PEMAHAMAN APARAT DESA
(BENDAHARA DESA) DALAM
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Disampaikan oleh
FERNANDES SIMANGUNSONG
(LEKTOR KEPALA IPDN)
Selamat…
Selamat…
Pagi!
Pagi!
Semangat…
Semangat…
Pagi!
Pagi!
PESERTA
PESERTA
BIMTEK
BIMTEK
Luar…..Biasa
Luar…..Biasa
•
Nama
: Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP,
M.Si
•
Lahir
: Jambi, 4 Maret 1977
•NIP : 19770304 1995 11 1 001
•
Jabatan
: Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
•Pangkat
: Pembina (IV/a)
•
Instansi
: Kampus IPDN Jatinangor
•
Alamat
: Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI PEMERINTAHAN ?
ATAU
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI KEMASYARAKATAN?
APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT
UNTUK MATERI INI
“MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA”
ATAU
Undang-undang No. 6 Tahun 2014
menyebutkan Judul
Undang-undangannya bukan “Pemerintahan
Desa” namun hanya “Desa”, hal
tersebut menampakkan keragu-raguan dari pemerintah pusat saat merumuskan
Undang-undang ini, bagaimanakah
Undang-undang No. 6 Tahun 2014 menggambarkan adanya hirarkhi organisasi yang perlu segera dipetakan oleh kawan-kawan di Pemda, sebelum melanjutkan diskusi tentang Konsep bagaimanakah sebenarnya ”Manajemen (Pemerintahan) Desa”, dimana dalam UU ini dijelaskan adanya 4 (empat) entitas Organisasi :
1.Entitas organisasi Desa Adat 2.Entitas organisasi DESA
3.Entitas organisasi Desa Persiapan 4.Entitas organisasi Kelurahan
RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.
2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.
4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’
5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
6.
6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” bukan “
bukan “under development countryunder development country” untuk negara-negara terbelakang dan ” untuk negara-negara terbelakang dan sedang berkembang
sedang berkembang
RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.
2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.
4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’
5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
6.
6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” bukan “
bukan “under development countryunder development country” untuk negara-negara terbelakang dan ” untuk negara-negara terbelakang dan sedang berkembang
• Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.
• Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.
• Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).
PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL
MANAJEMEN PERTUMBUHAN
PEMERINTAHAN EKONOMI
YANG BAIK YANG CUKUP
PERKEMBANGAN TEORI
DAN KONSEP MANAJEMEN
Sampai saat ini, manajemen telah berkembang
mencapai generasi kelima.
Perkembangannya yaitu sbb:
Generasi I :Management by Doing/Jungle Management Generasi II :Management by Direction
Generasi III :Management by Objectives/Management by Targetting Generasi IV :Management by Value Creation/
Total Quality Management
(Brian L. Joiner, 1994)
Generasi V :Management by Knowledge Networking, Virtual Enterprise and Dynamic Teamming
1. Kenapa Perlu Ada Pemerintah ?
a. Untuk menciptakan “Law
and Order” (ketentraman
dan ketertiban)
b. Untuk menciptakan
“welfare” (Kesejahteraan)
2. Perlu Tata Pemerintahan
Yang baik (Good Governance) Berbasis pada
Kepentingan Masyarakat
Buruknya
Pelayanan
Publik
Mengurangi Terjadi
Negara Gagal
(Pemerintah &
Pemda) Melindungi
Rakyatnya
Fungsi
Pemerinta
h
Mengatur dan
Melindungi
Masyarakat
(Memberikan
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan asional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera, dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar, program kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama-sama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semanagat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
UU Nomor 32 Tahun 2004
jo
PP Nomor 72 Tahun 2005
mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan
berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun
2005 disebutkan bahwa:
“Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Desa mencakup :
a.urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal usul desa;
b.urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada
desa;
c.tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya
Pemerintah telah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c).
Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA,
bukan desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN)?
Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah
Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa.
Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkan
Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
memerintahkan Pembentukan Perda dengan berpedoman pada Permendagri (Permendagri No. 30 Tahun 2006).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah maupun organisasi semi otonom (Cheema & Rondinelli).
Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu,
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah diatur dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota
Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007
menyebutkan bahwa:
“Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangannya,
pemerintahan daerah kabupaten/kota dapat:
a. menyelenggarakan sendiri; atau
b. menugaskan
dan/atau
menyerahkan
sebagian
Kewenangan desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat
Desa
berdasarkan
prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat
desa (Bab IV-Pasal 18) (embrio asli otonomi
asli desa; menyelesaikan masalah dari desa,
dengan
cara
orang-orang
desa,
untuk
a.
Kewenangan bedasarkan hak asal usul
b.
Kewenangan lokal berskala desa
c.
Kewenangan
yang
ditugaskan
oleh
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
d.Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala desa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 huruf a dan huruf b
diatur dan diurus oleh
desa (Psl 20)
Pelaksanaan
kewenangan
yang
ditugaskan
dan
pelaksanaan kewenangan tugas lain dari pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
huruf c dan huruf d diurus oleh desa (Psl 21)
Penugasan
dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah
kepada desa meliputi penyelenggaraan pemerintahan
desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa (Psl 22 ayat 1)
Penugasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai
dengan konsep pemerintahan bahwa Tugas
Pembantuan/medebewind/co-administraton
diberikan kepada daerah otonom, pertanyaannya
apakah desa daerah otonom?)
adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu
Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang :
penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
Kewenangan Desa meliputi:
– kewenangan berdasarkan hak asal usul; – kewenangan lokal berskala Desa;
– kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan – kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
AZAS PEMERINTAHAN :
1. DESENTRALISASI
2. DEKOSENTRASI
3. TUGAS PEMBANTUAN
PRAKTEK PEMERINTAHAN HARUS DISERTAI DENGAN :
1. PERSONIL 2. PERALATAN 3. PEMBIAYAAN
4. DOKUMENTASI
ILMU PEMERINTAHAN (GOVERNMENTAL STUDIES)
ILMU PEMERINTAHAN DI INDONESIA
ALIRAN EROPAH KONTINENTAL ALIRAN ANGLO SAXION (AMERIKA) (PEMERINTAHAN
MODEL UNITARIS MODEL FEDERALIS
AUTHORITY (KEWENANGAN) POWER (KEKUASAAN)
PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI PEMERINTAHAN NASIONAL KE SUB-SUB
PEMERINTAHAN NASIONAL
PENYERAHAN KEKUASAAN DARI STATE (NEGARA BAGIAN) KE CENTRAL STATE (PEMERINTAH PUSAT)
AZAS PEMERINTAHAN : DEVOLUTION
PRAKTEK PEMERINTAHAN HANYA DISERTAI DENGAN :
1. PEMBIAYAAN
2. DOKUMENTASI CIKAL BAKAL TERLAHIRNYA
ILMU KEBIJAKAN PUBLIK (PUBLIC POLICY STUDIES)
SEBAGAI MEDIA MENGGABUNGKAN DUA ALIRAN
YANG MEWARNAI ILMU PEMERINTAHAN
ILMU ADMINISTRASI NEGARA (PUBLIC ADMINISTRATION STUDIES) (KEBIJAKAN) PROGRAM BOS ?
Pemerintah Desa
Kepala Desa
Perangkat Desa
Sekretaris
Desa
Pelaksana
Kewilayahan
1.
Setiap Akhir
Tahun Anggaran
Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati/Walikota;
memberikan laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa
memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa
Jenis
Laporan
menyampaikan laporan
penyelenggaraan
Pemerintahan Desa pada
akhir masa jabatan
kepada Bupati/Walikota;
2. Akhir Jabatan
1.
Setiap Akhir
Tahun Anggaran
Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati/Walikota;
memberikan laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa
memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa
Jenis
Laporan
menyampaikan laporan
penyelenggaraan
Pemerintahan Desa pada
akhir masa jabatan
kepada Bupati/Walikota;
2. Akhir Jabatan
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan
kewajibannya, Kepala Desa wajib:
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap
akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota. (Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, tetapi hanya menyampaikan laporan. Prinsip dasarnya, mereka yang dipilih bertanggung jawab kepada yang memilih. Karena kepala desa dipilih
langsung oleh rakyat desa, maka kepala desa
bertanggung jawab kepada rakyat desa bersangkutan);
b. menyampaikan laporan penyelenggaraan
c.
memberikan
laporan
keterangan
penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis
kepada BPD setiap akhir tahun anggaran; dan
d. memberikan dan/atau menyebarluaskan
informasi
penyelenggaraan
pemerintahan
secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap
akhir tahun anggaran.
(Pasal 27 huruf a,b,c, dan d).
•
Kepala
Desa
yang
tidak
melaksanakan
kewajibannya, dikenai sanksi administratif
berupa
teguran
lisan
dan/atau
teguran
tertulis.
•
Dalam
hal
sanksi
administratif
tidak
MODEL PERTANGGUNGJAWABAN
KEPALA DESA MENURUT UU 06/2014
BUPATI/WALIKOTA
BUPATI/WALIKOTA
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)
(Pasal 27 huruf a(Pasal 27 huruf a
UU 06/2014)UU 06/2014)
KEPALA KEPALA
DESA BPDDESA BPD
Informasi laporan penyeleng- Laporan
Informasi laporan penyeleng- Laporan
garaan pemerintahan Keterangan garaan pemerintahan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Penyelenggaraan Pemerintahan
(LKPP) Psl 27 huruf b. (LKPP) Psl 27 huruf b.
(Pasal 27 huruf d(Pasal 27 huruf d
UU 06/2014)UU 06/2014)
Apakah Pola Musrenbang Perlu Dipertahankan (Perencanaan Kita
Dipengaruhi Dua Kutub Perencanaan ; Secara Sektoral Dengan 26 Urusan Wajib Dan 8 Urusan Pilihan Yang Digerakkan SKPD Atau Secara Kewilayahan Yang Mengenalkan Konsep RUPOD Atau ODOP-OVOP)
Dalam UU No. 6 tahun 2014 tidak mengatur secara implisit
Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 pasal 73 yang menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa. Hal ini menggambarkan bahwa baik Desa adat, maupun DESA dan Desa Persiapan wajib membuat APBDes yang wujudnya sama seperti APBD, sehingga terkesan desa layaknya organisasi Pemerintah yang terendah.
Jika Pola APBDes ini harus diikuti maka Kepala Desa dan Jajarannya harus dikuatkan konsep Akutansi Pemerintahan Yang telah bergeser dari Pola anggaran T-count bergeser menjadi I-count dan model I-count yang mungkin akan bergeser ke Model B-count dan S-count.
Diwajibkan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah agar membuat aturan yang tegas dalam mengatur keberlanjutan posisi karir perangkat desa yang bertugas di desa, terkhusus yang sudah dididik sangat detail tentang akuntasi pemerintahan agar tidak semudahnya diganti oleh kepala desa, guna menjaga akuntabilitas pemerintahan desa dalam menggunakan dana-dana pemerintah
Pasal 81 PP Nomor 43 Tahun 2014 :
(1) Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD.
(2) Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:
ADD yang berjumlah kurang dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);
ADD yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);
ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00
(tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp900.000.000,00
(sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus); dan
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan
ratus juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).
(3) Pengalokasian batas maksimal sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
ditetapkan
dengan
mempertimbangkan
efisiensi,
jumlah
perangkat,
kompleksitas tugas pemerintahan, dan letak geografis.
(4) Bupati/walikota menetapkan besaran penghasilan
tetap:
kepala Desa;
sekretaris Desa paling sedikit 70% (tujuh puluh
perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per bulan; dan
perangkat Desa selain sekretaris Desa paling sedikit
50% (lima puluh perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per bulan
.
(5) Besaran penghasilan tetap kepala Desa dan
perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
Pasal 82 PP 43/2014
(1) Selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81, kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan dan penerimaan lain yang sah.
(2) Tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari APB Desa dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.
(3) Besaran tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh
penghasilan tetap setiap bulan. (Psl 66 ayat 1).
Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa
bersumber dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam APBD Kabupaten/Kota. (Psl 66 ayat 2).
Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari APBDesa. (Psl 66 ayat 3).
Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan lainnya yang sah. (Psl 66 ayat 4).
Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP. (Psl 66 ayat 5).
Pendapatan Desa bersumber dari :
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi APBN {besarnya 10% dari dan di luar dana transfer (on top) diberikan secara bertahap}. {Alokasinya dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis}.
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retibusi daerah {paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah}.
d. alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. {Besarnya paling sedikit 10% setelah dikurangi DAK}.
fernandes simangunsong@2014
e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi
dan APBD Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tidak
mengikat dari pihak ketiga, dan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.
(Psl 72 ayat 1, 2,3, dan 4).
•
Bagi
Kabupaten/Kota
yang
tidak
memberikan
ADD,
Pemerintah
DAPAT
melakukan
penundaan
dan/atau
pemotongan
sebesar
alokasi
dana
WHAT
DO
YOU
SEE
Dana Perimbangan Tahun 2014 sebesar Rp. 592 trilyun 10% dari dana perimbangan = Rp. 59,2 trilyun
Jumlah Desa s/d Des 2013 : 72. 944 desa
Dana rata-rata untuk satu desa : Rp. 59,2 trilyun :
72.944 = +/- Rp. 800 juta rupiah.
Rumus yang dipakai
Dana Desa = Fungsi ( Luas wilayah, jumlah penduduk, angka
kemiskinan, kesulitan geografis)
• Besaran dana untuk masing-masing desa tergantung
pad bobot masing-masing variabel yang ditetapkan oleh masing-masing kabupaten/kota dengan Perda ybs.
• Dana Desa dari APBN diberikan SECARA BERTAHAP.
fernandes simangunsong@2014
Pasal 90 PP Nomor 43 Tahun 2014
(1)
Penyelenggaraan
kewenangan
Desa
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa didanai oleh APB Desa.
(2) Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain
didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh
anggaran pendapatan dan belanja negara dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
fernandes simangunsong@2014
(4) Dana anggaran
pendapatan dan belanja negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan
pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan
disalurkan melalui satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota.
(5) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang
ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 91 PP Nomor 43 Tahun 2014
Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan
melalui rekening kas Desa dan penggunaannya
ditetapkan dalam APB Desa.
Pasal 92
Pencairan
dana
dalam
rekening
kas
Desa
fernandes simangunsong@2014
Pasal 93 PP Nomor 43 Tahun 2014 :
(1) Pengelolaan keuangan Desa meliputi:
perencanaan; pelaksanaan; penatausahaan; pelaporan; dan pertanggungjawaban.
(2) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.
Pasal 94
Pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan dalam masa 1
fernandes simangunsong@2014
DANA DESA adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai :
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
(Pasal 1 butir ke-8 PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)
ALOKASI DANA DESA (ADD) adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Pasal 96 PP Nomor 43 Tahun 2014
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengalokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota ADD setiap tahun anggaran.
(2) ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.
(3) Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan:
a. kebutuhan penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa;
dan
b. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah
Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.
(4) Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian ADD diatur dengan peraturan bupati/walikota.
Pasal 97 PP Nomor 43 Tahun 2014
(1) Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota. (2) Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan:
60% (enam puluh perseratus) dibagi secara merata
kepada seluruh Desa; dan
40% (empat puluh perseratus) dibagi secara proporsional
realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari Desa masing-masing.
(3) Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa diatur dengan peraturan bupati/walikota.
Pasal 98 PP Nomor 43 Tahun 2014
(1) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota dapat memberikan bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota kepada Desa.
(2) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersifat umum dan khusus.
(3) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah di Desa.
(4) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat.
Pasal 99 PP Nomor 43 Tahun 2014 :
(1) Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah
dan retribusi daerah kabupaten/kota dari kabupaten/
kota ke Desa
dilakukan secara bertahap.
(2) Tata cara penyaluran ADD dan bagian dari hasil
pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan bupati/walikota dengan
berpedoman pada
Peraturan Menteri.
(3) Penyaluran bantuan keuangan yang bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
kabupaten/kota ke Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 98 ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Pasal 95 PP Nomor 43 Tahun 2014
(1) Pemerintah mengalokasikan Dana Desa dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota.
(2) Ketentuan mengenai pengalokasian Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur tersendiri dalam Peraturan Pemerintah. = ada PP khusus tentang Dana Desa yakni PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari
kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. (Pasal 1 butir ke-11 PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)
Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa
barang bergerak dan barang tidak bergerak. (Pasal 1 butir ke-12 PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)
Pasal 107 PP Nomor 43 Tahun 2014 :
(1) Kekayaan milik Desa diberi kode barang dalam rangka pengamanan.
(2) Kekayaan milik Desa dilarang diserahkan atau dialihkan
kepada pihak lain sebagai pembayaran tagihan atas Pemerintah Desa.
(3) Kekayaan milik Desa dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.
Pasal 108
Pengelolaan kekayaan milik Desa merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kekayaan milik Desa.
Pasal 109 PP Nomor 43 Tahun 2014
(1) Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan kekayaan milik Desa.
(2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala Desa dapat menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.
Pasal 110 :
(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan meningkatkan pendapatan Desa.
(2) Pengelolaan kekayaan milik Desa diatur dengan peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.
Pasal 111
(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa yang berkaitan dengan penambahan dan pelepasan aset ditetapkan dengan peraturan Desa sesuai dengan kesepakatan musyawarah Desa.
Pasal 112
(1)
Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh
pemerintah
daerah
kabupaten/kota
dikembalikan
kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk
fasilitas umum.
(2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat
umum.
Pasal 113
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pengelolaan
kekayaan milik Desa diatur dengan Peraturan Menteri.
Alokasi Dana Desa dilaksanakan secara transparan dan
akuntabel dengan memperhatikan kemampuan APBN.
Dana Desa yang bersumber dari APBN yang
diperuntukkan bagi Desa ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota. (Psl 1 butir no 2).
DANA DESA DITRANSFER
fernandes simangunsong@2014
APB
N
APBD KABUPATEN/ KOTA
TAHUN 2013 = 19 K/L = DANA RP. 17 TRILYUN DISEBAR TIDAK
MERATA, TERGANTUNG LOBBY
TAHUN 2014 SAMA DENGAN TAHUN 2013 DENGAN DANA RP. 19
TRILYUN
TAHUN 2015 DIPROYEKSI SEBESAR RP. 22 TRILYUN DENGAN CARA YANG SAMA (APABILA TIDAK ADA PERUBAHAN ANGGARAN)
TAHUN 2016 ONE GATE POLICY, K/L TIDAK LAGI ADA PROGRAM MASUK DESA, TETAPI SEMUANYA MELALUI SATU PINTU,
Pemindahbukuan
fernandes simangunsong@2014
RKUN
(Rekening Kas Umum Negara)
RKUD
(Rekening Kas Umum Daerah)
RKD
fernandes simangunsong@2014
EMPAT SASARAN PEMBIAYAAN DARI DANA DESA :
1) PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN; 2) PEMBIAYAAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN;
3) PEMBIAYAAN PEMBINAAN KEMASYARAKATAN; 4) PEMBIAYAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
• Dana Desa bersumber dari belanja Pemerintah Pusat dengan
mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan. KEBIJAKAN ONE GATE POLICY.
• EMPAT VARIABEL PENENTU ALOKASI UNTUK SETIAP DESA :
1) JUMLAH PENDUDUK; 2) ANGKA KEMISKINAN; 3) LUAS WILAYAH;
4) TINGKAT KESULITAN GEOGRAFIS.
fernandes simangunsong@2014
Bobot masing-masing variabel dihitung sebagai berikut :
a. 30% untuk jumlah penduduk kabupaten/kota; b. 20% untuk luas wilayah kabupaten/kota;
c. 50% untuk angka kemiskinan kabupaten/kota. (Psl 11 ayat 3).
• Untuk tingkat kesulitan geografis ditunjukan oleh Indeks
Kemahalan Konstruksi (IKK). (Psl 11 ayat 4).
• IKK adalah angka indeks yang menggambarkan
perbandingan tingkat kemahalan harga bangunan/ konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap TKK rata-rata nasional. Dengan demikian angka TKK rata-rata nasional sama dengan 100.
• Data IKK dan TKK dapat dilihat dari data BPS Kabupaten/
DANA DESA KAB.Z = Pagu DD Nas X {(30% x % Pddk Kab.Z dibandingkan
total pddk Nasional) + (20%x % luas wilayah Kab.Z
dibandingkan total luas wilayah nas) + (50% x %
jumlah pddk miskin Kab.Z dibandingkan jumlah pddk
nas)} x indeks kemahalan konstruksi Kab.Z
DD PROVINSI = Jumlah DD Kabupaten/Kota di provinsi bersangkutan.
Jumlah DD Provinsi Rata-rata DD Prov = Jumlah Desa di Provinsi
•Besaran dana desa setiap kabupaten/kota ditetapkan dengan
Berdasarkan besaran dana desa yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan setiap tahunnya, Bupati/Walikota menetapkan Peraturan Bupati/Walikota mengenai besaran dana desa untuk setiap desa dalam wilayah kabupaten/kota bersangkutan. Peraturan bupati/ walikota ini dibuat setiap tahun anggaran.
Ada empat variabel yang digunakan untuk alokasi dana
desa bagi setiap desa pada masing-masing kabupaten/ kota yaitu sbb:
1) JUMLAH PENDUDUK; 2) ANGKA KEMISKINAN; 3) LUAS WILAYAH;
4) TINGKAT KESULITAN GEOGRAFIS.
fernandes simangunsong@2014
Perhitungan bobotnya adalah sebagai berikut :
a. 30% untuk jumlah penduduk desa;
b. 20% untuk luas wilayah;
c. 50% untuk angka kemiskinan desa. (Psl 12
ayat 3).
•
Tingkat kesulitan geografis setiap desa
ditentukan oleh faktor yang meliputi :
a. ketersediaan pelayanan dasar;
b. kondisi infrastruktur;
c. transportasi; dan
Dana Desa untuk suatu desa =
Pagu Dana Desa kabupaten/kota x {(30%x % jumlah penduduk desa ybs terhadap total penduduk desa di kabupaten/kota ybs) + (20% x % luas wilayah desa bersangkutan terhadap total luas wilayah desa di kabupaten/kota bersangkutan) + (50% x persentase rumah tangga pemegang Kartu Perlindungan Sosial terhadap total jumlah rumah tangga desa di kabupaten/kota bersangkutan)}. (Psl 12 ayat 5).
•Tingkat kesulitan geografis setiap desa digunakan sebagai
faktor pengali hasil perhitungan.
•Apabila ada penambahan desa baru, diatur ketentuan :
- ditetapkan < 30 Juni tahun anggaran berjalan masuk tahun anggaran berikutnya.
- ditetapkan > 30 Juni tahun anggaran berjalan
masuk tahun kedua. (Psl 13).
Dari RKUN (Rekening Kas Umum Negara) ke RKUD
(Rekening Kas Umum Daerah) kabupaten/kota ybs.
Dari RKUD ke rekening kas desa dengan cara
pemindahbukuan.
(Psl 17 ayat 2 dan 4).
• Penyaluran dilakukan secara bertahap, dengan
ketentuan:
a. tahap I pada bulan April sebesar 40%;
b. tahap II pada bulan Agustus sebesar 40%. c. tahap III pada bulan November sebesar 20%.
Dana desa digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. (Psl 19 ayat 1).
Dana desa diprioritaskan untuk membiayai
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. (psl 19 ayat 2).
Penggunaan dana desa mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa. (Psl 20) === Desa harus terlebih dahulu membuat RPJM Desa dan RKP Desa.
Sesuai ketentuan UU Nomor 6 Tahun 2014 bahwa dana
desa diberikan secara bertahap, maka tahun 2015 sudah dialokasikan dana sebesar Rp. 9,1 trilyun. Apabila dibagi rata pada jumlah desa yang ada sebanyak 72.944, maka akan dana sekitar Rp. 130 juta rupiah.
Dana ini akan diberikan pada awal Januari 2015.
Provinsi yang menerima dana desa tahun 2015 terbesar
adalah Provinsi Papua yakni Rp. 1,173 trilyun. Sedangkan provinsi yang menerima dana desa terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 33,55 milyard.
Pada tahun anggaran 2016, dana desa akan semakin
besar apabila pertanggungjawaban keuangan dari dana desa tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam hal menteri teknis/pimpinan lembaga
pemerintah nonkementerian tidak menyampaikan usulan kebutuhan anggaran program yang berbasis Desa tahun Anggaran 2016 dan tahun anggaran berikutnya atau kebutuhan anggaran program berbasis Desa yang diusulkan lebih rendah daripadapagu alokasi tahun anggaran sebelumnya, Menteri dengan mempertimbangkan kapasitas fiskal nasional dapat menetapkan pagu anggaran untuk program yang berbasis Desa tahun anggaran 2016 dan taghun anggaran berikutnya berdasarkan Dana Desa yang dialokasikan tahun anggaran sebelumnya. (Psl 32).
NO PROVINSI JUMLAH KABUPATEN/
KOTA
DANA DESA (RP)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
selanjutnya disingkat APBDesa adalah
selanjutnya disingkat APBDesa adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan
rencana keuangan tahunan pemerintahan
desa yang dibahas dan disetujui bersama
desa yang dibahas dan disetujui bersama
oleh
pemerintah
desa
dan
Badan
oleh
pemerintah
desa
dan
Badan
Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan
Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan
dengan peraturan desa.
APBDES
RENCANA KEUANGAN TAHUNAN PEMERINTAHAN DESA YANG DIBAHAS DAN DISETUJUI BERSAMA PEMERINTAH DESA DAN BPD YANG DITETAPKAN
1. Fungsi otorisasi : mengandung arti anggaran desa menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan; 2. Fungsi perencanaan : menjadi pedoman bagi aparat desa dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan;
3. Fungsi pengawasan : menjadi pedoman untuk menilai apakah kegitan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Fungsi alokasi : anggaran desa harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan perekonomian desa;
5. Fungsi distribusi : kebijakan anggaran desa harus memperhatikan rasa keadilan bagi masyarakat desa;
1.
1.
Pembuatan
Pembuatan
Kebijakan
Kebijakan
dan
dan
Pengawasan:
Pengawasan:
meningkatkan
perumusan
kebijakan
dengan
meningkatkan
perumusan
kebijakan
dengan
menyediakan dasar-dasar yang memadai bagi para
menyediakan dasar-dasar yang memadai bagi para
pengambil
keputusan
untuk
mengajukan
pengambil
keputusan
untuk
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai kebutuhan dan
pertanyaan-pertanyaan mengenai kebutuhan dan
kinerja pelayanan serta membuat keputusan
kinerja pelayanan serta membuat keputusan
realokasi sumber daya jika diperlukan.
realokasi sumber daya jika diperlukan.
2.
2.
Arahan operasional: memberikan cara yang lebih
Arahan operasional: memberikan cara yang lebih
sistematis bagi para Kepala Desa dan BPD untuk
sistematis bagi para Kepala Desa dan BPD untuk
mendeteksi kekuatan dan kelemahan operasional
mendeteksi kekuatan dan kelemahan operasional
serta melakukan analisa yang berkelanjutan.
serta melakukan analisa yang berkelanjutan.
3.
3.
Akuntabilitas: membantu pemerintahan desa dalam
Akuntabilitas: membantu pemerintahan desa dalam
memperoleh kepercayaan masyarakat dengan
memperoleh kepercayaan masyarakat dengan
memperlihatkan hasil yang baik dan pendapatan
memperlihatkan hasil yang baik dan pendapatan
yang diterima.
4.
4.
Perencanaan: memfasilitasi perencanaan strategis
Perencanaan: memfasilitasi perencanaan strategis
dan operasional dengan cara menyediakan
dan operasional dengan cara menyediakan
informasi yang dibutuhkan dalam menetapkan
informasi yang dibutuhkan dalam menetapkan
tujuan dan sasaran serta merencanakan
tujuan dan sasaran serta merencanakan
program-program untuk mencapai tujuan dan sasaran.
program untuk mencapai tujuan dan sasaran.
5.
5.
Pengelolaan: memperbaiki dasar bagi identifikassi
Pengelolaan: memperbaiki dasar bagi identifikassi
awal dari adanya penurunan efisiensi operasional
awal dari adanya penurunan efisiensi operasional
dan cara untuk memperlihatkan seberapa efisien
dan cara untuk memperlihatkan seberapa efisien
sumber daya digunakan dalam menyediakan
sumber daya digunakan dalam menyediakan
pelayanan dan pencapaian tujuan.
pelayanan dan pencapaian tujuan.
6.
6.
Penganggaran: memperbaiki proses anggaran
Penganggaran: memperbaiki proses anggaran
dengan sebisa mungkin membuat keputusan yang
dengan sebisa mungkin membuat keputusan yang
obyektif mengenai alokasi dan redistribusi sumber
obyektif mengenai alokasi dan redistribusi sumber
daya, pengurangan biaya, dan menginvestasikan
daya, pengurangan biaya, dan menginvestasikan
kelebihan/surplus dana.
kelebihan/surplus dana.
7.
7.
Pengawasan Kerja: mencapai kinerja yang lebih
Pengawasan Kerja: mencapai kinerja yang lebih
baik dengan memberikan dasar yang obyektif bagi
baik dengan memberikan dasar yang obyektif bagi
penetapan target kinerja serta memberikan
penetapan target kinerja serta memberikan
masukan insentif.
Keuangan desa dikelola berdasarkan
Keuangan desa dikelola berdasarkan
azas-azas transparan, akuntabel,
azas-azas transparan, akuntabel,
partisipatif serta dilakukan dengan
partisipatif serta dilakukan dengan
tertib dan disiplin anggaran;
tertib dan disiplin anggaran;
Pengelolaan keuangan desa dikelola
Pengelolaan keuangan desa dikelola
dalam masa 1 (satu) tahun anggaran
dalam masa 1 (satu) tahun anggaran
yakni mulai tanggal 1 Januari sampai
yakni mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember.
1.
1. Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan
mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa
mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa
yang dipisahkan;
yang dipisahkan;
2.
2. Kepala Desa mempunyai kewenangan:Kepala Desa mempunyai kewenangan:
menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesamenetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desamenetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa menetapkan bendahara desamenetapkan bendahara desa
menetapkan petugas yang melakukan pemungutan menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; dan
penerimaan desa; dan
menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.
milik desa.
3.
3. Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan
desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
Desa (PTPKD);
Desa (PTPKD);
4.
4. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) adalah Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) adalah
Perangkat Desa, terdiri dari:
Perangkat Desa, terdiri dari:
5.
5.
Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator
Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan
bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
6.
6.
Sekretaris Desa mempunyai tugas:
Sekretaris Desa mempunyai tugas:
a.
a.
Menyusun
Menyusun
dan
dan
melaksanakan
melaksanakan
Kebijakan
Kebijakan
Pengelolaan APBDesa.
Pengelolaan APBDesa.
b.
b.
Menyusun
Menyusun
dan
dan
melaksanaan
melaksanaan
Kebijakan
Kebijakan
Pengelolaan Barang Desa.
Pengelolaan Barang Desa.
c.
c.
Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan
Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan
APBDesa
dan
pertanggung
jawaban
APBDesa
dan
pertanggung
jawaban
pelaksanaan APBDesa.
pelaksanaan APBDesa.
d.
d.
Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa
Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa
tentang Pelaksanaan Peraturan Desa tentang
tentang Pelaksanaan Peraturan Desa tentang
APBDesa dan Perubahan APBDesa.
APBDesa dan Perubahan APBDesa.
7.
7.
Kepala Desa menetapkan Bendahara Desa
Kepala Desa menetapkan Bendahara Desa
dengan Keputusan Kepala Desa.
1.
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri dari:Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri dari:
• Pendapatan Desa;Pendapatan Desa; • Belanja Desa; dan Belanja Desa; dan • Pembiayaan Desa.Pembiayaan Desa.
2.
2. Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui
rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun
rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
3.
3. Pendapatan Desa terdiri dari:Pendapatan Desa terdiri dari:
• Pendapatan Asli Desa (PADesa);Pendapatan Asli Desa (PADesa); • Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;
• Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota; • Alokasi Dana Desa (ADD);Alokasi Dana Desa (ADD);
• Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Peerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;
Peerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;
• Hibah;Hibah;
4.
4. Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa
yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun
yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh desa.
oleh desa.
5.
5. Belanja Desa terdiri dari:Belanja Desa terdiri dari:
a.
a. Belanja langsung, Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan merupakan belanja yang dianggarkan
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan.
kegiatan.
b.
b. Belanja tidak langsung, Belanja tidak langsung, yang dianggarkan tidak terkait yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
6.
6. Belanja Langsung terdiri dari:Belanja Langsung terdiri dari:
a.
a. Belanja Pegawai;Belanja Pegawai;
b.
b. Belanja Barang dan JasaBelanja Barang dan Jasa
c.
c. Belanja Modal;Belanja Modal;
7.
7. Belanja Tidak Langsung terdiri dari:Belanja Tidak Langsung terdiri dari:
a.
a. Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;
b.
b. Belanja Subsidi;Belanja Subsidi;
c.
c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);
d.
d. Belanja Bantuan Sosial;Belanja Bantuan Sosial;
e.
e. Belanja Bantuan Keuangan;Belanja Bantuan Keuangan;
f.
8.
8. Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
9.
9. Pembiayaan Desa terdiri dari:Pembiayaan Desa terdiri dari:
a.
a. Penerimaan Pembiayaan; danPenerimaan Pembiayaan; dan
b.
b. Pengeluaran Pembiayaan.Pengeluaran Pembiayaan.
10.
10. Penerimaan Pembiayaan mencakup:Penerimaan Pembiayaan mencakup:
a.
a. Sisa Sisa lebih lebih perhitungan perhitungan anggaran anggaran (SilPA) (SilPA) tahun tahun
sebelumnya.
sebelumnya.
b.
b. Pencairan Dana Cadangan.Pencairan Dana Cadangan.
c.
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
d.
d. Penerimaan PinjamanPenerimaan Pinjaman
11.
11. Pengeluaran Pembiayaan mencakup:Pengeluaran Pembiayaan mencakup:
a.
a. Pembentukan Dana Cadangan.Pembentukan Dana Cadangan.
b.
b. Penyertaan Modal Desa.Penyertaan Modal Desa.
c.
STRUKTUR APBDES
1. PENDAPATAN :
1. PENDAPATAN : • Pendapatan Asli DesaPendapatan Asli Desa
• Bagi Hasil PajakBagi Hasil Pajak
• Bagian dari RetribusiBagian dari Retribusi
• ADDADD
• Bantuan KeuanganBantuan Keuangan
• HibahHibah
• Sumbangan pihak ketigaSumbangan pihak ketiga 2. BELANJA :
2. BELANJA : A. BELANJA TIDAK LANGSUNGA. BELANJA TIDAK LANGSUNG • Belanja Pegawai/Penghsln TetapBelanja Pegawai/Penghsln Tetap
• Tambahan Penghasilan PDTambahan Penghasilan PD
• Belanja Op KadesBelanja Op Kades
• Belanja SubsidiBelanja Subsidi
• Belanja HibahBelanja Hibah
• Belanja Bantuan SosialBelanja Bantuan Sosial
• Belanja tidak terdugaBelanja tidak terduga B. BELANJA LANGSUNG
B. BELANJA LANGSUNG • Belanja pegawaiBelanja pegawai
• Belanja barang dan jasaBelanja barang dan jasa
• Belanja ModalBelanja Modal 3. PEMBIAYAAN :
3. PEMBIAYAAN : A. PENERIMAANA. PENERIMAAN • SiLPASiLPA
• Pencairan dana cadanganPencairan dana cadangan
• Hasil penjualan kekayaan desaHasil penjualan kekayaan desa B. PENGELUARAN
B. PENGELUARAN • Pembentukan dana cadanganPembentukan dana cadangan
a.
a.
RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
merupakan penjabaran dari visi dan misi dari
merupakan penjabaran dari visi dan misi dari
Kepala Desa yang terpilih;
Kepala Desa yang terpilih;
b.
b.
Setelah berakhir jangka waktu RPJMD, Kepala
Setelah berakhir jangka waktu RPJMD, Kepala
Desa terpilih menyusun kembali RPJMD untuk
Desa terpilih menyusun kembali RPJMD untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun;
jangka waktu 5 (lima) tahun;
c.
c.
RPJMDesa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan
RPJMDesa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah Kepala Desa dilantik;
setelah Kepala Desa dilantik;
d.
d.
Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan
Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan
Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan
penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil
penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa;
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa;
e.
e.
Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat
Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat
akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.
RPJM Daerah RPJP Daerah RKP RPJM Nasional RPJP Nasional RKP Daerah Renstra
KL Renja - KL
Renstra
SKPD Renja - SKPD
RAPBN RAPBD RKA-KL RKA - SKPD APBN Rincian APBN APBD Rincian APBD Diacu Pedoman Dijabar -kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabar -kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Diacu
Diserasikan melalui Musrenbang
Pe m erin ta h Pu sa t Pe m erin ta h D ae ra h RPJM
Desa DesaRKP
Prog-ram Kegia-tan
RAPB Des RKA - DESA APB Des Rincian APBDes Diacu Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabar -kan Pedoman Pedoman Diacu
Diserasikan melalui Musrenbang
a.
a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa berdasarkan pada RKPDesa;
tentang APBDesa berdasarkan pada RKPDesa;
b.
b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa untuk
Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa untuk
memperoleh persetujuan;
memperoleh persetujuan;
c.
c. Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan
Desa kepada BPD untuk dibahas bersama dalam
Desa kepada BPD untuk dibahas bersama dalam
rangka memperoleh persetujuan bersama;
rangka memperoleh persetujuan bersama;
d.
d. Penyampaian rancangan Peraturan Desa paling lambat Penyampaian rancangan Peraturan Desa paling lambat
minggu pertama bulan November tahun anggaran
minggu pertama bulan November tahun anggaran
sebelumnya;
sebelumnya;
e.
e. Pembahasan Pembahasan menitikberatkan menitikberatkan pada pada kesesuaian kesesuaian
dengan RKPDesa;
dengan RKPDesa;
f.
f. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang
telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh
telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh
Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja
Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja
disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi;
disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi;
g.
g. Rancangan Rancangan Peraturan Peraturan Desa Desa tentang tentang APBDesa APBDesa
ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD
ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD
Kabupaten/ Kota ditetapkan.
a.
a. Bupati/Walikota harus menetapkan Evaluasi Rancangan Bupati/Walikota harus menetapkan Evaluasi Rancangan
APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja;
APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja;
b.
b. Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu dimaksud, Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu dimaksud,
Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan
Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa;
Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa;
c.
c. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi
Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan
Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perun