• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap di MTs Salafiyah Wonoyoso Desa/ Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen Tahun 2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap di MTs Salafiyah Wonoyoso Desa/ Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen Tahun 2016 - Test Repository"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

i

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP

DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO

KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi

Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muh.

‘Azim Asror

NIM : 111 11 077

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Al- Insyiroh : 5-6) (Al-Qur’an dan terjemahnya. Khadim Al Haramain Asy

Syarifain. Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Raja Kerajaan Arab Saudi.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan dengan ketulusan hati kepada:

1. Ibuku (Nur Hikmah) dan Bapakku (Fatkhurrohman) engkau yang ku

kasihi dan ku sayangi, yang telah banyak berkorban tanpa letih maupun

pamrih, meskipun banyak cobaan dan rintangan yang menghadang, namun

engkau tetap tersenyum dan bersabar, semoga Allah SWT. Melimpahkan

segala kerohmatan-Nya di dunia dan akhirat.

2. Istriku (Pradika Mustafidah Sari) tercinta yang telah setia dalam menemani

segala kehidupanku baik diwaktu bahagia maupun dikala sedih, serta

selalu memberikan motivasi dan do’a demi terselesainya skripsi ini,

semoga dalam setiap langkahmu Allah SWT. Selalu Memberikan

kemudahan.

3. Anakku (Muhammad Naufal Afkar) yang selalu menghiburku baik

diwaktu sedih maupun senang, semoga Allah SWT. Menjadikanmu anak

yang Sholeh.

4. Guru spiritual dan teladanku Bapak KH. Mahfudz Ridwan, Lc. Yang

selalu memberikan semangat dan ketenangan hati, serta membimbingku

agar menjadi insan yang lebih baik, semoga Allah SWT. Selalu

memberikan kesehatan kepada beliau.

5. Sahabatku di rumah KH. Abdul Aziz Bakrie (Alm) yang telah memberikan

motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun, serta selalu membuatku

(7)

vii

6. Sahabat-sahabat PP. Edi Mancoro yang telah setia menemaniku dari awal

perjalanan di bangku perkuliahan hingga saat ini, semoga Allah SWT.

Menjadikan kalian sebagai generasi penerus Bangsa yang sholeh-sholehah.

7. Sahabat PAI-B angkatan 2011. Semoga dimanapun kalian berada, selalu

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur

kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya

yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh

umat manusia, penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang

bijaksana bagi seluruh alam semesta.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik

tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang

terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

informasi-informasi yang dibutuhkan.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

4. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M. Pd. Selaku pembimbing skripsi yang

senantiasa sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal

(9)

ix

6. Kepala MTs Salafiyah Bapak Diego Faizzata, S. Pd.I. yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi

ini, sehingga dapat terlaksana dengan baik.

7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih

sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun spiritual.

8. Sahabat-sahabatku seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

angkatan 2011.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala

bantuan yang diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah SWT serta

tercatat dalam bentuk amalan ibadah. Amin.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pada

khusunya dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 6 Juni 2016

(10)

x ABSTRAK

Azim Asror, Muhammad. 2016. Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap di MTs Salafiyah Wonoyoso Desa/ Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan ILmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M. Pd.

Kata Kunci: Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen kurikulum pendidikan satu atap di MTs Salafiyah Wonoyoso desa/ Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (a) Bagaimana penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, (b) Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, (c) Sejauhmana keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yang dari penelitian tersebut menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun subjek dan objek penelitian yaitu Kepala Madrasah, Wakil Kepala 1, dan pengasuh Pondok Pesantren. Sedangkan objeknya yaitu MTs Salafiyah Wonoyoso. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun dalam proses pengecekan dan keabsahan data, peneliti menggunakan metode triangulasi yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN DEKLARASI………... iv

HALAMAN MOTTO………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN……… vi

KATA PENGANTAR………... viii

ABSTRAK………. x

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Pembatasan Masalah……… 5

C. Fokus Penelitian………... 7

D. Tujuan Penelitian………... 8

E. Manfaat penelitian……… 8

F. Metode Penelitian………. 9

G. Sistematika Penulisan………... 14

(12)

xii

1. Pengertian Manajemen……… 15

2. Fungsi Manajemen……….. 18

3. Pengertian Kurikulum……… 20

4. Fungsi Kurikulum……….. 20

5. Komponen Kurikulum………... 22

6. Pengertian Manajemen Kurikulum……….... 26

B. Perencanaan Kurikulum di Sekolah 1. Pengertian Perencanaan Kurikulum………... 27

2. Fungsi Perencanaan Kurikulum………. 28

3. Model Perencanaan Kurikulum………. 29

4. Sifat Perencanaan Kurikulum……… 31

5. Asas-Asas Perencanaan Kurikulum………... 32

C. Pengorganisasian Kurikulum………... 34

D. Pelaksanaan Kurikulum………... 41

E. Macam-Macam Kurikulum……….. 50

F. Pendidikan Satu Atap………... 53

1. Pengertian Pendidikan Satu Atap………... 53

2. Pola Pendidikan Satu Atap………. 56

3. Model-Model Pengembangan SD-SMP Satu Atap. 57

4. Tujuan Kurikulum Pendidikan Satu Atap………... 63

5. Kriteria Calon SD-SMP Satu Atap………. 64

G. Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

(13)

xiii

Pondok Pesantren……….. 66

BAB. III. LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. 1. Letak Geografis……….. 75

2. Sejarah Berdirinya……….. 76

3. Visi Misi………. 78

4. Tujuan Madrasah……….. 79

5. Sasaran……….. 85

6. Struktur Organisasi………... 86

7. Keadaan Guru dan Siswa……….. 87

8. Fasilitas dan Prestasi………. 69

B. Manajemen Kurikulum MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen………... 96

BAB. IV. PEMBAHASAN………. 117

BAB. V. PENUTUP……… 129

A. Kesimpulan ……… 129

B. Saran………... 131

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I Skema Pendidikan Satu Atap………. 59

Tabel II Struktur Muatan Kurikulum SMP/ MTs……… 67

Tabel III Struktur Muatan Mata Pelajaran Kementerian Agama….. 70

Tabel IV Data Daftar Guru dan Karyawan……….. 87

Tabel V Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017………… 91

Tabel VI Data Sarana dan Prasarana………. 92

Tabel VII Data Alokasi Waktu Masing-Masing Mata Pelajaran……. 99

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Bagan I SD-SMP Satu Atap dengan Satu Pengelola………. 61

Bagan II SD-SMP dengan Satu SD atau SMP

Satu Pengelola………... 62

Bagan III Lebih dari Satu SD dengan Satu SMP………. 63

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan rencana tertulis tentang kemampuan yang

harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan

pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut,

dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan

dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi

dirinya pada satuan pendidikan tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional,

dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2008: 92).

Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

nasional adalah aspek kurikulum, kurikulum merupakan salah satu komponen

yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum

merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan

institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peran

penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/ berkualitas. Salah satu

aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah

pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga

(17)

2

program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai

tujuan pendidikan yang memerlukan inovasi dan pengembangan. Melihat hal

ini kurikulum selalu bersifat dinamis selalu berubah dan menyesuaikan diri

dengan kebutuhan peserta didik.

Kurikulum mempunyai pengaruh yang besar dalam segala bentuk

aktifitas pendidikan disebuah lembaga pendidikan. Karena kurikulum

memberikan rancangan pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman dalam

proses pembelajaran. Sebuah kurikulum lembaga pendidikan yang

direncanakan, diatur dan dilaksanakan dengan baik maka akan menghasilkan

peserta didik yang berwawasan luas dan berfikir kedepan sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional.

Selain kurikulum sebagai tolak ukur suatu keberhasilan lembaga

pendidikan dalam melaksanakan seluruh proses pendidikan, juga ditentukan

oleh manajemen dari lembaga pendidikan tersebut. Manajemen merupakan

alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan

memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan

ditingkatkan (Hamalik, 2008:27). Sehingga manajemen yang baik akan

meningkatkan kualitas suatu lembaga. Manajemen berlangsung dalam suatu

proses berkesinambungan secara sistematik, yang meliputi pelaksanaan

fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan, dan

control (Hamalik, 2008: 32). Kegiatan manajemen menjadi tanggung jawab

(18)

3

sebagai proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan pengelolaan suatu sistem

pendidikan ini mempunyai tujuan terlaksananya kegiatan belajar mengajar

dengan baik. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen

kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan

lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber

belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum (Rusman, 2009:5)

Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan

kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam

rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum (Rusman, 2009:3).

Sehingga dapat dipahami bahwa kurikulum berperan sangat penting

dalam pendidikan, tanpa kurikulum maka pendidikan di Negeri ini akan

menjadi pincang, serta kurikulum tanpa adanya manajemen yang baik

menjadikan lembaga pendidikan tersebut kesulitan dalam pelaksanaan segala

aktifitas pendidikan, karena tidak adanya perencanaan, pelaksanaan,

pengontrolan, dan evaluasi yang baik, sehingga kurikulum tidak dapat

berjalan dengan semestinya.

Dari paparan yang telah disampaikan di atas, penulis bermaksud

meneliti sebuah lembaga pendidikan berupa madrasah sebagai pendidikan

formal yang satu atap dengan pondok pesantren sebagai sebuah acuan dalam

setiap pelaksanaan program pendidikannya. Dengan diterapkannya tiga model

kurikulum, MTs Salafiyyah mampu bersaing dengan sekolah umum yang

dipandang sebagai lembaga pendidikan unggulan namun hanya pada

(19)

4

keunggulan dan nilai plus, disamping pendidikan umum lembaga pendidikan

ini juga menggunakan materi tambahan terutama dalam bidang agama, seperti

Bahasa Arab, dan pendidikan akhlak dengan mengkaji kitab kuning atau

materi-materi pondok pesantren. Objek penelitian ini adalah Madrasah

Tsanawiyah Salafiyah Wonoyoso, Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen,

Kabupaten Kebumen. Pendidikan satu atap yang berbasis pondok pesantren.

Beberapa hal yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian di

tempat ini, antara lain diterapkannya tiga macam kurikulum, yaitu kurikulum

Kementerian pendidikan dan kebudayaan, kurikulum Kementerian agama,

dan kurikulum lokal berbasis pondok pesantren, serta eksistensi madrasah

tersebut tetap terjaga hingga sekarang. Karena secara geografis lokasi

madrasah berada di tengah kota Kebumen, yang sangat bermacam lembaga

pendidikan disekitarnya, dan penuh dengan modernisasi perkotaan, namun

MTs Salafiyah tetap mendapat tempat dihati para orang tua untuk

mempercayakan anaknya pada madrasah tersebut. Hal tersebut menjadi

sesuatu yang menarik bagi penulis untuk mengetahui lebih jauh bagaimana

eksistensi tersebut terjaga hingga saat ini dari sudut pandang manajemen

kurikulumnya.

Berangkat dari hal di atas, maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah: “MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN

(20)

5 B. Pembatasan Masalah

Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti

permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu

penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul diatas yaitu antara

lain :

1. Manajemen :

Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti

mengatur(Hamalik, 2008:27).

Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan

keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia serta

sumber-sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Fungsi manajemen meliputi beberapa poin yang harus di

pahami, diantaranya Perencanaan (Planning), pengorganisasian

(Organizing), penerapan (Actuating), dan pegontrolan (Controlling).

Sehingga manajemen berisikan keempat hal tersebut, namun yang

penulis bahas disini mengenai penerapan (Actuating).

Bertitik pada rumusan tersebut, maka ada beberapa hal yang

perlu dijelaskan lebih lanjut.

a. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan

(21)

6

b. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber,

yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan

sumber informasi.

c. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang

efisien dan efektif, dari segi tenaga, dana, waktu dan

sebagainya.

d. Manajemen mengacu ke pencapaian tujuan tertentu yang telah

di tentukan sebelumnya (Hamalik, 2008:28).

2. Kurikulum :

Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh

lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program

pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai

dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Hamalik, 2008:10).

Menurut Dr. E. Mulyasa, M. Pd. (2009: 22), kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan kompetensi

dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Adapun yang

dimaksud dengan manajemen kurikulum adalah suatu proses

pengelolaan kurikulum yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan serta pengawasan.

(22)

7

Pendidikan dasar yang mencangkup SD dan SMP yang sederajat

atau lembaga pendidikan lain seperti pondok pesantren yang

diselenggarakan secara terpadu, baik terpadu secara fisik maupun

secara pengelolaan

(http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap).

4. MTs Salafiyah

Madrasah satu atap yang berbasis pondok pesantren dengan

menggunakan perpaduan kurikulum Kemendikbud, kurikulum

Kemenag, dan Kurikulum pondok pesantren dibawah naungan

Yayasan Pesantren Salafiyah Wonoyoso desa Bumirejo, Kecamatan

Kebumen, Kabupaten Kebumen.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi

permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini.

Beberapa permasalahan itu adalah :

1. Bagaimana penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso desa

Bumirejo, Kebumen?

2. Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah

Wonoyoso desa Bumirejo Kebumen?

3. Sejauhmana keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah

(23)

8 D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti ini

memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui:

1. Penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo

Kebumen.

2. Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso

desa Bumirejo Kebumen.

3. Keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso

desa Bumirejo Kebumen.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang bisa diambil,

yaitu:

1. Manfaat teoritis

a. Untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan serta teori

tentang manajemen kurikulum lembaga pendidikan islam

khususnya Madrasah Tsanawiyah dan Pondok Pesantren.

b. Pengembangan khasanah keilmuan di dunia pendidikan.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat,

(24)

9

b. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaksana dan pengelola

lembaga pendidikan MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo

Kebumen.

c. Penelitian ini dianggap penting untuk memberikan sumbangan

pemikiran untuk manajemen kurikulum pendidikan satu atap di

MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo Kebumen.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya. Taylor mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (moleong, 2009:4).

Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga penelitian

naturalistik. Disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang

dikumpulkan bersifat kualitatif bukan kuantitatif karena tidak

menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi

lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya

(25)

10

hasilnya bersifat objektif berlaku sesaat dan setempat kemudian pada

penelitian pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial, sedangkan

data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif (Nasution,

2003:18-19).

2. Subjek dan objek penelitian

Subjek penelitian meliputi : Kepala madrasah, Wakil Kepala1

(Waka Kurikulum), Pengasuh Pondok Pesantren.

Untuk menentukan subjek penelitian yang dijadikan informan

menurut moleong ada beberapa kriteria yaitu : ia harus jujur, taat pada

janji, patuh pada peraturan , tidak termasuk salah satu kelompok yang

bertentangan dengan latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu

tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi (Moleong, 2003:90).

Objek penelitian adalah MTs Salafiyah Wonoyoso Kebumen yang

terletak di Gg. Walikonang dusun Wonoyoso desa Bumirejo kec.

Kebumen Kab. Kebumen Provinsi Jawa Tengah.

3. Pengumpulan data

a. Wawancara tak berstruktur

Wawancara menurut Lexy J. Moleong adalah percakapan

dengan maksud tertentu (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang

(26)

11

akan diajukan (Moleong, 2003:130). Wawancara dalam penelitian

kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak berstruktur.

Tujuannya ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam

mengenai pandangan responden. Sehingga dengan wawancara tak

berstruktur pewawancara dapat menanyakan permasalahan yang

akan di kaji dengan leluasa tanpa terpaku pada batas-batas teks

pertanyaan.

b.Observasi

Dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati secara

langsung terhadap sumber data. Dalam observasi kita tidak hanya

mencatat suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala

sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang mungkin ada kaitannya.

Karena dalam tiap pengamatan harus selalu dikaitkan dua hal yakni

informasi (apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan

disekitarnya) sehingga tidak kehilangan makna (Nasution, 2003:58).

Dengan melakukan pengamatan, maka akan jelas informasi yang

peneliti dapatkan sebagai bahan penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah memperoleh data dengan meneliti dan

mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berupa data

umum yang berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen

madrasah. Dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi seperti buku

(27)

12

dokumentasi akan memeberikan data-data yang ada dilapangan yang

sangat penting untuk membantu kelengkapan penelitian.

4. Analisis data

Menurut Milles dan Huberman ada tiga macam kegiatan dalam

analisis data kualitatif, yaitu:

a. Reduksi data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah”

yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Sebagaimana

pengumpulan data berproses, terdapat beberapa tahapan dari Reduksi

data (membuat rangkuman, pengodean, membuat tema-tema,

membuat gugus-gugus, membuat pemisahan-pemisahan, menulis

memo-memo). Dan reduksi data/ pentransformasian proses terus

menerus, setelah kerja lapangan, hingga laporan akhir lengkap.

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,

memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu

cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan

diverifikasikan.

b. Model data (Data Display)

Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah model

data. kita mendefinisikan “model”sebagai suatu kumpulan informasi

yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan

(28)

13 c. Penarikan/verifikasi kesimpulan.

Langkah ketiga dari aktifitas analisis adalah penarikan dan

verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti

kualitatif mulai memutuskan apakah ”makna” sesuatu mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin alur

kausal, dan proposisi proposisi. Peneliti yang kompeten dapat

menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara

kejujuran dan kecurigaan (skeptisme), tetapi kesimpulan masih jauh,

baru mulai dan pertama masih samar, kemudian meningkat menjadi

eksplisit dan mendasar menggunakan istilah klasik Glasser dan

Strauss.

Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan suatu

inisiatif berulang-ulang secara terus-menerus. Masalah reduksi data,

model, dan penarikan/verifikasi kesimpulan masuk ke dalam gambar

secara berurutan sebagai episode-episode analisis mengikuti

masin-masing yang lain. Tetapi dua masalah yang lain selalu menjadi

bagian dari dasar (Emzir, 2011:129-135).

5. Pengecekan keabsahan data

Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk pengecekan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik

trianggulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber.

Menurut patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

(29)

14

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan key informan dengan

informan.

c) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang terkait (Moleong, 2009:330-331).

G. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi: latar

belakang masalah, pembatasan masalah, fokus penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika

penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini akan dijelaskan tentang manajemen kurikulum yang

meliputi: pengertian manajemen kurikulum, fungsi kurikulum,

komponen kurikulum, perencanaan kurikulum di sekolah,

pengorganisasian kurikulum di sekolah, dan pelaksanaan

kurikulum di sekolah, kurikulum pendidikan satu atap.

BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

BAB IV : Pembahasan

(30)

15 BAB II

KAJIAN TEORI

A.Manajemen Kurikulum 1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen pada dasarnya merupakan istilah yang tidak

asing lagi ditelinga. Seringkali orang menyebut sebuah pengelolaan,

kegiatan atau pengelolaan usaha dengan istilah manajemen. Manajemen

berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan melalui

proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.

Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan

yang diinginkan(Hasibuan, 2005:1).manajemen juga berkenaan dengan

cara-cara pengelolaan suatu lembaga agar lembaga tersebut efisien dan

efektif (Tilaar, 2002: 10). Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses

social yang berkenaan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan

manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang

efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya

(Hamalik, 2008: 16).

Selain pendapat dari pakar pendidikan, Allah SWT. Berfirman

(31)

16

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya

dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu

bangunan yang tersusun kokoh. (Ash shoff ayat 4).”

Dari ayat Al-Qur’an di atas maka dapat disimpulkan bahwa Allah

SWT. Juga menyukai orang yang me-manaj sesuatu dengan baik, agar apa

yang direncanakan dapat tercapai dengan baik dan mendapatkan hasil yang

baik pula.

Disamping pengertian manajemen di atas, sebagai bahan

perbandingan setidaknya perlu disimak beberapa definisi manajemen yang

dikemukakan para tokoh/pakar manajemen diantaranya :

a. Malayu S.P Hasibuan, (2005: 2) manajemen adalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

b. Andrew F. Sikula mendefinisikan manajemen sebagai berikut :

“Management in general refers ro planning, organizing, controlling,

staffing, leading, motivating, and decision making activities performed

by any organization, in order to coordinate the varied resources of the

enterprise so as to bring and efficient creation of same product or

(32)

17

(manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,

pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

mengkoordinasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh

perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara

efisien (Hasibuan, 2005: 2)

c. G.R.Terry mendefinisikan manajemen sebagai berikut:

“Management is a distinct process consisting of planning,

organizing, actuating, and controlling, performed, to determine an

accomplish stated objectives by the use of human being and other

resources

(manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya) (Hasibuan, 2005: 2-3).

Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas

bahwa pengertian manajemen dapat diartikan sebagai suatu

proses/kegiatan atau usaha pencapaian tujuan tertentu melalui

kerjasama dengan orang lain, demi tercapainya suatu tujuan dengan

(33)

18

daya lainnya, melalui proses perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengontrolan.

2. Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi yang berurutan dalam proses manajemen terdiri dari :

a. Perencanaan

Perencanaan adalah mengembangkan suatu rencana, seseorang harus

mengacu ke masa depan atau menentukan pengaruh pengeluaran

biaya, atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir,

mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun

program yakni menetapkan prioritas dan urutan strategi, anggaran

biaya atau alokasi sumber-sumber, menetapkan prosedur kerja dengan

metode yang baru dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa

aturan dan ketentuan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian meliputi kegiatan-kegiatan membentuk/mengadakan

struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk baru, dan

menetapkan garis hubungan kerja antar struktur yang ada dengan

struktur yang baru, merumuskan komunikasi dan hubungan-hubungan,

menciptakan deskripsi kedudukan yang menunjuk apakah rencana

dapat dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau diperlukan orang

(34)

19 c. Staffing

Meliputi kegiatan seleksi calon tenaga staf, memberikan orientasi

pada tenaga staf kearah pekerjaan dan tugas, memberikan

latihan-latihan ketrampilan sesuai dengan bidang tugas serta melakukan

pembinaan ketenagaan.

d. Pengarahan

Meliputi langkah-langkah pendelegasian atau pelimpahan tanggung

jawab dan akuntabilitas, memotivasi dan mengkoordinasi agar

usaha-usaha kelompok serasi dengan usaha-usaha-usaha-usaha lainnya, merangsang

perubahan bila terjadi perbedaan/pertentangan untuk mencari

pemecahan/penyelesaian sebelum mengerjakan tugas-tugas

berikutnya.

e. Control

Meliputi kegiatan pengadaan sistem pelaporan yang serasi dengan

struktur pelaporan keseluruhan, mengembangkan standar perilaku,

mengukur hasil berdasarkan kualitas yang diinginkan dalam kaitannya

dengan tujuan, melakukan tindakan koreksi dan memberikan ganjaran

(Hamalik, 2008:33-34).

Memahami dari penjelasan diatas tentang fungsi

manajemen, harus mengandung setidaknya ada lima fungsi yang

berurutan, yaitu, planning, organizing, actuating, staffing, dan

(35)

20

untuk memanaj suatu lembaga ataupun instansi sesuai dengan

kebutuhan dan tujuan lembaga tersebut.

3. Pengertian Kurikulum

Menurut E. Mulyasa (2006: 24-25), kurikulum merupakan

kumpulan perangkat perencanaan dan pengaturan tentang tujuan,

kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan pedoman

pelaksanaan aktifitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan tujuan

pendidikan.

Mencermati apa yang dimaksud Mulyasa tersebut, kurikulum

sangat menentukan awal, proses, dan akhir pembelajaran. Kurikulum

menjadi pengawal dinamika pendidikan yang ditujukan untuk

mencerdaskan anak-anak bangsa(Yamin, 2010:40).

Sehingga berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh mulyasa

dapat disimpulkan bahwa kurikulum sangat penting demi menunjang

kesuksesan segala proses pendidikan dalam suatu lembaga/ instansi

pendidikan terkait, sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah dan

pendidikan nasional.

4. Fungsi Kurikulum

Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan

(36)

21

berfungsi maka akan mengakibatkan komponen yang lain terganggu.

Fungsi kurikulum difokuskan pada enam aspek berikut :

a. Fungsi penyesuaian

Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus

mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara

menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa bersifat dinamis

maka masing-masing individupun harus memiliki kemampuan

menyesuaikan diri secara dinamis pula.

b. Fungsi integrasi

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang

terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari

masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan

sumbangsih dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c. Fungsi differensiasi

Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap

perbedaan diantara setiap orang dimasyarakat. Pada dasarnya,

differensiasi akan mendorong orang berfikir kritis dan kreatif,

sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat.

d. Fungsi persiapan

Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu

melanjutkan studi lebih jauh, misal melanjutkan studi kesekolah

yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat.

(37)

22

Perbedaan atau differensiasi dan pemilihan (seleksi)

adalah dua hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan

berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa

yan diinginkan dan menarik minatnya.

f. Fungsi diagnostic

Salah satu pelayanan pendidikan adalah membantu dan

mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima

dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang

dimilikinya. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostic kurikulum dan

akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.

Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh

kurikulum secara keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan

dengan arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang

diharapkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan (Hamalik,

2011: 13-14).

Dari definisi diatas, fungsi kurikulum memiliki andil yang

strategis dalam pembentukan kepribadian peserta didik, baik

kaitannya dengan tujuan lulusan yang berkompeten maupun tujuan

pendidikan secara menyeluruh, untuk memajukan dunia

pendidikan di negeri ini.

(38)

23

Kurikulum dalam suatu sekolah memiliki lima komponen yaitu:

a. Komponen tujuan

Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara

keseluruhan, meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan

domain psikomotorik. hal ini dicapai dalam rangka mewujudkan

lulusan dalam satuan pendidikan sekolah yang sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional. Secara hirarkis tujuan pendidikan tersebut

dapat diurutkan sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan pendidikan yang ingin

dicapai pada tataran nasional. Dalam pencapaiannya dapat

berwujud sebagai warga Negara berkepribadian nasional yang

bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat bangsa dan

tanah air.

2) Tujuan institusional yaitu yang ingin dicapai pada tingkat

lembaga pendidikan, dalam penyampaiannya dapat berwujud

sebagai tamatan sekolah yang mampu dididik lebih lanjut

menjadi tenaga professional dalam bidang tertentu dan pada

jenjang tertentu.

3) Tujuan kurikulum yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai

pada tingkat tataran mata pelajaran atau bidang studi tertentu

(39)

24

4) Tujuan instruksional yaitu tujuan yang ingin dicapai pada

tingkat tataran pengajaran yang dapat berwujud sebagai bentuk

watak, kemampuan berfikir dan kemampuan berbicara.

b. Komponen isi/ materi

Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan isi atau materi

tersebut biasanya berupa materi bidang studi. Bidang-bidang studi

tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan

yang ada. Bidang-bidang studi tersebut biasanya telah dicantumkan

dalam struktur program kurikulum sekolah yang bersangkutan.

c. Komponen media (sarana dan prasarana)

Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media

merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih

mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu

pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara tepat

terhadap pokok bahasan yang disajikan kepada peserta didik akan

mempermudah peserta didik dalam menanggapi, memahami isi

sajian guru dalam pengajaran. Dengan kata lain, ketepatan pemilihan

media yang digunakan guru akan membantu kelancaran dalam

pencapaian tujuan pengajaran (pendidikan).

d. Komponen strategi

Strategi menunjuk pada pendekatan dan metode serta

(40)

25

hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.

Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh

dalam melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian,

pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara

umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.

Dengan kata lain, strategi pengajaran mengatur seluruh komponen,

baik pokok maupun penunjang, dalam sistem pengajaran.

e. Komponen proses belajar mengajar

Komponen ini sangat penting dalam sistem pengajaran sebab

diharapkan melalui proses belajar-mengajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada diri peserta didik. Keberhasilan proses belajar

mengajar merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk

menciptakan suasana pengajaran yang kondusif, sehingga

memungkinkan dan mendorong peserta didik untuk secara leluasa

mengembangkan kreativitasnya dengan bantuan guru.

Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pengajaran

yang kondusif ini merupakan indikator kreativitas dan efektivitas

guru dalam mengajar. hal tersebut dapat tercapai secara lebih baik

jika guru dapat: (a) memusatkan pada kepribadiannya dalam

mengajar, (b) menerapkan metode mengajarnya, (c) memusatkan

pada proses dan produknya, dan (d) memusatkan pada kompetensi

(41)

26

Komponen kurikulum dapat dipahami sebagai seluruh

penunjang proses pembentukan dan pelaksanaan kurikulum untuk

menunjang tercapainya tujuan lembaga pendidikan yang disesuaikan

dengan tujuan pendidikan secara nasional.

6. Pengertian Manajemen Kurikulum

Bertitik tolak kepada pengertian diatas maka manajemen kurikilum

dapat diartikan sebagai upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola

perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan,

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

Manajemen kurikulum sangat penting sebagai suatu sistem

pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan

sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.

Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai

dengan konteks manajemen berbasis sekolah. Oleh karena itu, otonomi

yang diberikan kepada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola

kurikulum secara mandiri denan memprioritaskan kebutuhan dan

ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah

tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.

Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum

dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol

implementasi kurikulum, sehinga lembaga pendidikan atau sekolah selain

(42)

27

kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas

kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,

mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada

masyarakat maupun pada pemerintah (Rusman, 2011: 3).

Sehinga manajemen kurikulum sangat diperlukan agar terjadi

keharmonisan antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaannya dalam

kegiatan belajar mengajar.

B.Perencanaan Kurikulum di Sekolah 1. Pengertian perencanaan kurikulum

Perancanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks

yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan.

Ada dua pendekatan perencanaan kurikulum :

a. Pendekatan yang bersifat “administrative approach”

Yaitu kurikulum direncanakan dari pihak atasan kemudian

diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru.

Jadi from the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif para

administrator. Dalam kondisi ini guru-guru tidak dilibatkan. Mereka

lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan pelaksana. Semua ide,

gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan.

b. Pendekatan yang bersifat “grass roots approach”

Yaitu yang dimulai dari bawah, yakni dari pihak guru-guru atau

(43)

sekolah-28

sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru dapat merencanakan

kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat

kekurangan-kekurangan dalam kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide

baru mengenai kurikulum dan bersedia menerapkannya disekolah

mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran (Hamalik, 2008: 149-150)

Selanjutnya, dengan bertindak dari pandangan bahwa guru adalah

manajer (the teacher as manajer) J.G Owen sangat menekankan

perlunya keterlibatan guru dalam perencanaan kurikulum. Guru harus

ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum karena dalam

praktek mereka adalah pelaksana-pelaksana kurikulum yang sudah

disusun bersama.

2. Fungsi perencanaan kurikulum

Pimpinan perlu menyusun perencanaan kurikulum secara cermat,

teliti, menyeluruh, dan rinci, karena memiliki multi fungsi sebagai berikut:

a. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat

manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta

yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan yang perlu

dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem

pengontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk

mencapai tujuan manajemen organisasi.

b. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda organisasi

(44)

29

sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang matang

besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan oleh pemimpin,

dan oleh karenanya perlu membuat informasi kebijakan yang relevan,

disamping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang dimilikinya.

c. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk

melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal

(Hamalik, 2008: 152).

Sehingga dari poin-poin penjelasan di atas, dapat disimpulkan,

bahwa perencanaan harus memiliki fungsi yang dapat memberikan

pengaruh pada tujuan akhir suatu institusi, yaitu sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.

3. Model perencanaan kurikulum

a. Model perencanaan rasional deduktif atau Tayler, menitik beratkan

logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari

spesifikasi tujuan (goal and objektives) tetapi cenderung mengabaikan

problematika dalam lingkungan tugas. Model itu dapat diterapkan

pada semua tingkat pembuatan keputusan, misalnya rasionalisasi

proyek pengembangan guru atau menentukan kebijakan suatu

planning by-objektives di lingkungan departemen. Model ini cocok

untuk sistem pendidikan yang sentralistik yang menitik beratkan pada

(45)

30

alat untuk mengembangkan/ mencapai maksud-maksud di bidang

social ekonomi.

b. Model interaktif rational (the rational-interaktive model), memandang

rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat

yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan logik. Perencanaan

kurikulum di pandang sebagai suatu masalah lebih ‘perencanaan

dengan’ (planning with) daripada ‘perencanaan bagi’ (planning for).

Seringkali model ini dinamakan model situasional, asumsi

rasionalitasnya menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang

tidak memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolah atau tingkat local.

Hal ini mungkin merupakan refleksi suatu keyakinan ideologis

masyarakat demokrasi atau pengembangan kurikulum berbasis

sekolah. Implementasi rencana merupakan fase krusial dalam

pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi

antara perencana dan pengguna kurikulum.

c. ‘The disciplines model’, perencanaan ini menitik beratkan pada guru

-guru; mereka sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan

pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis,

(isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologi (argument-argumen

kecenderungan sosial), psikologi (untuk memberitahukan tentang

urutan-urutan materi pelajaran) demikian dikemukakan oleh Lawton)

d. Model tanpa perencanaan (non planning model) adalah suatu model

(46)

31

ruangan kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit

upaya kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas, pendapat, dan

analisis intelektual (Hamalik, 2008: 153-154).

Sehingga dari empat model perencanaan kurikulum yang telah

dijelaskan diatas, semuanya memiliki karakteristik tersendiri dalam

merencanakan kurikulum yang tujuannya adalah terlaksananya

kurikulum yang baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4. Sifat perencanaan kurikulum

Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a. Bersifat strategis, karena merupakan instrument yang sangat penting

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

b. Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek-aspek

kehidupan dan penghidupan masyarakat.

c. Bersifat integrative, yang mengintegrasikan rencana yang luas,

mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.

d. Bersifat realistis, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan

kebutuhan masyarakat.

e. Bersifat humanistic, menitik beratkan pada pengembangan sumber

daya manusia baik kuantitatif maupun kualitatif.

f. Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan

(47)

32

g. Merupakan bagian yang integral yang mendukung manajemen

pendidikan secara sistematik.

h. Perencanaan kurikulum mengacu pada pengembangan kompetensi

sesuai dengan standar nasional.

i. Berdeverensifikasi untuk melayani keragaman peserta didik.

j. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai

dengan kondisi dan potensi daerah (Hamalik, 2008: 150).

5. Asas-asas perencanaan kurikulum

Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan asas-asas sebagai

berikut:

a. Objektivitas

Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas, dan spesifik

berdasrkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai

dengan kebutuhan.

b. Keterpaduan

Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua

disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan

internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.

c. Manfaat

Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan

(48)

33

tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam

penyelenggaraan pendidikan.

d. Efisiensi dan efektifitas

Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana,

tenaga, waktu dan efektif dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.

e. Kesesuaian

Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik,

kemampuan tenaga pendidikan, kemajuan IPTEK dan perubahan/

perkembangan masyarakat.

f. Keseimbangan

Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis

bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan

program yang akan dilaksanakan.

g. Kemudahan

Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi pemakainya yang

membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk

melaksanakan proses pembelajaran.

h. Berkesinambungan

Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan

tahap-tahap dan jenis dan jenjang satuan pendidikan.

i. Pembakuan

Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis

(49)

34 j. Mutu

Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu,

sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan

secara keseluruhan (Hamalik, 2008: 149-156).

Sehingga dala perencanaan kurikulum harus memperhatikan

muatan yang akan di ajarkan dalam kurikulum sebagai proses pembeljaran,

agar nantinya dalam pelaksanaannya dapat tercapai hasil yang

memuaskan.

C.Pengorganisasian Kurikulum

Pengorganisasian dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni secara

struktural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam konteks

akademik atau kurikulum. Pengorganisasian kurikulum seyogyanya dilihat dari

kedua pendekatan tersebut, yakni dalam konteks akademik (Hamalik, 2008:

136).

Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum

yang tujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran

serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum sangat terkait

dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan

yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya,

nilai social, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

(50)

35

diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan (squence),

kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integrated).

1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran merupakan salah satu

factor yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum.

2. Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu diperhatikan,

terutama berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, jangan

sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat

kesukarannya, pendekatan spiral merupakan salah satu upaya dalam

menerapkan factor ini. Artinya materi yang dipelajari siswa semakin lama

semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara

vertical maupun horisontal.

3. Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbngkan dalam organisasi

kurikulum. Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalamilmu

pengetahuan, social budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap

dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam

keseimbngan pada organisasi kurikulum: (1) keseimbangan terhadap

substansi bahan atau isi kurikulum; dan (2) keseimbangan yang berkaitan

dengan cara atau proses belajar.

4. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi bahan

pertimbangan dalam organisasi kurikulum.

Secara umum ada tiga bentuk pengorganisasian kurikulum, yaitu

sebagai berikut:

(51)

36

Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam

berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah, satu sama lain,

seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan

yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain dengan

demikian sukar terdapat kebulatan pengetahuan pada anak

(Suryosubroto, 2005: 1).

Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan

maupun kelebihan.

Kekurangan mata pelajaran terpisah-pisah (sparated subject

curriculum) adalah sebagai berikut.

1) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah,

yang menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu

dengan yang lainnya

2) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak

bersifat aktual.

3) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa

cenderung pasif.

4) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan social

yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.

5) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari

masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang

(52)

37

6) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat,

minat dan kebutuhan siswa.

Sementara itu, kelebihan mata pelajaran yang

terpisah-pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :

1) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana,

dan mudah dipelajari.

2) Kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai

dan budaya terdahulu.

3) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.

4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain,

bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga

mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.

Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan

diperoleh siswa dari buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak

menghafal dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya terlepas-lepas

sehingga kemampuan siswa kurang berkembang dan cenderung kurang

mengoptimalkan potensi siswa sebagai individu.

b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Currriculum)

Kurikulum bentuk ini pun sudah lama digunakan dalam dunia

pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad field

pada hakikatnya adalah penyatuan mata pelajaran yang sejenis, seperti

IPA (di dalamnya tergabung fisika, biologi, dan kimia) dan IPS.

(53)

38

pelajajaran yang terpisah-pisah dengan maksud untuk mengurangi

kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran.

Korelasi kurikulum merupakan penggabungan dari mata pelajaran

yang sejenis secara insidental. Dari bahan-bahan kurikulum yang

terlepas-lepas diupayakan disatukan dengan bahan kurikulum atau mata

pelajaran yang sejenis sehingga dapat memperkaya wawasan siswa dari

berbagai disiplin ilmu. Namun, kenyataan dilapangan atau dusekolah

terbukti bahwa guru-guru masih berpegang pada latar belakang

pendidikannya. Salah satu penyebabnya karena guru yang bersangkutan

belum memahami prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran

tersebut.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum

ini, kekurangannya adalah sebagai berikut:

1) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang

begitu mendalam.

2) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang

aktualyang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.

3) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan

siswa.

4) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan

bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.

Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan

(54)

39

1) Bahan bersifat korelasi meskipun sebatas beberapa mata pelajaran.

2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang

studi.

3) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang

sejenis.

Bahan pelajaran dalam kurikulum ini memungkinkan substansi

pelajarannya, memiliki pengertian-pengertian yang lebih mendalam

disbanding dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah.

c. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu

pokok bahasan harus integrated atau terpadu secara menyeluruh.

Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan mata pelajaran pada

satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai

disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas

antara mata pelajaran dapat ditiadakan. Kurikulum ini memberikan

kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun

individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar,

memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat

melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.

Dalam penerapan kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki

kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi belajar mengajar

yang sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut. Pembelajaran

(55)

40

proyek, pengajaran unit (unit teaching), inkuiri, discovery dan

pendekatan tematik yang dilakukan dalam pembelajaran kelompok

maupun secara perorangan. Bahan pelajaran yang dipelajari siswa

dirumuskan dalam pokok bahasan berupatopik atau pernyataan yang

dapat mendorong siswa untuk memecahkan permasalahan yang

diajukan.

Proses pembelajaran lebih bersifat fleksibel disesuaikan dengan

kemampuan dan potensi siswa, sehingga tidak mengharapkan hasil

belajar yang sama dari semua siswa. Jika dilihat dari prosesnya,

kurikulum ini dalam pengembangannya lebih banyak dipercayakan

pada guru-guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri.

Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam

kurikulum ini. Kekurangan kurikulum ini diantaranya sebagai berikut:

1) Ditinjuau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka

kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan.

2) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis.

3) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan

kebutuhan siswa maupun kelompok.

4) Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum

bentuk ini.

5) Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum

ini.

(56)

41

1) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan

cara memadukan beberapa mata pelajaran, secara menyeluruh

dalam menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.

2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan

bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan

permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan

belajar secara bekerjasama (cooperative) (Rusman, 2011: 50-66).

Dari definisi tiga pola pengorganisasian kurikulum diatas

masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, namun dari beberapa pola

tersebut sangat penting kaitannya dengan terlaksananya sebuah

kurikulum yang baik dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional

demi terbentuknya sistem pendidikan yang memiliki pandangan

kedepan dan perkembngan yang signifikan.

D. Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu

pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, dan kurikulum tingkat kelas. Dalam

tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, dan pada tingkatan kelas

yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan dalam tugas antara kepala

sekolah dan guru, dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan

tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat sekolah dan tingkat

(57)

42

tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab

melaksanakan proses administrasi kurikulum.

1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk

melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia

berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana

tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan

membuat notula rapat, membuat statistic dan membuat laporan.

a. Kepala sekolah sebagai pemimpin

Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah

melaksanakan dan membina serta mengembangkan kurikulum.

Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah) harus

memiliki sifat/ sikap/ tingkah laku tertentu yang justru merupakan

kelebihan dibandingkan orang lain/ bawahannya yang dipimpin. Sifat/

sikap/ tingkah laku tersebut diantaranya:

1) Mampu mengelola sekolah (managerial skill) kemampuan ini

ditandai dengan kemampuan dan ketrampilannya dalam

mengelola pelaksanaan kurikulum, misalnya guru bidang studi,

pembentukan regu-regu guru dan koordinator bidang studi,

pemberian tugas pada guru, mendorong, mengawasi dan

menilai kegiatan guru dalam pelaksanaan program sekolah

(58)

43

2) Kemampuan professional atau keahlian dalam jabatannya,

keahlian ini memungkinkan kepala sekolah tersebut untuk

melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas-tugas administrasi yang

dibebankan kepadanya.

3) Bersikap rendah hati dan sederhana, sikap rendah hati berarti

tidak pernah menyombongkan diri tentang kemampuan,

pengetahuan dan kelebihan-kelebihannya dalam bidang

pendidikan.

b. Perilaku seorang administrator

Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan

dengan perencanaan program, pengorganisasian staf, pergerakan

semua pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan

supervise, penilaian terhadap personal sekolah.

c. Penyusunan rencana tahunan

Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan kepemimpinannya. Berdasarkan jangka waktunya,

perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang (misalnya renana

untuk 5 sampai 10 tahun) dan rencana jangka pendek (rencana

tahunan, bulanan).

Gambar

TABEL  I
TABEL II  STRUKTUR KURIKULUM SMP/ MTS
TABEL III MUATAN MATA PELAJARAN KEMENTERIAN
TABEL IV DAFTAR GURU DAN KARYAWAN MTs SALAFIYAH
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru kelas rendah terhadap pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 di SD Negeri se-Kelurahan Ngringo Kecamatan

Penelitian ini bertujuan menentukan letak dan kedalaman akuifer air tanah di desa Karangsambung kecamatan Karangsambung kabupaten Kebumen dengan metode tahanan jenis (Resistivity)

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengenai pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang manajemen pembuangan sampah yang baik di SD dan SMP Satu Atap Desa Bocek

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa proses pembelajaran di kelas VII pada mata pelajaran IPS di MTs Satu Atap kecamatan Gempol Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pelayanan air bersih PDAM terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat di Desa Maropokot Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo

Judul Skripsi : ANALISIS ARAHAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016 (Sebagai materi pembelajaran geografi di