HUBUNGAN ANTARA
KEDISIPLINAN MENAATI TATA TERTIB
DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN
PADA MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. PdI)
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh:
MOKHAMAD AGUS WACHID
NIM: 11110092
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI TATA TERTIB DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
DISUSUN OLEH
MOKHAMAD AGUS WACHID
NIM: 111 10 092
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Drs. A. Bahrudin, M.Ag. _________________
Sekretaris Penguji : Muna Erawati, S.Psi., M.Si. _________________
Penguji I : Drs. H. M. Zulfa M, M.Ag. _________________
Penguji II : M. Gufron, M.Ag. _________________
Salatiga, 30 Maret 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, S.pd., M.Pd.
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :administrasi@stainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mokhamad Agus Wachid
Nim : 111 10 092
Jurusan : Tarbiyah/PAI
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 5 Maret 2015
Yang menyatakan
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :administrasi@stainsalatiga.ac.id
Muna Erawati, S.Psi,. M.Si
DOSEN STAIN SALATIGA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 5 Eksemplar
Hal : NaskahSkripsi
Saudara
Kepada
Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : MOKHAMAD AGUS WACHID
NIM : 11110092
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul : HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI
TATA TERTIB DENGAN KEMATANGAN
KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA ANGKATAN
2014/2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Salatiga, 5 Maret 2015 Pembimbing
Muna Erawati, S.Psi., M.Si
MOTTO
ِميِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب
Artinya:
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan mendidik dengan tulus ikhlas sampai saat ini dan selamanya
Kedua kakakku yang selalu memberi semangat, arahan dan dukungan
Seluruh keluarga besarku dan teman-teman di rumah yang secara tidak langsung selalu mendukung dan memberi semangat
Seluruh teman-teman PAI C angkatan 2010
Sahabatku yang selalu membantu menyelesaikan skripsiku, khususnya Agata Tiara Nita,
Daryanto, Syah, Amel, Yusuf, Endry, Syamsul, Umi dan semuanya karena kalianlah
KATA PENGANTAR
ِميِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, Allah Swt, yang telah memberikan hidayah, rahmat,
nikmat, dan taufiq-Nya sehingga penelitian berjudul “Hubungan Antara
Kedisiplinan Menaati Tata Tertib Dengan Kematangan Kepribadian Pada
Mahasiswa Angkatan 2014/2015 Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga” ini bisa terselesaikan. Skripsi ini
penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para
pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rasul utusan Allah untuk
membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang
modern ini.
Dalam penelitian ini, tentunya tidak akan terselesaikan tanpa ada dukungan,
bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Rasimin, S. PdI., M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam FTIK
IAIN Salatiga.
4. Ibu Muna Erawati, S.Psi,. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
6. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam FTIK
IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
7. Segenap mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2014/2015 khususnya semester
1 kelas C, D, H, dan I.
8. Segenap sahabat tercinta, senasib, seperjuangan, para mahasiswa PAI
angkatan 2010.
9. Segenap rekan-rekan KKN Posko 20 Dsn. Nglumut Ds. Nglumut Kec.
Srumbung Kab. Magelang.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah
SWT.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna
ABSTRAK
Mokhamad. Agus. Wachid. 2014. Hubungan Antara Kedisiplinan Menaati Tata Tertib Dengan Kematangan Kepribadian Pada Mahasiswa Angkatan 2014/2015 Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga
.
Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan AgamaIslam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M.Si.
Kata kunci: kedisiplinan menaati tata tertib, kematangan kepribadian
Penelitian ini dilatar belakangi oleh keprihatinan akan kurangnya kedisiplinan menaati tata tertib dengan kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga yang ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakdisiplinan mereka dalam menaati tata tertib. Kedisiplinan menaati tata tertib adalah suatu sikap patuh terhadap serangkaian peraturan yang disusun secara teratur dalam sebuah lembaga dan dilakukan secara sadar serta bertanggung jawab. Kematangan kepribadian adalah seseorang yang memiliki sistem psikofisik yang baik, dinamis dalam mengembangkan wawasan mengenai dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar serta memiliki wawasan yang luas, memperluas diri ke orang lain dan ke dalam aktivitas.
Rumusan masalah yang diajukan dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimanakah tingkat kedisiplinan mahasiswa angkatan 2014/2015 dalam menaati tata tertib di kampus (STAIN) Salatiga (2) Bagaimanakah tingkat kematangan kepribadian mahasiswa angkatan 2014/2015 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga (3) Adakah hubungan antara kedisiplinan menaati tata tertib dengan kematangan kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga?
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Subjek penelitian yang dilibatkan sebanyak 120 orang, populasi dalam studi ini adalah mahasiswa angkatan 2014/2015 (STAIN) Salatiga. Sampel ditetapkan dengan Teknik Cluster Random Sampling, yaitu teknik pengambilan
sampeldimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan pada individu. Analisis
data dilakukan dengan bantuan program piranti lunak dengan teknik analisis korelasi Pearson Product Moment.
Hasil hitung koefisien korelasi antara variabel X (Kedisiplinan Menaati Tata Tertib) dan variabel Y (Kematangan Kepribadian) adalah 0,493. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,493 > 0,256 pada taraf signifikansi 1%, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya, hipotesis
yang diajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “Ada Hubungan Positif antara
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v
MOTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan ... 8
1. Pengertian Kedisiplinan ... 8
3. Fungsi Kedisiplinan ... 10
4. Macam-macam Kedisiplinan ... 12
5. Aspek-aspek Kedisiplinan ... 12
6. Unsur-Unsur Kedisiplinan... ... 13
7. Faktor-faktor Kedisiplinan ... 16
8. Pembentukan Kedisiplinan... 16
B. Pengertian Menaati Tata Tertib ... 18
1. Pengertian Menaati... 18
2. Pengertian Tata Tertib ... 18
3. Etika Dan Tata Tertib Mahasiswa ... 19
4. Tujuan Dan Fungsi Tata Tertib Mahasiswa ... 20
5. Unsur-unsur Tata Tertib ... 21
6. Pengertian Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ... 21
C. Kematangan Kepribadian ... 22
1. Pengertian Kepribadian ... 22
2. Faktor-faktor Yang Membentuk Kepribadian ... 25
3. Aspek-aspek Kepribadian ... 28
4. Perkembangan Kepribadian ... 28
5. Kematangan Kepribadian ... 33
a. Pengertian Kematangan Kepribadian ... 33
1) Gordon W. Allport ... 33
2) Dalam Pandangan Islam ... 34
1) Menurut Allport ... 36
2) Dalam Islam ... 39
D. Hubungan Antara Kedisiplinan Menaati Tata Tertib Dengan Kematangan Kepribadian Pada Mahasiswa ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 45
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 45
C. Variabel Penelitian ... 46
D. Operasionalisasi Variabel... 46
E. Populasi Sampel Dan Teknik Pengambilan Data ... 48
F. Teknik Pengambilan Data ... 49
G. Instrumen Penelitian... 50
H. Uji Validitas Daya Beda Dan Reliabilitas ... 52
I. Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58
1. Sejarah atau Pendirian STAIN Salatiga ... 58
2. Bergabung Dengan IAIN Walisongo ... 59
3. Alih Status Menjadi STAIN ... 65
4. Visi Dan Misi ... 67
5. Asas Fungsi Dan Tujuan ... 68
6. Lokasi Atau Sekilas Pandang Kota Salatiga ... 70
8. Organisasi ... 71
B. Gambar Subjek ... 72
C. Uji-uji Asumsi ... 73
1. Uji Normalitas ... 73
2. Uji Homogenitas ... 75
D. Data Deskriptif ... 76
1. Analisis Data Tingkat Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ... 77
2. Analisi Data Tingkat Kematangan Kepribadian ... 80
E. Penguji Hipotesis ... 84
F. Pembahasan ... 86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88
B. Saran-saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 3.1 Instrumen Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib...51
Tabel 3.2 Instrumen Angket Kematangan Kepribadian ...52
Tabel 4.1 Daftar Jawaban Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...76
Tabel 4.2 Skor Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...76
Tabel 4.3 Interval Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...78
Tabel 4.4 Persentase Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...80
Tabel 4.5 Daftar Jawaban Angket Kematangan Kepribadian ...81
Tabel 4.6 Skor Angket Kematangan Kepribadian ...81
Tabel 4.7 Interval Tingkat Kematangan Kepribadian ...82
Tabel 4.8 Persentase Kematangan Kepribadian ...83
Tabel 4.9 Nilai Product Moment ...86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 2 Surat Nota Pembimbing
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi
Lampiran 6 Instrumen Angket
Lampiran 7 Data Jawaban Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib
Lampiran 8 Data Penskoran Jawaban Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib
Lampiran 9 Data Jawaban Angket Kematangan Kepribadian
Lampiran 10 Data Penskoran Angket Kematangan Kepribadian
Lampiran 11 Output SPSS Versi 16 Untuk Uji Validitas
Lampiran 12 Output SPSS Versi 16 Untuk Uji Daya Beda
Lampiran 13 Output SPSS Versi 16 Untuk Uji Reliabilitas
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah sasaran pendidikan yang bermaksud untuk
menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Manusia juga
merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang
ke arah kematangan. Masing-masing memiliki karakteristik pribadi yang
unik. Dalam arti terdapat perbedaan individual diantara mereka, seperti
menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sikap, kebiasaan dan kemampuan
penyesuaian diri.
Pendidikan itu sendiri adalah usaha manusia untuk
mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang
sampai titik optimal untuk menciptakan tujuan yang dicita-citakan (Arifin,
1988: 12).
Usaha untuk memperoleh pemahaman mengenai perilaku manusia
bukan hanya dimaksudkan untuk melampiaskan hasrat ingin tahu saja
tetapi juga diharapkan bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup
manusia. Pengetahuan mengenai perilaku individu-individu beserta
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut hendaknya dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan terapan atau praktik seperti psikoterapi dan
program-program bimbingan, latihan dan belajar yang efektif, juga melalui
itu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki secara optimal
(Koeswara, 1991 : 4-5).
Manusia memiliki potensi yang sama ketika dilahirkan, salah
satunya adalah kepribadian namun dengan tingkat kemampuan yang
berbeda. Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang
untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila dia
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan.
Kepribadian menurut Allport dalam Yusuf LN & Nurihsan, (2008: 4)
yaitu “personality is the dynamic organization within the individual of
those psychophysical system that determine his unique adjustment to his
environment” (Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psikofisis dalam individu yang menentukan keunikan penyesuaian
diri terhadap lingkungannya).
Di samping kepribadian, hal yang tidak kalah penting yaitu tentang
kematangan, karena kematangan adalah kemampuan seseorang untuk
berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu. Sedangkan kematangan
menurut Depdikbud KBBI (1990 : 566) adalah perkembangan seseorang
yang terlihat dari adanya kemampuan untuk membawakan diri secara
wajar dari kelompok atau lingkungan sosial yang berbeda.
Berdasarkan paparan di atas maka kematangan kepribadian adalah
seseorang yang memiliki sistem psikofisik yang baik, dinamis dalam
mengembangkan wawasan mengenai dirinya sendiri, orang lain maupun
orang lain dan ke dalam aktivitas dan mempertahankan hubungan positif
serta menyadari adanya ketidak sesuaian.
Dalam dunia pendidikan manusia senantiasa hidup berkembang
sesuai dengan pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam
hidupnya. Semakin banyak pengalaman yang didapat melalui belajar,
semakin berkembang pengalaman yang dimiliki. Perkembangan
pengalamannya menunjukkan bahwa seseorang itu lebih matang dalam
kepribadiannya. Kematangan kepribadian tidak mungkin terbentuk begitu
saja, seperti halnya kepribadian, semua butuh proses. Kematangan
kepribadian terbentuk melalui temperamen atau sifat dan lingkungan yang
terus-menerus dan saling mempengaruhi. Itulah sebabnya banyak orang
menganggap orang yang matang ialah yang sudah mengalami banyak
makan asam garam hidup, banyak melalui pengalaman pahit manisnya
hidup, dari situ seseorang belajar menjadi pribadi yang matang.
Selain berbekal toeri yang matang, mahasiswa juga diberikan
praktik langsung lewat pendidikan lapangan yang bertujuan agar
mahasiswa calon guru benar-benar memiliki kemampuan memberdayakan
potensi yang ada pada dirinya. Namun demikian, hal yang tidak kalah
pentingnya adalah kesiapan mental dan moral yang tercermin dari
kepribadian mahasiswa, karena sifat kepribadian berpengaruh secara
langsung terhadap kinerjannya. Apalagi kita nanti sebagai calon seorang
guru yang akan terjun langsung di lapangan untuk menata peserta didiknya
kita juga harus mempunyai jiwa disiplin. Karena disiplin dalam proses
pendidikan sangat diperlukan dan bukan hanya untuk menjaga kondisi
suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk
menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap mahasiswa. Sebagaimana
dikemukakan definisi dari Koestoer (1983: 68) yang menyatakan bahwa “
Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan atau norma yang
berlaku dalam sekolah tersebut seperti disiplin waktu, disiplin berpakaian,
mengerjakan tugas dan lain sebagainya “.
Dengan adanya sikap disiplin yang tertanam mempunyai tujuan
agar dapat menjaga hal-hal yang menghambat atau mengganggu
kelancaran dalam kinerja kita, juga dapat terlatih dan mempunyai
kebiasaan yang baik serta bisa mengontrol setiap tindakannya sehingga
akan membentuk pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda.
Maka kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Setiap tindakan yang dilakukan akan berdampak pada perkembangan pada
diri kita sehingga kita akan menyadari bahwa hakikat segala apa yang
diperbuat akan kembali pada diri sendiri. Seorang yang disiplin mampu
menanamkan dan menumbuhkan rasa percaya diri terhadap kemampuan
yang dimiliki, sebab percaya diri disetiap perbuatan baik atau buruk yang
Di sini kita sebagai seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAIN) Salatiga harus lebih baik lagi untuk meningkatkansikap
kedisiplinan terhadap tata tertib untuk mengembangkan kematangan
kepribadian yang kita miliki. Sebagai seorang mahasiswa kita juga harus
aktif dan mengetahui peraturan-peraturan yang telah ditetapkan agar ke
depannya mampu menjalankan tugas dan tanggungjawab terlebih sebagai
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Dari uraian di atas maka penulis terdorong untuk meneliti seberapa
jauh hubungan antara kedisiplinan mentaati tata tertib dengan kematangan
kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015 program studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan melakukan penelitian di Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI TATA
TERTIB DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN PADA
MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015 PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat kedisiplinan mahasiswa angkatan 2014/2015
program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menaati tata
tertib di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga?
2014/2015 program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga?
3. Adakah hubungan antara kedisiplinan menaati tata tertib dengan
kematangan kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015
program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan mahasiswa angkatan 2014/2015
program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menaati tata tertib
di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Untuk mengetahui tingkat kematangan kepribadian mahasiswa
angkatan 2014/2015 program studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan menaati tata tertib
dengan kematangan kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015
program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat sekaligus, yakni manfaat
teoretis dan praktis, sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
menaati tata tertib khususnya pada lembaga pendidikan keagamaan.
2. Manfaat Praktis
Adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap
lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan keagamaan untuk
pembentukan sikap kedisiplinan dan kematangan kepribadian agar
dapat meningkatkan mutu pendidikan di lembaga masing-masing.
Sistematika penulisan dalam skripsi ini sedikit berbeda dengan
sistematika yang biasa berlaku di STAIN Salatiga. Kelengkapan
sistematika penulisan skripsi yang mengacu pada buku pedoman skripsi
STAIN Salatiga, penulis sajikan dalam bab-bab selanjutnya dan bisa
dilihat lebih jelas dalam lampiran proposal penelitian. Adapun
uraiannya yaitu:
a. Hipotesis penelitian termuat dalam bab II
b. Definisi operasional dan metode penelitian termuat dalam bab III
c. Sistematika laporan penelitian termuat dalam proposal penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Disiplin adalah: 1) latihan
batin dan watak yang maksimal supaya segala perbuatan selalu
mentaati tata tertib, 2) ketaatan pada aturan dan tata tertib
(Poerwadarminto,1996: 254). Disiplin berasal dari kata yang sama
dengan “disciple”yakni seorang yang belajar dari atau secara suka
relamengikuti seorang pemimpin (Hurlock, 1978:82).
Kedisiplinan menurut beberapa ahli antara lain:
a. Menurut Arikunto (1980: 114), di dalam pembicaraan
kedisiplinan dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir
sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu
adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan
istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib
karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin
mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin
atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam
mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada
b. Menurut Prijodarminto (1994: 25) kedisiplinan adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
c. Kedisiplinan adalah sikap seseorang yang menunjukkan
ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang
telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri
(Maftukhah, 2013: 39).
d. Kedisiplinan pada hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku
individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa taat,
kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan
tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan
(Ekosiswoyo dan Rachman, 2007: 97).
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kedisiplinan
merupakan suatu sikap atau watak yang dilakukan secara suka rela
terhadap aturan dan tata tertib yang terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai
moral. Dengan demikian seorang yang disiplin akan lebih mampu
menunjukkan ketaatan, keteraturan, mengarahkan dan
2. Tujuan Kedisiplinan
Tujuan kedisiplinan menurut beberapa ahli, sebagai berikut:
a. Bernand (1964: 31) menyatakan bahwa tujuan disiplin diri adalah
mengupayakan pengembangan minat siswa dan mengembangkan
siswa menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat,
tetangga, dan warga negara yang baik.
b. Rimm (2003: 47) menyatakan bahwa tujuan disiplin adalah
mengarahkan individu agar mereka belajar mengenai hal-hal baik
yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat
bergantung kepada disiplin diri.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada seluruh mahasiswa,
dosen staf dan karyawan serta menciptakan lingkungan yang kondusif.
3. Fungsi Kedisiplinan
Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004: 38-44) adalah:
a. Menata kehidupan bersama
Kedisiplinan berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa
dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan
mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan
merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi
b. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di
masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi
pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan
disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan
yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam
dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang
baik.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin
terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian
yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
d. Pemaksaan
Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan
tekanan dari luar, misalnya ketika seorang mahasiswa yang
kurang disiplin masuk ke salah satu perguruan tinggi yang
berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada
di perguruan tinggi tersebut.
e. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses
dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi
pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan
pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
4. Macam-macam Kedisiplinan
Menurut Sutisna (1987:98) menyimpulkan bahwa ada dua
pengertian tentang disiplin, yaitu:
a. Disiplin positif atau konstruktif
Yaitu proses atau hasil pengembangan karakter, pengendalian diri,
keadaan teratur, dan efisiensi.
b. Disiplin negatif atau otoriter
Disiplin penggunaan ancaman dan hukuman untuk membuat
orang-orang merasa takut dan mematuhi perintah dan mengikuti
perintah hukum.
5. Aspek-aspek Kedisiplinan
Menurut Bahri (2009: 27) ada tiga aspek disiplin yaitu sebagai berikut:
a. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan
tertib sebagai hasil atau pengembangan dan latihan pengendalian
pikiran dan pengendalian watak.
b. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan tingkah laku,
pemahaman tersebut menumbuhkan atau kesadaran untuk
tingkah laku.
c. Sikap dan tingkah laku yang secara wajar menunjukkan
kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat difahami bahwa
aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk membentuk sikap disiplin
adalah pemahaman tentang perilaku, menumbuhkan sikap mental yang
taat, norma yang mengatur, keteguhan hati serta kesadaran untuk
mematuhi norma yang berlaku.
6. Unsur-unsur Kedisiplinan
Menurut Hurlock (1978: 84-92) menyebutkan 4 (empat) unsur
disiplin yang memberikan pengaruh yang cukup besar untuk
meningkatkan kedisiplinan individu, yaitu sebagai berikut.
a. Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk mengatur
perilaku. Pola tersebut bertujuan untuk membekali individu dengan
pedoman perilaku yang disetujui bersama dalam kelompok, rumah,
sekolah dalam situasi tertentu. Peraturan mempunyai 2 fungsi
yaitu:
1) Peraturan mempunyai nilai pendidikan
Adanya peraturan dapat membantu mendidik, artinya adanya
peraturan yang dibuat secara tidak langsung mengajarkan
kepada seseorang mengenai nilai moral dan juga mengajarkan
salah.
2) Membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan, artinya
adanya peraturan atau larangan dapat membatasi perilaku
seseorang yang tidak diharapkan dan tidak disetujui oleh
lingkungan.
b. Hukuman
Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire dan berarti
menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
Hukuman mempunyai 3 fungsi yaitu:
1) Fungsi pertama adalah mengahalangi, hukuman menghalangi
pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.
2) Fungsi kedua adalah fungsi mendidik, yakni menyadarkan
seseorang bahwa setiap perbuatan itu mempunyai konsekuensi.
3) Fungsi ketiga adalah hukuman, yakni memberi motivasi untuk
menghindari kesalahan.
c. Penghargaan
Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan untuk suatu
hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi
dapat berupa kata-kata pujian atau senyuman. Penghargaan
mempunyai 3 fungsi yaitu:
1) Fungsi pertama penghargaan mempunyai nilai mendidik, agar
dengan diberikannya penghargaan seseorang memahami
2) Fungsi kedua penghargaan ialah sebagai motivasi untuk
mengulangi dan meningkatkan perilaku yang baik dan
disetujui oleh lingkungan sosial.
3) Fungsi ketiga penghargaan ialah memperkuat perilaku, artinya
dengan adanya penghargaan seseorang merasa perilaku yang
dilakukan tidak hanyataat aturan tetapi juga memberikan
keuntungan bagi dirinya.
d. Konsistensi
Konsisten berarti keseragaman atau tingkat kestabilan,
konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada
konsisten dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman
perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan
dipaksakan dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang
tidak menyesuaikan dan dalam penghargaan bagi mereka yang
menyesuaikan. Konsisten mempunyai 3 fungsi yaitu :
1) Fungsi pertama ialah mempunyai nilai mendidik yang besar.
Artinya seseorang harus mampu menjalankan perilaku disiplin
dalam kesehariannya.
2) Fungsi kedua ialah mempunyai nilai motivasi, seseorang yang
selalu menerima konsistensi hukuman atas perilaku yang salah
dan penghargaan atas perilaku yang benar maka akan
termotivasi untuk selalu menjalankan perilaku yang benar.
3) Fungsi ketiga ialah mempertinggi penghargaan terhadap
7. Faktor-faktor Kedisiplinan
Menurut Hasan Basri (2004:74) faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam
diri individu, sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari
luar individu, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, kampus dan
lingkungan lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat
kedisiplinan.
8. Pembentukan Kedisiplinan
Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap
seseorang pada sistem nilai budaya yang telah ada pada masyarakat,
ada unsur yang membentuk disiplin yaitu sikap yang telah ada pada
diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat.
Disiplin dapat dibina melalui latihan-latihan pendidikan, penanaman
kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu.
Menurut Hurlock (1978: 94) disiplin dapat terbentuk dengan cara:
a. Mendisiplinkan secara otoriter yaitu dengan cara menetapkan
peraturan dan pengaturan yang keras dan memaksa dengan
disertai adanya hukuman terutama hukuman badan apabila
tidak dapat memenuhi standar disiplin yang telah ditentukan.
Dalam disiplin otoriter sedikit atau sama sekali tidak adanya
seseorang berhasil memenuhi standar.
b. Mendisiplinkan secara permisif bisa diartikan sedikit disiplin
atau tidak berdisiplin. Dalam cara ini anak sering tidak diberi
batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh
dilakukan, mereka bebas mengambil keputusan dan berlaku
sesuai dengan kehendaknya sendiri.
c. Mendisiplinkan secara demokratis yaitu dengan menggunakan
penjelasan,diskusi dan penalaran untuk membantu anak
mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Cara ini lebih
menekankan pada aspek edukatif daripada aspek hukumannya.
Hukuman dalam cara ini tidak diberikan dalam bentuk
hukuman badan tetapi lebih pada menghilangkan reward jika
anak tidak bisa memenuhi standar.
Berdasarkan uraian di atas maka kedisiplinan memiliki
delapan hal yang harus dipahami, mulai dari pengertian disiplin,
tujuan, fungsi, macam-macam disiplin, aspek, unsur, faktor dan
pembentukan disiplin. Kedisiplinan sendiri dapat mengarahkan
perubahan pola sikap dan cara hidup serta kesadaran diri yang
harus di lakuakan dengan tingkat yang tinggi. Agar menjadi
dikebiasaan dan akhirnya menjadi kebutuhan untuk mencapai
kebutuhan hidup. Pemahaman terhadap kedisiplinan tidak terbatas
hanya memahami bagaimana penerapan kedisiplinan dalam
kedisiplinan diharapkan juga mampu memberikan kesadaran bagi
mahasiswa untuk dapat menerapkan kedisiplinan dan menaati
peraturan yang berlaku dengan baik. Indikator-indikator yang harus
dipahami oleh mahasiswa, seperti pemahaman terhadap hakikat
kedisiplinan, fungsi disiplin, unsur disiplin dan faktor kedisiplinan.
B. Pengertian Menaati Tata Tertib
1. Pengertian Menaati
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia menaati berasal dari kata
“taat“ yang berarti senantiasa menurut, tidak berlaku curang dan setia.
Adapun pengertian “menaati” yaitu mematuhi, menurut (perintah
maupun aturan) (Poerwadarminta, 1982:987).
Jadi menaati artinya suatu kesadaran untuk melaksanakan semua
perintah dan aturan yang berlaku dengan penuh disiplin dan
tanggungjawab.
2. Pengertian Tata Tertib
Menurut poerwadarminta (1982: 1025) Tata adalah aturan;
peraturan dan disusun; cara susun. Tertib adalah aturan; peraturan yang
baik. Jadi tata tertib adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati atau
dilaksanakan.
Menurut Arikunto (1990:122) menyebutkan bahwa tata tertib
adalah sesuatu yang mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada
setiap individu.
merupakan serangkaian peraturan yang bertujuan untuk mengatur
perilaku individu di tempat atau waktu tertentu yang disusun dalam
suatu lembaga secara tersusun dan teratur yang harus ditaati oleh setiap
orang yang berada dalam lembaga tersebut dengan tujuan menciptakan
suasana yang aman, tertib dan teratur.
3. Etika dan Tata Tertib Mahasiswa
Etika Mahasiswa merupakan rambu-rambu yang bersifat umum
dipakai sebagai acuan bersama dalam menjaga keharmonisan tata
pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga (Buku Pedoman STAIN
Salatiga, 2011: 105). Etika mahasiswa secara umum terdiri 4 hal:
a. Etika Akademik
Merupakan acuan bersama untuk menumbuhkan kultur akademik
yang menjunjung tinggi semangat cinta ilmu, menghormati orang
yang berilmu, rajin belajar, mematuhi etika ilmiah serta
menghindari ketidak jujuran ilmiah seperti plagiasi, duplikasi dan
penyontekan.
b. Etika Religius
Merupakan acuan normatif yang harus menjadi semangat
mahasiswa menuntut ilmu di STAIN Salatiga, seperti kedalaman
aqidah, kerajinan beribadah, bersemangat memperdalam wawasan
ke Islaman, serta menjunjung tinggi akhlakul karimah.
c. Etika Pergaulan
harmonis mahasiswa dengan sesama mahasiswa maupun dengan
sivitas akademika yang lain. Dalam konteks ini juga dibangun
semangat kebersamaan, saling menghormati, menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai silaturahmi dan persaudaraan.
d. Tata tertib mahasiswa
Mengacu pada SK Dirjen Departemen Agama Nomor: Dj.
I/225/2007.
1) Menjunjung tinggi dan mengamalkan ajaran Islam dan Akhlak
mulia.
2) Memelihara sarana dan prasarana serta menjaga kebersihan,
ketertiban dan keamanan kampus.
3) Menjaga kewibawaan dan nama baik almamater.
4) Menghormati sesama mahasiswa dan bersikap sopan terhadap
pimpinan, dosen dan karyawan.
5) Memelihara hubungan sosial yang baik dalam kehidupan
bermasyarakat di dalam dan di luar kampus.
6) Berpakaian sopan, rapi, bersih dan menutup aurat pada saat
kuliah, ujian dan ketika berurusan dengan dosen, karyawan
maupun Pimpinan. Khususnya mahasiswi wajib berbusana
muslimah sesuai dengan syariat Islam.
4. Tujuan dan Fungsi Tata Tertib Mahasiswa
Mengacu pada tujuan dan tata tertib mahasiswa STAIN Salatiga (Buku
a. Untuk menjamin tegaknya tata tertib mahasiswa dan terciptanya
kampus yang kondusif bagi terlaksananya pendidikan di Perguruan
Tinggi Agama Islam.
b. Menjadi pedoman tentang hak, kewajiban, larangan, pelanggaran
dan sanksi yang berlaku bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Agama
Islam.
5. Unsur-Unsur Tata Tertib
Tata tertib berisi seperangkat peraturan yang meliputi hal-hal yang
wajib dilaksanakan dan yang perlu dihindari atau dilarang oleh
seseorang, serta ketentuan sanksi yang diberikan bagi orang yang
melanggar. Pada hakikatnya tata tertib kampus baik yang berlaku
secara umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:
123-124) yaitu:
a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang
b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku dan
pelanggar peraturan
c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek
yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.
6. Pengertian Kedisiplinan Menaati Tata Tertib
Dengan disiplin seluruh mahasiswa bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.
secara sadar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama
atau memelihara tata tertib di kampus. Dengan menaati tata tertib,
mahasiswa harus mampu menghormati dan menaati aturan-aturan
umum lainnya, belajar mengembangkan kebiasaan tidak mengengkang
dan mengendalikan diri.
Pemahaman terhadap kedisiplinan merupakan suatu kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk memperoleh makna dari adanya sikap
kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan yang berlaku. Pemahaman
terhadap kedisiplinan tidak hanya diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui, mengerti dan memahami makna atau
definisi kedisiplinan saja tetapi juga berbagai komponen di dalamnya.
Mengacu pada pengertian disiplin dan tata tertib maka dapat
dipahami bahwa kedisiplinan dalam menaati tata tertib adalah suatu
sikap patuh terhadap serangkaian peraturan yang disusun secara teratur
dalam sebuah lembaga dan dilakukan secara sadar serta bertanggung
jawab yang berguna untuk mencapai keberhasilan diri dan lembaga.
C. Kematangan Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Terdapat banyak istilah kepribadian di antaranya definisi Allport
kepribadian adalah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis
dalam diri suatu individu yang unik terhadap lingkungan. Istilah
dinamis menunjukkan adanya perubahan dalam kepribadian,
seseorang. “Susunan” mengandung arti bahwa kepribadian tidak
dibangun dari berbagai ciri yang satu ditambahkan pada yang lain
begitu saja, melainkan ciri-ciri ini saling berkaitan. “Sistem psikofisik”
adalah kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan
dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik secara
umum ( Hurlock, 1989: 237).
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari
unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan
perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian
orang itu, asal dilakukan secara sadar dan perbuatan yang baik sering
dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik.
Sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang
tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka orang itu tidak
mempunyai kepribadian yang baik (Djamarah, 2004: 40).
Kepribadian adalah ciri khas individu yang membedakan dirinya
dengan yang lain, meliputi aspek jasmani dan rohani (psikofisik), terus
tumbuh dan berkembang seiring dengan berbagai hal yang terjadi
dalam kehidupannya menyangkut diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan Tuhan (Ni’mah, 2014: 35).
Menurut Witherington (dalam Jalaluddin, 2000:151)
a) Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan
individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena
pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya.
b) Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku
seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek
saja dari keseluruhan itu.
c) Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada
pada pikiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai
perangsang sosial seseorang.
d) Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti
bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan
kesatuan dari tingkah laku seseorang.
e) Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap orang
mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri
kepada lingkungan sosial.
Dari uraian diatas dapat diperoleh pengertian kepribadian sebagai
berikut:
a) Bahwa kepribadian adalah organisasi yang dinamis, artinya suatu
organisasi yang terdiri dari sejumlah aspek/unsur yang terus
tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia.
b) Aspek-aspek tersebut adalah mengenai psikofisik (jasmani dan
rohani) antara lain sifat-sifat, kebiasaan, sikap, tingkah laku,
c) Semua aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap,
tingkah laku, bentuk tubuh, dan sebagainya merupakan suatu
sistem (totalitas) dalam menentukan cara yang khas dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan (Ahmadi dan
Sholeh, 2005: 157-158).
Dari beberapa paparan di atas maka kepribadian adalah suatu
kondisi yang khas seorang individu yang membedakan dengan orang
lain, seperti kondisi jasmani, rohani serta meiliki pengetahuan
perkembangan psikofisiknya tentang apa yang mereka kerjakan apakah
baik atau buruk dan lebih mengerti tentang diri sendiri, orang lain dan
lingkingan sekitarnya.
2. Faktor-Faktor Yang Membentuk Kepribadian
Faktor-faktor yang membentuk kepribadian dibahas di dalam
tiga aliran, yaitu empirisme, nativisme dan konvergensi. Setiap aliran
memiliki pendapat yang berbeda tentang hakikat manusia.
a) Aliran Empirisme
Aliran empirisme disebut juga aliran environmetalisme yaitu
suatu aliran yang menitik beratkan pandangannya pada peranan
lingkungn sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku (J.P.
Chaplin dalam Hartati dkk, 2005:171-172). Setiap manusia lahir
dalam keadaan bersih/netral dari pengaruh atau bawaan apapun,
seperti kertas putih (tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja yang
Menurut Mahmud (dalam Hartati dkk, 2005:172) lingkungan
yang mempengaruhi kepribadian terdiri atas lima aspek yaitu
geografis, historis, sosiologis, kultural, dan psikologis.
masing-masing lingkungan memiliki porsi yang berbeda-beda dalam
pengaruhnya pada kepribadian. Bisa jadi seseorang ditentukan oleh
faktor lingkungan tertentu dan mengabaikan/memperkecil faktor
lingkungan yang lain. Jika faktor lingkungan tadi bisa berfungsi
dengan baik, maka kepribadiannya akan menjadi lebih baik dan
lebih dewasa.
b) Aliran Nativisme
Menurut J.P. Chaplin (dalam Hartati dkk, 2005:174) aliran
nativisme adalah aliran yang menitik beratkan pandangannya pada
peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakatan sebagai penentu
tingkah laku seseorang. Persepsi tentang ruang dan waktu
tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir.
Kapasitas intelektual itu diwarisi sejak lahir.
Menurut aliran ini, hereditas menjadi penentu kepribadian,
setiap individu baru yang lahir amat dipengaruhi oleh keadaan
orang tuanya, karena baik fisik maupun psikis pada diri anak
terdapat kesamaan dengan orang tuanya. Manshur Ali Rajab
menyebutkan bahwa ada 5 hal yang dapat diwariskan orang tua
kepada anaknya yaitu pewarisan yang bersifat jasmaniah (seperti
intelektual (kecerdasan atau kebodohan), pewarisan yang berbentuk
tingkah laku (seperti terpuji atau tercela), pewarisan yang
berbentuk alamiah (bersifat internal), pewarisan yang berbentuk
sosiologis (bersifat eksternal).
c) Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi adalah aliran yang menggabungkan kedua
aliran diatas yaitu aliran empirisme dan nativisme. Konvergensi
adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan
dalam proses pemunculan tingkah laku. Menurut aliran ini
hereditas tidak akan berkembang dengan wajar apabila tidak diberi
rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya rangsangan
lingkungan tidak akan membina kepribadian yang ideal tanpa
didasari oleh faktor hereditas (Hartati dkk, 2004:178). Jadi
kepribadian seseorang itu akan dikatakan baik apabila kedua faktor
tersebut saling berkesinambungan.
Dilihat dari ketiga aliran tadi maka kepribadian dibentuk oleh
banyak faktor yang saling berpengaruh yang kemudian tumbuh
salah satu diantaranya menjadi faktor yang paling dominan atau
memiliki porsi yang paling banyak diantara yang lainnya. Maka
mengusahakan adanya pembentukan kepribadian menjadi baik
menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak yang
bersentuhan dengan kehidupan mahasiswa itu sendiri. Mulai dari
atau faktor hereditas, lingkungan luar baik teman, sekolah dan
masyarakat. Semua memiliki peranan penting dalam tumbuh
kembang setiap individu agar menjadi pribadi yang baik dan
matang.
3. Aspek-aspek Kepribadian
Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 169) ada 3 aspek dalam
kepribadian, yaitu sebagai berikut:
a. Aspek kognitif (pengenalan) yaitu pemikiran, ingatan, hayalan,
daya bayang, inisiatif, kreatifitas, pengamatan dan pengindraan.
Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek afektif yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan
kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak,
kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan dan motivasi lainnya
disebut aspek konatif atau psikomotorik (kecenderungan atau niat
tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua
aspek itu sering disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi
atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
c. Aspek motorik yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku
manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.
4. Perkembangan kepribadian
Perkembangan kepribadian pada setiap individu memiliki banyak
seperti masa kanak-kanak dan masa-masa penting lainnya yang
kemudian berpengaruh pada masa dewasanya. Menurut para tokoh,
perkembangan kepribadian memiliki banyak versi, diantaranya:
a. Menurut Erikson,
Menurut Erikson (Makmun, 2009:118-119) perkembangan
kepribadian seseorang meliputi:
1) Masa bayi (infancy), pada masa ini penjaminan kualitas
kehidupan seperti cinta kasih, sentuhan, makanan, bahkan
penanaman dasar dan rasa kepercayaan (trust) menjadi hal
fundamental untuk taraf perkembangan selanjutnya.
2) Masa kanak-kanak awal (early childhood), pemberian
kesempatan untuk mengembangkan self-control, self esteem,
kemandirian yang masih diwarnai oleh sikap malu-malu dan
ragu-ragu oleh anak.
3) Masa kanak-kanak (childhood), masa untuk memberikan
kesempatan bagi si anak berprakarsa, menumbuhkan inisiatif
menghindarkannya dari perasaan serba salah dan berdosa
(guilty).
4) Masa anak sekolah (school age), penanaman rasa percaya diri
dan kecakapan dalam menyelesaikan sesuatu dengan baik dan
sempurna. Jika tidak maka akan tumbuh perasaan rendah diri
5) Masa remaja (adolescence), masa strum and drang (angin dan
topan) untuk menemukan kesejatian atau identitas diri.
Melindunginya dari kebingungan dan kekacauan (confusion).
6) Masa dewasa muda (young adulthood), telah terbentuknya
identitas diri membawanya untuk turut ambil bagian dalam
membina kehidupan bersama sehingga ia tidak merasa terasing
(isolaton).
7) Masa dewasa (adulthood), kesempatan hidup secara kreatif,
produktif, bersemangat, aktif merasakan kegairahan hidup
(generativity), tidak lantas merasa cukup puas saja dengan
keadaan.
8) Masa hari tua (old age), masa mendapat tempat dan
penghargaan yang layak di tengah masyarakat sebagai bagian
dari masyarakat (integrity) itu sendiri, bukan dianggap sepi dan
kurang berharga dalam masyarakat
b. Menurut Jung
Menurut Jung (Yusuf LN & Nurihsan, 2008:92), berpendapat
bahwa kepribadian itu mempunyai kecenderungan untuk
berkembang ke arah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan
kepribadian ini adalah pembeberan kebulatan asli (realisasi atau
penemuan diri) yang seula tidak punya diferensiasi dan tujuan.
Agar perkembangan kepribadian ini dapat tercapai dengan baik
sendiri, dalam arti sistem atau aspek kepribadian itu telah
mengalami diferensiasi dan perkembangan sepenuhnya (proses
pembentukan atau penemuan diri).
Jung membagi perkembangan kepribadian ini dalam beberapa
tahapan (Yusuf LN & Nurihsan, 2008:92) yaitu:
1) Tahap pertama
Pada tahap ini terjadi penyadaran fungsi pokok dan sikap jiwa
yang berada dalam ketidak sadaran untuk mengurangi
ketegangan batin dan peningkatan penyesuaian diri.
2) Tahap kedua
Membuat sadar imago untuk melihat kelemahan-kelemahan diri
sendiri kemudian diproyeksikan atau dicarikan solusi.
3) Tahap ketiga
Menyadari bahwa dalam hidup ada tegangan atau perlawanan
baik secara rohani maupun jasmani yang mendidik ketabahan
dan kebijaksanaan untuk mengatasinya.
4) Tahap keempat
Gambaran manusia yang mampu mengkoordinasikan seluruh
aspek kepribadian menjadi manusia yang integral atau manusia
“sempurna”.
c. Menurut Allport
Allport menegaskan bahwa “apabila bayi menerima keamanan
akan terjadi sepanjang tingkat munculnya diri” (Schultz, 1991:29).
Berkat kasih sayang orang tua anak akan lebih mudah dalam
membentuk identitas diri dan hampir dipastikan darinya akan
muncul seorang dewasa yang sehat dan matang.
Allport menyadari bahwa setiap individu yang lahir mengalami
perubahan-perubahan yang penting (Suryabrata, 1990:257-258),
yaitu:
1) Kanak-kanak
Pada waktu lahir anak belum memiliki atau terbentuk
kepribadiannya, namun telah dikaruniai potensi-potensi baik
fisik maupun temperament, yang aktualisasinya tergantung
perkembangan dan kematangan. Dalam pertumbuhannya anak
akan menunjukkan diferensiasi melalui perbedaan-perbedaan
kualitas seperti ekspresi yang mengarah pada penunjukkan
sifat-sifat yang khas.
2) Transformasi kanak-kanak
Manusia adalah organisme yang egonya selalu berkembang,
struktur sifat-sifatnya meluas menuju masa depan sehingga
otonomi fungsionalnya sangat berperan dalam mendorong dan
memberi arah tingkah laku.
3) Orang dewasa
Faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat (traits)
berfungsiya sifat-sifat itu disadari dan rasional. Orang dewasa
biasa melakukan sesuatu yang ia mengerti tujuan-tujuannya
yang mengarah ke masa depan.
5. Kematangan kepribadian
a. Pengertian
1) Gordon W. Allport
Gordon W. Allport sebagaimana dikutip pasaribu
(1984:118) mengemukakan bahwa kepribadian adalah susunan
yang dinamis pada individu di dalam sistem psychophysical
yang menentukan keunikan penyesuaian kepada lingkungan.
(Personality is the dynamic organization within the individual
of those psychophysical system that deternime his unique
adjustment to his enveronment ).
(a) Pengertian dynamic organization menekankan bahwa
kepribadian adalah berkembang dan berubah secara tetap,
meskipun pada saat yang sama terdapat susunan atau
sistem yang digabungkan bersama-sama dan berhubungan
dengan bermacam komponen kepribadian.
(b) Psychophysical berarti bahwa kepribadian meliputi mental
dan neural (susunan saraf). Tugas atau fungsi dari kedua
hal (mental dan neural) termasuk ke dalam kesatuan
(c) Determine memperjelas bahwa kepribadian mempunyai
kecenderungan untuk memegang peranan yang aktif di
dalam tingkah laku individu.
Maka kematangan kepribadian adalah seseorang yang
memiliki sistem psikofisik yang baik, dinamis dalam
mengembangkan wawasan mengenai dirinya sendiri, orang
lain maupun lingkungan sekitar serta memiliki wawasan yang
luas, memperluas diri ke orang lain dan ke dalam aktivitas dan
mempertahankan hubungan positif serta menyadari adanya
ketidaksesuaian, baik terhadap suatu sifat ataupun tingkah
laku.
2) Dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, istilah kepribadian (personality) dalam studi
keislaman lebih dikenal dengan term al-syakhshiyah.
Syakhshiyah berasal dari kata syakhshyang berarti “pribadi”.
Kata itu kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata
benda buatan (mashdar shina’iy) syakhshiyah yang berarti
“kepribadian” (Hartati dkk, 2005: 124).
Muhammad Iqbal (1873-1938) berpendapat bahwa setiap
manusia merupakan suatu pribadi atau suatu ego yang berdiri
sendiri, tetapi belumlah dia menjadi pribadi yang utama. Dia
yang dekat kepada Tuhanlah yang utama (Hartati dkk,
membentuk manusia yang mulia (insan kamil), karena itu
setiap pribadi hendaknya berusaha untuk mencapainya.
Menurut Al Ghazali (Sopiatin & Sahrani, 2011:132),
kepribadian terbagi kedalam empat struktur, yaitu: kalbu, ruh,
nafs, dan akal. Ada juga yang menambahkan basyiroh, jasad,
hawa nafs. Secara umum menurut Sopiatin & Sahrani
(2011:132), kepribadian terbagi kedalam tiga struktur, yaitu
pertama, qalb (struktur terdalam pada diri manusia yang
dikendalikan oleh ruh, wahyu, dan ilham). Kedua, jism
(struktur terluar pada manusia yang dikendalikan oleh fisik atau
badan, hawa nafsu dan nafsu syahwat). Ketiga, nafs (unsur
yang menjadi perpaduan qalb dan jism yang dikendalikan oleh
rasio qalbani dan rasio nafsani, qalb, panca indera, dan seluruh
anggota tubuh).
Kepribadian dalam Islam mencakup materi jasmani dan
ruhani dalam proses menuju dewasanya. Setiap insan
diarahkan untuk menjadi manusia yang mulia atau
berkepribadian baik dengan mendayagunakan atau
memfungsikan badan, hati, dan jiwa secara maksimal yaitu
dengan jalan mentaati perintah Allah dan ajaran Rasulullah
Saw. Mengingat dalam Islam manusia dipandang sebagai
abdun, makhluk yang dikenai kewajiban untuk
penghambaan itulah manusia sebenarnya semakin menuju
kesejatian akan hakikat diri dan tujuan hidupnya.
b. Ciri Kematangan Kepribadian
1) Menurut Allport
Menurut Allport kematangan kepribadian mempunyai ciri
(Sundari HS, 2005:25):
(a) Memiliki perluasan wawasan diri (extention of self)) yang
meliputi proyeksi kedepan yang berupa perencanaan serta
cita-cita (harapan) untuk kehidupan yang lebih baik masa
depan serta mengambil bagian dalam setiap aktivitas atau
pekerjaan yang ditekuninya.
(b) Memiliki persepsi yang ojektif (self objectification) yang
meliputi dua komponen yakni insight dan humor. Insight
adalah kecakapan individu untuk memahami dirinya
sendiri. Humor ialah kecakapan untuk memperoleh
kenyamanan diri dalam mempertahankan hubungan
dengan orang lain.
(c) Menyatunya filsafat hidup dalam kehidupan sehari-hari
(unifiying philosophy of life). Individu yang matang
mendasarkan setiap aktivitasnya pada filsafat hidup yang
Mengenai karakteristik kepribadian yang sehat (matang),
Hurlock dalam (Yusuf dan Nurihsan, 2007:12-14)
mengemukakan beberapa kriteria yaitu:
(a) Mampu menilai diri secara realistis, apa adanya, baik
menyangkut kelebihan maupun kelemahan dirinya.
(b) Mampu menilai situasi secara realistik. Mau menerima
kondisi atau situasi kehidupan secara wajar dan tidak
memandang kenyataan yang ada harus sempurna.
(c) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.
Prestasi yang diperoleh tidak membuatnya mengalami
“superiority complex” atau keangkuhan tapi diekspresikan
secara rasional. Dan ketika mendapat kegagalan tidak
lantas frustasi tetapi tetap bersikap optimis.
(d) Menerima tanggung jawab. Memiliki keyakinan bahwa ia
mampu mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.
(e) Kemandirian (autonomy). Memiliki sifat mandiri dalam
berpikir dan bertindak, berani mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri sesuai norma yang
berlaku.
(f) Dapat mengontrrol emosi. Menghadapi segala situasi
dengan positif atau konstruktif bukan negatif atau
(g) Berorientasi tujuan. Merumuskan tujuan secara rasional
(matang) bukan paksaan dari luar. Dan mencapainya
dengan cara mengembangkan wawasan atau pengetahuan
dan ketrampilan.
(h) Berorientasi keluar. Memiliki respek, empati kepada orang
lain dan fleksibel dalam berpikir. Menjadi pribadi yang
ekstrovet bukan introvert.
(i) Penerimaan sosial. Memiliki nilai positif dimata orang
lain, aktif dalam kegiatan social dan bersahabat dengan
siapapun.
(j) Memiliki filsafat hidup. Mengarahkan hidup berdasarkan
keyakinan agama yang dianut.
(k) Berbahagia. Kebahagiaan ini didukung oleh factor-faktor
achievement (pencapaian prestasi), acceptance
(penerimaan dari orang lain), affection (perasaan dicintai
atau disayangi orang lain).
Adapun kepribadian yang tidak sehat (matang) ditandai
dengan beberapa hal berikut:
(a) Mudah marah (tersinggung).
(b) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
(c) Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
(d) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang
(e) Ketidakmampuan untuk menghidar dari perilaku
menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.
(f) Mempunyai kebiasaan berbohong.
(g) Hiperaktif.
(h) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
(i) Senang mengkritik/mencemooh orang lain.
(j) Sulit tidur.
(k) Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
(l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya
bukan bersifat organis).
(m) Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama.
(n) Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.
(o) Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalankan
kehidupan.
2) Dalam Islam
Dalam Islam kepribadan merupakan kumpulan interaksi
antara hati, akal, dan nafsu. Ketiganya berdiri sendiri-sendiri.
Prinsip kerja ketiganya adalah kecenderungan pada fitrah asal
manusia, yaitu kerinduan akan kehadiran Tuhan (hanifiyah)
dan kesucian jiwa. Menurut Hartati dkk (2005: 166-169) Islam