• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN APARAT DESA (BENDAHARA DESA) DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMAHAMAN APARAT DESA (BENDAHARA DESA) DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA - Repository IPDN"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN APARAT DESA

(BENDAHARA DESA) DALAM

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Disampaikan oleh

FERNANDES SIMANGUNSONG

(LEKTOR KEPALA IPDN)

(2)
(3)
(4)
(5)

Selamat…

Selamat…

Pagi!

Pagi!

Semangat…

Semangat…

Pagi!

Pagi!

PESERTA

PESERTA

BIMTEK

BIMTEK

Luar…..Biasa

Luar…..Biasa

(6)

Nama

: Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP,

M.Si

Lahir

: Jambi, 4 Maret 1977

NIP : 19770304 1995 11 1 001

Jabatan

: Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

Pangkat

: Pembina (IV/a)

Instansi

: Kampus IPDN Jatinangor

Alamat

: Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

(7)

APAKAH DESA SEBUAH

ORGANISASI PEMERINTAHAN ?

ATAU

APAKAH DESA SEBUAH

ORGANISASI KEMASYARAKATAN?

APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT

UNTUK MATERI INI

“MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA”

ATAU

(8)
(9)

Undang-undang No. 6 Tahun 2014

menyebutkan Judul

Undang-undangannya bukan “Pemerintahan

Desa” namun hanya “Desa”, hal

tersebut menampakkan keragu-raguan dari pemerintah pusat saat merumuskan

Undang-undang ini, bagaimanakah

(10)

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 menggambarkan adanya hirarkhi organisasi yang perlu segera dipetakan oleh kawan-kawan di Pemda, sebelum melanjutkan diskusi tentang Konsep bagaimanakah sebenarnya ”Manajemen (Pemerintahan) Desa”, dimana dalam UU ini dijelaskan adanya 4 (empat) entitas Organisasi :

1.Entitas organisasi Desa Adat 2.Entitas organisasi DESA

3.Entitas organisasi Desa Persiapan 4.Entitas organisasi Kelurahan

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’

5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.

6.

6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” bukan “

bukan “under development countryunder development country” untuk negara-negara terbelakang dan ” untuk negara-negara terbelakang dan sedang berkembang

sedang berkembang

RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’

5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.

6.

6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country” bukan “

bukan “under development countryunder development country” untuk negara-negara terbelakang dan ” untuk negara-negara terbelakang dan sedang berkembang

(19)

Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.

Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.

Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).

(20)

PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL

MANAJEMEN PERTUMBUHAN

PEMERINTAHAN EKONOMI

YANG BAIK YANG CUKUP

(21)

PERKEMBANGAN TEORI

DAN KONSEP MANAJEMEN

Sampai saat ini, manajemen telah berkembang

mencapai generasi kelima.

Perkembangannya yaitu sbb:

Generasi I :Management by Doing/Jungle Management Generasi II :Management by Direction

Generasi III :Management by Objectives/Management by Targetting Generasi IV :Management by Value Creation/

Total Quality Management

(Brian L. Joiner, 1994)

Generasi V :Management by Knowledge Networking, Virtual Enterprise and Dynamic Teamming

(22)

1. Kenapa Perlu Ada Pemerintah ?

a. Untuk menciptakan “Law

and Order” (ketentraman

dan ketertiban)

b. Untuk menciptakan

“welfare” (Kesejahteraan)

2. Perlu Tata Pemerintahan

Yang baik (Good Governance) Berbasis pada

Kepentingan Masyarakat

(23)
(24)

Buruknya

Pelayanan

Publik

Mengurangi Terjadi

Negara Gagal

(Pemerintah &

Pemda) Melindungi

Rakyatnya

(25)

Fungsi

Pemerinta

h

Mengatur dan

Melindungi

Masyarakat

(Memberikan

(26)
(27)
(28)
(29)

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan asional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata

kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem

(30)

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera, dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar, program kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama-sama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semanagat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

(31)

UU Nomor 32 Tahun 2004

jo

PP Nomor 72 Tahun 2005

mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan

berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun

2005 disebutkan bahwa:

“Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

Desa mencakup :

a.urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan

hak asal usul desa;

b.urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada

desa;

c.tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan

(32)

Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya

Pemerintah telah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c).

Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA,

bukan desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN)?

Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah

Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa.

Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkan

(33)

Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa

memerintahkan Pembentukan Perda dengan berpedoman pada Permendagri (Permendagri No. 30 Tahun 2006).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006

tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah maupun organisasi semi otonom (Cheema & Rondinelli).

Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu,

(34)

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah diatur dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

Antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan

Pemerintah daerah Kabupaten/Kota

Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007

menyebutkan bahwa:

“Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan

daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan

pemerintahan

yang

menjadi

kewenangannya,

pemerintahan daerah kabupaten/kota dapat:

a. menyelenggarakan sendiri; atau

b. menugaskan

dan/atau

menyerahkan

sebagian

(35)

Kewenangan desa meliputi kewenangan di

bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat

Desa

berdasarkan

prakarsa

masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat

desa (Bab IV-Pasal 18) (embrio asli otonomi

asli desa; menyelesaikan masalah dari desa,

dengan

cara

orang-orang

desa,

untuk

(36)

a.

Kewenangan bedasarkan hak asal usul

b.

Kewenangan lokal berskala desa

c.

Kewenangan

yang

ditugaskan

oleh

Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,

atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

d.

Kewenangan lain yang ditugaskan oleh

(37)

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala desa sebagaimana dimaksud

dalam pasal 19 huruf a dan huruf b

diatur dan diurus oleh

desa (Psl 20)

Pelaksanaan

kewenangan

yang

ditugaskan

dan

pelaksanaan kewenangan tugas lain dari pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah

Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 19

huruf c dan huruf d diurus oleh desa (Psl 21)

Penugasan

dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah

kepada desa meliputi penyelenggaraan pemerintahan

desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat

desa (Psl 22 ayat 1)

Penugasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai

(38)

Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai

dengan konsep pemerintahan bahwa Tugas

Pembantuan/medebewind/co-administraton

diberikan kepada daerah otonom, pertanyaannya

apakah desa daerah otonom?)

adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu

(39)

Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang :

penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan Pembangunan Desa,

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.

Kewenangan Desa meliputi:

– kewenangan berdasarkan hak asal usul; – kewenangan lokal berskala Desa;

– kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan – kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah

(40)

AZAS PEMERINTAHAN :

1. DESENTRALISASI

2. DEKOSENTRASI

3. TUGAS PEMBANTUAN

PRAKTEK PEMERINTAHAN HARUS DISERTAI DENGAN :

1. PERSONIL 2. PERALATAN 3. PEMBIAYAAN

4. DOKUMENTASI

ILMU PEMERINTAHAN (GOVERNMENTAL STUDIES)

ILMU PEMERINTAHAN DI INDONESIA

ALIRAN EROPAH KONTINENTAL ALIRAN ANGLO SAXION (AMERIKA) (PEMERINTAHAN

MODEL UNITARIS MODEL FEDERALIS

AUTHORITY (KEWENANGAN) POWER (KEKUASAAN)

PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI PEMERINTAHAN NASIONAL KE SUB-SUB

PEMERINTAHAN NASIONAL

PENYERAHAN KEKUASAAN DARI STATE (NEGARA BAGIAN) KE CENTRAL STATE (PEMERINTAH PUSAT)

AZAS PEMERINTAHAN : DEVOLUTION

PRAKTEK PEMERINTAHAN HANYA DISERTAI DENGAN :

1. PEMBIAYAAN

2. DOKUMENTASI CIKAL BAKAL TERLAHIRNYA

ILMU KEBIJAKAN PUBLIK (PUBLIC POLICY STUDIES)

SEBAGAI MEDIA MENGGABUNGKAN DUA ALIRAN

YANG MEWARNAI ILMU PEMERINTAHAN

ILMU ADMINISTRASI NEGARA (PUBLIC ADMINISTRATION STUDIES) (KEBIJAKAN) PROGRAM BOS ?

(41)

Pemerintah Desa

Kepala Desa

Perangkat Desa

Sekretaris

Desa

Pelaksana

Kewilayahan

(42)

1.

Setiap Akhir

Tahun Anggaran

Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati/Walikota;

memberikan laporan keterangan

penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa

memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa

Jenis

Laporan

menyampaikan laporan

penyelenggaraan

Pemerintahan Desa pada

akhir masa jabatan

kepada Bupati/Walikota;

2. Akhir Jabatan

(43)

1.

Setiap Akhir

Tahun Anggaran

Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati/Walikota;

memberikan laporan keterangan

penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa

memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa

Jenis

Laporan

menyampaikan laporan

penyelenggaraan

Pemerintahan Desa pada

akhir masa jabatan

kepada Bupati/Walikota;

2. Akhir Jabatan

(44)

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan

kewajibannya, Kepala Desa wajib:

a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap

akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota. (Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, tetapi hanya menyampaikan laporan. Prinsip dasarnya, mereka yang dipilih bertanggung jawab kepada yang memilih. Karena kepala desa dipilih

langsung oleh rakyat desa, maka kepala desa

bertanggung jawab kepada rakyat desa bersangkutan);

b. menyampaikan laporan penyelenggaraan

(45)

c.

memberikan

laporan

keterangan

penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis

kepada BPD setiap akhir tahun anggaran; dan

d. memberikan dan/atau menyebarluaskan

informasi

penyelenggaraan

pemerintahan

secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap

akhir tahun anggaran.

(Pasal 27 huruf a,b,c, dan d).

Kepala

Desa

yang

tidak

melaksanakan

kewajibannya, dikenai sanksi administratif

berupa

teguran

lisan

dan/atau

teguran

tertulis.

Dalam

hal

sanksi

administratif

tidak

(46)

MODEL PERTANGGUNGJAWABAN

KEPALA DESA MENURUT UU 06/2014

BUPATI/WALIKOTA

BUPATI/WALIKOTA

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)

(Pasal 27 huruf a(Pasal 27 huruf a

UU 06/2014)UU 06/2014)

KEPALA KEPALA

DESA BPDDESA BPD

Informasi laporan penyeleng- Laporan

Informasi laporan penyeleng- Laporan

garaan pemerintahan Keterangan garaan pemerintahan Keterangan

Penyelenggaraan Pemerintahan Penyelenggaraan Pemerintahan

(LKPP) Psl 27 huruf b. (LKPP) Psl 27 huruf b.

(Pasal 27 huruf d(Pasal 27 huruf d

UU 06/2014)UU 06/2014)

(47)

 Apakah Pola Musrenbang Perlu Dipertahankan (Perencanaan Kita

Dipengaruhi Dua Kutub Perencanaan ; Secara Sektoral Dengan 26 Urusan Wajib Dan 8 Urusan Pilihan Yang Digerakkan SKPD Atau Secara Kewilayahan Yang Mengenalkan Konsep RUPOD Atau ODOP-OVOP)

 Dalam UU No. 6 tahun 2014 tidak mengatur secara implisit

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

 Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 pasal 73 yang menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa. Hal ini menggambarkan bahwa baik Desa adat, maupun DESA dan Desa Persiapan wajib membuat APBDes yang wujudnya sama seperti APBD, sehingga terkesan desa layaknya organisasi Pemerintah yang terendah.

 Jika Pola APBDes ini harus diikuti maka Kepala Desa dan Jajarannya harus dikuatkan konsep Akutansi Pemerintahan Yang telah bergeser dari Pola anggaran T-count bergeser menjadi I-count dan model I-count yang mungkin akan bergeser ke Model B-count dan S-count.

 Diwajibkan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah agar membuat aturan yang tegas dalam mengatur keberlanjutan posisi karir perangkat desa yang bertugas di desa, terkhusus yang sudah dididik sangat detail tentang akuntasi pemerintahan agar tidak semudahnya diganti oleh kepala desa, guna menjaga akuntabilitas pemerintahan desa dalam menggunakan dana-dana pemerintah

(53)

Pasal 81 PP Nomor 43 Tahun 2014 :

(1) Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD.

(2) Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:

ADD yang berjumlah kurang dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);

ADD yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);

ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00

(tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp900.000.000,00

(sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus); dan

d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan

ratus juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).

(54)

(3)  Pengalokasian batas maksimal sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(2)

ditetapkan

dengan

mempertimbangkan

efisiensi,

jumlah

perangkat,

kompleksitas tugas pemerintahan, dan letak geografis.

(4)  Bupati/walikota menetapkan besaran penghasilan

tetap:

kepala Desa;

sekretaris Desa paling sedikit 70% (tujuh puluh

perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per bulan; dan

perangkat Desa selain sekretaris Desa paling sedikit

50% (lima puluh perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per bulan

.

(5)  Besaran penghasilan tetap kepala Desa dan

perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

(55)

Pasal 82 PP 43/2014

(1) Selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81, kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan dan penerimaan lain yang sah.

(2) Tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari APB Desa dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(3) Besaran tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

(56)

Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh

penghasilan tetap setiap bulan. (Psl 66 ayat 1).

Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa

bersumber dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam APBD Kabupaten/Kota. (Psl 66 ayat 2).

Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari APBDesa. (Psl 66 ayat 3).

Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan lainnya yang sah. (Psl 66 ayat 4).

Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP. (Psl 66 ayat 5).

(57)

Pendapatan Desa bersumber dari :

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. alokasi APBN {besarnya 10% dari dan di luar dana transfer (on top) diberikan secara bertahap}. {Alokasinya dihitung dengan

memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis}.

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retibusi daerah {paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah}.

d. alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. {Besarnya paling sedikit 10% setelah dikurangi DAK}.

(58)

fernandes simangunsong@2014

e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi

dan APBD Kabupaten/Kota;

f. Hibah dan sumbangan yang tidak

mengikat dari pihak ketiga, dan

g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

(Psl 72 ayat 1, 2,3, dan 4).

Bagi

Kabupaten/Kota

yang

tidak

memberikan

ADD,

Pemerintah

DAPAT

melakukan

penundaan

dan/atau

pemotongan

sebesar

alokasi

dana

(59)

WHAT

DO

YOU

SEE

(60)

Dana Perimbangan Tahun 2014 sebesar Rp. 592 trilyun10% dari dana perimbangan = Rp. 59,2 trilyun

Jumlah Desa s/d Des 2013 : 72. 944 desa

Dana rata-rata untuk satu desa : Rp. 59,2 trilyun :

72.944 = +/- Rp. 800 juta rupiah.

Rumus yang dipakai

Dana Desa = Fungsi ( Luas wilayah, jumlah penduduk, angka

kemiskinan, kesulitan geografis)

Besaran dana untuk masing-masing desa tergantung

pad bobot masing-masing variabel yang ditetapkan oleh masing-masing kabupaten/kota dengan Perda ybs.

Dana Desa dari APBN diberikan SECARA BERTAHAP.

(61)

fernandes simangunsong@2014

Pasal 90 PP Nomor 43 Tahun 2014

(1)

 Penyelenggaraan

kewenangan

Desa

berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal

berskala Desa didanai oleh APB Desa.

(2)  Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala

Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain

didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh

anggaran pendapatan dan belanja negara dan

anggaran pendapatan dan belanja daerah.

(62)

fernandes simangunsong@2014

(4)  Dana anggaran

pendapatan dan belanja negara

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan

pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan

disalurkan melalui satuan kerja perangkat daerah

kabupaten/kota.

(5)  Penyelenggaraan kewenangan Desa yang

ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh

anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Pasal 91 PP Nomor 43 Tahun 2014

Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan

melalui rekening kas Desa dan penggunaannya

ditetapkan dalam APB Desa.

Pasal 92

Pencairan

dana

dalam

rekening

kas

Desa

(63)

fernandes simangunsong@2014

Pasal 93 PP Nomor 43 Tahun 2014 :

(1)  Pengelolaan keuangan Desa meliputi:

perencanaan; pelaksanaan; penatausahaan; pelaporan; dan pertanggungjawaban.

(2)  Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3)  Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.

Pasal 94

Pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan dalam masa 1

(64)

fernandes simangunsong@2014

DANA DESA adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai :

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

(Pasal 1 butir ke-8 PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)

ALOKASI DANA DESA (ADD) adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

(65)

Pasal 96 PP Nomor 43 Tahun 2014

(1)  Pemerintah daerah kabupaten/kota mengalokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota ADD setiap tahun anggaran.

(2)  ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.

(3)  Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan:

a. kebutuhan penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa;

dan

b. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah

Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.

(4)  Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

(5)  Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian ADD diatur dengan peraturan bupati/walikota.

(66)

Pasal 97 PP Nomor 43 Tahun 2014

(1) Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota. (2)  Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan:

60% (enam puluh perseratus) dibagi secara merata

kepada seluruh Desa; dan

40% (empat puluh perseratus) dibagi secara proporsional

realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari Desa masing-masing.

(3)  Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

(4)  Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa diatur dengan peraturan bupati/walikota.

(67)

Pasal 98 PP Nomor 43 Tahun 2014

(1)  Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota dapat memberikan bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota kepada Desa.

(2)  Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersifat umum dan khusus.

(3)  Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah di Desa.

(4)  Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat.

(68)
(69)

Pasal 99 PP Nomor 43 Tahun 2014 :

(1) Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah

dan retribusi daerah kabupaten/kota dari kabupaten/

kota ke Desa

dilakukan secara bertahap.

(2)  Tata cara penyaluran ADD dan bagian dari hasil

pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

peraturan bupati/walikota dengan

berpedoman pada

Peraturan Menteri.

(3)  Penyaluran bantuan keuangan yang bersumber

dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi

atau anggaran pendapatan dan belanja daerah

kabupaten/kota ke Desa sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 98 ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang- undangan.

(70)

Pasal 95 PP Nomor 43 Tahun 2014

(1) Pemerintah mengalokasikan Dana Desa dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota.

(2)  Ketentuan mengenai pengalokasian Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur tersendiri dalam Peraturan Pemerintah. = ada PP khusus tentang Dana Desa yakni PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.

(71)

Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari

kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. (Pasal 1 butir ke-11 PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)

Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa

barang bergerak dan barang tidak bergerak. (Pasal 1 butir ke-12 PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)

(72)

Pasal 107 PP Nomor 43 Tahun 2014 :

(1)  Kekayaan milik Desa diberi kode barang dalam rangka pengamanan.

(2)  Kekayaan milik Desa dilarang diserahkan atau dialihkan

kepada pihak lain sebagai pembayaran tagihan atas Pemerintah Desa.

(3)  Kekayaan milik Desa dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

Pasal 108

Pengelolaan kekayaan milik Desa merupakan rangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kekayaan milik Desa.

(73)

Pasal 109 PP Nomor 43 Tahun 2014

(1)  Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan kekayaan milik Desa.

(2)  Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala Desa dapat menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.

Pasal 110 :

(1)  Pengelolaan kekayaan milik Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan meningkatkan pendapatan Desa.

(2)  Pengelolaan kekayaan milik Desa diatur dengan peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.

Pasal 111

(1)  Pengelolaan kekayaan milik Desa yang berkaitan dengan penambahan dan pelepasan aset ditetapkan dengan peraturan Desa sesuai dengan kesepakatan musyawarah Desa.

(74)

Pasal 112

(1)

Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh

pemerintah

daerah

kabupaten/kota

dikembalikan

kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk

fasilitas umum.

(2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat

umum.

Pasal 113

Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

pengelolaan

kekayaan milik Desa diatur dengan Peraturan Menteri.

(75)
(76)

Alokasi Dana Desa dilaksanakan secara transparan dan

akuntabel dengan memperhatikan kemampuan APBN.

Dana Desa yang bersumber dari APBN yang

diperuntukkan bagi Desa ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota. (Psl 1 butir no 2).

DANA DESA DITRANSFER

fernandes simangunsong@2014

APB

N

APBD KABUPATEN/ KOTA

(77)

TAHUN 2013 = 19 K/L = DANA RP. 17 TRILYUN DISEBAR TIDAK

MERATA, TERGANTUNG LOBBY

TAHUN 2014 SAMA DENGAN TAHUN 2013 DENGAN DANA RP. 19

TRILYUN

TAHUN 2015 DIPROYEKSI SEBESAR RP. 22 TRILYUN DENGAN CARA YANG SAMA (APABILA TIDAK ADA PERUBAHAN ANGGARAN)

TAHUN 2016 ONE GATE POLICY, K/L TIDAK LAGI ADA PROGRAM MASUK DESA, TETAPI SEMUANYA MELALUI SATU PINTU,

(78)

Pemindahbukuan

fernandes simangunsong@2014

RKUN

(Rekening Kas Umum Negara)

RKUD

(Rekening Kas Umum Daerah)

RKD

(79)

fernandes simangunsong@2014

EMPAT SASARAN PEMBIAYAAN DARI DANA DESA :

1) PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN; 2) PEMBIAYAAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN;

3) PEMBIAYAAN PEMBINAAN KEMASYARAKATAN; 4) PEMBIAYAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.

Dana Desa bersumber dari belanja Pemerintah Pusat dengan

mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.  KEBIJAKAN ONE GATE POLICY.

EMPAT VARIABEL PENENTU ALOKASI UNTUK SETIAP DESA :

1) JUMLAH PENDUDUK; 2) ANGKA KEMISKINAN; 3) LUAS WILAYAH;

4) TINGKAT KESULITAN GEOGRAFIS.

(80)

fernandes simangunsong@2014

Bobot masing-masing variabel dihitung sebagai berikut :

a. 30% untuk jumlah penduduk kabupaten/kota; b. 20% untuk luas wilayah kabupaten/kota;

c. 50% untuk angka kemiskinan kabupaten/kota. (Psl 11 ayat 3).

Untuk tingkat kesulitan geografis ditunjukan oleh Indeks

Kemahalan Konstruksi (IKK). (Psl 11 ayat 4).

IKK adalah angka indeks yang menggambarkan

perbandingan tingkat kemahalan harga bangunan/ konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap TKK rata-rata nasional. Dengan demikian angka TKK rata-rata nasional sama dengan 100.

Data IKK dan TKK dapat dilihat dari data BPS Kabupaten/

(81)

DANA DESA KAB.Z = Pagu DD Nas X {(30% x % Pddk Kab.Z dibandingkan

total pddk Nasional) + (20%x % luas wilayah Kab.Z

dibandingkan total luas wilayah nas) + (50% x %

jumlah pddk miskin Kab.Z dibandingkan jumlah pddk

nas)} x indeks kemahalan konstruksi Kab.Z

DD PROVINSI = Jumlah DD Kabupaten/Kota di provinsi bersangkutan.

Jumlah DD Provinsi Rata-rata DD Prov = Jumlah Desa di Provinsi

Besaran dana desa setiap kabupaten/kota ditetapkan dengan

(82)

Berdasarkan besaran dana desa yang telah ditetapkan

dengan Peraturan Menteri Keuangan setiap tahunnya, Bupati/Walikota menetapkan Peraturan Bupati/Walikota mengenai besaran dana desa untuk setiap desa dalam wilayah kabupaten/kota bersangkutan. Peraturan bupati/ walikota ini dibuat setiap tahun anggaran.

Ada empat variabel yang digunakan untuk alokasi dana

desa bagi setiap desa pada masing-masing kabupaten/ kota yaitu sbb:

1) JUMLAH PENDUDUK; 2) ANGKA KEMISKINAN; 3) LUAS WILAYAH;

4) TINGKAT KESULITAN GEOGRAFIS.

(83)

fernandes simangunsong@2014

Perhitungan bobotnya adalah sebagai berikut :

a. 30% untuk jumlah penduduk desa;

b. 20% untuk luas wilayah;

c. 50% untuk angka kemiskinan desa. (Psl 12

ayat 3).

Tingkat kesulitan geografis setiap desa

ditentukan oleh faktor yang meliputi :

a. ketersediaan pelayanan dasar;

b. kondisi infrastruktur;

c. transportasi; dan

(84)

Dana Desa untuk suatu desa =

Pagu Dana Desa kabupaten/kota x {(30%x % jumlah penduduk desa ybs terhadap total penduduk desa di kabupaten/kota ybs) + (20% x % luas wilayah desa bersangkutan terhadap total luas wilayah desa di kabupaten/kota bersangkutan) + (50% x persentase rumah tangga pemegang Kartu Perlindungan Sosial terhadap total jumlah rumah tangga desa di kabupaten/kota bersangkutan)}. (Psl 12 ayat 5).

Tingkat kesulitan geografis setiap desa digunakan sebagai

faktor pengali hasil perhitungan.

Apabila ada penambahan desa baru, diatur ketentuan :

- ditetapkan < 30 Juni tahun anggaran berjalan masuk tahun anggaran berikutnya.

- ditetapkan > 30 Juni tahun anggaran berjalan

masuk tahun kedua. (Psl 13).

(85)

Dari RKUN (Rekening Kas Umum Negara) ke RKUD

(Rekening Kas Umum Daerah) kabupaten/kota ybs.

Dari RKUD ke rekening kas desa dengan cara

pemindahbukuan.

(Psl 17 ayat 2 dan 4).

Penyaluran dilakukan secara bertahap, dengan

ketentuan:

a. tahap I pada bulan April sebesar 40%;

b. tahap II pada bulan Agustus sebesar 40%. c. tahap III pada bulan November sebesar 20%.

(86)

Dana desa digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. (Psl 19 ayat 1).

Dana desa diprioritaskan untuk membiayai

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. (psl 19 ayat 2).

Penggunaan dana desa mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa. (Psl 20) === Desa harus terlebih dahulu membuat RPJM Desa dan RKP Desa.

(87)

Sesuai ketentuan UU Nomor 6 Tahun 2014 bahwa dana

desa diberikan secara bertahap, maka tahun 2015 sudah dialokasikan dana sebesar Rp. 9,1 trilyun. Apabila dibagi rata pada jumlah desa yang ada sebanyak 72.944, maka akan dana sekitar Rp. 130 juta rupiah.

Dana ini akan diberikan pada awal Januari 2015.

Provinsi yang menerima dana desa tahun 2015 terbesar

adalah Provinsi Papua yakni Rp. 1,173 trilyun. Sedangkan provinsi yang menerima dana desa terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 33,55 milyard.

Pada tahun anggaran 2016, dana desa akan semakin

besar apabila pertanggungjawaban keuangan dari dana desa tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

(88)

Dalam hal menteri teknis/pimpinan lembaga

pemerintah nonkementerian tidak menyampaikan usulan kebutuhan anggaran program yang berbasis Desa tahun Anggaran 2016 dan tahun anggaran berikutnya atau kebutuhan anggaran program berbasis Desa yang diusulkan lebih rendah daripadapagu alokasi tahun anggaran sebelumnya, Menteri dengan mempertimbangkan kapasitas fiskal nasional dapat menetapkan pagu anggaran untuk program yang berbasis Desa tahun anggaran 2016 dan taghun anggaran berikutnya berdasarkan Dana Desa yang dialokasikan tahun anggaran sebelumnya. (Psl 32).

(89)

NO PROVINSI JUMLAH KABUPATEN/

KOTA

DANA DESA (RP)

(90)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,

selanjutnya disingkat APBDesa adalah

selanjutnya disingkat APBDesa adalah

rencana keuangan tahunan pemerintahan

rencana keuangan tahunan pemerintahan

desa yang dibahas dan disetujui bersama

desa yang dibahas dan disetujui bersama

oleh

pemerintah

desa

dan

Badan

oleh

pemerintah

desa

dan

Badan

Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan

Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan

dengan peraturan desa.

(91)

APBDES

RENCANA KEUANGAN TAHUNAN PEMERINTAHAN DESA YANG DIBAHAS DAN DISETUJUI BERSAMA PEMERINTAH DESA DAN BPD YANG DITETAPKAN

(92)

1. Fungsi otorisasi : mengandung arti anggaran desa menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan; 2. Fungsi perencanaan : menjadi pedoman bagi aparat desa dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan;

3. Fungsi pengawasan : menjadi pedoman untuk menilai apakah kegitan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

4. Fungsi alokasi : anggaran desa harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan perekonomian desa;

5. Fungsi distribusi : kebijakan anggaran desa harus memperhatikan rasa keadilan bagi masyarakat desa;

(93)

1.

1.

Pembuatan

Pembuatan

Kebijakan

Kebijakan

dan

dan

Pengawasan:

Pengawasan:

meningkatkan

perumusan

kebijakan

dengan

meningkatkan

perumusan

kebijakan

dengan

menyediakan dasar-dasar yang memadai bagi para

menyediakan dasar-dasar yang memadai bagi para

pengambil

keputusan

untuk

mengajukan

pengambil

keputusan

untuk

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai kebutuhan dan

pertanyaan-pertanyaan mengenai kebutuhan dan

kinerja pelayanan serta membuat keputusan

kinerja pelayanan serta membuat keputusan

realokasi sumber daya jika diperlukan.

realokasi sumber daya jika diperlukan.

2.

2.

Arahan operasional: memberikan cara yang lebih

Arahan operasional: memberikan cara yang lebih

sistematis bagi para Kepala Desa dan BPD untuk

sistematis bagi para Kepala Desa dan BPD untuk

mendeteksi kekuatan dan kelemahan operasional

mendeteksi kekuatan dan kelemahan operasional

serta melakukan analisa yang berkelanjutan.

serta melakukan analisa yang berkelanjutan.

3.

3.

Akuntabilitas: membantu pemerintahan desa dalam

Akuntabilitas: membantu pemerintahan desa dalam

memperoleh kepercayaan masyarakat dengan

memperoleh kepercayaan masyarakat dengan

memperlihatkan hasil yang baik dan pendapatan

memperlihatkan hasil yang baik dan pendapatan

yang diterima.

(94)

4.

4.

Perencanaan: memfasilitasi perencanaan strategis

Perencanaan: memfasilitasi perencanaan strategis

dan operasional dengan cara menyediakan

dan operasional dengan cara menyediakan

informasi yang dibutuhkan dalam menetapkan

informasi yang dibutuhkan dalam menetapkan

tujuan dan sasaran serta merencanakan

tujuan dan sasaran serta merencanakan

program-program untuk mencapai tujuan dan sasaran.

program untuk mencapai tujuan dan sasaran.

5.

5.

Pengelolaan: memperbaiki dasar bagi identifikassi

Pengelolaan: memperbaiki dasar bagi identifikassi

awal dari adanya penurunan efisiensi operasional

awal dari adanya penurunan efisiensi operasional

dan cara untuk memperlihatkan seberapa efisien

dan cara untuk memperlihatkan seberapa efisien

sumber daya digunakan dalam menyediakan

sumber daya digunakan dalam menyediakan

pelayanan dan pencapaian tujuan.

pelayanan dan pencapaian tujuan.

6.

6.

Penganggaran: memperbaiki proses anggaran

Penganggaran: memperbaiki proses anggaran

dengan sebisa mungkin membuat keputusan yang

dengan sebisa mungkin membuat keputusan yang

obyektif mengenai alokasi dan redistribusi sumber

obyektif mengenai alokasi dan redistribusi sumber

daya, pengurangan biaya, dan menginvestasikan

daya, pengurangan biaya, dan menginvestasikan

kelebihan/surplus dana.

kelebihan/surplus dana.

7.

7.

Pengawasan Kerja: mencapai kinerja yang lebih

Pengawasan Kerja: mencapai kinerja yang lebih

baik dengan memberikan dasar yang obyektif bagi

baik dengan memberikan dasar yang obyektif bagi

penetapan target kinerja serta memberikan

penetapan target kinerja serta memberikan

masukan insentif.

(95)

Keuangan desa dikelola berdasarkan

Keuangan desa dikelola berdasarkan

azas-azas transparan, akuntabel,

azas-azas transparan, akuntabel,

partisipatif serta dilakukan dengan

partisipatif serta dilakukan dengan

tertib dan disiplin anggaran;

tertib dan disiplin anggaran;

Pengelolaan keuangan desa dikelola

Pengelolaan keuangan desa dikelola

dalam masa 1 (satu) tahun anggaran

dalam masa 1 (satu) tahun anggaran

yakni mulai tanggal 1 Januari sampai

yakni mulai tanggal 1 Januari sampai

dengan tanggal 31 Desember.

(96)

1.

1. Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan

mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa

mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa

yang dipisahkan;

yang dipisahkan;

2.

2. Kepala Desa mempunyai kewenangan:Kepala Desa mempunyai kewenangan:

menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesamenetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesamenetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desamenetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa  menetapkan bendahara desamenetapkan bendahara desa

menetapkan petugas yang melakukan pemungutan menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; dan

penerimaan desa; dan

menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.

milik desa.

3.

3. Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan

desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan

desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan

Desa (PTPKD);

Desa (PTPKD);

4.

4. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) adalah Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) adalah

Perangkat Desa, terdiri dari:

Perangkat Desa, terdiri dari:

(97)

5.

5.

Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator

Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator

pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan

pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan

bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

6.

6.

Sekretaris Desa mempunyai tugas:

Sekretaris Desa mempunyai tugas:

a.

a.

Menyusun

Menyusun

dan

dan

melaksanakan

melaksanakan

Kebijakan

Kebijakan

Pengelolaan APBDesa.

Pengelolaan APBDesa.

b.

b.

Menyusun

Menyusun

dan

dan

melaksanaan

melaksanaan

Kebijakan

Kebijakan

Pengelolaan Barang Desa.

Pengelolaan Barang Desa.

c.

c.

Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan

Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan

APBDesa

dan

pertanggung

jawaban

APBDesa

dan

pertanggung

jawaban

pelaksanaan APBDesa.

pelaksanaan APBDesa.

d.

d.

Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa

Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa

tentang Pelaksanaan Peraturan Desa tentang

tentang Pelaksanaan Peraturan Desa tentang

APBDesa dan Perubahan APBDesa.

APBDesa dan Perubahan APBDesa.

7.

7.

Kepala Desa menetapkan Bendahara Desa

Kepala Desa menetapkan Bendahara Desa

dengan Keputusan Kepala Desa.

(98)

1.

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri dari:Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri dari:

Pendapatan Desa;Pendapatan Desa;Belanja Desa; dan Belanja Desa; dan Pembiayaan Desa.Pembiayaan Desa.

2.

2. Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui

rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun

rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun

anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

3.

3. Pendapatan Desa terdiri dari:Pendapatan Desa terdiri dari:

Pendapatan Asli Desa (PADesa);Pendapatan Asli Desa (PADesa);Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;

Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;Alokasi Dana Desa (ADD);Alokasi Dana Desa (ADD);

Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

Peerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;

Peerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;

Hibah;Hibah;

(99)

4.

4. Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa

yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun

yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun

anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali

anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali

oleh desa.

oleh desa.

5.

5. Belanja Desa terdiri dari:Belanja Desa terdiri dari:

a.

a. Belanja langsung, Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan merupakan belanja yang dianggarkan

terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan.

kegiatan.

b.

b. Belanja tidak langsung, Belanja tidak langsung, yang dianggarkan tidak terkait yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

6.

6. Belanja Langsung terdiri dari:Belanja Langsung terdiri dari:

a.

a. Belanja Pegawai;Belanja Pegawai;

b.

b. Belanja Barang dan JasaBelanja Barang dan Jasa

c.

c. Belanja Modal;Belanja Modal;

7.

7. Belanja Tidak Langsung terdiri dari:Belanja Tidak Langsung terdiri dari:

a.

a. Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;

b.

b. Belanja Subsidi;Belanja Subsidi;

c.

c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);

d.

d. Belanja Bantuan Sosial;Belanja Bantuan Sosial;

e.

e. Belanja Bantuan Keuangan;Belanja Bantuan Keuangan;

f.

(100)

8.

8. Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan

kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan

maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

9.

9. Pembiayaan Desa terdiri dari:Pembiayaan Desa terdiri dari:

a.

a. Penerimaan Pembiayaan; danPenerimaan Pembiayaan; dan

b.

b. Pengeluaran Pembiayaan.Pengeluaran Pembiayaan.

10.

10. Penerimaan Pembiayaan mencakup:Penerimaan Pembiayaan mencakup:

a.

a. Sisa Sisa lebih lebih perhitungan perhitungan anggaran anggaran (SilPA) (SilPA) tahun tahun

sebelumnya.

sebelumnya.

b.

b. Pencairan Dana Cadangan.Pencairan Dana Cadangan.

c.

c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

d.

d. Penerimaan PinjamanPenerimaan Pinjaman

11.

11. Pengeluaran Pembiayaan mencakup:Pengeluaran Pembiayaan mencakup:

a.

a. Pembentukan Dana Cadangan.Pembentukan Dana Cadangan.

b.

b. Penyertaan Modal Desa.Penyertaan Modal Desa.

c.

(101)

STRUKTUR APBDES

1. PENDAPATAN :

1. PENDAPATAN : • Pendapatan Asli DesaPendapatan Asli Desa

Bagi Hasil PajakBagi Hasil Pajak

Bagian dari RetribusiBagian dari Retribusi

ADDADD

Bantuan KeuanganBantuan Keuangan

HibahHibah

Sumbangan pihak ketigaSumbangan pihak ketiga 2. BELANJA :

2. BELANJA : A. BELANJA TIDAK LANGSUNGA. BELANJA TIDAK LANGSUNGBelanja Pegawai/Penghsln TetapBelanja Pegawai/Penghsln Tetap

Tambahan Penghasilan PDTambahan Penghasilan PD

Belanja Op KadesBelanja Op Kades

Belanja SubsidiBelanja Subsidi

Belanja HibahBelanja Hibah

Belanja Bantuan SosialBelanja Bantuan Sosial

Belanja tidak terdugaBelanja tidak terduga B. BELANJA LANGSUNG

B. BELANJA LANGSUNG • Belanja pegawaiBelanja pegawai

Belanja barang dan jasaBelanja barang dan jasa

Belanja ModalBelanja Modal 3. PEMBIAYAAN :

3. PEMBIAYAAN : A. PENERIMAANA. PENERIMAANSiLPASiLPA

Pencairan dana cadanganPencairan dana cadangan

Hasil penjualan kekayaan desaHasil penjualan kekayaan desa B. PENGELUARAN

B. PENGELUARANPembentukan dana cadanganPembentukan dana cadangan

(102)
(103)

a.

a.

RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun

RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun

merupakan penjabaran dari visi dan misi dari

merupakan penjabaran dari visi dan misi dari

Kepala Desa yang terpilih;

Kepala Desa yang terpilih;

b.

b.

Setelah berakhir jangka waktu RPJMD, Kepala

Setelah berakhir jangka waktu RPJMD, Kepala

Desa terpilih menyusun kembali RPJMD untuk

Desa terpilih menyusun kembali RPJMD untuk

jangka waktu 5 (lima) tahun;

jangka waktu 5 (lima) tahun;

c.

c.

RPJMDesa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan

RPJMDesa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan

setelah Kepala Desa dilantik;

setelah Kepala Desa dilantik;

d.

d.

Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan

Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan

Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan

penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil

penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil

Musyawarah Rencana Pembangunan Desa;

Musyawarah Rencana Pembangunan Desa;

e.

e.

Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat

Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat

akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.

(104)

RPJM Daerah RPJP Daerah RKP RPJM Nasional RPJP Nasional RKP Daerah Renstra

KL Renja - KL

Renstra

SKPD Renja - SKPD

RAPBN RAPBD RKA-KL RKA - SKPD APBN Rincian APBN APBD Rincian APBD Diacu Pedoman Dijabar -kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabar -kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Diacu

Diserasikan melalui Musrenbang

Pe m erin ta h Pu sa t Pe m erin ta h D ae ra h RPJM

Desa DesaRKP

Prog-ram Kegia-tan

RAPB Des RKA - DESA APB Des Rincian APBDes Diacu Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabar -kan Pedoman Pedoman Diacu

Diserasikan melalui Musrenbang

(105)

a.

a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa

tentang APBDesa berdasarkan pada RKPDesa;

tentang APBDesa berdasarkan pada RKPDesa;

b.

b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan

Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa untuk

Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa untuk

memperoleh persetujuan;

memperoleh persetujuan;

c.

c. Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan

Desa kepada BPD untuk dibahas bersama dalam

Desa kepada BPD untuk dibahas bersama dalam

rangka memperoleh persetujuan bersama;

rangka memperoleh persetujuan bersama;

d.

d. Penyampaian rancangan Peraturan Desa paling lambat Penyampaian rancangan Peraturan Desa paling lambat

minggu pertama bulan November tahun anggaran

minggu pertama bulan November tahun anggaran

sebelumnya;

sebelumnya;

e.

e. Pembahasan Pembahasan menitikberatkan menitikberatkan pada pada kesesuaian kesesuaian

dengan RKPDesa;

dengan RKPDesa;

f.

f. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang

telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh

telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh

Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja

Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja

disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi;

disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi;

g.

g. Rancangan Rancangan Peraturan Peraturan Desa Desa tentang tentang APBDesa APBDesa

ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD

ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD

Kabupaten/ Kota ditetapkan.

(106)

a.

a. Bupati/Walikota harus menetapkan Evaluasi Rancangan Bupati/Walikota harus menetapkan Evaluasi Rancangan

APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja;

APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja;

b.

b. Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu dimaksud, Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu dimaksud,

Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan

Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan

Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa;

Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa;

c.

c. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi

Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan

Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan

kepentingan umum dan peraturan perun

Gambar

Gambar Apa ?

Referensi

Dokumen terkait

Dalam praktiknya, sebagian kebijakan diwujudkan atau nyata terlihat dari program dan kegiatan yang diagendakan pada tahun 2015, yang secara implisit disebutkan

Evalusi granul kering, hasil kecepatan alir, sudut diam dan kelembaban, serta pengamatan tablet hisap dengan parameter kekerasan, kerapuhan, keseragaman bobot dibandingkan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompresi JPEG yang disimulasikan dengan perangkat lunak menggunakan tiga citra digital ternyata dapat memberikan hasil berupa kualitas

Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji

Dari hasil kuesioner yang terdiri dari 17 atribut ,didapatkan ada enam atribut yang menunjukan ketidak puasan pelanggan pelanggan terhadap koperasi XX yaitu atribut

Hasil menunjukkan, dari total perolehan persepsi responden dengan metode Weighted Servqual sebesar 1.90, Pelayanan Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

20 Pada penelitian ini pun menunjukkan hal yang sama, yaitu gejala saluran pernapasan tidak sensitif untuk mendiagnosis PPOK, yang terlihat dari hasil tabulasi silang kombinasi dua

Dari uraian permasalahan yang telah dikemukakan di atas, nampaknya pengembangan sayur organik di Usaha Agribisnis Sayur Organik P4S Eka Setia Lestari Desa Bangli, Kecamatan