• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN

DAN PENGECORAN

5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum

Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice for Concrete Formwork ACI 347-03. Pekerjaan bekisting meliputi semua bagian bekisting yang sementara ataupun tetap untuk membentuk beton termasuk sistem perancahnya yang diperlukan agar supaya bekisting dipertahankan tetap pada posisinya sehingga dapat memenuhi toleransi yang disyaratkan. Bekisting harus dipergunakan bila diperlukan untuk mengikat dan membentuk beton sesuai dengan ukuran yang dipersyaratkan. Bekisting harus mempunyai kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk memikul tekanan dan getaran yang timbul pada saat pengecoran sehingga masih dapat memenuhi toleransi yang disyaratkan. Bekisting juga harus diberi pengaku dalam arah bidang baik melintang dan memanjang bangunan. Perhitungan perencanaan struktur dan gambar-gambar kerja bekisting harus diserahkan untuk diperiksa dan akan disetujui secara tertulis oleh direksi pengawas sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Bekisting dan perancahnya harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat cepat dan mudah dibongkar dengan tanpa pukulan atau

(2)

guncangan yang dapat menimbulkan kerusakan pada beton, sehingga beton dapat memikul bebannya secara bertahap dan merata.

5.1.2 Perencanaan dan Pemasangan Bekisting

Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban vertikal dan lateral/angin serta beban bergerak diatasnya atau beban-beban lain sesuai yang ditentukan di dalam peraturan pembebanan indonesia. Lendutan maksimum permukaan bekisting adalah 1/400 bentang yang ditinjau. Struktur bekisting harus cukup kedap untuk mencegah hilang atau lolosnya adukan beton. Pada bagian sudut beton ekspose harus diberi pelat strip untuk membuat pojokan (bevel). Kecuali jika ditentukan lain, pada bagian sudut bekisting lainnya tidak diperlukan pojokan. Pada perancah harus disiapkan alat-alat untuk penyetelan (wedges atau jacks) dan semua penurunan terjadi harus diperbaiki/diangkat selama proses pengecoran berlangsung. Bekisting harus diberi pengaku yang cukup terhadap defleksi lateral. Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus dibuat supaya memudahkan pembongkarannya sehubungan dengan adanya kemungkinan pengembangan bekisting tersebut. Bekisting harus didukung oleh sistem perancah sedemikian sehingga setiap kemungkinan pergerakan lateral maupun vertikal tidak dapat terjadi selama pengecoran.

5.1.3 Persiapan Material Bekisting

Semua permukaan bekisting dan material yang tertanam harus dibersihkan dari akumulasi mortar atau grout bekas pengecoran sebelumnya dan dari material asing lainnya sebelum beton dicor. Permukaan bekisting yang sudah cacat sehingga mempengaruhi kualitas permukaan beton tidak boleh

(3)

dipergunakan lagi. Kecuali ditentukan lain, permukaan bekisting harus diperlakukan sebagai berikut:

1. Sebelum penempatan besi atau pengecoran beton, permukaan bekisting harus dilapisi dengan bahan yang mencegah penyerapan air, melekatnya beton pada bekisting dan tidak mengotori permukaan beton. Dapat dipakai bahan release agent atau sealer atau nonabsorptive linier yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

2. Sisa material pelapis tidak boleh menggenangi bekisting atau pada bagian beton yang sudah mengeras dimana beton baru akan dituangkan diatasnya.

5.1.4 Pembongkaran Bekisting

Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus segera dilepas sesudah beton dianggap cukup keras sehingga tidak rusak saat pembongkarannya. Bekisting kolom, dinding, sisi balok dan bagian lain yang tidak menahan berat sendiri beton dapat segera dilepas sesudah beton dianggap cukup keras sehingga tidak rusak pada saat pembongkaran bekistingnya. Bekisting dan perancah yang digunakan untuk memikul berat beton balok, pelat dan bagian struktur lainnya baru boleh dilepas setelah beton mencapai kekuatan minimum 75% dari kekuatan beton yang dipersyaratkan. Pada saat bekisting dilepas, tidak boleh terjadi lendutan atau distorsi yang berlebihan dan tidak menimbulkan kerusakan pada beton, baik karena pembongkaran perancah maupun karena proses pelepasan bekistingnya.

(4)

5.1.5 Material Untuk Bekisting

Gambar 5.1 Bekisting Kolom

Bekisting dapat dibuat dari kayu, water proof-plywood, loose formwork seperti dinding bata (untuk struktur dibawah tanah) atau material lain yang telah disetujui oleh direksi pengawas. Papan kayu yang digunakan tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari 25 mm. Tebal plywood tidak boleh kurang dari 12 mm, cetakan baja terbuat dari baja lembaran sesuai bentuk rangka yang diperlukan dan diperkuat dengan baja siku, baja T atau pelat pengaku.

(5)

Bahan release agent eks Sika, Fosroc atau setara untuk cetakan harus dari bahan yang tidak merugikan terhadap bahan finishing yang akan dilekatkan pada beton demikian juga terhadap permukaan yang dihasilkannya. Penggunaan bahan-bahan tersebut harus dikerjakan secara seksama mengikuti petunjuk dari pabriknya dan tidak diperkenankan mengenai/berhubungan langsung dengan besi beton.

5.2 Pekerjaan Pembesian 5.2.1 Umum

Gambar kerja harus menunjukkan semua ukuran terpasang, posisi penulangan beserta perlengkapannya yang harus disetujui Direksi/Pengawas sebelum pelaksanaan. Semua baja tulangan yang akan dipakai harus berasal dari produksi pabrik yang telah disetujui Direks Pengawas, paling tidak setara dengan produksi eks Interwood steel (IS), Master Steel (MS), Cakra Steel (CS).

5.2.2 Baja Tulangan

Semua baja untuk tulangan pokok yang dipakai adalah baja ulir yang mempunyai tegangan tarik leleh minimum sebesar 4000 kgf/cm2 (BJTD 40), dengan ketentuan minimal bahwa :

1) Kuat leleh aktual berdasar uji laboratorium, tidak melampaui kuat leleh yang ditentukan ditambah 120 Mpa.

2) Ratio kuat tarik aktual terhadap kuat leleh aktual tidak kurang dari 1,25. Jika digunakan wiremesh, harus mempunyai tegangan tarik leleh minimum sebesar 5000 kgf/cm2. Jika diperlukan dan diizinkan

(6)

pengelasan baja tulangan harus mengikuti persyaratan AWS D1.4. Tidak diperkenankan pengelasan pada pertemuan tulangan yang bersilangan (tack welding) kecuali dengan persetujuan atau petunjuk direksi pengawas.

Gambar 5.3 Besi Tulangan 5.2.3 Pemasangan

Sebelum pemasangan, baja tulangan harus dibersihkan dari karat, sisik, bahan lumpur, minyak atau bahan lain yang melekat yang dapat merusak atau mengurangi daya lekatnya terhadap beton.

Baja tulangan harus diletakkan pada posisi yang tepat dan dijaga terhadap kemungkinan bergeser pada saat pengecoran dengan diikatkan satu sama lainnya dengan kawat beton yang cukup. Ujung-ujung kawat beton harus dibengkokkan ke arah sebelah dalam dan tidak boleh keluar dari selimut beton.

Pembengkokkan ulang semua baja tulangan harus dalam keadaan dingin. Pada baja tulangan yang mempunyai tegangan tarik leleh tinggi tidak diperkenankan dilakukan pembengkokkan ulang. Harus digunakan pekerja

(7)

yang ahli dan terampil untuk pemotongan, pembengkokkan dan pemakaian alat-alat yang tepat untuk pekerjaan ini. Pembengkokkan ulang untuk tulangan yang sudah tertanam didalam beton, jari-jari dalam pembengkokkan tersebut harus lebih besar dari dua kali ukuran diameter tulangannya.

Tulangan yang disangga diatas tanah harus menggunakan penyangga dari blok beton pracetak dengan luas minimum 10 cm2 dan mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan kekuatan tekan beton yang akan dicor.

Tulangan disangga dari bekisting dengan menggunakan penyangga dari beton, besi beton, metal, atau material lain yang telah disetujui direksi pengawas.

Bagian tulangan untuk keperluan sambungan tulangan yang berada diluar beton yang sudah dicor untuk jangka waktu yang lama harus dilindungi setiap korosi.

(8)

5.3 Pengecoran

Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut :

 Setiap pekerja harus memakai pakaian pelindung, sepatu safety, helm, dan pelindung mata jika diperlukan.

 Ketepatan ukuran dan elevasi harus diperhatikan dan dicheck.  Zona pengecoran harus direncanakan dan ukurannya ditentukan

 Bekisting harus kuat dan instalasi M/E di bawah pelat atau balok, pastikan ini terpasang sebelum dicor.

 Ketika mengecor, hati-hati jangan sampai merusak atau merubah bekisting dan tulangan.

 Delay diakibatkan oleh cuaca panas atau angin yang kencang, sehingga beton mengeras lebih cepat. Juga diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman karena kurangnya perencanaan atau hal lain yang tidak bisa dihindari. Untuk mencegah delay maka tenaga kerja, peralatan dan cuaca dalam keadaan terkendali.

 Jangan menambahkan air pada beton untuk memudahkan pelaksanaan cor. Jika terpaksa gunakanlah campuran air dan semen.

(9)

Cara pelaksanaan pengecoran adalah sebagai berikut :

 Pengecoran elemen vertikal umumnya menggunakan alat bantu TC dan bucket cor sedangkan untuk elemen horizontal menggunakan alat bantu concrete mixer. Pada pengecoran pile cap yang berada pada elevasi ground floor, jika volume pengecoran kecil digunakan cara pengecoran langsung dari truck mixer. Pada volume pengecoran yang besar akan efektif menggunakan concrete pump. Khusus pada pengecoran bored pile, digunakan alat bantu TC dan bucket cor.

 Pada permukaan miring, pengecoran mulailah dari level terendah dan gunakanlah moncong untuk menaburkan beton di permukaan miring.  Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi posisi akhir.

Mulailah dari pojok bekisting.

 Selalu tuangkan beton baru langsung ke beton yang sudah lama.

 Untuk mencegah segregasi, cek beton jangan terlalu basah atau kering, beton diaduk dengan baik, jika menjatuhkan beton secara vertikal jangan lebih dari 2 m.

 Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton memadat memenuhi bekisting.

(10)

Pengecoran yang kami amati ketika di proyek adalah :

 Pengecoran Balok dan pelat

Gambar 5.5 Pengecoran Pelat dan Balok

 Pengecoran kolom

Gambar 5.6 Pengecoran Kolom

 Pengecoran Tangga

Gambar

Gambar 5.2 Pemasangan Bekisting Pelat
Gambar 5.3  Besi Tulangan   5.2.3  Pemasangan
Gambar 5.4 Pemasangan bekisting balok
Gambar 5.6 Pengecoran Kolom

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian ini yaitu, berdasarkan hasil analisis hubungan antara penambahan rangkaian listrik paralel pada metode elektrosterilisasi dalam mensterilkan

Sebagaimana tradisi pada masa itu bahwa biasanya saat yang dianggap tepat untuk mengundangkan sesuatu adalah pada saat “Pisowanan Agung” dalam rangka peringatan Hari Besar Agama

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Untuk jual beli ikan tentu penjual dan pembeli harus menjadi anggota komunitas cupang Indonesia di facebook. Setelah menjadi anggota baru barulah bisa jua beli barangnya

Agama-agama lokal yang ke- beradaannya jauh sebelum agama resmi tidak memiliki pilihan lain kecuali ber- gabung dengan salah satu dari agama-aga- ma tersebut demi

Arbitrase adalah cara penyelasaian sengketa perdata yang bersifat diluar pengadilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh

Timbal dengan ketebalan 0,3 mm sampai 2 mm Dalam pengujian koefisien serapan bahan pada besi, tembaga, stainless steel dan timbal : Pesawat diatur pada tegangan, arus dan

Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satunya melalui pendidikan gizi sehingga akan memperbaiki kebiasaan konsumsi pangan dirinya dan