HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENGAJAR PESANTREN
KILAT DENGAN SIKAP SOSIAL MAHASISWA AKTIVIS
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh:
SINTA WIDYANINGRUM
NIM 111-11-216
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
Tidak ada kata menyerah dan putus asa
Yang ada hanyalah kata semangat dan terus berusaha
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segenap ketulusan, skripsi ini penulis persembahkan :
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan
skripsi ini
2. Kepada orangtua saya Bapak Tukirin dan Ibu Sri Wahyuni yang selalu
banting tulang untuk pendidikanku, terimakasih telah memberikan yang
terbaik untuk masa depanku dan kepada kedua adikku tersayang Diah Ayu
Puspitaningsih serta Arjuna Tri Pamungkas yang telah memberikan motivasi
setiap hari tanpa mengenal lelah
3. Kepada Bapak Mufiq, S.Ag. M.,Phil. Selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan mengarahkan saya, terimakasih telah membantu saya
dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Kepada seluruh dosenku yang telah memberikan bimbingan dan berbagai
macam ilmu pengetahuan telah saya dapatkan disini, semoga ilmu ini
bermanfaat bagiku dan masyarakat
5. Kepada teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2011: Hidayah, Miftachul,
Silvana, Wulan, Yuanita, Mar‟atus, Fina, Cahyo, Saeful dan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang senantiasa memberikan semangat dan saling
membantu demi keberhasilan kita bersama.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini yang peneliti susun dalam bentuk skripsi. Sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun umatnya dari zaman
kegelapan sampai zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi tugas guna melengkapi syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan Antara Motivasi Mengajar Pesantren Kilat Dengan Sikap Sosial Mahasiswa Aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga Tahun 2015”.
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan berbagai dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan
hati perkenenkan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga
3. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Progdi PAI.
4. Mufiq, S.Ag., M.Phil selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta membantu kelancaran
penyusunan skripsi ini
5. Segenap dosen dan civitas Akademik IAIN Salatiga yang telah membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
ABSTRAK
Widyaningrum, Sinta. 2015. 11111216. Hubungan Antara Motivasi Mengajar Pesantren Kilat Dengan Sikap Sosial Mahasiswa Aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag.,M.,Phil
Kata Kunci : Motivasi Mengajar Pesantren Kilat, Sikap Sosial Mahasiswa Motivasi mengajar pesantren kilat merupakan suatu kebutuhan dari seorang mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri pada kemampuan yang telah mereka miliki. Timbulnya pelaksanaan mengajar pesantren kilat karena seorang mahasiswa merasa mempunyai potensi untuk mengajar serta mempunyai sikap sosial yang tinggi oleh karena itu seorang mahasiswa tergugah untuk mengajar pesantren kilat di beberapa SMP dan SMA/Sederajat. Namun sebagian mahasiswa jarang sekali untuk berpartisipasi ikut mengajar dalam pesantren kilat yang merupakan kegiatan dari LDK Fathir Ar Rasyid, Dewasa ini sikap sosial semakin ditinggalkan. Para mahasiswa cenderung lebih memilih kepentingan pribadinya seperi mahasiswa semester atas lebih memilih menyibukkan diri dengan penyelesaian skripsinya dan mahasiswa semester di bawahnya lebih memilih pada kegiatan-kegiatan pribadinya.
Penulisan skripsi ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana variasi motivasi mengajar pesantren kilat mahasiswa aktivis LDK IAIN Salatiga tahun 2015?, (2) Bagaimana variasi Sikap Sosial mahasiswa aktivis LDK IAIN Salatiga tahun 2015?, (3) Adakah Hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis LDK IAIN tahun 2015?. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket, dokumentasi, dan observasi.
Hasil penelitian ini adalah (1) Tingkat Motivasi Mengajar Pesantren Kilat Mahasiswa Aktivis LDK IAIN Salatiga Tahun 2015 tingkat tinggi dengan prosentase 57,5%, (2) Sikap Sosial Mahasiswa Aktivis LDK IAIN Salatiga Tahun 2015 dalam keadaan baik dengan prosentase 67,5% (3) ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y pada mahasiswa Aktivis LDK IAIN Salatiga Tahun
xi DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
G. Metodologi Penelitian ... 11
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 12
2. Rancangan Penelitian ... 13
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
4. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling ... 14
5. Metode Pengumpulan Data ... 15
6. Instrumen Penelitian ... 16
7. Analisis Data ... 19
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 20
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Mengajar Pesantren Kilat 1. Pengertian Motivasi ... 22
2. Ciri-ciri motivasi ... 23
3. Macam-Macam motivasi... 24
4. Fungsi motivasi ... 29
5. Motivasi mengajar pesantren kilat ... 29
6. Prinsip interaksi antara pendidik dengan peserta pesantren kilat ... 30
6. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial ... 48
xiii BAB III HASIL PENELITIAN
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fathir
Ar Rasyid IAIN Salatiga ... 54
2. Visi dan Misi LDK Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga ... 57
3. Fungsi LDK Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga ... 57
4. Program Kerja LDK Fathir Ar RasyidIAIN Salatiga ... 59
5. Struktur Organisasi LDK Fathir Ar RasyidIAIN Salatiga ... 62
B. Penyajian Data 1. Daftar Responden ... 64
2. Data Tentang Jawaban Angket Motivasi Mengajar Pesantren Kilat ... 67
3. Data Tentang Jawaban Angket Sikap Sosial ... 70
BAB IV ANALISIS DATA A. Pendahuluan ... 74
B. Analisis uji hipotesis ... 92
C. Analisis Lanjut ... 97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….... ... 100
B. Saran-saran ... 101
C. penutup ... 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel I. Daftar Nama Responden……….... 65
Tabel II. Daftar Jawaban Angket Motivasi Mengajar Pesantren kilat……. 67
Tabel III. Daftar Jawaban Angket Sikap Sosial……….... 70
Tabel IV. Daftar Jawaban Angket Motivasi Mengajar Pesantren Kilat…… 76
Tabel V. Interval Tingkat motivasi Mengajar Pesantren Kilat………. 79
Tabel VI. Nilai Nominasi Tingkat Motivasi Mengajar Pesantren Kilat…… 80
Tabel VII. Distribusi Frekuensi Jawaban Motivasi Mengajar Pesantren Kilat. 83 Tabel VIII Daftar Jawaban Angket Sikap Sosial ……….…… 85
Tabel IX. Interval Tingkat Sikap Sosial……….. 88
Tabel X. Nilai Nominasi Tingkat Sikap Sosial……….. 89
Tabel XI. Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap Sosial………. 92
Tabel XII. Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Motivasi Mengajar Pesantren Kilat (X) Dengan Sikap Sosial (Y)………. 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen variabel
Lampiran 3. Angket Penelitian
Lampiran 4. Daftar Nilai SKK
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 7. Surat Pernyataan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan terencana diluar kurikulum,
yang dapat diikuti mahasiswa. Kegiatan ini dilaksanakan diluar jadwal
kegiatan akademik yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Kegiatan
ekstrakurikuler tidak wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa, meskipun tidak
wajib, kegiatan tersebut sangat penting dalam rangka melengkapi hasil belajar
yang diperoleh menurut kurikulum untuk mencapai tujuan belajar di
Perguruan Tinggi secara utuh. (Ginting, 2003:128)
Manfaat yang dapat diperoleh dengan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler termasuk kemampuan bekerja sama, keterampilan
berorganisasi, dan pengembangan wawasan mahasiswa. Demikian halnya
dengan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan khusus sesuai dengan
bidang atau jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti. Ini semua akan sangat
bermanfaat dalam kehidupan dan karier lulusan perguruan tinggi di masa
datang. Tidak menutup kemungkinan, aktivitas yang di masa mahasiswa
sekedar kegiatan sampingan, dihari kemudian menjadi pekerja utama.
Waktu selama menjadi mahasiswa adalah saat yang paling tepat untuk
menimba berbagai pengalaman yang berharga di atas. Selagi berstatus
xvii
untuk mencoba berbagai pengalaman baru daripada setelah menjadi sarjana
nanti. Demikian pentingnya memanfaatkan kesempatan yang terbuka lebar
bagi mahasiswa untuk beraktivitas dalam rangka memperluas pengalamannya
Aktivitas ekstrakurikuler banyak terkait dengan organisasi
kemahasiswaan. Dalam peraturan pemerintahan Nomor 30 pasal 108 ayat 1
dinyatakan bahwa “untuk melaksanakan peningkatan penalaran, minat,
kegemaran, dan kesejahteraan mahasiswa dalam kehidupan kemahasiswaan
pada perguruan tinggi di bentuk organisasi kemahasiswaan. (Ginting,
2003:129). Oleh kerena itu di perguruan tinggi pada umumnya berbagai
organisasi kemahasiswaan sudah dibentuk dan bergerak dalam berbagai jenis
kegiatan.
Jika seorang mahasiswa memutuskan aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler, dia dapat memilih aktivitas yang paling diminatinya dan
paling sesuai dengan kondisinya. Sebagai mahasiswa berhak ikut dalam
organisasi kemahasiswaan yang menjadi pilihannya meskipun dengan
persyaratan tertentu sesuai dengan organisasi yang dipilihnya. Mahasiswa
dapat aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti unit kegiatan
mahasiswa (UKM) yang di dalamnya terdapat berbagai jenis bidang, salah
satunya adalah bidang keagamaan yang mana di dalamnya terdapat
serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan salah satu
Di sinilah peran mahasiswa yang bergabung dalam unit kegiatan
mahasiswa (UKM) di bidang keagamaan untuk dapat mengajarkan berbagai
materi keagamaan kepada peserta didik di bulan ramadhan atau dapat pula
dikatakan berdakwah menebarkan syiar islam kepada peserta didik. Bakat
dan minat mahasiswa dalam berdakwah mendorongnya mengikuti
pelaksanaan kegiatan mengajar pesantren kilat. Mengembangkan bakat
dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, bidang sosial, serta
pembentukan pribadi merupakan kebutuhan untuk berusaha kearah
kemandirian dan aktualisasi diri atau kebutuhan untuk mewujudkan diri
sendiri (Sadirman, 1994:80)
Kegiatan pesantren kilat menjadi sarana tidak hanya untuk
mengembangkan kemampuan di bidang ilmu pengetahuan keagamaan saja
namun dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa di bidang sosial
dengan cara berinteraksi kepada sesama yaitu antara mahasiswa pengajar dan
siswa didik. sehingga dapat mengembangkan sikap sosial mahasiswa yang
baik. Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang lemah,
sehingga tidak mungkin hidup seorang diri. Setiap orang membutuhkan
bantuan dan pertolongan orang lain. Manusia sering disebut sebagai makhluk
sosial artinya manusia itu harus bersama-sama dengan orang lain. Oleh
karenanya secara kodrati manusia dalam kehidupannya harus bersaudara dan
xix
Islam memiliki konsep persaudaraan antara sesama manusia. Dalam
kehidupan yang beraneka ragam, maka agar dapat berkomunikasi dengan baik
perlu adanya saling memahami dan menjunjung tinggi nilai-nilai
persaudaraan. Dalam hubungan dengan sesama manusia, orang Islam harus
selalu menunjukkan kebaikan dan keramahan.
Seseorang dikatakan berguna bagi orang lain jika orang tersebut
mampu menciptakan kesejahteraan bersama dalam lingkungannya
masyarakat. Hal ini dapat direalisasikan dengan cara memberi batuan kepada
orang lain yang tidak mampu atau dalam kesusahan. Setiap orang harus
memahami fungsinya masing-masing. Seorang muslim hendaklah
mengunjungi saudara muslimnya yang sakit, meringankan beban orang yang
mendapat kesulitan, menciptakan cinta kasih, persaudaraan dan solidaritas
antara satu sama lain. Islam menganjurkan, hendaklah menciptakan
kebersamaan dalam masyarakat dan saling membantu seperti salah satunya
dalam kegiatan pesantren kilat tersebut Allah menjanjikan pahala bagi
orang-orang yang mau berbuat kebajikan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat Ali Imron (3:134)
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.”
Mahasiswa sebagai generasi masa depan diharapkan mampu
mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. selain
berkemampuan dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus mampu dalam
bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan. Mahasiswa
diupayakan agar mampu mengkritik, memberi saran dan memberi solusi jika
keadaan sosial masyarakat sekitar tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan
masyarakat tersebut.
Namun sebagian mahasiswa jarang sekali untuk berpartisipasi ikut
mengajar dalam pesantren kilat yang diadakan dalam sebuah organisasi
kerohanian, Dewasa ini sikap sosial semakin ditinggalkan. Para mahasiswa
cenderung lebih memilih kepentingan pribadinya seperi mahasiswa semester
atas lebih memilih menyibukkan diri dengan penyelesaian skripsinya dan
mahasiswa semester di bawahnya lebih memilih pada kegiatan-kegiatan
pribadinya. Padahal sudah jelas bahwa banyak sekali manfaat yang didapat
apabila mengikuti kegiatan mengajar pada pesantren kilat tersebut
Keikhlasan dalam mengajar pesantren kilat harus ditanamkan dalam
setiap diri mahasiswa agar sikap sosial yang murni tanpa pamrih dan
sepenuhnya dapat dilakukan karena hanya ingin mendapat ridho Allah SWT.
xxi
yang tidak mudah untuk dilakukan, melainkan penuh perjuangan dan
kesabaran.
Untuk memahami masalah di atas, penulis perlu melakukan kegiatan
penelitian yang berjudul “hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis lembaga Dakwah Kampus (LDK)
IAIN Salatiga tahun 2015.”
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana variasi motivasi mengajar pesantren kilat mahasiswa
aktivis Lembaga Dakwah Kampus Institut Agama Islam Negeri
Salatiga tahun 2015?
2. Bagaimana variasi Sikap Sosial mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah
Kampus Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2015?
3. Adakah hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan
sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus Institut
Agama Islam Negeri salatiga tahun 2015?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui variasi motivasi mengajar pesantren kilat
mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus Institut Agama Islam
Negeri Salatiga tahun 2015
2. Untuk mengetahui variasi sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga
3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara motivasi mengajar
pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga
Dakwah Kampus Institut Agama Islam Negeri salatiga tahun 2015
D. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Kata
hipotesis berasal dari 2 penggalan kata yaitu “hypo” yang artinya dibawah dan kata “thesa” yang artinya kebenaran (Arikunto, 1998: 67-68). Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia akan
ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta itu membenarkan (Hadi,
2000:63)
Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan sementara atau
kesimpulan sementara terhadap suatu permasalahan penelitian yang bisa jadi
benar atau bisa juga salah. Hipotesis akan diterima jika kebenarannya dapat
diuji dan akan ditolak jika ternyata setelah pengujian tidak dapat dibuktikan
kebenarannya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut “Ada hubungan yang signifikan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis lembaga dakwah
xxiii E. Manfaat penelitian
1. Teoritis
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai
dasar kegiatan penelitian yang akan datang
b. Untuk menambah wawasan bagi para pengajar untuk
menumbuhkan motivasinya dalam meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar
c. Sebagai bahan masukan dan acuan dalam memaksimalkan
motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial
mahasiswa aktivis lembaga Dakwah Kampus (LDK) tahun
2015
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat secara praktis
sebagai berikut:
a. Penulis
Diharapkan menjadi bahan masukan untuk
mengembangkan wawasan dalam bertingkah laku dan sebagai
bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut
b. Mahasiswa
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang
sikap sosial yang mana hakikatnya manusia adalah mahluk
manusia lain agar keselarasan hidup terjaga serta adanya
ketertarikan untuk mengikuti kegiatan mengajar yang diadakan
oleh organisasi kemahasiswaan
c. Lembaga dakwah kampus (LDK)
Diharapkan agar dapat menjadi acuan keluarga besar
(LDK) IAIN Salatiga agar lebih terdorong dalam menyiarkan
agama islam serta bertoleransi tinggi kepada sesama.
d. IAIN Salatiga
Sebagai bahan masukan dalam pembinaan pada
organisasi kemahasiswaan IAIN Salatiga.
F. Definisi operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan terjadinya
salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu
kiranya penulis perjelas dan membatasi pengertian sebagai berikut:
1. Motivasi Mengajar pesantren kilat
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73)
Mengajar adalah penyampaian pengetahuan dan kebudayaan
kepada siswa yang tujuannya pun hanya berkisar sekitar pencapaian
penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. ( Syah,
xxv
Pesantren kilat adalah salah satu inovasi yang digagas dalam
bidang spiritual. Kata pesantren menunjuk bahwa kegiatan ini
mengadopsi sistem pesantren dalam penyelenggaraan kegiataannya
yang relative sebentar. Lamanya berkisar antara 7 sampai 30 hari.
(Mujahiddin, 2005:66)
Motivasi mengajar pesantren kilat adalah keinginan mengajar
pesantren kilat yang timbul karena adanya dorongan dari yang
bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan antara kebutuhan
pribadi, pengaruh lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan non
sosial, dimana kekuatannya tergantung pada proses pengintegrasian
tersebut.
Indikator dari motivasi mengajar pesantren kilat (Danim,
2012:25) adalah:
a. Keinginan mengembangkan potensi mengajar
b. Keinginan penghargaan diri atau prestasi mengajar
c. Rasa bahagia berkumpul dan diterima dalam kelompok
pengajar
2. Sikap Sosial
Dalam kamus bahasa Indonesia, Sikap mempunyai arti
perbuatan dan sebagaimana yang berdasarkan pada pendirian.
Sedangkan sosial yaitu berkenaan dengan masyarakat, suka
Sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik
perbuatan sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu ahli
psikologi W.J Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran
individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun
yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Indikator bentuk dari sikap sosial (Ahmadi, 1999:162) antara lain:
a. Suka tolong menolong
b. Berusaha menjenguk teman yang sakit
c. Berusaha memaafkan kesalahan sesama
d. Ketika bertemu selalu mengucapkan salam
e. Berperan aktif dalam kegiatan organisasi
f. Menghargai pendapat sesama
g. Rendah hati
h. Sopan santun dalam berbicara
i. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi antar sesama
j. Tidak menggunjing orang lain
k. Selalu berprasangka baik terhadap teman
l. Simpati terhadap yang sedang dirasakan orang lain
m. Selalu berkata jujur terhadap semua orang
G. Metodologi Penelitian
Metodologi di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan
xxvii
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan
prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan
kebenaran ( Mardalis, 2002:24). Adapun komponen dalam metode penelitian
ini adalah:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai ialah penelitian lapangan. Penelitian
lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dikancah atau medan
terjadinya gejala. Penelitian ini dilakukan di beberapa SMP di Salatiga
yang menjadi lokasi/tempat para mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) mengajar pesantren kilat
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif yang menekankan pada data-data nemerikal
(angka-angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,
pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensisal (dalam
rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada
suatu probalilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode
kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau
signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. (Azwar, 2007:5)
Dipilihnya pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini adalah
dengan alasan untuk menguji keterkaitan variabel X dan Y. Variabel X
Variabel Y adalah sikap sosial mahasiswa aktivis lembaga dakwah
kampus IAIN Salatiga tahun 2015.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menerapkan korelasional karena
Penelitian ini menggunakan metode korelasi yaitu metode dengan
menghubungkan antara variabel yang dipilih dan dijelaskan yang
bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada suatu faktor
berkaitan dengan variabel yang lain dipilihnya rancangan korelasional
dimaksud bahwa penelitian ini melihat apakah variabel motivasi mengajar
pesantren kilat ada hubungannya dengan variabel sikap sosial mahasiswa
aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga tahun 2015 yang
secara teoritik dapat dipahami
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah Lembaga Dakwah kampus (LDK)
IAIN Salatiga. Dipilihnya lokasi ini dengan alasan bahwa Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) merupakan organisasi kampus yang memiliki
bidang syiar dalam bentuk kegiatan mengajar pesantren kilat di
SMP/SMA sederajat setiap bulan ramadhan sehingga melahirkan
kader-kader dakwah yang menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam
Sedangkan Subjek penelitian di sini adalah seluruh anggota
xxix
Dipilihnya subyek ini dengan alasan bahwa peneliti tertarik untuk
meneliti para mahasiswa yang ikut berpartisipasi dalam mengajar
pesantren kilat serta memiliki sikap solidaritas yang tinggi. Berangkat
dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk menelitinya.
b. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal sampai
penelitian selesai yaitu pada tanggal 1 mei 2015 sampai 22 Agustus
2015.
4. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Menurut Nanang Martono (2011:74), populasi merupakan
keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian,
atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota
mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga
tahun 2015 yang berjumlah 40
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena ia merupakan
bagian dari populasi, tentulah ia harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki
oleh populasinya. (Azwar, 2007:79) apabila subjeknya tersebut kurang
100, maka subjek dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau
lebih (Arikunto, 2006:20). Adapun yang menjadi sampel dari
penelitian ini adalah seluruh anggota aktivis Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) IAIN Salatiga tahun 2015 karena jumlah anggotanya
kurang dari 100 maka penelitian ini merupakan penelitian populasi
c. Teknik Sampling
Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan
adalah Random sampling atau sampel acak. Teknik random
sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan
sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama (Arikunto, 2002:
111).
5. Metode Pengumpulan Data
a. Metode angket
Metode angket atau bisa juga disebut dengan kuesioner
merupakan sejumlah pertanyaan atau peryataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,
2006:151). Materi pertanyaan atau pernyataan secara sistematis
dengan menggunakan alternatif jawaban tertutup, di mana setiap item
telah diberikan kemungkinan jawaban sehingga responden tinggal
memilih jawaban yang tepat sesuai dengan dirinya. Untuk angket
xxxi
sedangkan untuk angket sikap sosial menggunakan skala likert.
kuesioner ini disebarkan kepada seluruh anggota mahasiswa aktivis
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) tahun 2015.
b. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya
barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya (Arikunto, 2006:158). Dengan kata lain metode ini
digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan objek
penelitian
c. Observasi
Observasi merupakan suatu metode penelitian yang dijalankan
secara sistematis dan dengan sengaja (tidak asal atau sembarangan dan
secara kebetulan) yang diadakan dengan menggunakan alat indera
terutama mata sebagai alat untuk menangkap secara langsung
kejadian-kejadian atau keadaan yang akan diobservasi.
6. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
akan diteliti. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa. Angket
dirancang dalam 50 pertanyaan ditujukan oleh para pengajar pesantren
kilat. Pada variabel motivasi mengajar penyebaran angket 25 soal
masing-masing jawaban yaitu pilihan ganda a, b, c yang mempunyai skor
berturut-turut 3, 2, 1 sedangkan variabel sikap sosial penyebaran angket 25 soal
masing-masing jawaban yaitu tidak setuju (TS), ragu-ragu (RR), setuju
(S), yang mempunyai skors berturut-turut 1, 2, dan 3
Kis-kisi instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No. Variabel Indikator Item angket
1 Motivasi
Rasa bahagia berkumpul
xxxiii
Berusaha memaafkan
kesalahan sesama
5,6
Ketika bertemu selalu
mengucapkan salam
7,8
Berperan aktif dalam
kegiatan organisasi
Menghormati yang lebih
tua dan menyayangi antar
sesama
17,18
Tidak menggunjing
orang lain
19,20
Selalu berprasangka baik
terhadap teman
21
simpati terhadap yang
sedang dirasakan orang
lain
Selalu berkata jujur
terhadap semua orang
24, 25
7. Analisis Data
Teknik yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah dengan
menggunakan teknik analisis presentase dengan menggunakan rumus:
P = X 100%
Keterangan:
P = Presentase
F = Frekuensi
N = Banyaknya subyek seluruhnya
Setelah data tersebut diperoleh, kemudian diolah kembali dengan
menggunakan analisa statistic product moment dengan rumus sebagai
berikut:
( )( )
√*
( )
+*
( )
+
Keterangan:
= koefisien antara variable X dan Y
XY = Perkalian antara X dan Y
xxxv Y = Variabel 2
N = Jumlah sampel yang diteliti
= Sigma (Jumlah)
H. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,
metodologi penelitian serta sistematika penulisan skripsi
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab II landasan teori ini diuraikan sebagai
pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik yakni:
pengertian motivasi, ciri-ciri motivasi, macam-macam
motivasi, fungsi motivasi, motivasi mengajar pesantren kilat,
prinsip interaksi antara pendidik dengan peserta pesantren kilat
Sikap sosial meliputi: definisi sikap sosial, aspek sikap
sosial, ciri-ciri sikap sosial, macam-macam sikap sosial, fungsi
sikap sosial, pembentukan dan perubahan sikap sosial serta
hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan
sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
penyajian data penelitian
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini membahas tentang Analisis Pendahuluan,
Analisis Lanjutan, dan Analisis Uji Hipotesis
BAB V : PENUTUP
Di akhir bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran,
xxxvii BAB II
LANDASAN TEORI A. Motivasi Mengajar Pesantren Kilat
1. Pengertian Motivasi
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama
bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
(Sardiman, 1994:73)
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 1994:73) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen
penting. Yaitu:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri
manusia), penampakan akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling” afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku
manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang terdorong oleh adanya unsur lain,
dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal
kebutuhan.
Dengan ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa
motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga
akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi,
untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong
karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. (Sardiman, 1994:74)
2. Ciri-Ciri Motivasi
Untuk melengkapi uraian mengenai makna tentang motivasi tersebut,
xxxix
diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Sardiman,
1994:83)
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus- menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang
dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,
keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak
kriminal, amoral, dan sebagainya)
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
3. Macam-Macam Motivasi
Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa
sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. sebagai contoh:
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk
bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini
seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis,
relevan dengan ini maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis
motif Physiological drives
2) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. sebagai
contoh: dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.
Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang
diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan
sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu
terbentuk. Frandsen mengistillahkan dengan affiliative needs.
Sebab justru kemampuan berhubungan, kerja sama di dalam
masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia
perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina
hubungan baik dengan sesama, apabila orang tua dan guru. Dalam
kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha
xli
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum,
makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk
beristirahat.
2) Motif-motif darurat yang termasuk dalam jenis motif ini antara
lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, untuk berusaha, untuk memburu, jelasnya motivasi
jenis ini timbul karena rangsangan dari luar
3) Motif-motif objektif dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh
minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat
menghadapi dunia luar secara afektif.
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi
menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.
Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: reflek, instink
otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu
kemauan.
Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat
1) Momen timbulnya alasan
Seseorang melakukan suatu kegiatan karena atas dasar
dorongan suatu alasan tertentu yang dapat menggugah seseorang
untuk melakukan kegiatan tersebut.
2) Momen pilih
Momen pilih maksudnya dalam keadaan pada waktu ada
alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara
alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang
menimbang-nimbang dari berbagai alternatif untuk kemudian menentukan
pilihan alternatif untuk kemudian menentukan pilihan alternatif
yang akan dikerjakan.
3) Momen putusan
Dalam persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu
akan berakhir dengan dipilihnya satu alternatif. Satu alternatif yang
dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.
4) Momen terbentuknya kemauan
Jika seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk
dikerjakan maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk
bertindak, melaksanakan putusan tersebut.
d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik
xliii
Yang dimaksud dengan motifasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia
menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam
diri pekerja itu sendiri. Dengan demikian berarti juga bahwa
kesenangan pekerja muncul pada waktu dia bekerja dan dia sendiri
menyenangi pekerjaannya itu. Motivasi muncul dari dalam diri
individu, karena memang individu itu mempunyai kesadaran untuk
berbuat. Baginya berbuat adalah suatu kewajiban, laksana makan
sebagai kebutuhan. (Danim, 2012:18)
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi yang
muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan
dan dari luar diri pekerja itu sendiri. Motivasi dari luar biasanya
dikaitkan dengan imbalan. Kesehatan, kesempatan cuti, program
rekreasi perusahaan, dan lain-lain. Pada konteks ini manusia
organisasional ditempatkan sebagai subjek yang dapat didorong
oleh adanya sesuatu yang ingin dicapai dan dapat pula bersumber
dari faktor-faktor di luar subjek.
4. Fungsi Motivasi
Motivasi mempengaruhi adanya kegiatan oleh karena itu motivasi
bertalian dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga
fungsi motivasi. (Sardiman, 1994:85) antara lain:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
2) Menentukkan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
5. Motivasi Mengajar Pesantren Kilat
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73)
Mengajar adalah penyampaian pengetahuan dan kebudayaan
xlv
penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. ( Syah,
2003:181)
Pesantren kilat adalah salah satu inovasi yang digagas dalam
bidang spiritual. Kata pesantren menunjuk bahwa kegiatan ini mengadopsi
sistem pesantren dalam penyelenggaraan kegiataannya yang relative
sebentar. Lamanya berkisar antara 7 sampai 30 hari. (Mujahiddin,
2005:66)
Motivasi mengajar pesantren kilat adalah keinginan mengajar
pesantren kilat yang timbul karena adanya dorongan dari yang
bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan antara kebutuhan pribadi,
pengaruh lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan non sosial, dimana
kekuatannya tergantung pada proses pengintegrasian tersebut.
6. Prinsip Interaksi Antara Pendidik Dengan Peserta Pesantren kilat Kegiatan pesantren kilat merupakan kegiatan yang mengadopsi
nilai-nilai yang tumbuh dalam sistem pendidikan pesantren. Oleh karena itu,
pola interaksi antara pendidik dengan peserta diusahakan menginteraksi
kyai dengan santrinya.
Pelaksana kegiatan pesantren kilat dapat berasal dari siswa maupun
dewan guru. Akan tetapi, jika pelaksananya adalah dewan guru, maka
harus dihindari interaksi atasan-bawahan. Begitu pula dengan pemateri,
bukan hanya untuk menyampaikan materi tetapi juga untuk berinteraksi.
(Mujahidin, 2005:154). Berikut beberapa prinsipnya, antara lain:
a. Prinsip kebermaknaan
Prinsip ini mengacu kepada pentingnya memberikan materi
pembelajaran yang bermakna bagi murid/santri, baik bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu, pembelajaran di pesantren dalam konteks ini harus dapat
menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan minat dan nilai-nilai
kehidupan anak serta menghubungkan pelajaran dengan kehidupan
masa depan anak
b. Prinsip prasyarat
Prinsip ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran akan
efektif apabila murid/santri memiliki prasyarat untuk melakukan
kegiatan tersebut. oleh karena itu seorang guru harus dapat
mengkaitkan kemampuan yang telah dimiliki oleh murid santri dengan
kemampuan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran
c. Prinsip memberi contoh
Prinsip ini atau dikenal juga dengan prinsip uswah
menghendaki agar seorang guru dapat memberikan contoh yang dapat
diamati dan ditiru oleh seorang murid/ santri dalam kegiatan
xlvii
1) Mengandung nilai yang tinggi di mata murid/santri
2) Diyakini akan memberikan keuntungan bagi murid/santri
3) Tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan
murid/santri
4) Dapat dipergunakan untuk memberikan pendidikan
keterampilan teknik atau sosial
d. Prinsip komunikasi terbuka
Prinsip ini menuntut agar seorang guru dapat mendorong
murid/santri untuk lebih banyak mempelajari berbagai bahan
pembelajaran sehingga pesan yang disampaikan oleh guru terbuka
bagi mereka. Prinsip ini juga bermakna bahwa guru dan murid/santri
memiliki keterbukaan terhadap berbagai informasi dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga mereka tidak terjebak kepada fanatisme yang
sempit. Prinsip komunikasi terbuka ini, tentunya hanya dapat dijumpai
dalam pesantren ribathi, khalafi dan jami‟i. sebab, pada pesantren
salafi, otoritas kyai sangat dominan sehingga santri tidak memiliki
ruang yang cukup untuk dapat berkomunikasi langsung dengan
kyainya.
e. Prinsip kebaruan/kekinian
Seorang guru dituntut agar dapat menyampaikan materi yang
dianggap relative baru oleh murid/santri. Hal ini disebabkan minat dan
yang baru. Pengertian baru dalam konteks ini tidak menunjuk kepada
dzat materi tersebut yang benar-benar baru, sebab materi yang
dipelajari di pesantren bukan hal yang baru tetapi warisan dai generasi
sebelumnya. Akan tetapi, pengertian baru ini disini adalah baru
menurut para santri karena sebelumya mereka tidak mengetahui.
Dengan perkataan lain, prinsip kebaruan adalah penyampaian materi
yang tidak/ belum diketahui oleh santri
f. Prinsip praktik aktif
Kegiatan pembelajaran yang mengikutsertakan murid/santri
dalam praktik pembelajaran akan lebih efektif dari pada hanya
menyampaikan materi atau demontrasi dihadapan mereka. Oleh karena
itu seorang guru dituntut untuk mengikutsetakan mereka dalam
berbagai praktik pembelajaran.
g. Prinsip praktik terbuka
Praktik yang mengikutsertakan murid/santri dalam kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif jika disajikan dalam frekuensi dan
urutan waktu yang jelas. Murid/santri dapat mengetahui kemampuan
yang dituntut untuk dimiliki oleh mereka. Hal ini berkaitan dengan
kesiapan mereka dalam menerima materi pembelajaran
h. Prinsip mengurangi petunjuk
Murid/santri akan lebih baik dalam belajarnya apabila peranan
xlix
itu, guru hendaknya lebih berorientasi kepada peranan sebagai
fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip ini tentunya berlaku
dalam pesantren yang memiliki pola komunikasi dua arah antara guru
dengan murid. Pada banyak pesantren, pola komunikasi yang ada
cenderung satu arah sehingga akan kesulitan menerapkan prinsip ini
i. Prinsip kondisi dan konsekuensi-konsekuensi yang menggembirakan
Kegiatan pembelajaran di pesantren, hendaknya memiliki
kondisi dan konsekuensi-konsekuensi yang menggembirakan. Sebab,
kondisi dan konsekuensi tersebut dapat menjadi motivasi ekstrinsik
yang akan mendorong murid/santri untuk giat dalam belajar. Kondisi
dan konsekuensi yang dimaksud tidak hanya bersifat material, tetapi
juga immaterial, seperti penghargaan dan pujian bagi murid/santri
yang berprestasi
Adapun untuk meningkatkan efektivitas pesantren kilat, langkah
konkrit yang hendaknya dilakukan oleh seorang pemateri adalah:
a. Pemateri dalam pesantren kilat memiliki tugas untuk memotivasi
peserta pesantren kilat dalam memilih bahan dan sumber belajar
yang cocok dalam kegiatan belajar dan untuk melakukan
pemecahan masalah melalui cara belajar secara demokratis.
b. Peranan pemateri adalah untuk memberi dorongan dan bantuan
sehingga peserta pesantren kilat mampu merencanakan
c. Pemateri hendaknya mengembangkan semangat kerjasama,
hubungan akrab dan saling menyenangi antar peserta pesantren
kilat
d. Kewibawaan pemateri sangat menentukan keberhasilan kegiatan
pesantren kilat
e. Pemateri berperan untuk membantu peserta pesantren kilat
sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupan
nyata
f. Pemateri hendaknya mampu memberikan materi pembelajaran
yang bermakna bagi peserta pesantren kilat, baik bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
g. Pemateri hendaknya mampu mengkaitkan kemampuan yang telah
dimiliki oleh peserta pesantren kilat dengan kemampuan yang
diberikan dalam kegiatan pembelajaran
h. Pemateri hendaknya dapat mengembangkan sikap komunikasi
terbuka dengan peserta pesantren kilat
B. Sikap Sosial
1. Definisi Sikap Sosial
Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam cara suka atau tidak suka
terhadap suatu obyek. Sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan
oleh seseorang kepada orang lain, benda atau peristiwa sebagai objek
li
preferensial, dalam konteks itu, seseorang memiliki kecenderungan untuk
puas atau tidak puas, positif atau negatif, suka atau tidak suka terhadap
suatu objek sikap.(Hanurawan, 2012:64)
Sosial adalah proses belajar warga masyarakat suatu kelompok
kebudayaan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat itu.
Melalui proses sosialisasi, kelangsungan hidup suatu kelompok
masyarakat budaya dapat terjamin. Dilihat dari wacana psikologi sosial,
sosialisasi adalah proses yang memungkinkan individu mengembangkan
cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang berguna bagi penyesuaian
sosial efektif dalam hidup bermasyarakat. Sosialisasi adalah proses yang
berjalan sepanjang hidup sosial manusia itu sendiri, mulai masa anak
sampai masa lanjut usia (Hanurawan, 2012:54)
Jadi sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan
perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial.
(Ahmadi, 1999:163)
2. Aspek Sikap Sosial
Tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek (Ahmadi, 1999:162) meliputi:
a. Aspek kognitif : yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal
fikiran, ini berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta
b. Aspek afektif: berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan
tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati dan sebagainya yang
ditunjukkan kepada objek-objek tertentu
c. Aspek konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat
sesuatu objek, misalnya: kecenderungan memberi pertolongan,
menjauhkan diri dan lain sebagainya.
3. Ciri-Ciri Sikap Sosial
Ciri-ciri dari pada sikap ada bermacam-macam, (Gerungan, 1981:153)
antara lain:
a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu berubah-ubah.
Dan dapat dipelajari atau sebaliknya, bahwa sikap itu dapat dipelajari
apabila ada syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya
sikap pada orang itu. Berbeda dengan insting/ naluri manusia yang
dibawanya sejak lahir ia bersifat tetap dan mempunyai sifat
motif-motif biogenetis seperti: rasa lapar, haus, dan lain sebagainya.
b. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, tetapi senantiasa
mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain,
sikap terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan
suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas
c. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi,
liii 4. Macam-Macam Sikap Sosial
Macam-macam sikap sosial (Riyati, 2012:28) antara lain:
a. Sikap terhadap teman
Dalam bergaul dan berinteraksi antar sesama teman di
lingkungan sekolah hendaknya diperlukan sebuah sikap sosial untuk
menjaga hubungan pertemanan agar selalu berjalan baik, sikap sosial
tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Bersikap ramah
Adab atau sopan santun terhadap sesama umat manusia
merupakan ajaran Islam, yang telah diajarkan Nabi
Muhammad SAW terhadap umat Islam dengan bersikap
ramah, sopan santun, serta lemah lembut terhadap teman
adalah seperti apapun yang dilakukan nabi, sehingga Nabi
mendapat julukan uswatun hasanah, karena beliau adalah orang
yang paling berakhlak mulia. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-Qolam ayat 4:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung”
Pemberi adalah sesuatu perbuatan yang terpuji. Apalagi
memberi maaf kepada teman yang telah berbuat salah. Dalam
memberi maaf, semua luka dan penderitaan dikorbankan dalam
arti dilepaskan.
Dengan sikap pemaaf, maka akan terjadi hubungan
yang harmonis terhadap teman, sehingga dalam berteman akan
mempunyai banyak teman.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Araf ayat 19:
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”3) Suka menolong teman
Tidak selamanya orang hidup berada dalam kecukupan
dan kelebihan. Suatu saat, ia pasti mengalami kekurangan yang
membutuhkan uluran tangan orang lain. Pada saat inilah peran
teman sangat dibutuhkan. Bisa saja ia butuh bantuan materi
seperti uang, barang dan yang lainnya atau bantuan nonmateri
lv
juga mengajarkan bahwa orang yang berbeda dalam kesusahan
harus dibantu dengan semampunya.
Menolong sesama muslim yang sangat membutuhkan
pertolongan, hal ini ditandaskan secara langsung oleh
Rosulullah saw dalam hadist berikut,
اذإ هرصنأ للها لوسر اي لجر لاقف ، اًمْوُلْظَم ْوَأ اًمِلاَظ َكاَخَأ ْرُصْنُا
ِجُْتُ : لاق ؟ هرصنأ فيك الماظ ناك اذإ تيأرفأ امولظم ناك
ْوَأ ُهُز
ُهُرْصَن َكِلَذ َّنِإَف ِمْلُّظلا َنِم ُوُعَ نَْتَ
Artinya: “tolonglah saudaramu, ketika ia berlaku zalim atau
dizalimi”. Kemudian Rasullullah SAW ditanya tentang cara
menolong orang yang zalim. Beliau bersabda, “engkau
melarangnya berbuat zalim dan mencegahnya. Itulah
pertolonganmu terhadapnya”.(HR Al Bukhari dan Muslim)
Begitu pula Allah telah memerintahkan umat manusia
untuk tolong-menolong sebagaimana firman Allah dalam surat
Artinya: “ dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kewajiban dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”
Dengan memiliki sikap tolong-menolong dengan
teman, maka sesuai dengan pepatah yang mengatakan bahwa
“apa yang telah tanam, maka suatu saat kita pasti akan menuainya” artinya jika kita menolong seseorang dan suatu
saat, ketika kita mengalami kesulitan maka pertolongan akan
datang untuk kita.
b. Sikap terhadap guru
Ada beberapa etika atau sopan santun dalam bergaul dengan guru
antara lain sebagai berikut:
1) Menghormati dan memuliakan guru
Menghormati dan memuliakan guru merupakan
kewajiban seorang murid, karena dia adalah orang yang paling
berjasa dalam membimbing, mendidik, dan mengajarkan
segala ilmu pengetahuan, yang semula anak tidak tahu menjadi
tahu tentang segala sesuatu. Menghormati dan memuliakan
guru tidak hanya dengan perkataan saja, tetapi juga dengan
tindakan dan sikap yang baik.
Dengan sikap atau perkataan yang baik, sebagaimana
lvii
beberapa derajad). Firman Allah dalam surat Al-Mujadalah
ayat 11:
Artinya: “ Dan apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajad”.
2) Tawadhu terhadap guru
Guru adalah orang yang wajib digugu (dipatuhi) dan
ditiru (diteladani). Jadi guru sebagai panutan atau suri tauladan
yang utama. Sehingga ada pepatah Arab mengatakan bahwa:
“Al Ulama‟ Warosatul Anbiya”. Seorang guru dapat
dikatagorikan kelompok utama sehingga mereka mewarisi apa
yang telah diajarkan oleh Nabi sehingga tawadhu atau taat
terhadap guru dapat diidentikkan tawadhu dan taat kepada
Rosul.
Maka tawadhu atau taat terhadap guru sama dengan
tawadhu dan taat kepada Rosul. Dan dengan taat kepadanya
akan mendapatkan kemenangan yang besar, serta kebahagiaan
yang sebenar-benarnya.
Adapun sikap-sikap yang harus dimiliki oleh siswa dalam
berinteraksi dengan karyawan agar tetap terjalin dengan baik, antara
lain sebagai berikut:
1) Persaudaraan
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang
lemah, sehingga tidak mungkin hidup seorang diri. Setiap orang
membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain. Manusia sering
disebut sebagai makhluk sosial, artinya manusia itu harus
bersama-sama dengan orang lain. Oleh karenanya secara kodrati manusia
dalam kehidupannya harus bersaudara dan membentuk persatuan.
Islam memiliki konsep persaudaraan antara sesama manusia
dalam kehidupan yang beraneka ragam, maka agar dapat
berkomunikasi dengan baik perlu adanya saling memahami dan
menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan. Seorang siswa juga
harus menjalin hubungan yang baik dengan karyawan. Dalam
hubungan dengan sesama manusia, orang islam harus selalu
menunjukkan kebaikan dan keramahan
2) Persamaan
Pada hakekatnya manusia adalah berasal dari satu keturunan
yang sama, dan dilahirkan dalam keadaan yang sama. Maka dari
itu tidak ada perbedaan antara seorang dengan orang lainnya,
lix
istiadat, yang membedakan disini adalah nilai ketakwaannya.
Dengan demikian, seorang siswa dengan karyawan tidak ada
perbedaan, bahwa semuanya sama. Disini pangkat dan derajad
tidak merupakan suatu hal yang akan menjadi perbedaan di antara
mereka dalam bergaul di lingkungan sekolah
3) Tidak Berbohong
Perbuatan dusta merupakan perbuatan yang sering kita anggap
sebagai perbuatan yang membawa nikmat. Karena dengan berdusta
kita merasa akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak,
merasa lebih bangga, merasa gengsinya terangkat, merasa bisa
tampil beda dalam pergaulan dan seterusnya. Sehingga
kadang-kadang kita sendiri merasa bangga kalau bisa berbuat dusta dan
mencemooh orang lain yang tidak berbuat dusta
Seorang siswa harus memiliki sifat yang baik terhadap sesama
Tidak berbuat berbohong terhadap para karyawan baik dalam
berinteraksi secara lisan maupun tindakan di sekolah karena satu
kali seseorang berbuat dusta dan hasilnya ternyata amat
memuaskan maka dengan ringan akan mengulangi yang kedua
kalinya.
4) Jujur
Orang yang jujur adalah orang yang berkata, berpenampilan,
sikap yang jauh dari kepalsuan dan kepura-puraan. Kejujuran
berarti sikap ksatria. Sebuah sikap yang dibangun oleh kematangan
jiwa dan kejernihan hati. Ia juga lahir hanya dari nurani terdalam
yang hendak mengekpresikan apa yang sesungguhnya harus
diperlihatkan
Seorang siswa harus berperilaku jujur dengan sesama salah
satunya dengan karyawan dilingkungan sekolah, karena kejujuran
adalah akhlak yang mulia. Allah Swt menyuruh kita untuk
senantiasa bersama dengan orang-orang yang jujur, jika pun belum
menjadi pelakunya. Firman llah Swt dalm surat At-Taubah ayat
119:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
Jadi hidup di masyarakat sekolah baik sesama teman, kepada
guru, maupun terhadap karyawan, seorang siswa hendaklah
lxi
oleh agama islam. Sehingga akan terwujudlah rasa sosial yang baik
dan sehat antara yang satu dengan yang lainnya.
5. Fungsi Sikap Sosial
Fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan (Ahmadi,
1999:179) yaitu:
a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable
artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi
milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan
atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai
oleh sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu obyek. Sehingga
dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang
dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain.
Oleh karena itu anggota-anggota kelompok yang mengambil sikap
sama terhadap obyek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap
anggota-anggota lainnya.
b. Sikap berfungsi sebagai alat mengatur tingkah laku
Tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya
merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara
perangsang dan reaksi tak ada pertimbangan. Tetapi pada anak dewasa
dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umumya tidak
sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara
perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu
sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan/
penilaian-penilaian terhadap perangsang tadi. Dan penilaian-penilaian-penilaian-penilaian terhadap
perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan sesuatu yang erat hubungan dengan cita-cita orang, tujuan
hidup orang peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam
masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan lain sebagainya.
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam
menerima pengalaman pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang
berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia,
tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak
perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih.
Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan apakah
pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau tidak. Jadi manusia
setiap saat mengadakan pilihan-pilihan, dan semua perangsang tidak
semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak demikian akan
mengganggu jiwa manusia. Tanpa pengalaman tak ada keputusan, dan
lxiii
tidak dapat memilih ketentuan-ketentuan dengan pasti akan terjadilah
kekacauan.
d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan
karena sikap tidak pernah terpisahkan dari pribadi yang
mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada
objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi
orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita
akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan yang
sesungguhnya dari pada sikap orang tersebut dan dengan mengetahui
keadaan sikap itu kita akan bisa mengetahui pula mungkin tidaknya
sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubahnya sikap-sikap
tersebut.
6. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial
Sikap timbul karena ada stimulus, terbentuknya suatu sikap itu
banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan
kebudayaan. Misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat
istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam
membentuk sikap putra-putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok
primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap
seseorang tidak selamanya tetap, ini bukan berarti orang tidak