• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Yente, 2012). Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan pada masyarakat maka dibuatlah pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/ MENKES / PER / XI/ 2011 yang mengatur upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di seluruh Indonesia dengan mengacu kepada pola manajemen PHBS (Taufiq, 2012).

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Linda & Adiwiryono, 2010). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 menyajikan data bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15 %), tempat ibadah (58,84 %), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26%). Hasil data tersebut

(2)

menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di semua tatanan khususnya pada tatanan tempat kerja yang masih 59,15%, juga belum berjalan sebagaimana mestinya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 1 menyebutkan bahwa tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Jadi sangatlah penting para pekerja dalam menerapkan PHBS di tempat kerja guna untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja selama melaksanakan pekerjaannya.

Peningkatan derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku yaitu perilaku yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan (Pramono & Paramita, 2011). PHBS ini dipengaruhi oleh perilaku seseorang dan perilaku itu sendiri terbagi menjadi tiga aspek, yakni pengetahuan, sikap dan praktik (Napu, 2012). Menurut Linda & Adiwiryo (2010) menjelaskan bahwa ada faktor yang dominan dalam mewarnai perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni karakteristik orang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya sedangkan faktor eksternal yakni pada lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan budaya, lingkungan politik, lingkungan kerja dan sebagainya.

Salah satu faktor yang erat kaitannya dengan mutu penerapan PHBS di tempat kerja adalah tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh

(3)

dalam perilaku hidup sehat. Menurut teori Kuncoro (dalam Nursalam, 2008) mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, oleh karena itu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap perilaku sehat maka para buruh dapat menerapkan PHBS dengan baik di tempat kerja, sebaliknya pengetahuan yang rendah akan berdampak pada menurunnya kesadaran para buruh tentang pentingnya kesehatan sehingga para buruh enggan menerapkan PHBS di tempat kerja.

Tingkat keberhasilan dalam mutu penerapan PHBS juga dipengaruhi oleh seberapa lama buruh itu bekerja. Lama kerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan (Harsiwi, 2003). Lama kerja sangat berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman yang didapat selama menjalankan tugas. Makin lama seseorang bekerja, kecapakan (pengetahuan) mereka akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaannya (Elisa, 2011).

Faktor ketiga yang juga mempengaruhi tentang perilaku seseorang dalam mutu penerapan PHBS yaitu perbedaan jenis kelamin. Menurut Indrasari (2012) jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu dan berkaitan dengan fisik atau alat reproduksi dan secara biologis alat tersebut tidak dapat dipertukarkan, sedangkan perbedaan pria dan wanita menurut Alwisol (2005) bukan sekedar perbedaan anatomi, tetapi lebih kearah perbedaan harapan sosial dan kultural.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 sampai tanggal 16 November 2013 yaitu dengan melakukan wawancara dengan buruh dan staf senior pabrik, serta melakukan observasi di Perusahaan Lotus Indah

(4)

Textile Surabaya, didapatkan hasil bahwa 45% buruh yang dengan sengaja tidak memakai alat pelindung kerja pada saat melaksanakan pekerjaannya, selain itu juga terdapat 5% buruh yang merokok di area terlarang di lingkungan pabrik, dari hasil wawancara dengan 25 buruh, terdapat 10 buruh belum mengetahui tentang penyakit AIDS (cara penularan dan cara pencegahan) dikarenakan masih kurangnya informasi/poster kesehatan yang dapat ditemukan dengan mudah di area pabrik. Pencahayaan di area lingkungan pabrik ada 10% ruangan yang masih kurang mendapatkan sinar pencahayaan matahari, ini disebabkan karena letak pembangunan yang kurang strategis. Masalah yang masih sering dijumpai pada lingkungan Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya adalah masih 20% rendahnya tingkat kesadaran para buruh untuk membuang sampah pada tempatnya, mungkin masalah ini dikarenakan jarak tempat sampah yang jauh dari lokasi produksi tempat buruh bekerja. Masalah rendahnya tingkat kesadaran buruh dalam melakukan perilaku sehat ini dapat didukung dengan data yang didapatkan dari klinik kesehatan di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya dari tahun 2012 sampai tahun 2013 yaitu terdapat 121 buruh menderita ISPA, 45 buruh menderita diarrhea, 245 buruh menderita sakit kepala (pusing),14 buruh menderita batuk, 32 buruh menderita gangguan pendengaran (kebisingan), dan 5 buruh menderita cedera akibat kecelakan kerja.

Menyadari pentingnya mutu penerapan PHBS di tempat kerja dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya pada seluruh buruh yang bekerja pada kawasan industri, maka perlu diadakan penelitian tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu penerapan PHBS di industri. Berdasarkan data yang telah dijelaskan dalam latar belakang ini, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan sebuah penelitian tentang pengaruh tingkat pengetahuan dan lama kerja

(5)

terhadap mutu penerapan PHBS pada buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya. Menurut Depkes (2000) dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat khususnya di lingkungan pekerja yang berada di tempat kerja. Salah satunya melalui program PHBS dengan cara memberikan edukasi dan konselor pada buruh di industri.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan PHBS pada buruh di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya?

2. Bagaimana gambaran lama kerja buruh di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya?

3. Bagaimana gambaran mutu penerapan PHBS buruh di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya?

4. Adakah pengaruh tingkat pengetahuan buruh tentang PHBS terhadap mutu penerapan PHBS buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya?

5. Adakah pengaruh lama kerja buruh terhadap mutu penerapan PHBS buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya?

6. Bagaimana perbedaan pengaruh tingkat pengetahun dan lama kerja terhadap mutu penerapan PHBS buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya?

(6)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh tingkat pengetahun dan lama kerja terhadap mutu penerapan PHBS pada buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan gambaran tingkat pengetahuan PHBS pada buruh di Lotus Indah Textile Surabaya.

2. Mendeskripsikan gambaran lama kerja buruh di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya.

3. Mendeskripsikan gambaran mutu penerapan PHBS buruh di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya.

4. Menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan buruh tentang PHBS terhadap mutu penerapan PHBS buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya.

5. Menganalisis pengaruh lama kerja buruh terhadap mutu penerapan PHBS buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya.

6. Menganalisis perbedaan pengaruh tingkat pengetahun dan lama kerja terhadap mutu penerapan PHBS buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat pengetahuan dan lama kerja terhadap mutu penerapan PHBS pada buruh berbeda jenis kelamin, serta untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan dalam bidang keperawatan komunitas.

1.4.2 Bagi Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya

Menambah tingkat pengetahuan mengenai PHBS khususnya pada buruh pabrik serta dapat mengetahui adanya pengaruh tingkat pengetahuan dan lama kerja terhadap mutu penerapan PHBS pada buruh berbeda jenis kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya.

1.4.3 Bagi Instuti Pendidikan

Sebagai sumbangan referensi mengenai pembahasan pengaruh tingkat pengetahuan dan lama kerja terhadap mutu penerapan PHBS pada buruh berbeda jenis kelamin di tempat kerja, serta untuk menambah kepustakaan jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

1.5 Keaslian Peneliti

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lesmana (2012) dengan judul “Hubungan Karakteristik Pengetahuan Dan Sikap Guru Dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di SDN 08 Jelembar Jakarta Barat”, didapatkan hasil bahwa ada hubungan karakteristik pengetahuan dan sikap guru dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di SDN 08 Jelembar Jakarta Barat. Variabel yang digunakan

(8)

dalam penelitian tersebut yaitu karakteristik pengetahuan dan sikap sikap guru sebagai variabel independen dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di SDN 08 Jelembar Jakarta Barat sebagai variabel dependen. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada hubungan karakteristik pengetahuan dan sikap guru dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di SDN 08 Jelembar Jakarta Barat.

Perbedaan antara penelitian Lesmana (2012) dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel yang digunakan, tempat dan waktu penelitian. Variabel yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan lama kerja buruh sebagai variabel independen dan mutu penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel dependen. Tempat dan waktu penelitian yang saya gunakan adalah di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya, dan dilakukan pada bulan Maret 2014.

Penelitian yang kedua yang juga relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Meilisa (2013) dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang PHBS Dengan Penerapan PHBS Dalam Tatanan Rumah Tangga di Kelurahan Meranti Pandak”, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga tentang PHBS dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pengetahuan dan sikap keluarga sebagai variabel independent dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatana rumah tangga di Kelurahan Meranti Pandak sebagai variabel dependen. Kesimpulan dari penelitian terebut adalah tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang PHBS dengan penerapan PHBS dalam tatanan rumah tangga di Kelurahan Meranti Pandak. Perbedaan penelitian Meilisa (2013), dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel yang digunakan, tempat dan waktu penelitian. Variabel yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan lama kerja buruh

(9)

sebagai variabel independent dan mutu penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel dependent. Tempat dan waktu penelitian yang saya gunakan adalah di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya, dan dilakukan pada bulan Maret 2014.

Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rohmah (2012) dengan judul “Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Tentang Kebersihan Perorangan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di MI Matholiul Ulum II Menco Wedang Demak”, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dan pengetahuan dengan PHBS, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan PHBS anak di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah jenis kelamin, umur dan pengetahuan tentang kebersihan perorangan sebagai variabel independent dan perilaku hidup bersih dan sehat di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak sebagai variabel dependent. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada hubungan yang bermakna antara umur dan pengetahuan dengan PHBS, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan PHBS anak di MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak.

Perbedaaan penelitian Rohmah (2012), dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel yang digunakan, tempat dan waktu penelitian. Variabel yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan lama kerja buruh sebagai variabel independent dan mutu penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel dependent. Tempat dan waktu penelitian yang saya gunakan adalah di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya, dan dilakukan pada bulan Maret 2014.

Referensi

Dokumen terkait

 Indeks Harga yang dibayar petani (IB) Bulan Agustus naik 0,18 persen dibandingkan Juli 2011, kenaikan ini disebabkan karena IB pada 5 subsektor semua mengalami kenaikan,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari median masa hidup suatu sistem yang berdistribusi Eksponensial dapat ditentukan besaran parameter penduga (statistik)

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk menentukan sampling plan yang masih bisa dilakukan berdasarkan perencanaan single sampling untuk tiga level inspeksi yakni,

(5) Tahapan pembangunan sistem prasarana kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, yang meliputi pelayanan air minum, air limbah, drainase, persampahan,

Berdasarkan latar belakang yang telah duraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitiannya yaitu “Sejauhmana pengaruh komunikasi program public relations yang

yang ingin dicapai pada setiap materi yang akan disampaikan dan, mengingatkan kepada siswa bahwa pentingnya menggunakan bahasa Indonesia terlebih khususnya dalam

Pada kecepatan 10 -50 m/s algoritma locally optimal semakin rendah dan nilai hampir konstan seiring jumlah handoff semakin kecil dan kecepatan yang semakin

dilakukan terhadap daya kecambah, kecepatan tumbuh, jumlah daun, penambahan jumlah daun, tinggi tanaman, luas daun, bobot segar, nisbah pupus akar, dan bobot