HAMA & PENYAKIT PENTING
TANAMAN PEPAYA
Disampaikan pada Bimtek Budidaya Pepaya Gelar Teknologi & Open House, Balitbu Tropika,
6 – 8 April 2021
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Lalat Bactrocera dorsalis complex
Gejala :
• Pada buah yang hampir masak terdapat bintik-bintik hitam bekas tusukan ovipositor lalat buah betina
ketika memasukan telur ke dalam jaringan buah. • Larva yang telah menetas mengeluarkan enzim
perusak atau pencerna yang berfungsi melunakan daging buah sehingga mudah disedot dan dicerna. Enzim ini juga mempercepat pembusukan sehingga buah berwarna coklat, lunak, tidak menarik dan terasa pahit bila dimakan.
HAMA
PENGENDALIAN
• Pembungkusan buah muda
• Pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen atau busuk atau yang terserang lalat buah, lalu dibenamkan dalam tanah dengan kedalaman 30 cm
• Penggemburan tanah di bawah tajuk agar pupa terkena sinar matahari dan mati
• Penggunaan mulsa untuk mencegah pupa masuk ke dalam tanah
• Pengendalian lalat buah skala luas (AWM – Lalat buah): Merupakan Tindakan pengendalian lalat buah yang
mengkombinasikan semua teknik pengendalian (ME block,
Protein bait, Sanitasi) secara berkelanjutan dan terus
menerus
• Pemanfaatan musuh alami Biosteres arisanus, B.
Dilakukan dengan pemasangan wooden block (partikel board yang telah direndam Methyl Eugenol + Fypronil (4 : 1) Jarak pemasangan wooden block 50 x 50 m pada ketinggian 1,5 – 2 m di bawah
Penyemprotan Protein Bait (9
liter air + 1 liter PB + 25 ml
Abamectin) pada saat musin buah dan dilakukan setiap minggu
Disemprotkan pd 4 titik kanopi per tanaman masing-masing 25 ml
sehingga total 100 ml/tanaman
A B
C
A. Biosteres arisanus B. Opius sp
Thrips (Thrips hawaiiensis Morgan)
A B C
Penampakan Thrips tabaci (insert) yang cenderung di daun bagian bawah daun (A), serangan parah berupa keriting (B) dan gejala serangan pada buah (C)
PENGENDALIAN
• Sanitasi lingkungan untuk mengurangi gulma
yang berperan sebagai inang alternatif, terutama gulma yang mempunyai bunga warna kuning.
• Pemberian mulsa bertujuan agar pupa tidak
masuk ke dalam tanah sehingga memutus siklus hidup hama thrips
• Pemakaian insektisida
• Pemanfaatan predator kelompok thrips seperti
Leptothrips mali (Franklinothrips orizabenzis, Scolothrips sexmaculatus, Aeolothrips fasciatus
dan A. kuwanaii)
• Pemanfaatan parasitoid larva seperti Ceranisus
A
E D
C
B
Leptothrips mali (A) , Franklinothrips orizabenzis (B), Scolothrips
sexmaculatus (C), Aeolothrips fasciatus (D) dan A. kuwanaii (E), Ceranisus menes (F)
Kutu Putih (
Paracoccus marginatus Willi. & Gran.) Willink • Pengendalian:• Pengendalian harus dilakukan sejak awal, ketika kutu putih baru tampak satu atau dua ekor.
• Memangkas dan membakar bagian yang terserang kutu putih
• Menyemprot dengan detergen cair yang dicampur sedikit insektisida, seperti Curacron atau Decis
• Menyemprot dengan ekstrak nimba 1%-2%, minyak sereh wangi 2 cc/L, ekstrak daun Tephrosia vogelii, atau ekstrak biji Annona squamosa
• Pemanfaatan cendawan Beauveria
bassiana
• Pemanfaatan parasitoid Anagyrus
loecki, Acerophagous papayae, dan
predator Scymnus taiwanus, Curinus
coeruleus, Chilocorus nigritus
Gejala serangan:
Daun mengkerut, keriting dan selanjutnya menguning.
Buah menjadi hitam diselimuti cendawan embun jelaga,
• Tungau (Tetranychus kanzawai Kishida)
Tungau (A) dan Gejala serangan tungau pada daun (B-C)
B C
BIOEKOLOGI
• Berkelompok pada permukaan bawah daun
serta membentuk jaring-jaring (webbing).
• Siklus hidup jantan: telur, larva, protonimfa,
deutonimfa sampai dewasa 7-10 hari
• Siklus hidup betina: 8-11 hari dan dewasa
mampu hidup 6-19 hari.
• Kawin dan tak kawin (parthenogenesis). Kawin
dapat menghasilkan 36 telur, tidak kawin
menghasilkan 21 telur.
• Secara umum telur yang menetas sebanyak
74%.
PENGENDALIAN
Neoseiulus fallacis dan telur (A), Phytoseiulus persimilis (B), Asca longiseta(C), Asca butuanensis (D) dan Asca labrusca (E)
• Sanitasi lingkungan untuk mengurangi gulma
yang berperan sebagai inang alternatif
• Pemberian mulsa jerami di bawah tajuk
• Penggunaan akarisida secara bergilir (MoA)
mengingat tungau mudah sekali menjadi
resisten terhadap pestisida.
• Ex. Samite 135 EC., Rhenos 36 EC.,
Volvey 80 WG., Mitac 200 EC.
Kutu Sisik Aonidiella orientalis Ferns
A B
C D
Gejala serangan kutu sisik pada batang dan buah pepaya (A, B), dan stadia dewasa Ao. Arientalis (C, D).
Pengendalian
• Penggunaan predator Coccinelidae: Chilocorus
circumdatus (Gyllenhal) dan C. nigrita
• Penggunaan parasitoid Comperiella
lemniscata, Aphytis melinus, dan Encarsia
citrina
• Penyemprotan dengan mineral oil, insektisida
Curacron, Decis dan Mipcinta
Predator hama Ao. Orientalis, kumbang Chilocorus circumdatus dewasa (A) dan larva (B), C. nigrita (C) dan parasitoid Comperiella lemniscata (D), Aphytis melinus (E), dan
Encarsia citrina (F) A B F E D C
Kutu Aphids
(Aphis gossypii Glover, Myzuz persicae Sulzer,
Pengendalian
• Penyemprotan cairan mimba memberikan hasil yang efektif dan efisien
• Pengendalian dengan insektisida memberikan hasil yang efektif tetapi hanya dalam kurun untuk waktu yang
singkat karena hama ini mudah sekali menjadi resisten (Decis dan Curacron).
• Umpan perangkap semut sebagai pembawa aphid
• Penggunaan entomopathogenik jamur Verticillium lecanii menunjukkan hasil yang efektif dan efisien.
• Pemanfaatan parasitoid Aphidius matricariae, dan Diaretus chenopodiaphidis Ashmead
• Penggunaan predator Aphidoletes aphidimyza, Aphidius gifuensis, Ephedrus cerasicola, Aphidius colemani dan Aphelinus abdominalis
A
B C D
E F G
Verticillium lecanii (A), Aphidius matricariae (B), Aphidoletes aphidimyza (C), Aphidius gifuensis (D), Ephedrus cerasicola (E), Aphidius colemani (F) dan Aphelinus
PENYAKIT
SEMUA MIKROORGANISME PERUSAK SECARA EKONOMI
Busuk Akar dan Pangkal Batang
Penyebab : Jamur Phytophthora palmivora (Butl.)
Butl. , Pythium spp.
Gejala
Mula-mula daun bawah layu, menguning dan
menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Selanjutnya daun-daun yang agak muda juga
menunjukkan gejala yang sama, sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di
Jika digali akar lateral membusuk, mengeluarkan
masa berwarna coklat tua, lunak, dan seringkali
berbau tidak enak. Serangan yang parah dapat
merusak akar tunggang sampai pangkal batang.
Jamur ini juga menyerang tanaman dalam
pembibitan yang dikenal dengan penyakit
semai damping off yang terjadi ketika
kelembaban dan suhu udara tinggi.
Serangan pada buah dimulai dari dekat tangkai
yang ditandai dengan adanya miselium
A
Gejala serangan Phytophthora palmivora pada daun, pangkal batang, pembibitan (Phytium sp.), buah (A, B, C dan D) dan koloni dan spora P. palmivora pada media PDA (E, F)
B C
Pengendalian
• Drainase dan aerasi di pembibitan maupun di kebun harus baik
• Tanah pembibitan perlu beri fungisida
• Rotasi tanaman bukan inang (selain jeruk, coklat, durian, karet, kelapa, lada dan pinang)
• Tanaman sakit segera dibongkar sampai akar-akarnya lalu dibakar
• Serangan pada buah dicegah dengan
penyemprotan fungisida terutama di dekat tangkai buah.
• Sebelum di packing buah direndam dalam larutan Chlorine 100 ppm/liter selama 3 menit atau
Penyakit busuk buah Antraknosa
Penyebab : Colletotrichum gloeosporioides (Penz) Sacc.
Gejala
Serangan pada buah muda ditandai dengan munculnya bercak kecil kebasah-basahan, yang mengeluarkan
getah yang berbentuk bintik.
Pada buah yang menjelang matang muncul bercak-bercak kecil bulat kebasah-basahan berwarna coklat kemerahan. Bila buah bertambah masak, bulatan-bulatan tadi semakin besar dan busuk cekung ke arah dalam buah.
Pada daun, terjadi bercak kecil kebasah-basahan dan
bentuknya tidak teratur, meluas berwarna coklat muda, yang sudah lanjut, pusatnya berwarna putih kelabu,
A B C
D E
Gejala serangan antraknose C. gloeosporioides pada buah dan daun pepeya (A, B, C) dan biakan dan bentuk spora jamur pada media PDA (D, E)
Pengendalian
• Memusnahkan daun dan buah yang bergejala penyakit • Hindari terjadinya pelukaan pada buah sejak masih
muda sampai saat setelah panen (pemetikan, pengangkutan dan penyimpanan)
• Jarak tanam tidak terlalu rapat (minimal 2-3 m x 3 m) • Hindari tumpang sari dengan tanaman inang alternatif
penyakit antraknosa seperti cabai, mangga, pisang dan ubi kayu
• Kebusukan selama penyimpanan dapat dicegah dengan merendam dalam larutan Chlorine 100 ppm/liter selama 3 menit atau Amistartop 250 ppm/liter selama 1 menit • Penggunaan fungisida di lapang dengan bahan aktif
Busuk bakteri Erwinia
Penyebab : bakteri
Bacterium papayae
Gejala
Pada tanaman muda daun menguning dan membusuk.
Setelah beberapa lama bagian tunas-tunas muda mangalami kematian. Pada helain daun yang besar terdapat bercak-bercak kering yang bentuknya
tidak teratur, selanjutnya meluas sepanjang tulang-tulang daun.
Jika penyakit telah meyerang batang, batang akan membusuk, semua daunnya akan gugur dan
A
C
B
D
Gejala serangan bakteri erwinia pada pangkal tunas
Pengendalian
• Konsep budidaya tanaman sehat seperti pemakaian bibit yang sehat, jarak tanam yang tidak terlalu rapat,
pemupukan yang sesuai dengan rekomendasi dan sebagainya.
• Pengendalian serangga pengunjung pada tanaman
pepaya dengan insektisida karena bakteri layu Erwinia di tularkan oleh serangga vektor dari tanaman sakit kepada tanaman sehat
• Melindungi tanaman dengan bakterisida seperti Agrept 20WP (Streptomycin sulfat 25% dan Oksitetrasiklin,
sistemik), Agrimycin (Streptomycin sulfat 15%), Bactoyn (Oksitetrasiklin), Platomycin 7SP (Streptomycin sulfat
6,41%), dll
Papaya Ringspot Virus (PRSV)
Penyebab: PRSV-biotype P dan
PRSV-biotype W
Vektor: Kutu
Myzuz persicae
(Sulzer) (56%)
Aphis gossypii
Glover (53%)
A C
D G
B
F E
Gejala serangan PRSV pada daun (A, B, C), pada batang (D, E) dan buah (F, G)
A B
C D
E F
Myzus persicae (Sulzer) (A, B) Aphis gossypii Glover (C,D) Aphis craccivora Koch. (E,F)
Pengendalian
• Mengeradikasi tanaman sakit pada awal serangan • Mengendalikan vektor kutu aphid untuk
mengurangi penyebaran penyakit
• Tidak menggunakan bagian tanaman (tunas atau biji) sebagai bahan tanam
• Mengeliminasi inang alternatif terutama kelompok
Cucurbitaceae dan kacang-kacangan di sekitar
kebun
• Penyemprotan dengan menggunakan pestida jika terdapat aphid berasosiasi di kebun pepaya
• Pemanfaatan musuh alami, cendawan entomopatogenik, predator, parasitoid
A B C
D E
Beberapa pengendalian aphid dengan menggunakan Verticilum lecanii (A), kumbang coccinelid (B), prasitoid Lesyphlebus (C), lacewing coklat stadium larva (D) dan parasitoid wasp (E).
Mode of Action
• Penggunaan insektisida secara bergilir di dasarkan pada bagian organ serangga yang di rusak (racun
syaraf, pernafasan, mengganggu/mencegah
metamorphosis, menghambat pembentukan sel, anti-feeding, racun saluran pencernakan, gangguan
sintesa ATP di Mitokondria, menghambat biosintesis kitin, merontokan kutikula saat ganti kulit) bukan
CARA KERJA BAHAN AKTIF CONTOH MEREK DAGANG
Racun syaraf Aldikarb, Bendiokarb, Trimetakarb,
Klorfirifos, Monokrotofos, Triazofos Malathion, Diazinon, Dimetoat, Fentoat, Metomil, Karbarir, Pypronil
Lamda-Sihalotrin, Sipermetrin, Deltametrin Abamectin, Lepimektin, Milbemektin
Ficam 80 WP Agrovos 480 EC Regent 50 EC Decis 25 EC Protrin 250 EC Dimectin 18 EC
Metamorfosis disorder Hidropren, Kinopren, Metopren, Piriprosifren Nevweb IGR 200 EC ,
Flytop 250 OD
Menghambat pembetukan sel Metil bromide, Kloropicrin, Sulfuric buorix, Borax,
Tartar emetic
Inbrom 98 LG, Metil-Gas 98 LG
Anti-feeding Pimetrozin, Flonikamid Plenum 50 WG, Moriox
100/150 SC
Racun saluran pencernakan Baccillus thuringiensis (Bt) Bt-Plus
Gangguan sintesa ATP Diafentiuron, Azosiklotin, Siheksatin, Fenbutatin oksid,
Propargit, Klorfenafir, Sulfuramid, DNOC.
Pegasus 500 SC, Fenbutation oksida 550g/l SC
Menghambat biosintesa kitin Bistrifluron, Klorfluazuron, Diflubenzuron, Flusikloksuron,
Flufenoksuron, Heksaflumuron, Buprofezin
Budasi 55 WP, Applaoud 100 EC
Merontokan kutikula saat ganti kulit
Kromafenozid, Halofenozid, Metoksifenozid, Tebufenozid