• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENGAJAR PESANTREN KILAT DENGAN SIKAP SOSIAL MAHASISWA AKTIVIS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENGAJAR PESANTREN KILAT DENGAN SIKAP SOSIAL MAHASISWA AKTIVIS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2015 - Test Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENGAJAR PESANTREN

KILAT DENGAN SIKAP SOSIAL MAHASISWA AKTIVIS

LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) INSTITUT AGAMA

ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SINTA WIDYANINGRUM

NIM 111-11-216

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Tidak ada kata menyerah dan putus asa

Yang ada hanyalah kata semangat dan terus berusaha

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap ketulusan, skripsi ini penulis persembahkan :

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan

skripsi ini

2. Kepada orangtua saya Bapak Tukirin dan Ibu Sri Wahyuni yang selalu

banting tulang untuk pendidikanku, terimakasih telah memberikan yang

terbaik untuk masa depanku dan kepada kedua adikku tersayang Diah Ayu

Puspitaningsih serta Arjuna Tri Pamungkas yang telah memberikan motivasi

setiap hari tanpa mengenal lelah

3. Kepada Bapak Mufiq, S.Ag. M.,Phil. Selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar membimbing dan mengarahkan saya, terimakasih telah membantu saya

dalam menyelesaikan skripsi ini

4. Kepada seluruh dosenku yang telah memberikan bimbingan dan berbagai

macam ilmu pengetahuan telah saya dapatkan disini, semoga ilmu ini

bermanfaat bagiku dan masyarakat

5. Kepada teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2011: Hidayah, Miftachul,

Silvana, Wulan, Yuanita, Mar‟atus, Fina, Cahyo, Saeful dan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang senantiasa memberikan semangat dan saling

membantu demi keberhasilan kita bersama.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini yang peneliti susun dalam bentuk skripsi. Sholawat

serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW,

beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun umatnya dari zaman

kegelapan sampai zaman yang terang benderang ini.

Skripsi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi tugas guna melengkapi syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan Antara Motivasi Mengajar Pesantren Kilat Dengan Sikap Sosial Mahasiswa Aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga Tahun 2015”.

Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan berbagai dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan

hati perkenenkan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga

3. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Progdi PAI.

4. Mufiq, S.Ag., M.Phil selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta membantu kelancaran

penyusunan skripsi ini

5. Segenap dosen dan civitas Akademik IAIN Salatiga yang telah membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

(9)
(10)

ABSTRAK

Widyaningrum, Sinta. 2015. 11111216. Hubungan Antara Motivasi Mengajar Pesantren Kilat Dengan Sikap Sosial Mahasiswa Aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag.,M.,Phil

Kata Kunci : Motivasi Mengajar Pesantren Kilat, Sikap Sosial Mahasiswa Motivasi mengajar pesantren kilat merupakan suatu kebutuhan dari seorang mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri pada kemampuan yang telah mereka miliki. Timbulnya pelaksanaan mengajar pesantren kilat karena seorang mahasiswa merasa mempunyai potensi untuk mengajar serta mempunyai sikap sosial yang tinggi oleh karena itu seorang mahasiswa tergugah untuk mengajar pesantren kilat di beberapa SMP dan SMA/Sederajat. Namun sebagian mahasiswa jarang sekali untuk berpartisipasi ikut mengajar dalam pesantren kilat yang merupakan kegiatan dari LDK Fathir Ar Rasyid, Dewasa ini sikap sosial semakin ditinggalkan. Para mahasiswa cenderung lebih memilih kepentingan pribadinya seperi mahasiswa semester atas lebih memilih menyibukkan diri dengan penyelesaian skripsinya dan mahasiswa semester di bawahnya lebih memilih pada kegiatan-kegiatan pribadinya.

Penulisan skripsi ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana variasi motivasi mengajar pesantren kilat mahasiswa aktivis LDK IAIN Salatiga tahun 2015?, (2) Bagaimana variasi Sikap Sosial mahasiswa aktivis LDK IAIN Salatiga tahun 2015?, (3) Adakah Hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis LDK IAIN tahun 2015?. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket, dokumentasi, dan observasi.

Hasil penelitian ini adalah (1) Tingkat Motivasi Mengajar Pesantren Kilat Mahasiswa Aktivis LDK IAIN Salatiga Tahun 2015 tingkat tinggi dengan prosentase 57,5%, (2) Sikap Sosial Mahasiswa Aktivis LDK IAIN Salatiga Tahun 2015 dalam keadaan baik dengan prosentase 67,5% (3) ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y pada mahasiswa Aktivis LDK IAIN Salatiga Tahun

(11)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

(12)

G. Metodologi Penelitian ... 11

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 12

2. Rancangan Penelitian ... 13

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

4. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling ... 14

5. Metode Pengumpulan Data ... 15

6. Instrumen Penelitian ... 16

7. Analisis Data ... 19

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 20

BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Mengajar Pesantren Kilat 1. Pengertian Motivasi ... 22

2. Ciri-ciri motivasi ... 23

3. Macam-Macam motivasi... 24

4. Fungsi motivasi ... 29

5. Motivasi mengajar pesantren kilat ... 29

6. Prinsip interaksi antara pendidik dengan peserta pesantren kilat ... 30

6. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial ... 48

(13)

xiii BAB III HASIL PENELITIAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fathir

Ar Rasyid IAIN Salatiga ... 54

2. Visi dan Misi LDK Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga ... 57

3. Fungsi LDK Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga ... 57

4. Program Kerja LDK Fathir Ar RasyidIAIN Salatiga ... 59

5. Struktur Organisasi LDK Fathir Ar RasyidIAIN Salatiga ... 62

B. Penyajian Data 1. Daftar Responden ... 64

2. Data Tentang Jawaban Angket Motivasi Mengajar Pesantren Kilat ... 67

3. Data Tentang Jawaban Angket Sikap Sosial ... 70

BAB IV ANALISIS DATA A. Pendahuluan ... 74

B. Analisis uji hipotesis ... 92

C. Analisis Lanjut ... 97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….... ... 100

B. Saran-saran ... 101

C. penutup ... 102

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Daftar Nama Responden……….... 65

Tabel II. Daftar Jawaban Angket Motivasi Mengajar Pesantren kilat……. 67

Tabel III. Daftar Jawaban Angket Sikap Sosial……….... 70

Tabel IV. Daftar Jawaban Angket Motivasi Mengajar Pesantren Kilat…… 76

Tabel V. Interval Tingkat motivasi Mengajar Pesantren Kilat………. 79

Tabel VI. Nilai Nominasi Tingkat Motivasi Mengajar Pesantren Kilat…… 80

Tabel VII. Distribusi Frekuensi Jawaban Motivasi Mengajar Pesantren Kilat. 83 Tabel VIII Daftar Jawaban Angket Sikap Sosial ……….…… 85

Tabel IX. Interval Tingkat Sikap Sosial……….. 88

Tabel X. Nilai Nominasi Tingkat Sikap Sosial……….. 89

Tabel XI. Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap Sosial………. 92

Tabel XII. Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Motivasi Mengajar Pesantren Kilat (X) Dengan Sikap Sosial (Y)………. 93

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen variabel

Lampiran 3. Angket Penelitian

Lampiran 4. Daftar Nilai SKK

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 7. Surat Pernyataan Penelitian

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan terencana diluar kurikulum,

yang dapat diikuti mahasiswa. Kegiatan ini dilaksanakan diluar jadwal

kegiatan akademik yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Kegiatan

ekstrakurikuler tidak wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa, meskipun tidak

wajib, kegiatan tersebut sangat penting dalam rangka melengkapi hasil belajar

yang diperoleh menurut kurikulum untuk mencapai tujuan belajar di

Perguruan Tinggi secara utuh. (Ginting, 2003:128)

Manfaat yang dapat diperoleh dengan mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler termasuk kemampuan bekerja sama, keterampilan

berorganisasi, dan pengembangan wawasan mahasiswa. Demikian halnya

dengan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan khusus sesuai dengan

bidang atau jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti. Ini semua akan sangat

bermanfaat dalam kehidupan dan karier lulusan perguruan tinggi di masa

datang. Tidak menutup kemungkinan, aktivitas yang di masa mahasiswa

sekedar kegiatan sampingan, dihari kemudian menjadi pekerja utama.

Waktu selama menjadi mahasiswa adalah saat yang paling tepat untuk

menimba berbagai pengalaman yang berharga di atas. Selagi berstatus

(17)

xvii

untuk mencoba berbagai pengalaman baru daripada setelah menjadi sarjana

nanti. Demikian pentingnya memanfaatkan kesempatan yang terbuka lebar

bagi mahasiswa untuk beraktivitas dalam rangka memperluas pengalamannya

Aktivitas ekstrakurikuler banyak terkait dengan organisasi

kemahasiswaan. Dalam peraturan pemerintahan Nomor 30 pasal 108 ayat 1

dinyatakan bahwa “untuk melaksanakan peningkatan penalaran, minat,

kegemaran, dan kesejahteraan mahasiswa dalam kehidupan kemahasiswaan

pada perguruan tinggi di bentuk organisasi kemahasiswaan. (Ginting,

2003:129). Oleh kerena itu di perguruan tinggi pada umumnya berbagai

organisasi kemahasiswaan sudah dibentuk dan bergerak dalam berbagai jenis

kegiatan.

Jika seorang mahasiswa memutuskan aktif dalam kegiatan

ekstrakurikuler, dia dapat memilih aktivitas yang paling diminatinya dan

paling sesuai dengan kondisinya. Sebagai mahasiswa berhak ikut dalam

organisasi kemahasiswaan yang menjadi pilihannya meskipun dengan

persyaratan tertentu sesuai dengan organisasi yang dipilihnya. Mahasiswa

dapat aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti unit kegiatan

mahasiswa (UKM) yang di dalamnya terdapat berbagai jenis bidang, salah

satunya adalah bidang keagamaan yang mana di dalamnya terdapat

serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan salah satu

(18)

Di sinilah peran mahasiswa yang bergabung dalam unit kegiatan

mahasiswa (UKM) di bidang keagamaan untuk dapat mengajarkan berbagai

materi keagamaan kepada peserta didik di bulan ramadhan atau dapat pula

dikatakan berdakwah menebarkan syiar islam kepada peserta didik. Bakat

dan minat mahasiswa dalam berdakwah mendorongnya mengikuti

pelaksanaan kegiatan mengajar pesantren kilat. Mengembangkan bakat

dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, bidang sosial, serta

pembentukan pribadi merupakan kebutuhan untuk berusaha kearah

kemandirian dan aktualisasi diri atau kebutuhan untuk mewujudkan diri

sendiri (Sadirman, 1994:80)

Kegiatan pesantren kilat menjadi sarana tidak hanya untuk

mengembangkan kemampuan di bidang ilmu pengetahuan keagamaan saja

namun dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa di bidang sosial

dengan cara berinteraksi kepada sesama yaitu antara mahasiswa pengajar dan

siswa didik. sehingga dapat mengembangkan sikap sosial mahasiswa yang

baik. Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang lemah,

sehingga tidak mungkin hidup seorang diri. Setiap orang membutuhkan

bantuan dan pertolongan orang lain. Manusia sering disebut sebagai makhluk

sosial artinya manusia itu harus bersama-sama dengan orang lain. Oleh

karenanya secara kodrati manusia dalam kehidupannya harus bersaudara dan

(19)

xix

Islam memiliki konsep persaudaraan antara sesama manusia. Dalam

kehidupan yang beraneka ragam, maka agar dapat berkomunikasi dengan baik

perlu adanya saling memahami dan menjunjung tinggi nilai-nilai

persaudaraan. Dalam hubungan dengan sesama manusia, orang Islam harus

selalu menunjukkan kebaikan dan keramahan.

Seseorang dikatakan berguna bagi orang lain jika orang tersebut

mampu menciptakan kesejahteraan bersama dalam lingkungannya

masyarakat. Hal ini dapat direalisasikan dengan cara memberi batuan kepada

orang lain yang tidak mampu atau dalam kesusahan. Setiap orang harus

memahami fungsinya masing-masing. Seorang muslim hendaklah

mengunjungi saudara muslimnya yang sakit, meringankan beban orang yang

mendapat kesulitan, menciptakan cinta kasih, persaudaraan dan solidaritas

antara satu sama lain. Islam menganjurkan, hendaklah menciptakan

kebersamaan dalam masyarakat dan saling membantu seperti salah satunya

dalam kegiatan pesantren kilat tersebut Allah menjanjikan pahala bagi

orang-orang yang mau berbuat kebajikan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam

surat Ali Imron (3:134)

(20)

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang

berbuat kebajikan.”

Mahasiswa sebagai generasi masa depan diharapkan mampu

mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. selain

berkemampuan dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus mampu dalam

bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan. Mahasiswa

diupayakan agar mampu mengkritik, memberi saran dan memberi solusi jika

keadaan sosial masyarakat sekitar tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan

masyarakat tersebut.

Namun sebagian mahasiswa jarang sekali untuk berpartisipasi ikut

mengajar dalam pesantren kilat yang diadakan dalam sebuah organisasi

kerohanian, Dewasa ini sikap sosial semakin ditinggalkan. Para mahasiswa

cenderung lebih memilih kepentingan pribadinya seperi mahasiswa semester

atas lebih memilih menyibukkan diri dengan penyelesaian skripsinya dan

mahasiswa semester di bawahnya lebih memilih pada kegiatan-kegiatan

pribadinya. Padahal sudah jelas bahwa banyak sekali manfaat yang didapat

apabila mengikuti kegiatan mengajar pada pesantren kilat tersebut

Keikhlasan dalam mengajar pesantren kilat harus ditanamkan dalam

setiap diri mahasiswa agar sikap sosial yang murni tanpa pamrih dan

sepenuhnya dapat dilakukan karena hanya ingin mendapat ridho Allah SWT.

(21)

xxi

yang tidak mudah untuk dilakukan, melainkan penuh perjuangan dan

kesabaran.

Untuk memahami masalah di atas, penulis perlu melakukan kegiatan

penelitian yang berjudul “hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis lembaga Dakwah Kampus (LDK)

IAIN Salatiga tahun 2015.”

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana variasi motivasi mengajar pesantren kilat mahasiswa

aktivis Lembaga Dakwah Kampus Institut Agama Islam Negeri

Salatiga tahun 2015?

2. Bagaimana variasi Sikap Sosial mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah

Kampus Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2015?

3. Adakah hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan

sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus Institut

Agama Islam Negeri salatiga tahun 2015?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui variasi motivasi mengajar pesantren kilat

mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus Institut Agama Islam

Negeri Salatiga tahun 2015

2. Untuk mengetahui variasi sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga

(22)

3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara motivasi mengajar

pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga

Dakwah Kampus Institut Agama Islam Negeri salatiga tahun 2015

D. Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Kata

hipotesis berasal dari 2 penggalan kata yaitu “hypo” yang artinya dibawah dan kata “thesa” yang artinya kebenaran (Arikunto, 1998: 67-68). Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia akan

ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta itu membenarkan (Hadi,

2000:63)

Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan sementara atau

kesimpulan sementara terhadap suatu permasalahan penelitian yang bisa jadi

benar atau bisa juga salah. Hipotesis akan diterima jika kebenarannya dapat

diuji dan akan ditolak jika ternyata setelah pengujian tidak dapat dibuktikan

kebenarannya.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut “Ada hubungan yang signifikan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa aktivis lembaga dakwah

(23)

xxiii E. Manfaat penelitian

1. Teoritis

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai

dasar kegiatan penelitian yang akan datang

b. Untuk menambah wawasan bagi para pengajar untuk

menumbuhkan motivasinya dalam meningkatkan

kemampuannya dalam mengajar

c. Sebagai bahan masukan dan acuan dalam memaksimalkan

motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial

mahasiswa aktivis lembaga Dakwah Kampus (LDK) tahun

2015

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat secara praktis

sebagai berikut:

a. Penulis

Diharapkan menjadi bahan masukan untuk

mengembangkan wawasan dalam bertingkah laku dan sebagai

bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut

b. Mahasiswa

Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang

sikap sosial yang mana hakikatnya manusia adalah mahluk

(24)

manusia lain agar keselarasan hidup terjaga serta adanya

ketertarikan untuk mengikuti kegiatan mengajar yang diadakan

oleh organisasi kemahasiswaan

c. Lembaga dakwah kampus (LDK)

Diharapkan agar dapat menjadi acuan keluarga besar

(LDK) IAIN Salatiga agar lebih terdorong dalam menyiarkan

agama islam serta bertoleransi tinggi kepada sesama.

d. IAIN Salatiga

Sebagai bahan masukan dalam pembinaan pada

organisasi kemahasiswaan IAIN Salatiga.

F. Definisi operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan terjadinya

salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu

kiranya penulis perjelas dan membatasi pengertian sebagai berikut:

1. Motivasi Mengajar pesantren kilat

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73)

Mengajar adalah penyampaian pengetahuan dan kebudayaan

kepada siswa yang tujuannya pun hanya berkisar sekitar pencapaian

penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. ( Syah,

(25)

xxv

Pesantren kilat adalah salah satu inovasi yang digagas dalam

bidang spiritual. Kata pesantren menunjuk bahwa kegiatan ini

mengadopsi sistem pesantren dalam penyelenggaraan kegiataannya

yang relative sebentar. Lamanya berkisar antara 7 sampai 30 hari.

(Mujahiddin, 2005:66)

Motivasi mengajar pesantren kilat adalah keinginan mengajar

pesantren kilat yang timbul karena adanya dorongan dari yang

bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan antara kebutuhan

pribadi, pengaruh lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan non

sosial, dimana kekuatannya tergantung pada proses pengintegrasian

tersebut.

Indikator dari motivasi mengajar pesantren kilat (Danim,

2012:25) adalah:

a. Keinginan mengembangkan potensi mengajar

b. Keinginan penghargaan diri atau prestasi mengajar

c. Rasa bahagia berkumpul dan diterima dalam kelompok

pengajar

2. Sikap Sosial

Dalam kamus bahasa Indonesia, Sikap mempunyai arti

perbuatan dan sebagaimana yang berdasarkan pada pendirian.

Sedangkan sosial yaitu berkenaan dengan masyarakat, suka

(26)

Sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik

perbuatan sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu ahli

psikologi W.J Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran

individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun

yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Indikator bentuk dari sikap sosial (Ahmadi, 1999:162) antara lain:

a. Suka tolong menolong

b. Berusaha menjenguk teman yang sakit

c. Berusaha memaafkan kesalahan sesama

d. Ketika bertemu selalu mengucapkan salam

e. Berperan aktif dalam kegiatan organisasi

f. Menghargai pendapat sesama

g. Rendah hati

h. Sopan santun dalam berbicara

i. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi antar sesama

j. Tidak menggunjing orang lain

k. Selalu berprasangka baik terhadap teman

l. Simpati terhadap yang sedang dirasakan orang lain

m. Selalu berkata jujur terhadap semua orang

G. Metodologi Penelitian

Metodologi di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan

(27)

xxvii

bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan

prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan

kebenaran ( Mardalis, 2002:24). Adapun komponen dalam metode penelitian

ini adalah:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai ialah penelitian lapangan. Penelitian

lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dikancah atau medan

terjadinya gejala. Penelitian ini dilakukan di beberapa SMP di Salatiga

yang menjadi lokasi/tempat para mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) mengajar pesantren kilat

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif yang menekankan pada data-data nemerikal

(angka-angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensisal (dalam

rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada

suatu probalilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode

kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau

signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. (Azwar, 2007:5)

Dipilihnya pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini adalah

dengan alasan untuk menguji keterkaitan variabel X dan Y. Variabel X

(28)

Variabel Y adalah sikap sosial mahasiswa aktivis lembaga dakwah

kampus IAIN Salatiga tahun 2015.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menerapkan korelasional karena

Penelitian ini menggunakan metode korelasi yaitu metode dengan

menghubungkan antara variabel yang dipilih dan dijelaskan yang

bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada suatu faktor

berkaitan dengan variabel yang lain dipilihnya rancangan korelasional

dimaksud bahwa penelitian ini melihat apakah variabel motivasi mengajar

pesantren kilat ada hubungannya dengan variabel sikap sosial mahasiswa

aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga tahun 2015 yang

secara teoritik dapat dipahami

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah Lembaga Dakwah kampus (LDK)

IAIN Salatiga. Dipilihnya lokasi ini dengan alasan bahwa Lembaga

Dakwah Kampus (LDK) merupakan organisasi kampus yang memiliki

bidang syiar dalam bentuk kegiatan mengajar pesantren kilat di

SMP/SMA sederajat setiap bulan ramadhan sehingga melahirkan

kader-kader dakwah yang menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam

Sedangkan Subjek penelitian di sini adalah seluruh anggota

(29)

xxix

Dipilihnya subyek ini dengan alasan bahwa peneliti tertarik untuk

meneliti para mahasiswa yang ikut berpartisipasi dalam mengajar

pesantren kilat serta memiliki sikap solidaritas yang tinggi. Berangkat

dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk menelitinya.

b. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal sampai

penelitian selesai yaitu pada tanggal 1 mei 2015 sampai 22 Agustus

2015.

4. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

Menurut Nanang Martono (2011:74), populasi merupakan

keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian,

atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota

mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga

tahun 2015 yang berjumlah 40

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena ia merupakan

bagian dari populasi, tentulah ia harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki

oleh populasinya. (Azwar, 2007:79) apabila subjeknya tersebut kurang

(30)

100, maka subjek dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau

lebih (Arikunto, 2006:20). Adapun yang menjadi sampel dari

penelitian ini adalah seluruh anggota aktivis Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) IAIN Salatiga tahun 2015 karena jumlah anggotanya

kurang dari 100 maka penelitian ini merupakan penelitian populasi

c. Teknik Sampling

Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan

adalah Random sampling atau sampel acak. Teknik random

sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan

sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama (Arikunto, 2002:

111).

5. Metode Pengumpulan Data

a. Metode angket

Metode angket atau bisa juga disebut dengan kuesioner

merupakan sejumlah pertanyaan atau peryataan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,

2006:151). Materi pertanyaan atau pernyataan secara sistematis

dengan menggunakan alternatif jawaban tertutup, di mana setiap item

telah diberikan kemungkinan jawaban sehingga responden tinggal

memilih jawaban yang tepat sesuai dengan dirinya. Untuk angket

(31)

xxxi

sedangkan untuk angket sikap sosial menggunakan skala likert.

kuesioner ini disebarkan kepada seluruh anggota mahasiswa aktivis

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) tahun 2015.

b. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya

barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

sebagainya (Arikunto, 2006:158). Dengan kata lain metode ini

digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan objek

penelitian

c. Observasi

Observasi merupakan suatu metode penelitian yang dijalankan

secara sistematis dan dengan sengaja (tidak asal atau sembarangan dan

secara kebetulan) yang diadakan dengan menggunakan alat indera

terutama mata sebagai alat untuk menangkap secara langsung

kejadian-kejadian atau keadaan yang akan diobservasi.

6. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

akan diteliti. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

(32)

motivasi mengajar pesantren kilat dengan sikap sosial mahasiswa. Angket

dirancang dalam 50 pertanyaan ditujukan oleh para pengajar pesantren

kilat. Pada variabel motivasi mengajar penyebaran angket 25 soal

masing-masing jawaban yaitu pilihan ganda a, b, c yang mempunyai skor

berturut-turut 3, 2, 1 sedangkan variabel sikap sosial penyebaran angket 25 soal

masing-masing jawaban yaitu tidak setuju (TS), ragu-ragu (RR), setuju

(S), yang mempunyai skors berturut-turut 1, 2, dan 3

Kis-kisi instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No. Variabel Indikator Item angket

1 Motivasi

Rasa bahagia berkumpul

(33)

xxxiii

Berusaha memaafkan

kesalahan sesama

5,6

Ketika bertemu selalu

mengucapkan salam

7,8

Berperan aktif dalam

kegiatan organisasi

Menghormati yang lebih

tua dan menyayangi antar

sesama

17,18

Tidak menggunjing

orang lain

19,20

Selalu berprasangka baik

terhadap teman

21

simpati terhadap yang

sedang dirasakan orang

lain

(34)

Selalu berkata jujur

terhadap semua orang

24, 25

7. Analisis Data

Teknik yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah dengan

menggunakan teknik analisis presentase dengan menggunakan rumus:

P = X 100%

Keterangan:

P = Presentase

F = Frekuensi

N = Banyaknya subyek seluruhnya

Setelah data tersebut diperoleh, kemudian diolah kembali dengan

menggunakan analisa statistic product moment dengan rumus sebagai

berikut:

( )( )

√*

( )

+*

( )

+

Keterangan:

= koefisien antara variable X dan Y

XY = Perkalian antara X dan Y

(35)

xxxv Y = Variabel 2

N = Jumlah sampel yang diteliti

= Sigma (Jumlah)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang: latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,

metodologi penelitian serta sistematika penulisan skripsi

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab II landasan teori ini diuraikan sebagai

pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik yakni:

pengertian motivasi, ciri-ciri motivasi, macam-macam

motivasi, fungsi motivasi, motivasi mengajar pesantren kilat,

prinsip interaksi antara pendidik dengan peserta pesantren kilat

Sikap sosial meliputi: definisi sikap sosial, aspek sikap

sosial, ciri-ciri sikap sosial, macam-macam sikap sosial, fungsi

sikap sosial, pembentukan dan perubahan sikap sosial serta

hubungan antara motivasi mengajar pesantren kilat dengan

sikap sosial mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus

(36)

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan

penyajian data penelitian

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini membahas tentang Analisis Pendahuluan,

Analisis Lanjutan, dan Analisis Uji Hipotesis

BAB V : PENUTUP

Di akhir bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran,

(37)

xxxvii BAB II

LANDASAN TEORI A. Motivasi Mengajar Pesantren Kilat

1. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat

diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata

“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama

bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

(Sardiman, 1994:73)

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 1994:73) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari

pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen

penting. Yaitu:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa

(38)

energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri

manusia), penampakan akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling” afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan

kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku

manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang terdorong oleh adanya unsur lain,

dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.

Dengan ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa

motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan

terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga

akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi,

untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong

karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. (Sardiman, 1994:74)

2. Ciri-Ciri Motivasi

Untuk melengkapi uraian mengenai makna tentang motivasi tersebut,

(39)

xxxix

diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Sardiman,

1994:83)

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus- menerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang

dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,

keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak

kriminal, amoral, dan sebagainya)

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

3. Macam-Macam Motivasi

Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat

(40)

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

1) Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa

sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. sebagai contoh:

dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk

bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini

seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis,

relevan dengan ini maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis

motif Physiological drives

2) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. sebagai

contoh: dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.

Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang

diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan

sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu

terbentuk. Frandsen mengistillahkan dengan affiliative needs.

Sebab justru kemampuan berhubungan, kerja sama di dalam

masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia

perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina

hubungan baik dengan sesama, apabila orang tua dan guru. Dalam

kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha

(41)

xli

b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum,

makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk

beristirahat.

2) Motif-motif darurat yang termasuk dalam jenis motif ini antara

lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk

membalas, untuk berusaha, untuk memburu, jelasnya motivasi

jenis ini timbul karena rangsangan dari luar

3) Motif-motif objektif dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh

minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat

menghadapi dunia luar secara afektif.

c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi

menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.

Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: reflek, instink

otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu

kemauan.

Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat

(42)

1) Momen timbulnya alasan

Seseorang melakukan suatu kegiatan karena atas dasar

dorongan suatu alasan tertentu yang dapat menggugah seseorang

untuk melakukan kegiatan tersebut.

2) Momen pilih

Momen pilih maksudnya dalam keadaan pada waktu ada

alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara

alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang

menimbang-nimbang dari berbagai alternatif untuk kemudian menentukan

pilihan alternatif untuk kemudian menentukan pilihan alternatif

yang akan dikerjakan.

3) Momen putusan

Dalam persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu

akan berakhir dengan dipilihnya satu alternatif. Satu alternatif yang

dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.

4) Momen terbentuknya kemauan

Jika seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk

dikerjakan maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk

bertindak, melaksanakan putusan tersebut.

d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik

(43)

xliii

Yang dimaksud dengan motifasi instrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia

menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam

diri pekerja itu sendiri. Dengan demikian berarti juga bahwa

kesenangan pekerja muncul pada waktu dia bekerja dan dia sendiri

menyenangi pekerjaannya itu. Motivasi muncul dari dalam diri

individu, karena memang individu itu mempunyai kesadaran untuk

berbuat. Baginya berbuat adalah suatu kewajiban, laksana makan

sebagai kebutuhan. (Danim, 2012:18)

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi yang

muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan

dan dari luar diri pekerja itu sendiri. Motivasi dari luar biasanya

dikaitkan dengan imbalan. Kesehatan, kesempatan cuti, program

rekreasi perusahaan, dan lain-lain. Pada konteks ini manusia

organisasional ditempatkan sebagai subjek yang dapat didorong

(44)

oleh adanya sesuatu yang ingin dicapai dan dapat pula bersumber

dari faktor-faktor di luar subjek.

4. Fungsi Motivasi

Motivasi mempengaruhi adanya kegiatan oleh karena itu motivasi

bertalian dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga

fungsi motivasi. (Sardiman, 1994:85) antara lain:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan

2) Menentukkan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

5. Motivasi Mengajar Pesantren Kilat

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73)

Mengajar adalah penyampaian pengetahuan dan kebudayaan

(45)

xlv

penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. ( Syah,

2003:181)

Pesantren kilat adalah salah satu inovasi yang digagas dalam

bidang spiritual. Kata pesantren menunjuk bahwa kegiatan ini mengadopsi

sistem pesantren dalam penyelenggaraan kegiataannya yang relative

sebentar. Lamanya berkisar antara 7 sampai 30 hari. (Mujahiddin,

2005:66)

Motivasi mengajar pesantren kilat adalah keinginan mengajar

pesantren kilat yang timbul karena adanya dorongan dari yang

bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan antara kebutuhan pribadi,

pengaruh lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan non sosial, dimana

kekuatannya tergantung pada proses pengintegrasian tersebut.

6. Prinsip Interaksi Antara Pendidik Dengan Peserta Pesantren kilat Kegiatan pesantren kilat merupakan kegiatan yang mengadopsi

nilai-nilai yang tumbuh dalam sistem pendidikan pesantren. Oleh karena itu,

pola interaksi antara pendidik dengan peserta diusahakan menginteraksi

kyai dengan santrinya.

Pelaksana kegiatan pesantren kilat dapat berasal dari siswa maupun

dewan guru. Akan tetapi, jika pelaksananya adalah dewan guru, maka

harus dihindari interaksi atasan-bawahan. Begitu pula dengan pemateri,

(46)

bukan hanya untuk menyampaikan materi tetapi juga untuk berinteraksi.

(Mujahidin, 2005:154). Berikut beberapa prinsipnya, antara lain:

a. Prinsip kebermaknaan

Prinsip ini mengacu kepada pentingnya memberikan materi

pembelajaran yang bermakna bagi murid/santri, baik bagi kepentingan

hidupnya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh

karena itu, pembelajaran di pesantren dalam konteks ini harus dapat

menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan minat dan nilai-nilai

kehidupan anak serta menghubungkan pelajaran dengan kehidupan

masa depan anak

b. Prinsip prasyarat

Prinsip ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran akan

efektif apabila murid/santri memiliki prasyarat untuk melakukan

kegiatan tersebut. oleh karena itu seorang guru harus dapat

mengkaitkan kemampuan yang telah dimiliki oleh murid santri dengan

kemampuan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran

c. Prinsip memberi contoh

Prinsip ini atau dikenal juga dengan prinsip uswah

menghendaki agar seorang guru dapat memberikan contoh yang dapat

diamati dan ditiru oleh seorang murid/ santri dalam kegiatan

(47)

xlvii

1) Mengandung nilai yang tinggi di mata murid/santri

2) Diyakini akan memberikan keuntungan bagi murid/santri

3) Tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan

murid/santri

4) Dapat dipergunakan untuk memberikan pendidikan

keterampilan teknik atau sosial

d. Prinsip komunikasi terbuka

Prinsip ini menuntut agar seorang guru dapat mendorong

murid/santri untuk lebih banyak mempelajari berbagai bahan

pembelajaran sehingga pesan yang disampaikan oleh guru terbuka

bagi mereka. Prinsip ini juga bermakna bahwa guru dan murid/santri

memiliki keterbukaan terhadap berbagai informasi dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga mereka tidak terjebak kepada fanatisme yang

sempit. Prinsip komunikasi terbuka ini, tentunya hanya dapat dijumpai

dalam pesantren ribathi, khalafi dan jami‟i. sebab, pada pesantren

salafi, otoritas kyai sangat dominan sehingga santri tidak memiliki

ruang yang cukup untuk dapat berkomunikasi langsung dengan

kyainya.

e. Prinsip kebaruan/kekinian

Seorang guru dituntut agar dapat menyampaikan materi yang

dianggap relative baru oleh murid/santri. Hal ini disebabkan minat dan

(48)

yang baru. Pengertian baru dalam konteks ini tidak menunjuk kepada

dzat materi tersebut yang benar-benar baru, sebab materi yang

dipelajari di pesantren bukan hal yang baru tetapi warisan dai generasi

sebelumnya. Akan tetapi, pengertian baru ini disini adalah baru

menurut para santri karena sebelumya mereka tidak mengetahui.

Dengan perkataan lain, prinsip kebaruan adalah penyampaian materi

yang tidak/ belum diketahui oleh santri

f. Prinsip praktik aktif

Kegiatan pembelajaran yang mengikutsertakan murid/santri

dalam praktik pembelajaran akan lebih efektif dari pada hanya

menyampaikan materi atau demontrasi dihadapan mereka. Oleh karena

itu seorang guru dituntut untuk mengikutsetakan mereka dalam

berbagai praktik pembelajaran.

g. Prinsip praktik terbuka

Praktik yang mengikutsertakan murid/santri dalam kegiatan

pembelajaran akan lebih efektif jika disajikan dalam frekuensi dan

urutan waktu yang jelas. Murid/santri dapat mengetahui kemampuan

yang dituntut untuk dimiliki oleh mereka. Hal ini berkaitan dengan

kesiapan mereka dalam menerima materi pembelajaran

h. Prinsip mengurangi petunjuk

Murid/santri akan lebih baik dalam belajarnya apabila peranan

(49)

xlix

itu, guru hendaknya lebih berorientasi kepada peranan sebagai

fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip ini tentunya berlaku

dalam pesantren yang memiliki pola komunikasi dua arah antara guru

dengan murid. Pada banyak pesantren, pola komunikasi yang ada

cenderung satu arah sehingga akan kesulitan menerapkan prinsip ini

i. Prinsip kondisi dan konsekuensi-konsekuensi yang menggembirakan

Kegiatan pembelajaran di pesantren, hendaknya memiliki

kondisi dan konsekuensi-konsekuensi yang menggembirakan. Sebab,

kondisi dan konsekuensi tersebut dapat menjadi motivasi ekstrinsik

yang akan mendorong murid/santri untuk giat dalam belajar. Kondisi

dan konsekuensi yang dimaksud tidak hanya bersifat material, tetapi

juga immaterial, seperti penghargaan dan pujian bagi murid/santri

yang berprestasi

Adapun untuk meningkatkan efektivitas pesantren kilat, langkah

konkrit yang hendaknya dilakukan oleh seorang pemateri adalah:

a. Pemateri dalam pesantren kilat memiliki tugas untuk memotivasi

peserta pesantren kilat dalam memilih bahan dan sumber belajar

yang cocok dalam kegiatan belajar dan untuk melakukan

pemecahan masalah melalui cara belajar secara demokratis.

b. Peranan pemateri adalah untuk memberi dorongan dan bantuan

sehingga peserta pesantren kilat mampu merencanakan

(50)

c. Pemateri hendaknya mengembangkan semangat kerjasama,

hubungan akrab dan saling menyenangi antar peserta pesantren

kilat

d. Kewibawaan pemateri sangat menentukan keberhasilan kegiatan

pesantren kilat

e. Pemateri berperan untuk membantu peserta pesantren kilat

sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupan

nyata

f. Pemateri hendaknya mampu memberikan materi pembelajaran

yang bermakna bagi peserta pesantren kilat, baik bagi kepentingan

hidupnya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

g. Pemateri hendaknya mampu mengkaitkan kemampuan yang telah

dimiliki oleh peserta pesantren kilat dengan kemampuan yang

diberikan dalam kegiatan pembelajaran

h. Pemateri hendaknya dapat mengembangkan sikap komunikasi

terbuka dengan peserta pesantren kilat

B. Sikap Sosial

1. Definisi Sikap Sosial

Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam cara suka atau tidak suka

terhadap suatu obyek. Sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan

oleh seseorang kepada orang lain, benda atau peristiwa sebagai objek

(51)

li

preferensial, dalam konteks itu, seseorang memiliki kecenderungan untuk

puas atau tidak puas, positif atau negatif, suka atau tidak suka terhadap

suatu objek sikap.(Hanurawan, 2012:64)

Sosial adalah proses belajar warga masyarakat suatu kelompok

kebudayaan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat itu.

Melalui proses sosialisasi, kelangsungan hidup suatu kelompok

masyarakat budaya dapat terjamin. Dilihat dari wacana psikologi sosial,

sosialisasi adalah proses yang memungkinkan individu mengembangkan

cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang berguna bagi penyesuaian

sosial efektif dalam hidup bermasyarakat. Sosialisasi adalah proses yang

berjalan sepanjang hidup sosial manusia itu sendiri, mulai masa anak

sampai masa lanjut usia (Hanurawan, 2012:54)

Jadi sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan

perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial.

(Ahmadi, 1999:163)

2. Aspek Sikap Sosial

Tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek (Ahmadi, 1999:162) meliputi:

a. Aspek kognitif : yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal

fikiran, ini berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta

(52)

b. Aspek afektif: berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan

tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati dan sebagainya yang

ditunjukkan kepada objek-objek tertentu

c. Aspek konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat

sesuatu objek, misalnya: kecenderungan memberi pertolongan,

menjauhkan diri dan lain sebagainya.

3. Ciri-Ciri Sikap Sosial

Ciri-ciri dari pada sikap ada bermacam-macam, (Gerungan, 1981:153)

antara lain:

a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama

perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu berubah-ubah.

Dan dapat dipelajari atau sebaliknya, bahwa sikap itu dapat dipelajari

apabila ada syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya

sikap pada orang itu. Berbeda dengan insting/ naluri manusia yang

dibawanya sejak lahir ia bersifat tetap dan mempunyai sifat

motif-motif biogenetis seperti: rasa lapar, haus, dan lain sebagainya.

b. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, tetapi senantiasa

mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain,

sikap terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan

suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas

c. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi,

(53)

liii 4. Macam-Macam Sikap Sosial

Macam-macam sikap sosial (Riyati, 2012:28) antara lain:

a. Sikap terhadap teman

Dalam bergaul dan berinteraksi antar sesama teman di

lingkungan sekolah hendaknya diperlukan sebuah sikap sosial untuk

menjaga hubungan pertemanan agar selalu berjalan baik, sikap sosial

tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Bersikap ramah

Adab atau sopan santun terhadap sesama umat manusia

merupakan ajaran Islam, yang telah diajarkan Nabi

Muhammad SAW terhadap umat Islam dengan bersikap

ramah, sopan santun, serta lemah lembut terhadap teman

adalah seperti apapun yang dilakukan nabi, sehingga Nabi

mendapat julukan uswatun hasanah, karena beliau adalah orang

yang paling berakhlak mulia. Sebagaimana firman Allah dalam

surat Al-Qolam ayat 4:



Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti

yang agung”

(54)

Pemberi adalah sesuatu perbuatan yang terpuji. Apalagi

memberi maaf kepada teman yang telah berbuat salah. Dalam

memberi maaf, semua luka dan penderitaan dikorbankan dalam

arti dilepaskan.

Dengan sikap pemaaf, maka akan terjadi hubungan

yang harmonis terhadap teman, sehingga dalam berteman akan

mempunyai banyak teman.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Araf ayat 19:



mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”

3) Suka menolong teman

Tidak selamanya orang hidup berada dalam kecukupan

dan kelebihan. Suatu saat, ia pasti mengalami kekurangan yang

membutuhkan uluran tangan orang lain. Pada saat inilah peran

teman sangat dibutuhkan. Bisa saja ia butuh bantuan materi

seperti uang, barang dan yang lainnya atau bantuan nonmateri

(55)

lv

juga mengajarkan bahwa orang yang berbeda dalam kesusahan

harus dibantu dengan semampunya.

Menolong sesama muslim yang sangat membutuhkan

pertolongan, hal ini ditandaskan secara langsung oleh

Rosulullah saw dalam hadist berikut,

اذإ هرصنأ للها لوسر اي لجر لاقف ، اًمْوُلْظَم ْوَأ اًمِلاَظ َكاَخَأ ْرُصْنُا

ِجُْتُ : لاق ؟ هرصنأ فيك الماظ ناك اذإ تيأرفأ امولظم ناك

ْوَأ ُهُز

ُهُرْصَن َكِلَذ َّنِإَف ِمْلُّظلا َنِم ُوُعَ نَْتَ

Artinya: “tolonglah saudaramu, ketika ia berlaku zalim atau

dizalimi”. Kemudian Rasullullah SAW ditanya tentang cara

menolong orang yang zalim. Beliau bersabda, “engkau

melarangnya berbuat zalim dan mencegahnya. Itulah

pertolonganmu terhadapnya”.(HR Al Bukhari dan Muslim)

Begitu pula Allah telah memerintahkan umat manusia

untuk tolong-menolong sebagaimana firman Allah dalam surat

(56)

Artinya: “ dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan

kewajiban dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”

Dengan memiliki sikap tolong-menolong dengan

teman, maka sesuai dengan pepatah yang mengatakan bahwa

“apa yang telah tanam, maka suatu saat kita pasti akan menuainya” artinya jika kita menolong seseorang dan suatu

saat, ketika kita mengalami kesulitan maka pertolongan akan

datang untuk kita.

b. Sikap terhadap guru

Ada beberapa etika atau sopan santun dalam bergaul dengan guru

antara lain sebagai berikut:

1) Menghormati dan memuliakan guru

Menghormati dan memuliakan guru merupakan

kewajiban seorang murid, karena dia adalah orang yang paling

berjasa dalam membimbing, mendidik, dan mengajarkan

segala ilmu pengetahuan, yang semula anak tidak tahu menjadi

tahu tentang segala sesuatu. Menghormati dan memuliakan

guru tidak hanya dengan perkataan saja, tetapi juga dengan

tindakan dan sikap yang baik.

Dengan sikap atau perkataan yang baik, sebagaimana

(57)

lvii

beberapa derajad). Firman Allah dalam surat Al-Mujadalah

ayat 11:

Artinya: “ Dan apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajad”.

2) Tawadhu terhadap guru

Guru adalah orang yang wajib digugu (dipatuhi) dan

ditiru (diteladani). Jadi guru sebagai panutan atau suri tauladan

yang utama. Sehingga ada pepatah Arab mengatakan bahwa:

“Al Ulama‟ Warosatul Anbiya”. Seorang guru dapat

dikatagorikan kelompok utama sehingga mereka mewarisi apa

yang telah diajarkan oleh Nabi sehingga tawadhu atau taat

terhadap guru dapat diidentikkan tawadhu dan taat kepada

Rosul.

Maka tawadhu atau taat terhadap guru sama dengan

tawadhu dan taat kepada Rosul. Dan dengan taat kepadanya

akan mendapatkan kemenangan yang besar, serta kebahagiaan

yang sebenar-benarnya.

(58)

Adapun sikap-sikap yang harus dimiliki oleh siswa dalam

berinteraksi dengan karyawan agar tetap terjalin dengan baik, antara

lain sebagai berikut:

1) Persaudaraan

Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang

lemah, sehingga tidak mungkin hidup seorang diri. Setiap orang

membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain. Manusia sering

disebut sebagai makhluk sosial, artinya manusia itu harus

bersama-sama dengan orang lain. Oleh karenanya secara kodrati manusia

dalam kehidupannya harus bersaudara dan membentuk persatuan.

Islam memiliki konsep persaudaraan antara sesama manusia

dalam kehidupan yang beraneka ragam, maka agar dapat

berkomunikasi dengan baik perlu adanya saling memahami dan

menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan. Seorang siswa juga

harus menjalin hubungan yang baik dengan karyawan. Dalam

hubungan dengan sesama manusia, orang islam harus selalu

menunjukkan kebaikan dan keramahan

2) Persamaan

Pada hakekatnya manusia adalah berasal dari satu keturunan

yang sama, dan dilahirkan dalam keadaan yang sama. Maka dari

itu tidak ada perbedaan antara seorang dengan orang lainnya,

(59)

lix

istiadat, yang membedakan disini adalah nilai ketakwaannya.

Dengan demikian, seorang siswa dengan karyawan tidak ada

perbedaan, bahwa semuanya sama. Disini pangkat dan derajad

tidak merupakan suatu hal yang akan menjadi perbedaan di antara

mereka dalam bergaul di lingkungan sekolah

3) Tidak Berbohong

Perbuatan dusta merupakan perbuatan yang sering kita anggap

sebagai perbuatan yang membawa nikmat. Karena dengan berdusta

kita merasa akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak,

merasa lebih bangga, merasa gengsinya terangkat, merasa bisa

tampil beda dalam pergaulan dan seterusnya. Sehingga

kadang-kadang kita sendiri merasa bangga kalau bisa berbuat dusta dan

mencemooh orang lain yang tidak berbuat dusta

Seorang siswa harus memiliki sifat yang baik terhadap sesama

Tidak berbuat berbohong terhadap para karyawan baik dalam

berinteraksi secara lisan maupun tindakan di sekolah karena satu

kali seseorang berbuat dusta dan hasilnya ternyata amat

memuaskan maka dengan ringan akan mengulangi yang kedua

kalinya.

4) Jujur

Orang yang jujur adalah orang yang berkata, berpenampilan,

(60)

sikap yang jauh dari kepalsuan dan kepura-puraan. Kejujuran

berarti sikap ksatria. Sebuah sikap yang dibangun oleh kematangan

jiwa dan kejernihan hati. Ia juga lahir hanya dari nurani terdalam

yang hendak mengekpresikan apa yang sesungguhnya harus

diperlihatkan

Seorang siswa harus berperilaku jujur dengan sesama salah

satunya dengan karyawan dilingkungan sekolah, karena kejujuran

adalah akhlak yang mulia. Allah Swt menyuruh kita untuk

senantiasa bersama dengan orang-orang yang jujur, jika pun belum

menjadi pelakunya. Firman llah Swt dalm surat At-Taubah ayat

119:



















Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.

Jadi hidup di masyarakat sekolah baik sesama teman, kepada

guru, maupun terhadap karyawan, seorang siswa hendaklah

(61)

lxi

oleh agama islam. Sehingga akan terwujudlah rasa sosial yang baik

dan sehat antara yang satu dengan yang lainnya.

5. Fungsi Sikap Sosial

Fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan (Ahmadi,

1999:179) yaitu:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable

artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi

milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan

atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai

oleh sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu obyek. Sehingga

dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang

dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain.

Oleh karena itu anggota-anggota kelompok yang mengambil sikap

sama terhadap obyek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap

anggota-anggota lainnya.

b. Sikap berfungsi sebagai alat mengatur tingkah laku

Tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya

merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara

perangsang dan reaksi tak ada pertimbangan. Tetapi pada anak dewasa

dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umumya tidak

(62)

sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara

perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu

sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan/

penilaian-penilaian terhadap perangsang tadi. Dan penilaian-penilaian-penilaian-penilaian terhadap

perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi

merupakan sesuatu yang erat hubungan dengan cita-cita orang, tujuan

hidup orang peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam

masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan lain sebagainya.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam

menerima pengalaman pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak

pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang

berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia,

tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak

perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih.

Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan apakah

pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau tidak. Jadi manusia

setiap saat mengadakan pilihan-pilihan, dan semua perangsang tidak

semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak demikian akan

mengganggu jiwa manusia. Tanpa pengalaman tak ada keputusan, dan

(63)

lxiii

tidak dapat memilih ketentuan-ketentuan dengan pasti akan terjadilah

kekacauan.

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan

karena sikap tidak pernah terpisahkan dari pribadi yang

mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada

objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi

orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita

akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan yang

sesungguhnya dari pada sikap orang tersebut dan dengan mengetahui

keadaan sikap itu kita akan bisa mengetahui pula mungkin tidaknya

sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubahnya sikap-sikap

tersebut.

6. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial

Sikap timbul karena ada stimulus, terbentuknya suatu sikap itu

banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan

kebudayaan. Misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat

istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam

membentuk sikap putra-putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok

primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap

seseorang tidak selamanya tetap, ini bukan berarti orang tidak

Gambar

Tabel 1
Tabel II
Tabel III
Tabel VII
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu teknik pembibitan yang dapat digunakan untuk menghasilkan bibit kakao dalam jumlah yang banyak dengan sifat genetika yang seragam dan sama dengan

7 PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PERSONAL DAN SOCIAL SKILL BAGI ANAK JALANAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

Dalam makalah ini diuraikan hasil analisis dan karakterisasi sampel uji oksidasi pada temperatur tinggi dengan menggunakan SEM, yaitu material paduan zirkonium

Praktisnya mereka adalah orang yang terlibat dalam persoalan politik bahasa, yakni guru, orangtua, dan tokoh masyarakat seperti kepala desa, pegawai negeri sipil atau pensiunan,

Rencana Kinerja Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2019 merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

Aplikasi ini bertujuan untuk mengembangkan system yang pernah dibuat sebelumnya dengan menambahkan pengendali lampu ruangan menggunakan sensor photo control yang

Dengarkan pembicaraan telepon saya dengan 4 gadis cantik dengan karakter dan situasi yang berbeda... pelajari intonasi suara dan cara saya mengatakan kata-kata yang saya

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang dijelaskan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah: (1) apakah citra persepsian dan pengalaman emosional