• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Telkom Economics and Business School

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Telkom Economics and Business School"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam sub bab ini akan dibahas tentang profil singkat Telkom Economics and Business School (TEBS), logo, visi dan misi, program studi, civitas akademika TEBS dan sekilas tentang prodi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika.

1.1.1 Profil Telkom Economics and Business School

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Telkom d/h Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) adalah perguruan tinggi yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Telkom (YPT). Dewan Pembina YPT, secara ex-officio adalah Direksi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT.Telkom). IM Telkom didirikan sebagai bentuk tanggung jawab PT. Telkom untuk menjadi Good Corporate Citizenship yang ingin berkontribusi dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

IM Telkom pada saat ini menyelenggarakan: 1 (satu) program pasca sarjana, 5 (lima) program strata-1, dan 1 (satu) program diploma-3. Kampus IM Telkom barada di 3 (tiga) lokasi, yaitu: kampus Gegerkalong, kampus Setiabudi, dan kampus Dayeuh Kolot. Ke-3 kampus tersebut berada di wilayah Bandung. Jumlah mahasiswa yang menempuh studi di IM Telkom pada tahun 2010 ini berkisar pada angka 5.000 mahasiswa aktif, yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia, ditambah dengan mahasiswa internasional dari beberapa negara asing.

1.1.2 Visi dan Misi Telkom Economics and Business School a. Visi Telkom Economics and Business School

Menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi bidang Bisnis dan Manajemen Konvergensi yang unggul di Asia pada tahun 2021.

b. Misi Telkom Economics and Business School

1. Menyiapkan mahasiswa menjadi pemimpin Asia masa depan. 2. Mengembangkan Institusi "knowledge enterprise" kelas dunia.

3. Menghasilkan kontribusi yang "determinant" bagi kemandirian bangsa dalam persaingan global.

(2)

2

1.1.3 Logo Telkom Economics and Business School

Gambar 1.1

Logo Telkom Economics and Business School Sumber: http://tebs.telkomuniversity.ac.id

1.1.4 Program Studi di Telkom Economics and Business School

Adapun Program Studi yang ada di TEBS adalah sebagai berikut: a. Sekolah Manajemen Telekomunikasi dan Media

1) Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika (MBTI) 2) International Class

b. Sekolah Administrasi Bisnis dan Keuangan 1) Manajemen Pemasaran

2) Akuntansi

3) Administrasi Niaga

c. Sekolah Komunikasi Multimedia 1) Desain Komunikasi Visual 2) Ilmu Komunikasi

d. Sekolah Pasca Sarjana

1) Program Magister Manajemen

2) Program Certificate of Business Management (CBM)

Dari beberapa program studi tersebut, penelitian ini akan difokuskan kepada mahasiswa program studi S-1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika (MBTI) angkatan tahun 2012.

1.1.5 Civitas Akademika Telkom Economics and Business School

Fakultas Ekonomi dan Bisnis memiliki struktur organisasi/civitas akademika yang berfungsi memberikan informasi kepada seluruh anggota organisasi untuk mengetahui kegiatan atau pekerjaan yang harus dikerjakan, sehingga proses kerjasama menuju pencapaian tujuan organisasi dapat terwujud sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Gambar 1.2 berikut merupakan civitas akademika yang ada di Isntitut Manajemen Telkom :

(3)

3

Gambar 1.2

Struktur Organisasi FEB Sumber: http://tebs.telkomuniversity.ac.id

1.1.6 Sekilas Tentang Prodi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika (MBTI) merupakan program studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom Bandung dengan visi, misi dan tujuan sebagai berikut :

A. Visi

Menjadi program studi yang unggul dalam bidang manajemen dan bisnis konvergensi dengan semangat kewirausahaan di tingkat regional pada tahun 2021.

B. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dengan semangat kewirausahaan yang unggul dan dikenal secara internasional dalam bidang manajemen dan bisnis konvergensi yang senantiasa aktual dengan kebutuhan industri dan perkembangan dunia.

(4)

4

2. Menyelenggarakan penelitian unggul bidang manajemen dan bisnis konvergensi.

3. Berperan aktif dalam pelayanan dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.

C. Tujuan

1. Menghasilkan lulusan yang profesional dan berintegritas tinggi serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan manajemen dan bisnis konvergensi sehingga meningkatkan daya saing bangsa.

3. Menghasilkan lulusan yang berjiwa wirausaha sehingga mampu berkontribusi signifikan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. 4. Menghasilkan penelitian yang fokus pada pengembangan ilmu

pengetahuan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. D. Konsentrasi

1. Konsentrasi Manajemen Bisnis Telekomunikasi (MBT) 2. Konsentrasi Manajemen Bisnis Informatika (MBI) 3. Konsentrasi Manajemen Bisnis Media (MBM) 4. Konsentrasi Manajemen Bisnis Konten (MBK)

5. Konsentrasi Management of International ICT Business

1.2 Latar Belakang Penelitian

Komunikasi merupakan salah satu cara manusia untuk dapat menyampaikan informasi kepada lingkungan disekitarnya. Komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal agar dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi. Bahasa merupakan bentuk komunikasi secara lisan dapat diucapkan oleh setiap manusia.

Masyarakat di Indonesia mengenal beberapa bahasa dalam melakukan komunikasi antar manusia, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris dikenal masyarakat Indonesia sebagai bahasa Internasional. Sehingga pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia sudah tidak asing lagi karena sudah dimulai sejak duduk di bangku sekolah Taman Kanak-Kanak (TK).

Menghadapi globalisasi yang semakin nyata di depan mata, maka penguasaan bahasa asing merupakan sebuah tuntutan yang tidak bisa ditunda lagi. Manfaat terbesar dari penguasaan bahasa asing dalam era globalisasi adalah terkait pada terbukanya kesempatan kerja serta peluang untuk studi lanjut ke luar negeri.

Menurut survey yang dilakukan JobStreet.com pada Juni 2012 tentang peran bahasa Inggris di dunia kerja didapatkan beberapa temuan. Ternyata 50,65% pekerja masih belum

(5)

5

memiliki penguasaan bahasa Inggris dengan baik dan benar. 73,68% responden menyatakan kemampuan bahasa Inggris di perusahaan tempat responden bekerja saat ini menjadi sebuah nilai tambah. Penggunaan bahasa Inggris sebesar 30% -70 % di perusahaan tempat responden bekerja saat ini (lisan, email, dokumen, dsb) dinilai oleh sekitar 1750 responden. Menurut responden, karyawan dengan level manajerial keatas di perusahaan tempat responden bekerja saat ini memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik dijawab ya sebesar 67,95% oleh responden.

Berdasarkan survey JobStreet.com pada Juni 2012, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa Internasional yang sangat dibutuhkan di lingkungan kerja. Kemampuan bahasa Inggris di perusahaan tempat responden bekerja saat ini menjadi sebuah nilai tambah. Penggunaan bahasa Inggris di perusahaan dapat berupa lisan, email, dokumen, dsb. Selain itu, Bahasa Inggris di suatu perusahaan menjadi hal yang wajib dimiliki oleh karyawan/calon karyawan sebagai cara untuk mempercepat jenjang karir di suatu perusahaan. Penguasaan bahasa Inggris sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa terutama dalam upaya menunjang peningkatan keilmuan dan keahlian yang dimiliki, serta sangat diperlukan untuk menghadapi dunia kerja.

Dalam perkembangan dunia saat ini, kemampuan untuk berkomunikasi dengan akurat dan efektif telah meningkat kemanfaatannya. Meskipun bahasa Inggris telah menjadi bahasa pengantar sebagian besar transaksi bisnis dunia, adalah juga jelas bahwa kemampuan untuk menjual, bernegosiasi, berdiskusi, dan mengelola dalam bahasa-bahasa para tetangga, para pelanggan, dan para karyawan dapat meningkatkan probabilitas keberhasilan komunikasi dan transaksi bisnis, kemampuan untuk berbicara dalam bahasa lain dipandang begitu penting dan menjadi poin tambahan ketika merekrut para karyawan baru. Bahkan suatu studi terakhir yang dilakukan oleh Faxback tahun 1991 terhadap para pembaca majalah bisnis internasional menemukan bahwa 85 persen pembaca yang ditanyai merasa bahwa kemampuan untuk berbicara suatu bahasa asing sangat penting untuk keberhasilan seorang manajer internasional. Ada suatu kebalikan sikap yang ditemukan pada suatu survey terhadap (sebagian besar orang amerika) pada eksekutif yang pada masa-masa lalu sering merasa kemampuan untuk berbicara bahasa Inggris adalah cukup. (Sirait & Rahardjo, 2009:158)

Pentingnya memiliki kemampuan berbicara dalam banyak bahasa secara jelas dikemukakan oleh Gourlay (Sirait & Rahardjo, 2009:159), Wakil Presiden Coca Cola Company untuk operasi manafaktur korporat pada tahun 1989 dalam Across the Board bahwa:

“Understanding how to function in different culture and different languages is foundamental to our success. Knowing how to give our customer what they expect-consistently, wherever we operate, regardless of local conditions-is our challenge.”

(6)

6

(Memahami bagaimana beroperasi dalam budaya-budaya dan bahasa – bahasa berbeda adalah penting bagi keberhasilan kami. Mengetahui bagaimana memberikan kepada para konsumen kami apa yang mereka harapkan dimana pun kami beroperasi tanpa mempertimbangkan kondisi-kondisi lokal, tetap merupakan tantangan kami).

Apa yang Gourlay (Sirait & Rahardjo, 2009:159) maksudkan adalah hal yang digunakan oleh semua perusahaan global dengan kualitas produk yang ada dalam presepsi konsumen. Hal ini akan dipengaruhi secara efektif bila kita memahami budaya konsumen kita. Gourlay menegaskan hal ini dengan pernyataannya bahwa:

“Language study … opens the door to deeper cultural understanding. Speech patterns, throught patterns, and behavior (i.e consumer) patterns are all interlinked.”

(Studi bahasa … membuka pintu untuk lebih memperdalam pemahaman budaya. Pola-pola percakapan, Pola-pola-Pola-pola pemikiran, dan Pola-pola-Pola-pola perilaku (contoh konsumen) semuanya saling berkaitan).

Kemampuan untuk berbicara dua atau lebih bahasa dipandang sebagai penting. Dalam kenyataannya, para eksekutif sejumlah perusahaan multinasional Amerika belajar suatu bahasa kedua. Misalnya, eksekutif Du Pont mengambil suatu kursus cepat dalam bahasa Jepang dan sejumlah rekan-rekan eksekutif (di perusahaan Du Pont dan perusahaan-perusahaan lain seperti Easman Kodak, Citicorp, dan divisi sistem medical General Electric) juga mengambil suatu kursus pendalaman dalam bahasa kedua. Bahasa Perancis, Jerman, dan Jepang tampak menjadi favorit di antara orang Amerika yang mengikuti sekolah bahasa. (Sirait & Rahardjo, 2009:159)

Satu aspek bahasa yang tidak mendapat banyak perhatian, yang sering menjadi tanggung jawab manajer SDM Internasional, meliputi penerjemah, peggunaan juru bahasa, dan adaptasi bahasa-bahasa pelatihan dan bisnis ke dalam bahasa-bahasa dan budaya-budaya asing. Seleksi para juru bahasa dan penerjemah perlu diberi perhatian khusus, karena menjadi baik dalam interpretasi dan penerjemahan membutuhkan lebih banyak hal daripada pelatihan dalam bahasa asli dan bahasa asing. Hal ini juga membutuhkan kesamaan yang dalam dengan sifat bisnis dan istilah teknikal serta manajerial khusus yang tidak mungkin diterjemahkan dengan mudah ke dalam bahasa asing atau dialihbahasakan ke dalam bahasa asli. (Sirait & Rahardjo, 2009:159)

(7)

7

Perguruan Tinggi bukan lagi sebagai lembaga non-profit yang „hanya‟ bergerak dalam bidang ilmu dan „transfer of knowledge‟ dan ilmu menjadi produk yang diperjual belikan. Pada tataran inilah citra sebuah perguruan tinggi menjadi satu hal yang penting dan menjadi satu pertimbangan konsumen ketika mereka memutuskan perguruan tinggi mana yang akan mereka pilih. (Sinatra & Rini, 2008:96)

Manajemen Sumber Daya Manusia di perguruan tinggi mampu memenuhi harapan publik (stakeholders) perguruan tinggi berdasarkan “market-oriented”. Apalagi tantangan iklim kompetisi semakin menghangat di era globalisasi. Tantangan ini membuat perguruan tinggi harus memfokuskan manajerial organisasinya pada kepuasan pelanggannya, yang terdiri dari masyarakat pengguna (user), masyarakat intelektual, dan masyarakat peminat perguruan tinggi (calon mahasiswa). (Arwildayanto, 2012:13)

Mahasiswa adalah kelompok pemangku kepentingan internal yang harus mendapatkan manfaat, dan sekaligus sebagai pelaku, proses pembentukan nilai tambah dalam penyelenggaraan kegiatan/program akademik yang bermutu di perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan pembelajar yang membutuhkan pengembangan diri secara holistik yang mencakup unsur fisik, mental, dan kepribadian sebagai sumber daya manusia yang bermutu di masa depan. (BAN-PT, 2011:10)

Perguruan tinggi harus memfasilitasi mahasiswa agar bisa mengembangkan segala potensi yang dimiliki melalui berbagai kegiatan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu menyiapkan layanan yang berkualitas untuk pengembangan minat dan bakat dalam bidang seni budaya, olah raga, kepekaan sosial, dan kemasyarakatan, pelestarian lingkungan hidup serta kreativitas lainnya. Perguruan tinggi juga harus mampu mengembangkan nilai-nilai profesionalisme agar mahasiswa dapat beradaptasi secara cepat saat memasuki dunia profesi. (DPN, 2007:5)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 9 ayat 2 menyebutkan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Sehingga, ketika memasuki Perguruan Tinggi Bahasa Inggris akan tetap diajarkan.

Telkom Economics and Business School adalah salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang wajib menyelenggarakan mata kuliah Bahasa Inggris. Jumlah beban Sistem Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh oleh mahasiswa TEBS untuk mata kuliah Bahasa Inggris adalah 4 SKS selama kuliah di TEBS.

Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika adalah salah satu jurusan di TEBS yang menyelenggarakan mata kuliah Bahasa Inggris sebanyak 4 SKS. Mata kuliah Bahasa Inggris diberikan pada semester 1 saja, namun berdasarkan wawancara dengan koordinator Bahasa Inggris MBTI bahwa mulai angkatan 2012 program studi MBTI memberikan

(8)

8

beberapa kegiatan pendukung softskill bahasa Inggris. Kegiatan pendukung softskill bahasa Inggris ini merupakan kegiatan pelatihan yang diberikan kepada mahasiswa MBTI dalam program pengembangan kompetensi bahasa Inggris. Salah satu pelatihan yang diberikan kepada mahasiswa MBTI adalah memberikan tutorial bahasa Inggris selama 7 semester secara gratis. Tutorial bahasa Inggris ini, mahasiswa akan diberikan materi bahasa Inggris selama 7 semester, yaitu Level 1 : Basic English I (diselenggarakan di semester 1), Level 2 : Basic English II (diselenggarakan di semester 2), Level 3 : Conversation I (diselenggarakan di semester 3), Level 4 : Conversation II (diselenggarakan di semester 4), Level 5 : TOEFL Preparation I (diselenggarakan di semester 5), Level 6 : TOEFL Preparation II (diselenggarakan di semester 6), dan Level 7 : English for Job Seeker (How to write application letter dan Job Interview) (diselenggarakan di semester 7).

Tingkat penguasaan bahasa Inggris mahasiswa MBTI dapat diketahui melalui TOEFL yang diadakan TEBS saat awal masuk kuliah. Hasil tes mahasiswa dikelompokkan berdasarkan kategori sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini. Pengelompokkan ini didasarkan pada kategori very poor sampai ultimate. (Skill Institut, 2011)

Tabel 1.1

TOEFL Score Interpretation Table

Score Category Required By MBTI 2012 Reguler

(Orang) MBTI 2012 Inter (Orang) Above 550 Ultimate Multinational Companies 4 2 500-549

Superior Nation Wide Operated

Businesses 25 3

450-499

Good Region Operated

Businesses 100 13

400-449

Average Local Operated

Businesses 128 15

350-399 Below

Average Medium Size Businesses 127 1

300-349 Poor Small Size Businesses 30 0

Below

299 Very Poor Home Based Businesses 53 3

(9)

9

Tabel 1.2

TOEFL Test Diagnostic Summary Result

Item Score

Overall Average Score MBTI 2012 Reguler 396 Overall Average Score MBTI 2012 International 443

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa average score TOEFL mahasiswa MBTI Internasional angkatan 2012 berada pada kategori average (dibutuhkan oleh local operated businesses) dan mahasiswa MBTI angkatan 2012 berada pada kategori below average (dibutuhkan oleh medium size businesses). Sehingga, diharapkan kepada seluruh mahasiswa MBTI angkatan 2012 untuk mengikuti program pengembangan kompetensi bahasa Inggris yang sudah diselenggarakan, yaitu Tutorial bahasa Inggris dan program kegiatan di English Language Center (ELC). Keikutsertaan mahasiswa MBTI pada program pengembangan kompetensi bahasa Inggris diharapkan memiliki minimal TOEFL 450, sehingga akan memenuhi salah satu syarat sidang yaitu memiliki TOEFL minimal sebesar 450. (Urusan Layanan Akademik dan Database Program Studi MBTI, 2013)

Salah satu kegiatan pendukung softskill bahasa Inggris yang diberikan kepada mahasiswa MBTI dalam program pengembangan kompetensi bahasa Inggris adalah kegiatan tutorial bahasa Inggris yang diberikan selama 7 semester secara gratis. Tutorial bahasa Inggris ini, mahasiswa akan diberikan materi bahasa Inggris selama 7 semester, yaitu Level 1 : Basic English I (diselenggarakan di semester 1), Level 2 : Basic English II (diselenggarakan di semester 2), Level 3 : Conversation I (diselenggarakan di semester 3), Level 4 : Conversation II (diselenggarakan di semester 4), Level 5 : TOEFL Preparation I (diselenggarakan di semester 5), Level 6 : TOEFL Preparation II (diselenggarakan di semester 6), dan Level 7 : English for Job Seeker (How to write application letter dan Job Interview) (diselenggarakan di semester 7).

Tingkat kehadiran mahasiswa pada kegiatan tutorial bisa di lihat pada gambar di bawah ini. Jumlah mahasiswa yang tidak pernah hadir pada tutorial Bahasa Inggris semester 1 ada 49 mahasiswa dan 179 mahasiswa tidak pernah hadir pada kegiatan tutorial bahasa Inggris di semester 2. Sedangkan mahasiswa yang selalu hadir di tutorial bahasa Inggris pada semester 2 adalah satu mahasiswa dan tidak ada mahasiswa yang mengikuti seluruh kegiatan tutorial bahasa Inggris selama diadakan pada semester 1.

(10)

10

Gambar 1.3

Kehadiran Tutorial Semester 1

Gambar 1.4

Kehadiran Tutorial Semester 2

Perolehan nilai bahasa Inggris mahasiswa MBTI angkatan 2012 pada semester 1 bisa dilihat pada tabel di bawah ini yang menunjukkan perolehan nilai Bahasa Inggris Mahasiswa MBTI angkatan 2012.

Tabel 1.3

Perolehan nilai Bahasa Inggris Mahasiswa MBTI 2012 Nilai Mutu Angkatan 2012 (Orang) Persentase (dalam %)

A 12 2.6 A- 77 16.6 B+ 118 25.4 B 93 20.0 B- 61 13.1 C+ 34 7.3 C 23 5.0 C- 13 2.8 D 8 1.7 E 26 5.6 Total 465 100%

Berdasarkan data diatas, perolehan nilai bahasa Inggris mahasiswa MBTI angkatan 2012 dengan nilai mutu A adalah 2.6% dari seluruh total mahasiwa 2012 sebanyak 464 mahasiswa. Sedangkan mahasiswa yang memperoleh nilai A- sebanyak 77 mahasiswa atau sebesar 16.6%. Sebanyak 118 mahasiswa memperoleh nilai B+. Mahasiswa yang memperoleh nilai B sebanyak 93 mahasiswa atau sebesar 20%. Sebanyak 61 mahasiswa memperoleh nilai B-. Mahasiswa yang memperoleh nilai C+ ada sebanyak 34 mahasiswa. Sebanyak 23 mahasiswa memperoleh nilai C-. Mahasiswa yang memperoleh nilai D adalah 8 mahasiswa. Dan yang terakhir ada 26 mahasiswa yang memperoleh nilai E.

Paradigma pendidikan (proses pembelajaran) yang terbaru menekankan bahwa sasaran pendidikan diarahkan pada (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4)

(11)

11

learning to live together (UNESCO dalam Mangkuprawira & Vitayala, 2007:72). Di masa depan dan siapapun peserta dan penyelenggaranya maka proses pembelajaran perlu diarahkan pada kegiatan “belajar untuk belajar” sehingga terbentuk suatu masyarakat belajar; paradigma ini berlaku sama untuk lingkungan perusahaan. Di samping itu, kemasan pembelajaran lewat pelatihan bukan hanya untuk membentuk orang yang mandiri dan terampil, tetapi dengan kepribadian nol. Jadi, pada dasarnya pelatihan haruslah memiliki beragam aspek dominan yang lengkap. (Mangkuprawira & Vitayala, 2007:72)

Dalam dunia pendidikan pelatihan bahasa sangat diperlukan mengingat perkembangan dunia saat ini diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi dengan akurat dan efektif dengan bahasa asing. Bahasa Inggris telah menjadi bahasa pengantar sebagian besar transaksi bisnis dunia sebagai bahasa komunikasi untuk menjual, bernegosiasi, berdiskusi, dan mengelola para tetangga, para pelanggan, dan para karyawan dalam transaksi bisnis, kemampuan untuk berbicara dalam bahasa lain dipandang begitu penting dan menjadi poin tambahan ketika merekrut para karyawan baru. (Sirait & Rahardjo, 2009:158)

Hasil wawancara dengan Ketua Program Studi (Kaprodi) S-1 MBTI diketahui bahwa pemberian program pengembangan kompetensi bahasa Inggris ini diharapkan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa baik itu kemampuan reading, listening, dan structure yang lebih baik dari kemapuan yang sudah dimiliki saat ini. Kemampuan bahasa Inggris sangat dibutuhkan dalam dunia kerja, sehingga sebagai penyelenggara pendidikan Prodi MBTI harus memberikan kegiatan softskill bahasa Inggris untuk dapat meningkatkan kemampuan softskill bahasa Inggris mahasiswa, serta agar dapat meningkatkan score TOEFL mahasiswa yang masih dibawah 450. Kegiatan softskill bahasa Inggris mahasiswa MBTI 2012 ini diberikan kepada mereka secara gratis karena sudah termasuk pada pembayaran Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP). Banyaknya mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan softskill bahasa Inggris seperti tutorial dan ELC membuat Kaprodi merasa kecewa karena pihak kampus sudah memberikan fasilitas penunjang kegiatan dan pengajar untuk mereka.

Hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa MBTI angkatan 2012 yang mendapatkan kegiatan softskill bahasa Inggris tambahan salah satunya adalah kegiatan tutorial bahasa Inggris. Narasumber setuju dengan kegiatan tutorial bahasa Inggris, bagi narasumber “kegiatan tutorial bahasa Inggris itu sangat bermanfaat dalam dunia perkuliahan. Selain itu, dapat mengasah kemampuan bahasa Inggris, kegiatan tutorial ini juga menyenangkan, karena ada beberapa games disela-sela pembelajaran. Tak hanya itu, pengajarnya pun ramah dan membuat kegiatan ini begitu menyenangkan. Saya mengikutinya dengan antusias, karena kegiatan ini begitu bermanfaat buat saya. Sebab saya memang lemah dalam bahasa Inggris. Manfaat yang sudah saya dapatkan dalam mengikuti kegiatan tutorial bahasa Inggris adalah saya lebih paham lagi dalam berbicara bahasa Inggris, lebih mengerti dalam grammar, lebih

(12)

12

mengerti dalam hal pengucapan kata dalam bahasa Inggris yang baik dan benar, lebih mengerti dalam hal menyampaikan pendapat dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, dengan diadakannya kegiatan ini membuat saya tidak akan menyiakannya begitu saja. Target yang ingin saya capai ialah dapat berbahasa Inggris dengan baik, lancar dan benar. Selain itu saya ingin agar disaat tes TOEFL, saya mendapat score diatas 450. Ya minimal 470 lah.“

Pelatihan bahasa tampaknya merupakan suatu komponen yang jelas diperlukan sekali dalam suatu program sebelum keberangkatan ke luar negeri. Peran bahasa Inggris sebagai bahasa bisnis dunia sudah tidak diragukan lagi. Sebagai suatu hasil meningkatnya tekanan-tekanan persaingan global dan pertumbuhan kesadaran kepentingan stratejik dan operasional, lebih banyak perusahaan multinasional di Amerika Serikat yang meminta agar kurikulum di sekolah-sekolah bisnis Amerika Serikat meliputi bahasa-bahasa asing dan memberikan preferensi kepada para lulusan dengan keterampilan bahasa asing. Tren yang sama juga terjadi di Inggris dan Australia. (Sirait & Rahardjo, 2009:160)

Berdasarkan data yang sudah diungkapkan oleh peneliti diatas, peneliti menganggap ada masalah pada pelatihan yang sudah diselenggarakan prodi MBTI. Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui faktor pembeda pelatihan mahasiswa yang hadir dan tidak hadir dalam program pengembangan kompetensi bahasa Inggris. Dimana mahasiswa yang hadir adalah mahasiswa yang pernah hadir pada program pengembangan kompetensi bahasa Inggris, yaitu Tutorial bahasa Inggris, sedangkan mahasiswa yang tidak hadir adalah mahasiswa yang tidak pernah hadir pada program pengembangan kompetensi bahasa Inggris, yaitu Tutorial bahasa Inggris. Hal ini diharapkan sebagai bahan keputusan prodi MBTI untuk memberikan program pengembangan kompetensi bahasa Inggris yang tepat berdasarkan faktor pembeda pelatihan itu sendiri. Karena pemberian program pengembangan kompetensi bahasa Inggris sesuai faktor pembeda pelatihan yang tepat akan mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh Prodi MBTI.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan kedalam pertanyaan berikut:

1. Faktor pembeda pelatihan mahasiswa yang hadir dan tidak hadir dalam program pengembangan kompetensi bahasa Inggris?

(13)

13 1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan memperoleh jawaban atas masalah yang telah dirumuskan, yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor pembeda pelatihan mahasiswa yang hadir dan tidak hadir dalam program pengembangan kompetensi bahasa Inggris.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan antara kelompok pertama dan kedua.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi dan menambah khazanah keilmuan pada bidang sumber daya manusia khususnya yang terkait dengan pelatihan agar dapat memahami faktor pembeda pelatihan mahasiswa khususnya dalam program pengembangan kompetensi bahasa Inggris. Disamping itu penelitian ini diharapkan bisa dijadikan rujukan untuk penelitian berikutnya.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan masukan dan gambaran bagi Telkom Economics and Business School sebagai salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia untuk memahami faktor pembeda pelatihan mahasiswa yang hadir dan tidak hadir dalam program pengembangan kompetensi bahasa Inggris. Hal ini dapat dijadikan untuk landasan penerapan strategi yang lebih baik dalam memberikan pelatihan kepada mahasiswa, khususnya dalam meningkatkan kompetensi bahasa Inggris pada mahasiswa. Selain itu, dengan memahami apa saja yang dibutuhkan mahasiswa mengenai pelatihan dapat menambah wawasan manajemen Telkom Economics and Business School untuk mengimplementasikan pelatihan yang lebih efektif sehingga mampu meningkatkan nilai mahasiswa.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan dari penelitian ini disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang objek penelitian yaitu gambaran umum perusahaan dari Telkom Economics and Business School; Latar Belakang Masalah; Perumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan Tugas Akhir.

(14)

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini membahas tentang Tinjauan Pustaka; Penelitian Terdahulu; Kerangka Pemikiran; Hipotesis Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang Jenis Penelitian; Variabel Operasional; Tahapan Penelitian; Populasi dan Sampel; Pengumpulan Data; Uji Validitas dan Reliabilitas; Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan penulis berdasarkan tata cara dan langkah-langkah yang telah ditentukan pada bab-bab sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan serta saran yang merupakan implikasi kesimpulan yang berisi alternatif pemecahan masalah.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa wajib menunjukkan Skripsi yang telah dijilid Lux ( Hard Cover Warna Merah Maroon) ke Program Studi yang sudah diperbanyak 3 rangkap dan masing- masingnya nanti akan

Dilihat dari hasil skor sebelum pelatihan didapatkan bahwa skor peserta PT Samson Tiara sebagian besar berada dibawah hasil post- test hal ini dimungkinkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli daerah (PAD), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA),

Penerapan beban pembuktian dalam tindak pidana korupsi berdasarkan sistem atau asas tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada seseorang atau terdakwa

Surya Madistrindo mempunyai beberapa karakter yang bisa membuat pegawai tetap merasa nyaman walaupun berada dalam tekanan target-target penjualan yaitu sifat

pada resin diharapkan dapat meningkatkan daya serap material terhadap radiasi UV dan bersifat hidrofilik sehingga kemampuan material transparan sebagai pelindung UV dan self

2. Just-identified adalah model dengan jumlah parameter yang diestimasi sama dengan data yang diketahui sehingga df = 0. Kekurangan model ini adalah tidak dapat diuji

Langkah 12 : Lengkapi semua skema ancaman yang sesuai untuk masing-masing aset yang kritis. Tandai masing-masing bagian dari tiap skema untuk ancaman yang tidak penting terhadap