• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila pembangunan dilihat sebagai sebuah proses, maka pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Apabila pembangunan dilihat sebagai sebuah proses, maka pembangunan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Apabila pembangunan dilihat sebagai sebuah proses, maka pembangunan haruslah ada di setiap negara. Artinya, pembangunan sekecil apapun akan mempunyai arti yang sangat penting untuk kemajuan serta kemapanan bagi warga masyarakat bangsa atau Negara tersebut. Pembangunan haruslah berlangsung terus menerus dalam upaya menuju perbaikan hidup masyarakatnya. Untuk itu segala unsur yang terkait di dalamnya harus diikut sertakan, tanpa terkecuali manusia sebagai subjek ataupun objek pembangunan itu sendiri.

Indonesia adalah sebuah bangsa atau negara, yang sedang mengalami proses pembangunan yang mengarah kepada cita-cita masyarakat adil dan makmur. Masalah proses pembangunan tidak jarang diikuti oleh berkembangnya wilayah perkotaan. Sepertinya di dalam proses pembangunan tersebut menjadi begitu penting di Indonesia, mengingat perkembangan kota kota saat ini sangat pesat dan juga banyak menimbulkan masalah, mulai dari proses perubahan tanah persawahan dijadikan perumahan, dijadikan lokasi tempat dibangunnya pabrik-pabrik, jalan raya, sampai peristiwa penggusuran illegal dan pelebaran jalan, bahkan jalur hijau yang penuh pengorbanan bagi warga masyarakatnya untuk menjadi daerah pemukiman.

Menyandang predikat sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, dan saat in berkembang berkembang menuju Medan metropolis sudah

▸ Baca selengkapnya: apabila nic sudah terinsall dengan baik, maka dapat dilihat melalui

(2)

saatnya kota Medan berbenah diri. Termasuk mengembangkan sektor transportasinya,terutama angkutan umum atau yang biasa disebut Angkot. Sektor ini sangat berperan penting didalam kehidupan perkotaan, selain mendorong pertumbuhan kota juga sektor transportasi menambah lapangan pekerjaan.

Pertumbuhan kota sering diwarnai dengan dampak sosial seperti keresahan, keputusasaan, dan kriminalitas, dimana kota membutuhkan penataan yang baik dan teratur. Untuk itu diperlukan banyak sumber daya alam yang terserap dikota, agar pembangunan di perkotaan dapat dirasakan. Hal ini dilihat dari banyaknya lapangan pekerjaan yang sangat banyak, mulai dari pegawai negeri sipil, pegawai swasta, buruh, pedagang, hingga sampai kepada pemulung.

Salah satu lapangan pekerjaan tersebut yang ingin diungkap adalah pekerjaan sebagai supir angkutan. Supir angkutan adalah pekerjaan yang menawarkan jasa, untuk mengantar penumpang dari suatu tempat ketempat tujuan yang lainnya. Seringkali dikatakan bahwa pekerjaan menawarkan jasa memilik unik, yang membedakannya dari barang atau produk-produk manufaktur. Empat karakteristik yang paling sering dijumpai dalam posisi sebagai supir angkot yang merupakan pekerjaan penawaran jasa, berbeda dari barang pada umumnya adalah :

1. Tidak berwujud

Jasa bersifat dirasakan, dicicipi atau disentuh seperti yang dapat dirasakan dari suatu barang.

(3)

2. Heteregonitas

Jasa merupakan variabel non – standar dan sangat bervariasi. Artinya, karena jasa itu berupa suatu unjuk kerja, maka tidak ada hasil jasa yang sama walaupun dikerjakan oleh satu orang. Hal ini dikarenakan oleh interaksi manusia (karyawan dan konsumen) dengan segala perbedaan harapan dan persepsi yang menyertai interaksi tersebut.

3. Tidak dapat dipisahkan

Jasa umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan, dengan partisipasi konsumen dalam proses tersebut. Berarti, konsumen harus berada di tempat jasa yang dimintanya, sehingga konsumen melihat dan bahkan ikut ambil bagian dalam proses produksi tersebut.

4. Tidak tahan lama

Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. Artinya, jasa tidak bisa disimpan, dijual kembali kepada orang lain, atau dikembalikan kepada

Sejalan dengan proses pembangunan, banyak orang yang mampu membeli kendaraan pribadi. Alasan untuk memiliki kendaraan pribadi, antara lain karena masalah kendaraan pribadi terlalu banyak juga menimbulkan masalah.

Banyaknya kendaraan pribadi, berarti dapat terjadi kemacetan yang semakin banyak di jalan. Hal ini dikarenakan jumlah peningkatan kendaraan pribadi tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas jalan. Semakin banyak masyarakat yang

(4)

menggunakan kendaraan umum, semakin efektif pula penggunaan jalan raya. Dengan kata lain, kendaraan umum merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kemacetan yang dihadapi hampir semua kota besar di dunia.

Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam kota

dan antar kota yang banyak digunakan d

seorang kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu sopir dalam perawatan kendaraan (ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain-lain). Setiap jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau sistem penataan melalui angka.

Angkutan Kota sebenarnya cuma diperbolehkan berhenti di halte-halte tertentu, namun pada praktiknya semua sopir angkot akan menghentikan kendaraannya di mana saja, untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Pelanggaran lain yang dilakukan adalah memasukkan orang dan barang bawaan dalam jumlah yang melebihi kapasitas mobil, dan pintu belakang yang tidak ditutup sama sekali atau tidak ditutup dengan rapat. Pelanggaran-pelanggaran seperti ini biasanya diabaikan oleh aparat karena sistem penegakan hukum yang lemah.

Tarif angkutan biasanya ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat, namun orang yang menumpang jarak pendek atau anak sekolah biasanya membayar lebih sedikit. Hal ini tidak dirumuskan dalam peraturan tertulis, namun menjadi praktik umum. Semua angkutan di Indonesia memiliki plat nomor berwarna kuning dengan tulisan warna hitam, sama dengan kendaraan-kendaraan umum lain.

(5)

Demikian halnya dengan kota Medan angkutan umum terdiri dari berbagai jenis, mulai dari becak (becak dayung, becak bermotor), angkutan umum atau mobil penumpan umum (MPU), taksi dan bus damri. Jumlah armada untuk angkutan jenis becak dayung dan becak bermotor 18.800 unit. Sedangkan jumlah angkutan umum (MPU) 11.255 unit dengan 248 trayek dan taksi 1187 unit.(data dari Dinas Perhubungan kota Medan 2006).

2. Perumusan masalah

Penelitian ini memusatkan perhatian pada kajian tentang posisi sopir angkot mengenai strateginya dalam mencari penumpang. Dalam hal ini meliputi diantaranya: bagaimana para sopir angkutan dan dengan trayek/jurusan tertentu mengetahui lokasi-lokasi penumpang. Bagaimana pula, para sopir angkutan mengetahui atau meprediksi saat-saat banyaknya penumpang. Apa atau bagaimana cara yang dilakukan para supir angutant untuk dapat menarik perhatian para penumpang, agar para penumpang mau ikut di angkutannya..

1. 3. Lokasi penelitian

Medan sebagai salah satu ibukota dari Propinsi Sumatera Utara juga terkena berbagai proyek pembangunan. Sebagai kota yang terus berkembang yang menjadi padat trans Sumatera dapat dikatakan sebagai salah satu jalur transportasi yang strategis untuk menuju daerah lain bagi penduduk sekitarnya, seperti di sebelah utara terdapat sebuah jalan Propinsi yaitu jalan Yos Sudarso menuju pelabuhan Belawan.

(6)

Secara umum, akibat kota medan telah menjadi daerah perkotaan yang berkembang pesat.

Kehidupan di kota atau perkotaan jauh lebih kompleks di banding kehidupan di desa baik dari segi pendidikan, mata pencaharian, keagamaan, suku, dan gejala gejala sosial. Salah satu penyebab kenapa orang berlomba datang ke kota (urbanisasi),karena tersedianya lapangan pekerjaan yang jauh lebih banyak dibanding di pedesaan. Tersedianya berbagai fasilitas pendidikan, perbelanjaan, hiburan, perumahan, dan lain lain sebagainya.hal ini menjadi faktor pendorong yang besar sehingga orang dari desa berbondong-bondong datang ke kota.perpindahan penduduk dari desa ke kota yang di sebut Urbanisasi,membuat pertumbuhan kota sangat cepat sekali. Mereka datang kekota hanya ingin mengadu nasib tanpa memperhatikan sumber daya manusianya.

Sopir angkutan di kota Medan sangat banyak sekali, dan hampir semua penjuru kota telah dimasuki angkutan,.namun semua angkutan mempunyai trayek masing masing dan mempunyai stasiun atau terminal sendiri. Selain itu juga ada yang mempuyai stasiun terpadu, dimana angkutan kota dan angkutan dari pedesaan berkumpul disana. Dikota Medan ada tiga stasiun terpadu yaitu terminal terpadu Amplas dan terminal Pinang baris, serta terminal Sambu.

Penelitian ini akan berfokus pada jenis angkutan Rahayu Medan Ceria (RMC) trayek 104. Yang mempunyai trayek antara Perumnas Simalingkar sampai Pancing hingga ke Universitas Negeri Medan. Jenis angkutan Rahayu Medan Ceria mempunyai satu stasiun ataupun terminal yaitu di Perumnas Simalingkar, tepatnya di jalan Nilam.

(7)

Angkutan kota Rahayu Medan Ceria trayek 104 merupakan trayek yang mempunyai armada atau unit yang paling banyak di Rahayu Medan Ceria,hampir mencapai 160 unit.selain trayek yang mempunyai unit yang paling banyak, trayek ini juga melintasi pusat-pusat kota Medan seperti : jalan S Parman, jalan Balai Kota, Jalan Perintis Kemerdekaan, serta Jalan M Yamin.

Angkutan kota Rahayu Medan Ceria 104 selain melintasi pusat-pusat kota juga melewati beberapa kampus di kota Medan diantaranya adalah: kampus USU, AMIK,Nommensen, IBBI, serta Unimed.dari hasi pengamatan peneliti di lapangan mayoritas penumpang dari trayek Rahayu Medan Ceria 104 merupakan Mahasiswa.

Selain itu angkutan Rahayu Medan Ceria 104 mempunyai beberapa keunggulan dari trayek-trayek lain diantaranya adalah beroperasi mulai pukul 05.00 wib hingga pukul 00.00 Wib.Dan mempunyai mesin jenis Daihatsu 1500 cc serta mencapai 70% busnya merupakan bus tahun pembuatan mesin diatas tahun 2002.

Angkutan Rahayu Medan Ceria 104 mempunyai sistem yang bukan antri, melainkan bebas tetapi harus sampai ke terminal untuk mengambil bukti stempel serta membayar semua kewajiban sehari-hari dan juga untuk menjaga disiplin para sopir dan menghindari perselisihan. Bagi mereka yang melanggar aturan tersebut akan diskorsing 2 hari atau denda sebanyak Rp 50.000. ini dilakukan atas kesepakatan bersama para sopir angkutan Rahayu medan Ceria 104

(8)

1. 4. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan yaitu mengkaji pengetahuan sopir angkutan tentang strategi mencari penumpang, lokasi penumpang, serta waktu atau saat-saat penumpang dianggap banyak. Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengkaji sebagaimana pengetahuan para sopir angkutan khususnya sopir angkot Rahayu Medan Ceria tentang lokasi dan waktu atau jam jam dimana saat penumpang membludak.

2. Untuk memberikan masukan kepada banyak intansi, baik itu intansi pemerintah maupun intansi swasta tentang efektivitas angkot di kota Medan.

3. Untuk menghasilkan Skripsi sebagai syarat kelulusan dari Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan.

1. 5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian yang dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi para sopir angkot. 2. Hasil penelitian yang dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk

informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi para instansi pemerintah, lembaga formal maupun non formal ( sekolah /akademik). 3. Hasil penelitian yang dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk

informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat yang perduli akan pengembangan kehidupan para sopir angkot di kota Medan.

(9)

4. Menghasilkan Karya tulis ilmiah yang dapat berguna untuk sebuah pemahaman mengenai salah satu kelompok atau bagian dari masyarakat yang memang eksis dan yang telah menjadi bagian dari masyarkat kita.

5. Memberikan sumbangan kecil untuk dunia Antropologi terutama kampus Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, mengenai perkembangan Antropologi dan lapangan ilmiahnya.

1. 6. Tinjauan Pustaka

Antropologi sosial budaya adalah Ilmu ini mempelajari tingkah laku manusia, baik itu tingkah laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah laku yang akan di pelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka.

Secara sederhana kebudayaan dapat difenisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.

Dengan demikian kebudayaan juga merupakan pengetahuan yaitu sistem pengetahuan yang dipunyai atau dimiliki oleh manusia. Dengan demikian, kebudayaan itu pada hakekatnya dipunyai oleh individu-individu atau masyarakat dan bukan oleh masyarakat tanpa memperhatikan individunya, yang sebenarnya menjadi pemilik dan yang menggunakan kebudayaan atau pengetahuan tersebut dalam kehidupannya.

(10)

Ada tiga macam cara kebudayaan itu diperoleh atau diterima :

1. Melalui pengalaman dari hidup dalam menghadapi lingkungannya, sehingga dari pengalamannya tersebut manusia dapat memilih suatu tindakan tepat sesuai dengan lingkungan yang dihadapi dan sesuai dengan keinginan yang akan diacapai.

2. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial dalam lingkungan manusia itu sendiri.

3. melalui petunjuk-petunjuk yang simbolik atau yang dinamakan komunikasi simbolik yang artinya adalah bahwa berbagai pengetahuan yang didapat oleh mansuia itu telah diperolehnya dengan melalui suatu komunikasi dengan orang lain baik melalui ucapan, kata-kata, isyarat, serta simbi-simbol, yang komunikasi itu akan menghasilkan arti bagi masing-masing dan khususnya bagi yang belajar karena adanya simbol ( simbol adalah segala objek : benda, manusia, tindakan, ucapan, gerak tubuh, peristiwa yang mempunyai pengertian; dan pengertiannya didefenisikan oleh kebudayaan)

Pada manusia, tingkah laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya yang disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan dan sosial yang ada di sekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut kebudayaan (parsudi suparlan). Kebudayaan dari

(11)

kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok-kelompok kecil maupun kelompok-kelompok yang sangat besar. Inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi.

Pembangunan didefinisikan secara luas sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera. Bentuk nyata atau unsur-unsur dari kehidupan serba lebih baik itu sendiri masih menjadi perdebatan. Komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera terdiri atas tiga komponen dasar yaitu

1. Kecukupan (sustenance)

Kecukupan yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Kebutuhan tersebut bukan hanya menyangkut makanan,

melainkan mewakili semua hal yang merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik yang meliputi pangan, sandang, papan dan keamanan.

2. Jati diri (self esteem)

Jati diri merupakan dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk merasa diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu. Penyebaran nilai-nilai modern yang bersumber dari negara-negara maju telah mengakibatkan kejutan dan kebingungan budaya di banyak negara berkembang. Kontak dengan masyarakat lain yang secara ekonomis atau teknologis lebih maju acapkali mengakibatkan definisi dan batasan mengenai baik-buruk dan benar-salah menjadi kabur. Kemakmuran materil

(12)

lambat laun dianggap sebagai suatu ukuran kelayakan yang universal dan dinobatkan menjadi landasan penilaian atas segala sesuatu.

3. Kebebasan (freedom)

Kebebasan atau kemerdekaan di sini diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek materil semata-mata dalam kehidupan ini. Kebebasan disini juga harus diartikan sebagai kebebasan terhadap ajaran-ajaran yang dogmatis. Jika kita memiliki kebebasan, itu berarti untuk selamanya kita mampu berpikir jernih dan menilai segala sesuatu atas dasar keyakinan, pikiran sehat dan hati nurani kita sendiri. Kebebasan juga meliputi kemampuan individual atau masyarakat untuk memilih satu atau sebagian dari sekian banyak pilihan yang tersedia.

Manfaat inti yang terkandung dalam penguasaan yang lebih besar itu adalah kebebasan untuk memilih merasakan kenikmatan yang lebih besar dan bervariasi, untuk memilih lebih banyak barang dan jasa. Faktor-faktor yang ikut menentukan pola konsumsi keluarga antara lain tingkat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, pendidikan kepala keluarga dan status kerja wanita.

Untuk mendukung pernyataan tersebut, telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pola konsumsi keluarga. Teori Engel’s yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi .Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentasi pengeluaran untuk bukan makanan.

(13)

Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan keluarga, karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan. Jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga juga mempengaruhi pola konsumsi.. Yang membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan.

1. 7. Metode Penelitian 1. 7.1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode ini akan menghasilkan data deskriptif: ucapan/tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (supir angkot atau masyarakat). Ini berarti bahwa hasil data deskriptif tersebut berupa uraian tertulis yang berasal dari informan, baik itu informasi tertulis maupun tidak tertulis.

1. 7. 2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat menjaring data ketika penelitian dilaksanakan, diperlukan beberapa cara yang relevan dalam mencapai tujuan penelitian, yakni studi lapangan dan studi kepustakaan.

(14)

1. Studi Lapangan.

Teknik pengumpulan data yang dipakai ketika peneliti melakukan penelitian di lapangan adalah menggunakan metode wawancara.

1.1 Wawancara

Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara mendalam (depth interview) dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara (interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pemilihan waktu untuk wawancara disesuaikan dengan keadaan dilapangan dan kegiatan yang dilakukan oleh informan.

1.2 Observasi Partisipasi.

Metode observasi partisipasi dengan melakukan pengamatan langsung dalam penelitian. Pada masyarakat sekitar, maupun supir angkot di trayek 104 rahayu medan ceria, Medan.

Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data yang diperoleh tidak dikurangi, ditambah ataupun dirubah,sehingga tidak mempengaruhi keaslian data tersebut. Kemudian data-data ini akan dianalisa secara kualitatif. Keseluruhan data-data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategor-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penganalisaan data ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih mudah

(15)

dibaca dan dipahami. Dan tahap terakhir, melakukan pengkategorian data sehingga dapat dibagi dalam beberapa kategori dengan tujuan agar terlihat perbedaan antara data primer dan data sekunder, hasil kategorisasi data akan dideskripsikan demi pencapaian tujuan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang yang pernah mengalami penyakit pada kaki maka akan memiliki resiko dengan rasio tinggi untuk mengalami stroke, infark miokard dan juga dapat menyebabkan kematian dalam

(3) Antroponimi dan toponimi universal pada khazanah sastra Sunda buhun, seperti dalam carita pantun dan wawacan, dapat dimaknai secara semiotik sebagai suatu tanda yang

Nilai pH yang diperoleh pada  percobaan ini berada dibawah 7, sehingga perairan ini dapat dinyatakan bersifat asam.Secara keseluruhan, berdasarkan pengukuran faktor

Atas segala bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik yang telah diberikan selama masa belajar penulis di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, maka penulis

Optimalisasi pencapaian performa ayam pedaging terbaik dapat diupayakan melalui sistem peternakan intensif modern dengan menyediakan bibit unggul, pakan sempurna (seimbang)

Dari hasil tersebut ditemukan bahwa posisi Bukit Unggul dalam kuadran SWOT berada di Kuadran 1 yang artinya masih dapat berkembang dengan strategi progresif yang

 Dalam periode 2005-2009 telah dilakukan berbagai upaya pengembangan penginderaan jauh, baik dalam hal pengembangan dan penguasaan teknologi maupun dalam

Kesimpulan: Uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian intervensi yang ditandai dengan nilai p value kedua uji adalah