• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA

SISWA KELAS IV

Ni Kadek Sri Lestari1, Putu Nanci Riastini2, I Made Suarjana3

123Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: e-mail: deksri46@yahoo.com

1

,cherm_currie@yahoo.com

2

,

suarjana_undiksha@yahoo.co.id

3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA dengan penerapkan model pembelajaran Scramble pada siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 11 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan metode tes. Data yang diperoleh dianalisis untuk menghitung mean dan persentase

mean. Pada siklus I, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pertemuan I adalah 68,61% dan persentase keaktifan belajar siswa pertemuan II adalah 71,91% berada pada kategori cukup. Persentase rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 76,6% berada pada kategori cukup. Pada siklus II, keaktifan dan hasil belajar siswa mengalamai peningkatan. Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pertemuan I adalah 80,30%, dan persentase keaktifan belajar siswa pada pertemuan II adalah 87,07% berada pada kategori baik. Persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 87,90% berada pada kategori baik. Hasil penelitian siklus I dan II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci : scramble, keaktifan belajar, hasil belajar.

This study is aims to improve the students activeness and learning outcome of science subject with the implementation of Scramble learning model on the 4th grade students

on even semester in SDN 6 Tiga Susut district, Bangli regency in the academic year of 2015/2016. The type of this study is classroom action research that was conducted in two cycles. The subjects of the study were 11 eighth grade students. The data collection of this study was conducted through observation and testing method. The data were analyzed to calculate the mean and the mean percentage. In the first cycle, the average percentage of students learning activeness first meeting is 68.61% and the percentage of students learning activeness meeting II was 71.91% in the category enough. The average percentage results obtained students learn science in the first cycle of 76.60% in the category enough. In the second cycle, activity and learning outcomes of students experiencing an increase. The average percentage of students learning activeness first meeting is 80.30%, and the percentage of students' learning activeness in meeting II was 87.07% in the good category. The average percentage of student learning outcomes in the second cycle of 87.90% in the good category.The result of the study from cycle I and cycle II showed that there was an increase of percentage in students activeness and learning outcome in Science learning in 4th grade students in even

semester in SDN 6 Tiga Susut district, Bangli regency in the academic year of 2015/2016.

(2)

2

Pendahuluan

Pendidikan yang bermutu tentu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif. Menurut teori medan (dalam Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S, 2003: 23), dinyatakan bahwa “dalam merencanakan suatu pengajaran tujuan harus dipilih yang bermakna bagi siswa dan dirumuskan sejelas mungkin”. Artinya, pembelajaran dikatakan efektif bila siswa memperoleh pengalaman bermakna bagi dirinya melalui pembelajaran yang dilakukannya.

Guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran yang dilakukan siswa. Aunurrahman (2012) menyatakan bahwa cara belajar yang dialami siswa ditentukan oleh kemampuan guru mengenai sifat, tujuan materi, sumber belajar, suasana belajar, dan cara guru mengemas pembelajaran agar menarik dan menumbuh keantusiasan siswa untuk belajar. Selanjutnya menurut Uno (2012), proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas banyak mengalami hambatan karena perbedaan karakteristik siswa yang tidak diperhatikan. Artinya, jika seorang guru mampu memilih dan menentukan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, maka proses belajar mengajar di kelas dapat berlangsung dengan baik. Hal tersebut berdampak baik terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran yang demikian juga seharusnya terjadi dalam pembelajaran IPA, terutama di SD. Dalam proses pembelajarannya, banyak macam cara atau bentuk pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru-guru di dalam kelas untuk membuat siswa belajar bermakna (Uno, 2012). Artinya, dengan pembelajaran yang sesuai pula guru dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Selain itu, guru yang diharuskan membimbing dan mengarahkan siswa untuk menjadi lebih aktif dan kreatif. Keaktifan siswa hendaklah melibatkan siswa itu sendiri dalam belajar dan menemukan sebuah

jawaban, sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik.

Namun sayangnya, keaktifan siswa belajar IPA masih diabaikan. Dalam pembelajaran, sering kali guru hanya menekankan IPA sebagai produk. Menurut Bundu (2006:18) menyatakan, “Aspek produk sains dalam pembelajaran di sekolah dikembangkan dalam pokok-pokok bahasan yang menjadi target program pembelajaran yang harus dikuasai”. Akibatnya, dalam pembelajaran IPA guru kurang melibatkan siswa dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Siswa dapat memahami sesuatu apabila melihat dan melakukan sendiri, sehingga perkembangan kognitif anak berkembang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu, pengalaman belajar yang diperoleh siswa di kelas pun tidak utuh. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered sehingga siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa pun menjadi cenderung pasif dalam pembelajaran. Seringnya rasa malu siswa muncul untuk berkomunikasi membuat kondisi kelas semakin tidak aktif lagi. Hal seperti ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Permasalahan demikian juga terjadi di kelas IV SDN 6 Tiga. Berdasarkan wawancara tanggal 9 Januari 2016 terhadap guru kelas IV dan 3 siswa kelas IV, pembelajaran belum dapat dilaksanakan secara optimal. Guru masih menerapkan model pembelajaran langsung yang lebih menekankan pada teacher centered. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, tanpa adanya interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Belum optimalnya pelaksanaan pembelajaran tersebut bermuara pada rendahnya tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa. Jika dipersentasekan, hanya 45,5 % siswa dari 11 siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Dampak pembelajaran yang demikian adalah tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

(3)

3

Hasil observasi pada tanggal 9 Januari 2016, terungkap dua faktor yang diindikasikan sebagai penyebab rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pertama, pola pembelajaran IPA dominan menggunakan model pembelajaran langsung, khususnya metode ceramah. Kurangnya keberagaman metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas ditengarai sebagai salah satu penyebab masalah. Pembelajaran lebih didominasi dengan metode ceramah sehingga siswa cenderung sebagai pendengar yang pasif. Kondisi yang demikian menyebabkan guru menjejalkan materi kepada siswa dan pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya berpusat pada guru (teacher centered). Selain itu, guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara berkelompok dan melakukan diskusi kelas.

Kedua, guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menampilkan hasil pekerjaannya di depan kelas. Siswa tidak tahu tugas yang dibuatnya sudah benar atau salah. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa juga kurang memahami apa yang sedang dipelajari dan siswa enggan untuk bertanya meskipun mereka belum paham. Kebiasaan siswa yang cenderung hanya menunggu jawaban dan instruksi dari guru nampaknya juga masih dibiarkan tumbuh dan berkembang baik pada diri siswa. Kondisi demikian bermuara pada kepasifan siswa di dalam kelas dan adanya ketidak bermaknaan belajar.

Selanjutnya, hasil studi dokumen yang dilaksanakan tanggal 9 Januari 2016 tampak bahwa pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015, skor rata-rata yang dicapai siswa secara klasikal adalah 63,05. Jika dipersentasekan, persentase rata-rata skor siswa adalah 63,05%. Persentase tersebut berada pada kategori kurang, maka perlu adanya upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk menumbuhkan keaktifannya di kelas. Salah satu model yang sesuai adalah

model pembelajaran Scramble. Menurut Suyatno (2009), model pembelajaran Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran yang disajikan dalam bentuk kartu dengan mencari pasangan jawaban dari pertanyaan yang jawabannya tersusun secara acak. Menurut Komalasari (2010), model ini mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan secara kreatif dengan menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak. Dengan penerapannya, diharapkan keaktifan siswa dapat ditingkatkan. Jika keaktifan siswa meningkat, maka hasi belajarnya pun menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian tindakan kelas untuk menyelesikan masalah di atas. Penelitian yang dilakukan berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV Semester Genap SDN 6 Tiga Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016”..

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) apakah dengan penerapan model pembelajaran Scramble dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016, 2) apakah dengan penerapan model pembelajaran Scramble dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016.

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pembelajaran Scramble, 2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pembelajaran Scramble.

(4)

4

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 6 Tiga yang berjumlah 11 orang. Objek penelitian ini adalah keaktifan, hasil belajar siswa dan model pembelajaran Scramble. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas karena bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif. Pihak yang melakukan tindakan kelas adalah guru itu sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti. Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 (Tiga) kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Tahapan tindakan siklus dijelaskan sebagai berikut.

Perencanaan, Kegiatan yang

dilakukan pada langkah perencanaan tindakan ini yaitu (1) menentukan materi-materi yang dibahas dalam penelitian yang sesuai dengan silabus pembelajaran IPA yang ada, (2) menyiapkan alat dan bahan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, seperti media pembelajaran, buku ajar dan alat-alat tulis, (3) menyusun Instrumen pengumpulan data keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

Tindakan, Setiap tindakan siklus

dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yaitu (1) siswa membaca materi yang dipelajari dan mengamati media pembelajaran yang diperlihatkan oleh guru, (2) siswa dibimbing guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dibaca, (3) siswa bersama teman kelompok melakukan diskusi mencari jawaban dari pertanyaan atau pasangan yang diberikan guru dengan menyusun huruf-huruf yang tersusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban, (4) siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, (5) guru meluruskan materi yang telah dipelajari oleh siswa, (6) siswa diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum

dipahami, (7) guru memberikan umpan balik, penguatan, dan melakukan refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan.

Observasi, Selama pelaksanaan

tindakan berlangsung, dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran secara berkelanjutan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan penerapan model Scramble dan keseluruhan proses pembelajaran. Hasil observasi ini dicatat dalam bentuk catatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran sebagai bahan refleksi. Evaluasi dilakukan pada akhir pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang dievalusasi adalah keaktifan dan hasil belajar siswa.

Refleksi, refleksi ini bertujuan

untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa. Kemudian berdasarkan hasil refleksi itu, direncanakan tindakan pada siklus berikutnya. Tetapi, jika keaktifan belajar telah mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dihentikan.

Metode pengumpulan data keaktifan dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan pengumpulan data hasil belajar IPA pada ranah kognitif menggunakan metode tes. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data keaktifan dan hasil belajar IPA adalah lembar observasi keaktifan belajar siswa dan tes pilihan ganda.

Data keaktifan dan hasil belajar IPA dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menghitung rata-rata (mean) skor keaktifan dan hasil belajar IPA. Hasil perhitungan persentase yang diperoleh selanjutnya data yang diperoleh dikonversikan kedalam PAP skala lima sesuai Tabel 1.

(5)

5

Tabel 1. Kategori penggolongan Keaktifan

dan Hasil belajar berdasarkan PAP Skala 5 Tingkat Penguasaan (%) Kategori 90 – 100 Sangat Baik 80 – 89 Baik 65 – 79 Cukup 55 – 64 Kurang 0 – 54 Sangat Kurang Kriteria keberhasilan adalah standar yang ditetapkan sebagai acuan patokan atau tolak ukur keberhasilan. Penilaian dinyatakan berhasil jika kelas telah mencapai persentase keterampilan berbicara sebesar 80% atau dalam kategori baik.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 6 Tiga tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 11 orang. Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPA dengan menggunakan model pembelajaran Scramble. Setiap siklus dilakukan dalam tiga kali pertemuan yaitu yaitu 2 (dua) kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan 1 (satu) kali pertemuan untuk evaluasi hasil belajar siswa.

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 dengan materi sumber-sember energi panas, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 1 April 2016 dengan materi energi alternatif dan tes hasil belajar IPA dilaksanakan pada tanggal 6 April 2016.

Hasil observasi yang dilaksanakan setiap pembelajaran berlangsung, ditemukan bahwa keaktifan belajar dan hasil belajar siswa masih rendah, hal tersebut disebabkan karena dalam melakukan diskusi siswa masih main-main dan hanya mengandalkan satu orang teman saja, siswa masih malu-malu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, dan kurangnya variasi media yang digunakan guru sehingga siswa

merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pembelajaran.

Refleksi pada siklus I yaitu 1) proses pembelajaran pada siklus I secara umum berjalan belum dapat berjalan secara optimal sesuai dengan rencana yang diharapkan, 2) dalam kegiatan tanya jawab, dari 11 orang siswa hanya 3 orang siswa yang mau menjawab pertanyaan guru. Siswa masih merasa malu-malu dan takut salah untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, 3) dalam kegiatan diskusi, siswa masih kurang aktif. Hanya 1 sampai 2 orang yang benar-benar mengerjakan tugas yang diberikan dalam kelompoknya. Siswa lainnya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, misalnya mengobrol dan bermain, Siswa masih terburu-buru dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa memerhatikan dan mengecek jawaban yang dibuat, 4) guru sudah menggunakan media pembelajaran, tetapi masih kurang bervariasi sehingga siswa cenderung merasa bosan dan jenuh saat mengikuti proses pembelajaran, 5) guru sudah memberikan reward kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan tetapi masih kurang bervariasi.

Tindakan perbaikan yang diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu 1) variasi penguatan, variasi penguatan dilakukan dengan cara memberikan reward berupa tepuk tangan atau hadiah kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan dan nasehat-nasehat yang dapat memotivasi siswa, 2) variasi media, Penggunaan media yang bervariasi sangat perlu dilakukan. Siswa tidak akan merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dalam proses pembelajaran media yang digunakan tidak hanya gambar. Selain media gambar, media yang dapat digunakan yaitu media konkret yang ada di sekitar siswa, 3) peningkatan pengelolaan kelas ini dilakukan dengan cara menekankan kembali proses pembelajaran yang diterapkan lebih mengutamakan aktivitas siswa secara optimal di dalam kelas dan Selain itu, guru memberikan petunjuk kepada siswa yang belum paham dalam penerapan model pembelajaran Scramble.

(6)

6

Pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 21 April 2016 dengan materi model mainan yang menunjukan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016 dengan materi perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sesuai dengan perbaikan pada siklus I. Tes hasil belajar IPA dilaksanakan pada 29 April 2016.

Hasil observasi yang dilaksanakan setiap pembelajaran siklus II, ditemukan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Scramble keaktifan dan hasil belajar siswa sudah meningkat, hal tersebut terlihat dari keantusiasan siswa ketika guru mengajukan pertanyaan, 8 dari 11 siswa mau menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan dalam kegiatan diskusi, semua siswa sudah ikut serta dan tekun dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang awalnya malu-malu untuk menjawab maupun bertanya, setelah penerapan model pembelajaran Scrambel dan memberikan penghargan berupa tanda bintang sudah tidak malu-malu untuk menjawab maupun bertanya. Hal tersebut berdampak pula terhadap hasil belajar siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan.

Tindakan siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Melalui perbaikan proses pembelajaran serta penilaian

tindakan siklus II. Pada siklus II sudah tampak adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA. Adapun temuan-temuan selama siklus 2 adalah sebagai berikut. 1) proses pembelajaran telah dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan. Kondisi dan situasi belajar siswa pada setiap pertemuan sudah menunjukkan situasi belajar yang kondusif. Hal ini menyebabkan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai, 2) dalam melakukan diskusi dan menyampaikan hasil diskusi, semua siswa tidak ada yang bermain-main. Siswa juga sudah mau dengan tekun mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bersama-sama, 3) dari 11 orang siswa, 8 orang siswa sudah berani dalam menjawab, bertanya maupun mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa sudah aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, 4) hasil tes akhir siklus II menunjukkan hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Scramble, maka keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 6 Tiga Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2 Ringkasan Persentase Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Tahap Persentase Kategori Pertemuan I Pertemuan II Siklus I 68,16% 71,91% Cukup Siklus II 80,30% 87,07% Baik

Perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini mampu meningkatkan rata-rata keaktifan siswa. rata-rata-rata-rata keaktifan siswa pada siklus I pertemuan I sebesar 68,16% telah meningkat pada siklus II menjadi 87,07%. Hal tersebut membuktikan keaktifan belajar siswa jika dilihat dari tiap pertemuan dari siklus I

sampai siklus II terus meningkat dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan, yaitu 80%.

(7)

7

Tabel 3. Ringkasan Persentase Rata-rata

Hasil Belajar IPA pada Siklus I dan Siklus II Tahap Persentase Rata-rata Hasil Belajar IPA Kategori Siklus I 76,60% Cukup Siklus II 87,90 % Baik

Tabel diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar IPA. Pada siklus I rata-rata hasil belajar IPA sebesar 76,60% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 87,90% dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan, yaitu 80%. Dengan demikian, siklus dihentikan sampai siklus II.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 6 Tiga. Berdasarkan hasil penelitian, persentase rata-rata keaktifan siswa pertemuan I & II pada siklus I berturut-turut adalah 68,16%, 71,91%. Jika dikonversikan berdasarkan PAP skala 5, maka keaktifan belajar yang diperoleh pada siklus I berada pada kategori cukup. Selanjutnya, persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 76,60% berada pada kategori cukup. Pada siklus II, persentase rata-rata keaktifan siswa pertemuan I adalah 80,30%, persentase rata-rata keaktifan siswa pertemuan II adalah 87,07%, dan hasil belajar siswa adalah 87,9%. Jika dikonversikan berdasarkan PAP skala 5, maka keaktifan dan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II berada pada kategori baik.

Penerapan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 6 Tiga. Keaktifan dan hasil belajar mengalami peningkatan dari kategori cukup ke kategori baik setelah melalui dua siklus. Peningkatan keaktifan dan

hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Scramble menyebabkan siswa antusias mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran ini mengajak siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan permainan. Siswa menjadi lebih tertarik dengan kegiatan yang melibatkan siswa itu sendiri dibandingkan dengan mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan saling berbagi informasi dalam belajar kelompok, sehingga dapat menumbuhkan interaksi yang aktif antara siswa dengan guru maupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini dapat menumbuhkan keaktifan pada siswa, baik sebagai penerima informasi maupun penyampai informasi. Dengan meningkatnya keaktifan siswa, maka meningkat pula hasil belajar siswa. Oleh karena itu hasil belajar tergantung kepada keterlibatan siswa itu sendiri dalam proses pembelajaran. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Hadiat dan Kertiyasa (1976:51) yang menyatakan bahwa ”semakin anak didik turut serta secara aktif melakukan kegiatan semakin baik hasilnya”.

Faktor kedua adalah guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat, berdiskusi, dan mencari tahu kebenaran dari tugas yang dibuat dengan cara bertanya maupun mengemukakan ide yang mereka miliki. Kegiatan ini membuat siswa menjadi lebih memahami apa yang mereka pelajari karena siswa mencari tahu sendiri kebenaran tugas tersebut. Pembelajaran akan bermakna dengan kegiatan demikian, sehingga hasil belajar siswa pun menjadi meningkat. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2013) yang menyatakan bahwa dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan mencari pemecahan masalah sendiri. Kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa dan tidak selalu menggantungkan diri pada orang

(8)

8

lain. Dampaknya adalah hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

Ketiga, penggunaan media pembelajaran memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran dapat meningkatkan minat dan memotivasi siswa, sehingga siswa akan lebih bersemangat dan berperan aktif untuk mengikuti proses pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat membantu siswa menyerap materi yang dipelajari lebih mendalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa masih kurang memahami pelajaran. Tetapi, jika dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pembelajaran tersebut, pemahaman terhadap materi akan lebih baik dan hal ini akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Susilana dan Cepi Riyana (2009) yang menyatakan media pembelajaran secara umum memiliki kegunaan, yaitu sebagai berikut. 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra, 3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

Faktor yang terakhir adalah pemberian penghargaan (reward). Ketertarikan siswa untuk belajar juga tergantung pada langkah guru memberikan penghargaan atau hadiah untuk membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi antusias setelah diberikan penghargaan berupa tepuk tangan dan tanda bintang. Dalam kegiatan belajar mengajar, reward dapat mendorong siswa untuk meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar dan hasil belajarnya. Selain itu, reward dapat juga digunakan untuk memotivasi siswa untuk selalu aktif menjawab, bertanya, menyampaikan gagasan/ ide, dan tidak merasa malu-malu dalam menyampaikan hasil diskusinya, sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pemberian reward mempunyai pengaruh yang penting terhadap hasil belajar siswa. Siswa cenderung lebih bersemangat dan

tekun belajar apabila usaha yang dilakukan nanti diberi suatu penghargaan. Siswa akan termotivasi untuk meningkatkan usaha dalam kegiatan belajar dengan penghargaan tersebut sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2003) yang menyatakan bahwa jika reward yang diberikan dengan tepat, dapat mengakibatkan siswa mempunyai sikap yang positif dan meningkatkan motivasi siswa. Siswa menjadi terdorong untuk melakukan usaha dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pemberian reward dapat dimanfaatkan untuk memotivasi belajar siswa, yang berorientasi pada keberhasilan belajar siswa. Penjelasan yang sejalan juga dinyatakan oleh Uno (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi motivasi siswa dalam belajar, maka hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi.

Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian yang mendukung adalah sebagai berikut. (1) hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Devi (2012) mengungkapkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA setelah menerapkan model pembelajaran Scramble berbantuan Multimedia pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Delod Brawah Jembrana. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar sebesar 68,70% pada siklus I kategori sedang menjadi 83,87% kategori tinggi pada siklus II, (2) Penelitian yang dilakukan Suryanta (2014) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model Scramble berbantuan media gambar animasi dan kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan penelitian, diperoleh thitung = 3,18 > ttabel =

2,00; Berdasarkan rata-rata hasil belajar IPA, diketahui siswa yang mengikuti model pembelajarn Scramble berbantuan media animasi lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

(9)

9

konvensional( 1 77,05 2 69,21   X X ).

Dapat disimpulkan model pembelajaran Scramble berbantuan media animasi gambar komputer berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester 1 SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dikatakan telah berhasil karena kriteria yang diterapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa penerapan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016.

PENUTUP

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) penerapan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan keaktifan dari siklus I sampai dengan siklus II. Pada siklus I, persentase rata-rata keaktifan siswa pertemuan I sebesar 68,16% dan persentase rata-rata keaktifan siswa pertemuan II sebesar 71,91%. Persentase keaktifan siswa yang diperoleh pada siklus I berada pada kategori cukup. Selanjutnya pada siklus II, persentase rata-rata keaktifan siswa pertemuan I sebesar 80,30% dan persentase rata-rata keaktifan siswa pertemuan II sebesar 87,07%. Persentase keaktifan siswa yang diperoleh pada siklus II berada pada kategori baik, 2) Penerapan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap SDN 6 Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II. Pada siklus I, persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,6%, berada pada kategori cukup. Selanjutnya pada siklus II, persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 87,9%, berada pada kategori baik.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian tindakan ini adalah 1) guru yang mengajar di kelas IV di SDN 6 Tiga agar dapat melanjutkan menerapkan model Scramble secara berkelanjutan sebagai suatu alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, 2) bagi kepala sekolah, sosialisasi penggunaan model Scramble sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 6 Tiga, 3) bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih lanjut penggunaan model pembelajaran Scramble, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi sehingga kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat diperbaiki pada penelitian berikutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses pembuatan skripsi ini, banyak bantuan yang diperoleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada yang terhormat Putu Nanci Riastini, S.Pd.,M.Pd dan Drs. I Made Suarjana, M.Pd yang selama ini telah memberikan arahan dan bimbingannya.

DAFTAR RUJUKAN

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan

Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Devi, Ni Putu Murtika. 2012. “Penerapan

Model Pembelajaran Scramble berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Delodbrawah Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana semester 1 Tahun ajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha.

(10)

10

Hadiat dan I Nyoman Kertiasa. 1976.

Metodologi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ibrahim. R & Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Konstektual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran. 2009. Bandung: CV Wacana Prima.

Uno, Hamzah. B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

---. Hamzah B. 2012. Model Pembelajaran Menciptkan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan inovatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 2 Ringkasan Persentase Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II  Tahap  Persentase  Kategori  Pertemuan I  Pertemuan II  Siklus I  68,16%  71,91%  Cukup  Siklus II  80,30%  87,07%  Baik
Tabel  diatas  menunjukkan  bahwa  terjadi  peningkatan  rata-rata  hasil  belajar  IPA

Referensi

Dokumen terkait

Ini terbukti dari hasil perhitungan analisis pernyataan responden mengenai e-learning, jawaban responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan secara keseluruhan

Sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai analisis jabatan, maka informan yang dipilih merupakan keseluruhan pegawai yang ada di Bagian Hukum

8) Hubungan saling ketergantungan dengan masing-masing kelompok, hal tersebut dinyatakan adanya persamaan tujuan yang mengacu pada kesatuan kelas sosial, anggotanya

Dilihat dari deskripsi tanaman berat tongkol dengan kelobot tanaman jagung manis yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong rendahHal ini berhubungan dengan panjang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif struktural Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman

Perubahan temperatur sangat mempengaruhi nilai tahanan arus searah, pada suhu standar (20 0 C) dan suhu pada saat operasi (85 0 C) seperti yang terlihat pada analisa

Media sosial Instagram memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan advokasi yang dilakukan Komunitas “Ketimbang Ngemis Yogyakarta”.. Media sosial Instagram dalam

Dengan tujuan tersebut, maka jenis data yang diperlukan akan terdiri dari data primer mengenai kualitas dan karakteristik lahan yang diperoleh dari survei lahan serta data sekunder