• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI PERANAN DISIPLIN INDUKTIF ORANGTUA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL YANG DIMEDIASI OLEH EMPATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI PERANAN DISIPLIN INDUKTIF ORANGTUA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL YANG DIMEDIASI OLEH EMPATI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PERANAN DISIPLIN INDUKTIF ORANGTUA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL YANG DIMEDIASI OLEH EMPATI

Oleh: Tiara Faiza Rayesa Thobagus Moh. Nu’man

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2015

(2)

NASKAH PUBLIKASI

PERANAN DISIPLIN INDUKTIF ORANGTUA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL YANG DIMEDIASI OLEH EMPATI

Oleh: Tiara Faiza Rayesa Thobagus Moh. Nu’man

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2015

(3)

NASKAH PUBLIKASI

PERANAN DISIPLIN INDUKTIF ORANGTUA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL YANG DIMEDIASI OLEH EMPATI

Telah Disetujui Pada Tanggal _________________________

Dosen Pembimbing

(4)

THE ROLE PF PARENT’S INDUCTIVE DISCIPLINE TO PROSOCIAL BEHAVIOUR MEDIATED BY EMPATHY

Tiara Faiza Rayesa Thobagus Moh. Nu’man

ABSTRACT

This research is aimed to know the role of parent’s inductive discipline to prososcial behaviour mediated by empathy in senior high school, using 98 students of MAN 1 Yogyakartain grade 11 and 12 as sample of the research. Measuring instruments are used the scale of Prosocial Tendencies Measures (PTM) which compiled by Carlo and Randall (2002) based on six aspects of prosocial behaviour from Carlo and Randall (2002), Interpersonal Reactivity Index (IRI) which compiled by Davis (1983) based on four aspects from Davis (1983), and The Dimension of Discipline Inventory (DDI) compiled by Fauchier and Straus (2007) based on four aspects from Fauchier and Straus (2007). The result pf this research showed that there is role of parent’s inductive discipline to prosocial behaviour mediated by empathy (p=0,0011 (p<0,05))

(5)

PENGANTAR

Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa adanya kehadiran manusia yang lain di lingkungannya. Dalam kehidupannya, manusia selalu membutuhkan orang lain, mulai dari keluarga, kerabat maupun orang lain yang tak dikenal namun berjasa baginya yaitu seperti petani, jasa transportasi, penjual makanan, petugas kebersihan dan sebagainya. Tanpa manusia lainnya, individu tentu tidak akan mampu melakukan semuanya secara sendiri. Perilaku saling membutuhkan dan tolong menolong ini dalam istilah psikologi disebut dengan perilaku prososial.

Perilaku prososial adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun atau perasaan telah melakukan kebaikan (Sears, 1991). Perilaku prososial digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang mempunyai akibat konsekuensi positif bagi pasangan interaksi (Staub, 1984). Menurut Twenge, dkk (2007) perilaku prososial tergantung pada kepercayaan bahwa salah satu bagian dari sebuah komunitas di mana orang saling berusaha untuk membantu, untuk mendukung, dan kadang-kadang untuk mencintai satu sama lain. Oleh karena itu, ketika orang merasa dikecualikan, kecenderungan mereka untuk melakukan perilaku seperti itu menjadi berkurang atau dihapuskan.

Pada kenyataannya, sering ditemukan perilaku individu yang bertolak belakang dengan perilaku prososial. Individu menunjukkan sikap ketidakpeduliannya terhadap orang-orang disekitarnya. Misalnya Gunawan &

(6)

Setyorini (2007) menemukan banyak relawan yang meninggalkan tugasnya tanpa alasan yang jelas. Selain itu, terdapat juga beberapa relawan yang berada di lapangan hanya melihat relawan lain yang sedang membantu atau membantu ketika dimintai bantuan saja. Berdasarkan hasil wawancara peneliti yang dilakukan di lingkungan MAN 1 Yogyakarta misalnya saat ada seorang teman yang mengerjakan piket harian, banyak siswa lainnya yang hanya melihat dan tidak membantu temannya tersebut mengerjakan piket hariannya karena mereka tidak piket di hari itu, dan ketika ada teman yang sakit, masih kurangnya keinginan beberapa siswa untuk menjenguk temannya yang sakit tersebut. Demikian pula bila ada teman yang minta tolong diajari mata pelajaran tertentu yang tidak mereka mengerti, maka seringkali siswa yang dimintai tolong tersebut menolak untuk membantu dengan berbagai alasan. Hal tersebut bila tidak diatasi bisa menyebabkan semakin rendahnya sikap ketidak pedulian mereka terhadap orang lain yang nantinya dapat mengakibatkan mereka tumbuh menjadi orang yang memiliki sifat individual tinggi dan tidak suka menolong tanpa pamrih.

Perilaku prososial yang tinggi pada anak khususnya remaja ditemukan menyebabkan anak memiliki hubungan yang sangat baik dengan teman sebayanya dari pada anak yang memiliki prososial yang rendah (Clark & Ladd dalam Knafo & Plomin, 2000). Suatu penelitian yang dilakukan oleh Adams, Snowling, Hennessy dan Kind (1999) menemukan bahwa peningkatan perilaku prososial berhubungan positif terhadap prestasi anak dalam membaca dan aritmatika. Selain itu, menurut Myers (2005), individu yang memiliki sikap menolong dan melakukan kebaikan maka akan cenderung berperilaku baik dalam hal apapun.

(7)

Perilaku prososial pada remaja memiliki dampak yang penting bagi kehidupan remaja itu sendiri. Pada saat remaja, individu akan selalu dihadapkan dengan suatu permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan dirinya sebagai proses penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Usia remaja pula merupakan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hubungan interpersonalnya, karena pada usia remaja perubahan interaksi sosial mereka mencapai puncaknya, khususnya saat mereka memasuki sekolah menengah atas (Hurlock, 1997). Namun, saat ini dikalangan remaja yang timbul justru banyak permasalahan. Masalah yang berkaitan dengan remaja diantaranya adalah menyangkut pertumbuhan fisik, agama, akhlak, masa depan serta interaksi antara orangtua dan lingkungan sosialnya (Panuju & Umami, 1999). Hadirnya perilaku prososial yang tinggi pada diri remaja akan membantu individu terhindar dari masalah tersebut. Sebaliknya jika remaja memiliki perilaku prososial yang rendah, dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada remaja seperti penurunan partisipasi remaja dalam pelayanan sosial terkait dengan kegagalan, perilaku membolos, suspensi dari sekolah, drop out dari sekolah, masalah-masalah terkait kedisiplinan, dan kehamilan (Eccles & Barber, 1999).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, diantaranya adalah self gain, personal values, dan empathy (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Menurut Batson, dkk (1997), egoisme dan simpati sama-sama berfungsi untuk mempengaruhi perilaku menolong, dari segi egoisme, perilaku menolong dapat mengurangi ketegangan diri sendiri, sedangkan dari segi simpati, perilaku menolong dapat mengurangi penderitaan orang lain, sedangkan gabungan dari

(8)

keduanya dapat menjadi empati, yaitu ikut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaanya sendiri. Campbell (dalam Sears, 1994) juga menjelaskan bahwa faktor sosial dapat menentukan perilaku prososial individu. Adanya evolusi sosial, yaitu perkembangan sejarah dan kebudayaan atau peradaban manusia dapat menjelaskan perilaku prososial dasar, mulai dari pemeliharaan orangtua terhadap anaknya sampai menolong orang asing yang mengalami kesulitan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa empati merupakan variabel mediator bagi perilaku pososial dengan variabel-variabel lainnya. Misalkan penelitian yang dilakukan oleh Krevans dan Gibbs (1996) menemukan bahwa empati menengahi hubungan antara disiplin orangtua dan perilaku prososial anak-anak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Robert dan Strayer (1996) menemukan bahwa empati juga menengahi hubungan antara ekspresi emosional dengan perilaku prososial.

Empati adalah kondisi emosi dimana seseorang merasakan apa yang dirasakan orang lain seperti dia mengalaminya sendiri, dan apa yang dirasakannya tersebut sesuai dengan perasaan dan kondisi orang yang bersangkutan (Hurlock, 1999). Meskipun empati merupakan respon yang bersifat emosi namun juga melibatkan keterampilan kognitif seperti kemampuan untuk mengenali kondisi emosi orang lain dan kemampuan mengambil peran (Feshbach dalam Eisenberg, 1987). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Toi dan Batson (Eisenberg, 1987) menyatakan bahwa empati dan perilaku prososial juga berkaitan dalam lingkup kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang membantu orang Yahudi dari Nazi ketika diwawancara menjelaskan motif mereka membantu, lebih

(9)

dari separuh menyatakan bahwa mereka membantu karena rasa empati dan simpati dengan kondisi para korban (Oliner & Oliner dalam Eisenberg, 1987).

Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada keterkaitan antara pengasuhan orangtua yang berorientasi kepada kedisiplinan induktif dengan perilaku prososial yang dimediasi oleh empati. Teori Hoffman (Krevan & Gibbs, 1996) mengidentifikasi dua dimensi empati sebagai fitur penting dalam membangun empati: (a) respon empati, yaitu frekuensi dan bentuk dasar dari tanggapan empati; (b) jatuh tempo empati, yaitu kematangan kognitif yang menginformasikan respon emosional anak kepada orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Zahn-Waxler (Krevan & Gibbs, 1996) menemukan bahwa genetik dan komponen lingkungan terlibat dalam perkembangan empati. Komponen lingkungan yang dimaksud meliputi orangtua, saudara, teman sebaya, dan lain-lain. Grusec & Goodnow (1994) berpendapat bahwa praktik disiplin orangtua dapat membantu anak-anak menginternalisasi nilai-nilai moral orangtua. Jadi, bagaimana orangtua menyampaikan nilai-nilai mereka dan bagaimana anak-anak menafsirkannya mempengaruhi internalisasi nilai-nilai moral, yang kemudian dapat mempengaruhi perilaku moral mereka. Induksi orangtua mengacu penggunaan penalaran orangtua dan penjelasan, yaitu orang tua mengkomunikasikan harapan atau aturan untuk anak-anak mereka dengan cara penalaran yang kemudian menghadiri kematangan berfikir pada anak (Maccoby & Martin dalam Shen, Carlo & Knight, 2013). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa hubungan yang sehat antara orangtua dan anak memberikan kontribusi untuk pengembangan kompetensi dan keterampilan sosial, seperti pengembangan

(10)

empati (perwakilan penanggapan emosional) dan kapasitas pengambilan perspektif (memahami situasi lain), yang kemudian hal tersebut dapat menimbulkan perilaku prososial (Guzman & Carlo, 2004). Orangtua yang suka memberikan hukuman atau bertindak kasar pada anak cenderung berakibat anak memiliki prososial yang rendah dibandingkan orangtua yang memiliki empati yang tinggi pada anak (Hoffman dalam Eisenberg, Fabes & Spinrad, 2007). Hoffman (dalam Lopez, Bonenberger, dan Schneider, 2001) memberikan dasar teoritis untuk peran teknik disiplin orangtua dalam pengembangan penalaran moral dan empati. Lebih lanjut, Hoffman (dalam Lopez, Bonenberger, dan Schneider, 2001) berpendapat bahwa pengembangan penalaran moral bergantung pada pengembangan norma internalisasi, yaitu kemampuan untuk menekan kebutuhan yang tidak pantas dan menggantinya dengan perilaku yang diterima secara sosial tanpa memperhatikan sanksi eksternal. Penelitian lain yang ditemukan oleh Krevans & Gibbs (1996) menyatakan bahwa anak-anak dengan orangtua induktif yang lebih empatik, dan anak yang memiliki empati yang tinggi akan menyebabkan anak memiliki prososial yang tinggi pula.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran keluarga terutama orangtua dapat meningkatkan empati yang mendorong anak dapat lebih berperilaku prososial atau dengan kata lain orangtua berpengaruh terhadap perilaku prososial yang dimediasi dengan empati.

(11)

METODE PENELITIAN

A. Responden Penelitian

Pada peneltian ini, peneliti akan menggunakan subjek remaja siswa MAN 1 Yogyakarta dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

B. Metode Pengumpulan Data 1. Skala prososial

Skala prososial merupakan skala adaptasi dari Carlo dan Randall (2002) yang memiliki enam aspek yaitu, altruistic, public, anonymous, dire, emotional, dan compliant. Skala ini terdiri dari 23 butir pertanyaan dengan 21 pertanyaan favourable dan 2 pertanyaan unfavourable, sebaran pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Distibusi Aitem pada Skala Perilaku Prososial

Aspek Nomor Butir Jumlah

Public 1, 3, 4, 5, 12 5 Dire 2, 14*, 21* 3 Emotional 8, 11, 15, 19 4 Compliant 6, 16, 22 3 Altruistic 9, 18, 23 3 Anonymous 7, 10, 13, 17, 20 5 Total 23 Keterangan: (*) unfavourable

Masing-masing pertanyaan memiliki empat pertanyaan alternative yang diantaranya, sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Penilaian dimulai dari nilai satu sampai lima untuk pertanyaan favourable sedangkan untuk pertanyaan unfavourable, penilaiannya bergerak dari nilai lima sampai satu.

(12)

Tabel 2

Skoring Butir Pernyataan Pilihan jawaban

(Favourable)

Skoring Pilihan jawaban (Unfavourable)

Skoring Sangat tidak sesuai

Tidak sesuai Sesuai Sangat sesuai 1 2 3 4

Sangat tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai Sangat sesuai 5 4 3 2 2. Skala Disiplin Induktif Orangtua

Skala disiplin induktif orangtua bertujuan untuk mengukur tingkat disiplin induktif orangtua subjek, skala ini diadaptasi Dimensions of Discipline Inventory yang disusun oleh Straus dan Fauchier (2007). Pada skala ini memiliki dua bagian dari disiplin, yaitu disiplin induktif dan power assertive, sehingga pada penelitian ini hanya menggunakan satu bagian yaitu disiplin induktif karena pada penelitian ini hanya mengukur tingkat disiplin induktif orangtua. Disiplin induktif orangtua pada skala ini terdiri dari empat aspek, yaitu teach/explain, penalty task and restorative behaviour, reward, dan monitoring.

Skala DDI ini terdiri dari 19 butir pertanyaan favourable yang berbentuk pernyataan dengan lima alternative pilihan jawaban, sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Sebaran pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

Distibusi Aitem pada Skala Disiplin Induktif Orangtua

Aspek Nomor Butir Jumlah

Teach/Explain 1, 5, 8, 10, 17, 19 6

Penalty Tasks and Restorative behaviour 3, 9, 13, 14, 18 5

Reward 4, 12 2

Monitoring 2, 6, 7, 11, 15, 16 6

(13)

3. Skala Empati

Skala empati merupakan skala adaptasi dari Davis (1983) yang memiliki empat aspek yaitu, perpective taking, fantasy, emphatic concern dan personal distress. Skala ini terdiri dari 20 butir pertanyaan dengan 16 pertanyaan favourable dan 4 pertanyaan unfavourable, sebaran pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Distibusi Aitem pada Skala Empati

Aspek Nomor Butir Jumlah

Perspective Taking 8, 11*, 15, 18, 20 5 Fantasy 1, 4, 9*, 12, 17, 19 6 Empathic Concern 2, 3*, 6, 10*, 14, 16 6 Personal Distress 5, 7, 13 3 Total 20 Keterangan: (*)unfavourable

C. Metode Analisis Data

Untuk memaknai data yang diperoleh, peneliti akan melakukan analisis data penelitian dengan menggunakan statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistic deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi umum tentang subjek penelitian, sedangkan statistic inferensial untuk mengevaluasi hipotesis yang diajukan mendapat dukungan empirik atau tidak dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan untuk menguji normalitas, uji liniearitas, dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan program komputer statistical package for social science (SPSS).

(14)

HASIL PENELITIAN

A. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data dari suatu variabel. Pengujian normalitas dilakukan terhadap masing-masing hipotesis yang dibangun peneliti. Uji normalitas dilakukan menggunakan teknik test of normality one tailed dari person pada program komputer SPSS 21 for windows. Distribusi dikatakan normal apabila p > 0.05 sedangkan apabila p < 0.05 maka distribusi dikatakan tidak normal.

Tabel 5

Uji Asumsi Normalitas Sebaran

Tests of Normality Variabel Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. Prososial ,070 98 ,200* Public ,117 98 ,002 Empati ,073 98 ,200* Disiplin Induktif ,055 98 ,200*

Berdasarkan tabel diatas, pada variabel prososial berdasarkan aspek public diperoleh nilai p = 0.002 (p<0.05) dan variabel prososial berdasarkan aspek lainnya, variabel disiplin induktif, dan variabel empati diperoleh nilai p = 0.200 (p>0.05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data perilaku prososial pada tipe public terdistribusi tidak normal, sedangkan variabel prososial

(15)

pada aspek lainnya, variabel disiplin induktif, dan variabel empati memperoleh p = 0.200 (p > 0.05) yang menandakan bahwa data tersebut terdistribusi normal. c. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini menggunakan teknik simple mediation procedure dengan menggunakan SPSS 21.0. Tahap Analisis dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis peranan disiplin induktif orangtua dalam peningkatan perilaku prososial (gabungan aspek tipe dire, emotional, altruistic, anonymous, compliant) dimediasi oleh empati dan peranan disiplin induktif orangtua dalam peningkatan perilaku prososial (tipe public). Hal ini dikarenakan, aspek tipe public bukan merupakan perilaku prososial yang dimediasi oleh empati.

Pada analisis pertama, analisis data menunjukkan bahwa peranan disiplin induktif orangtua dalam peningkatan perilaku prososial (gabungan tipe dire, emotional, altruistic, anonymous, compliant) dengan diperantarai oleh empati memiliki nilai signifikansi p = 0,0011 p < 0,01. Hal ini menunjukkan yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat disiplin induktif orangtua, maka semakin tinggi pula tingkat perilaku prososial (gabungan aspek tipe dire, emotional, altruistic, anonymous, compliant) yang dimediasi oleh empati. Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama yang diajukan oleh peneliti diterima.

Tabel 14

Indirect Effect and Significance Using Normal Distribution

Variabel B Signifikansi (p)

Hubungan disiplin induktif orangtua dengan perilaku prososial (gabungan dire, emotional,

altruistic, anonymous, dan compliant) melalui empati

(16)

Pada analisis kedua, analisis data menunjukkan bahwa peranan disiplin induktif orangtua dalam peningkatan perilaku prososial (aspek tipe public) yang dimediasi oleh empati memiliki nilai signifikansi p = 0,2770, p > 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat disiplin induktif orangtua, maka semakin tinggi pula tingkat perilaku prososial (aspek tipe public) namun tidak dimediasi oleh empati. Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis kedua yang diajukan oleh peneliti diterima.

Tabel 15

Indirect Effect and Significance Using Normal Distribution

Variabel B Signifikansi (p)

Hubungan disiplin induktif orangtua dengan perilaku prososial (tipe public) melalui

empati

-0,0678 0,2770

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya disiplin induktif berhubungan positif dengan tumbuhnya empati pada remaja SMA yang kemudian dapat mendorong remaja untuk berperilaku prososial dalam tipe dire, emotional, altruistic, anonymous, dan compliant. Namun empati tidak berhubungan positif dalam menimbulkan perilaku prososial dalam tipe public.

SARAN 1. Bagi Orangtua

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pentingnya bagi orangtua untuk meningkatkan penggunaan teknik disiplin induktif orangtua karena disiplin induktif orangtua terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan

(17)

menimbulkan empati pada anak, khususnya remaja yang dapat menjadikan individu dapat lebih peka terhadap lingkungan.

2. Bagi Remaja

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pentingnya bagi remaja untuk meningkatkan empatinya karena empati terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku prososial yang dapat menjadikan individu dapat saling membantu satu sama lain dalam kehidupan sehingga remaja terhindar dari perasaan terisolasi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengujian awal sebelum dilakukanya tryout agar maksud yang ingin disampaikan dalam sebuah item dapat tersampaikan dengan baik. Teori-teori yang mengungkapkan tentang ketiga variabel dalam penelitian juga sebaiknya diperbanyak. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan pada subjek dan daerah yang berbeda untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pada hasil penelitian, sehingga dapat menambah informasi baru yang berkaitan dengan kedua variabel dalam penelitian ini.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, J. W., Snowling, M. J., Hennessy, S. M., & Kind, P. 1999. Problems of Behaviour, Reading and Arithmetic: Assessments of Comorbidity Using the Strengths and Difficulties Questionnaire. British Journal of Educational Psychology, No. 69, H. 571–585

Dayakisni, T. & Hudaniyah. 2003. Psikologi Sosial edisi revisi. Malang: UMM Press.

Eisenberg, N., & Strayer, N. 1987. Empathy and Its Development. Cambridge: Cambridge University Press.

Gunawan, A.N. & Rr. I. Setyorini. 2007. Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Perilaku Prososial Pada Relawan Gempa Bumi.

Guzman, M.R.T. & Gustavo Carlo. 2004. Family, Peer, and Acculturative Correlates of Prosocial Development Among Latinos. Great Plains Research: A Journal of Natural and Social Sciences. H. 185-202.

Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Knafo, A. & Robert Plomin. 2006. Parental Discipline and Affection and Children’s Prosocial Behavior: Genetic and Environmental Links. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 90. No. 1. 147–164.

Krevans, Julia & John C. Gibbs. 1996. Parents' Use of Inductive Discipline: Relations to Children's Empathy and Prosocial Behavior. Jurnal Society for Research in Child Development. No. 67, H. 3263-3277.

Lopez, N.L, J.L. Bonenberger, dan H.G. Schneider. 2001. Parental Disciplinary History, Current Levels of Empathy, and Moral Reasoning in Young Adults. North American Journal of Psychology. Vol.3. No. 1. H. 193-204.

Sears, D. O., Freedman & Peplau, L.A. 1991. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Staub. 1984. Notes Toward Interactionist – Motivation Theory of The Determinations and Development of Prosocial Behaviour. Development an Maintenance of Prosocial Behaviour. H. 29-50. New York: Plenum Press Twenge M.A & Baumeister R.F. Ciarocco. 2007. Social Exclusion Decreases

Prosocial Behaviour. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 92, No. 1, H. 56-66

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi kewenangan penyidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan terkait tindak pidana Kehutanan terhadap satwa liar yang dilindungi dalam pelaksanaannya

Adapun upaya yang dilakukan penyidik Kepolisian Sektor Konda dalam mengtasai hambatan dalam penyidikan Tindak Pidana illegal logging di Kecamatan Konda yaitu:

Meninjau dari pertimbangan hakim secara umum maka hal ini dapat dilihat ketika hakim memberikan putusan tindakan terhadap terdakwa yang didasarkan dengan pertimbangan hakim

Tidak Menutup Diri dari Potensi Jaringan Dapat dilihat dari sikap terbuka masyarakat dalam menerima masuknya orang luar baik itu sesama orang yang ingin tinggal kampung

pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit.. dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi. dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg /

Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini diperlukan analisis yang lebih mendalam sebagai kajian dalam pengembangan perangkat pembelajaran berbasis

Melihat masalah yang sekarang terjadi di Suku Timor Dawan bahkan dalam Gereja- gereja Tuhan, khususnya dalam menerapkan pernikahan yang tidak Kudus dihadapan Allah

Usia reproduksi, tidak hamil, setelah melahirkan, dan tidak menyusui, gemuk atau kurus, pasca keguguran, nyeri haid hebat, memiliki atau yang belum memiliki anak.. Ibu di bawah