• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI TATA TERTIB DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI TATA TERTIB DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA - Test Repository"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA

KEDISIPLINAN MENAATI TATA TERTIB

DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN

PADA MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. PdI)

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Oleh:

MOKHAMAD AGUS WACHID

NIM: 11110092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI TATA TERTIB DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

DISUSUN OLEH

MOKHAMAD AGUS WACHID

NIM: 111 10 092

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Drs. A. Bahrudin, M.Ag. _________________

Sekretaris Penguji : Muna Erawati, S.Psi., M.Si. _________________

Penguji I : Drs. H. M. Zulfa M, M.Ag. _________________

Penguji II : M. Gufron, M.Ag. _________________

Salatiga, 30 Maret 2015

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, S.pd., M.Pd.

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :administrasi@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mokhamad Agus Wachid

Nim : 111 10 092

Jurusan : Tarbiyah/PAI

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 5 Maret 2015

Yang menyatakan

(5)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :administrasi@stainsalatiga.ac.id

Muna Erawati, S.Psi,. M.Si

DOSEN STAIN SALATIGA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 5 Eksemplar

Hal : NaskahSkripsi

Saudara

Kepada

Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : MOKHAMAD AGUS WACHID

NIM : 11110092

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI

Judul : HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI

TATA TERTIB DENGAN KEMATANGAN

KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA ANGKATAN

2014/2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Salatiga, 5 Maret 2015 Pembimbing

Muna Erawati, S.Psi., M.Si

(6)

MOTTO

ِميِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب



























Artinya:

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan mendidik dengan tulus ikhlas sampai saat ini dan selamanya

Kedua kakakku yang selalu memberi semangat, arahan dan dukungan

Seluruh keluarga besarku dan teman-teman di rumah yang secara tidak langsung selalu mendukung dan memberi semangat

Seluruh teman-teman PAI C angkatan 2010

Sahabatku yang selalu membantu menyelesaikan skripsiku, khususnya Agata Tiara Nita,

Daryanto, Syah, Amel, Yusuf, Endry, Syamsul, Umi dan semuanya karena kalianlah

(8)

KATA PENGANTAR

ِميِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, Allah Swt, yang telah memberikan hidayah, rahmat,

nikmat, dan taufiq-Nya sehingga penelitian berjudul “Hubungan Antara

Kedisiplinan Menaati Tata Tertib Dengan Kematangan Kepribadian Pada

Mahasiswa Angkatan 2014/2015 Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga” ini bisa terselesaikan. Skripsi ini

penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para

pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rasul utusan Allah untuk

membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang

modern ini.

Dalam penelitian ini, tentunya tidak akan terselesaikan tanpa ada dukungan,

bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Rasimin, S. PdI., M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam FTIK

IAIN Salatiga.

4. Ibu Muna Erawati, S.Psi,. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

(9)

6. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam FTIK

IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung.

7. Segenap mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2014/2015 khususnya semester

1 kelas C, D, H, dan I.

8. Segenap sahabat tercinta, senasib, seperjuangan, para mahasiswa PAI

angkatan 2010.

9. Segenap rekan-rekan KKN Posko 20 Dsn. Nglumut Ds. Nglumut Kec.

Srumbung Kab. Magelang.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat

terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah

SWT.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna

(10)

ABSTRAK

Mokhamad. Agus. Wachid. 2014. Hubungan Antara Kedisiplinan Menaati Tata Tertib Dengan Kematangan Kepribadian Pada Mahasiswa Angkatan 2014/2015 Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga

.

Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama

Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M.Si.

Kata kunci: kedisiplinan menaati tata tertib, kematangan kepribadian

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keprihatinan akan kurangnya kedisiplinan menaati tata tertib dengan kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga yang ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakdisiplinan mereka dalam menaati tata tertib. Kedisiplinan menaati tata tertib adalah suatu sikap patuh terhadap serangkaian peraturan yang disusun secara teratur dalam sebuah lembaga dan dilakukan secara sadar serta bertanggung jawab. Kematangan kepribadian adalah seseorang yang memiliki sistem psikofisik yang baik, dinamis dalam mengembangkan wawasan mengenai dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar serta memiliki wawasan yang luas, memperluas diri ke orang lain dan ke dalam aktivitas.

Rumusan masalah yang diajukan dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimanakah tingkat kedisiplinan mahasiswa angkatan 2014/2015 dalam menaati tata tertib di kampus (STAIN) Salatiga (2) Bagaimanakah tingkat kematangan kepribadian mahasiswa angkatan 2014/2015 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga (3) Adakah hubungan antara kedisiplinan menaati tata tertib dengan kematangan kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga?

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Subjek penelitian yang dilibatkan sebanyak 120 orang, populasi dalam studi ini adalah mahasiswa angkatan 2014/2015 (STAIN) Salatiga. Sampel ditetapkan dengan Teknik Cluster Random Sampling, yaitu teknik pengambilan

sampeldimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan pada individu. Analisis

data dilakukan dengan bantuan program piranti lunak dengan teknik analisis korelasi Pearson Product Moment.

Hasil hitung koefisien korelasi antara variabel X (Kedisiplinan Menaati Tata Tertib) dan variabel Y (Kematangan Kepribadian) adalah 0,493. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,493 > 0,256 pada taraf signifikansi 1%, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya, hipotesis

yang diajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “Ada Hubungan Positif antara

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan ... 8

1. Pengertian Kedisiplinan ... 8

(12)

3. Fungsi Kedisiplinan ... 10

4. Macam-macam Kedisiplinan ... 12

5. Aspek-aspek Kedisiplinan ... 12

6. Unsur-Unsur Kedisiplinan... ... 13

7. Faktor-faktor Kedisiplinan ... 16

8. Pembentukan Kedisiplinan... 16

B. Pengertian Menaati Tata Tertib ... 18

1. Pengertian Menaati... 18

2. Pengertian Tata Tertib ... 18

3. Etika Dan Tata Tertib Mahasiswa ... 19

4. Tujuan Dan Fungsi Tata Tertib Mahasiswa ... 20

5. Unsur-unsur Tata Tertib ... 21

6. Pengertian Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ... 21

C. Kematangan Kepribadian ... 22

1. Pengertian Kepribadian ... 22

2. Faktor-faktor Yang Membentuk Kepribadian ... 25

3. Aspek-aspek Kepribadian ... 28

4. Perkembangan Kepribadian ... 28

5. Kematangan Kepribadian ... 33

a. Pengertian Kematangan Kepribadian ... 33

1) Gordon W. Allport ... 33

2) Dalam Pandangan Islam ... 34

(13)

1) Menurut Allport ... 36

2) Dalam Islam ... 39

D. Hubungan Antara Kedisiplinan Menaati Tata Tertib Dengan Kematangan Kepribadian Pada Mahasiswa ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 45

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 45

C. Variabel Penelitian ... 46

D. Operasionalisasi Variabel... 46

E. Populasi Sampel Dan Teknik Pengambilan Data ... 48

F. Teknik Pengambilan Data ... 49

G. Instrumen Penelitian... 50

H. Uji Validitas Daya Beda Dan Reliabilitas ... 52

I. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

1. Sejarah atau Pendirian STAIN Salatiga ... 58

2. Bergabung Dengan IAIN Walisongo ... 59

3. Alih Status Menjadi STAIN ... 65

4. Visi Dan Misi ... 67

5. Asas Fungsi Dan Tujuan ... 68

6. Lokasi Atau Sekilas Pandang Kota Salatiga ... 70

(14)

8. Organisasi ... 71

B. Gambar Subjek ... 72

C. Uji-uji Asumsi ... 73

1. Uji Normalitas ... 73

2. Uji Homogenitas ... 75

D. Data Deskriptif ... 76

1. Analisis Data Tingkat Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ... 77

2. Analisi Data Tingkat Kematangan Kepribadian ... 80

E. Penguji Hipotesis ... 84

F. Pembahasan ... 86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran-saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1 Instrumen Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib...51

Tabel 3.2 Instrumen Angket Kematangan Kepribadian ...52

Tabel 4.1 Daftar Jawaban Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...76

Tabel 4.2 Skor Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...76

Tabel 4.3 Interval Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...78

Tabel 4.4 Persentase Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ...80

Tabel 4.5 Daftar Jawaban Angket Kematangan Kepribadian ...81

Tabel 4.6 Skor Angket Kematangan Kepribadian ...81

Tabel 4.7 Interval Tingkat Kematangan Kepribadian ...82

Tabel 4.8 Persentase Kematangan Kepribadian ...83

Tabel 4.9 Nilai Product Moment ...86

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Surat Nota Pembimbing

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 Lembar Konsultasi

Lampiran 6 Instrumen Angket

Lampiran 7 Data Jawaban Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib

Lampiran 8 Data Penskoran Jawaban Angket Kedisiplinan Menaati Tata Tertib

Lampiran 9 Data Jawaban Angket Kematangan Kepribadian

Lampiran 10 Data Penskoran Angket Kematangan Kepribadian

Lampiran 11 Output SPSS Versi 16 Untuk Uji Validitas

Lampiran 12 Output SPSS Versi 16 Untuk Uji Daya Beda

Lampiran 13 Output SPSS Versi 16 Untuk Uji Reliabilitas

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah sasaran pendidikan yang bermaksud untuk

menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Manusia juga

merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang

ke arah kematangan. Masing-masing memiliki karakteristik pribadi yang

unik. Dalam arti terdapat perbedaan individual diantara mereka, seperti

menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sikap, kebiasaan dan kemampuan

penyesuaian diri.

Pendidikan itu sendiri adalah usaha manusia untuk

mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang

sampai titik optimal untuk menciptakan tujuan yang dicita-citakan (Arifin,

1988: 12).

Usaha untuk memperoleh pemahaman mengenai perilaku manusia

bukan hanya dimaksudkan untuk melampiaskan hasrat ingin tahu saja

tetapi juga diharapkan bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup

manusia. Pengetahuan mengenai perilaku individu-individu beserta

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut hendaknya dapat

dimanfaatkan dalam kegiatan terapan atau praktik seperti psikoterapi dan

program-program bimbingan, latihan dan belajar yang efektif, juga melalui

(18)

itu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki secara optimal

(Koeswara, 1991 : 4-5).

Manusia memiliki potensi yang sama ketika dilahirkan, salah

satunya adalah kepribadian namun dengan tingkat kemampuan yang

berbeda. Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang

untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila dia

berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan.

Kepribadian menurut Allport dalam Yusuf LN & Nurihsan, (2008: 4)

yaitu “personality is the dynamic organization within the individual of

those psychophysical system that determine his unique adjustment to his

environment” (Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari

sistem psikofisis dalam individu yang menentukan keunikan penyesuaian

diri terhadap lingkungannya).

Di samping kepribadian, hal yang tidak kalah penting yaitu tentang

kematangan, karena kematangan adalah kemampuan seseorang untuk

berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu. Sedangkan kematangan

menurut Depdikbud KBBI (1990 : 566) adalah perkembangan seseorang

yang terlihat dari adanya kemampuan untuk membawakan diri secara

wajar dari kelompok atau lingkungan sosial yang berbeda.

Berdasarkan paparan di atas maka kematangan kepribadian adalah

seseorang yang memiliki sistem psikofisik yang baik, dinamis dalam

mengembangkan wawasan mengenai dirinya sendiri, orang lain maupun

(19)

orang lain dan ke dalam aktivitas dan mempertahankan hubungan positif

serta menyadari adanya ketidak sesuaian.

Dalam dunia pendidikan manusia senantiasa hidup berkembang

sesuai dengan pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam

hidupnya. Semakin banyak pengalaman yang didapat melalui belajar,

semakin berkembang pengalaman yang dimiliki. Perkembangan

pengalamannya menunjukkan bahwa seseorang itu lebih matang dalam

kepribadiannya. Kematangan kepribadian tidak mungkin terbentuk begitu

saja, seperti halnya kepribadian, semua butuh proses. Kematangan

kepribadian terbentuk melalui temperamen atau sifat dan lingkungan yang

terus-menerus dan saling mempengaruhi. Itulah sebabnya banyak orang

menganggap orang yang matang ialah yang sudah mengalami banyak

makan asam garam hidup, banyak melalui pengalaman pahit manisnya

hidup, dari situ seseorang belajar menjadi pribadi yang matang.

Selain berbekal toeri yang matang, mahasiswa juga diberikan

praktik langsung lewat pendidikan lapangan yang bertujuan agar

mahasiswa calon guru benar-benar memiliki kemampuan memberdayakan

potensi yang ada pada dirinya. Namun demikian, hal yang tidak kalah

pentingnya adalah kesiapan mental dan moral yang tercermin dari

kepribadian mahasiswa, karena sifat kepribadian berpengaruh secara

langsung terhadap kinerjannya. Apalagi kita nanti sebagai calon seorang

guru yang akan terjun langsung di lapangan untuk menata peserta didiknya

(20)

kita juga harus mempunyai jiwa disiplin. Karena disiplin dalam proses

pendidikan sangat diperlukan dan bukan hanya untuk menjaga kondisi

suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk

menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap mahasiswa. Sebagaimana

dikemukakan definisi dari Koestoer (1983: 68) yang menyatakan bahwa “

Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan atau norma yang

berlaku dalam sekolah tersebut seperti disiplin waktu, disiplin berpakaian,

mengerjakan tugas dan lain sebagainya “.

Dengan adanya sikap disiplin yang tertanam mempunyai tujuan

agar dapat menjaga hal-hal yang menghambat atau mengganggu

kelancaran dalam kinerja kita, juga dapat terlatih dan mempunyai

kebiasaan yang baik serta bisa mengontrol setiap tindakannya sehingga

akan membentuk pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda.

Maka kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dan

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Setiap tindakan yang dilakukan akan berdampak pada perkembangan pada

diri kita sehingga kita akan menyadari bahwa hakikat segala apa yang

diperbuat akan kembali pada diri sendiri. Seorang yang disiplin mampu

menanamkan dan menumbuhkan rasa percaya diri terhadap kemampuan

yang dimiliki, sebab percaya diri disetiap perbuatan baik atau buruk yang

(21)

Di sini kita sebagai seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Agama

Islam (STAIN) Salatiga harus lebih baik lagi untuk meningkatkansikap

kedisiplinan terhadap tata tertib untuk mengembangkan kematangan

kepribadian yang kita miliki. Sebagai seorang mahasiswa kita juga harus

aktif dan mengetahui peraturan-peraturan yang telah ditetapkan agar ke

depannya mampu menjalankan tugas dan tanggungjawab terlebih sebagai

mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Dari uraian di atas maka penulis terdorong untuk meneliti seberapa

jauh hubungan antara kedisiplinan mentaati tata tertib dengan kematangan

kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015 program studi

Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan melakukan penelitian di Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN MENAATI TATA

TERTIB DENGAN KEMATANGAN KEPRIBADIAN PADA

MAHASISWA ANGKATAN 2014/2015 PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA

ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tingkat kedisiplinan mahasiswa angkatan 2014/2015

program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menaati tata

tertib di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga?

(22)

2014/2015 program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga?

3. Adakah hubungan antara kedisiplinan menaati tata tertib dengan

kematangan kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015

program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan mahasiswa angkatan 2014/2015

program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menaati tata tertib

di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

2. Untuk mengetahui tingkat kematangan kepribadian mahasiswa

angkatan 2014/2015 program studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan menaati tata tertib

dengan kematangan kepribadian pada mahasiswa angkatan 2014/2015

program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat sekaligus, yakni manfaat

teoretis dan praktis, sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

(23)

menaati tata tertib khususnya pada lembaga pendidikan keagamaan.

2. Manfaat Praktis

Adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap

lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan keagamaan untuk

pembentukan sikap kedisiplinan dan kematangan kepribadian agar

dapat meningkatkan mutu pendidikan di lembaga masing-masing.

Sistematika penulisan dalam skripsi ini sedikit berbeda dengan

sistematika yang biasa berlaku di STAIN Salatiga. Kelengkapan

sistematika penulisan skripsi yang mengacu pada buku pedoman skripsi

STAIN Salatiga, penulis sajikan dalam bab-bab selanjutnya dan bisa

dilihat lebih jelas dalam lampiran proposal penelitian. Adapun

uraiannya yaitu:

a. Hipotesis penelitian termuat dalam bab II

b. Definisi operasional dan metode penelitian termuat dalam bab III

c. Sistematika laporan penelitian termuat dalam proposal penelitian

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Disiplin adalah: 1) latihan

batin dan watak yang maksimal supaya segala perbuatan selalu

mentaati tata tertib, 2) ketaatan pada aturan dan tata tertib

(Poerwadarminto,1996: 254). Disiplin berasal dari kata yang sama

dengan “disciple”yakni seorang yang belajar dari atau secara suka

relamengikuti seorang pemimpin (Hurlock, 1978:82).

Kedisiplinan menurut beberapa ahli antara lain:

a. Menurut Arikunto (1980: 114), di dalam pembicaraan

kedisiplinan dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir

sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu

adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan

istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada

kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib

karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin

mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin

atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam

mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada

(25)

b. Menurut Prijodarminto (1994: 25) kedisiplinan adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk proses dari serangkaian

perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

c. Kedisiplinan adalah sikap seseorang yang menunjukkan

ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang

telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri

(Maftukhah, 2013: 39).

d. Kedisiplinan pada hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku

individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa taat,

kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan

tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan

(Ekosiswoyo dan Rachman, 2007: 97).

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kedisiplinan

merupakan suatu sikap atau watak yang dilakukan secara suka rela

terhadap aturan dan tata tertib yang terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai

moral. Dengan demikian seorang yang disiplin akan lebih mampu

menunjukkan ketaatan, keteraturan, mengarahkan dan

(26)

2. Tujuan Kedisiplinan

Tujuan kedisiplinan menurut beberapa ahli, sebagai berikut:

a. Bernand (1964: 31) menyatakan bahwa tujuan disiplin diri adalah

mengupayakan pengembangan minat siswa dan mengembangkan

siswa menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat,

tetangga, dan warga negara yang baik.

b. Rimm (2003: 47) menyatakan bahwa tujuan disiplin adalah

mengarahkan individu agar mereka belajar mengenai hal-hal baik

yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat

bergantung kepada disiplin diri.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada seluruh mahasiswa,

dosen staf dan karyawan serta menciptakan lingkungan yang kondusif.

3. Fungsi Kedisiplinan

Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004: 38-44) adalah:

a. Menata kehidupan bersama

Kedisiplinan berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa

dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan

mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan

merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi

(27)

b. Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi

oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di

masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi

pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan

disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan

yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam

dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang

baik.

c. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin

terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian

yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.

d. Pemaksaan

Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan

tekanan dari luar, misalnya ketika seorang mahasiswa yang

kurang disiplin masuk ke salah satu perguruan tinggi yang

berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada

di perguruan tinggi tersebut.

e. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau

(28)

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses

dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi

pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan

pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

4. Macam-macam Kedisiplinan

Menurut Sutisna (1987:98) menyimpulkan bahwa ada dua

pengertian tentang disiplin, yaitu:

a. Disiplin positif atau konstruktif

Yaitu proses atau hasil pengembangan karakter, pengendalian diri,

keadaan teratur, dan efisiensi.

b. Disiplin negatif atau otoriter

Disiplin penggunaan ancaman dan hukuman untuk membuat

orang-orang merasa takut dan mematuhi perintah dan mengikuti

perintah hukum.

5. Aspek-aspek Kedisiplinan

Menurut Bahri (2009: 27) ada tiga aspek disiplin yaitu sebagai berikut:

a. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan

tertib sebagai hasil atau pengembangan dan latihan pengendalian

pikiran dan pengendalian watak.

b. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan tingkah laku,

pemahaman tersebut menumbuhkan atau kesadaran untuk

(29)

tingkah laku.

c. Sikap dan tingkah laku yang secara wajar menunjukkan

kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat difahami bahwa

aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk membentuk sikap disiplin

adalah pemahaman tentang perilaku, menumbuhkan sikap mental yang

taat, norma yang mengatur, keteguhan hati serta kesadaran untuk

mematuhi norma yang berlaku.

6. Unsur-unsur Kedisiplinan

Menurut Hurlock (1978: 84-92) menyebutkan 4 (empat) unsur

disiplin yang memberikan pengaruh yang cukup besar untuk

meningkatkan kedisiplinan individu, yaitu sebagai berikut.

a. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk mengatur

perilaku. Pola tersebut bertujuan untuk membekali individu dengan

pedoman perilaku yang disetujui bersama dalam kelompok, rumah,

sekolah dalam situasi tertentu. Peraturan mempunyai 2 fungsi

yaitu:

1) Peraturan mempunyai nilai pendidikan

Adanya peraturan dapat membantu mendidik, artinya adanya

peraturan yang dibuat secara tidak langsung mengajarkan

kepada seseorang mengenai nilai moral dan juga mengajarkan

(30)

salah.

2) Membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan, artinya

adanya peraturan atau larangan dapat membatasi perilaku

seseorang yang tidak diharapkan dan tidak disetujui oleh

lingkungan.

b. Hukuman

Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire dan berarti

menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,

perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.

Hukuman mempunyai 3 fungsi yaitu:

1) Fungsi pertama adalah mengahalangi, hukuman menghalangi

pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

2) Fungsi kedua adalah fungsi mendidik, yakni menyadarkan

seseorang bahwa setiap perbuatan itu mempunyai konsekuensi.

3) Fungsi ketiga adalah hukuman, yakni memberi motivasi untuk

menghindari kesalahan.

c. Penghargaan

Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan untuk suatu

hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi

dapat berupa kata-kata pujian atau senyuman. Penghargaan

mempunyai 3 fungsi yaitu:

1) Fungsi pertama penghargaan mempunyai nilai mendidik, agar

dengan diberikannya penghargaan seseorang memahami

(31)

2) Fungsi kedua penghargaan ialah sebagai motivasi untuk

mengulangi dan meningkatkan perilaku yang baik dan

disetujui oleh lingkungan sosial.

3) Fungsi ketiga penghargaan ialah memperkuat perilaku, artinya

dengan adanya penghargaan seseorang merasa perilaku yang

dilakukan tidak hanyataat aturan tetapi juga memberikan

keuntungan bagi dirinya.

d. Konsistensi

Konsisten berarti keseragaman atau tingkat kestabilan,

konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada

konsisten dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman

perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan

dipaksakan dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang

tidak menyesuaikan dan dalam penghargaan bagi mereka yang

menyesuaikan. Konsisten mempunyai 3 fungsi yaitu :

1) Fungsi pertama ialah mempunyai nilai mendidik yang besar.

Artinya seseorang harus mampu menjalankan perilaku disiplin

dalam kesehariannya.

2) Fungsi kedua ialah mempunyai nilai motivasi, seseorang yang

selalu menerima konsistensi hukuman atas perilaku yang salah

dan penghargaan atas perilaku yang benar maka akan

termotivasi untuk selalu menjalankan perilaku yang benar.

3) Fungsi ketiga ialah mempertinggi penghargaan terhadap

(32)

7. Faktor-faktor Kedisiplinan

Menurut Hasan Basri (2004:74) faktor yang mempengaruhi

kedisiplinan dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam

diri individu, sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari

luar individu, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, kampus dan

lingkungan lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat

kedisiplinan.

8. Pembentukan Kedisiplinan

Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap

seseorang pada sistem nilai budaya yang telah ada pada masyarakat,

ada unsur yang membentuk disiplin yaitu sikap yang telah ada pada

diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat.

Disiplin dapat dibina melalui latihan-latihan pendidikan, penanaman

kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu.

Menurut Hurlock (1978: 94) disiplin dapat terbentuk dengan cara:

a. Mendisiplinkan secara otoriter yaitu dengan cara menetapkan

peraturan dan pengaturan yang keras dan memaksa dengan

disertai adanya hukuman terutama hukuman badan apabila

tidak dapat memenuhi standar disiplin yang telah ditentukan.

Dalam disiplin otoriter sedikit atau sama sekali tidak adanya

(33)

seseorang berhasil memenuhi standar.

b. Mendisiplinkan secara permisif bisa diartikan sedikit disiplin

atau tidak berdisiplin. Dalam cara ini anak sering tidak diberi

batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh

dilakukan, mereka bebas mengambil keputusan dan berlaku

sesuai dengan kehendaknya sendiri.

c. Mendisiplinkan secara demokratis yaitu dengan menggunakan

penjelasan,diskusi dan penalaran untuk membantu anak

mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Cara ini lebih

menekankan pada aspek edukatif daripada aspek hukumannya.

Hukuman dalam cara ini tidak diberikan dalam bentuk

hukuman badan tetapi lebih pada menghilangkan reward jika

anak tidak bisa memenuhi standar.

Berdasarkan uraian di atas maka kedisiplinan memiliki

delapan hal yang harus dipahami, mulai dari pengertian disiplin,

tujuan, fungsi, macam-macam disiplin, aspek, unsur, faktor dan

pembentukan disiplin. Kedisiplinan sendiri dapat mengarahkan

perubahan pola sikap dan cara hidup serta kesadaran diri yang

harus di lakuakan dengan tingkat yang tinggi. Agar menjadi

dikebiasaan dan akhirnya menjadi kebutuhan untuk mencapai

kebutuhan hidup. Pemahaman terhadap kedisiplinan tidak terbatas

hanya memahami bagaimana penerapan kedisiplinan dalam

(34)

kedisiplinan diharapkan juga mampu memberikan kesadaran bagi

mahasiswa untuk dapat menerapkan kedisiplinan dan menaati

peraturan yang berlaku dengan baik. Indikator-indikator yang harus

dipahami oleh mahasiswa, seperti pemahaman terhadap hakikat

kedisiplinan, fungsi disiplin, unsur disiplin dan faktor kedisiplinan.

B. Pengertian Menaati Tata Tertib

1. Pengertian Menaati

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia menaati berasal dari kata

taat“ yang berarti senantiasa menurut, tidak berlaku curang dan setia.

Adapun pengertian “menaati” yaitu mematuhi, menurut (perintah

maupun aturan) (Poerwadarminta, 1982:987).

Jadi menaati artinya suatu kesadaran untuk melaksanakan semua

perintah dan aturan yang berlaku dengan penuh disiplin dan

tanggungjawab.

2. Pengertian Tata Tertib

Menurut poerwadarminta (1982: 1025) Tata adalah aturan;

peraturan dan disusun; cara susun. Tertib adalah aturan; peraturan yang

baik. Jadi tata tertib adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati atau

dilaksanakan.

Menurut Arikunto (1990:122) menyebutkan bahwa tata tertib

adalah sesuatu yang mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada

setiap individu.

(35)

merupakan serangkaian peraturan yang bertujuan untuk mengatur

perilaku individu di tempat atau waktu tertentu yang disusun dalam

suatu lembaga secara tersusun dan teratur yang harus ditaati oleh setiap

orang yang berada dalam lembaga tersebut dengan tujuan menciptakan

suasana yang aman, tertib dan teratur.

3. Etika dan Tata Tertib Mahasiswa

Etika Mahasiswa merupakan rambu-rambu yang bersifat umum

dipakai sebagai acuan bersama dalam menjaga keharmonisan tata

pergaulan mahasiswa STAIN Salatiga (Buku Pedoman STAIN

Salatiga, 2011: 105). Etika mahasiswa secara umum terdiri 4 hal:

a. Etika Akademik

Merupakan acuan bersama untuk menumbuhkan kultur akademik

yang menjunjung tinggi semangat cinta ilmu, menghormati orang

yang berilmu, rajin belajar, mematuhi etika ilmiah serta

menghindari ketidak jujuran ilmiah seperti plagiasi, duplikasi dan

penyontekan.

b. Etika Religius

Merupakan acuan normatif yang harus menjadi semangat

mahasiswa menuntut ilmu di STAIN Salatiga, seperti kedalaman

aqidah, kerajinan beribadah, bersemangat memperdalam wawasan

ke Islaman, serta menjunjung tinggi akhlakul karimah.

c. Etika Pergaulan

(36)

harmonis mahasiswa dengan sesama mahasiswa maupun dengan

sivitas akademika yang lain. Dalam konteks ini juga dibangun

semangat kebersamaan, saling menghormati, menghargai dan

menjunjung tinggi nilai-nilai silaturahmi dan persaudaraan.

d. Tata tertib mahasiswa

Mengacu pada SK Dirjen Departemen Agama Nomor: Dj.

I/225/2007.

1) Menjunjung tinggi dan mengamalkan ajaran Islam dan Akhlak

mulia.

2) Memelihara sarana dan prasarana serta menjaga kebersihan,

ketertiban dan keamanan kampus.

3) Menjaga kewibawaan dan nama baik almamater.

4) Menghormati sesama mahasiswa dan bersikap sopan terhadap

pimpinan, dosen dan karyawan.

5) Memelihara hubungan sosial yang baik dalam kehidupan

bermasyarakat di dalam dan di luar kampus.

6) Berpakaian sopan, rapi, bersih dan menutup aurat pada saat

kuliah, ujian dan ketika berurusan dengan dosen, karyawan

maupun Pimpinan. Khususnya mahasiswi wajib berbusana

muslimah sesuai dengan syariat Islam.

4. Tujuan dan Fungsi Tata Tertib Mahasiswa

Mengacu pada tujuan dan tata tertib mahasiswa STAIN Salatiga (Buku

(37)

a. Untuk menjamin tegaknya tata tertib mahasiswa dan terciptanya

kampus yang kondusif bagi terlaksananya pendidikan di Perguruan

Tinggi Agama Islam.

b. Menjadi pedoman tentang hak, kewajiban, larangan, pelanggaran

dan sanksi yang berlaku bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Agama

Islam.

5. Unsur-Unsur Tata Tertib

Tata tertib berisi seperangkat peraturan yang meliputi hal-hal yang

wajib dilaksanakan dan yang perlu dihindari atau dilarang oleh

seseorang, serta ketentuan sanksi yang diberikan bagi orang yang

melanggar. Pada hakikatnya tata tertib kampus baik yang berlaku

secara umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:

123-124) yaitu:

a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang

b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku dan

pelanggar peraturan

c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek

yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.

6. Pengertian Kedisiplinan Menaati Tata Tertib

Dengan disiplin seluruh mahasiswa bersedia untuk tunduk dan

mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.

(38)

secara sadar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama

atau memelihara tata tertib di kampus. Dengan menaati tata tertib,

mahasiswa harus mampu menghormati dan menaati aturan-aturan

umum lainnya, belajar mengembangkan kebiasaan tidak mengengkang

dan mengendalikan diri.

Pemahaman terhadap kedisiplinan merupakan suatu kemampuan

yang dimiliki seseorang untuk memperoleh makna dari adanya sikap

kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan yang berlaku. Pemahaman

terhadap kedisiplinan tidak hanya diartikan sebagai kemampuan

seseorang untuk mengetahui, mengerti dan memahami makna atau

definisi kedisiplinan saja tetapi juga berbagai komponen di dalamnya.

Mengacu pada pengertian disiplin dan tata tertib maka dapat

dipahami bahwa kedisiplinan dalam menaati tata tertib adalah suatu

sikap patuh terhadap serangkaian peraturan yang disusun secara teratur

dalam sebuah lembaga dan dilakukan secara sadar serta bertanggung

jawab yang berguna untuk mencapai keberhasilan diri dan lembaga.

C. Kematangan Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Terdapat banyak istilah kepribadian di antaranya definisi Allport

kepribadian adalah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis

dalam diri suatu individu yang unik terhadap lingkungan. Istilah

dinamis menunjukkan adanya perubahan dalam kepribadian,

(39)

seseorang. “Susunan” mengandung arti bahwa kepribadian tidak

dibangun dari berbagai ciri yang satu ditambahkan pada yang lain

begitu saja, melainkan ciri-ciri ini saling berkaitan. “Sistem psikofisik”

adalah kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan

dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik secara

umum ( Hurlock, 1989: 237).

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari

unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan

perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian

orang itu, asal dilakukan secara sadar dan perbuatan yang baik sering

dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik.

Sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang

tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka orang itu tidak

mempunyai kepribadian yang baik (Djamarah, 2004: 40).

Kepribadian adalah ciri khas individu yang membedakan dirinya

dengan yang lain, meliputi aspek jasmani dan rohani (psikofisik), terus

tumbuh dan berkembang seiring dengan berbagai hal yang terjadi

dalam kehidupannya menyangkut diri sendiri, orang lain, lingkungan

dan Tuhan (Ni’mah, 2014: 35).

Menurut Witherington (dalam Jalaluddin, 2000:151)

(40)

a) Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan

individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena

pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya.

b) Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku

seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek

saja dari keseluruhan itu.

c) Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada

pada pikiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai

perangsang sosial seseorang.

d) Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti

bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan

kesatuan dari tingkah laku seseorang.

e) Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap orang

mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri

kepada lingkungan sosial.

Dari uraian diatas dapat diperoleh pengertian kepribadian sebagai

berikut:

a) Bahwa kepribadian adalah organisasi yang dinamis, artinya suatu

organisasi yang terdiri dari sejumlah aspek/unsur yang terus

tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia.

b) Aspek-aspek tersebut adalah mengenai psikofisik (jasmani dan

rohani) antara lain sifat-sifat, kebiasaan, sikap, tingkah laku,

(41)

c) Semua aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap,

tingkah laku, bentuk tubuh, dan sebagainya merupakan suatu

sistem (totalitas) dalam menentukan cara yang khas dalam

mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan (Ahmadi dan

Sholeh, 2005: 157-158).

Dari beberapa paparan di atas maka kepribadian adalah suatu

kondisi yang khas seorang individu yang membedakan dengan orang

lain, seperti kondisi jasmani, rohani serta meiliki pengetahuan

perkembangan psikofisiknya tentang apa yang mereka kerjakan apakah

baik atau buruk dan lebih mengerti tentang diri sendiri, orang lain dan

lingkingan sekitarnya.

2. Faktor-Faktor Yang Membentuk Kepribadian

Faktor-faktor yang membentuk kepribadian dibahas di dalam

tiga aliran, yaitu empirisme, nativisme dan konvergensi. Setiap aliran

memiliki pendapat yang berbeda tentang hakikat manusia.

a) Aliran Empirisme

Aliran empirisme disebut juga aliran environmetalisme yaitu

suatu aliran yang menitik beratkan pandangannya pada peranan

lingkungn sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku (J.P.

Chaplin dalam Hartati dkk, 2005:171-172). Setiap manusia lahir

dalam keadaan bersih/netral dari pengaruh atau bawaan apapun,

seperti kertas putih (tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja yang

(42)

Menurut Mahmud (dalam Hartati dkk, 2005:172) lingkungan

yang mempengaruhi kepribadian terdiri atas lima aspek yaitu

geografis, historis, sosiologis, kultural, dan psikologis.

masing-masing lingkungan memiliki porsi yang berbeda-beda dalam

pengaruhnya pada kepribadian. Bisa jadi seseorang ditentukan oleh

faktor lingkungan tertentu dan mengabaikan/memperkecil faktor

lingkungan yang lain. Jika faktor lingkungan tadi bisa berfungsi

dengan baik, maka kepribadiannya akan menjadi lebih baik dan

lebih dewasa.

b) Aliran Nativisme

Menurut J.P. Chaplin (dalam Hartati dkk, 2005:174) aliran

nativisme adalah aliran yang menitik beratkan pandangannya pada

peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakatan sebagai penentu

tingkah laku seseorang. Persepsi tentang ruang dan waktu

tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir.

Kapasitas intelektual itu diwarisi sejak lahir.

Menurut aliran ini, hereditas menjadi penentu kepribadian,

setiap individu baru yang lahir amat dipengaruhi oleh keadaan

orang tuanya, karena baik fisik maupun psikis pada diri anak

terdapat kesamaan dengan orang tuanya. Manshur Ali Rajab

menyebutkan bahwa ada 5 hal yang dapat diwariskan orang tua

kepada anaknya yaitu pewarisan yang bersifat jasmaniah (seperti

(43)

intelektual (kecerdasan atau kebodohan), pewarisan yang berbentuk

tingkah laku (seperti terpuji atau tercela), pewarisan yang

berbentuk alamiah (bersifat internal), pewarisan yang berbentuk

sosiologis (bersifat eksternal).

c) Aliran Konvergensi

Aliran konvergensi adalah aliran yang menggabungkan kedua

aliran diatas yaitu aliran empirisme dan nativisme. Konvergensi

adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan

dalam proses pemunculan tingkah laku. Menurut aliran ini

hereditas tidak akan berkembang dengan wajar apabila tidak diberi

rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya rangsangan

lingkungan tidak akan membina kepribadian yang ideal tanpa

didasari oleh faktor hereditas (Hartati dkk, 2004:178). Jadi

kepribadian seseorang itu akan dikatakan baik apabila kedua faktor

tersebut saling berkesinambungan.

Dilihat dari ketiga aliran tadi maka kepribadian dibentuk oleh

banyak faktor yang saling berpengaruh yang kemudian tumbuh

salah satu diantaranya menjadi faktor yang paling dominan atau

memiliki porsi yang paling banyak diantara yang lainnya. Maka

mengusahakan adanya pembentukan kepribadian menjadi baik

menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak yang

bersentuhan dengan kehidupan mahasiswa itu sendiri. Mulai dari

(44)

atau faktor hereditas, lingkungan luar baik teman, sekolah dan

masyarakat. Semua memiliki peranan penting dalam tumbuh

kembang setiap individu agar menjadi pribadi yang baik dan

matang.

3. Aspek-aspek Kepribadian

Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 169) ada 3 aspek dalam

kepribadian, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek kognitif (pengenalan) yaitu pemikiran, ingatan, hayalan,

daya bayang, inisiatif, kreatifitas, pengamatan dan pengindraan.

Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan

mengendalikan tingkah laku.

b. Aspek afektif yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan

kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak,

kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan dan motivasi lainnya

disebut aspek konatif atau psikomotorik (kecenderungan atau niat

tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua

aspek itu sering disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi

atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.

c. Aspek motorik yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku

manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.

4. Perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian pada setiap individu memiliki banyak

(45)

seperti masa kanak-kanak dan masa-masa penting lainnya yang

kemudian berpengaruh pada masa dewasanya. Menurut para tokoh,

perkembangan kepribadian memiliki banyak versi, diantaranya:

a. Menurut Erikson,

Menurut Erikson (Makmun, 2009:118-119) perkembangan

kepribadian seseorang meliputi:

1) Masa bayi (infancy), pada masa ini penjaminan kualitas

kehidupan seperti cinta kasih, sentuhan, makanan, bahkan

penanaman dasar dan rasa kepercayaan (trust) menjadi hal

fundamental untuk taraf perkembangan selanjutnya.

2) Masa kanak-kanak awal (early childhood), pemberian

kesempatan untuk mengembangkan self-control, self esteem,

kemandirian yang masih diwarnai oleh sikap malu-malu dan

ragu-ragu oleh anak.

3) Masa kanak-kanak (childhood), masa untuk memberikan

kesempatan bagi si anak berprakarsa, menumbuhkan inisiatif

menghindarkannya dari perasaan serba salah dan berdosa

(guilty).

4) Masa anak sekolah (school age), penanaman rasa percaya diri

dan kecakapan dalam menyelesaikan sesuatu dengan baik dan

sempurna. Jika tidak maka akan tumbuh perasaan rendah diri

(46)

5) Masa remaja (adolescence), masa strum and drang (angin dan

topan) untuk menemukan kesejatian atau identitas diri.

Melindunginya dari kebingungan dan kekacauan (confusion).

6) Masa dewasa muda (young adulthood), telah terbentuknya

identitas diri membawanya untuk turut ambil bagian dalam

membina kehidupan bersama sehingga ia tidak merasa terasing

(isolaton).

7) Masa dewasa (adulthood), kesempatan hidup secara kreatif,

produktif, bersemangat, aktif merasakan kegairahan hidup

(generativity), tidak lantas merasa cukup puas saja dengan

keadaan.

8) Masa hari tua (old age), masa mendapat tempat dan

penghargaan yang layak di tengah masyarakat sebagai bagian

dari masyarakat (integrity) itu sendiri, bukan dianggap sepi dan

kurang berharga dalam masyarakat

b. Menurut Jung

Menurut Jung (Yusuf LN & Nurihsan, 2008:92), berpendapat

bahwa kepribadian itu mempunyai kecenderungan untuk

berkembang ke arah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan

kepribadian ini adalah pembeberan kebulatan asli (realisasi atau

penemuan diri) yang seula tidak punya diferensiasi dan tujuan.

Agar perkembangan kepribadian ini dapat tercapai dengan baik

(47)

sendiri, dalam arti sistem atau aspek kepribadian itu telah

mengalami diferensiasi dan perkembangan sepenuhnya (proses

pembentukan atau penemuan diri).

Jung membagi perkembangan kepribadian ini dalam beberapa

tahapan (Yusuf LN & Nurihsan, 2008:92) yaitu:

1) Tahap pertama

Pada tahap ini terjadi penyadaran fungsi pokok dan sikap jiwa

yang berada dalam ketidak sadaran untuk mengurangi

ketegangan batin dan peningkatan penyesuaian diri.

2) Tahap kedua

Membuat sadar imago untuk melihat kelemahan-kelemahan diri

sendiri kemudian diproyeksikan atau dicarikan solusi.

3) Tahap ketiga

Menyadari bahwa dalam hidup ada tegangan atau perlawanan

baik secara rohani maupun jasmani yang mendidik ketabahan

dan kebijaksanaan untuk mengatasinya.

4) Tahap keempat

Gambaran manusia yang mampu mengkoordinasikan seluruh

aspek kepribadian menjadi manusia yang integral atau manusia

“sempurna”.

c. Menurut Allport

Allport menegaskan bahwa “apabila bayi menerima keamanan

(48)

akan terjadi sepanjang tingkat munculnya diri” (Schultz, 1991:29).

Berkat kasih sayang orang tua anak akan lebih mudah dalam

membentuk identitas diri dan hampir dipastikan darinya akan

muncul seorang dewasa yang sehat dan matang.

Allport menyadari bahwa setiap individu yang lahir mengalami

perubahan-perubahan yang penting (Suryabrata, 1990:257-258),

yaitu:

1) Kanak-kanak

Pada waktu lahir anak belum memiliki atau terbentuk

kepribadiannya, namun telah dikaruniai potensi-potensi baik

fisik maupun temperament, yang aktualisasinya tergantung

perkembangan dan kematangan. Dalam pertumbuhannya anak

akan menunjukkan diferensiasi melalui perbedaan-perbedaan

kualitas seperti ekspresi yang mengarah pada penunjukkan

sifat-sifat yang khas.

2) Transformasi kanak-kanak

Manusia adalah organisme yang egonya selalu berkembang,

struktur sifat-sifatnya meluas menuju masa depan sehingga

otonomi fungsionalnya sangat berperan dalam mendorong dan

memberi arah tingkah laku.

3) Orang dewasa

Faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat (traits)

(49)

berfungsiya sifat-sifat itu disadari dan rasional. Orang dewasa

biasa melakukan sesuatu yang ia mengerti tujuan-tujuannya

yang mengarah ke masa depan.

5. Kematangan kepribadian

a. Pengertian

1) Gordon W. Allport

Gordon W. Allport sebagaimana dikutip pasaribu

(1984:118) mengemukakan bahwa kepribadian adalah susunan

yang dinamis pada individu di dalam sistem psychophysical

yang menentukan keunikan penyesuaian kepada lingkungan.

(Personality is the dynamic organization within the individual

of those psychophysical system that deternime his unique

adjustment to his enveronment ).

(a) Pengertian dynamic organization menekankan bahwa

kepribadian adalah berkembang dan berubah secara tetap,

meskipun pada saat yang sama terdapat susunan atau

sistem yang digabungkan bersama-sama dan berhubungan

dengan bermacam komponen kepribadian.

(b) Psychophysical berarti bahwa kepribadian meliputi mental

dan neural (susunan saraf). Tugas atau fungsi dari kedua

hal (mental dan neural) termasuk ke dalam kesatuan

(50)

(c) Determine memperjelas bahwa kepribadian mempunyai

kecenderungan untuk memegang peranan yang aktif di

dalam tingkah laku individu.

Maka kematangan kepribadian adalah seseorang yang

memiliki sistem psikofisik yang baik, dinamis dalam

mengembangkan wawasan mengenai dirinya sendiri, orang

lain maupun lingkungan sekitar serta memiliki wawasan yang

luas, memperluas diri ke orang lain dan ke dalam aktivitas dan

mempertahankan hubungan positif serta menyadari adanya

ketidaksesuaian, baik terhadap suatu sifat ataupun tingkah

laku.

2) Dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, istilah kepribadian (personality) dalam studi

keislaman lebih dikenal dengan term al-syakhshiyah.

Syakhshiyah berasal dari kata syakhshyang berarti “pribadi”.

Kata itu kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata

benda buatan (mashdar shina’iy) syakhshiyah yang berarti

“kepribadian” (Hartati dkk, 2005: 124).

Muhammad Iqbal (1873-1938) berpendapat bahwa setiap

manusia merupakan suatu pribadi atau suatu ego yang berdiri

sendiri, tetapi belumlah dia menjadi pribadi yang utama. Dia

yang dekat kepada Tuhanlah yang utama (Hartati dkk,

(51)

membentuk manusia yang mulia (insan kamil), karena itu

setiap pribadi hendaknya berusaha untuk mencapainya.

Menurut Al Ghazali (Sopiatin & Sahrani, 2011:132),

kepribadian terbagi kedalam empat struktur, yaitu: kalbu, ruh,

nafs, dan akal. Ada juga yang menambahkan basyiroh, jasad,

hawa nafs. Secara umum menurut Sopiatin & Sahrani

(2011:132), kepribadian terbagi kedalam tiga struktur, yaitu

pertama, qalb (struktur terdalam pada diri manusia yang

dikendalikan oleh ruh, wahyu, dan ilham). Kedua, jism

(struktur terluar pada manusia yang dikendalikan oleh fisik atau

badan, hawa nafsu dan nafsu syahwat). Ketiga, nafs (unsur

yang menjadi perpaduan qalb dan jism yang dikendalikan oleh

rasio qalbani dan rasio nafsani, qalb, panca indera, dan seluruh

anggota tubuh).

Kepribadian dalam Islam mencakup materi jasmani dan

ruhani dalam proses menuju dewasanya. Setiap insan

diarahkan untuk menjadi manusia yang mulia atau

berkepribadian baik dengan mendayagunakan atau

memfungsikan badan, hati, dan jiwa secara maksimal yaitu

dengan jalan mentaati perintah Allah dan ajaran Rasulullah

Saw. Mengingat dalam Islam manusia dipandang sebagai

abdun, makhluk yang dikenai kewajiban untuk

(52)

penghambaan itulah manusia sebenarnya semakin menuju

kesejatian akan hakikat diri dan tujuan hidupnya.

b. Ciri Kematangan Kepribadian

1) Menurut Allport

Menurut Allport kematangan kepribadian mempunyai ciri

(Sundari HS, 2005:25):

(a) Memiliki perluasan wawasan diri (extention of self)) yang

meliputi proyeksi kedepan yang berupa perencanaan serta

cita-cita (harapan) untuk kehidupan yang lebih baik masa

depan serta mengambil bagian dalam setiap aktivitas atau

pekerjaan yang ditekuninya.

(b) Memiliki persepsi yang ojektif (self objectification) yang

meliputi dua komponen yakni insight dan humor. Insight

adalah kecakapan individu untuk memahami dirinya

sendiri. Humor ialah kecakapan untuk memperoleh

kenyamanan diri dalam mempertahankan hubungan

dengan orang lain.

(c) Menyatunya filsafat hidup dalam kehidupan sehari-hari

(unifiying philosophy of life). Individu yang matang

mendasarkan setiap aktivitasnya pada filsafat hidup yang

(53)

Mengenai karakteristik kepribadian yang sehat (matang),

Hurlock dalam (Yusuf dan Nurihsan, 2007:12-14)

mengemukakan beberapa kriteria yaitu:

(a) Mampu menilai diri secara realistis, apa adanya, baik

menyangkut kelebihan maupun kelemahan dirinya.

(b) Mampu menilai situasi secara realistik. Mau menerima

kondisi atau situasi kehidupan secara wajar dan tidak

memandang kenyataan yang ada harus sempurna.

(c) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.

Prestasi yang diperoleh tidak membuatnya mengalami

superiority complex” atau keangkuhan tapi diekspresikan

secara rasional. Dan ketika mendapat kegagalan tidak

lantas frustasi tetapi tetap bersikap optimis.

(d) Menerima tanggung jawab. Memiliki keyakinan bahwa ia

mampu mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.

(e) Kemandirian (autonomy). Memiliki sifat mandiri dalam

berpikir dan bertindak, berani mengambil keputusan,

mengarahkan dan mengembangkan diri sesuai norma yang

berlaku.

(f) Dapat mengontrrol emosi. Menghadapi segala situasi

dengan positif atau konstruktif bukan negatif atau

(54)

(g) Berorientasi tujuan. Merumuskan tujuan secara rasional

(matang) bukan paksaan dari luar. Dan mencapainya

dengan cara mengembangkan wawasan atau pengetahuan

dan ketrampilan.

(h) Berorientasi keluar. Memiliki respek, empati kepada orang

lain dan fleksibel dalam berpikir. Menjadi pribadi yang

ekstrovet bukan introvert.

(i) Penerimaan sosial. Memiliki nilai positif dimata orang

lain, aktif dalam kegiatan social dan bersahabat dengan

siapapun.

(j) Memiliki filsafat hidup. Mengarahkan hidup berdasarkan

keyakinan agama yang dianut.

(k) Berbahagia. Kebahagiaan ini didukung oleh factor-faktor

achievement (pencapaian prestasi), acceptance

(penerimaan dari orang lain), affection (perasaan dicintai

atau disayangi orang lain).

Adapun kepribadian yang tidak sehat (matang) ditandai

dengan beberapa hal berikut:

(a) Mudah marah (tersinggung).

(b) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.

(c) Sering merasa tertekan (stress atau depresi).

(d) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang

(55)

(e) Ketidakmampuan untuk menghidar dari perilaku

menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.

(f) Mempunyai kebiasaan berbohong.

(g) Hiperaktif.

(h) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.

(i) Senang mengkritik/mencemooh orang lain.

(j) Sulit tidur.

(k) Kurang memiliki rasa tanggung jawab.

(l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya

bukan bersifat organis).

(m) Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama.

(n) Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.

(o) Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalankan

kehidupan.

2) Dalam Islam

Dalam Islam kepribadan merupakan kumpulan interaksi

antara hati, akal, dan nafsu. Ketiganya berdiri sendiri-sendiri.

Prinsip kerja ketiganya adalah kecenderungan pada fitrah asal

manusia, yaitu kerinduan akan kehadiran Tuhan (hanifiyah)

dan kesucian jiwa. Menurut Hartati dkk (2005: 166-169) Islam

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Instrumen Angket Kematangan Kepribadian
Gambar 4.1 Peta Lokasi STAIN Salatiga
Table 4.3 Interval Kedisiplinan Menaati Tata Tertib
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

gmljp2:RootFeatureC ollection/annotation/ ntf:GraphicSegment/ graphicMetadata/Gra phicSubheader. The graphic data is stored

pengaruh inflasi terhadap ekspor non migas Indonesia, pengaruh nilai tukar rupiah.. terhadap ekspor non migas Indonesia, serta pengaruh inflasi dan nilai

Penilaian lingkungan keluarga dilakukan oleh siswa dengan menunjukkan baik atau tidaknya kondisi lingkungan keluarga tersebut dan diukur menggunakan instrument berupa kuesioner

Dwi Puja Kesuma, yang ditulis oleh Editiawarman; kedua , Kebijakan Kriminal Terhadap Cyber Sex (Menggunakan Internet Untuk Tujuan Seksual) Dalam Pembaharuan Hukum

Melalui uji moderated regression analysis (MRA) dihasilkan customer satisfaction mampu memoderasi trust, commitment, communication dan conflict handling terhadap

lembaga keuangan, memiliki peranan yang sangat penting dalam

Apabila terjadi penempatan karyawan yang kurang tepat, maka akan dapat menimbulkan turunnya semangat kerja sehingga berdampak negatif bagi perusahaan dalam mencapai hasil