan subyek yang
menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan
merasa senang mempelajari materi itu. Ketertarikan terhadap suatu pokok bahasan
marepakan cermin minat siswa untuk mempelajarinya. Anak dikatakan mempunyai
minat apabila dia merasa tertarik dan senang mempelajari materi tersebut.
c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik dan psikis menurut Winkel (1996: 191), merupakan kondisi
mental akibat dari keadaan psikis siswa seperti ketenangan batin, kegelisahan batin
dan stabilitas atau labilitas mental. Keadaan psikis menunjuk pada jumlah dan
kekuatan energi yang dimiliki seseorang dan berkaitan dengan daya hidup jasmani,
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor Guru
Menurut Ngalim Purwanto (1990: 104), faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Bagaimana
sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan
bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada anaknya. Kemampuan
guru dalam mengajar sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam menguasai
materi yang diajarkan.
b) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor Lingkungan keluarga menurut Winkel (1996: 192), adalah ditinjau dari
keadaan sosio ekonomis dan sosio kultural, keadaan sosio ekonomis, menunjuk pada
taraf kemampuan finansial keluarga yang bertaraf baik, cukup atau kurang. Dari
keadaan inilah, sampai dimana jauhnya keluarga dapat membekali siswa dengan
perlengkapan belajarnya.
c) Lingkungan Masyarakat
105), pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain yang
terjadi di luar, dapat mempengaruhi anak dalam belajar.
Menurut penulis, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari
luar dan dalam kehidupan siswa. Faktor luar mencangkup beberapa lingkup, yang
pertama guru sebagai pendidik anak pada saat proses pembelajaran, yang kedua
lingkungan keluarga sebagai pengayom kebutuhan sehari-hari anak, yang ketiga
keadaan lingkungan sekitar anak yang bisa berunsur positif atau negatif.
Faktor dari dalam siswa mencakup taraf tinggi rendahnya kecerdasan anak
tersebut, minat anak tersebut untuk sekolah dan belajar, keadaan fisik dan psikis anak
seperti ketenangan batin, labilitas mental. Keadaan psikis tersebut berpengaruh
dengan daya hidup jasmani anak
2. Keaktifan
Keaktifan setiap individu dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka dalam
proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjono (2009: 51), dalam kegiatan
pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses
dan mengolah perolehan belajarnya.
Menurut Sriyono (1992:75), ketika guru mengajar ia harus mengusahakan agar
murid-muridnya aktif baik secara jasmani maupun rohani. Salah satu keaktifan yang
a. Keaktifan Indra
Pendengaran, penglihatan, peraba siswa dirangsang agar dapat menggunakan
alat indranya sebaik mugkin saat proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan alat
peraga akan menarik perhatian siswa mendengarkan penjelasan guru, melihat alat
peraga tersebut diperagakan dan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang jelas
akan mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan.
b. Keaktifan Akal
Siswa diberikan sebuah masalah, agar mereka dapat berpikir untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Saat siswa berpikir maka akal
mereka akan aktif dengan sendirinya, dan berusaha mencari pemecahannya. Cara
tersebut, akan merangsang siswa untuk berpikir kritis ketika menyikapi sebuah
masalah.
c. Keaktifan Ingatan
Metode tanya jawab dalam proses pembelajaran sangat bagus untuk melatih
ingatan siswa, karena pada suatu saat guru menanyakan kembali materi tersebut,
siswa mampu mengutarakan kembali. Akal anak harus aktif ataupun diaktifkan agar
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
menggunakan pendekatan yang tepat dan menyenangkan, maka siswa dengan
sendirinya akan mencintai pelajaran tersebut.
Menurut penulis keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat berpengaruh bagi proses belajar siswa dan berpikir siswa. Agar didalam suatu proses pembelajaran memungkinkan siswa aktif diperlukan model pembelajaran yang membuat siswa belajar aktif.
3. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu tentang logika. Menurut Sujono (1988:4), mendefinisikan matematika sebagai berikut :
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik.
b. Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran dan logika dan
masalah-masalah yang berkaitan dengan bilangan.
d. Matematika berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah-masalah tentang ruang dan bentuk.
4. Melakukan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah
Materi melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah masuk dalam Standar Kompetensi melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. Dalam materi tersebut mengkaji tentang menentukan nilai tempat bilangan dan operasi penjumlahan pengurangan bilangan. Contoh menentukan nilai tempat bilangan adalah sebagai berikut.
a. Ratusan
Angka ratusan adalah 2 angka dibelakang 1 angka
Misalnya : 210, 2 nilainya ratusan 1 nilainya puluhan 0 nilainya satuan b. Puluhan
Angka puluhan adalah 1 angka dibelakang 1 angka Misalnya : 12, 1 nilainya puluhan 2 nilainya satuan c. Satuan
Angka satuan, tidak ada angka dibelakangnya, Cuma 1 angka Misalnya : 1, 1 nilainya satuan
b. Pengurangan 455–111 =...
c. Penjumlahan dan Pengurangan Campuran 526 + 45–171 =...
5. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan sebuah konsep pembelajaran yang berdasar pada “konteks”. Menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto, 2009: 14), pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Pembelajaran kontekstual menurut Wina Sanjaya (2005: 118), melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu Sebagai berikut.
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Ilmu pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta yang siap diambil dan diingat oleh siswa, tetapi harus dikonstruksi melalui pengalaman-pengalaman nyata siswa. Dalam konstruktivisme proses lebih utama dari pada hasil.
soal tersebut. Soal yang diberikan oleh guru adalah soal yang konteksnya berhubungan dengan dunia nyata siswa, sehingga siswa mudah untuk mencerna soal tersebut.
b. Bertanya
Bertanya adalah cerminan berpikir seseorang atau individu, dalam hal ini siswa. Dengan bertanya jendela ilmu pengetahuan menjadi terbuka, karena dengan bertanya bisa melakukan bimbingan, dorongan, evaluasi atau konfirmasi. Pada pembelajaran ini, guru melakukan tanya-jawab dengan siswa menyangkut materi yang dibahas. Materi yang disampaikan guru dikaitkan dengan hal-hal yang sering dijumpai siswa, dengan begitu siswa akan lebih mudah memahami penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
c. Inkuiri (Menemukan)
Inkuiri dalam pengertiannya adalah menemukan. Menemukan proses yang penting dalam pembelajaran. Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan, siswa diberikan sebuah masalah ataupun soal agar dapat memecahkanya melalui langkah-langkah untuk menemukan jawabannya.
d. Masyarakat belajar
kelompok kecil, hal itu bertujuan agar siswa di dalam kelompok dapat bekerja sama, saling memberi masukan dan menghargai pendapat teman dalam satu kelompok. e. Pemodelan (modeling)
Suatu pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan pemodelan juga dapat menambah percaya diri siswa dalam menyampaikan gagasan pikirannya. Siswa mempresentasikan hasil pemikiran yang dibahas dalam kelompoknya, siswa membacakan soal tersebut dengan detail, untuk mempermudah dalam penyampaiannya siswa menggunakan alat peraga rak bilangan. Soal yang diberikan adalah soal yang berkonteks pada hal-hal yang sering dijumpai siswa, jadi disaat siswa membacakan soal tersebut, siswa mudah untuk menyampaikannya dan teman lain yang melihat presentasi tersebut akan mengerti maksud yang disampaikan. f. Refleksi
ini bertujuan agar proses pembelajaran semakin hari semakin baik dalam pelaksanaanya.
g. Penilaian Nyata (Assesmen otentik)
Penilaian otentik seharusnya dilakukan dari berbagai aspek dan metode sehingga obyektif,misalnya membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai aspek afektif, portofolio untuk menilai seluruh hasil kerja siswa, tes untuk menilai tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar. Dalam pembelajaran ini keaktifan siswa dinilai menggunakan observasi, prestasi belajar siswa dinilai melalui tes dan penilaian proses pembelajaran dinilai melalui observasi, jadi sebisa mungkin dilakukan secara obyektif.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual a. Kelebihan Pendekatan Kontekstual
1) Siswa mampu dan dapat berpikir kritis, belajar aktif dan kreatif. 2) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
2) Membutuhkan pengelolaan kelas yang lebih, memanajemen kelas seefisien mungkin agar lancar dalam pelaksanaanya.
Menurut penulis pendekatan kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar dengan mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan tujuh prinsip di atas, pada materi melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah, maka siswa akan lebih mudah untuk memahami materi tersebut, karena soal yang dihadirkan berkonteks pada hal-hal yang sering dijumpai siswa. Keaktifan siswa juga akan meningkat, karena pada dasarnya tujuh prinsip di atas menekankan siswa yang aktif dalam mengolah materi pembelajaran, guru hanya sebagai pembimbing siswa untuk menguasai materi tersebut.
4. Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat yang membantu guru untuk menjelaskan sebuah materi, Menurut Winkel (1983: 149), suatu alat yang digunakan untuk memperjelas isi pelajaran dalam proses belajar-mengajar. Siswa akan lebih jelas dan paham untuk memahami materi apabila guru menyampaikan materi menggunakan alat peraga.
Pelajaran matematika adalah pelajaran yang jawabannya pasti tidak ada kemungkinan jadi dibutuhkan pemahaman yang kuat untuk mempelajari materi melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah, maka untuk memudahkan siswa mempelajari materi melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah, peneliti menggunakan alat peraga rak bilangan sebagai media utama.
B. Penelitian yang Relevan
Ida Rufaida (2009), melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, kemampuan siswa untuk memecahkan masalah pada pembelajaran matematika yang cukup rendah. Penelitian tersebut untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran kontekstual. Subyek penelitian di SMP N 1 Cicalengka Garut dengan jumlah murid 48 siswa. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Peningkatan tersebut nampak pada perbedaan antara nilai awal dengan nilai akhir. Tes awal minimum 10, nilai tertinggi 80 dan nilai rata-rata 46,47. Setelah melakukan pembelajaran Kontekstual, terjadi peningkatan, pada tes akhir nilai minimum 35, nilai tertinggi 100 dan nilai rata-rata 80,46.
rata-implementasi pendekatan kontekstual melalui pendekatan kooperatif berbantuan LKS. Subyek penelitian di SD 3 Sambangan kelas V dengan jumlah murid 34 siswa. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD 3 Sambangan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan skor rata-rata kelas dari 6,29 pada siklus I menjadi 7,45 pada siklus II. Meskipun ketuntasan belajar belum memenuhi tuntutan kurikulum yaitu minimal 85% tetapi ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari 52,94% pada siklus I menjadi 79,41% pada siklus II. Rerata tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan adalah 43,29 yang tergolong sangat positif. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada guru matematika SD kelas V untuk mencoba pembelajaran di atas dengan lebih banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya dan guru membantu seperlunya saja karena pembelajaran tersebut dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif. Kedua disarankan kepada peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran di atas dan mencobanya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
belajar siswa kelas II SD N Cancangan dengan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah semester 1 Tahun ajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir.
Seperti yang telah diuraikan pada sub bab di atas, masalah terletak pada keaktifan siswa yang rendah dan rendahnya prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah pendekatan kontekstual, karena pada dasarnya pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dalam pembelajaran kontekstual siswa dirangsang dengan hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
yang dipelajari akan lebih mudah dipahami siswa sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah akan meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian, kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
“Pembelajaran matematika dengan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini, penulis dan guru merancang pembelajaran serta merealiasasikan pemakaian alat peraga dan penulis melakukan observasi di kelas. Penulis menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kusumah Wijaya dan Dewitagama Dedi 2005: 66). Dalam model Kemmis dan Mc Taggart terdapat empat tahapan utama dalam satu siklus, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Setelah suatu siklus selesai maka bisa dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan tahapan yang sama. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.1 Alur Model Penelitian Tindakan Kelas
Alur dari gambar di atas yang dirancang pertama merupakan perencanaan REFLEKSI TINDAKAN
PENGAMATAN SIKLUSII
PERENCANAAN
REFLEKSI TINDAKAN
PENGAMATAN SIKLUSI
diteliti, hasil dan dampaknya. Refleksi merupakan kajian dari kegiatan, melihat dan mempertimbangkan hasilnya.
B. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Cancangan, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, pada semester genap TA 2011/2012. Subyek penelitian siswa kelas II SDN Cancangan, dan obyek penelitianya adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012, dengan pentahapan seperti pada tabel di bawah ini.
Gambar 3. 2 Tabel Kegiatan
NO URAIAN
KEGIATAN
BULAN
Agust Sept Okto Nov Des Jan Feb
1 Penyusunan Proposal
2 Penyusunan Instrumen
3 Pengumpulan Data
4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan
6 Ujian Skripsi
C. Rencana Tindakan 1. Persiapan
Persiapan tindakan dalam penelitian, sebagai berikut. a. Membuat instrumen pembelajaran
Menyusun silabus, menyusun materi sesuai dengan silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), serta menyusun lembar kerja siswa(LKS)
b. Membuat instrumen penelitian
Menyusun kisi-kisi soal, menyusun lembar soal, menyusun skor tiap soal dan melakukan validitas soal.
c. Permohonan izin kepada kepala sekolah SDN Cancangan, Cangkringan, Sleman 2. Rencana Tindakan
Tindakan dalam siklus 1 dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan guru menerapkan pendekatan kontekstual, pelaksanaan sesuai dengan jadwal matematika kelas 2 SDN Cancangan. Materi yang dibahas adalah penempatan nilai tempat ratusan puluhan dan satuan. Tindakan yang dilakukan tiap siklus.
Siklus 1
b. Pelaksanaan 1) Pertemuan 1 (3Jp) a) Pendahuluan
(1) Guru membuka pelajaran dengan berdoa
(2) Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab mengenai nilai tempat puluhan dan satuan.
(3) Apersepsi mengenai makanan kesukaan siswa, uang saku siswa(Tanya-jawab) b) Kegiatan Inti
(1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang nilai tempat puluhan dan satuan, menggunakan alat peraga rak bilangan (pemodelan)
(2) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai nilai tempat puluhan dan satuan (bertanya)
(3) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, 1 kelompok berisi 4-5 siswa (masyarakat belajar)
(4) Setiap kelompok diberi alat peraga rak bilangan, untuk menyelesaikan masalah ataupun soal yang telah diberikan guru, siswa menggunakan rak bilangan untuk memecahkan masalah(kontruktivisme)
(5) Siswa berdiskusi, saling memberi masukan untuk memecahkan masalah yang dituliskan dalam lembar kerja siswa(menemukan)
(7) Siswa membacakan dan menuliskan nama bilangan dalam bentuk kata/kalimat di papan tulis
(8) Siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari
c) Kegiatan Akhir
(1) Siswa mengerjakan soal formatif secara individu (2) Guru dan siswa bersama-sama merangkum materi (3) Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi. 2) Pertemuan 2 (3Jp)
a) Pendahuluan
(1) Guru membuka pelajaran dengan berdoa
(2) Guru melakukan apersepsi mengenai uang saku yang dibawa siswa (3) Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai
b) Kegiatan Inti
(1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang nilai tempat ratusan puluhan dan satuan, menggunakan alat peraga rak bilangan (pemodelan)
(4) Setiap kelompok diberi alat peraga rak bilangan, untuk menyelesaikan masalah ataupun soal yang telah diberikan guru, siswa menggunakan rak bilangan untuk memecahkan masalah(kontruktivisme)
(5) Siswa berdiskusi, saling memberi masukan untuk memecahkan masalah yang dituliskan dalam lembar kerja siswa(menemukan)
(6) Siswa mempresentasikan hasil dari kerja kelompok menggunakan alat peraga rak bilangan (pemodelan)
(7) Siswa membacakan dan menuliskan nama bilangan dalam bentuk kata/kalimat di papan tulis
(8) Siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari
c) Kegiatan Akhir
(1) Siswa mengerjakan soal formatif dan tes secara individu (1) Guru dan siswa bersama-sama merangkum materi (2) Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi
c. Pengamatan 1) Observasi
memecahkan masalah yang berkaitan dengan nilai tempat ratusan, puluhan, satuan dan kemampuan guru mengajar mengunakan pendekatan kontekstual.
Pada penelitian ini penulis mencatat kejadian-kejadian yang muncul pada instrument lembar pengamatan. Hal-hal yang dicatat antara lain tentang ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan siswa, serta kemampuan guru mengajar.
d. Refleksi
Mengidentifikasi dan menganalisis kesulitan yang dihadapi siswa sesuai data yang diperoleh melalui lembar observasi dan soal tes, setelah itu dilakukan refleksi serta mambandingkan hasil yang telah dicapai dengan indikator yang ditetapkan. Peneliti dan guru merefleksikan secara menyeluruh dari hasil siklus pertama. Lalu menganalisis data tersebut dengan membandingkan antara kondisi awal dan kondisi pada akhir siklus pertama, dan target ketuntasan siklus. Apabila hasil yang diinginkan tidak tercapai akan diperbaiki pada siklus ke kedua.
Siklus 2
b. Pelaksanaan 1) Pertemuan 1 (3Jp) a) Pendahuluan
(1) Guru membuka pelajaran dengan berdoa
(2) Guru melakukan apersepsi mengenai jumlah kursi dikelas (3) Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai
b) Kegiatan Inti
(1) Guru mendemonstrasikan opersi hitung penjumlahkan menggunakan alat peraga rak bilangan (pemodelan)
(2) Guru mendemonstrasikan operasi hitung penjumlahkan menyimpan menggunakan alat peraga rak bilangan (pemodelan)
(3) Guru memberikan pertanyaan untuk siswa mengenai operasi hitung penjumlahan tanpa menyimpan dan penjumlahan menyimpan (bertanya)
(4) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai penjumlahan tanpa menyimpan dan penjumlahan menyimpan
(5) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa (masyarakat belajar)
(6) Siswa menggunakan rak bilangan untuk memecahkan masalah(kontruktivisme) (7) Siswa saling memberi masukan untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS
(8) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok menggunakan rak bilangan (pemodelan)
(9) Siswa menuliskan lambang bilangan di papan tulis
(10) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan mengenai materi yang dipalajari
c) Kegiatan Akhir
(1) Siswa mengerjakan soal formatif dan secara individu (2) Guru dan siswa bersama-sama merangkum materi (3) Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi 1) Pertemuan 2 (3Jp)
a) Pendahuluan
(1) Guru membuka pelajaran dengan berdoa
(2) Guru melakukan apersepsi mengenai materi yang sudah dibahas (3) Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai
b) Kegiatan Inti
(1) Guru mendemonstrasikan opersi hitung pengurangan menggunakan alat peraga rak bilangan (pemodelan)
(4) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai pengurangan tanpa meminjam dan pengurangan meminjam
(5) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa (masyarakat belajar)
(6) Siswa menggunakan rak bilangan untuk memecahkan masalah (kontruktivisme) (7) Siswa saling memberi masukan untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS
(menemukan)
(8) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok menggunakan rak bilangan (pemodelan)
(9) Siswa menuliskan lambang bilangan di papan tulis
(10) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan mengenai materi yang dipalajari
c) Kegiatan Akhir
(1) Siswa mengerjakan soal formatif dan secara individu (2) Guru dan siswa bersama-sama merangkum materi (3) Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi 1) Pertemuan 3 (3Jp)
a) Pendahuluan
(1) Guru membuka pelajaran dengan berdoa
b) Kegiatan Inti
(1) Guru mendemonstrasikan opersi hitung campuran penjumlahkan dan pengurangan menggunakan alat peraga rak bilangan (pemodelan)
(3) Guru memberikan pertanyaan untuk siswa mengenai operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan (bertanya)
(4) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan
(5) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa (masyarakat belajar)
(6) Siswa menggunakan rak bilangan untuk memecahkan masalah (kontruktivisme) (7) Siswa saling memberi masukan untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS
(menemukan)
(8) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok menggunakan rak bilangan (pemodelan)
(9) Siswa menuliskan lambang bilangan di papan tulis
(10) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan mengenai materi yang dipalajari
c. Pengamatan 1) Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dikelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa, siswa mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah dan kemampuan guru mengajar. Selain itu juga dilakukan pengukuran dengan tes oleh observer yaitu guru yang ditunjuk untuk melakukan observasi.
Pada penelitian ini peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul pada instrument lembar pengamatan. Hal-hal yang dicatat antara lain tentang ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan siswa, serta ketepatan jawaban siswa dan kemampuan guru mengajar.
d. Refleksi
pada akhir siklus kedua, dan target ketuntasan siklus. Apabila hasil yang diinginkan tidak tercapai akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
D. Instrumen dan Pengumpulan Data
Peubah dalam penelitian ini adalah prestasi belajar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah menggunakan rak bilangan. Data yang diperlukan adalah skor hasil evaluasi. Untuk instrument dalam pengumpulan data berupa butir soal.
Tabel 3.3 Pengumpulan Data
Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen
1. Prestasi belajar
Kuantitatif Tes tertulis Butir soal.
3. Kemampuan
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Siklus 1
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Siklus 2
Indikator
Penilaian Tes Bentuk
Soal Isian
Aspek dan Nomor Soal
Pengetahuan Pemahaman Penerapan satuan dari suatu
bilangan
- Menentukan nilai tempat ratusan puluhan satuan dari suatu bilangan
8 6 3
- Menuliskan nilai angka puluhan satuan
9
- Menuliskan nilai angka ratusan puluhan satuan
- Melakukan operasi hitung penjumlahkan menyimpan dari suatu bilangan
3
- Melakukan operasi hitung pengurangan tanpa meminjam dari suatu bilangan
5 1
- Melakukan operasi hitung pengurangan dengan meminjam dari suatu bilangan
4
- Melakukan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan
7 10
- Menuliskan lambang bilangan
8,9
b. Rata-rata kelas = Total nilai yang diperoleh seluruh siswa Jumlah siswa
c. Persentase ketuntasan = Jumlah seluruh siswa tuntas x 100% Jumlah siswa
d. Persentase ketidak tuntasan = Jmlh seluruh siswa tdk tuntas x 100% Jumlah siswa
2. Instrument Observasi
Observasi ini dilakukan oleh peneliti, dengan menggunakan pedoman instrumen pengamatan. Observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peneliti menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dalam penelitian, agar dapat melihat seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. 6Lembar Observasi Keaktifan Siswa
No Nama A B C D E F Total
7 8 9 10 dst.
A = Siswa memperhatikan penjelasan guru/teman B = Siswa aktif menjawab pertanyaan guru/teman C = Siswa bertanya kepada guru mengenai Materi
D = Siswa dapat bekerja sama dengan teman kelompok, mengemukakan pendapat E = Siswa mengerjakan tugas sesuai petunjuk guru
F = Siswa memberi tanggapan kepada guru/teman yang presentasi
(Sumber. Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta: Rineka cipta,
1992:75)
a. Pembobotan Skor Skor 1= Kurang Skor 2= Cukup Skor 3= Baik
Skor 4= Sangat Baik
7 - 12 = kurang baik 13- 18 = baik
19- 24 = sangat baik
Untuk dapat melihat seberapa besar keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, maka peneliti merancang lembar observasi guru, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. 7 Lembar Observasi Pembelajaran
No. Aspek yang diamati
Pelaksanaan
Ya Tidak
1. a. Guru mengkondisikan kelas dengan baik
b. Guru memunculkan keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan melakukan apersepsi(memotivasi siswa)
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2. a. Guru menyampaikan materi dengan sistematis
b. Guru menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa
(bertanya)
f. Guru membagi siswa dalam kelompok (masyarakat belajar)
g. Guru mendampingi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dalam kelompok
(konstruktivisme)
h. Guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa (menemukan)
i. Guru memberi penguatan kepada siswa j. Guru melaksanakan evaluasi dengan baik 3. a. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
materi dengan jelas dan menyeluruh b. Guru mengarahkan siswa agar materi ajar
dipelajari kembali dirumah
c. Guru memberi pekerjaan rumah kepada siswa d. Guru melakukan refleksi
E. Analisis Data
Adapun kriteria keberhasilan yang ditentukan peneliti dalam penelitian ini. Siswa dapat tuntas KKM, yaitu 70, ketuntasan keaktifan siswa dan keberhasilan guru mengajar menggunakan pendekatan kontekstual. Dengan target indikator keberhasilan pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan
No Peubah Indikator Kondisi awal Indikator
Keberhasilan
Siswa aktif dalam proses
pendekatan kontekstual
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan dari proses Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan oleh penulis. Penelitian Tindakan Kelas yang disusun oleh penulis berjudul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual Untuk Melakukan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Siswa Kelas 2 SDN Cancangan”. Penelitian ini dimulai pada tanggal 16 September 2011 sampai dengan Rabu 12 Oktober 2011.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan siklus I, penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:
1) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada KTSP 2006. Silabus dan RPP ini dirancang oleh penulis menggunakan pendekatan konteksual.
2) Lembar Kerja Siswa. Lembar Kerja Siswa merupakan soal latihan yang diberikan pada siswa pada kegiatan inti (kerja kelompok).
3) Soal formatif. Soal formatif merupakan soal latihan penguatan pada setiap individu siswa yang diberikan pada kegiatan akhir setiap pertemuan.
4) Lembar observasi guru. Lembar observasi guru merupakan lembar penilaian untuk menilai guru pada saat melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
5) Lembar observasi keaktifan. Lembar observasi keaktifan menilai keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
6) Alat peraga rak bilangan. Alat peraga rak bilangan sebagai alat peraga yang berfungsi sebagai sarana untuk memperjelas isi pembelajaran. Rak bilangan yang digunakan terbuat dari kardus
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
dirancang oleh penulis yaitu dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Pada akhir siklus I ini dilakukan tes untuk mengetahui perkembangan kemampuan menentukan nilai tempat ratusan puluhan dan satuan. Berikut adalah rician gambaran kegiatan siklus I pada setiap pertemuan.
1) Pertemuan I a) Kegiatan awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa, pemberian salam, dan penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah siswa siap mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan tanya - jawab menanyakan uang saku yang dibawa siswa.
b) Kegiatan Inti
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa bekerja kembali secara individu untuk mengerjakan soal formatif. Setelah itu, guru dan siswa bersama-sama merangkum materi. Siswa menuliskan refleksi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian siswa melakukan sharing secara lisan mengenai proses pembelajaran pada pertemuan ini. Dalam refleksi ini siswa menyampaikan perasaan serta kesulitan-kesulitan yang dialami selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
2) Pertemuan II a) Kegiatan awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa, pemberian salam, penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah siswa siap mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang sudah dibahas.
b) Kegiatan Inti
siswa dari masing-masing kelompok maju ke depan mempresentasikan jawaban menggunakan alat peraga rak bilangan. Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas, guru dan siswa menarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.
c) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir, siswa bekerja kembali secara individu untuk mengerjakan soal formatif dan soal tes. Setelah itu, guru dan siswa bersama-sama merangkum materi. Siswa menuliskan refleksi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa menuliskan refleksi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian melakukan sharing secara lisan mengenai proses pembelajaran pada pertemuan ini. Dalam refleksi ini anak menyampaikan perasaan serta kesulitan-kesulitan yang dialami selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Observasi dan Pengumpulan Data
1) Guru belum sepenuhnya mengikuti langkah-langkah rencana pelaksanaan pembelajaran, contoh: Ketika siswa melakukan presentasi di depan kelas, guru masih membimbing siswa. Guru tidak melibatkan siswa ketika mendemonstrasikan alat peraga.
2) Sebagian besar siswa terlihat merasa senang ketika menggunakan alat peraga rak bilangan untuk menjawab soal dalam kelompok. Rata-rata semua siswa terlihat aktif, bertanya dengan guru dan bekerja sama mengerjakan soal dalam kelompok, tetapi juga ada beberapa siswa bermain sendiri menggunakan alat peraga.
Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif oleh penulis dengan cara memberikan soal tes dengan topik “Menentukan Nilai Tempat Ratusan Puluhan Satuan”. Hasil tes tersebut diberikan nilai sesuai dengan instrumen yang telah disusun oleh penulis pada tahap perencanaan tindakan. Setelah dilakukan penilaian, penulis menemukan bahwa nilai rata-rata siswa terjadi perubahan dari kondisi awal.
d. Refleksi Siklus 1
kegiatan pembelajaran pada pertemuan II. Hal-hal yang diperoleh selama proses kegiatan pembelajaran pertemuan I dan II berlangsung, antara lain:
1) Pada pelaksanaan penelitian siklus I, keaktifan siswa terjadi perubahan, banyak siswa yang antusias dengan pendekatan yang diterapkan, yaitu pendekatan kontekstual.
2) Nilai rata-rata siswa belum mencapai KKM 7. Namun terjadi perubahan nilai dari kondisi awal
3) Secara keseluruhan guru melaksanakan pembelajaran sudah dengan benar. Kekurangan yang nampak dilihat dari beberapa item dalam lembar observasi yang tidak dilakukan guru. ketika siswa melakukan presentasi di depan kelas. Guru terlihat masih membimbing siswa yang sedang berpresentasi di depan kelas dan guru tidak melibatkan siswa dalam mendemonstrasikan alat peraga, guru kurang jelas dalam menyimpulkan materi.
4) Terdapat beberapa siswa yang mengalami kebingungan dalam menggunakan alat peraga rak bilangan dan terlihat hanya bermain dengan sedotan. Setelah diteliti, penulis mengetahui bahwa siswa tersebut sering bermain sendiri ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berpedoman pada KTSP 2006.
2) Lembar Kerja Siswa (LKS) 3) Soal formatif
4) Lembar observasi guru 5) Lembar observasi keaktifan 6) Alat peraga rak bilangan
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 5 Oktober 2011,Jum’attanggal 7 Oktober 2011 dan Rabu 12 Oktober 2011 dengan jumlah siswa 31 anak. Pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dirancang oleh penulis yaitu dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Pada akhir siklus II ini dilakukan tes untuk mengetahui perkembangan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Berikut adalah rician gambaran kegiatan siklus II pada setiap pertemuan.
1) Pertemuan I a) Kegiatan awal
b) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, pertama-tama guru menjelaskan operasi hitung penjumlahan menggunakan alat rak bilangan. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan mengenai operasi hitung penjumlahan . Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5 anak. Kemudian guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Siswa menggunakan alat peraga rak bilangan untuk menjawab pertanyaan pada LKS. Dalam kelompok, siswa mendiskusikan cara menjawab soal LKS mengenai soal cerita yang sering dijumpai siswa menggunakan alat rak bilangan. Ketika masing-masing kelompok selesai menjawab pertanyaan pada LKS, salah satu siswa dari masing-masing kelompok maju ke depan mempresentasikan jawaban menggunakan alat rak bilangan. Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas, guru dan siswa menarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.
c) Kegiatan Akhir
2) Pertemuan II a) Kegiatan awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa, pemberian salam, penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah siswa siap mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang sudah dibahas.
b) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, pertama-tama guru menjelaskan operasi hitung pengurangan menggunakan alat peraga rak bilangan. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai operasi hitung pengurangan. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5 anak. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Kemudian siswa menggunakan alat peraga rak bilangan untuk menjawab pertanyaan pada LKS. Dalam kelompok, siswa mendiskusikan cara menjawab soal LKS mengenai soal cerita yang sering dijumpai siswa menggunakan alat peraga sedotan. Ketika masing-masing kelompok selesai menjawab pertanyaan pada LKS, salah satu siswa dari masing-masing kelompok maju ke depan mempresentasikan jawaban menggunakan alat peraga rak bilangan. Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas, guru dan siswa menarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.
c) Kegiatan akhir
dilaksanakan. Siswa menuliskan refleksi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian melakukan sharing secara lisan mengenai proses pembelajaran pada pertemuan ini. Dalam refleksi ini anak menyampaikan perasaan serta kesulitan-kesulitan yang dialami selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
3) Pertemuan III a) Kegiatan awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa, pemberian salam, penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah siswa siap mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang sudah dibahas.
b) Kegiatan Inti
mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas, guru dan siswa menarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.
c) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir, siswa bekerja kembali secara individu untuk mengerjakan soal formatif dan soal tes. Setelah itu, guru dan siswa bersama-sama merangkum materi. Siswa menuliskan refleksi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa menuliskan refleksi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian melakukan sharing secara lisan mengenai proses pembelajaran pada pertemuan ini. Dalam refleksi ini anak menyampaikan perasaan serta kesulitan-kesulitan yang dialami selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Observasi dan Pengumpulan Data
Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilaksanakan oleh penulis. Observasi dilaksanakan pada proses pembelajaran pertemuan 1,pertemuan 2 dan pertemuan 3. Observasi dilakukan oleh penulis dan guru berperan sebagai pengajar. Dalam kegiatan observasi tersebut, penulis menemukan beberapa kegiatan yang terjadi pada proses pembelajaran. Dari hasil observasi yang diperoleh penulis, ditemukan beberapa data sebagai berikut.
1) Guru sepenuhnya sudah mengikuti langkah-langkah dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan penulis dengan cara memberikan soal tes dengan topik “Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan” dan hasil dari tes tersebut diberikan nilai sesuai dengan instrumen yang telah disusun oleh penulis pada tahap perencanaan tindakan. Setelah dilakukan penilaian pada hasil tes tersebut, penulis menemukan bahwa nilai rata-rata siswa terjadi peningkatan dari kondisi awal.
d. Refleksi Siklus II
Setelah penulis melaksanakan tindakan pada siklus II, penulis melakukan refleksi untuk lebih memahami kekurangan dan kelebihan pada siklus II. Bahan refleksi yang digunakan oleh penulis diperoleh dari kegiatan observasi dan hasil tes “Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan”. Observasi dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, sedangkan tes dilaksanakan di akhir kegiatan pembelajaran pada pertemuan III. Hal-hal yang diperoleh selama proses kegiatan siklus II berlangsung, antara lain:
1) Pada pelaksanaan siklus II nilai tes dan keaktifan siswa terjadi peningkatan. 2) Terdapat beberapa siswa yang mengalami kebingungan dalam menggunakan
alat peraga rak bilangan dan terlihat hanya bermain dengan sedotan. Setelah diteliti, penulis mengetahui bahwa siswa tersebut sering bermain sendiri ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
kekurangan yang nampak guru tidak melibatkan siswa dalam mendemonstrasikan alat peraga.
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis menjabarkan hasil setiap siklus tindakan. Penulis menjabarkan peningkatan nilai dan keaktifan siswa yang diperoleh dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus II. Penulis juga membahas mengenai peningkatan yang terjadi pada tindakan setiap siklus.
Penulis memperoleh nilai kondisi awal kemampuan melakukan penjumlahan pengurangan bilangan cacah siswa dari guru kelas 2 dan kondisi awal keaktifan dari hasil observasi penulis sebelum dilakukan penelitian. Data tersebut menunjukan bahwa rata-rata nilai menyelesaikan masalah mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah siswa kelas 2 SDN Cancangan berada di bawah KKM 70 dan keaktifan siswa rendah. Oleh karena masalah tersebut, penulis melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang bertujuan meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah mengenai penjumlahan pengurangan bilangan cacah dan meningkatkan keaktifan siswa.
1. Hasil Siklus 1