• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Rata-rata kematian karena rokok pada laki-laki adalah 248 jiwa pada tiap 100.000 laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok adalah 7%, dibandingkan dengan wanita, yaitu 103 jiwa pada tiap 100.000 wanita dengan proporsi 3% (WHO, 2012). Jumlah penduduk Indonesia 15 tahun ke atas yang merokok meningkat dari 34,7% di tahun 2010 menjadi 36,3% di tahun 2013. Rata-rata jumlah rokok yang dihi sap per hari di Indonesia adalah 12,3 batang/hari (setara dengan satu bungkus). Proporsi perokok lelaki tertinggi ada di Gorontalo (63,2%) dan proporsi perokok perempuan tertinggi ada di Papua (4,7%). Sebesar 71% kematian penyebabnya dikaitkan dengan rokok (Balitbangkes RI, 2015).

Merokok diperkirakan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler dua sampai empat kali, penyakit pada sistem pernapasan sebanyak 25 kali (U.S. Department of Health and Human Services, 2014). Perokok 12-13 kali lebih mungkin untuk meninggal akibat PPOK daripada yang bukan perokok. Merokok juga dapat menyebabkan kanker hampir di semua bagian tubuh, meningkatkan risiko katarak, kesehatan gigi dan gusi juga dapat terganggu akibat merokok. Risiko diabetes 30-40% lebih tinggi bagi perokok (U.S. Department of Health and Human Services, 2014). Merokok dapat membuat seorang wanita lebih sulit untuk hamil dan dapat mempengaruhi kesehatan bayinya sebelum dan setelah kelahiran.

(2)

Merokok juga dapat memengaruhi sperma laki-laki menjadi lebih buruk (La Maestra, De Flora, & Micale, 2015).

Secara nasional, sudah ada peraturan tentang kawasan tanpa rokok (KTR). Penetapan adanya kawasan tanpa rokok merupakan salah satu upaya penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan, yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003. Di dalamnya disebutkan bahwa kawasan tanpa rokok mencakup tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa rokok di Indonesia terdapat di 166 kabupaten di 34 provinsi (Balitbangkes RI, 2015). Beberapa daerah telah menetapkan aturan mengenai kawasan tanpa rokok, salah satunya merujuk pada Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2013. Setiap pimpinan atau penanggung jawab KTR wajib melakukan pengawasan internal, melarang setiap orang merokok di KTR yang menjadi tanggung jawabnya, menyingkirkan asbak atau sejenisnya, dan juga memasang tanda atau rambu peringatan dilarang merokok. Banyak manfaat yang didapat dari adanya kawasan tanpa rokok. Adanya larangan merokok di sejumlah tempat kerja, ternyata efektif menurunkan prevalensi gejala gangguan pernapasan seperti untuk batuk di pagi hari dari 20,6% menjadi 16,2%, batuk di waktu kerja siang hari dari 23,2% menjadi 20,9%, batuk berdahak dari 15,3% menjadi 11,8%, untuk dyspnoea dari 19,2% menjadi 13,0% dan mengi dari 9,0% menjadi 7,8% (Eagan, Hetland, & Aarø, 2006).

(3)

Adanya aturan kawasan tanpa rokok, juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak seperti masyarakat publik, para karyawan, dan lain sebagainya. Mayoritas masyarakat (86%) mendukung beberapa bentuk pembatasan merokok di tempat kerja (Health Canada, 2006). Secara keseluruhan, 67% perokok di Irlandia melaporkan bahwa mereka mendukung adanya larangan secara total merokok di tempat kerja. Lebih dari 40% penduduk Inggris mendukung kebijakan kawasan tanpa rokok (Fong et al., 2006). Mayoritas warga Chili (89%) setuju dengan larangan merokok di tempat kerja (Bello et al., 2004). Dukungan untuk adanya kawasan bebas asap rokok di tempat kerja dari karyawan rumah sakit 75%, staf sekolah / universitas 67%, dan pegawai pemerintah 50% (Barnoya et al., 2007). Survei penduduk menunjukkan dukungan luar biasa (lebih dari 90% setuju, dan 6% atau kurang tidak setuju) untuk adanya hak tinggal dan bekerja di lingkungan yang bebas asap rokok (Laporan Kementrian Kesehatan Selandia Baru, 2003). Mayoritas mahasiswa perokok di AS yang patuh terhadap peraturan mengenai kawasan tanpa rokok adalah sebanyak 72,7% dan beberapa lainnya (20%) mulai mengurangi aktivitas merokoknya (Chaaya et al., 2013). Paparan terhadap asap rokok dari dalam ruangan turun dari 9% (1996) menjadi 2% di 2006 (Lund dan Limbak, 2007).

Pada Januari 2014, manajemen PT. Kaltim Prima Coal (KPC) meningkatkan komitmen dan meluncurkan program berhenti merokok yang lebih agresif dengan target membuat seluruh wilayah PT. KPC dan semua fasilitasnya bebas dari kegiatan merokok. Pelatihan intervensi singkat bagi 20 mantan perokok untuk menjadi peer educator juga telah dilakukan. Divisi Keamanan,

(4)

Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan telah mengunduh video berhenti merokok dan menggunakan video dan materi pendidikan kesehatan lainnya untuk kampanye. Beberapa aturan dan peraturan, seperti pemeriksaan acak kepada karyawan untuk memeriksa karyawan masih membawa rokok atau tidak telah diterapkan (Prabandari, 2014).

Hampir setengah dari karyawan di PT. KPC adalah perokok, berdasarkan survei yang dilakukan oleh PT. KPC pada tahun 2010 (49%) dan 2013 (46%). Pada tahun 2010, PT. KPC sudah menerapkan zona bebas asap rokok dan akses terbatas untuk merokok hanya pada tempat-tempat yang ditunjuk setelah tiga karyawan meninggal dalam jangka waktu dua bulan karena penyakit terkait dengan merokok, sejak 2010. Meskipun KPC telah menerapkan zona daerah bebas asap rokok dan akses merokok terbatas pada tahun 2010, jumlah perokok pada evaluasi hasil tahun 2013 masih tetap tinggi. Oleh karena itu, KPC mulai melakukan program berhenti merokok yang lebih agresif dan peningkatan strategi. Diharapkan KPC dapat mencapai tujuan utama untuk membuat tempat kerja bebas asap rokok pada tahun 2015.

Setahun telah berlalu sejak adanya kebijakan kawasan tanpa rokok diterapkan di PT. KPC. Tahun 2015 merupakan akhir dari Program KPC Bebas Asap Rokok 2015. Banyak perokok yang telah berhenti merokok di KPC, meskipun beberapa dari mereka gagal untuk benar-benar berhenti atau hanya mengurangi jumlah rokok. Evaluasi tentang sikap dan kepatuhan terhadap KTR perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas implementasi KTR dan mencapai PT. KPC bebas asap rokok pada tahun 2015.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti adalah untuk mengetahui sikap dan kepatuhan karyawan terhadap program berhenti merokok KPC 2015 setelah penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok pada PT. Kaltim Prima Coal.

C. Tujuan Penelitian

Tentunya dalam penelitian ini, ada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, yaitu mengetahui

1. Gambaran sikap karyawan terhadap penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok di PT. Kaltim Prima Coal

2. Gambaran kepatuhan karyawan terhadap penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok di PT. Kaltim Prima Coal

3. Hubungan antara sikap dengan kepatuhan karyawan terhadap penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok di PT. Kaltim Prima Coal

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi salah satu alasan pentingnya peran perawat sebagai edukator dalam memberikan pendidikan mengenai bahaya merokok dan keuntungan yang didapat dengan adanya kebijakan kawasan tanpa rokok. Pentingnya pemahaman mengenai aturan kawasan tanpa rokok, dapat meningkatkan partisipasi seseorang dalam hal tersebut.

(6)

2. Bagi masyarakat

Penelitian dapat menjadi alasan pentingnya menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok sebagai salah satu upaya program berhenti merokok di masyarakat untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok. 3. Bagi instansi terkait

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana keefektifan penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok dan program berhenti merokok yang diterapkan di PT KPC yang dapat dilihat dari sikap dan kepatuhan karyawan terhadap kebijakan dan program tersebut.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini menunjukkan bahwa masalah yang hadapi belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Peneliti menemukan beberapa penelitian terkait, antara lain yang berjudul :

1. “Attitudes, practices and beliefs towards worksite smoking among administrators of private and public enterprises in Armenia”. Penelitian ini dilakukan oleh Movsisyan, dkk, yang bertujuan untuk mengetahui sikap dan juga perilaku pimpinan/manajer perusahaan di Armenia, AS, terkait dengan pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok di tempat kerja. Pada bulan Juni-Juli 2005, sebanyak 243 tempat kerja diwawancara oleh peneliti. Sampel tersebut telah mewakili beberapa institusi perusahaan negeri, swasta, kesehatan, bisnis ekonomi, pendidikan, kebudayaan di tiga kota besar di Armenia. Hasil dari penelitian ini adalah lebih dari setengah (55,6%) pimpinan perusahaan/manajer melaporkan

(7)

telah mempunyai kebijakan mengenai pembatasan rokok, termasuk 37% adalah kebijakan kawasan tanpa rokok di tempat kerja. Namun, masih ada 27,8% tempat kerja yang akan memiliki kawasan tanpa rokok, ditemukan adanya aktivitas merokok dan tersedianya asbak di tempat kerja. Hanya 38% pemimpinan perusahaan/manajer yang sadar akan pentingnya melindungi karyawan dari paparan asap rokok di tempat kerja. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan adalah variabel yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku pimpinan perusahaan terhadap kawasan tanpa rokok di tempat kerja, sedangkan yang diteliti adalah sikap dan kepatuhan karyawan terhadap kawasan tanpa rokok di tempat kerja.

2. “Association between smoke-free workplace and second-hand smoke

exposure at home in India.” Penelitian ini dilakukan oleh Lee, dkk. Dalam penelitian ini ditemukan hubungan antara kawasan tanpa rokok di tempat kerja dengan paparan asap rokok di rumah. Sampel penelitian adalah responden yang bekerja di ruangan terbuka maupun tertutup, diambil secara cross sectional dari data Global Adult Tobacco Survey India tahun 2009/2010. Hasil penelitiannya adalah responden bekerja di kawasan tanpa rokok, dan juga hidup tanpa adanya paparan asap rokok di rumah, sebesar 64%, dibandingkan dengan yang terpapar asap rokok di rumah, sebesar 41,7%. Di India, semakin tinggi proporsi tempat kerja yang memiliki aturan kawasan tanpa rokok, semakin tinggi pula proporsi bebasnya paparan asap rokok di rumah (Rs =0.54, p <0.005). Analisis

(8)

secara individual juga memberikan hasil, seseorang yang bekerja di kawasan tanpa rokok, paparan asap rokok di rumah menurun (OR = 2.07; 95% CI 1.64 to 2.52). Perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel yang diukur. Penelitian yang dilakukan, mengukur hubungan antara sikap dan kepatuhan terhadap kebijakan kawasan tanpa rokok.

3. “Public Attitudes towards Smoking Bans in Non-Airconditioned

Restaurants in Malaysia” Penelitian tersebut dilakukan oleh Al-Naggar, dkk. Penelitian tersebut dipublikasikan pada Juli 2013. Tujuan penelitian adalah mengetahui sikap setuju atau tidaknya masyarakat Malaysia terhadap peraturan larangan merokok di restoran terbuka. Penelitian tersebut dilakukan mulai 5 April 2012 sampai 12 Mei 2012. Sampel dipilih secara acak yang berjumlah 300 orang yang sering mengunjungi restoran terbuka di Shah Alam, Selangor, Malaysia. Kuesioner yang diberikan mencakup pengetahuan mengenai rokok, penyakit akibat rokok dan peraturan tentang larangan merokok. Hasilnya, didapatkan 75,7% dari responden setuju dengan adanya larangan merokok di restoran terbuka, mereka mengungkapkan adanya aturan untuk tidak menjual rokok di restoran tersebut amatlah direkomendasikan. Setting penelitian tersebut adalah di restauran, sehingga berbeda dengan yang dilakukan yakni di tempat kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi speaker ini adalah mengubah gelombang listrik menjadi getaran suara.proses pengubahan gelombag listrik/electromagnet menjadi gelombang suara terjadi karna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Beton l merupakan l campuran antara l semen, agregat kasar, agregat halus dan air. Kadang-kadang memakai bahan tambah yang sangat bervariasi, mulai dari bahan tambah

Hasil penelitian yang menunjukan nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Ketika form input tidak diisi dengan angka apapun, kemudian proses perhitungan tetap dilakukan dengan meng-klik tombol hitung, proses perhitungan tetap berjalan