• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan orang lain. Masyarakat membutuhkan bahasa untuk berinteraksi di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Lecoutere (via Wojowasito,1965: 9), bahasa adalah alat manusia untuk menyampaikan pengalamanya, perasaannya, pikirannya, dan kehendaknya dengan perantaraan sistem terdiri dari lambang yang mula-mula dibuat secara sewenang-wenang, yaitu dengan cara yang tidak dapat ditentukan bagaimananya.

Bahasa berfungsi mengungkapkan ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada diri setiap orang. Oleh sebab itu, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi pun semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa yang memakai dam memiliki bahasa tersebut (Badudu, 2008: 4). Dengan adanya bahasa, manusia dapat mengetahui dan mempelajari budaya lain selain budayanya sendiri beserta nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya tersebut.

Salah satu bagian kebahasaan yang mengandung nilai ajaran moral adalah peribahasa. Peribahasa disebut mengandung makna tertentu berupa kiasan bahasa yang terdiri dari kelompok kata atau kalimat yang bersifat ringkas, padat, dan berisi tentang norma. Secara umum, peribahasa mencangkup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, dan tamsil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peribahasa diartikan sebagai kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya

(2)

dan biasanya mengkiaskan maksud tertentu seperti keadaan seseorang, atau yang mengenai kelakuan dan perbuatan tentang diri orang lain, serta di dalamnya berisi perbandingan, perumpamaan, nasehat, prinsip hidup, dan aturan tingkah laku (2008: 1055).

Menurut Kridalaksana (1982:131), peribahasa sebagai kalimat atau penanggalan kalimat yang bersifat turun menurun yang digunakan untuk menguatkan maksud dari sebuah karangan, pemberi nasehat, pengajaran atau pedoman hidup. Oleh karena itu, dalam penyampaiannya dapat ditemukan nilai-nilai budaya bagi generasi berikutnya. Menurut Learner’s Dictionary of Korea (2006), peribahasa adalah 옛날부터 사람들 사이에서 전해져오는 교훈이나 풍자가 담긴 짧은말. 석담에는 그 나라 사람들의 지혜와 문화가 담겨 있습니다 (Perkataan pendek yang berupa ajaran atau larangan yang disampaikan oleh orang-orang sejak zaman dahulu. Peribahasa mengandung nilai kebijaksanaan dan kebudayaan yang dianut oleh orang-orang di dalam negaranya). Baik para orangtua di Korea maupun Indonesia menggunakan peribahasa sebagai cara untuk menasihati atau melarang anak-anak mereka agar tidak melakukan sesuatu yang tidak baik. Mereka mengharapkan anak mereka dapat mengerti tentang makna ‘ajaran hidup’ melalui apa yang mereka sampaikan melalui peribahasa.

Peribahasa dapat dikatakan istimewa karena pada dasarnya merupakan kristalisasi pengalaman yang mendalam dan panjang yang biasanya mengandung kebijaksanaan hidup yang dirumuskan secara singkat dan padat (Pusposaputro, 2001:1). Sehingga tidak jarang peribahasa juga sering dipakai untuk menyampaikan suatu maksud secara tidak langsung. Pada peribahasa terkandung

(3)

makna yang sifatnya memperbandingkan hal yang satu dengan hal yang lain. Makna tersebut sifatnya kiasan dan berbeda dengan makna leksikal (sebenarnya). Meskipun begitu makna peribahasa sendiri masih dapat diramalkan karena adanya hubungan atau tautan antara makna leksikal dan makna kiasan unsur-unsur pembentuk peribahasa tersebut dengan makna lain yang menjadi tautannya.

Unsur-unsur yang biasanya ditemukan di dalam peribahasa adalah alam, tumbuh-tumbuhan, anggota tubuh, dan binatang. Penelitian ini mengambil tema tentang peribahasa dalam bahasa Korea yang mengandung unsur binatang. Peribahasa Korea yang akan diteliti meliputi peribahasa yang di dalamnya terdapat kosakata harimau atau dalam bahasa Korea disebut 호랑이 (horangi). Harimau adalah salah satu hewan buas yang sering dikatakan sebagai jenis kucing terbesar dari spesiesnya, lebih besar dari singa yang sering dijuluki raja hutan. Kata horangi dalam bahasa Korea memiliki arti yang sama dengan 산중호걸 (sanjunghogeol), 큰짐승 (kheunjimseung) , 칡범 (chilbeom), dan (beom).

Harimau memiliki keunggulan yang membuat binatang ini dikagumi sekaligus paling ditakuti oleh binatang lainnya dalam kehidupan rimba belantara. Di dalam fabel-fabel Asia, harimau sering digambaran sebagai raja hutan. Kegagahan dan status binatang ini sebagai binatang yang menduduki peringkat atas piramida makanan menjadi alasan yang mendasari sebutan raja hutan dilekatkan pada binatang ini.

Demikian pula dalam kebudayaan masyarakat Korea, harimau dianggap sebagai binatang yang cukup spesial. Terdapat sumber online yang mengatakan orang Korea menyukai binatang ini dan menganggapnya sebagai binatang yang

(4)

jinak, lucu, dan bodoh.1 Salah satu dongeng Korea menceritakan seekor harimau yang menakutkan begitu mudahnya ditipu berkali-kali oleh seekor kelinci yang hendak dimangsanya sendiri. Namun, pada cerita Dangun, cerita tentang asal-mula nenek moyang orang Korea digambarkan harimau memiliki sifat mudah menyerah karena tidak tahan dengan tantangan yang diberikan oleh Dewa kepada harimau dan beruang (Kim, 2007:23). Selain sifat-sifat tersebut dalam cerita-cerita Korea lain sering juga harimau diceritakan memiliki gambaran sifat yang berbeda dari sifat diatas, diantaranya ketakutan, sifat berani, sebagai binatang yang penuh keagungan yang menjadi simbol untuk kekuatan, perlindungan, dan kemurah-hatian.

Wujud harimau dapat juga ditemukan pada beberapa bentuk kebudayaan Korea seperti lukisan dan cerita rakyat lainnya. Binatang ini menjadi istimewa karena sering dijadikan tema populer pada lukisan rakyat yang disatukan dengan tema religius bersama lukisan dewa-dewa dan binatang lainnya. Contohnya, lukisan berjudul Potrait of San-Shin (Mountains Spirit) yang mana dalam lukisan tersebut terlihat seorang biksu duduk berdampingan dengan seekor harimau. Selain itu, pada kebudayaan Korea yang lain unsur binatang harimau juga muncul pada salah satu aspek kebahasaannya, yaitu peribahasa.

Adanya bukti pada kebudayaan Korea serta sifat-sifat yang digambarkan melalui binatang ini dalam pola pikir masyarakat Korea, maka penelitian ini berusaha ingin mengungkap makna apa yang terkandung pada kosakata harimau dalam peribahasa Korea yang menggunakan kosakata tersebut.

1

(5)

Penelitian mengenai peribahasa Korea memang sudah sering dilakukan tetapi penelitian yang secara khusus meneliti makna, diksi, dan fungsi yang terkandung dalam peribahasa yang menggunakan kosakata harimau sejauh ini belum ditemukan. Oleh sebab itu, lewat penelitian tersebut, diharapkan dapat ditemukan makna dari kosakata harimau, diksi, dan fungsi peribahasa Koreanya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, muncul beberapa masalah sebagai berikut.

a. Apakah makna 호랑이 (horangi) ’harimau’ yang terkandung dalam peribahasa Korea yang menggunakan kosakata harimau?

b. Bagaimana diksi dan fungsi yang terkandung dalam peribahasa Korea yang menggunakan kosakata 호랑이 (horangi) ’harimau’ ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul ”Analisis Makna Horangi ’Harimau’ dalam Peribahasa Korea” ini memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Mengetahui makna 호랑이(horangi) ’harimau’ yang terkandung dalam peribahasa Korea yang menggunakan kosakata harimau. b. Menentukan diksi dan fungsi yang terkandung dalam peribahasa

(6)

1.4 Batasan Penelitian

Diperlukan batasan masalah agar penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti. Mengingat bahwa peribahasa yang mengandung kosakata harimau sangat banyak, maka objek penelitian ini dibatasi hanya peribahasa Korea yang mengandung kosakata harimau atau 호랑이 (horangi) yang terdapat dalam buku karangan Tae Hung Ha, berjudul Maxims and Proverbs of Old Korea dan

Kamus Besar Peribahasa Korea 우리말 큰 사전 (Urimal Kheun Sajeon).

Kemudian dari peribahasa Korea dengan kosakata harimau yang ditemukan dalam buku dan kamus tersebut, dipilih secara acak sebanyak sepuluh buah peribahasa yang terdapat kosakata horangi.

Dalam penelitian ini hal yang akan dianalisis adalah mengenai makna horangi, fungsi, dan diksi yang terkandung pada sepuluh peribahasa Korea tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

Skripsi berjudul ”Analisis Makna Horangi ’Harimau’ dalam Peribahasa Korea” ini memiliki beberapa manfaat dalam segi akademis dan non-akademis sebagai berikut :

1. Manfaat teoretis

a. Menambah pembahasan mengenai peribahasa Korea, dilihat dari segi makna khusunya peribahasa yang mengandung kosakata horangi ’harimau’.

(7)

2. Manfaat praktis

a. Menambah pengetahuan khalayak umum yang tertarik dengan pengkajian peribahasa Korea.

1.6 Tinjauan Pustaka

Pada umumnya banyak karya yang membahas mengenai pemaknaan peribahasa. Terdapat beberapa karya yang memfokuskan penelitiannya mengenai peribahasa Korea, tetapi yang membahas mengenai makna, diksi, dan fungsi peribahasa Korea yang menggunakan kosakata 호랑이 (horangi) ‘harimau’ sejauh ini belum ada. Sebagian hanya meneliti peribahasa yang berkaitan dengan binatang secara luas, alam, dan komparasi peribahasa Korea sendiri dengan peribahasa lain yang bermakna sama.

Penelitian mengenai peribahasa Korea dilakukan oleh Fitri Achiriani (2009) dengan judul Studi Komparasi Peribahasa Korea dan Peribahasa Indonesia menjelaskan sepuluh pasang peribahasa Korea dan peribahasa Indonesia berunsur binatang yang di dalamnya memiliki persamaan makna. Dalam penelitian tersebut hal yang dibandingkan adalah bunyi, diksi, gaya bahasa, dan struktur kalimat pada masing-masing peribahasa.

Penelitian peribahasa Korea selanjutnya pernah dilakukan oleh Deni Kurniadi Setiawan (2011). Dalam skripsinya yang berjudul Studi Komparasi Makna dan Karakteristik Peribahasa Korea dan Indonesia yang Menggunakan Kata ‘Air’, dipaparkan 13 pasang peribahasa Korea dan Indonesia yang menggunakan kata yang bermakna air dalam masing-masing bahasa. Dalam penelitiannya tersebut Deni Kurniawan memakai teori semiotika dan teori tentang

(8)

gaya bahasa, diksi, dan peribahasa untuk mencari persamaan dan perbedaan diantara peribahasa Korea dengan Indonesia yang berunsur kata ‘air’.

Buku sumber dalam pengumpulan data dalam penelitian ini buku berjudul Maxims and Proverbs of Old Korean karya Tae Hung Ha dan Kamus Besar

Bahasa Korea 우리말 큰 사전 (Urimal Kheun Sajeon) yang di dalamnya terdapat

kumpulan-kumpulan peribahasa Korea yang pada penelitian ini hanya diambil yang mengandung kosakata 호랑이 (horangi) ‘harimau’ saja.

Selain kajian studi diperlukan juga referensi yang mendukung analisis dalam penelitian ini. Penelitian ini selain tentang pemaknaan juga membahas mengenai diksi yang dipakai dalam peribahasa Korea berkosakata harimau tersebut. Buku berjudul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer dan Semantik Leksikal karya Mansoer Pateda adalah buku tentang ilmu semantik dan makna yang menjelaskan persoalan dasar dan berbagai jenis makna yang terdapat pada ilmu semantik. Buku Diksi dan Gaya Bahasa karya Gorys Keraf menjadi buku yang sangat membantu dalam menentukan penggunaan diksi yang cocok pada peribahasa Korea berkosakata harimau.

Buku berjudul Kamus Peribahasa: Memahami Arti & Kiasan, Peribahasa, Pepatah, dan Ungkapan karya J.S. Badudu dan Kamus Peribahasa karya Sarwono Pusposaputro merupakan buku-buku yang berisi peribahasa, pepatah, dan perumpamaan Indonesia yang disertai pengertian maknanya. Buku ini digunakan sebagai bahan referensi dalam proses pemaknaan peribahasa Korea.

Tentu saja karena objek penelitiannya adalah peribahasa Korea dibutuhkan pula referensi berupa kamus Indonesia dan Korea untuk memperoleh arti dari tiap

(9)

kata yang tidak diketahui, kamus tersebut diantaranya adalah Learner’s Dictionary of Korea karya Woo In Hye, Kamus Korea-Indonesia Modern, Kamus

Besar Peribahasa Korea 우리말 속담 사전 (Urimal Sokdam Sajeon) karya Jeon

Chi Soo kamus elektronik Hansoft Dictionary, dan Naver 사전 yaitu kamus online yang dapat di akses di http ://dic.naver.net.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskripif. Penelitian seperti ini mengutamakan uraian yang disertai alasan, serta kemampuan dalam mengungkapkan penelitian dalam bahasa berdasarkan data yang ada. Pada umumnya persamaan sifat dari segala bentuk penelitian deskriptif ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, yang dalam pelaksanaannya tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut (Surachmad, 1972: 131).

Penelitian ini bertujuan memberikan penjelasan tentang makna dan karakteristik peribahasa Korea yang menggunakan unsur 호랑이 (horangi) ‘harimau’ berdasarkan makna, diksi, dan fungsi yang terkandung di dalamnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan (library research) dengan pengumpulan dan pengolahan data melalui sumber sekunder (secondary seconder) berdasarkan sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan objek yang akan dianalisis seperti buku-buku, kamus, kesusasteraan, ensiklopedia, internet serta data primer dari buku Maxims

(10)

and Proverbs of Old Korea karangan Tae Hung Ha, dan Kamus Besar Bahasa

Korea우리말 큰 사전 (Urimal Kheun Sajeon). Secara umum tahap pengumpulan

dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan dan memilih peribahasa Korea yang menggunakan kosakata horangi berdasarkan sumber yang terdapat pada buku Maxims and Proverbs of

Old Korea karya Tae Hung Ha dan Kamus Besar Bahasa Korea 우리말 큰

사전 (Urimal Kheun Sajeon).

2. Menerjemahkan peribahasa Korea yang ditemukan tersebut dalam bahasa Indonesia sehingga diketahui jenis maknanya, baik itu makna literal, makna leksikal, makna gramatikal, maupun makan kiasan.

3. Menganalisis makna, diksi, dan fungsi peribahasa Korea yang menggunakan kosakata horangi. Proses analisis interpretasi makna kata horangi menggunakan teori tentang makna yang menjelaskan tentang jenis-jenis makna untuk menghubungkan makna setiap kata dalam peribahasa yang kemudian dihubungkan dengan keadaan yang sesungguhnya.

4. Menuliskan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif. Tahap akhir dari penelitian ini yaitu tahap penyajian hasil analisis data yang dilakukan dengan metode informal dan metode formal. Metode informal, yaitu metode yang menggunakan rumusan kata-kata dalam bentuk susunan kalimat dengan memakai kata-kata yang biasa (Sudaryanto, 1993:145), sedangkan penyajian formal adalah penyajian data yang menggunakan kaidah. Kaidah yang dimaksud dalam hal ini dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, table, dan

(11)

gambar. Untuk kemudahan pemahaman dalam penelitian, penyajian kaidah biasanya di dahului dan/atau diikuti oleh penyajian yang bersifat informal.

1.8 Sistematika Penulisan

Pada skripsi “Analisis Makna Horangi ‘Harimau’ dalam Peribahasa Korea” ini terdiri atas empat bab.

Bab I pendahuluan. Bab ini berisi pengantar permasalahan yang dibahas, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metode penelitian.

Bab II landasan teori. Bab ini berisi mengenai tinjauan teoritis tentang peribahasa, makna, diksi, dan fungsi yang digunakan sebagai teori pendukung dalam melakukan penelitian ini.

Bab III berisi analisis mengenai makna, diksi, dan fungsi peribahasa Korea yang menggunakan kosakata ‘harimau’ dengan teori tentang makna dan peribahasa.

Referensi

Dokumen terkait

cakupan pembinaan lembaga terkait; dari sisi wilayah maupun teknologi yang diterapkan sebagai instrumen usaha ekonominya. Penerapan teknologi dilakukan melalui

Unit pengolahan air siap minum bergerak mempunyai fungsi untuk menyediakan air siap minum bagi korban bencana alam yang dalam hal ini diaplikasikan dalam operasi kemanusiaan

Bahasa Indonesia juga dikatakan sebagai identitas bangsa karena dengan beragamnya bahasa daerah yang digunakan, tetapi masyarakat Indonesia tetap menggunakan bahasa Nasional

1) Mengamati dan menentukan bagian novel Purnama Kingkin yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian dengan berpedoman pada teori psikoanalisis Sigmund Freud..

Tumpuan yang dibebankan pada bahu kiri jarang mengalami keluhan atau terjadinya penyakit yang dialami mungkin pedagang tersebut mungkin telah terbiasa dalam

Sedangkan penerapan forward kinematik pada robot lengan untuk mengetahui nilai koordinat Cartesian dari sudut yang dituju pada setiap sendi diperoleh hasil persentase error

Siswa kelas I (satu) yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Penelitian dilakukan melalui 2 siklus, setiap siklus tediri dari 2 kali

Dari seluruh eksperimen posisi bukaan inlet yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi eksisting memiliki performa ventilasi alami yang sudah cukup baik dengan