• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Audit merupakan suatu kegiatan atau proses pengumpulan data, dan penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis olehpihak yang independen, untuk menilai laporan keuangan yang telah disusun apakah telah sesuai dengan kriteria dan bukti-bukti pendukung yang mendasarinya atau belum. Audit terdiri dari beberapa macam seperti audit keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional (Agoes, 2012).

Dalam proses mengaudit dibutuhkan laporan yang didasari dengan prinsip transparan yaitu bisa ditunjukkan dengan tersedianya bukti–bukti yang mendukung laporan tersebut serta kemudahan akses auditor ketika ingin mendapatkan bukti transaksi ataupun dokumen lain yang dibutuhkan oleh auditor untuk bahan pendukung lainnya. Ketika prinsip transparansi ini tidak dijalankan, maka kemungkinan auditor akan ragu dalam melanjutkan prosedur audit yang lainnya, sehingga transparansi atas laporan keuangan mempunyai pengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan prosedur audit.

Selain itu, perusahaan penyedia laporan keuangan juga harus memenuhi prinsip pertanggungjawaban (accountability). Pertanggungjawaban yang dimaksud bisa meliputi pertanggungjawaban dengan wujud mempublikasikan laporan keuangan hasil auditan ke pihak stakeholder perusahaan. Sementara untuk perusahaan go-public, laporan keuangan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia

(2)

(BEI), bentuk pertanggungjawaban lainnya adalah pertanggungjawaban terhadap peraturan yang ada yaitu dengan wujud menyusun laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bentuk Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Akuntansi Keuangan-ETAP (SAK-Keuangan-ETAP). Auditor berhak mengkomplain ketika ada laporan keuangan yang menyimpang dari peraturan yang ada, dan hal tersebut menyebabkan terganggunya prosedur audit yang akan dilaksanakan. Dari hal tersebut bias dilihat bahwa akuntabilitas juga mempunyai pengaruh terhadap efektifitas prosedur audit.

Dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2014, Indonesia telah melaksanakan pemilihan umum dalam lingkup pileg dan pilpres. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah melaksanakan pemilihan umum (pemilu) untuk membentuk pemerintahan dan mengisi jabatan-jabatan kenegaraan. Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Pemilu selalu identik dengan adanya kampanye dari beberapa partai politik yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum, setiap partai politik yang maju dalam pemilu pasti akan melakukan aktivitas penerimaan dan pengeluaran dana terkait dengan aktivitas kampanyenya. Laporan dana kampanye adalah laporan parpol yang berisi tentang sejumlah biaya berupa uang, barang dan jasa yang digunakan peserta pemilu untuk membiayai kegiatan kampanye pemilu. Dana kampanye ini harus ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye pada bank dan semua dana

(3)

kampanye harus dicatat dalam pembukuan penerimaan dan pengeluaran khusus dana kampanye pemilu yang terpisah dari pembukuan keuangan peserta pemilu.

Dalam penerimaan sumbangan dana kampanye, tidak semua sumbangan bisa diterima melainkan harus mengikuti Peraturan Komisi Pemilihan Umum, untuk setiap parpol yang telah mendaftarkan dirinya dan telah ikut serta dalam pemilihan umum diwajibkan untuk mengelola dan mempertanggungjawabkan dana kampanyenya berdasarkan prinsip legal, akuntabel dan transparan, serta wajib melaporkannya ke Komisi Pemilihan Umum secara periodik sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum. Ketransparanan laporan dana kampanye sering kali dihiraukan oleh parpol–parpol peserta pemilu, sebagai contohnya hasil survey mengenai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dilakukan Transparency International di 102 negara, menunjukan bahwa Indonesia selama lima tahun berturut-turut mendapat nilai di bawah 2 dari rentang 1-10 (nilai l0 adalah nilai paling bersih korupsi). Dari 102 negara tersebut, Indonesia bersama dengan Kenya menduduki tempat ke-96 negara paling korup, hanya Angola, Madagaskar, Paraguay, Nigeria dan Bangladesh yang lebih korup dari Indonesia (Hardjapamekas, 2002). Selain melakukan transparansi, partai politik hendaknya menaati prinsip lainnya dalam hal pengelolaan dana kampanye yaitu akuntabilitas seperti yang telah diatur dalam PKPU. Mardiasmo (2002) mendefinisikan Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agen) untuk memberikan pertanggungjawaban, penyajian, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas yang menjadi tanggungjawabnya kepada pemberi amanah

(4)

(Principle) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggunjawaban tersebut.

Menurut (Kholmi, 2013) partai politik berfungsi sebagai suatu organisasi yang berkompetisi membentuk pemerintahan Indonesia, dengan demikian frame pembangunan pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia sangat diwarnai oleh cerminan wajah partai politik. Oleh karena itu, tata kelola partai politik di Indonesia perlu segera dilakukan pembenahan secara fundamental, yaitu “membangun akuntabilitas institusinya”. Membangun akuntabilitas partai politik membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga terdapat upaya yang dilakukan terus menerus dari berbagai pihak misalnya Partai Politik, Pemerintah, dan Komisi Pemilihan Umum

Hasil penelitian Kholmi (2008) menunjukkan bahwa menurut persepsi mahasiswa akuntansi, akuntabilitas keuangan partai politik adalah rendah, sedangkan menurut persepsi konstituen bahwa akuntabilitas pelaporan keuangan dana kampanye dan pelaporan keuangan tahunan partai politik dalam kategori sedang (36,10%; 36,80%) dan kategori tinggi (5,30%; 5,70%) (Kholmi, 2010). Lebih lanjut lagi Kholmi (2013) dalam jurnal review akuntansi keuangan menyatakan bahwa fenomena ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik dibuktikan dengan berbagai tindakan masyarakat. Salah satu tindakan masyarakat berupa tidak menggunakan hak pilihnya (menjadi golongan putih) atau dengan sebutan “golput” dalam pemilihan kepala daerah atau pemilihan legislatif. Dari berbagai pendapat ahli (Yani, 2007), (Azwar, 2008), (Swift, 2001), dan (Gray at el., 1997) yang telah di adopsi oleh Kholmi (2013) dalam jurnal review akuntansi

(5)

keuangan menyatakan bahwa hasil survey Indeks Kepercayaan Masyarakat (IKM) pada masyarakat Kota Makassar (Yani, 2007) yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) pada bulan November hingga Desember 2006 menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi percaya pada parpol. Menurut Lingkaran Survei Indonesia (Azwar, 2008), rata-rata tingkat golput pemilu legislatif (15,9 persen), pemilihan presiden tahap I (21,5 persen) dan pemilihan presiden tahap II (23,3 persen). Swift (2001) menyatakan bahwa ketidakpercayaan terhadap organisasi merupakan alasan fundamental atas permintaan terhadap akuntabilitas perusahaan. Akuntabilitas secara fundamental adalah mengenai pengungkapan (disclosure) terhadap informasi publik kepada pihak-pihak yang mempunyai hak untuk mengetahuinya. Akuntabilitas (informasi yang disediakan bagi stakeholders) diperlukan dan penting dalam situasi, dimana tidak terdapat kepercayaan (Gray at el., 1997).

Setelah adanya penyerahan laporan dana kampanye dari parpol, selanjutnya KPU akan menunjuk Kantor Akuntan Publik untuk mengaudit setiap laporan dana kampanye dari parpol peserta pemilu. Disini peran dari para auditor adalah untuk menentukan apakah laporan yang dibuat oleh akuntan dari parpol sudah sesuai dengan peraturan yang ada dan sudah transparan atau belum. Hasil temuan dan opini yang diberikan oleh para auditor ini menambah kredibilitas terhadap laporan dan mengurangi resiko informasi, atau resiko dimana informasi tersebut salah/menyimpang. Sebagaimana telah diketahui, auditor harus mengevaluasi bukti-bukti yang dikumpulkan, dan bukti-bukti tersebut harus memiliki jumlah yang cukup untuk menunjukkan kebenaran laporan dana

(6)

kampanye yang ada, serta dapat dipertanggungjawabkan. Dimana setiap laporan dana kampanye akan diaudit berdasarkan kepatuhan dalam periode pelaporan dana kampanyenya dan kesesuaian isi laporan dengan bukti yang ada. Aturan untuk diwajibkan diadakannya audit atas laporan dana kampanye parpol ini jelas diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 24 Tahun 2013. Apabila dalam proses mengaudit, auditor merasa tidak mendapat bukti yang cukup untuk memeriksa laporan dana kampanye maka berhak menghentikan proses auditnya dan memberi opini audit berdasarkan hasil keterbatasan bukti yang didapatkannya.

Penelitian mengenai transparansi dan akuntabilitas keuangan yang dilakukan oleh Fitroni (2009) dengan judul mengenai analisa akuntabilitas dan transparansi laporan dana kampanye partai politik pemilu tahun 2009 di Indonesia memberikan hasil bahwa akuntabilitas dana kampanye cukup baik. Sedangkan dalam hal transparansi menurut UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) masih sangat rendah, Transparansi yang rendah disebakan oleh kurangnya informasi yang dilaporkan dari hasil audit yang ditampilkan pada situs KPU.

Disini peneliti tertarik untuk meneliti tentang transparansi dan akuntabilitas laporan dana kampanye berdasarkan dari persepsi auditor yang kemudian di uji pengaruhnya terhadap efektifitas prosedur audit, karena adanya peraturan dari KPU yang mewajibkan partai politik melaporkan dana kampanye secara transparan dan akuntabel dengan wujud melaporkan dana kampanyenya kepada KPU yang selanjutnya akan diaudit oleh pihak auditor dari KAP yang telah di

(7)

tunjuk oleh KPU. Sehingga, berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian mengenai Persepsi Auditor tentang Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Dana Kampanye terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit Laporan Dana Kampanye Partai Politik Pemilu Legislatif 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian tersebut, maka dibangun rumusan permasalahan yang akan digali pemecahannya melalui penelitian ini, yaitu

1. Bagaimana persepsi auditor tentang transparansi, akuntabilitas serta efektifitas prosedur audit dana kampanye pada pemilu legislatif 2014? 2. Apakah terdapat pengaruh dari persepsi auditor tentang transparansi dan

akuntabilitas laporan dana kampanye partai politik terhadap efektifitas prosedur audit laporan dana kampanye pada pemilu legislatif 2014?”

C. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas, maka ada pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu meluas dan keluar dari konteks pembahasan. Penelitian survey ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di kota Malang yang pernah mengaudit laporan dana kampanye pemilu legislatif tahun 2014 yang berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 17 tahun 2013. Dengan demikian, maka data yang diambil tidak sampai pada laporan keuangan partai politik tetapi pada persepsi auditor ketika mengaudit.

(8)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain :

1. Menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana persepsi auditor tentang transparansi, akuntabilitas dan efektifitas prosedur audit pada pemilu legislatif 2014.

2. Menguji adanya pengaruh dari persepsi auditor tentang transparansi dan akuntabilitas terhadap efektifitas prosedur audit dana kampanye pemilu legislatif 2014.

E. Manfaat Penelitian

Transparansi dan akuntabilitas adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan dalam penyusunan suatu laporan yang khususnya berhubungan dengan keuangan suatu pemerintahan, perusahaan, dan organisasi. Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi (Krina, 2003), Sementara akuntabilitas adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan (Depdagri, 2002 dalam Krina 2003). Maka dari itulah, diperlukannya adanya prinsip ketransparanan dan akuntabilitas setiap laporan dan wajib diaudit untuk menunjukkan bahwa laporan tersebut benar dan sesuai dengan keadaan yang ada, sehingga publik tidak akan meragukan lagi kebenaran laporan tersebut karena sudah disusun atas dasar prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan uraian diatas Penelitian ini akan menguji pada perusaahaan Food and Beverages dengan mengkaji pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas

Menurut Edwin (2002) menyatakan bahwa koloni yang terdapat dalam kefir grains mampu memproduksi beberapa vitamin yang sangat diperlukan tubuh seperti asam

Namun sistem yang ada pada perusahaan ini sangatlah rumit oleh karena itu hanya karyawan tertentu yang dapat mengakses system aplikasi ini, dimana ketika sparepart masuk ke gudang

Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya untuk mengembangkan diri sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Kada računalo pomoću ugrađene programske logike zaključi da je gradijent pada tlaka već i od podešenog, ono preko elektromagnetskih ventila (1) pokreće akciju

10 Penyuluhan dan Pendampingan Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak Sido Mulyo Dusun Pulosari, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

Setelah melihat kegiatan-kegiatan tarekat Muqtadiriyah yang biasa dilakukan oleh Khalifah Hadi beserta jamiyahnya beliau memiliki pandangan bahwa apa yang dilakukan