• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 86 TAHUN 2020

TENTANG

BIAYA PENUNJANG OPERASIONAL BUPATI DAN WAKIL BUPATI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR

Menimbang : a. bahwa guna mendukung pelaksanaan tugas kepala daerah dan wakil kepala daerah disediakan biaya penunJang operasional yang dipergunakan untuk koordinasi, penanggulangan kerawanan sosial masyarakat, pengamanan dan kegiatan khusus lainnya;

b. bahwa demi efektivitas dan akuntabilitas penyediaan biaya penunJang opersional sebagaimana dimaksud perlu menyusun pengaturannya dalam peraturan bupati;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Biaya Penunjang Operasional Bupati dan Wakil Bupati;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan mengubah

(2)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

tentang Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

(3)

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 ten tang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun

(4)

2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2008 Nomor 3/ A);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah kabupaten Blitar Tahun 2016 Nomor 10/D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar 17);

13. Peraturan Bupati Nomor 73 Tahun 2019 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Blitar (Berita Daerah Ka bu paten Blitar Tahun 2019 Nomor 74/D);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG BIAYA PENUNJANG OPERASIONAL BUPATI DAN WAKIL BUPATI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Blitar.

2. Bupati adalah Bupati Blitar.

3. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Blitar.

4. Biaya Penunjang Operasional adalah biaya untuk mendukung pelaksanaan tugas Bupati dan Wakil Bupati.

(5)

5. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah

pendapatan yang berasal dari hasil pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

BAB II

BIAYA PENUNJANG OPERASIONAL

Pasal 2

(1) Biaya Penunjang Operasional diberikan setiap bulan.

(2) Biaya Penunjang

Operasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dipergunakan untuk:

a. biaya koordinasi, yaitu untuk membiayai koordinasi yang dilakukan

dengan pemerintah pusat, pemerintah negara lain, pemerintah desa,

masyarakat dan/atau kelompok masyarakat dalam rangka

membangun keharmonisan hubungan koordinasi serta kegiatan lain

yang mendukung pelaksanaan tugas Bupati dan Wakil Bupati;

b. biaya penangulangan kerawanan sosial masyarakat, yaitu untuk

membiayai kegiatan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan

kerawanan sosial yang disebabkan karena kemiskinan atau

kesusahan atau musibah, keterbatasan dana, konflik sosial,

bencana yang menimpa masyarakat Kabupaten Blitar;

c. biaya pengamanan, yaitu untuk membiayai kegiatan pengamanan

dalam pelaksanaan tugas Bupati dan Wakil Bupati; dan

d. biaya kegiatan khusus lainnya, yaitu untuk membiayai kegiatan

kenegaraan, promosi, protokoler, pemberian untuk masyarakat yang

berprestasi, kegiatan olah raga, sosial, seni, budaya, keagamaan,

penguatan rasa kebangsaan dan kesatuan, dan pemberian apresiasi

kepada orang dan/ atau masyarakat yang membantu tugas Bupati

dan Wakil Bupati di luar kegiatan sebagaimana dimaksud pada

huruf a, huruf b, dan huruf c.

(6)

Pasal 3

( 1) Biaya Penunjang Operasional ditetapkan berdasarkan klasifikasi PAD Kabupaten Blitar.

(2) Klasifikasi PAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:

a. untuk PAD diatas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) sampai dengan Rp150.000.000.000,00 (seratus lima puluh miliar rupiah), Biaya Penunjang Operasional paling rendah sebesar Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling tinggi sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh persen); dan

b. untuk PAD di atas Rp150.000.000.000,00 (seratus lima puluh miliar rupiah) Biaya Penunjang Operasional paling rendah sebesar Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling tinggi sebesar 0,15 % (nol koma lima belas persen).

Pasal 4

Pembagian Biaya Penunjang Operasional bagi Bupati dan Wakil Bupati ditetapkan sebagai berikut:

a. Biaya Penunjang Operasional Bupati sebesar 60% (enam puluh persen) dari keseluruhan Biaya Penunjang Operasional Bupati dan Wakil Bupati; dan

b. Biaya Penunjang Operasional Wakil Bupati sebesar 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan Biaya Penunjang Operasional Bupati dan W akil Bupati.

Pasal 5

Biaya Penunjang Operasional Bupati dan Wakil Bupati dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Blitar.

Pasal 6

Pertanggungjawaban Biaya Penunjang Operasional Bupati dan Wakil Bupati didukung dengan tanda terima/kwitansi dan rincian penggunaan yang ditanda tangani Bupati/Wakil Bupati.

(7)

BAB III

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah

Kabupaten Blitar.

Ditetapkan di Blitar

pada tanggal 28 Desefi1ber 2020

Diundangkan di Blitar

Rada tanggal 2o Desemoer 2020

.1,'

//-.:··

'"'��

ll ;;.':'

!

L!J (- .. ,,.. � ;" I ----

--0�-

f" 1, b\. I;•• .i�

It·\ St:'

tJ� -t-i

�---·

Referensi

Dokumen terkait

Kornet yang disubstusi jantung pisang 30 dan 45% menunjukkan karakteristik kornet yang baik karena dapat menurunkan kadar lemak yang signifikan, penurunan kadar

Entitas pelaporan adalah unit pemerintah daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntasi yang menurut ketentuan perundang – undangan wajib

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka disarankan kepada guru mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci dapat menggunakan media

Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat kelompok tani Desa Panyepen yang telah memiliki aspek personal untuk ingin bergerak melakukan perubahan yang lebih

Maksud nilai-nilai etika pengendalian diri dalam konteks ini adalah salah satu syarat seorang pemimpin (raja Kera) yang mempunyai hati yang bersih, hal ini

77% 19% 4% Memenuhi Cukup Tidak Memenuhi.. Artinya bahwa ada sekitar 67 dari 80 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

Perilaku belajar berbicara mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku belajar adalah merupakan cara atau

Optimasi menggunakan program Design Expert 7.0® dengan RSM Box- Behnken menghasilkan formula pengolahan yang optimal dengan persentase bahan coating 1,5%, suhu penggorengan 150 o