commit to user
67 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian
Orientasi kancah penelitian merupakan istilah yang merujuk pada lokasi tempat dilaksanakannya penelitian. Pemahaman mengenai kancah atau loka si penelitian merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelit ia n dilaksanakan. Penentuan tempat penelitian disesuaikan dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti.
Penelitian mengenai kesepian ditinjau dari kohesivitas keluarga dan harga diri pada remaja akhir di Pulau Jawa dilaksanakan pada mahasiswa di Pulau Jawa yang memiliki kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survei untuk mengetahui infor mas i yang berkaitan dengan responden penelitian.
Mahasiswa pada rentang usia remaja akhir (18-21 tahun) biasanya berada pada tingkat pendidikan perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa, remaja akhir dituntut untuk lebih mandiri baik dalam lingkungan kampus ataupun di luar lingkungan kampus. Di lingkungan kampus, dalam bidang akademis, seorang mahasiswa harus mampu menyelesaikan kontrak kuliahnya yang
dikenal dengan istilah SKS (Sistem Kredit Semester). Tidak hanya
mengandalkan materi yang diberikan oleh dosen, mahasiswa harus mempunya i kesadaran sendiri untuk menambah wawasan mata kuliah tanpa harus diperinta h
commit to user
oleh dosen, sehingga proses belajar tidak hanya dilakukan di dalam ruangan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Aktif di organisasi kemahasiswaa n internal kampus juga dapat menjadikan remaja akhir sebagai pribadi yang
mandiri, menemukan masalah-masalah baru dan harus mampu
menyelesaikannya dengan cara yang dewasa. Di luar lingkungan kampus, di lingkungan tempat tinggal, mahasiswa bisa berperan aktif dengan masyarakat,
bisa menjadi penghubung masyarakat dengan lembaga-lembaga yang
dibutuhkan masyarakat.
Di samping itu, karakteristik mahasiswa juga beragam. Berdasarkan kota asal, banyak mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang jauh dari kota asalnya, sehingga banyak remaja akhir yang harus tinggal terpisah dari keluarganya selama kuliah. Selain tinggal terpisah dengan keluarga, remaja akhir yang memasuki dunia perkuliahan juga dihadapkan pada kondisi meninggalkan teman-teman lama dan bertemu dengan orang-orang baru di perguruan tinggi masing- masing. Hal ini dapat menjadi pemicu munculnya rasa kesepian pada remaja akhir.
Berdasarkan jurusan perkuliahan, mahasiswa memiliki penjurusan yang berbeda-beda. Terdapat banyak jurusan, diantaranya jurusan Psikologi, berbagai jurusan dalam rumpun kedokteran, hukum, keguruan, ilmu komunikasi, ilmu sosial dan politik, sastra dan budaya, serta matematika dan ilmu pengetahuan alam. Tiap mahasiswa dalam rumpun tertentu memilik i himpunan kemahasiswaan berupa himpunan maupun lembaga, dari tingkat jurusan hingga tingkat internasional. Seperti pada mahasiswa Psikologi, pada
commit to user
tingkat program studi terdapat himpunan mahasiswa psikologi (Himapsi), pada tingkat fakultas terdapat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi (BEMFPsi), pada tingkat nasional terdapat Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI).
Dalam penelitian ini, mahasiswa yang tergabung sebagai pengurus dan anggota ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia) merupakan jaringan untuk menyampaikan jarkom (jaringan komunikasi) berisi sosialisas i penelitian yang memuat tentang identitas peneliti, garis besar penelitian, kriteria subjek yang diteliti, dan alamat web untuk mengakses skala melalui media sms,
whatsapp, dan line ini kepada mahasiswa fakultas lain di universitasnya.
Jumlah mahasiswa di Pulau Jawa tidak dapat diketahui secara pasti, karena banyaknya jumlah perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Pulau Jawa secara administratif terbagi menjadi enam provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten; serta dua wilayah khusus, yaitu DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Terdapat 46 perguruan tinggi anggota Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) dari 54 perguruan tinggi negeri dan 121 perguruan tinggi swasta di Pulau Jawa.
2. Persiapan Alat Ukur
Sebelum melakukan penelitian, hal yang dipersiapkan adalah alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam skala sikap, yaitu skala kesepian, skala kohesivitas keluarga, dan skala harga diri.
commit to user a. Skala kesepian
Skala kesepian digunakan untuk mengukur tingkat kesepian yang dirasakan oleh subjek. Skala kesepian disusun sendiri oleh peneliti dengan menggunakan dimensi kesepian menurut Weiss (dalam Gierveld & Tilbur g, 2006), yaitu kesepian emosi (emotional loneliness) dan kesepian sosial
(social loneliness). Skala kesepian ini terdiri atas 33 aitem pernyataan
dengan 17 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable.
Skala kesepian ini disusun dengan menggunakan empat piliha n jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat kesepian yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.
b. Skala kohesivitas keluarga
Skala kohesivitas keluarga digunakan untuk mengukur tingkat kohesivitas keluarga yang dirasakan oleh subjek. Skala kohesivitas keluarga dimodifikasi oleh peneliti dari skala kohesivitas keluarga Moos dan Moos (2009) dengan melakukan alih bahasa dan menambahkan sembilan aitem. Skala kohesivitas keluarga ini berdasarkan aspek kohesivitas keluarga meliputi aspek sosial dan emosional. Skala kohesivitas keluarga dalam
commit to user
penelitian ini terdiri dari 18 aitem pernyataan dengan 13 aitem favorable
dan 5 aitem unfavorable.
Skala kohesivitas keluarga ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat kohesivitas keluarga yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.
c. Skala harga diri
Skala harga diri digunakan untuk mengukur tingkat harga diri yang dirasakan oleh subjek. Skala harga diri disusun oleh peneliti berdasarkan aspek harga diri Tafarodi dan Swann (dalam Richardson, Ratner, dan Zumbo, 2009) yang meliputi aspek self competency dan self liking. Skala harga diri yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 24 aitem pernyataan dengan 15 aitem favorable dan 9 aitem unfavorable.
Skala harga diri ini disusun dengan menggunakan empat piliha n jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin
commit to user
tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat harga diri yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang tinggal di Pulau Jawa dengan karakteristik berusia 18-21 tahun, sedang menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi, dan sehari-hari tinggal bersama keluarga kandung. Sampel diambil dengan menggunakan teknik insidental sampling, karena sampel yang representatif dalam penelitian ini diambil secara kebetulan, yaitu yang mengisi skala online dan yang sesuai dengan kriteria subjek penelit ia n. Roscoe (dalam Sugiyono, 2012), berpendapat bahwa dalam penelitian yang melakukan analisis multivariat (korelasi atau regresi berganda), jumlah minima l anggota sampel adalah 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung, maka jumlah anggota sampel yang diperlukan adalah sebanyak minimal 30 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 260 orang.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian menggunakan uji-coba terpakai, yaitu skala hanya satu kali disebar dan diuji cobakan kepada responden. Penentuan pengumpulan data dengan cara ini terkait dengan jumlah mahasiswa usia 18-21 tahun yang tinggal dengan keluarga kandung tidak diketahui dengan pasti jumlah populasinya dan adanya keterbatasan waktu. Uji-coba terpakai memilik i
commit to user
kelemahan, diantaranya tidak dapat menghindari aitem-aitem yang kurang jelas maksudnya, tidak dapat memperbaiki aitem yang menghasilkan jawaban yang dangkal, dan tidak dapat menghilangkan aitem yang tidak relevan dengan tujuan penelitian.
Pengumpulan data penelitian dilakukan sejak tanggal 25 Desember 2015 hingga 4 Januari 2016 dengan cara melakukan jarkom (jaringan komunikasi) berisi sosialisasi penelitian yang memuat tentang identitas penelit i, garis besar penelitian, kriteria subjek yang diteliti, dan alamat web untuk mengakses skala melalui media sms, whatsapp, dan line kepada mahasiswa melalui pengurus dan anggota ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia) sebagai jaringan untuk menyampaikan kembali jarkom ini kepada mahasiswa fakultas lain di universitasnya. Jarkom juga disampaikan oleh peneliti langsung kepada beberapa responden yang memenuhi kriteria dan meminta responden tersebut untuk menyampaikan kembali jarkom ini kepada mahasiswa lain di universitasnya. Jumlah respons yang diterima oleh penelit i sebanyak 350. Setelah dilakukan pemeriksaan, sebanyak 260 respons layak dianalisis, sedangkan 90 respons tidak memenuhi kriteria subjek penelitian. 3. Pelaksanaan Skoring
Data yang terkumpul dan memenuhi kriteria selanjutnya dilakukan skoring atau penilaian pada jawaban masing- masing responden sesuai dengan kriteria skoring yang telah ditentukan. Kriteria skor skala kesepian, skala kohesivitas keluarga, dan skala harga diri bernilai sama, disesuaikan dengan
commit to user
kategori aitem, favorable dan unfavorable. Kriteria skor tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Kriteria Skoring Skala
Kategori Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
4. Validitas dan Reliabilitas
Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui validitas tiap aitem dan reliabilitas dari ketiga skala penelitian. Uji validitas muka (face validity) dilakukan berdasarkan professional judgment, yang dilakukan oleh pembimbing sebagai pihak yang berkompeten. Selanjutnya, pengujian validitas pada ketiga skala menggunakan teknik pengujian Cronbach’s Alpha yang menggunakan program IBM Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 22 untuk mempermudah pengolahan
data. Pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008):
a. Jika r hitung ≥ r tabel maka aitem-aitem pertanyaan berkorelasi signifika n terhadap skor total (dinyatakan valid).
b. Jika r hitung ≤ r tabel maka aitem-aitem pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Pengujian reliabilitas skala penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s
commit to user
versi 22. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2013). Batasan reliabilitas penelitian ini menggunakan pendapat Sekaran (dalam Priyatno, 2008), yaitu koefisien reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.
a. Skala kesepian
Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 260, diperoleh nilai r tabel sebesar 0,138. Hasil perbandingan nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 33 aitem yang dianalisis, terdapat satu aitem yang nilainya kurang dari 0,138, yaitu aitem nomor 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem tersebut tidak valid. Sedangkan 32 aitem yang lain dinyatakan valid dengan indeks daya beda berkisar antara 0,150 sampai dengan 0,771. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala kesepian yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
commit to user Tabel 6
Distribusi Aitem Skala Kesepian yang Valid dan Gugur No Aspek Indikator Perilaku
Nomor Aitem
Fav Unfav
Valid Gugur Valid Gugur
1
Kesepian emosi
(emotional
loneliness)
Tidak memiliki ikatan emosi dengan seseorang 2, 19 - 28 10 Memiliki hubungan yang kurang memuaskan 3, 12, 20 - 21, 29, 30 - Merasa lingkungan sosial kurang memahami 4, 31 - 5, 13, 14, 33 - 2 Kesepian sosial (social loneliness) Kurangnya jaringan sosial yang dapat
diperoleh
11, 15,
24 - 1, 6, 23 - Tidak adanya jaringan
sosial dalam berbagi aktivitas dan kepentingan 8 - 7, 16, 17, 25 - Terasing dari lingkungan sosial 9, 18, 22, 26, 27, 32 - - - 17 - 15 1
Hasil pengujian reliabilitas skala kesepian menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,927. Hal ini menunjukkan bahwa skala kesepian dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
b. Skala kohesivitas keluarga
Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 260, diperoleh nilai r tabel = 0,138. Hasil perbandinga n nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 18 aitem yang dianalis is,
commit to user
tidak terdapat aitem yang nilainya kurang dari 0,138, sehingga 18 aitem dinyatakan valid dengan indeks daya beda berkisar antara 0,473 - 0,795. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampira n. Distribusi aitem skala kohesivitas keluarga yang valid dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7
Distribusi Aitem Skala Kohesivitas Keluarga yang Valid dan Gugur No Aspek Indikator Perilaku
Nomor Aitem
Fav Unfav
Valid Gugur Valid Gugur
1 sosial Melakukan aktivitas bersama 2, 14, 18 - 10, 16 - Kerja sama antaranggota keluarga 3, 5, 11, 17 - - - 2 Emosional Anggota keluarga memiliki perasaan saling dekat dan akrab
8 - 15 -
Anggota keluarga saling memberi perhatian dan kasih
sayang
4, 9 - 13 -
Anggota keluarga
saling mendukung 1, 6, 7 - 12 -
13 - 5 -
Hasil pengujian reliabilitas skala kohesivitas keluarga menunjukka n nilai Alpha sebesar 0,918. Hal ini menunjukkan bahwa skala kohesivitas keluarga dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
c. Skala harga diri
Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian
commit to user
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 260, diperoleh nilai r tabel = 0,138. Hasil perbandinga n nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 24 aitem yang dianalis is, terdapat dua aitem kurang dari 0,138, yaitu aitem nomor 16, 19 dan 21, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga aitem tersebut tidak valid. Sedangkan 21 aitem yang lain dinyatakan valid dengan indeks daya beda berkisar 0,248 - 0,634. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8
Distribusi Aitem Skala Harga Diri yang Valid dan Gugur No Aspek Indikator Perilaku
Nomor Aitem
Fav Unfav
Valid Gugur Valid Gugur
1 Self
competency
Menilai diri berdasarkan
pengalaman dari upaya untuk mencapai tujuan yang mengarahkan pada rasa kompetensi diri
1, 6, 14,
23 - 9, 20 -
Pemahaman secara menyeluruh kompetensi positif dan negatif dalam diri yang menjadikan sumber efikasi dan kekuasaan
4, 8, 13, 17 - 11, 24 - 2 Self liking Memberikan penilaian terhadap diri berdasarkan pengalaman sebagai objek sosial 2, 5, 18 21 10 19
Memiliki kriteria yang terinternalisasi untuk penilaian diri
3, 7, 15, - 12, 22 16
commit to user
Hasil pengujian reliabilitas skala harga diri menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,832. Hal ini menunjukkan bahwa skala harga diri dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
C. Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) dengan variabel tergantung (kesepian). Perhitungan analisis data dilakukan setelah syarat uji asumsi, baik uji asumsi dasar maupun klasik terpenuhi. Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, sedangkan uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Perhitungan analisis data dalam penelitia n ini menggunakan program IBM
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22.
1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistrib us i normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunaka n
uji One Sample Kolmonogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifika ns i lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno, 2008). Hasil perhitungan uji normalitas penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
commit to user Tabel 9 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kesepian Kohesivitas Keluarga Harga Diri N 260 260 260 Kolmogorov-Smirnov Z 1.016 1.223 1.090 Asymp. Sig. (2-Tailed) .253 .101 .185
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi kesepian pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,253 > 0.05, nilai signifika ns i kohesivitas keluarga sebesar 0,101 > 0,05 serta nilai signifikansi harga diri sebesar 0,185 > 0,05. Nilai signifikansi seluruh variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini terdistrib us i normal.
b. Uji linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunya i hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujia n linear itas dalam penelitian ini menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear jika signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Hasil perhitungan uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10
Hasil Uji Linearitas antara Kesepian dan Kohesivitas Keluarga
Sum Of Squares Df Mean Square F Sig. K * KK Between Groups (Combined) 16524.765 37 446.615 3.927 .000 Linearity 12403.055 1 12403.055 109.062 .000 Deviation from Linearity 4121.710 36 114.492 1.007 .465
commit to user
Within Groups 25246.847 222 113.725
Total 41771.612 259
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 9, diketahui nilai signifikansi (linearity) antara kesepian dan kohesivitas keluarga sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kesepian dan kohesivitas keluarga terdapat hubungan yang linear.
Tabel 11
Hasil Uji Linearitas antara Kesepian dan Harga Diri ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. K* HD Between Groups (Combined) 16836.655 33 510.202 4.624 .000 Linearity 13471.459 1 13471.459 122.100 .000 Deviation from Linearity 3365.196 32 105.162 .953 .544 Within Groups 24934.956 226 110.332 Total 41771.612 259
Selanjutnya, pada tabel 10, dapat diketahui bahwa nilai signifika ns i
(linearity) antara kesepian dan harga diri sebesar 0,000. Nilai signifika ns i
kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kesepian dan harga diri terdapat hubungan yang linear.
c. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan nilai variance
commit to user
2008), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 12
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standa rdized Coeffic ients t Sig. Collinearity Statistics B Std.
Error Beta Tolerance VIF
K (Constant) 141.635 5.381 26.320 .000
KK -.581 .070 -.401 -8.293 .000 .890 1.123 HD -.747 .083 -.435 -9.004 .000 .890 1.123
a. Dependent Variable: Kesepian
Berdasarkan perhitungan pada tabel 11, dapat diketahui nilai
variance inflation factor (VIF) kedua variabel, yaitu kohesivitas keluarga
dan harga diri adalah 1,123 lebih kecil dari 5 (VIF < 5), sehingga dapat disimpulkan bahwa antarvariabel bebas dalam penelitian ini tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
d. Uji otokorelasi
Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi. Uji otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Priyatno, 2008):
commit to user
a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka terdapat otokorelasi.
b) Jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak terdapat otokorelasi. c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan
(4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Hasil uji otokorelasi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 13. Hasil Uji Otokorelasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .682a .466 .461 9.321 1.966
a. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri
b. Dependent Variable: kesepian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,966, sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 260, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel bebas) diperoleh nilai dL sebesar 1,748 dan dU sebesar 1,789 dan nilai (4-dU) adalah sebesar 2,252. Nilai DW sebesar 1,966 berada pada daerah antara dU dan (4-dU) (1,748 < 1,966 < 2,252), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat otokorelasi. e. Uji heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Priyatno, 2008).
commit to user
Cara mendeteksi apakah telah terjadi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membuat plot data antara nilai-nilai prediksi (ZPRED =
Regression Standardized Predicted Value) pada sumbu X dengan nilai
residualnya (SRESID = Regression Studentized Predicted Value) pada sumbu Y. Jika dalam plot tidak ada pola yang jelas, seperti titik-tit ik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada pola gambar
scatterplot berikut:
Gambar 1.
commit to user
Berdasarkan pola gambar scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, yaitu hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel bebas (X1,
X2) dengan variabel tergantung (Y) (Priyatno, 2008). Analisis regresi linear
berganda dibantu program IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22 untuk pengolahan datanya.
a. Uji simultan F
Uji simultan F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X1, X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel tergantung (Y). Prasyarat hasil uji F menunjukkan variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan, yaitu p-value < 0,05 atau nilai Fhitung > Ftabel. Signifikan berarti
hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan) (Priyatno, 2008). Hasil uji F disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 14 Hasil Uji F
commit to user Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 19445.365 2 9722.682 111.919 .000b Residual 22326.247 257 86.873 Total 41771.612 259
a. Dependent Variable: Kesepian
b. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 111,919 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000. Nilai
Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 2, dan df 2 (n
– k – 1) = 257 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel bebas) adalah sebesar 3,031. Nilai Fhitung > Ftabel (111,919 > 3,031) dan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian. b. Analisis korelasi ganda (R)
Analisis korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubunga n antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tergantung secara serentak. Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada model summary
menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008). Pedoman untuk memberikan interpretas i koefisien korelasi sebagai berikut (Sugiyono, 2012):
commit to user
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Hasil analisis korelasi ganda (R) untuk penelitian ini dapat diliha t pada output model summary berikut:
Tabel 16
Hasil Analisis Korelasi Ganda
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .682a .466 .461 9.321
a. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri
b. Dependent Variable: Kesepian
Hasil analisis korelasi ganda yang disajikan dalam output model
summary menunjukkan nilai koefisien R sebesar 0,682. Berdasarkan
pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2012), nilai koefisien tersebut berada pada rentang 0,60 – 0,799, yang menunjukka n bahwa terjadi hubungan yang kuat antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian.
c. Analisis determinasi (R2)
Analisis determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase
sumbangan pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel bebas dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi variabel tergantung. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun
commit to user
persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung. Sebaliknya, R2 sama dengan 1, maka persentase
sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sempurna (Priyatno, 2008).
Hasil analisis determinasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada
output model summary berikut:
Tabel 17
Hasil Analisis Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .682a .466 .461 9.321
a. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri
b. Dependent Variable: Kesepian
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar
0,466 atau 46,6%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) terhadap variabel tergantung (kesepian) sebesar 46,6% atau variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) mampu menjelaskan variabel tergantung (kesepian) sebesar 46,6%. Sedangkan sisanya sebesar 53,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. d. Uji korelasi parsial
Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan mengendalikan atau membuat tetap variabel lainnya yang dianggap berpengaruh. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel
commit to user
semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah (lihat tabel 17 dan 18). Nilai positif menunjukka n hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukka n hubungan terbalik (X naik maka Y turun) (Priyatno, 2008).
Hasil uji korelasi parsial pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 18
Hasil Uji Korelasi Kesepian dengan Kohesivitas Keluarga
Correlations
Control Variables Kesepian Kohesivitas
Keluarga Harga Diri Kesepian Correlation 1.000 -.459 Significance (2-tailed) . .000 df 0 257 Kohesivitas Keluarga Correlation -.459 1.000 Significance (2-tailed) .000 . df 257 0
Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel kesepian dengan variabel kohesivitas keluarga yang diperoleh dengan mengendalikan variabel harga diri adalah sebesar -0,459 (p-value 0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara kesepian dengan kohesivitas keluarga jika tingkat harga diri tetap. Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi kohesivitas keluarga, maka semakin rendah kesepian. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kesepian dengan variabel kohesivitas keluarga.
Tabel 19
Hasil Uji Korelasi Kesepian dengan Harga Diri
commit to user
Control Variables Kesepian Harga
Diri Kohesivitas Keluarga Kesepian Correlation 1.000 -.490 Significance (2-tailed) . .000 df 0 257 Harga Diri Correlation -.490 1.000 Significance (2-tailed) .000 . df 257 0
Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel kesepian dengan variabel harga diri yang diperoleh dengan mengendalikan variabel kohesivitas keluarga adalah sebesar -0,490 (p-value 0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara kesepian dengan harga diri jika tingkat kohesivitas keluarga tetap. Sedangkan arah hubunga n adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi harga diri, maka semakin rendah kesepian. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukka n terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kesepian dengan variabel harga diri.
e. Uji analisis berganda dengan metode stepwise
Uji analisis regresi berganda dengan metode stepwise digunakan untuk mengetahui variabel bebas yang memberikan pengaruh atau sumbangan efektif lebih besar terhadap variabel tergantung. Variabel yang dapat dimasukkan dalam metode stepwise hanyalah variabel yang memilik i pengaruh secara signifikan (sig F < 0,05), sedangkan variabel yang tidak signifikan akan dikeluarkan kemudian dieliminasi. Sebelum melakukan analisis stepwise, perlu diketahui nilai signifikansi dari masing- mas ing variabel bebas terhadap variabel tergantung.
commit to user
Hasil perhitungan sebelumnya, yaitu pada hasil analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa kedua variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel tergantung (signifikansi < 0,05), sehingga kedua variabel ini dapat dimasukkan dalam metode stepwise. Hasil analisis regresi berganda dengan metode stepwise
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 20
Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Metode Stepwise
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .568a .323 .320 10.473
2 .682b .466 .461 9.321
a. Predictors: (Constant), Harga Diri
b. Predictors: (Constant), Harga Diri, Kohesivitas Keluarga
Berdasarkan tabel 20, nilai R square pada model 1 sebesar 0,323. Hal ini memperlihatkan bahwa sumbangan variabel harga diri secara parsial terhadap variabel kesepian adalah sebesar 0,323 atau 32,3%. Kemudian, untuk persentase sumbangan variabel kohesivitas keluarga didapat dengan mengurangkan persentase simultan dengan parsial, sehingga diperoleh sumbangan variabel kohesivitas keluarga secara parsial terhadap variabel kesepian sebesar 0,143 atau 14,3% (46,6% − 32,3%). Dapat disimpulka n bahwa harga diri memberikan sumbangan efektif yang lebih besar terhadap kesepian daripada kohesivitas keluarga.
commit to user
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang ringkasan data-data penelitian (Priyatno, 2008). Deskripsi data penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 21 Deskriptif Data Empirik
N Range Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Kesepian 260 69 32 101 62.27 12.700 Kohesivitas Keluarga 260 41 31 72 57.72 8.758 Harga Diri 260 40 44 84 61.35 7.400 Valid N (listwise) 260 Tabel 22
Deskriptif Data Penelitian
Skala N Data Hipotetik M SD Data Empirik M SD Skor Min Skor Maks Skor Min Skor Maks K 260 32 128 80 16 32 101 62.27 12.700 KK 260 18 72 45 9 31 72 57.72 8.758 HD 260 21 84 52,5 10,5 44 84 61.35 7.400 Keterangan:
K: Kesepian KK : Kohesivitas Keluarga HD: Harga Diri
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 22, selanjut nya dilakukan kategorisasi responden secara normatif untuk memberika n interpretasi skor pada skala kesepian, kohesivitas keluarga, dan harga diri. Kategorisasi yang digunakan adalah kategori jenjang, tujuannya untuk menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang
commit to user
menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2013). Kontinum ini akan dibagi menjadi lima kategori pada tiap skala, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategorisasi responden pada tiap variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 23
Kategorisasi Responden Penelitian
Variabel Kategorisasi Norma Jumlah Responden Frek % Kesepian Sangat Rendah 32 ≤ X < 51,2 52 20% Rendah 51,2 ≤ X < 70,4 197 75,8% Sedang 70,4 ≤ X < 89,6 9 3,5% Tinggi 89,6 ≤ X < 108,8 2 0,7% Sangat Tinggi 108,8 ≤ X ≤ 128 - - Kohesivitas Keuarga Sangat Rendah 18 ≤ X < 28,8 - - Rendah 28,8 ≤ X < 39,6 7 2,7% Sedang 39,6 ≤ X < 50,4 37 14,2% Tinggi 50,4 ≤ X < 61,2 114 43,9% Sangat Tinggi 61,2 ≤ X ≤ 72 102 39,2% Harga Diri Sangat Rendah 21 ≤ X < 33,6 - - Rendah 33,6 ≤ X < 46,2 1 0,4% Sedang 46,2 ≤ X < 58,8 91 35% Tinggi 58,8 ≤ X < 71,4 143 55% Sangat Tinggi 71,4 ≤ X ≤ 84 25 9,6% Berdasarkan tabel kategorisasi di atas, maka penjelasan untuk tiap kategorisasi skala adalah sebagai berikut:
a. Kesepian
Hasil analisis kategorisasi variabel kesepian menunjukkan bahwa 20% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sangat rendah, 75,8% memiliki tingkat kesepian yang rendah, 3,5% memiliki tingkat kesepian yang sedang, dan 0,3% memiliki tingkat kesepian
commit to user
yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sedang.
b. Kohesivitas keluarga
Hasil analisis kategorisasi variabel kohesivitas keluarga menunjukkan bahwa 2,7% remaja akhir dalam penelitian ini memilik i tingkat kohesivitas keluarga yang rendah, 14,2% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sedang, 43,9% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi, dan 39,2% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi.
c. Harga diri
Hasil analisis kategorisasi variabel harga diri menunjukkan bahwa 0,4% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang rendah, 35% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 55% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 9,6% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang tinggi.
4. Analisis Tambahan
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi tentang keterangan jenis kelamin responden. Sebagai data pelengkap, peneliti juga melakukan
commit to user
analisis tambahan dengan melakukan kategorisasi berdasarkan jenis kelamin. Subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 40 mahasiswa laki- laki dan 220 mahasiswa perempuan. Setelah dilakukan kategorisasi, dilakukan penghitungan t-test untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara subjek laki-laki dan perempuan pada tiap variabel.
a. Kesepian
Kategorisasi pada skala kesepian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat kesepian. Kategorisasi skala kesepian berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:
Tabel 24
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Kesepian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kategorisasi Frekuensi Persentase
Perempuan (N=220) Sangat Rendah 46 20,9 % Rendah 117 53,2% Sedang 55 25% Tinggi 2 0,9% Laki-laki (N=40) Sangat Rendah 8 20% Rendah 18 45% Sedang 12 30% Tinggi 2 5%
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki pada skala kesepian, dapat diketahui bahwa sebanyak 20% laki-laki memiliki tingkat kesepian yang sangat rendah, 45% memiliki tingkat kesepian yang rendah, 30% memiliki tingkat kesepian yang sedang dan 5% memiliki tingkat kesepian
commit to user
yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden perempuan pada skala kesepian menunjukkan bahwa sebanyak 0,9% perempuan memiliki tingkat kesepian yang tinggi, 25% memiliki tingkat kesepian yang sedang, 53,2% memiliki tingkat kesepian yang rendah, dan 20,9% memiliki tingkat kesepian sangat rendah. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kesepian yang rendah.
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 25
Data Deskriptif Kesepian Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Group Statistics
Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kesepian Laki-laki 40 65.3500 15.61976 2.46970 Perempuan 220 61.7136 12.05182 .81253 Tabel 26
Hasil Uji Perbedaan Kesepian Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Kesepian Equal variances assumed 3.880 .050 1.672 258 .096 3.63636 Equal variances not assumed 1.399 47.8 00 .168 3.63636
Berdasarkan data pada tabel 25, didapat nilai rata-rata kesepian responden laki-laki sebesar 65,350 dan nilai rata-rata kesepian responden perempuan sebesar 61,714. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
commit to user
terdapat perbedaan tingkat kesepian pada responden laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data pada tabel 26, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,050 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample
t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat kesepian
berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar
1,672 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,096. Nilai thitung < ttabel (1,672
< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,096 > 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat kesepian pada responden laki-laki dan perempuan.
b. Kohesivitas keluarga
Kategorisasi pada skala kohesivitas keluarga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat kohesivitas keluarga. Kategorisasi skala kohesivitas keluarga berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:
Tabel 27
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Kohesivitas Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kategorisasi Frekuensi Persentase
Perempuan (N=220) Rendah 6 2,7% Sedang 33 12% Tinggi 92 41,8% Sangat Tinggi 89 40,5% Laki-laki (N=40) Rendah 1 2,5% Sedang 8 20%
commit to user
Tinggi 19 47,5%
Sangat Tinggi 12 30%
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki pada skala kohesivitas keluarga, dapat diketahui bahwa sebanyak 2,5% laki-laki memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang rendah, 20% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sedang, 47,5% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi dan 30% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden perempuan pada skala kohesivitas keluarga menunjukkan bahwa sebanyak 40,5% perempuan memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi, 41,8% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi, 12% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sedang, dan 2,7% memiliki tingkat kohesivitas keluarga rendah. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi.
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 28
Data Deskriptif Kohesivitas Keluarga Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Group Statistics
Jenis Kelamin N Mean
Std. Deviation Std. Error Mean Kohesivitas Keluarga Laki-laki 40 56.0250 8.90833 1.40853 Perempuan 220 58.0318 8.71486 .58756 Tabel 29
Hasil Uji Perbedaan Kohesivitas Keluarga Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
commit to user F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Difference Kohesivitas Keluarga Equal variances assumed .008 .928 -1.335 258 .183 -2.00682 1.50305 Equal variances not assumed -1.315 53.465 .194 -2.00682 1.52617
Berdasarkan data pada tabel 28, didapat nilai rata-rata kohesvitas keluarga responden laki-laki sebesar 56,0250 dan nilai rata-rata kesepian responden perempuan sebesar 58,0318. Oleh karena itu dapat disimpulka n bahwa terdapat perbedaan tingkat kohesivitas keluarga pada responden laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data pada tabel 29, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,928 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample
t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat
kohesivitas keluarga berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar -1,335 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar
0,183. Nilai thitung < ttabel (-1,335< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,183 > 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat kohesivitas keluarga pada responden laki-laki dan perempuan.
commit to user
Kategorisasi pada skala harga diri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat harga diri. Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:
Tabel 30
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kategorisasi Frekuensi Persentase
Perempuan (N = 220) Rendah 1 0,5% Sedang 79 35,9% Tinggi 121 55% Sangat Tinggi 19 8,6% Laki-laki (N = 40) Rendah - - Sedang 14 35% Tinggi 20 50% Sangat Tinggi 6 15%
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 0% (tidak ada) laki-laki yang memilik i tingkat harga diri yang rendah dan sangat rendah, 35% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 50% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, serta 15% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden perempuan pada skala harga diri menunjukka n bahwa sebanyak 8,6% perempuan memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi, 55% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, 35,9% memiliki tingkat harga diri yang sedang, dan 0,5% memiliki tingkat harga diri rendah. Secara
commit to user
umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat harga diri yang tinggi.
Tabel 31
Data Deskriptif Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Group Statistics
Jenis Kelamin N Mean
Std. Deviation Std. Error Mean Harga Diri Laki-laki 40 61.9750 8.71629 1.37817 Perempuan 220 61.2318 7.15171 .48217 Tabel 32
Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Difference Harga Diri Equal variances assumed 3.327 .069 .584 258 .560 .74318 1.27359 Equal variances not assumed .509 49.001 .613 .74318 1.46008
Berdasarkan data pada tabel 31, didapat nilai rata-rata harga diri responden laki-laki sebesar 61,9750 dan nilai rata-rata kesepian responden perempuan sebesar 61,2318. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data pada tabel 32, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,069 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample
t-commit to user
test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat harga diri
berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar
0,584 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,560. Nilai thitung < ttabel (0,584
< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,560 > 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan.
D. Pembahasan
Hasil uji hipotesis pertama menggunakan uji korelasi parsial antara variabel kesepian dengan kohesivitas keluarga pada remaja akhir menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,549 dengan nilai signifikansi 0,000 (p-value < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dari penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang negatif, signifikan, dan sedang antara kohesivitas keluarga dengan kesepian pada remaja akhir. Nilai r yang negatif menunjukkan arah hubungan yang dimiliki kedua variabel adalah hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi kohesivitas keluarga yang dimiliki remaja akhir, maka semakin rendah kesepian yang dialami remaja akhir. Sebaliknya, semakin rendah kohesivitas keluarga yang dimiliki remaja akhir, maka semakin tinggi tingkat kesepian yang dialami. Hubungan antara variabel kohesivitas keluarga dengan kesepian berada pada kategori sedang (r = -0,549). Hal ini didukung oleh hasil perhitungan regresi dengan metode stepwise yang menunjukkan bahwa besar sumbangan efektif kohesivitas keluarga terhadap kesepian sebesar 14,3%.
commit to user
Sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa kohesivitas keluarga memilik i hubungan dengan kesepian, maka dapat disimpulkan bahwa remaja akhir yang memiliki kohesivitas keluarga yang tinggi akan cenderung terhindar dari kesepian. Kohesivitas keluarga dalam kaitannya dengan kesepian, seperti yang diutarakan bahwa konflik interparental dan kohesi keluarga rendah berhubungan dengan berbagai kesulitan kepribadian dan sosial termasuk depresi, kesepian, agresi, dan penyesuaian sosial (dalam Johnson, 2001). Dalam penelitian Johnson, dkk. (2001), ditemukan bahwa keluarga yang memburuk dapat memberikan konteks ya ng berkaitan dengan perasaan kesepian remaja serta memberikan dampak pada kemampuan mereka untuk terlibat dalam interaksi sosial di luar sistem keluarga. Kohesivitas keluarga merupakan ikatan antaranggota keluarga yang memunculka n penerimaan dan dukungan, perasaan kedekatan, perasaan saling memiliki, serta pembentukan keterampilan interpersonal. Remaja akhir yang memiliki kohesi keluarga yang tinggi akan terpenuhi kebutuhan akan ikatan emosi yang kuat dari keluarga, memiliki pengalaman dekat dengan orang sekitar, memiliki rasa saling memiliki dengan orang lain, serta memiliki keterampilan sosial yang adekuat, sehingga dapat mengalami kesepian yang rendah.
Hasil uji hipotesis kedua menggunakan korelasi parsial antara variabel kesepian dengan harga diri pada remaja akhir menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,490 dengan nilai signifikansi 0,000 (p-value < 0,05). Hasil ini menunjukka n bahwa hipotesis kedua dari penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubunga n yang negatif, signifikan, dan sedang antara harga diri dengan kesepian pada remaja akhir. Nilai r yang negatif menunjukkan arah hubungan yang dimiliki kedua
commit to user
variabel adalah hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi harga diri yang dimiliki remaja akhir, maka semakin rendah kesepian yang dialami remaja akhir. Sebaliknya, semakin rendah harga diri yang dimiliki remaja akhir, maka semakin tinggi tingkat kesepian yang dialami. Hubungan antara variabel harga diri dengan kesepian berada pada kategori sedang (r = -0,490). Hal ini didukung oleh hasil perhitungan regresi dengan metode stepwise yang menunjukkan bahwa besar sumbangan efektif harga diri terhadap kesepian sebesar 32,3%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri memiliki hubunga n dengan kesepian. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya yang diasosiasikan pada sikap menerima atau menolak, serta kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan dirinya, dalam hal ini adalah harga diri. Individ u dengan harga diri tinggi memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu yang memberikan individu tersebut kepercayaan diri pada penilaian dan kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu untuk menghadap i situasi yang menyulitkan. Remaja yang memiliki harga diri tinggi akan cenderung terhindar dari rasa kesepian. Seperti yang dijelaskan oleh Santrock (2002) bahwa individu yang paling optimis dan memiliki harga diri tinggi lebih mungkin untuk mengatasi kesepian mereka pada akhir tahun pertama mereka. Peplau dan rekan (1982) menyatakan bahwa remaja dengan harga diri yang rendah terlibat dalam perilaku tertentu dan proses kognitif tertentu yang menghambat hubungan sosial yang memuaskan, dan, akibatnya dapat meningkatkan perasaan kesepian mereka. Oleh karena itu, remaja akhir yang memiliki harga diri yang tinggi lebih mampu
commit to user
membangun hubungan sosial yang memuaskan, sehingga kesepian cenderung rendah.
Hasil uji hipotesis ketiga menggunakan teknik analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05
(p-value < 0,05). Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Fhitung sebesar
111,191 dan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, sebesar 3,031, maka dapat
disimpulkan nilai Fhitung > Ftabel (111,919 > 3,031). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian pada remaja akhir. Variabel kohesivitas keluarga dan harga diri secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan dan kuat terhadap variabel kesepian. Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang didapat sebesar 0,682. Hal ini menunjukka n bahwa hubungan yang terbentuk antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian adalah hubungan yang kuat, yaitu berada pada rentang koefisien 0,60-0,799. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kohesivitas keluarga dan harga diri, secara bersama-sama, dapat dijadikan prediktor yang kuat untuk memprediksi kesepian. Hal ini diperkuat oleh hasil perhitungan regresi linear berganda yang menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,466, artinya
persentase sumbangan pengaruh yang diberikan kohesivitas keluarga dan harga diri, secara bersamaan, terhadap kesepian pada remaja akhir adalah sebesar 46,6%. Sedangkan sumbangan efektif kohesivitas keluarga saja terhadap kesepian sebesar 14,3% dan sumbangan efektif harga diri saja terhadap kesepian sebesar 32,3%.
commit to user
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa kohesivitas keluarga dan harga diri menjadi prediktor kuat kesepian jika keduanya hadir secara bersamaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kohesivitas dan harga diri, secara bersamaan, semakin rendah kesepian. Kohesivitas keluarga dirasakan oleh remaja ketika kebutuhan akan cinta, kasih sayang, penerimaan, dan komunikasi yang baik dalam sistem keluarga terpenuhi dengan baik. Kohesivitas keluarga menumbuhka n pengalaman dekat dengan orang sekitar dan menumbuhkan keterampilan sosial yang adekuat, sehingga remaja akan terhindar dari kesepian. Kondisi ini akan semakin optimal dengan harga diri yang positif. Remaja dengan harga diri yang positif akan lebih mampu dan lebih percaya diri membangun hubungan sosial.
Berdasarkan hasil persentase sumbangan efektif tiap variabel bebas terhadap variabel tergantung, terlihat bahwa sumbangan harga diri lebih besar daripada kohesivitas keluarga (32,3% > 14,3%). Penjelasan hal tersebut adalah meskipun lingkungan berupa kohesivitas keluarga telah terjadi dalam sistem keluarga, namun faktor yang lebih penting bagi remaja akhir menghindar dari kesepian berasal dari dalam diri. Faktor internal berupa harga diri untuk menghindar dari kesepian sangat dibutuhkan. Dengan memiliki harga diri yang tinggi, remaja akhir memperoleh pengetahuan yang akurat tentang diri sendiri yang akan dikembangkan untuk mencapai penerimaan, serta percaya akan keberartian, kemampuan, dan keberhargaan dirinya yang dapat mengarahkan pada keterampila n intrapersonal dan keterampilan interpersonal yang adekuat, sehingga dapat terhindar dari kesepian.
commit to user
Kategorisasi data deskriptif pada skala variabel kesepian menunjukka n bahwa 20% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sangat rendah, 75,8% memiliki tingkat kesepian yang rendah, 3,5% memilik i tingkat kesepian yang sedang, dan 0,3% memiliki tingkat kesepian yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sedang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum remaja akhir memiliki tingkat kesepian yang sedang. Hal ini berarti bahwa kebutuhan untuk berkomunikasi dan membina hubungan yang akrab pada diri remaja akhir sudah cukup terpenuhi. Seperti yang diungkapkan oleh Lake (1986), kesepian adalah tidak terpenuhinya kebutuhan untuk berkomunikasi dan membina hubunga n persahabatan yang akrab sampai cinta yang mendalam.
Kategorisasi data deskriptif pada skala variabel kohesivitas keluarga menunjukkan bahwa 2,7% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang rendah, 14,2% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sedang, 43,9% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi, dan 39,2% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum remaja akhir memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi. Hal ini berarti bahwa secara umum ikatan antaranggota keluarga sudah memunculkan penerimaan dan dukungan, perasaan kedekatan, perasaan saling memiliki, serta pembentukan
commit to user
keterampilan interpersonal dalam sistem keluarga. Seperti yang dijelaskan bahwa kohesivitas keluarga diasosiasikan sebagai hubungan yang menyenangkan dan memuaskan di dalam keluarga yang menumbuhkan kemampuan untuk mengala m i empati, rasa percaya diri yang tinggi, dan kepercayaan interpersonal (Baron dan Byrne, 2005).
Kategorisasi data deskriptif pada skala variabel harga diri menunjukka n bahwa 0,4% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang rendah, 35% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 55% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 9,6% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum remaja akhir memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Hal ini berarti bahwa remaja akhir memilik i evaluasi yang mengarah pada meyakini diri sebagai individu yang mampu, bahagia, penting, dan berharga. Seperti yang dikemukakan oleh Branden (1992), harga diri memberikan keyakinan terhadap diri sendiri bahwa individu berhak untuk bahagia, merasa sukses, merasa berharga, memenuhi kebutuhan dan keinginan, mencapai standar nilai tertentu, dan menikmati hasil dari kerja keras yang telah dilakukan.
Penelitian ini juga memiliki analisis tambahan sebagai pelengkap data penelitian. Analisis tambahan ini menggunakan uji independent sample t-test yang digunakan untuk menguji perbandingan rata-rata kelompok sampel yang tidak berhubungan (Priyatno, 2008). Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala kesepian, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kesepian
commit to user
tertinggi berdasarkan jenis kelamin dimiliki oleh responden laki-laki (mean = 65,350) dan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh responden perempuan (mean = 61,714). Hasil uji independent sample t-test pada skala kesepian menunjukkan nilai thitung < ttabel (1,672 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,096 > 0,05). Dapat disimpulka n
bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat kesepian pada responden laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini seperti yang dijelaskan dalam banyak studi tentang kesepian yang tidak mengindikasikan adanya perbedaan menyeluruh antara laki-laki dan perempuan (dalam Brehm, 2002).
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala kohesivitas keluarga, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kohesvitas keluarga terendah berdasarkan jenis kelamin dimiliki oleh responden laki-laki (mean = 56,0250) dan nilai rata-rata tertinggi dimiliki oleh responden perempuan (mean = 58,0318). Hasil uji independent sample t-test pada skala kohesivitas keluarga menunjukkan nilai thitung < ttabel (-1,335< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,183 > 0,05).
Dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifika n antara rata-rata tingkat kohesivitas keluarga pada responden laki-laki dan perempuan. Remaja perempuan lebih cenderung memiliki keintiman emosional yang tinggi, serta mampu bersosialisasi dan menyelaraskan hubungan dengan kedua orang tua dibandingkan dengan remaja laki-laki. Namun, dengan perkembangan dasar yang sangat kohesif dalam keluarga, ada pemahaman yang tinggi dan kehangatan di antara anggota keluarga (Choi, 2012). Hal ini berarti
commit to user
bahwa kehangatan antaranggota keluarga, rasa saling memahami dan memilik i antaranggota keluarga lebih berpengaruh dalam kohesivitas keluarga.
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata harga diri tertinggi dimiliki oleh responden laki-laki (mean = 61,9750) dan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh responden perempuan (mean = 61,2318). Hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat pada skala harga diri diperoleh nilai thitung < ttabel (0,584 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,560 > 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini seperti yang dijelaskan oleh Harter (dalam Santrock, 2012) yang menjelaskan lebih lanjut bahwa perubahan perkembangan dan perbedaan gender yang menyangkut penghargaan diri pada masa remaja terlalu dibesar-besarkan.
Berdasarkan pemaparan hasil analisis dan pembahasan, penelitian ini telah mampu menjawab hipotesis mengenai hubungan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian pada remaja akhir, baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan bagi remaja akhir untuk meningkatkan kohesivitas keluarga dan harga diri agar dapat menghindarka n kesepian.
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan selama proses pelaksanaannya. Pertama, jumlah responden penelitian ini kurang representatif. Hal ini disebabkan oleh tidak diketahui secara pasti jumlah remaja akhir di Pulau Jawa.
commit to user
Kedua, lemahnya kontrol peneliti terhadap responden karena peneliti tidak dapat mendampingi responden secara langsung saat pengisian skala.
Keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya agar dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan menyempurnakan prosedur pelaksanaan penelitian dan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini juga mempunya i kelebihan, yaitu belum terdapat penelitian terdahulu mengenai hubungan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian pada remaja akhir, sehingga data yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan informasi bagi peneliti selanjut nya. Selain itu, semua hipotesis yang ditetapkan di awal penelitian ini terbukti.