• Tidak ada hasil yang ditemukan

d. ketentuan tentang prosedur perubahan perizinan dari satu kegiatan menjadi kegiatan lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "d. ketentuan tentang prosedur perubahan perizinan dari satu kegiatan menjadi kegiatan lain"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8

8

.

.

1

1

K

K

E

E

T

T

E

E

N

N

T

T

U

U

A

A

N

N

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

N

N

D

D

A

A

L

L

I

I

A

A

N

N

P

P

E

E

M

M

A

A

N

N

F

F

A

A

A

A

T

T

A

A

N

N

R

R

U

U

A

A

N

N

G

G

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dalam pasal 26 ayat (1) UU No. 26 tahun 2007 disebutkan bahwa ”ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilaukan melalui ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi”.

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan usaha untuk mengembil tindakan agar pemanfaatan ruang termasuk tata tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya yang berada pada kawasan lindung, kawasan budi daya, kawasan perdesaan, dan kawasan perkotaan yang direncanakan dapat terwujud.

8

8.

.1

1.

.1

1

KE

K

ET

TE

EN

NT

TU

UA

A

N

N

U

UM

MU

UM

M

P

PE

ER

RA

A

TU

T

U

RA

R

A

N

N

Z

ZO

ON

NA

AS

SI

I

Sesuai dengan UU Penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang perlu dilakukan agar perkembangan Kabupaten Pacitan dapat terkendali dan sesuai dengan RTRW Kabupaten Pacitan. Adapun salah satu langkah pengendalian adalah dengan adanya peraturan zonasi. Dengan fungsi utama peraturan zonasi sebagai instrumen pengendalian pembangunan, pedoman penyusunan rencana operasional dan sebagai panduan teknis pengembangan/pemanafaatan lahan, maka peraturan zonasi terdiri atas beberapa kegiatan berikut ini:

™ Pembuatan peta zonasi (rencana rinci) pemanfaatan ruang untuk masing-masing fungsi peruntukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (didetailkan di dalam RDTR untuk tiap bagian wilayah Kabupaten Pacitan).

™ Penyusunan Peta zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, dengan menjelaskan daerah-daerah yang di beri insentif dan disinsentif

™ Penetapan peraturan tentang zonasi dengan peraturan derah kabupaten (PERDA) yang memuat:

a. ketentuan umum tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang boleh berada didalam satu zona peruntukan tertentu

b. ketentuan umum tentang perubahan satu kegiatan menjadi kegiatan lainnya

c. ketentuan tentang prosedur perizinan untuk

membangun suatu kegiatan tertentu

d. ketentuan tentang prosedur perubahan perizinan dari satu kegiatan menjadi kegiatan lain

Zonasi yang dilakukan di Kabupaten Pacitan merupakan pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi atau karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Regulasi Zanasi (zoning

regulation) adalah ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan

penerapannya ke dalam ruang, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur pemanfaatan lahan.

Regulasi zonasi di Kabupaten Pacitan dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mengatur kepadatan penduduk di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Pacitan dan intensitas kegiatan, mengatur keseimbangan, keserasian peruntukan lahan dan menentukan tindak atas suatu satuan ruang, terutama mengingat Pacitan didominasi oleh wilayah dengan peruntukan lindung.

2. Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

3. Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan

umum yang memadai, meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

4. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan.

5. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak

memihak dan berhasil guna serta mendukung partisipasi masyarakat.

Adapun Fungsi regulasi zonasi adalah:

1. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional.

Zoning regulation dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang perjabaran rencana yang berisifat makro ke dalam rencana yang bersifat intermediate sampai kepada rencana yang bersifat rinci.

2. Sebagai panduan teknis pengembangan lahan.

Ketentuan-ketentuan teknis yang menjadi kandungan zoning regulation, seperti ketentuan tentang penggunaan rinci, batasan-batasan pengembangan persil dan ketentuan-ketentuan lainnya menjadi dasar dalam pengembangan dan pemanfaatan lahan.

3. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan

Zoning regulation yang lengkap akan memuat ketentuan tentang prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya. Ketentuan-ketentuan yang ada karena dikemas dalam aturan penyusunan

(2)

perundang-undangan yang baku dapat dijadikan landasan dalam penegakan hukum.

8.1.1.1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Sistem Perkotaan

Peraturan zonasi untuk PKW disusun dengan ketentuan umum: a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan

berskala provinsi/beberapa kabupaten yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dibatasi dan memprioritaskan pengembangan ruang secara vertikal.

c. pengembangan fungsi kawasan diarahkan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan sebagainya.

Peraturan zonasi untuk PKL disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kabupaten dan/atau beberapa kecamatan yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

b. pengembangan fungsi kawasan sebagai pusat

permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah dan rendah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan dan mendorong pengembangan ruang secara vertikal. Peraturan zonasi untuk PPK disusun dengan ketentuan umum:

a. desa/kelurahan yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya.

b. pengembangan fungsi kawasan sebagai pusat

permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang rendah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan dan mendorong pengembangan ruang secara vertikal.

Disamping PKW, PKL, dan PPK, peraturan zonasi untuk PPL disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala desa/kelurahan atau beberapa kampung yang didukung

dengan fasilitas dan infrastruktur yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya.

b. pengembangan fungsi kawasan sebagai pusat

permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang rendah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan.

8.1.1.2

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Sistem Perdesaan

Peraturan zonasi untuk sistem perdesaan disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala desa/kelurahan atau beberapa kampung yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya terutama kegiatan pertanian dan penunjang pertanian.

b. pengembangan fungsi kawasan sebagai pusat

permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang rendah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan.

8.1.1.3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Sistem Jaringan Transportasi

Peraturan zonasi untuk jaringan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa serta sarana transportasi darat disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa dengan tingkat intensitas rendah hingga menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya didorong;

b. memperhatikan ketentuan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa;

c. memperhatikan penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan yaitu dapat ditentukan dari tepi badan jalan dengan ukuran sebagai berikut:

™ jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;

™ jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;

™ jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;

™ jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;

™ jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;

(3)

d. ketentuan umum sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1 s/d 6 dapat disesuaikan dengan kondisi lahan; e. menyediakan lahan untuk pengembangan prasarana

sistem transportasi darat khususnya jalan;

f. mengakomodasi berbagai tipe sarana sistem transportasi darat khususnya terminal dan angkutan;

g. menjamin kegiatan transportasi darat yang berkualitas. Peraturan zonasi untuk pelabuhan umum dan pelabuhan khusus disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan;

b. memperhatikan ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut;

c. pembatasan pemanfaatan ruang di dalam Daerah

Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. menyediakan lahan untuk pengembangan pelabuhan

umum dan pelabuhan khusus;

e. mengakomodasi berbagai tipe sarana pelabuhan umum dan pelabuhan khusus;

f. menjamin kegiatan pelabuhan umum dan pelabuhan khusus yang berkualitas.

Peraturan zonasi untuk alur pelayaran disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran dibatasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak mengganggu aktivitas pelayaran.

Peraturan zonasi untuk bandar udara khusus disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional bandar udara;

b. pemanfaatan ruang di sekitar bandar udara sesuai dengan kebutuhan pengembangan bandar udara berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

dan batas-batas kawasan kebisingan.

Peraturan zonasi untuk ruang udara untuk penerbangan disusun dengan ketentuan umum pembatasan pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk penerbangan agar tidak mengganggu sistem operasional penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.

8.1.1.4

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Sistem Jaringan Listrik dan Sumber Daya

Energi Lainnya

Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik yang harus memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain.

Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu pengamanan terhadap tegakan bangunan sebidang tower Jaringan SUTT 150 kV dan kiri kanan bidang sejajar 10 meter – 50 meter sebagai zona penghalang.

Peraturan zonasi untuk Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar SPBE yang harus memperhatikan jarak aman dan jauh dari permukiman padat.

8.1.1.5

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi seluler disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan menara telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya.

Peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi kabel disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan jaringan kabel.

Zona kawasan untuk penataan menara bersama telekomunikasi adalah radius maksimal 500 m dari titik koordinat yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi lahan. Penetapan titik koordinat dilakukan dengan mempergunakan alat bantu Global Positioning System (GPS), komputer, dan software yang relevan.

8.1.1.6

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada wilayah sungai disusun dengan ketentuan umum:

a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;

(4)

b. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas provinsi dan lintas kabupaten secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di provinsi/kabupaten yang berbatasan.

8.1.1.7

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Kawasan Lindung

Pemantapan ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung Kabupaten Pacitan dikelompokan menjadi dua (2), meliputi:

a. Indikasi peraturan zonasi kawasan lindung dengan pengendalian ketat

b. Indikasi peraturan zonasi kawasan lindung terbatas

Indikasi peraturan zonasi kawasan lindung dengan pengendalian ketat, meliputi:

a. Zona yang dijaga penggunaan lahannya hanya untuk kawasan lindung.

b. Merupakan zona dengan pembatasan sarana prasarana, pemberian pajak yang tinggi bagi kegiatan budidaya, dan perizinan yang sulit bagi yang melakukan kegiatan budidaya.

c. Kegiatan yang diperbolehkan hanya kegiatan yang memiliki fungsi lindung.

d. Kegiatan budidaya yang saat ini berada di zona kawasan lindung dengan pengendalian ketat diupayakan untuk tidak didorong perkembangannya dan sedapat mungkin dikeluarkan dari zona ini.

Indikasi peraturan zonasi kawasan lindung terbatas, meliputi:

a. Zona ini merupakan zona dimana kegiatan budidaya masih dapat ditolerir di dalamnya. Namun demikian pengembangan infrastruktur di zona ini harus dibatasi, agar kegiatan budidaya tidak berkembang.

b. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan budidaya yang telah ada sebelumnya dan harus diupayakan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu atau diminimalkan gangguannya terhadap fungsi lindung.

c. Skala kepadatan dan KDB maksimum yang diizinkan di zona ini adalah skala rendah.

8.1.1.8

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Kawasan Budidaya

Indikasi peraturan zonasi kawasan budidaya, meliputi:

a. Zona kawasan budidaya merupakan zona yang

mendapatkan insentif berupa keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa

ruang, pembangunan serta pengadaan infrastruktur, dan kemudahan dalam mengurus perizinan.

b. Kegiatan yang diperbolehkan pada zona ini adalah semua kegiatan yang bersifat budidaya. Dapat terjadi penggunaan lahan campuran di setiap jenis zona ini, namun tidak boleh lebih dominan dari jenis penggunaan lahan yang ditetapkan untuk setiap kawasan.

Peraturan-peraturan zonasi tersebut harus didetailkan lebih lanjut didalam rencana rinci dengan materi yang terkandung dalam ketentuan zoning mencakup:

1. Penetapan zonasi

™ Penetapan zona-zona dasar, selanjutnya pada setiap zona dasar ditentukan zona-zona utama dan pada setiap zona utama ditentukan paket penggunaan atau jenis-jenis perpetakan. Untuk menentukan seberapa jauh perpetakan tersebut dapat dikembangkan bagi kegiatan lain, maka perlu diinventarisasi seluruh jenis-jenis pengunaan rinci yang dikenal. Untuk menghindari penafsiran yang keliru maka perlu dirumuskan tujuan pengembangan setiap zona dasar, zona utama dan paket penggunaannya. 2. Aplikasi ruang

Setelah zona dasar, zona utama dan jenis-jenis perpetakan ditetapkan, maka selanjutnya diatur penerapannya ke dalam ruang di Kabupaten Pacitan. Penerapannya diatur menurut suatu tabel yang menjelaskan alokasi zona-zona tersebut pada setiap jengkal lahan perkotaan yang diberi kodifikasi untuk memudahkan penulisannya.

3. Ketentuan teknis perpetakan

Hal-hal yang diatur untuk setiap jenis perpetakan pada setiap zona, meliputi :

™ lebar dan kedalaman minimum petak

™ jarak bebas depan, samping dan belakang

™ KDB (koeffisien dasar bangunan) maksimum, KLB (Koefisien lantai bangunan) maksimum, KDH (koeffisien dasar hijau) minimum, KTB (koeffisien tapak basement) maksimum

™ Tinggi bangunan maksimum

™ Lebar minimum jalan dan sempadan bangunan

™ dan hal-hal lain yang diperlukan.

4. Peraturan umum, Hal-hal yang diatur meliputi :

™ penggunaan lebih lanjut untuk setiap jenis

(5)

Peta 8. 1 Rencana Zonasi ™ pengaturan lansekap meliputi jenis tanaman,

kepadatan tanaman, jarak antar tanaman dan lain sebagainya.

™ Pengaturan tata informasi (billboard) meliputi lokasi pemasangannya, penyampaian pesan, dimensi dan konstruksi dan perawatannya.

™ ™ PPeennggaattuurraannoonnssttrreeeettddaannooffffssttrreeeettppaarrkkiinngg,, bbaattaassaann p paarrkkiirrmmiinniimmuummddaannmmaakkssiimmuumm..DDaannllaaiinnsseebbaaggaaiinnyyaa

8

8.

.1

1

.2

.

2

KE

K

ET

TE

EN

NT

TU

UA

AN

N

P

P

ER

E

RI

IZ

ZI

IN

NA

AN

N

Perizinan merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat yang akan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penataan ruang.

8.1.2.1

Perizinan Dalam Penataan Ruang

Kabupaten Pacitan

Perizinan merupakan upaya mengatur agar pembangunan sesuai dengan yang direncanakan serta mengatur agar kegiatan yang memiliki peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan gangguan bagi kepentingan

(6)

umum dapat dikendalikan. Izin dalam penataan ruang merupakan izin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat dan kebiasaan yang berlaku.

Prinsip dasar penerapan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut:

™ Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan izin dari Pemerintah Kabupaten Pacitan.

™ Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari pemerintah Kabupaten Pacitan yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi legal.

™ Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan izin.

Pelaksanaan perizinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan sebagai berikut:

™ Melindungi kepentingan umum (public interest).

™ Menghindari eksternalitas negatif.

™ Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas minimum yang ditetapkan Pemerintah Kota.

Perizinan pemanfaatan ruang mengatur:

™ Fungsi ruang;

™ Amplop ruang; yang mengatur mengenai koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan;

™ Kualitas ruang.

Perizinan yang terkait dengan kegiatan penataan ruang di Kabupaten Pacitan antara lain terdiri atas:

™ Izin Mendirikan Bangunan

™ Izin Gangguan (HO), serta untuk kegiatan tertentu harus disertai dokumen AMDAL dan/atau UKL-UPL

™ Perizinan khusus antara lain:

¾ Rekomendasi/Izin Pemanfaatan Ruang

¾ Izin Lokasi

¾ Izin Peruntukan Penggunaan Tanah

¾ Izin Penggunaan Tanah Daerah

¾ Izin Usaha Perparkiran

¾ Izin Pemanfaatan Air Bawah Tanah

¾ Izin Usaha Pertambangan Umum

¾ Izin Migas

¾ Izin Penggunaan Tanah di Kawasan Wisata, dan sebagainya

Perizinan yang terkait dengan kegiatan penataan ruang di kawasan lindung pengendalian ketat harus melalui rekomendasi dari Propinsi.

Adapun pengendalian pemanfaatan ruang yang terkait dengan perizinan adalah:

™ Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

™ Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

™ Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.

™ Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

™ Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.

™ Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.

™ Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

8.1.2.2

Prosedur Perizinan

Setiap kegiatan yang meminta izin pemanfaatan ruang, perlu memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatannya dengan RTRW atau produk rencana yang lebih rinci, sehingga pengembangan kegiatan tersebut berlokasi pada ruang yang sesuai atau tidak menyimpang dari fungsi ruang yang telah ditetapkan. Adapun fungsi prosedur perizinan adalah sebagai berikut:

™ Prosedur perizinan merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja perizinan pada Kabupaten Pacitan mempunyai

(7)

peran yang penting dalam menarik atau menghambat investasi.

™ Penyelenggaraan prosedur perizinan yang efektif akan mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata ruang. Bila mekanisme perizinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan.

™ Prosedur perizinan juga dapat dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yangsesuai dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk menghambat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan disinsentif berupa:

™ Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang.

™ Pengenaan biaya dampak pembangunan (development

impactfee) sesuai dengan eksternalitas yang harus diatasi

dan upaya mengembalikannya ke kualitas sebelum kediatan tersebut dibangun.

Prosedur perizinan di Kabupaten Pacitan terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:

™ Perizinan untuk kegiatan pembangunan skala kecil, langsung pada Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Masyarakat langsung mengajukan izin pada dinas yang bersangkutan untuk mendapatkan izin tersebut

™ Perizinan untuk kegiatan yang diperkirakan akan memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitar sebelum mendapatkan Izin Mendirikan Gangguan harus melalui Izin Gangguan (HO) dimana untuk kegiatan tertentu dengan skala yang lebih besar juga harus disertai dokumen AMDAL dan/atau UKL-UPL

™ Perizinan untuk kegiatan khusus memperhatikan

kebutuhan persyaratan untuk masing-masing jenis izin. Untuk lebih jelasnya dapat lihat gambar 8.1.

Gambar 8.1 Prosedur Perizinan

Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat izin sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pemanfaatan lahan harus melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa transisi tahapan rencana, izin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohonkan negatif dan atau kecil dan berdasarkan kebijakan pemerintahan Kabupaten Pacitan.

8

8.

.1

1

.3

.

3

KE

K

ET

TE

EN

NT

TU

UA

AN

N

I

IN

NS

SE

EN

NT

TI

IF

F

D

D

AN

A

N

D

D

IS

I

SI

IN

NS

SE

EN

NT

TI

IF

F

Insentif diterapkan di Wilayah Kabupaten Pacitan yang memiliki fungsi sebagai Kawasan Budidaya dan disinsentif diperuntukan kawasan lindung. Pemberian insentif bertujuan untuk merangsang perkembangan yang sesuai dengan fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan. Sementara pemberian disinsentif adalah untuk menghambat atau membatasi perkembangan yang tidak sesuai dengan fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan.

Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: Pemerintah kepada Pemerintah Kabupaten Pacitan; Pemerintah provinsi kepada Pemerintah Kabupaten Pacitan; Lembaga dan/atau organisasi internasional dan nasional kepada Pemerintah Kabupaten Pacitan; Pemerintah Kabupaten Pacitan kepada pemerintah daerah lainnya; Pemerintah Kabupaten Pacitan kepada masyarakat.

Pemberian insentif diatur sebagai berikut:

1. Pemberian insentif dari pemerintah, pemerintah provinsi, lembaga dan/atau organisasi internasional dan nasional kepada Pemerintah Kabupaten Pacitan dapat berupa:

Sesuai Pemanfaatan Ruang Perizinan Pemanfaatan Ruang Tidak Sesuai PEMBERIAN IZIN IMB

Izin Gangguan Perizinan Khusus

DITOLAK Rencana Tata

(8)

™ Pemberian kompensasi;

™ Urun saham;

™ Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

™ Pemberian penghargaan.

2. Pemberian insentif dari lembaga dan/atau organisasi internasional dan nasional kepada masyarakat dapat berupa:

™ Pemberian kompensasi;

™ Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

™ Pemberian penghargaan.

3. Pemberian insentif dari Pemerintah Kabupaten Pacitan kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:

™ Pemberian kompensasi;

™ Urun saham;

™ Pemberian penghargaan.

4. Pemberian insentif dari Pemerintah Kabupaten Pacitan kepada masyarakat dapat berupa:

™ Keringanan pajak/retribusi; ™ Pemberian kompensasi; ™ Subsidi silang; ™ Imbalan; ™ Sewa ruang; ™ Urun saham;

™ Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

™ Kemudahan prosedur perizinan;

™ Pemberian penghargaan. Pemberian disinsentif diatur sebagai berikut:

1. Pemberian disinsentif dari pemerintah, pemerintah provinsi, lembaga dan/atau organisasi internasional dan nasional kepada Pemerintah Kabupaten Pacitan dapat berupa:

™ Pembatasan penyediaan infrastruktur;

™ Pengenaan kompensasi;

™ Pinalti.

2. Pemberian disinsentif dari Pemerintah Kabupaten Pacitan kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:

™ Pengenaan kompensasi;

™ Pinalti.

3. Pemberian disinsentif dari Pemerintah Kabupaten Pacitan kepada masyarakat dapat berupa:

™ Pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;

™ Pembatasan penyediaan infrastruktur;

™ Pengenaan kompensasi;

™ Pinalti.

Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif diatur dengan peraturan tersendiri.

8

8.

.1

1

.4

.

4

AR

A

RA

AH

H

AN

A

N

S

SA

AN

NK

KS

SI

I

Pengertian Sanksi didalam pasal 39 UU No. 26 tahun 2007 adalah ”Pengenaaan Sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi”.

Pengenaan sanksi diberikan kepada:

™ pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dan rencana tata ruang,

™ pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dapat dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda sesuai ketentuan.

A. Sanksi Administratif

Sanksi administratif dikenakan atas pelanggaran rencana tata ruang yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang baik yang dilakukan oleh pemegang izin maupun pemberi izin.

Jenis pelanggaran rencana tata ruang yang dilakukan masyarakat meliputi:

™ Pelanggaran fungsi ruang;

™ Pelanggaran intensitas pemanfaatan ruang;

™ Pelanggaran tata massa bangunan;

™ Pelanggaran kelengkapan prasarana bangunan;

™ Pelanggaran akses terhadap kawasan.

Jenis pelanggaran rencana tata ruang yang dilakukan instansi dan/atau aparat Pemerintah Daerah adalah penerbitan perizinan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau tidak sesuai dengan prosedur adminstratif perubahan pemanfaatan ruang yang ditetapkan.

Penertiban pelanggaran rencana tata ruang bagi masyarakat dikenakan sanksi berupa:

™ Peringatan dan/atau teguran;

™ Penghentian sementara pelayanan administratif;

™ Penghentian sementara kegiatan pembangunan

dan/atau pemanfaatan ruang;

™ Pencabutan izin yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang;

(9)

™ Pembongkaran bagi bangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

™ Pelengkapan perizinan;

™ Pengenaan denda;

™ Penguasaan sarana prasarana yang dinyatakan sebagai milik umum.

Aparat Pemerintah Daerah yang melakukan pelanggaran rencana tata ruang dikenakan sanksi administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Sanksi Pidana Bagian Pertama:

™ Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

™ Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

™ Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Bagian Kedua:

™ Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

™ Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

™ Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

™ Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling

lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Bagian Ketiga:

™ Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Bagian Keempat:

™ Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Bagian Kelima:

™ Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang

menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

™ Selain sanksi pidana tersebut pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

Bagian Keenam:

™ Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama, Bagian Kedua, Bagian Ketiga, dan Bagian Keempat dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama, Bagian Kedua, Bagian Ketiga, dan Bagian Keempat.

™ Selain pidana denda tersebut, korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

¾ pencabutan izin usaha; dan/atau

¾ pencabutan status badan hukum. Bagian Ketujuh:

™ Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama, Bagian Kedua, Bagian Ketiga, dan Bagian Keempat,

(10)

dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.

™ Tuntutan ganti kerugian secara perdata tersebut dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.

8

8

.

.

2

2

A

A

R

R

A

A

H

H

A

A

N

N

P

P

E

E

N

N

G

G

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

P

P

E

E

N

N

A

A

T

T

A

A

A

A

N

N

R

R

U

U

A

A

N

N

G

G

Setelah adanya proses pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan, kegiatan selanjutnya yang merupakan satu kesatuan dari proses penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan merupakan upaya agar penyelenggaraanb penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan pengawasan ini terdiri atas kegiatan Pengawasan (pelaporan, pemantauan dan evaluasi) serta kegiatan penertiban.

Pengawasan pemanfaatan ruang terbagiatas dua kelompok, yaitu untuk penetapan struktur ruang dan penetapan pola ruang.

8

8.

.2

2.

.1

1

PE

P

EN

NG

GA

AW

WA

AS

SA

AN

N

PE

P

EM

MA

AN

NF

FA

AA

A

AT

A

TA

AN

N

R

RU

UA

AN

NG

G

U

UN

NT

TU

UK

K

P

P

EN

E

NE

ET

TA

A

PA

P

AN

N

S

ST

TR

RU

UK

KT

TU

UR

R

R

RU

UA

A

NG

N

G

W

WI

IL

LA

AY

YA

AH

H

8.2.1.1

Jenis-Jenis Pengawasan Pemanfaatan

Ruang Untuk Sistem Perdesaan

Upaya pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan sesuai dengan rencana tata ruang. Diarakhan pada kawasan dengan kegiatan utama pertanian dan kawasan permukiman penduduk yang ada membentuk kelompok-kelompok kecil.

A. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian

pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan dengan arahan pengembangan kegiatan dan pola pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

1. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:

Kondisi dan jenis kegiatan utama di kawasan perdesaaan yang telah ditetapkan (kawasan perdesaan identik dengan kegiatan utama di sektor pertanian),

Pola kawasan permukiman penduduk yang direncanakan pada kawasan perdesaan,

Perubahan kondisi dan jenis kegiatan utama yang terjadi di kawasan perdesaaan, misalnya: terjadi pergeseran kegiatan perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri,

Perubahan pola kawasan permukiman penduduk yang terjadi pada kawasan perdesaan, misalnya: adanya perkembangan kawasan perumahan baru berupa perumahan yang dibangun oleh pengembang (developer) pada kawasan ini. Masing-masing perubahan tersebut harus diketahui luasannya.

2. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan pada kawasan perdesaan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Misalnya:

Apabila kegiatan baru di kawasan perdesaan berupa kegiatan industri yang membawa dampak positif bagi perekonomian penduduk, maka kegiatan baru tersebut dapat terus dikembangkan. Apabila industri tersebut menimbulkan pencemaran yang mengganggu penduduk, maka dalam perpanjangan izin selanjutnya tidak dilanjutkan;

Apabila pertumbuhan perumahan yang dibangun oleh developer sangat pesat, sedangkan kawasan perdesaan tersebut merupakan daerah basis pertanian yang sangat diperlukan dalam lingkup regional, maka perkembangan perumahan yang dibangun oleh developer tersebut harus dibatasi (tidak mengizinkan pembangunan perumahan pada lahan pertanian sawah).

3. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan perdesaan dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: apabila pada kawasan perdesaan tersebut perubahan fungsi kawasan yang terjadi mempunyai luasan yang cukup besar dan membawa dampak positif bagi penduduknya, maka diperlukan penyesuaian fungsi kawasan menjadi kawasan yang mengarah pada kegiatan perkotaan atau kawasan pinggiran.

(11)

B. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan yang direncanakan dapat terwujud.

1. Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan perdesaan tersebut.

2. Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran

pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan perdesaan.

8.2.1.2

Jenis-Jenis Pengawasan Pemanfaatan

Ruang Untuk Sistem Perkotaan

Upaya pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan sesuai dengan rencana tata ruang diarahkan pada kawasan dengan kegiatan utama non-pertanian (perdagangan, industri, dsb) dan perumahan.

A. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian

pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dengan arahan pengembangan kegiatan dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

1. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:

Fungsi kota/kawasan perkotaan yang telah ditetapkan,

Perubahan fungsi kota/kawasan perkotaan sesuai perkembangan yang terjadi, misalnya: salah satu fungsi yang ditetapkan pada suatu kawasan yaitu kegiatan pariwisata yang ternyata tidak begitu berkembang, sedangkan kegiatan lainnya seperti: kegiatan perdagangan yang bukan merupakan fungsi yang ditetapkan justru berkembang cukup pesat.

2. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati,

mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan pada kawasan perkotaan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Misalnya: dengan tidak berkembangnya kegiatan pariwisata, maka perlu dicari faktor-faktor penyebab tidak berkembangnya kegiatan pariwisata tersebut. Selain itu, sebagai tindakan pemantauan

terhadap kegiatan perdagangan yang tumbuh pesat, maka perlu diketahui lokasi dan sebaran kawasan perdagangan yang ada.

3. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: dengan kondisi diatas, maka diperlukan penyesuaian fungsi dengan menambah fungsi baru yaitu kegiatan perdagangan skala Kabupatendan regional. Selain itu juga diperlukan upaya-upaya yang inovatif untuk merangsang perkembangan kegiatan pariwisata yang ada.

B. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yang direncanakan dapat terwujud.

1. Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan perkotaan tersebut.

2. Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran

pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan perkotaan

8.2.1.3

Jenis-Jenis Pengawasan Pemanfaatan

Ruang Untuk Sistem Prasarana Wilayah

Upaya pengawasan dan penertiban terhadap sistim prasarana wilayah diarahkan pada sistem prasarana wilayah serta pemanfaatan ruang di kawasan sekitar sistim prasarana wilayah tersebut.

A. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian

pemanfaatan ruang di kawasan sekitar prasarana wilayah dan kesesuaian pembangunan sistem prasarana wilayah dengan rencana yang telah ditetapkan.

1. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan sekitar sistem prasarana dan kondisi sistem sarana prasarana, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:

Kondisi dan jenis kegiatan utama di kawasan sekitar sistem prasarana yang telah ditetapkan

(12)

(kawasan sekitar prasarana identik dengan kegiatan utama sebagai jalur hijau),

Pola penggunaan lahan di sekitar sistem presarana Perubahan kondisi dan jenis kegiatan utama yang terjadi

Perubahan pembangunan jenis prasarana dasar kabupaten

2. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang kawasan dan konsisi sistem prasarana kabupaten yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

3. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar sistem prasarana, penilaian terhadap kualitas dan kuantitas pembangunan sistem prasarana, dan penilaian kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan.

B. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan sekitar sistem prasarana serta pembagunan sistem prasarana dapat terwujud sesuai dengan yang direncanakan.

1. Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran yang mengakibatkan terhambatnya program-program pengelolaan yang terkait dengan sistem prasarana 2. Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran yang

mengakibatkan penurunan kualitas sistem prasarana serta tata ruang dan lingkungan sekitar sistem prasarana

8

8.

.2

2.

.2

2

PE

P

EN

NG

GA

AW

WA

AS

SA

AN

N

PE

P

EM

MA

AN

NF

FA

AA

A

AT

A

TA

AN

N

R

RU

UA

AN

NG

G

U

UN

NT

TU

UK

K

P

P

EN

E

NE

ET

TA

A

PA

P

AN

N

P

PO

OL

LA

A

R

RU

UA

AN

NG

G

WI

W

IL

LA

AY

YA

AH

H

8.2.2.1

Jenis-Jenis Pengawasan Pemanfaatan

Ruang Untuk Penetapan Kawasan

Lindung

Upaya pengawasan dan penertiban terhadap kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan-kawasan lindung, terdiri atas:

A. Pengawasan: bentuk pengawasan berupa usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan lindung dengan arahan pengelolaan kegiatan kawasan lindung yang ditetapkan dalam rencana tata ruang,

dimana pengelolaan kegiatan tersebut mencakup fungsi dasar kawasan maupun fungsi tambahan yang dapat dikembangkan.

1. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai kondisi pemanfaatan ruang pada tiap jenis kawasan lindung yang ada baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:

Kondisi dan luasan kawasan lindung yang telah ditetapkan.

Perubahan kondisi fungsi dasar kawasan lindung yang telah ditetapkan untuk tiap jenis kawasan lindung yang ada, beserta luasan perubahan tersebut.

Jenis kegiatan tambahan yang ada di tiap jenis kawasan lindung yang ada, luasannya, serta dampaknya terhadap perubahan yang ditimbulkannya. Misalnya: pengembangan kawasan wisata kasrt serta yang ditimbulkan nantinya, antara lain: munculnya tempat penginapan beserta kelengkapannya di kawasan tersebut.

2. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat besarnya dampak yang ditimbulkan berdasarkan perubahan yang terjadi pada kawasan lindung yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, sehingga dapat diupayakan kegiatan-kegiatan yang dapat membatasi terjadinya perubahan kualitas lingkungan lebih lanjut. Misalnya: kegiatan pemantauan pada kawasan lindung suaka alam yaitu mengamati dan mengawasi luasan kawasan yang berkembang menjadi penginapan, sehingga dapat diputuskan apakah dampak dari perkembangan tersebut perlu segera dibatasi.

3. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya penambahan fungsi kegiatan wisata pada kawasan

lindung suaka alam merupakan masukan/pertimbangan dalam menentukan upaya penertiban yang sesuai.

(13)

B. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan lindung yang direncanakan dapat terwujud, sesuai dengan kegiatan pengawasan yang telah dilakukan.

1. Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan lindung yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan lindung tersebut. Misalnya: pengembangan kegiatan fungsi tambahan pada kawasan lindung yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan izin pengembangan.

2. Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran

pemanfaatan ruang di kawasan lindung yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan atau fungsi dasar kawasan lindung. Misalnya: pelaku kegiatan pencurian kayu di hutan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung dapat mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang dikenakan sanksi pidana.

8.2.2.2

Jenis-Jenis Pengawasan Pemanfaatan

Ruang Untuk Penetapan Kawasan

Budidaya

Upaya pengawasan dan penertiban terhadap kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Pacitan, mencakup pengawasan terhadap kawasan budidaya pertanian, permukiman perkotaan, permukiman perdesaan, dan kegiatan yang menunjukkan prospek perkembangan cukup tinggi adalah kawasan perdagangan dan jasa serta industri.

A. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian

pemanfaatan ruang di kawasan budidaya dengan arahan pengembangan kegiatan dan pola pemanfaatan ruang di tiap jenis kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

1. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai besarnya perubahan fungsi di kawasan budidaya beserta luasannya baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:

Kondisi dan luasan kawasan budidaya tidak terbangun yang telah ditetapkan,

Kondisi dan luasan kawasan budidaya terbangun yang telah ditetapkan,

Perubahan kondisi kawasan budidaya yang telah ditetapkan untuk tiap jenis kawasan budidaya yang ada, beserta luasan perubahan tersebut, misalnya: adanya perubahan fungsi pada kawasan pertanian lahan basah (sawah) menjadi kawasan terbangun (perumahan), beserta luasan lahan yang mengalami perubahan fungsi.

2. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan akibat terjadinya perubahan fungsi kawasan pada kawasan budidaya, sehingga dapat diupayakan kegiatan-kegiatan yang dapat membatasi terjadinya perubahan kualitas lingkungan lebih lanjut. Misalnya: apabila perubahan fungsi kawasan pertanian lahan basah (sawah) menjadi kawasan terbangun (perumahan) mencapai luasan yang cukup besar, maka upaya pemantauannya yaitu dengan pencetakan sawah baru pada lokasi lain.

3. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: apabila terjadinya perubahan fungsi kawasan pertanian lahan basah (sawah) menjadi perumahan mempunyai luasan yang cukup besar dan mendominasi, maka diperlukan evaluasi penyesuaian fungsi kawasan tersebut menjadi kawasan perumahan.

B. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan budidaya yang direncanakan dapat terwujud.

− Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran

pemanfaatan ruang di kawasan budidaya yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan budidaya tersebut. Misalnya: pembatalan izin pengembangan kawasan perumahan yang dibangun oleh developer pada kawasan yang rencana pemanfaatan ruangnya bukan untuk kawasan perumahan (kawasan terbangun).

− Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran

(14)

berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan budidaya.

8.2.2.3

Jenis-Jenis Pengawasan Pemanfaatan

Ruang Untuk Penetapan Kawasan

Strategis

Upaya pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang di kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan rencana tata ruang, dilakukan dengan:

1. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian

perkembangan di kawasan strategis dengan arahan pengembangan kegiatan dan pola pemanfaatan ruang kawasan strategis yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

2. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan strategis, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:

Kondisi kawasan yang ditinjau berdasarkan:

A. Fungsi kawasan. Fungsi kawasan ini ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:

- Skala kegiatan produksi dan/atau potensi

sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap pengembangan aspek ekonomi, demografi, politik, pertahanan dan keamanan, serta pengembangan wilayah sekitar,

- Skala kegiatan produksi dan/atau potensi

sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia yang berdampak besar dan penting terhadap kegiatan sejenis maupun kegiatan lain baik di wilayah bersangkutan, wilayah sekitarnya maupun wilayah negara,

- Memiliki faktor pendorong besar bagi

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat baik di wilayah bersangkutan maupun di wilayah sekitarnya,

- Mempunyai keterkaitan yang saling

mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya,

- Mempunyai posisi strategis serta usaha dan/atau

kegiatannya berdampak besar dan penting

terhadap kondisi politis dan pertahanan keamanan wilayah.

B. Ketersediaan infrastruktur yang ada di kawasan

bersangkutan,

C. Intensitas kegiatan yang terdapat di kawasan

bersangkutan,

D. Ketersediaan RTH atau daerah penyangga (Buffer Zone) di kawasan bersangkutan.

Perkembangan yang terjadi di kawasan strategis, apakah tidak berkembang, kurang berkembang atau berkembang pesat, serta dampak yang ditimbulkan dari perkembangan tersebut.

3. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati,

mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan pada kawasan strategis yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Misalnya: dengan perkembangan kegiatan industri yang pesat tetapi lokasinya cenderung bercampur dengan kawasan perumahan penduduk atau kawasan lainnya, maka perlu dipantau apakah kondisi tersebut mengganggu kegiatan pada kawasan lain tersebut. Jika ya, maka perlu dibatasi perkembangannya secara ketat. Jika tidak menimbulkan dampak yang mengganggu aktivitas di kawasan lain di sekitarnya, maka perkembangan tersebut dapat dibiarkan. 4. Evaluasi: usaha untuk menilai perkembangan pada

kawasan strategis dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan.

5. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang direncanakan dapat terwujud.

Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan strategis tersebut.

Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan strategis.

8.2.2.4

Jenis-Jenis Pengawasan Pemanfaatan

Ruang Untuk Penetapan Kawasan Pesisir

Upaya pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang di kawasan pesisir dilakukan dengan:

(15)

1. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian perkembangan di kawasan pesisir dengan arahan pengembangan kegiatan dan pola pemanfaatan ruang kawasan pesisir yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

2. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan pesisir, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:

Kondisi kawasan Pesisir baik sebagai kawasan lindung meupun budidaya

Perkembangan yang terjadi di kawasan pesisir, apakah tidak berkembang, kurang berkembang atau berkembang pesat, serta dampak yang ditimbulkan dari perkembangan tersebut.

3. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati,

mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan pada kawasan pesisir yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

4. Evaluasi: usaha untuk menilai perkembangan pada kawasan pesisir dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan.

5. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan pesisir yang direncanakan dapat terwujud.

Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan pesisir yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan pesisir tersebut.

Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan pesisir yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan pesisir

8

8

.

.

3

3

M

M

E

E

K

K

A

A

N

N

I

I

S

S

M

M

E

E

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

T

T

A

A

T

T

A

A

R

R

U

U

A

A

N

N

G

G

8

8.

.3

3.

.1

1

AS

A

SP

PE

EK

K

L

LE

EG

GA

AL

LI

IT

TA

AS

S

Dalam implementasinya, RTRW Kabupaten Pacitan ini harus mempunyai kekuatan hukum. Sehubungan dengan itu maka RTRW Kabupaten Pacitan ini selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Pacitan.

8

8.

.3

3

.2

.

2

PE

P

EM

MA

AN

NT

TA

AU

UA

AN

N,

,

P

PE

EN

NG

GE

EN

ND

D

AL

A

LI

IA

AN

N,

,

D

DA

A

N

N

E

EV

VA

AL

LU

UA

AS

SI

I

Guna menjamin konsistensi RTRW Kabupaten Pacitan dengan implementasi atau pelaksanaannya perlu dilakukan pemantauan dan pengendalian. Pemantauan dilakukan tehadap Kegiatan-kegiatan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh para pihak/

stakeholder. Upaya pengendalian ditujukan untuk menertibkan

kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai/selaras, serta menyelesaikan permasalahan yang muncul. Adapun ketentuan penertiban penataan ruang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. 1 Ketentuan Penertiban

STATUS PERIZINAN SESUAI RTRW TIDAK SESUAI RTRW Telah Ada Sebelum RTRW Ditetapkan

Berizin − Dapat diteruskan sampai waktu

yang ditentukan

− Larangan melakukan

perubahan fungsi dan fisik bangunan

Tidak Berizin − Pelengkapan

Izin

− Pengenaan

Denda

− Penghentian sementara/ tetap

− Pembongkaran

− Pemulihan Fungsi

− Pengenaan Denda

Setelah RTRW Ditetapkan

(Ada Persetujuan dalam RTRW Untuk Merubah Pemanfaatan Ruang)

Berizin − Pengenaan Denda

− Pengenaan Biaya Dampak

Pembangunan

Tidak Berizin − Pelengkapan

Izin

− Pengenaan Denda

− Pelengkapan Izin

− Pengenaan Denda

− Pengenaan Biaya Dampak

Pembangunan

Setelah RTRW Ditetapkan

(Tidak Ada Persetujuan dalam RTRW Untuk Merubah Pemanfaatan Ruang)

Berizin Tidak Boleh Terjadi, Jika Terjadi

Pencabutan Izin

Tidak Berizin − Pelengkapan

Izin − Pengenaan Denda − Pengenaan Denda − Pembongkaran − Pemulihan Fungsi

Sumber: Hasil Analisis 2008

Dalam periode tertentu (umumnya 5 tahun) perlu dilakukan evaluasi, yang akan menilai konsistensi RTRW Kabupaten Pacitan ini dengan kebutuhan dan kecenderungan yang baru, serta keefektifan RTRW Kabupaten Pacitan ini sebagai acuan pembangunan. Bila perlu dan dianggap signifikan dapat dilakukan revisi atau penyempurnaan.

8

8.

.3

3

.3

.

3

RE

R

EN

NC

CA

AN

NA

A-

-R

RE

EN

NC

CA

AN

NA

A

L

LA

AN

NJ

J

UT

U

TA

AN

N

Sesuai dengan acuan mengenai penataan ruang, maka sebagai tindak lanjut dari RTRW Kabupaten Pacitan perlu disusun rencana

(16)

tata ruang yang lebih rinci/detail. Rencana rinci tata ruang tersebut dilakukan menurut bagian-bagian wilayah Kabupaten atau kawasan-kawasan yang ada, dengan prioritas disesuaikan pada kepentingan pengembangan dan penataan kabupaten juga bagi rencana-rencana strategis untuk Kabupaten Pacitan. Selain itu, untuk sektor-sektor pengembangan tertentu, perlu pula disusun rencana induk pengembangannya. Sektor-sektor dimaksud meliputi prasarana/utilitas kota, transportasi, perumahan, fasilitas pelayanan, dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Ketika waktu tinggal beberapa menit peneliti meminta siswa kembali ke posisinya semula dan mengumpulkan hasil kerja kelompok serta memberitahukan bahwa pembahasan

[r]

[r]

Dalam ketentuan Pasal 71 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten dijelaskan pula, bahwa perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak

KEL DOSEN PEMBIMBING NO NIM NAMA MAHASISWA JUDUL PROYEK DOSEN PENGUJI 5 615100050 Miranda PERANCANGAN DESAIN INTERIOR "YAYASAN.. TALI KASIH" PRIMARY & JUNIOR HIGH SCHOOL

Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan ke-5 pembangunan millenium (SDGs) yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target

A. H, 40 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan, mual, muntah sejak 3 hari lalu. Klien mengatakan nyeri ulu hati, dan terlihat warna sklera dan kulit berwarna kuning.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, terdapat perbedaan tingkat kreativitas guru dalam proses