• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI HUTAN TIDAK TERGANGGU DI TAHURA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI HUTAN TIDAK TERGANGGU DI TAHURA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI HUTAN TIDAK TERGANGGU DI TAHURA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

Nurliah1, Sukendi2, Yusni Ikhwan Siregar2dan Sofyan Siregar2 1

Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau 2

Dosen Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau ABSTRACT

This research is to know the composition of tree species and diversity of tree species that found in Undisturbance forest at Tahura Sultan Syarif Hasyim Riau Province. The method used in this research is purposive sampling method. Data analysis using the Important Index Value (IIV) and Shannon-Wiener Diversity Index (H’). The result showed that the composition of tree species found in Undisturbance forest at Tahura Sultan Syarif Hasyim are 69 species from 24 family. The most dominant family are Myrtaceae and Dipterocarpaceae. The value of diversity in the type of tree level is 3,86. The diversity of tree species in Undisturbance forest at Tahura Sultan Syarif Hasyim Riau Province reach level of high with value belongs to H’>3. The tree species that have highest important value index is meranti pirang (Shorea leprosula) and Litsea sp.

Keywords: Tree composition, Diversity of species, Undisturbance forest, Tahura Sultan Syarif Hasyim

PENDAHULUAN

Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan Bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional yang mewajibkan agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, maka penyelenggaraan kehutanan senantiasa mengandung jiwa dan semangat kerakyatan, berkeadilan dan berkelanjutan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensifnya pemanfaatan sumberdaya alam mendorong upaya untuk berusaha menetapkan kawasan konservasi yang tidak saja berfungsi sebagai penyangga proses ekologi dan pelestarian sumberdaya alam, namun juga pemanfaatan sumberdaya alam tersebut untuk kesejahteraan masyarakat secara luas dan berwawasan lingkungan (Dephut, 1988).

Salah satu kawasan konservasi yang berada di ibukota provinsi yang berfungsi sebagai pelestarian sumber daya alam hayati adalah Taman Hutan Raya (Tahura). Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 Tahun 1990).

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim memiliki fungsi secara ekologis yaitu sebagai suatu sistem penyangga kehidupan, secara ekonomis sebagai sumber yang menghasilkan barang dan jasa, dan secara sosial sebagai sumber penghidupan dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar kawasan hutan. Kawasan ini dapat berfungsi tidak hanya sebagai tempat wisata alam tetapi juga dapat berfungsi sebagai taman koleksi tumbuhan dan satwa liar endemik Provinsi Riau.

Berdasarkan Gao dan Kaufman (1995) persentase hutan primer yang terdapat di Tahura Sultan Syarif Hasyim 38,84%, hutan muda sebesar 1,96%, lahan terbuka seluas

(2)

19,6%, kebun masyarakat sebanyak 58,34% dan danau seluas 1,25%. Sebagian besar kawasan merupakan kebun masyarakat namun tidak terjadi pengurangan untuk kawasan yang berhutan primer.

Tahura Sultan Syarif Hasyim diketahui memiliki banyak sumberdaya alam terutama keanekaragaman hayatinya, salah satu manfaatnya untuk mempertahankan kelestarian jenis-jenis pohon terutama dalam mempertahankan kondisi ekologi. Kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat akan keanekaragaman hayati yang ada membuat masyarakat kurang mengetahui jenis-jenis pohon di dalam hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis pohon dan keanekaragaman jenis pohon yang terdapat di hutan tidak terganggu Tahura Sultan Syarif Hasyim.

METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Tahura Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon-pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim. Alat-alat yang digunakan adalah tali rapia, tally sheet, kalkulator, haga, pita ukur, phi band, kompas, kamera, dan alat tulis.

Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Untuk data primer berupa data jenis pohon yang didapat di lapangan, sedangkan data sekunder berupa studi pustaka yang digunakan untuk mencari, mengumpulkan data yang terdapat pada literatur lainnya sebagai bahan referensi untuk pengumpulan data di lapangan.

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah diameter pohon dan jumlah jenis individu setiap spesies pohon. Pengamatan pohon dilakukan dengan melakukan pengukuran diameter. Diameter yang diukur adalah diameter setinggi dada (diameter at

breast high) yaitu pada ketinggian 1.30 m di atas permukaan tanah (Sutaryo, 2009).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diambil menggunakan metode

purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan sampel dengan tidak

berdasarkan daerah, strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang fokus pada tujuan tertentu . Penentuan petak ukur sebanyak 25 plot dengan luas total sebanyak 1 ha. Sampel diletakkan tegak lurus dengan sungai sehingga menggambarkan kerapatan dan keanekaragaman jenis pohon pada hutan tidak terganggu.

Prosedur Penelitian

1. Melakukan survei lokasi untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai komposisi tumbuhan di kawasan hutan bersama pendamping yang berpengalaman dan mengetahui jenis-jenis tumbuhan.

2. Penentuan plot pengamatan tegak lurus sungai dengan ukuran petak contoh 20 m x20 m)

3. Kemudian pengenalan jenis-jenis pohon, jumlah individu, mengukur diameter di dalam petak pengamatan pada tingkat pohon.

Analisis Data

Keanekaragaman jenis pohon ditentukan berdasarkan jumlah jenis yang ditemui. Untuk melihat INP masing-masing jenis pohon dilakukan analisis vegetasi yang meliputi kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR). Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat

(3)

dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994).

Keanekaragaman jenis (species diversity) dihitung dengan rumus indeks

Shannon-Wiener (H’) berdasarkan Brower, dkk (1977) dalam Septiyani (2010):

= − ∑( ) , =

Keterangan:

H' = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener Pi = Proporsi Nilai Penting Ke-i

ln = Logaritma Natural

ni = Jumlah Individu dari Jenis i N = Jumlah Individu Seluruh Jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Jenis Pohon

Komposisi jenis merupakan susunan dan jumlah jenis pada suatu tumbuhan. Komposisi digunakan untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis tumbuhan di dalam hutan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Tahura Sultan Syarif Hasyim jenis vegetasi yang ditemukan sebanyak 69 jenis yang terdapat dalam 24 famili. Informasi jenis-jenis vegetasi yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-Jenis Vegetasi yang ditemukan di Tahura Sultan Syarif Hasyim

No Nama Jenis Nama Latin Family

1 Meranti Shorea sp Dipterocarpaceae

2 Bintangur Calophyllum inophyllum Guttiferae

3 Balam putih Palaquium hexandrum Sapotaceae

4 Meranti rambai Shorea acuminata Dipterocarpaceae

5 Siluk Geronniera nervosa Ulmaceae

6 Petatal Ochanostachys amentasea Olacaceae

7 Meranti lempung Shorea sp. Dipterocarpaceae

8 Singkawang Shorea singkawang Dipterocarpaceae

9 Gaharu Aquilaria mallaccensis Malvaceae

10 Meranti pirang Shorea leprosula Dipterocarpaceae

11 Karau Polyalthia sp Annonaceae

12 Berangan Castanopsis sp. Fagaceae

13 Kasai Pometia pinnata Sapindaceae

14 Kempas Koompassia malaccensis Fabaceae

15 Tampui Baccaurea javanica Euphorbiaceae

16 Mandarahan Myristica iners Myristicaceae

17 Tembalun Parashorea aptera Dipterocarpaceae

18 Sentul Sandoricum koetjape Meliaceae

19 Banitan Polyalthia glauca Annonaceae

20 Kelat Syzygium densiflorum Myrtaceae

21 Raman Bouea burmanica Anacardiaceae

22 Balam durian Palaquium sp Sapotaceae

23 Marpuyan Rhodamnia cinerea Myrtaceae

(4)

No Nama Jenis Nama Latin Family

26 Kayu batu Irvingia malayana Dipterocarpacae

27 Putat Barringtonia reticulata Lechytidaceae

28 Randa Tidak teridentifikasi

29 Pelawan Tristaniopsis obovata Myrtaceae

30 Parak-parak Aglaia eliptica Meliaceae

31 Kenari Canarium commune Burseraceae

32 Medang Actinodapne sp Lauraceae

33 Lalan Santiria laevigata Burseraceae

34 Cempedak air Artocarpus integra Moraceae

35 Teratai Syzygium sp Myrtaceae

36 Trempinis Streblum elongatus Moraceae

37 Pisang-pisang Polyaltia lateriflora Annonaceae

38 Kulim Scorodocarpus borneensis Olacaceae

39 Keruing Dipterocarpus Dipterocarpaceae

40 Tepis Polyalthia hypoleuca Annonaceae

41 Kedondong Dacryodes rostrata Burseraceae

42 Panai-panai

Pimiliodendron

papaveroides Euphorbiaceae

43 Balam merah Palaquium sp Sapotaceae

44 Meranti kunyit Shorea conica Dipterocarpaceae

45 Balam ketawa Palaquium sp Sapotaceae

46 Punggai Coelostegia griffithii Bombacaceae

47 Ringgit-ringgit Tidak teridentifikasi

48 Arang-arang Dyospiros macrophylla Ebenaceae 49

Bangkinang daun

kecil Elaeocarpus sp Elaeocarpaceae

50 Mempening Quercus lucida Fagaceae

51 Medang api Litsea sp Myrtaceae

52 Cengal Hopea sangal Dipterocarpaceae

53 Bangkinang gunung Elaeocarpus sp Elaeocarpaceae 54 Bintangur saulatri Calophyllum sp. Guttiferae

55 Kelat merah Litsea sp Myrtaceae

56 Kelat lapis Litsea sp Myrtaceae

57 Dara-dara daun besar Myristica sp Myristicaceae 58 Pagar-pagar Ixonanthes icosandra Linaceae

59 Jangkang Xylopia altifolia Annonaceae

60 Ludai Sapium baccatum Euphorbiaceae

61 Kepinis Sloetia elongata Moraceae

62 Balam terong Blumeodendron tokbrai Euphorbiaceae 63 Kuras Dryobalanops oblongifolia Dipterocarpaceae

64 Terap Artocarpus elaticus Moraceae

65 Kunjung Tidak teridentifikasi

66 Lalan merah Santiria tomentosa Burseraceae

(5)

No Nama Jenis Nama Latin Family 68 Mahang tapak gajah Macaranga gigantea Euphorbiaceae 69 Belimbing Acceratium oppositifolium Oxalidaceae

Berdasarkan Tabel 1, famili yang paling dominan adalah famili Dipterocarpaceae sebanyak 11 jenis dan Myrtaceae dengan jumlah vegetasi sebanyak 6 jenis. Famili Dipterocarpaceae dan Myrtaceae merupakan famili yang jenis vegetasinya banyak ditemukan dibandingkan dengan famili lain. Suku Myrtaceae merupakan kelompok besar tumbuh-tumbuhan yang anggotanya banyak dikenal dan dimanfaatkan manusia dan banyak dijumpai di daerah tropis. Famili Myrtaceae mempunyai ciri khas yaitu daunnya mengeluarkan aroma khas bila diremas seperti kayu putih. Suku myrtaceae merupakan suku tumbuhan yang kebanyakan berbentuk pohon, berkayu, mengandung minyak atsiri dan menjadi salah satu penghasil buah-buahan tropika penting (Anonim, 2010).

Menurut Widyastuti dan Paimin (1993), famili Myrtaceae ini umumnya dapat tumbuh hampir di semua wilayah, dengan tempat tumbuh yang cocok untuk pertumbuhan jenis Myrtaceae adalah dataran rendah dan dataran tinggi. Tanah yang baik untuk pertumbuhannya ialah jenis tanah berpasir, gembur, serta banyak mengandung unsur organik. Meskipun demikian, di tanah yang berat dan liat pun famili Myrtaceae masih bisa tumbuh dengan baik. Begitu juga dengan famili Dipterocarpaceae yang dapat tumbuh pada keadaan tanah yang komplek (Whitmore, 1984).

Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis menggambarkan tingkat dominasinya terhadap jenis-jenis lain dalam suatu komunitas. Sutisna (1981) dalam Wahyu (2013) mengemukakan bahwa suatu jenis dapat dikatakan berperan jika INP untuk tingkat semai dan pancang lebih dari 10%, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon sebesar 15%. Hasil perhitungan INP masing-masing tingkat pertumbuhan disajikan dalam bentuk tabel.

INP tingkat pohon dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Indeks Nilai Penting (INP) Tingkat Pohon

No Nama Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%)

1 Kelat Litsea sp 5,77 6,02 5,13 16,93 2 Meranti pirang Shorea leprosula 11,06 1,81 2,84 15,71 3 Tempinis Streblum elongatus 4,33 3,01 4,89 12,23 4 Medang Actinodapne sp. 3,85 4,82 3,18 11,84 5 Siluk Geronniera nervosa 2,88 3,61 2,96 9,46 6 Lain-lain 72,11 80,73 81 233,83 Total 100 100 100 300

Berdasarkan Tabel 2 pada petak pengamatan tingkat pohon, jenis tumbuhan yang paling banyak ditemukan yaitu jenis kelat (Litsea sp). Dari hasil perhitungan KR, FR dan DR diperoleh INP tertinggi jenis kelat sebesar 16,93%. Nilai yang didapat lebih dari 15%, sehingga dapat dikatakan jenis tumbuhan kelat sangat berperan di dalam Hutan Tahura Sultan Syarif Hasyim. Tabel lengkap INP tingkat pohon dapat dilihat pada Lampiran 1.

(6)

Indeks Keanekaragaman Jenis

Indeks nilai penting (INP) masing-masing jenis berkaitan erat dengan indeks

keanekaragaman jenis (H’) dalam petak (Sularso, 1996). Indeks keanekaragaman jenis

pohon berdasarkan tingkat pertumbuhan di Tahura SSH 3,86. Indeks keanekaragaman

(H’) pohon pada setiap tingkat pertumbuhan termasuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa komunitas pohon di Tahura SSH termasuk dalam kondisi yang baik. Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi jenis dan jumlah individu vegetasi sehingga mempengaruhi nilai keanekaragaman jenis vegetasi masing-masing tingkat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), yang menyatakan bahwa suatu komunitas dinilai mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak jenis (spesies) dengan kelimpahan yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas disusun oleh sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit saja jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.

Kemantapan habitat merupakan faktor utama yang mengatur keragaman jenis. Ketika dominansinya sedang, maka keanekaragamannya juga sedang karena tidak ada spesies yang mendominasi areal tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut adalah penyebaran spesies, dominansi, faktor pembatas, dan kompetisi. Keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam ekosistem yang secara fisik terkendali dan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara biologi (Odum, 1993).

KESIMPULAN

1. Komposisi jenis di Tahura Sultan Syarif Hasyim ditemukan sebanyak 69 jenis yang terdapat dalam 24 famili, dimana family Dipterocarpaceae sebanyak 11 jenis dan Myrtaceae merupakan famili yang vegetasinya lebih banyak ditemukan yaitu sebanyak 6 jenis.

2. Nilai indeks keanekaragaman jenis pohon yang didapat berdasarkan tingkat vegetasi adalah sebesar 3,86 untuk tingkat pohon. Keanekaragaman jenis pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim tingkat pertumbuhan pohon tergolong tinggi dengan nilai H’ > 3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Myrtaceae. http://id.wikipedia.org/wiki/Myrtaceae. (Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016).

[Dephut] Departemen Kehutanan (Dirjen PHKA, Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata). 1988. Pembangunan Taman Hutan Raya. Bogor.Dinas Kehutanan Tk. I Riau. 1998. Pekerjaan Pembuatan Site Plan Taman Hutan Raya S. S. Q Minas. Gao, B.C. and Kaufman, Y.J. 1995. Selection of the 1.375 Micrometer MODIS Channel for

Remote Sensing of Cirrus Clouds and Stratospheric Aerosols from Space, Journal of the Atmospheric Sciences, 52(23).4231-4237 (https://landsat.usgs.gov/landsat-8). Citra Landsat Liputan Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Tanggal Akses 3 Februari 2017. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi Komunitas. Penerbit Usaha Nasional. Jakarta.

Sularso, H. 1996. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Terkendali dan Konvensioanl pada Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa. Sebuah pengantar untuk study karbon dan perdagangan karbon. Wetlands Internasioal Indonesia Programme. Bogor. Septiyani, Y. 2010. Struktur Komunitas Dan Regenerasi Tegakan Hutan Di Kawasan

(7)

Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Wahyu. E. 2013. Inventarisasi Permudaan Meranti (Shorea spp.) Pada Arboretum Kawasan Universitas Riau Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Skripsi Jurusan Kehutanan Unri. Pekanbaru.

Widyastuti, Y. E. dan F.B. Paimin. 1993. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Whitmore, 1984. dalam Beberapa Aspek Ekologi daripada Regenerasi Spesies Dipterocarpaceae di Kalimantan Timur. Prosiding Edisi Kedua, 1986. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Hal 127-134. Samarinda

Gambar

Tabel 1. Jenis-Jenis Vegetasi yang ditemukan di Tahura Sultan Syarif Hasyim

Referensi

Dokumen terkait

Komposisi vegetasi pohon dan pole tertinggi pada lokasi 1 dan 2 ditemukan pada famili Myrtaceae dengan jumlah jenis sebanyak 9 jenis disusul dengan Lauraceae sebanyak 7

Persebaran Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) di Jalur Utama Patroli Tahura SSH Provinsi Riau yaitu mengelompok dengan nilai indeks morisita 5,78 pada sisi

Persebaran Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) di Jalur Utama Patroli Tahura SSH Provinsi Riau yaitu mengelompok dengan nilai indeks morisita 5,78 pada sisi

Pola edge yang terdapat di tahura SSH memiliki 2 karakteristik yaitu (1) edge yang merupakan daerah tepi hutan, terdapat pada edge antara hutan dengan jalan dan hutan dengan

Di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR ditemukan tiga jenis kelelawar pemakan buah dari famili Pteropodidae yaitu

Adapun motivator yang mempengaruhi wisatawan berkunjung ke air terjun Aek Martu Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim II adalah dari pengaruh teman, karena daya

Pola edge yang terdapat di tahura SSH memiliki 2 karakteristik yaitu (1) edge yang merupakan daerah tepi hutan, terdapat pada edge antara hutan dengan jalan dan hutan dengan

Namun demikian, jenis-jenis pohon famili Dipterocarpaceae cukup dominan sebagai penyusun komposisi hutan adat Bukit Benuah, indeks dominansi (C) memiliki nilai yang