• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA. Buku Petunjuk Pratikum.2001.Pengetahuan Teknik Beton, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA. Buku Petunjuk Pratikum.2001.Pengetahuan Teknik Beton, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Pratikum.2001.Pengetahuan Teknik Beton, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana.

Alizar, Ir, MT, 2008. Buku Panduan Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta.

Abdullah,Yudith.2008.PENGARUH ZAT ADDITIF TERHADAP BETON

RINGAN.FAKUTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA.DEPOK

Afifudin, Mochammad, Abdullah, 2011, Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi Terhadap Sifat Mekanis Beton Busa ( Foam Concrete ), Universitas Syiah Kuala, Indonesia.

Departemen Pekerjaan Umum.2002. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SNI 03-2834-1993, Departemen Permukiman dan Wilayah Badan Penelitian dan Pengembangan, Jakarta.

Dairi, Hidayat Rahmat, 2003, Pengaruh Penggunaan Bahan Tambah Kimia (Sikament LN) Terhadap Efisiensi Penggunaan Air dan Kuat Tekan Beton, Unidayan, Bau-Bau

Hartono, Widi, 2004, Mix Design Metode SKSNI dan ACI Dengan Bantuan Bahasa Pemrograman Komputer. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, UNS, Surakarta.

Leonardi , 2010 , KUALITAS BETON RINGAN (LIGHT WEIGHT CONCRETE) DENGAN CAMPURAN MATERIAL SEMEN, ABU TERBANG (PULVERISED FLY ASH) DAN SPONGE RUBBER,ITS, Surabaya

Pasarribu, P, Ramos, 2007. Analisa Kemampuan Beton Ringan – Abu Sekam Padi, Universitas Tarumanegara, Jakarta

Pratikto, 2010. Beton Ringan Ber-agregat Limbah Botol Plastik Jenis PET (Ploy Ethylene Terephthalate). Seminar Nasional Teknik Sipil Universitas Politeknik Negeri, Jakarta.

Saidah, Andi,dkk, 2010, Pengembangan Dinding Beton Ringan Berbahan Serat Jerami Padi Sebagai Pengganti Batu Bata, Seminar Nasional “Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi Beton”.

Supartono,dkk,2001, TREND TEKNIK SIPILERA MILENIUM BARU, Yayasan JHON HI-TECH IDETAMA, Jakarta.

(2)

untuk Beton Ringan Struktural,. pdf diakses tanggal 19 September 2010. Standar Nasional Indonesia, (SNI-03-2847-2002), Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung

Standar Nasional Indonesia (SNI 1969-2008), Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Ageragat Kasar,.pdf diakses tanggal 27 Maret 2011.

Standar Nasional Indonesia, (SNI 03-1970-2008), Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Ageragat Halus, SNI 03-1970-2008.pdf diakses tanggal 27 Maret 2011.

Supriyatna, Yatna, 2000, Perencanaan dan Pengendalian Mutu Beton, Universitas Komputer Indonesia.

Yunianto,Tri Hasan, 2009, Pengaruh Aditif LIGNO GI 07 Terhadap Proses Kecepatan Setting Beton, Universitas Mercu Buana, Jakarta.

Wahyudi, L dan Syahrir A, Rahim.1999, Struktur Beton Bertulang, Standar Baru SNI T-15-1991-03, Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.

www.sasonov.wordpress.com, “Teknologi Additive dan Admixture”, 02 Februari 2011.

http://www.basf.com/group/corporate/en/brand/MEYCO,20 Juni 2010

TAMSOIL 200CF Conditioning Foam

Additive.

Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan

(3)

1.1 Pengujian Sifat Fisik Agregat Halus

Pengujian sifat fisik agregat halus meliputi beberapa pengujian yang terdiri dari : 1.1.1 Pengujian berat isi agregat halus

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus,kasar atau campuran.

Berat isi adalah perbandingan berat dan isi. Rumus yang digunakan untuk menghitung berat isi agregat adalah sebagai berikut :

Berat isi agregat = kg/dm3 Keterangan :

W3 = berat berat uji ( kg ). V = isi wadah (dm3

a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh. ).

Peralatan yang digunakan untuk pengujian berat isi agregat halus adalah sebagai berikut :

b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat

sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. d. Mistar perata.

e. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk sillinder dengan alat pemegang,berkapasitas seperti berikut :

(4)

Kapasitas (liter) Diameter (mm) Tinggi (mm)

Tebal wadah minimum (mm) Ukuran butir maksimum (mm) dasar isi 2,832 152,4 ± 2,5 154,9 ± 2,5 5,08 2,54 12,7 9,435 203,2 ± 2,5 292,1 ± 2,5 5,08 2,54 25,4 14,158 254,0 ± 2,5 279,4 ± 2,5 5,08 3,00 38,1 28,316 355,6 ± 2,5 284,4 ± 2,5 5,08 3,00 101,6

Sumber : modul praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (2007)

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Universitas Mercubuana, cara melakukan:

1. Berat isi lepas :

a. Timbang dan catatlah beratnya (W1).

b. Masukkan benda uji dengan hati –hati agar tidak terjadi pemisahan butir- butir, dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata. d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).

e. Hitunglah berat benda uji (W3= W2 – W1).

2. Berat isi padat agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 ½”) dengan cara

penusukan.

a. Timbanglah dan catatlah berat bendar wadah (W1).

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapi dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.

c. Pada pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap lapisan.

(5)

d. Ratakan permukaan benda uji dengan mengunakan mistar perata. e. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2). f. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).

3. Berat isi padat agregat ukuran butir antara 3,81 mm (1 ½”) sampai 101,6 mm

(4”) dengan cara penggoyangan.

a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal.

c. Padatkan setiap lapisan dengan cara mengoyang-goyangkan wadah seperti berikut :

d. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata. e. Timbang dan catatlah wadah beserta benda uji (W2).

f. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).

1.1.2 Pengujian berat jenis agregat dan penyerapan agregat

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat halus.

1. Berat jenis (bulk specific grafity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(6)

Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) ialah perbandingan antara berat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

2. Berat jenis semu (apparent specific grafity) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

3. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bk = berat benda uji kering oven (gram).

Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (gram).

Ba =berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram). Berat jenis kering permukaan jenuh

(saturated surface dry) =

Berat jenis semu (apparent specific grafity) =

(7)

1.1.3 Pengujian analisa saringan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut :

a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji. b. Satu set saringan ; 76,2 mm(3”) ; 63,5 mm (2 ½”) ; 50,8 mm (2”) ;

37,5 mm (1 ½”) ; 25 mm (1”) ; 19,1 mm (3/4”) ; 12,5 mm (1/2”) ; 9,5

mm (3/8”) ; No.4 ; No.8 ; No.16 ; No.30 ; No.50 ; No.100 ; No.200

(standard ASTM).

c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) o

d. Alat pemisah contoh. C.

e. Mesin pengguncang saringan. f. Talam – talam.

g. Kuas,sikat kuning,sendok, dan alat-alat lainnya.

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Universitas Mercubuana, cara melakukan:

a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 ± 5)ºC, sampai berat tetap.

b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncangkan dengan mesin pengguncang selama 15 menit.

(8)

1.2 Pengujian Sifat Fisik Agregat Kasar

Karakteristik umum dari agregat kasar adalah mengandung koral atau kerikil, koral pecah, batu pecah dan gabungan dari beberapa diantaranya. Gradasi dari agregat kasar harus memenuhi persyaratan, yaitu melalui analisa saringan dengan nomor ayakan sebagai berikut:

Table 3.2 Persyaratan Gradasi Agregat Kasar Diameter

ayakan

Prosentase yang lolos (%) Gradasi agregat 40 mm 30 mm 20 mm 10 mm 75 37.5 26.5 19 12.5 9.5 4.75 2.36 100 90-100 - 30-70 - 10-35 0-5 0-2 - 100 90-100 - 25-60 - 0-10 0-5 - - 100 90-100 - 25-55 0-10 0-5 - - - 100 90-100 40-85 0-10 0-5 Sumber : SNI 03-2834-1993

Pengujian sifat fisik agregat halus meliputi beberapa pengujian yang terdiri dari : 1.2.1 Pengujian berat isi agregat kasar

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat, kasar atau campuran.

Berat isi adalah perbandingan berat dan isi. Rumus yang digunakan untuk menghitung berat isi agregat adalah sebagai berikut :

Berat isi agregat = kg/dm3 Keterangan :

W3 = berat berat uji ( kg ). V = isi wadah (dm3).

(9)

Peralatan yang digunakan untuk pengujian berat isi agregat halus adalah sebagai berikut :

a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.

b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat

sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. d. Mistar perata.

e. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk sillinder dengan alat pemegang, lihat tabel 3.1

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Universitas Mercubuana, cara melakukan:

1. Berat isi lepas :

a. Timbang dan catatlah beratnya (W1).

b. Masukkan benda uji dengan hati –hati agar tidak terjadi pemisahan butir- butir, dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata. d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).

e. Hitunglah berat benda uji (W3= W2 – W1).

2. Berat isi padat agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 ½”) dengan cara

penusukan.

(10)

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapi dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.

c. Pada pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap lapisan.

d. Ratakan permukaan benda uji dengan mengunakan mistar perata. e. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2). f. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).

3. Berat isi padat agregat ukuran butir antara 3,81 mm (1 ½”) sampai 101,6 mm

(4”) dengan cara penggoyangan.

a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal.

c. Padatkan setiap lapisan dengan cara mengoyang-goyangkan wadah seperti berikut :

d. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata. e. Timbang dan catatlah wadah beserta benda uji (W2).

f. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).

1.2.2 Pengujian berat jenis agregat dan penyerapan agregat

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat halus.

1. Berat jenis (bulk specific grafity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat

(11)

dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Berat jenis ( bulk specific grafity ) =

Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) ialah perbandingan antara berat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

2. Berat jenis semu (apparent specific grafity) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

3. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) =

Berat jenis semu (apparent specific grafity) =

(12)

Keterangan :

Bk = berat benda uji kering oven (gram).

Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (gram).

Ba =berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram).

1.2.3 Pengujian analisa saringan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut :

a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.

b. Satu set saringan ; 76,2 mm(3”) ; 63,5 mm (2 ½”) ; 50,8 mm (2”) ; 37,5

mm (1 ½”) ; 25 mm (1”) ; 19,1 mm (3/4”) ; 12,5 mm (1/2”) ; 9,5 mm (3/8”)

; No.4 ; No.8 ; No.16 ; No.30 ; No.50 ; No.100 ; No.200 (standard ASTM).

c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) o

d. Alat pemisah contoh. C.

e. Mesin pengguncang saringan. f. Talam – talam.

g. Kuas,sikat kuning,sendok, dan alat-alat lainnya.

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Universitas Mercubuana, cara melakukan:

(13)

a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 ± 5)ºC, sampai berat tetap.

b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncangkan dengan mesin pengguncang selama 15 menit.

1.3 Keausan Agregat kasar dengan mesin Los Angeles

Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mengunakan mesin Los Angeles. Alat-alat yang dipergunakan adalah:

1. Mesin Los Angeles

Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28”), panjang dalam 50 cm (20”). Silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak mengganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).

2. Saringan no.12 dan saringan-saringan lainnya tercantum pada tabel dibawah ini.

3. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.

4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing- masing antara 390 sampai 450 gram.

(14)

5. Talam

Benda uji yang digunakan adalh agregat kasar, adapun cara pelaksanaan pengujian keausan agregat halus adalah sebagai berikut:

a) Timbang berat talam.

b) Timbang berat talam + agregat kasar yang telah di oven sampai kering.

c) Masukkan agregat kasar sebanyak 5 kg kedalam mesin los angelesyang sudah dimasukkan bola baja

d) Hidupkan mesin selama 500 putaran.

e) Setelah itu pindahkan agregat kasar dengan ayakan kawat. f) Timbang berat agregat yang tiadak lolos ayakan.

Perhitungan untuk keausan agregat adalah sebagai berikut:

Rumus : x 100%

Keterangan:

A : berat benda uji awal (5 kg). B : berat yang tertahan.

Catatan:

Persentase keausan agregat tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%. Sumber: ( Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I-2)

(15)

1.4 Pengujian Berat Jenis Semen

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen Portland. Berat jenis semen adalah perbandingan antara isi kering semen pada suhu kamar dengan berat isi kering suling pada 4˚C yang isinya sama dengan isi semen.

Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut : a. Botol Le Chatelier.

b. Kerosin bebas air atau naphta dengan jenis 62 API (American Pertrolium Institute).

Benda uji semen Portland sebanyak 64 gram.

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Universitas Mercubuana, cara melakukan:

a. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0,5 dan 1; bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.

b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup lama untuk menghidari variasi suhu botol lebih besar 0,2˚C.

c. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1

d. Masukan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, jangan sampai terjadi ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.

).

e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol yang posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.

(16)

f. Ulangi pekerjaan pada B. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V2

Perhitungan berat jenis semen.

Berat Jenis =

).

x d

Keterangan :

V1 = Pembacaan pertama pada skala botol

V2 = Pembacaan kedua pada skala botol

(V2-V1) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu d = berat isi air pada suhu 4˚C (1gr/cm3)

(17)

LAMPIRAN I

(18)

LAMPIRAN II

MIX DESAIN

(19)

Tabel 1.1 Perhitungan Volume Benda Uji

No. Benda uji Rumus Volume

Cm3 M3 1 Silinder (D=15 cm, t= 30 cm) ¼ x π x D x t 5301.44 0.005301 2 Kubus ( s= 15 cm) s x s x s 3375 0.003375 Perhitungan Mix Design:

1. Kuat desak beton ditetapkan dengan kuat desak fc’25 Mpa = 250 kg/cm pada umur 28 hari.

2

2. Deviasi Standar

Nilai deviasi standarnya 50 kg/cm2 3. Nilai tambah (margin)

(Sd)

Nilai tambah (margin) dipakai untuk bagian cacat 5%. Jadi, M = K x Sd

= 1,64 x 50 = 82 kg/cm

- K = 2,33 jika kemungkinan gagal 1 % 2

Ket : M = Nilai Tambah

K = Koefisien berdasarkan % kemungkinan gagal

- K = 1,96 jika kemungkinan gagal 2,5 % - K = 1,64 jika kemungkinan gagal 5,0 % - K = 1,28 jika kemungkinan gagal 10,0 % 4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan

Menurut tabel 4.14 maka,

(20)

Ket :

fcr = Kuat tekan rata-rata perlu

fc = Kuat tekan yang ditetapkan

5. Jenis Semen

Jenis Semen ditentukan yaitu semen PPC merek Gresik.

6. Jenis Agreagt Halus dan Kasar

Jenis agregat halus alami. Agregat kasar batu pecah 7. Faktor Air Semen (FAS)

Faktor air semen ditentukan dari tabel 3.6

Perhitung Faktor air semen: Interpolasi:

0,59 x 0,48

21 25 28

x = 0.52

Faktor air semen = 0,52

8. Susunan butir agregat halus termasuk didaerah gradasi zona 3.

9. Slump

Tinggi slump ditentukan 7.5 mm -100 mm 21 28 21 25 48 , 0 59 , 0 − − = − x

(

0,59 0,48

)

21 28 21 25 − − − = x

(21)

10. Ukuran Agregat Maksimum

Ukuran agregat maksimum ditentukan 10 mm 11. Kadar Air Bebas

Kadar air bebas didapat dari tabel 3.4 yaitu 200 kg/m 12. Kadar Semen

3

Kadar semen = 384.62 kg/m 13. Kadar Semen Maksimum

3

Jika kadar semen maksimum tidak ditetapkan, dapat diabaikan.

14. Menentukan Volume Semen =

15. Menentukan Volume Agregat Kasar Perhitungan volume agregat kasar:

Modulus kehalusan = 3.02

Extrapolasi dari tabel 3.4:

Didapat volume total agregat kasar = 0,482

Berat isi agregat kasar = 1,633 t/m3 = 1633 kg

Jadi berat agregat kasar = (1633 x 0.482) = 787,11 kg/m3 16. Menentukan Volume Agregat Halus

Dimana: Volume Semen

Volume Kerikil/split Air = 200 liter

Total = volume semen + volume kerikil + volume air

52 , 0 200 = = C W

(

) (

)

122,49 14 , 3 384.62 .Semen = = BJ Semen Volume liter Semen BJ Semen Berat 49 , 122 14 , 3 62 , 384 . = = = liter Kerikil BJ Kerikil Berat 23 , 208 78 , 3 11 , 787 . = = =

(22)

= 122,49 + 208.23 + 200 = 530,72 liter

BJ.Agregat halus = 2,40 gr/cm3

Jadi, Volume total Agregat halus yang dibutuhkan = (1000 – 530,72) x BJ.Pasir

= (1000 – 530,72) x 2.40 = 1127,21 kg/m

No.

3

Tabel 1.2 Analisis Hasil Perhitungan Mix Design (ACI Methode)

Uraian Data

1 Mutu beton yang diminta (umur 28 hari) 25 Mpa

2 Standar deviasi 50 kg/cm2

3 Slump yang dikehendaki 7 - 10 cm

4 Ukuran maksimum agregat kasar 10 mm

5 W/C ratio 0.52

6 Jumlah semen yang diperlukan 384,62 kg

7 Jumlah air yang diperlukan 200 lt

8 Jumlah split yang diperlukan 787,11 kg 9 Jumlah pasir yang diperlukan 1127,21 kg

(23)

Tabel 1.3 Kebutuhan Bahan Campuran Beton untuk Berbagai Komposisi TAMSOIL 200CF

Bahan Campuran Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus 1 m3 beton 1 adukan uji 1 m3 beton 1 adukan uji

Semen Portland (kg) 385 2.0 385 1.3

Agregat Halus (kg) 879 4.7 879 3.0

Agregat Kasar (kg) 1127 6.0 1127 3.8

Air (lt) 200 1.1 200 0.7

Tabel 1.4 Formulir Rancangan Campuran Beton

No. Uraian Tabel/Grafik Nilai

1 Kuat tekan yang - 250

di rencanakan

2 Standar deviasi (s) Tabel 3.6 50

3 Nilai tambah (k) - 1.64 x 50 = 82

4 Kuat tekan yang

{(1) + (3)} 332

hendak dicapai

5 Jenis semen Ditentukan Semen Portland merk Gresik

6 Jenis agregat kasar - Batu pecah

7 Jenis Agregat halus - Alami

8 Slump beton normal Ditentukan 7.5 - 10 cm

9

Ukuran agregat

maksimum Ditentukan 10 mm

10 Kadar air bebas Tabel 3.2 200

11 Faktor air - semen Tabel 3.3 0.52

12 Jumlah semen (10) : (11) 384.62

13

Volume total agregat

kasar Tabel 3.4 0.482

14 Berat agregat kasar yang

(13) x Berat isi 787.11

di butuhkan

15 Volume air (10) : BJ air 0.2

16 Volume semen (12) : BJ semen 0.122

17 Volume agregat kasar (14) : BJ kerikil 0.21

18 Volume udara Tabel 3.2 0.08

19 Volume agregat halus {(16)+(17)+(15)} 0.470

20 Berat agregat halus

(19) x BJ pasir 1127.21

(24)

LAMPIRAN III

DOKUMENTASI

(25)

Timbangan Ketelitian 0,1 Compression strength test

Cetakan Silinder Cetakan Kubus

Shieve Shaker Mesin Los Angeles

(26)

Piknometer Botol Le Chatelier

Saringan Foam TamSoil 200CF

Pengujian Berat Jenis Semen Pencucian Aggregat

(27)

Vicat TamSoil 200CF 7% Vicat TamSoil 200CF 0%

Vicat TamSoil 200CF 5%

(28)

Konsistensi TamSoil 200CF 0%

Konsistensi TamSoil 200CF 7% Konsistensi TamSoil 200CF 5%

(29)

Sampel Kubus 0% 28H Sampel Silinder 0% 28H Sampel Silinder 7% 28H Sampel Kubus 7% 28H Sampel Silinder 5% 28H Sampel Kubus 5% 28H Sampel Silinder 3% 28H Sampel Kubus 3% 28H

(30)

Uji Tekan Kubus 0% 28H Uji Tekan Silinder 0% 28H

Uji Tekan Kubus 7% 28H Uji Tekan Kubus 5% 28H Uji Tekan Kubus 3% 28H

Uji Tekan Silinder 5% 28H

Uji Tekan Silinder 7% 28H Uji Tekan Silinder 3% 28H

(31)

Uji slump Tam 0% (6,5 cm)

Uji slump Tam 3% (7,5 cm)

(32)

LAMPIRAN IV

BUKTI ASISTENSI

(33)

Gambar

Table 3.2 Persyaratan Gradasi Agregat Kasar  Diameter
Tabel 1.1 Perhitungan Volume Benda Uji
Tabel 1.2 Analisis Hasil Perhitungan Mix Design (ACI Methode)
Tabel 1.4 Formulir Rancangan Campuran Beton

Referensi

Dokumen terkait

G.. Prinsipnya hampir sama dengan termometer biasa! hanya bentuk dan  panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Ma&am alat

Setelah PENYEDIA JASA menandatangani Kontrak tersebut diatas dengan PENGGUNA JASA maka BANK wajib membayar sejumlah uang kepada PENGGUNA JASA sampai dengan sebesar nilai yang

Salah satu sumber air yang banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah sumur gali, yang merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi

Halaman Validasi Kasubag SKA digunakan untuk melihat list dari buku permintaan surat dan SMS permintaan Surat Keterangan Aktif Mahasiswa pada Aplikasi Sistem Informasi

Menurut Tanudirjo (2004, 2-4), dalam menentukan nilai penting sumber daya arkeologi, ada beberapa variabel yang mungkin dapat dipakai sebagai pertimbangan pembobotan,

Kemajuan teknologi informasi dan semakin pesatnya perkembangan perangkat lunak baik komputer maupun android yang masuk dalam era globalisasi yang tak terpisahkan

tapen kabupaten bondowoso.Semua lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan pondok pesantren wajib mengikuti peraturan atau kebijakan pondok pesantren, akan

Nur Kholis, Spesialis Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Jatim mengatakan tujuan acara ini adalah untuk menampilkan praktik yang baik dalam pembelajaran dari hasil pelatihan